Anda di halaman 1dari 4

PENYALAHGUNAAN DATA PRIBADI SEBAGAI IMPLIKASI PINJAMAN ONLINE ILEGAL

DI MASA PANDEMI

I KADEK MARSSEL BAGIA


SEDANA
Negara, 29 Maret 2005

DAPIL BALI
SMAN 2 NEGARA
marsselbagia21@gmail.com

LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang sangat pesat telah menciptakan
perubahan kebutuhan serta gaya hidup masyarakat yang semakin bergantung dengan teknologi.
Perkembangan teknologi dapat dirasakan di berbagai akivitas sehari-hari terutama dalam situasi pandemi
Covid-19 yang tidak bisa terlepas dari teknologi. Sehingga perlindungan data pribadi di dunia digital
menjadi semakin penting karena penggunaan dokumen elektronik atau data pribadi untuk kebutuhan
tertentu.
Perkembangan IPTEK di Indonesia tidak saja memberikan manfaat melainkan juga sumber
masalah yang dapat merugikan masyarakat, seperti penyalahgunaan data, pencurian data pribadi, dan
penjualan data pribadi. Dengan terjadinya hal tersebut, maka terlihat adanya kelemahan sistem,
kurangnya pengawasan dari pemerintah, dan kelalaian pemilik data itu sendiri. Pasal 1 Nomor 1 Peraturan
Menteri Komunikasi dan Informatika No. 20 Tahun 2016 tentang Perlindungan Data Pribadi Dalam
Sistem Elektronik menyebutkan bahwa data pribadi adalah Data Perseorangan Tertentu yang disimpan,
dirawat, dan dijaga kebenaran serta dilindungi kerahasiaannya.

PERMASALAHAN
Penyelenggaraan Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi atau yang
sering disebut Pinjaman Online merupakan jenis pinjaman yang dilakukan secara online melalui platform
tertentu tanpa bertemu langsung dan tanpa membutuhkan jaminan. Namun, pinjaman dapat dilakukan
ketika peminjam telah melengkapi beberapa data sebagai syarat peminjaman, seperti nama, Nomor Induk
Kependudukan (NIK), tanggal lahir, alamat, Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan slip gaji.

1
Berdasarkan data Statistik Fintech Lending OJK (Otoritas Jasa Keuangan), pada Mei 2021 tercatat
bahwa pinjaman online yang sudah tersalurkan di masyarakat meningkat secara signifikan mencapai
Rp208 triliun. Hal ini mengindikasikan bahwa pinjaman online semakin inklusif di masyarakat. Sehingga
pinjaman online dapat diibaratkan sebagai sebuah pisau bermata dua, di satu sisi adanya kemudahan
peminjaman dan akses secara teknologi, tetapi di sisi yang lain penyalahgunaan data pribadi sangat rentan
terjadi.
Tidak dipungkiri bahwa pinjaman online ilegal kian marak terjadi. Data pribadi pun tidak dapat
dijamin kerahasiaannya dan dengan mudah dapat disalahgunakan. Satgas Waspada OJK mencatat bahwa
sepanjang dua bulan awal tahun 2019, OJK telah menemukan sebanyak 231 pinjaman online ilegal.
Kemkominfo menyatakan telah memblokir 738 sistem informasi pinjaman online ilegal sepanjang 2018.
Jumlah itu terdiri dari 211 website dan 527 aplikasi pinjaman online di Google Playstore.

PEMBAHASAN / ANALISIS
.Berdasarkan kriteria umur peminjam, pinjaman online paling banyak diakses oleh golongan usia
muda. Sekitar 63% peminjam berasal dari rentang usia 19-34 tahun. Hal ini akan menjadi masalah besar
ketika pinjaman online dianggap hal yang esensial oleh generasi muda. Menurut penjelasan Wakil Ketua
DPR RI bidang Koskesra Muhaimin Iskandar, generasi muda mempunyai potensi yang luar biasa karena
kreativitas, energi dan semangatnya yang dapat menjadi modal masa depan Indonesia yang lebih baik.
Namun pada kenyataannya mewujudkan Indonesia yang lebih baik tidak akan pernah terjadi
ketika generasi mudanya tidak bisa menjaga apa yang meraka miliki, terutama data pribadi. Pasal 26
Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menjelaskan bahwa salah satu hak yang
dimiliki oleh seseorang yaitu perlindungan atas data pribadinya. Namun perlu diingat bahwa hak akan
didapat ketika seseorang telah melaksanakan kewajibannya dan kewajiban yang dimaksud adalah
menjaga data pribadi.
Dalam mewujudkan keamanan dan perlindungan data pribadi diperlukan peran aktif dari berbagai
pihak untuk bersama-sama menciptakan generasi yang sadar privasi. Maka dari itu peranan dari wakil
rakyat sangat dibutuhkan melalui langkah-langkah yang tepat. Sehingga, DPR RI melalui komisi I nya
yang memiliki ruang lingkup tugas dibidang pertahanan, luar negeri, komunikasi dan informatika,
intelejin, dan penyiaran, mempunyai peranan yang sangat penting dalam melindungi data pribadi
masyarakat. Komisi I DPR RI dapat menjalin mitra kerja dengan lembaga pemerintah seperti
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan
organisasi pemuda untuk dapat mengatasi penyalahgunaan data pribadi dan mewujudkan generasi yang
sadar privasi.

2
Salah satu upaya mewujudkan “Generasi Sadar Privasi,” adalah melalui DPR (Dewan Perwakilan
Rakyat) dengan mengoptimalkan fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan yang dimilikinya. Adapun
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh legislator adalah sebagai berikut.
1. Fungsi Legislasi
Melalui fungsi ini DPR RI dapat menyusun serta membahas rancangan undang-undang terkait
dengan UU Data Pribadi. DPR dapat memperkuat dan mengoptimalkan UU No. 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik pasal 26 ayat 1 yang menjelaskan bahwa
penggunaan setiap informasi melalui media elektronik yang menyangkut data pribadi
seseorang harus dilakukan atas persetujuan orang yang bersangkutan. Terkait dengan RUU
Perlindungan Data Pribadi (PDP), parlemen dapat membuat atau merevisi RUU tersebut,
dikarenakan perlu adanya pengecualian keberlakuan UU pengaturan khusus bagi UMKM.
Kepatuhan bagi usaha kecil akan menyulitkan sehingga perlu adanya pengaturan yang lebih
lunak. Kemudian untuk mencegah konflik kepentingan, pengendali data pribadi tidak hanya
dari lembaga privat. Perlu adanya lembaga pengawasan independent, misalnya Komisi
Perlindungan Data Pribadi. Ketiadaan lembaga independent bisa dianggap Indonesia tidak
memenuhi syarat ‘adequate level of protection.’
2. Fungsi Anggaran
Melalui fungsi ini DPR RI dapat memberikan persetujuan atas RUU tentang APBN (Anggaran
Pendapatan Belanja Negara) yang dapat dijalankan oleh eksekutif. Komisi 1 DPR RI akan
menyetujui anggaran yang diusulkan. Anggaran tersebut kemudian dialokasikan dalam
program edukasi masyarakat melalui seminar atau webinar tentang perlindungan data pribadi
sehingga masyarakat dapat lebih cerdas dalam menggunakan data pribadi serta dapat
terwujudnya generasi yang sadar privasi.
3. Fungsi Pengawasan
Melalui fungsi ini DPR RI dapat melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN,
dan kebijakan pemerintah. Fungsi pengawasan sangat diperlukan dalam mengawasi
keefektifan berjalannya regulasi-regulasi yang telah ditetapkan. Hal ini sebagai bentuk
evaluasi apakah regulasi yang telah ada perlu ditingkatkan atau direvisi sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Selain itu pengawasan mengenai pengalokasian anggaran agar tepat
guna sangat diperlukan, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang ada.

KESIMPULAN / SARAN
Sebagai Negara yang besar, kerja sama antar komponen masyarakat memiliki peran penting dalam
mewujudkan perlindungan data pribadi dan generasi yang sadar privasi. Data pribadi adalah tanggung
3
jawab dari mereka yang memilikinya dan wajib untuk menggunakannya dengan cerdas dan tepat.
Berkenaan dengan hal tersebut, selain diperlukan tindakan preventif dari setiap orang untuk melindungi
datanya masing-masing, pemerintah dan penyedia layanan diwajibkan untuk membuat mekanisme
verifikasi secara jelas diatur dalam bentuk undang-undang. Dengan adanya komitmen dari segala
komponen, maka kita bisa mewujudkan generasi yang sadar privasi karena “Dataku Tanggung Jawabku.”

REFERENSI / DAFTAR PUSTAKA

1. Anggraeni, S. F. (2018). Polemik Pengaturan Kepemilikan Data Pribadi: Urgensi Untuk Harmonisasi
dan Reformasi Hukum di Indonesia. Jurnal Hukum & Pembangunan, 48(4).
2. Aprilia, M. L., & Prasetyawati, E. (2017). Perlindungan Hukum terhadap Data Pribadi Konsumen
Pengguna Gojek. Mimbar Keadilan, 90-105. https://doi.org/10.30996/mk.v0i0.2202.
3. Hana, T. (2021). Pentingnya Perlindungan Data Pribadi di Era Digital, diakses pada 5 Agustus 2022,
https://aptika.kominfo.go.id/2021/10/pentingnya-pelindungan-data-pribadi-di-era-digital/.
4. Latumahina, R. E. (2014). Aspek Hukum Perlindungan Data Pribadi di Dunia Maya. Jurnal GEMA
AKTUALITA, 3 (2). 14-25. http://dspace.uphsurabaya.ac.id:8080/xmlui/handle/123456789/92.
5. Maruli, S. (2021). Penyalahgunaan Data Pribadi Sebagai Bentuk Kejahatan Sempurna Dalam
Perspektif Hukum Siber, diakses pada 6 Agustus 2022,
https://fhukum.unpatti.ac.id/jurnal/sasi/article/view/394/285.
6. Nafi, M. (2021). Kumpulan Aturan Mengenai Perlindungan Data Pribadi di Indonesia, diakses pada 6
Agustus 2022, https://heylawedu.id/blog/aturan-perlindungan-data-pribadi.
7. Rani, M. (2014). Perlindungan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Kerahasiaan Dan Keamanan Data
Pribadi Nasabah Bank. Jurnal Selat, 2(1).
8. Rosadi, S. D., & Pratama, G. G. (2018). Urgensi Perlindungandata Privasidalam Era Ekonomi Digital
Di Indonesia. Veritas et Justitia, 4(1).
9. Rusadi, I. (2022). Kaum Muda Usia 19-34 Tahun Jadi Mayoritas Peminjam di Aplikasi Pinjaman
Online, diakses pada 5 Agustus 2022, https://m.merdeka.com/amp/uang/kamu-muda-usia-19-34-tahun-
jadi-mayoritas-peminjam-di-aplikasi-pinjaman-online.html.

Anda mungkin juga menyukai