Berdasarkan Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik, “Pendidikan politik adalah
proses pembelajaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab setiap warga
negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara”. Dalam hal ini, Pendidikan politik merupakan
salah satu fungsi partai politik (parpol). Parpol merupakan sebuah organisasi yang bersifat
nasional dan dibentuk untuk memelihara keutuhan NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD NRI
1945. Kondisi partai politik saat ini sejatinya merupakan salah satu cerminan dari sebuah bangsa.
1. partai politik berfungsi sebagai alat untuk memilih orang-orang yang akan duduk
sebagai wakil rakyat dalam pemerintahan, baik eksekutif maupun legislatif.
2. berfungsi sebagai fasilitator dalam menyalurkan aspirasi masyarakat, baik yang
berhubungan dengan infrastruktur maupun suprastruktur.
Dalam upaya menyalurkan aspirasi masyarakat, pada dasarnya partai politik harus
berperan dalam penyelenggaraan pendidikan politik didalam internal partai maupun didalam
lingkup masyarakat pada umumnya. Namun sayangnya, partai politik justru belum maksimal
dalam melaksanakan pendidikan politik didalam internal partai sehingga kerap kali gagal dalam
mencetak kader-kadernya. Hal ini pula yang menjadi dasar mengapa kemudian partai politik
tidak mampu mengakomodir aspirasi dari masyarakat. Maka tidak heran apabila banyak kita
jumpai fenomena “mantan koruptor yang kembali ikut serta dalam kontestasi pemilu”. Fenomena
ini dikarenakan partai politik tidak mengedepankan pendidikan politik, melainkan justru
terjebak pada kepentingan-kepentingan tertentu.dan hanya berorientasi pada kekuasaan semata.
Berdasarkan status quo, di tingkatan partai politik pun belum ada pendidikan politik
secara berkelanjutan untuk kaderisasi internal partai. Hal yang sama pun dirasakan oleh
masyarakat, bahkan pendidikan politik yang diberikan pada masyarakat itu hanya pada
momentum tertentu saja, misalnya saat menjelang pileg maupun pilkada dan sifatnya hanya
seperti kampanye-kampanye akbar yang bertujuan menggiring massa untuk hadir dalam kegiatan
tersebut. Selama ini, pendidikan politik hanya sebatas mobilisasi massa dengan format kegiatan
yang tidak jelas. Hal ini dikarenakan belum adanya peraturan pemerintah (PP) yang mengatur
tentang format pendidikan partai politik sehingga dalam pelaksanaan pemilu, para kandidat
partai seolah bergerak sendiri-sendiri dengan format pendidikan politik yang tidak terarah.
Sedangkan masyarakat merasa hanya dipolitisasi dan dimanfaatkan pada momentum kampanye.
Namun, tidak menutup mata bahwa masyarakat Indonesia saat ini juga cenderung apatis dan
profit oriented.