Anda di halaman 1dari 4

Nama : Barry

NIM : 042205771
Tugas 3 Manajemen Operasi (EKMA4215)

1. Jelaskan perbedaan penjadwalan sistem manufaktur dengan sistem pelayanan! Serta


berikan contoh sistem penjadwalan pada sistem pelayanan yang kompleks!
2. Kondisi dunia saat ini sedang dilanda pandemi Covid-19. Tidak hanya sektor kesehatan,
tetapi juga berdampak terhadap sektor ekonomi. Untuk kondisi seperti ini strategi rantai
pasokan apa tepat untuk diterapkan pada perusahaan manufaktur di bidang alat
kesehatan, serta jelaskan!
3. Setiap perusahaan berusaha untuk menghilangkan pemborosan yang ada dengan
menerapkan sistem operasional yang ramping. Sebutkan dan jelaskan beberapa sumber
pemborosan pada perusahaan!
4. Pelaksanaan proyek jalan raya merupakan bagian dari proyek enggineering-konstruksi.
Dalam pelaksanaan proyek diperlukan perencanaan. Coba jelaskan tujuan dari
perencanaan proyek!

JAWABAN:
1. Dalam manufaktur, tujuan penjadwalan adalah untuk meminimalkan waktu dan biaya
produksi, dengan mengatakan fasilitas produksi apa untuk membuat, kapan, yang staf,
dan yang peralatan.
Menjadwal system jasa berbeda dengan system manufaktur dalam beberapa cara yaitu :
a. Dibidang manufaktur penekanan pada bahan baku sedang jasa penekanan pada
karyawan.
b. Sistem jasa jarang menyimpan persediaan.
c. Sistem jasa lebih banyak menyerap tenaga kerja dengan variabilitas tinggi.

Contoh penjadwalan jasa diantaranya :


a. Rumah Sakit, pada unit gawat darurat menggunakan aturan prioritas yang lebih dulu
datang yang lebih dulu dilayani.
b. Bank banyak mempekerjakan personel dengan jam kerja dari jam 8 pagi sampai jam 3
sore untuk teller yang melayani nasabah.
c. Penjadwalan secara shift pada supermarket.
2. Strategi rantai pasokan yang tepat untuk diterapkan pada perusahaan manufaktur di
bidang alat kesehatan pada kondisi yang sedang dilanda pandemi Covid-19
Chain 1-2. Supplier – Manufactures
Rantai pertama dihubungkan dengan rantai kedua yaitu Manufaktur bentuk lain yang
melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, merakit, mengkonversikan atau
menyelesaikan barang (finishing). Hubungan kedua rantai tersebut sudah mempunyai
potensi untuk melakukan penghematan.

3. Beberapa sumber pemborosan pada perusahaan, diantaranya :


a. Transportasi. Transportasi menjadi sesuatu yang menyebabkan ketidakefisiennan,
karena pergerakan yang menambahkan risiko (dan bukan menambahkan nilai)
terhadap barang yang diproduksi. Barang dipindah dari pabrik/tempat pembuatannya
ke gudang. Jika jarak keduanya lumayan jauh akan berpotensi pada kehilangan atau
kerusakan. Apalagi produk yang rentan rusak seperti barang elektronik. Risiko yang
terjadi dapat berupa kerusakan barang, kehilangan, keterlambatan pengiriman. Semua
itu akan menimbulkan biaya yang seharusnya tidak perlu terjadi. Untuk
meminimalkan risiko ini, maka perlu dibuat pengaturan lokasi gudang seefisien
mungkin. Lokasi gudang penyimpanan sedekat mungkin dengan pasar tapi juga tidak
terlalu jauh dari pabrik/tempat pembuatan.
b. Persediaan. Persediaan yang menumpuk di gudang akan menjadi usang atau expired
dan menempati begitu banyak ruang serta menyerap tenaga kerja yang sebenarnya
dapat dialokasikan untuk kebutuhan lain. Persediaan yang menumpuk di gudang
sebenarnya mencerminkan adanya persoalan pada sistem atau persoalan pada bagian
marketing dalam menciptakan kebutuhan di masyarakat. Sebisa mungkin prediksi dari
bagian marketing harus tepat sesuai dengan barang yang diproduksi. Kelebihan
produksi harus dipecahkan segera, karena modal kerja tertanam di situ.
c. Pergerakan. Pemborosan dalam pergerakan adalah setiap pergerakan pekerja yang
sesungguhnya tidak perlu terjadi. Hal ini berkaitan erat dengan urusan tata letak
pabrik atau tempat produksi. Misalnya mencari barang atau alat di setiap sudut ruang
gudang. Aktivitas mondar-mandir mencari barang di setiap sudut ruang/gudang
termasuk pemborosan dan tidak memberikan nilai tambah. Untuk itu memang ada
manajemen Jepang yang dikenal sebagai 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke),
untuk melakukan manajemen pabrik sehingga orang bekerja efisien dan mudah
mencari alat atau barang yang dibutuhkan dalam produksi.
d. Waktu Menunggu. Hal ini berkaitan dengan urusan persediaan. Barang persediaan
berstatus diam atau menunggu, karena sesuatu hal. Misalnya terjadi kerusakan
kendaraan yang akan mendistribusikan barang. Karena itu menjadi penting untuk
selalu memonitor kondisi kendaraan-kendaraan yang akan digunakan untuk
mendistribusikan hasil produksi. Selain itu keterlambatan pengiriman produk juga
akan memunculkan potensi kerugian bagi distributor atau toko pengecer. Pengiriman
yang tidak tepat waktu juga akan memunculkan masalah baru, berpindahnya mitra
bisnis ke produk-produk substitusi yang dihasilkan perusahaan pesaing.
e. Proses yang Berlebihan. Hal yang dimaksud proses berlebihan adalah bila suatu
perusahaan memiliki alat atau mesin terlalu canggih yang sebenarnya belum
dibutuhkan saat itu. Misalnya pabrik kecap rumahan yang penjualannya masih
puluhan botol per hari, dan cukup ditangani secara manual. Karena terlalu optimis,
pemilik usaha terlanjur membeli mesin pengemasan yang harganya ratusan juta
rupiah, dengan kapasitas ratusan botol per hari.
f. Produksi yang Berlebihan. Ini terjadi karena kurang akuratnya prediksi yang
dilakukan oleh bagian marketing. Akibat kelebihan produksi yang tidak terserap oleh
pasar akan mengakibatkan penumpukan barang jadi. Tentu ini akan menambah biaya
penyimpanan. Kalau produk itu tahan lama, penyimpangan tidak menjadi masalah.
Tapi kalau produk umurnya pendek, seperti makanan, tentu penumpukan produk
berpotensi besar menimbulkan kerugian karena rusak.
g. Barang Rusak. Pelanggan atau konsumen sudah pasti tidak akan mau membayar
barang yang rusak atau cacad. Hal ini akan menimbulkan biaya tambahan, misalnya
untuk melakukan perbaikan atau bahkan memproduksi ulang. Seandainya pun hanya
perlu perbaikan minor atas barang tersebut, tetap saja dibutuhkan alokasi sumber daya
manusia.

Tujuh pemborosan yang dicetuskan oleh Taiichi Ohno inilah yang kemudian
membedakan dengan rumusan tradisional dalam mencapai keuntungan. Supaya barang
dapat bersaing dengan produsen lain, maka faktor harga menjadi penting dan prioritas.
Penentuan harga jual dalam Lean Thinking ditentukan terlebih dahulu melalui riset pasar.
Lalu untuk mencapai keuntungan yang optimal, unsur biaya akhirnya menjadi hal yang
paling banyak ditekan karena tidak mungkin ditiadakan sepenuhnya. Biaya dapat ditekan
dengan memperhatikan tujuh pemborosan atau Nanatsu No Muda tersebut.
4. Tujuan perencanaan proyek, yaitu :
a. Standar pengawasan, yaitu mencocokan pelaksanaan dengan perencanaannya.
b. Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan.
c. Mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur organisasinya), baik kualifikasinya
maupun kuantitasnya.
d. Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan.
e. Meminimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan menghemat, biaya, tenaga,
dan waktu.
f. Memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan pekerjaan.
g. Menyerasikan dan memadukan beberapa subkegiatan.
h. Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui.
i. Mengarahkan pada pencapaian tujuan.

Anda mungkin juga menyukai