Anda di halaman 1dari 16

TEORI PERMINTAAN ISLAMI

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas semester III

Mata Kuliah :
Ekonomi Mikro
Dosen Pengampu:
Rizky Kurniawan Pambudi. M.e

Disusun Oleh:
Izul Muslimin
Inna Yatul Khoiroh

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AT TAHDZIB


JURUSAN SYARIAH PRODI EKONOMI BISNIS ISLAM
REJOAGUNG NGORO JOMBANG

November 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, Syafa’at Rosulillah SAW dan pancaran nadzroh beliau Goutsi Hadazzaman
R.A, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Krisis Ekonomi”
dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Mikro
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan mengenai krisis dan jenis-
jenis serta jalur transmisi dampaknya diperokonomian bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bp. Rizky selaku dosen mata
kuliah Ekonomi Mikro. Juga ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Kami selaku penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jombang, 22 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Rumusan Masalah ................................................................................. 1
B. Tujuan Masalah ..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
A. Pengertian Teori Permintaan................................................................. 3
B. Hukum Permintaan ............................................................................... 3
C. Teori Permintaan Dalam Perspektif Ekonomi Islam ............................ 4
1. Permintaan Dalam Pilihan Halal-Halal ............................................ 4
2. Permintaan Dalam Pilihan Halal-Haram .......................................... 5
3. Permintaan Barang Haram Dalam Keadaan Darurat ....................... 5
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan .................................. 6
1. Harga ................................................................................................ 6
2. Harga Barang Lain ........................................................................... 6
3. Selera ................................................................................................ 6
4. Jumlah Penduduk ............................................................................. 7
5. Tingkat Pendapatan .......................................................................... 7
6. Perkiraan Harga di Masa yang Akan Datang ................................... 7
7. Distribusi Pendapatan ....................................................................... 7
8. Usaha-usaha Produsen Meningkatkan Penjualan ............................. 7
E. Kurva Permintaan ................................................................................. 8
F. Konsumsi Inter-Temporal Dalam Islam ............................................... 9
G. Perbedaan Teori Permintaan Konvesional Dengan Teori Permintaan
Islami..................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 12
A. Kesimpulan ........................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam ekonomi islam, setiap keputusan ekonomi pada seseorang terikat


dari nilai-nilai moral dan agama karena setiap kegiatan senantiasa dilandaskan
kepada syariat atau berlandaskan pada Al Qur’an dan hadits. Pandangan ekonomi
Islam mengenai teori permintaan relatif sama dengan ekonomi konvensional.
Namun ada batasan-batasan dari individu untuk berperilaku ekonomi sesuai
dengan dengan syariat islam, norma dan moral merupakan prinsip utama dalam
ekonomi Islam. Sehingga teori ekonomi yang terjadi menjadi berbeda dengan teori
ekonomi konvensional.
Teori permintaan Islami membahas tetang permintaan barang
halal, barang haram dan hubungan antara keduanya. Dalam motif permintaan
Islam menekankan pada tingkat kebutuhan konsumen terhadap barang tersebut
sedangkan motif permintaan konvensional lebih didominasi oleh nilai-nilai
kepuasan. Konvensional menilali bahwa egoisme merupakan nilai yang konsisten
dalam mempengaruhi seluruh aktifitas manusia, ekonomi Islam bertujuan
mendapatkan kesejahteraan atau kemenangan akhirat karna kehidupan yang abadi
adalah kelak diakhirat.

A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian permintaan ekonomi?
2. Apa hukum permintaan itu?
3. Jelaskan teori permintaan dalam perspektif ekonomi islam !
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan?
5. Jelaskan kurva permintaan !
6. Apa pengertian konsumsi inter-temporal dalam islam
7. Apa perbedaan teori permintaan konvesional dengan teori permintaan islami
?

1
B. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengertian permintaan
ekonomi
2. Untuk mengetahui apa hukum permintaan itu
3. Untuk mengetahui teori permintaan dalam perspektif ekonomi islam
4. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
5. Untuk mengetahui kurva permintaan
6. Untuk mengetahui pengertian konsumsi inter-temporal dalam islam
7. Untuk mengetahui teori permintaan konvesional dengan teori permintaan
islami

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Permintaan


Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu
pasar tertentu, dengan tingkat harga tertentu pada pendapatan tertentu,dan dalam
periode tertentu.1
Jadi permintaan adalah jumlah barang yang diminta konsumen dalam
suatu pasar yang jumlahnya tergantung dari jumlah pendapatan yang di peroleh
dan terdapat hubungan yang pasti antara harga pasar yang baik dan kuantitas yang
diminta dari yang baik, hal-hal lain tetap konstan. hubungan antara harga dan
kualitas membeli disebut jadwal permintaan, atau kurva permintaan.
Dan fungsi permintaan dalam ilmu ekomomi adalah menunjukkan
hubungan antara harga barang dan jumlah barang yang diminnta oleh
masyarakat.2

B. Hukum Permintaan
Hukum permintaan yaitu ketika suatu harga barang atau jasa turun, maka
jumlah permintaan akan naik. Sebaliknya saat harga barang atau jasa yang diminta
naik, maka jumlah permintaan akan turun.3
Berdasarkan pengertian hukum permintaan diatas, bahwasannya harga
suatu barang itu sendiri sangatlah mempengaruhi permintaan konsumen terhadap
barang tersebut. Kemungkinan yang terjadi apabila harga barang naik para
pembeli memilih barang lain yang tidak mengalami kenaikan harga atau
mengurangi pembelian barang yang mengalami kenaikan harga.

1
Paul A.Samuelson dan William D. Nordhaus, Microekonomic,(North America; HBI, 2001),
hal 47.
2
Siti Nur Fatoni, Pengantar Ilmu Ekonomi, (Bandung : Pustaka Setia, 2014), p. 43.
3
Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, …. , hal. 114.

3
C. Teori Permintaan Dalam Perspektif Ekonomi Islam
Secara keseluruhan teori permintaan dalam perspektif mikro ekonomi
konvensional hampir sama dengan teori permintaan dalam perspektif mikro
ekonomi Islam, namun ada batasan-batasan syari’ah yang harus diperhatikan oleh
setiap muslim dalam meminta atau membeli sejumlah komoditas18. Akan tetapi
dalam Islam, seorang muslim diharuskan untuk membeli dan menggunakan
komoditas yang halal dan thayyib, dan meninggalkan komoditas haram,
sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Surah An-Nahl (16) : 114, yaitu:

‫اّللم ام ْن ُكْن تُ ْم ام ََّّيهُ تَ ْعبُ ُد ْو َن‬


‫ت ٰه‬ ‫م‬ ‫ع‬‫فَ ُكلُوا مِمَّا رزقَ ُكم هاّلل ح هل اًل طَيمب ۖا َّوا ْش ُكروا نم‬
َ َ ْ ُْ ‫ْ َ َ ُ ُٰ َ ٰا‬
Artinya : Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan
Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya
menyembah kepada-Nya.19

Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan bahwa komoditas


yang dikategorikan haram ada dua yaitu haram karena zatnya, dan haram karena
merugikan diri sendiri, tidak diizinkan pemiliknya. Sedangkan komoditas yang
halal adalah komoditas yang tidak termasuk dalam dua macam ini23. Islam juga
melarang seorang muslim untuk berperilaku israf atau berlebih-lebihan dalam
membelanjakan pendapatan sekalipun komoditas yang dibeli adalahkomoditas
halal24.
Dengan adanya aturan-aturan syari’ah yang mengikat setiap muslim
seperti halalharam suatu komoditas, maka pembahasan teori permintaan Islami
lebih ditekankan kepada permintaan komoditas halal, komoditas haram, dan
hubungan antara keduanya. Berikut macam- macam kondisi dalam memilih suatu
komoditas dalam ekonomi islam:

1. Permintaan Dalam Pilihan Halal-Halal


Permintaan terhadap komoditas halal sama dengan permintaan dalam
ekonomi konvensional, yaitu berbanding terbalik terhadap harga komoditas.
Apabila harga naik, maka jumlah komoditas halal yang diminta akan

4
berkurang, dan sebaliknya, apabila harga turun, maka jumlah komoditas halal
yang diminta akanbertambah dengan asumsi faktor lain ceteris paribus.

2. Permintaan Dalam Pilihan Halal-Haram


Ketika seorang muslim dihadapkan pada dua pilihan antara komoditas
halal atau komoditas haram, maka secara rasional sebagai seorang muslim
dengan sejumlah pendapatan yang dimiliki harus mengalokasikan yaitu
permintaan yang akan memberikan kepuasan dunia dan akhirat (berkah dunia
dan akhirat). seluruh pendapatannya hanya untuk mengkonsumsi komoditas
halal25.
Begitu juga ketika seorang muslim dihadapkan pada komoditas halal yang
harganya lebih mahal dari pada harga komoditas haram, Maka jika seorang
muslim berperilaku sesuai dengan aturan-aturan syari’ah maka hal ini tidak
akan memengaruhi permintaan atas komoditas halal, artinya seorang muslim
akan tetap membeli komoditas yang berlabel halal meskipun harganya lebih
mahal dari harga komoditas yang tidak diberi label halal. Dalam kondisi seperti
ini hukum permintaan tidak berlaku, karena yang memengaruhi permintaan
seorang muslim adalah maslahah.

3. Permintaan Barang Haram Dalam Keadaan Darurat


Pada prinsipnya seorang muslim diberikan pilihan hanya untuk
mengkonsumsi komoditas yang halal dan thayyib, sehingga dalam mencapai
keberkahan tidak ada permintaan atas komoditas haram kecuali dalam keadaan
darurat26
Secara matematis permintaan terhadap komoditas haram dalam keadaan
darurat bukan fungsi dari harga komoditas haram, adanya permintaan atas
komoditas haram hanya dikarenakan adanya faktor keadaan yang dapat
mengancam keselamatan jiwa bukan karena faktor harga komoditas haram
tersebut. sehingga dengan demikian hukum permintaan tidak berlaku pada
komoditas haram. Dan penggunaan konsep darurat terbatas dan harus sesuai
dengan syari’ah,

5
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan
Permintaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah harga
barang yang bersangkutan, harga barang substitusi atau komplementer, selera,
jumlah penduduk dan tingkat pendapatan.4 Berikut faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan,antara lain :

1. Harga
Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa
atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena
memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.5
Hubungan harga dengan permintaan adalah hubungan yang negatif.
Artinya bila yang satu naik maka yang lainnya akan turun dan begitu juga
sebaliknya. Semua ini berlaku dengan catatan faktor lain yang mempengaruhi
jumlah permintaan dianggap tetap.

2. Harga Barang Lain


Terjadinya perubahan harga pada suatu barang akan berpengaruh pada
permintaan barang lain. Harga barang lain dapat meliputi harga barang
substitusi, komplemen, dan independen. Salah satu contoh barang substitusi,
bila harga kopi naik, biasanya permintaan teh akan naik. Barang komplementer
contohnya roti dengan keju. Apabila keduanya dipakai secara bersamaan
sehingga dengan demikian bila salah satu dari harga barang tersebut naik, pada
umumnya akan mempengaruhi banyaknya konsumsi barang komplemennya.
Barang independen adalah barang yang tidak dipengaruhi oleh harga barang
yang lain.

3. Selera
Selera merupakan variabel yang mempengaruhi besar kecilnya
permintaan. Selera dan pilihan konsumen terhadap suatu barang bukan saja

4
Permintaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah harga barang yang
bersangkutan, harga barang substitusi atau komplementer, selera, jumlah penduduk dan tingkat
pendapatan.2
5
Philip Kotler dan Armstrong, Prinsip-Prinsip Pemasaran (Jakarta, Erlangga, Edisi Kedelapan,
2001), hal. 40

6
dipengaruhi oleh struktur umum konsumen, tetapi juga karena faktor adat dan
kebiasaan setempat, tingkat pendidikan, atau lainnya.

4. Jumlah Penduduk
Semakin banyaknya jumlah penduduk makin besar pula barang yang
dikonsumsi dan makin naik permintaan. Penambahan jumlah penduduk
mengartikan adanya perubahan struktur umur. Dengan demikian,
bertambahnya jumlah penduduk adalah tidak proporsional dengan
penambahan jumlah barang yang dikonsumsi.

5. Tingkat Pendapatan
Perubahan tingkat pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang
yang dikonsumsi. Secara teoritis, peningkatan pendapatan akan meningkatkan
konsumsi. Bertambahnya pendapatan, maka barang yang dikonsumsi tidak
hanya bertambah kuantitasnya, tetapi kualitasnya juga meningkat.

6. Perkiraan Harga di Masa yang Akan Datang


Jika kita memperkirakan harga suatu barang akan naik, maka akan lebih
baik membeli barang tersebut sekarang, sehingga mendorong orang untuk
membeli lebih banyak saat ini guna menghemat belanja di masa depan.

7. Distribusi Pendapatan
Tingkat pendapatan perkapita bisa memberikan kesimpulan yang salah
bila distribusi pendapatan buruk. Jika distribusi pendapatan buruk, berarti daya
beli secara umum melemah, sehingga permintaan terhadap suatu barang
menurun.

8. Usaha-usaha Produsen Meningkatkan Penjualan


Bujukan para penjual untuk membeli barang besar sekali peranannya
dalam mempengaruhi masyarakat. Usaha-usaha promosi kepada pembeli
sering mendorong orang untuk membeli banyak daripada biasanya.

7
E. Kurva Permintaan
Kurva permintaan adalah kurva yang menghubungkan antara harga
barang (cateris paribus) dengan jumlah barang yang diminta6.Kurva permintaan
menggambarkan tingkat maksimum pembelian pada harga tertentu, cateri paribus
(keadaan lain tetap sama). Kurva permintaan menggambarkan harga maksimum
yang konsumen bersedia bayarkan untuk barang bermacam-macam jumlahnya per
unit waktu. Konsumen tidak bersedia membayar pada harga yang lebih tinggi
untuk sejumlah tertentu, tetapi pada jumlah yang sama konsumen bersedia
membayar pada harga yang lebih rendah. Konsep ini disebut dengan kesediaan
maksimum konsumen mau bayar atau willingness to pay.
Kenaikan harga produk (ceteris paribus) akan menyebabkan penurunan
jumlah barang yang diminta yang berarti terjadi perpindahan di sepanjang kurva
permintaan. Perubahan variabel non harga akan menyebabkan pergeseran kurva
permintaan, atau menyebabkan perubahan jumlah barang yang diminta pada
tingkat harga tertentu. Faktor-faktor yang menyebabkan pergeseran permintaan
diantaranya adalah perubahan pendapatan, selera, harga barang lain dan jumlah
populasi.

Keterangan :
1. Garis horizontal merupakan garis yang menunjukkan jumlah barang yang
diminta atau Q (quality)

6
Malik Muqtadir, Teori Permintaan Lengkap Menurut Para Ahli (Online),
(http://www.tipepedia.com/2015/08/teori-permintaan-lengkap-menurut.html diakses 27 Januari
2016

8
2. Garis vertikal merupakan garis yang menunjukkan harga barang atau P (Price)
3. Garis permintaan ditarik dari atas menuju kebawah,karena semakin murah
harganya,maka semakin banyak permintaannya.

F. Konsumsi Inter-Temporal Dalam Islam


Manusia diberi kebebasan dalam melakukan kegiatan konsumsi sesuai
dengan aturan-aturan yang ada dalam ajaran Islam. Dalam Islam tidak hanya
mengatur tentang ibadah dan cara mendekatkan diri kepada pencipta-Nya, namun
juga kegiatan perekonomian. Perbedaan antara ilmu ekonomi modern dengan ilmu
ekonomi Islam dalam hal konsumsi terletak pada cara pendekatannya dalam
memenuhi kebutuhan setiap orang. Islam tidak mengakui kegemaran materialistis
semata-mata dari pola konsumsi.7
Konsumsi inter-temporal adalah konsumsi yang dilakukan dalam dua
waktu, yaitu pada masa sekarang (periode pertama) dan masa yang akan datang
(periode kedua).8 Konsumsi inter-temporal dalam islam merujuk pada Monzer
Kafh yang mengembangkan pemikiran ini, dengan asumsi sebagai berikut :
1. Islam dilaksanakan oleh masyarakat
2. Zakat hukumnya wajib
3. Tidak ada riba dalam perekonomian
4. Mudarobah wujud dalam perekonomian
5. Pelaku ekonomi bersikap rasional dengan memaksimalkan kemaslahatan.

G. Perbedaan Teori Permintaan Konvesional Dengan Teori Permintaan Islami


Definisi dan faktor yang dapat mempengaruhi permintaan, antara
permintaan konvensional dan permintaan Islami mempunyai kesamaan. Ini
dikarenakan bahwa keduanya merupakan hasil dari penelitian kenyataan di
lapangan (empiris) dari tiap-tiap unit ekonomi.

7
Muhammad Abdul Mannan, Ekonomi Islam Teori dan Praktek (Dasar-dasar Ekonomi Islam),
(Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1993), 44.
8
Adiwarman A Karim edisi kelima, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada,2015), hal.116.

9
Namun terdapat perbedaan yang mendasar di antara keduanya,
diantaranya keduanya, diantaranya :9
1. Perbedaan utama antara kedua teori tersebut tentunya adalah mengenai sumber
hukum dan adanya batasan syariah dalam teori permintaan Islami. Permintaan
Islami berprinsip pada entitas utamanya yaitu Islam sebagai pedoman hidup
yang langsung dibimbing oleh Allah SWT. Permintaan Islam secara jelas
mengakui bahwa sumber ilmu tidak hanya berasal dari pengalaman berupa
data-data yang kemudian mengkristal menjadi teoriteori, tapi juga berasal dari
firman-firman Tuhan (revelation), yang menggambarkan bahwa ekonomi
Islam didominasi Oleh variabel keyakinan religi dalam mekanisme sistemnya.
2. Teori ekonomi yang dikembangkan membatasi analisisnya dalam jangka
pendek yakni hanya sejauh bagaimana manusia memenuhi keinginannya saja.
Tidak ada analisis yang memasukkan nilai-nilai moral dan sosial. Analisis
hanya dibatasi pada variabel-variabel pasar semata, seperti harga, pendapatan,
dan sebagaimya. Variabel-variabel lainnya tidak dimasukkan, seperti nilai
moral, kesederhanaan, keadilan, dan sikap mendahulukan orang lain. Dalam
ekonomi konvensional filosofi dasarnya terfokus pada tujuan keuntungan dan
materialisme. Hal ini wajar saja karena sumber inspirasi ekonomi konvensional
adalah akal manusia yang tergambar pada daya kreatifitas, daya olah informasi,
dan imajinasi manusia. Padahal akal manusia merupakan ciptaan Tuhan dan
memiliki keterbatasan.
3. Konsep permintaan dalam Islam menilai semua komoditi tidak semuanya bisa
untuk dikonsumsi maupun digunakan, dibedakan antara yang halal maupun
yang haram. Allah telah berfirman dalam Surat Al-Maidah :87- 88 yang
artinya:
“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengharamkan apa
yang baik, yang telah dihalalkan Allah kepadamu dan janganlah kamu
melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas. Makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu

9
Fahrus Setyawan, dkk, Teori Permintaan Islami, Makalah Ekonomi Mikro Islami, Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri Kudus, Kudus, 2013.

10
sebagai rezeki yang halal dan baik serta bertakwalah kepada allah yang kamu
beriman kepada-Nya.”
Oleh karenanya, dalam teori permintaan Islami membahas permintaan
barang halal, barang halal, dan hubungan antara keduanya. Sedangkan dalam
permintaan konvensional, semua komoditi dinilai sama, bisa dikonsumsi atau
digunakan.
4. Dalam motif permintaan Islam menekankan pada tingkat kebutuhan konsumen
terhadap barang tersebut sedangkan motif permintaan konvensional lebih
didominasi oleh nilai-nilai kepuasan. Konvensional.menilai bahwa egoisme
merupakan nilai yang konsisten dalam mempengaruhi seluruh aktivitas
manusia.
5. Permintaan Islami bertujuan mendapatkan kesejahteraan atau kemenangan
akhirat (falah) sebagai turunan dari keyakinan bahwa ada kehidupan yang
abadi setelah kematian yaitu kehidupan akhirat, sehingga anggaran yang ada
harus disisihkan sebagai bekal untuk kehidupan akhirat.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori permintaan menjelaskan sifat hubungan antara tingkat harga
komoditas dengan jumlah komoditas yang diminta dimana hubungan ini dapat
dijelaskan melalui hukum permintaan yang mengatakan bahwa semakin rendah
harga suatu komoditas maka akan semakin banyak jumlah komoditas yang
diminta, begitupun sebaliknya. Di samping tingkat harga masih terdapat faktor
lain yang memengaruhi jumlah komoditas yang diminta, di antaranya harga
komoditas berkaitan, pendapatan, distribusi pendapatan, corak distribusi
pendapatan, selera, jumlah penduduk, dan ekspektasi harga dimasa datang.
Secara garis besar dalam perspektif ekonomi konvensional dan ekonomi
Islam konsep teori permintaan dianggap hampir sama. Perbedaan mendasar
terletak pada sumber hukum yang digunakan, adanya batasan syari’ahdalam teori
permintaan Islami, sudut pandang yang berbeda tentang komoditas serta tujuan
yang ingin dicapai.Sumber hukum utama teori permintaan Islami adalah Al-
Qur’an, Hadist dan Sunnah Rasulullah SAW. Sementara dasar permintaan
konvensional adalah akal manusia yang seringkali tidak rasional saat membeli
sejumlah komoditas, seringkali mereka akan membeli sejumlah komoditas dengan
memperhatikan harga komoditas tanpa membedakan komoditas halal dan haram
asalkan tercapai kepuasan dunia.
Sebaliknya seorang muslim yang memahami aturan-aturan syari’ah
dengan baik hanya akan membeli komoditas yang halal dan thayyibsaja kecuali
dalam keadaan darurat.
Ketika seorang muslim dihadapkan pada 2 alternatif membeli barang
halal dan halal maka dalam kondisi seperti ini hukum permintaan akan berlaku.
Namun ketika seorang muslim dihadapkan pada pilihan komoditas halal dan
haram, meskipun harga komoditas halal lebih tinggi dibandingkan komoditas
haram, dia akan tetap memilih untuk membeli komoditas halal dikarenakan faktor

12
keberkahan (maslahah). Dalam kondisi seperti ini maka hukum permintaan tidak
lagi berlaku. Begitu juga ketika seorang muslim berada dalam kondisi darurat
sehingga terpaksa membeli dan menggunakan komoditas haram maka hukum
permintaan juga tidak berlaku lagi.
Dengan memahami perbedaan yang terjadi antara teori permintaan
konvensional dengan permintaan Islami, diharapkan sebagai seorang muslim kita
dapat menerapkan dalam kehidupan pribadi dan sosial sehingga dapat meraih
kebahagian dunia dan akhirat (maslahah).

13

Anda mungkin juga menyukai