Anda di halaman 1dari 8
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ADMINISTRAS!| HUKUM UMUM Jl. HR. Rasuna Said Kav 6-7, Kuningan Jakarta Selatan Er ‘Telepon (021) 5202387 ~ 5202390, Website: www.ahu.go.id Yth. 1. Notaris di seluruh Indonesia 2, Majelis Pengawas Notaris di seluruh Indonesia SURAT EDARAN NOMOR AHU.UM.01.01-1239 TENTANG PANDUAN PENGAWASAN KEPATUHAN, PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA JASA DAN PELAPORAN KE PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKS! KEUANGAN BAGI NOTARIS Ll DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5164); 2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5406); 3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5491); 4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1473) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Hukum dan'Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 186); 5. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 9 Tahun 2017 tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa Bagi Notaris (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1087); dan 6. Peraturan Kepala PPATK Nomor 11 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyampaian Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan Bagi Profesi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1896). ll, PENGAWASAN KEPATUHAN 4. Pengawasan Kepatuhan adalah Pengawasan yang dilakukan dengan tujuan untuk menilai dan/atau memastikan kepatuhan Notaris dalam memenuhi ketentuan prinsip mengenali Pengguna Jasa dan/atau kewajiban pelaporan kepada PPATK. a 2. Pengawasan Kepatuhan dilakukan oleh Direktorat Perdata Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum. Dalam pelaksanaan Pengawasan Kepatuhan, Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum dapat dibantu oleh Majelis Pengawas Notaris. . Ruang lingkup Pengawasan Kepatuhan, meliputi Pengawasan Kepatuhan atas penerapan PMPJ dan pelaksanaan kewajiban pelaporan. |. Pengawasan Kepatuhan atas Penerapan PMPJ: a. Pengawasan Kepatuhan atas penerapan PMPJ dilakukan untuk menilai dan/atau memastikan Kepatuhan Notaris dalam memenuhi ketentuan PMPJ sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 9 Tahun 2017 tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa Bagi Notaris. b. Penilaian Pengawasan Kepatuhan sebagaimana dimaksud, pada huruf a didasarkan pada hasil pengujian dan penerapan PMPJ. Pengawasan Kepatuhan atas pelaksanaan kewajiban pelaporan @. Pengawasan Kepatuhan atas pelaksanaan kewajiban pelaporan dilakukan untuk menilai Kepatuhan Notaris dalam memenuhi kewallban pelaporan ke PPATK sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2016 tentang Pihak Pelapor Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Peraturan Kepala PPATK Nomor 11 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyampaian Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan Bagi Profesi. b. Pengawasan Kepatuhan atas kewaliban pelaporan meliputi pengujian terhadap Transaks! Pengguna Jasa yang dilakukan untuk mengetahui adanya Transaksi Keuangan Mencurigakan (TKM) yang belum dilaporkan kepada PPATK. ©. Hasil penilaian Pengawasan Kepatuhan atas kewajiban pelaporan berupa: 1) Transaksi yang telah memenuhi kriteria wajib dilaporkan namun belum dilaporkan oleh Notaris; dan/atau 2) Transaksi yang berindikasi memenuhi kriteria waiib dilaporkan, d. Dalam hal ditemukan adanya Transaksi yang telah memenuhi kriteria walib dilaporkan, Notaris wajib melaporkan kepada PPATK. e. Dalam hal ditemukan adanya Transaksi yang berindikasi memeriuhi kriteria wali dilaporkan, Notaris wajib melakukan penelitian untuk memastikan terpenuhi atau tidaknya kriteria Transaksi yang wajib dilaporkan, {Dalam hal berdasarkan hasil penelitian terdapat Transaksi yang memenuhi kriteria \wajib cilaporkan, Notaris wajib melaporkan kepada PPATK, . Kegiatan Pengawasan Kepatuhan a. Pengawasan Kepatuhan dilakukan oleh tim Pengawasan yang berjumlah paling sedikit 2 (dua) orang. b. Tim Pengawasan sebagaimana tersebut pada huruf a terdiri atas: 1) Pegawal Direktorat Perdata Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum; dan 2) Majelis Pengawas Nasional. ©. Dalam hal diperluken, pelaksanaan kegiatan Pengawasan Kepatuhan dapat dilakukan bersama-sama dengan PPATK. d. Dalam melakukan Pengawasan Kepatuhan, Tim Pengawasan Kepatuhan berwenang untuk: 1) meminta dokumen yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dikelola oleh Notaris, termasuk hak akses terhadap sistem informasi dan basis data. (database), 2)_meminta keterangan kepada Notaris; 3) memasuki pekarangan, lahan, gedung atau properti yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dikelola oleh Notaris. 7. Tahapan Pengawasan kepatuhan, terdiri atas: a, Penyampaian laporan penilaian kepatuhan penerapan PMPJ dan pelaporan ke PPATK oleh Notaris (self-assessment) ke Kementerian Hukum dan HAM 1) Laporan penilaian kepatuhan sebagaimana dimaksud pada huruf a, meliputi: a, Pengelompokan profil Pengguna Jasa, bisnis Pengguna Jasa, negara atau wilayah, dan jasa Notaris, disertai perbandingan dengan jumlah Pengguna Jasa dengan tahun sebelurnya berdasarkan pengelompokan dimaksud, b. Ketersediaan kebijakan dan prosedur (SOP) penerapan PMPJ dan pelaporan ke PPATK, paling kurang meliputi 1. mekanisme identifikasi dan veriikasiinformasi dan dokumen Pengguna Jasa, termasuk informasi sumber dana dan tujuan transaksi Pengguna Jasa; 2. mekanisme analisis risiko dan pengelompokan Pengguna Jasa berdasarkan tingkat risiko terjadinya tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana pendanaan terorisme; 3, mekanisme penatausahaan dokumen terkait penerapan PMPJ dan pelaporan ke PPATK; dan 4. pengendalian intern yang mencakup pelaksanaan pemeriksaan berkala terhadap penerapan PMPJ yang memenuhi kriteria berisiko tinggi ©. Laporan keikutserlaan Notaris dan/atau pegawai kantor Notaris pada pelatihan terkait dengan anti pencucian uang dan pendanaan terorisme (misainya melalui e-learning/sosialisasiWworkshop). d, Penyampaian laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan ke PPATK. 2) Dalam penyampaian laporan kepatuhan sebagaimana tersebut di atas, Notaris harus menyertakan dokumen pendukung, antara lai a. Kebljakan dan Prosedur (SOP) Prinsip Mengenali Pengguna Jasa; b, Formulir Pengguna Jasa; ©. Satu Salinar/Copy Dokumen Identitas dan Formulir Pengguna Jasa yang telah dis d. Satu Contoh Salinan/Copy Dokumen Identitas Pengguna Jasa; dan e. Dokumen Hasii Penilaian Risiko Pengguna Jasa. 3) Penyampaian laporan kepatuhan dilakukan oleh Notaris melalui mekanisme online ke Kementerian Hukum dan HAM. b. Penitaian dan penetapan tingkat risiko atas masing-masing Notaris ‘Tahapan penilaian dan penetapan tingkat risiko atas masing-masing Notaris, adalah sebagai berikut: 1) Menetapkan Risiko Bawaan (inherent Risk) @) Risiko bawaan (inherent risk) merupakan risiko terjadinya tindak pidana Pencucian uang yang terjadi karena karakteristik bawaan dari masing- masing notaris, misalnya karakteristik profil Pengguna Jasa, bisnis Pengguna Jasa, negara atau wilayah, dan jasa Notaris, yang disebabkan tidak efektifnya pengendatian intern pada Notaris. b) Informasi mengenai tingkat risiko bawaan (inherent risk) dari Notaris

Anda mungkin juga menyukai