Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KELOMPOK AUDITING-1

STANDAR AUDIT

PRINSIP UMUM DAN TANGGUNG JAWAB

DOSEN PENGAMPU : Sayuthi M.Si., S.E., Ak., CA

KELOMPOK 1

Raka Aditya Alwantin (2001103010010)

Mhd Safwan Luthfi (2001103010110)

Nuril Aidil Al Fajri (2001103010077)

Alil Harjanuddin (2001103010005)

Mhd Bahrul Ilmi (2001103010111)

PRODI S-1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2022
Pendahuluan

Ruang Lingkup

1. Standar Audit ini mengatur tentang tanggung jawab keseluruhan auditor independen ketika melaksanakan
audit atas laporan keuangan berdasarkan SA. Secara khusus, SA ini menetapkan tujuan keseluruhan auditor
independen, serta menjelaskan sifat dan ruang lingkup suatu audit yang dirancang untuk memungkinkan
auditor independen mencapai tujuan tersebut. SA ini juga menjelaskan ruang lingkup, wewenang, dan
struktur SA, serta mengatur ketentuan untuk menetapkan tanggung jawab umum auditor independen yang
berlaku untuk semua audit termasuk kewajiban untuk mematuhi SA. Untuk selanjutnya auditor independen
disebut sebagai “auditor”.
2. SA ditulis dalam konteks audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor. Bila dipandang perlu, SA
dapat diadaptasi ketika diterapkan dalam audit atas informasi keuangan historis lainnya. SA tidak mengatur
tanggung jawab auditor yang mungkin ada dalam legislasi, peraturan, atau dalam hubungannya dengan,
sebagai contoh, penawaran efek kepada publik. Tanggung jawab tersebut dapat berbeda dengan dari
tanggung jawab yang ditetapkan dalam SA. Oleh karena itu, meskipun auditor mungkin menemukan aspek
dalam SA bermanfaat dalam kondisi tersebut, auditor tetap bertanggung jawab untuk memastikan kepatuhan
terhadap seluruh kewajiban hukum, regulasi, atau profesi yang relevan.

Audit Atas Laporan Keuangan

3. Tujuan suatu audit adalah untuk meningkatkan tingkat keyakinan pengguna laporan keuangan yang dituju.
Hal ini dicapai melalui pernyataan suatu opini oleh auditor tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam
semua hal yang material, sesuai dengan suatu kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Dalam hal
kebanyakan kerangka bertujuan umum, opini tersebut adalah tentang apakah laporan keuangan disajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka suatu audit yang dilaksanakan
berdasarkan SA dan ketentuan etika yang relevan memungkinkan auditor untuk merumuskan opini.
4. Laporan keuangan yang diaudit adalah milik entitas, yang disusun oleh manajemen entitas dengan
pengawasan dari pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola. SA tidak mengatur tanggung jawab
manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, serta tidak mengesampingkan peraturan
perundang undangan dan regulasi yang mengatur tanggung jawab mereka. Namun, suatu audit berdasarkan
SA dilaksanakan dengan premis bahwa manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola, mengakui tanggung jawab tertentu yang fundamental bagi pelaksanaan audit. Audit atas laporan
keuangan tidak melepaskan manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dari tanggung
jawab mereka.
5. Sebagai basis untuk opini auditor, SA mengharuskan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai tentang
apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan
oleh kecurangan maupun kesalahan. Keyakinan memadai merupakan suatu tingat keyakinan tinggi. Keyakinan
tersebut diperoleh ketika auditor telah mendapatkan bukti audit yang cukup kuat dan tepat untuk
menurunkan risiko audit (risiko bahwa auditor menyatakan suatu opini yang tidak tepat ketika laporan
keuangan mengandung kesalahan penyajian material) ke suatu tingkat rendah yang dapat diterima. Namun,
keyakinan memadai bukan merupakan suatu tingkat keyakinan absolut, karena terdapat keterbatasan
inheren dalam audit yang menghasilkan kebanyakan bukti audit, yang menjadi basis auditor dalam menarik
kesimpulan dan merumuskan opini, bersifat persuasif daripada konklusif.
6. Konsep materialitas dterapkan oleh auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan audit, serta dalam
pengevaluasian dampak kesalahan penyajian dalam audit dan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, jika
ada yang teridentifikasi terhadapa laporan keuangan. Pada umumnya, kesalahan penyajian, termasuk
penghilangan penyajian, dipandang material jika, baik secara individual maupun kolektif, kesalahan penyajian
tersebut diperkirakan secara wajar akan dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang dituju
yang diambil berdasarkan laporan keuangan. Pertimbangan tentang materialitas dibuat dengan
memperhatikan kondisi yang melingkupinya, dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan informasi
keuangan pengguna laporan keuangan, serta oleh ukuran atau sifat suatu kesalahan penyajian, atau
kombinasi dari keduanya. Oleh karena opini auditor berhubungan dengan laporan keuangan secara
keseluruhan, auditor tidak bertanggung jawab untuk mendeteksi kesalahan penyajian tidak material
terhadap laporan keuangan secara keseluruhan
7. SA berisi tujuan, ketentuan serta materi penerapan dan penjelasan lain yang dirancang untuk mendukung
auditor dalam memperoleh keyakinan memadai. SA mengharuskan auditor untuk menggunakan
pertimbangan profesional dan memelihara skeptisme profesional selama perencanaan dan pelaksanaan
audit, dan antara lain mencakup :
 Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh
kecurangan maupun kesalahan, berdasarkan suatu pemahaman atas entitas dan lingkungannya,
termasuk pengendalian internal entitas.
 Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah terdapat kesalahan penyajian
material, melalui perancangan dan penerapan respons yang tepat terhadap risiko yang dinilai
 Merumuskan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan kesimpulan yang ditarik dari bukti audit
yang diperoleh
8. Bentuk opini yang dinyatakan oleh auditor akan bergantung pada kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
serta peraturan perundang-undangan atau regulasi yang berlaku
9. Auditor juga dapat memilih tanggung jawab komunikasi dan pelaporan lain tertentu kepada pengguna
laporan keuangan, manajemen, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, atau pihak pihak di luar
entitas, sehubungan dengan hal hal yang timbul dari audit. Tanggung jawab tersebut dapat ditetapkan oleh
SA atau peraturan perundang-undangan atau regulasi yang berlaku.
Tanggal Efektif
10. SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah
tanggal: 1 Jan 2013 (untuk emiten) atau 1 Jan 2014 (untuk entitas selain emiten). Penerapan dini dianjurkan
untuk entitas selain emiten.
Tujuan Keseluruhan Auditor
11. Dalam melaksanakan suatu audit atas laporan keuangan, tujuan keseluruhan auditor adalah :
a. Memperoleh keyakinan memadai apakah tentang laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari
kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, dan oleh karena
itu memungkinkan auditor untuk menyatakan suatu opini tentang apakah laporan keuangan disusun,
dalam semua hak yang material, sesuai dengan suatu kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, dan
b. Melaporkan atas laporan keuangan dan mengomunikasikannya sebagaimana ditentukan oleh SA
berdasarkan temuan auditor.
12. Dalam hal keyakinan memadai tidak dapat diperoleh dan suatu opini wajar dengan pengecualian dalam
laporan auditor tidak memadai dalam kondisi tersebut untuk tujuan pelaporan kepada pengguna laporan
keuangan yang dituju, SA mengharuskan auditor untuk tidak menyatakan suatu opini atau menarik diri dari
perikatan, jika penarikan diri dimungkinkan oleh peraturan perundang-undangan atau regulasi yang berlaku.
Definisi
13. Untuk tujuan SA, terminologi dibawah ini memiliki arti sebagai sebagai berikut :
a. Kerangka pelaporan keuangan yang berlaku : kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan oleh
manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, dalam penyusunan laporan
keuangan yang dapat diterima dari sudut pandang sifat entitas dan tujuan laporan keuangan, atau yang
diharuskan oleh peraturan perundang-undangan atau regulasi.
Terminologi kerangka penyajian wajar digunakan untuk menyebut suatu kerangka pelaporan keuangan
yang mengharuskan kepatuhan terhadap ketentuan kerangka dan :
(i) Mengakui secara eksplisit atau implisit bahwa untuk mencapai penyajian secara wajar laporan
keuangan, manajemen mungkin perlu menyediakan pengungkapan yang secara khusus diharuskan
oleh kerangka : atau
(ii) Mengakui secara eksplisit bahwa manajemen mungkin perlu untuk menyimpang dari suatu
ketentuan kerangka untuk mencapai penyajian wajar laporan keuangan. Penyimpangan tersebut
hanya terjadi dalam kondisi sangat jarang.

Terminologi kerangka kepatuhan digunakan untuk menyebut suatu kerangka pelaporan keuangan yang
mengharuskan kepatuhan terhadap ketentuan kerangka, tetapi tidak mengandung pengakuan dalam buti
(i) atau (ii) tersebut di ata

B. Bukti audit informasi yang digunakan oleh auditor dalam mencapai kesimpulan yang mendasari opini
auditor. Bukti audit mencakup informasi yang terdapat dalam catatan akuntansi yang mendasari laporan
keuangan dan informasi lainnya. Untuk tujuan SA :

(i) Kecukupan bukti audit merupakan ukuran kuantitas bukti audit. Kuantitas bukti audit yang diperlukan
dipengaruhi oleh penilaian auditor atas risiko kesalah penyajian material dan juga oleh kualitas bukti auditi
tersebut.

(i) Ketepatan bukti audit merupakan ukuran kualitas bukti audit, yaitu kerelevansian dan keandalan bukti
tersebut dalam mendukung kesimpulan yang mendasari opini auditor
C. Risiko audit: Risiko bahwa auditor menyatakan suatu opini audit yang tidak tepat ketika laporan keuangan
mengandung kesalahan penyajian material. Risiko audit merupakan suatu fungsi risiko kesalahan
penyajian material dan risiko deteksi..

D. Auditor: Terminologi auditor digunakan untuk menyebut orang atau orang orang yang melaksanakan
audit (biasanya rekan perikatan atau anggota lain tim perikatan), jika relevan, Kap. Bila suatu SA
bermaksud menyatakan bahwa suatu ketentuan atau tanggung jawab harus dipenuhi oleh rekan perikatan
, maka terminologi rekan perikatan digunakan (bukan terminologi auditor). Dalam sektor publik
terminologi rekan perikatan dan KAP dibaca dengan mengacu pada terminologi yang setara yang
digunakan dalam sektor publik.

E. Risiko deteksi : Risiko bahwa prosedur yang dilaksanakan oleh auditor untuk menurunkan risiko audit ke
tingkat rendah yang dapat diterima tidak akan mendeteksi suatu kesalahan penyajian yang ada dan yang
mungkin material, baik secara individual maupun secara kolektif ketika digabungkan dengan kesalahan
penyajian lainnya.

F. Laporan keuangan: Suatu representasi terstruktur atas informasi keuangan historis, termasuk catatan atas
laporan keuangan terkait, yang dimaksudkan untuk mengomunikasikan sumber daya ekonomi atau
kewajiban entitas pada suatu tanggal atau perubahan atasnya untuk suatu periode sesuai dengan suatu
kerangka pelaporan keuangan. Pada umumnya catatan atas laporan keuangan terkait terdiri dari suatu
ikthisar kebijakan akuntansi signifikan dan informasi penjelasn lainnya. Pada umumnya, terminologi
laporan keuangan mengacu pada suatu set laporan keuangan lengkap sebagaimana ditentukan oleh
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, tetapi juga dapat mengacu pada suatu laporan keuangan
tunggal.

G. Informasi keuangan historis: Informasi yang dinyatakan dalam terminologi keuangan suatu entitas
tertentu, yang terutama dihasilkan oleh sistem akuntansi entitas tersebut, yang mencerminkan peristiwa
ekonomi yang terjadi pada periode lalu atau kondisi ekonomi pada tanggal tertenu di masa lalu.

H. Manajemen: Orang atau orang orang dengan tanggung jawab eksekutif untuk melaksanakan kegiatan
entitas. Untuk beberapa entitas di beberapa yurisdiksi, manajemen mencakuo beberapa atau seluruh
individu yang bertanggung jawab atas tata kelola, sebagai contoh, anggota eksekutif Dewan Komisiaris
atau Komite Audit, atau seorang pemilik pengelola.

I. Kesalahan penyajian: Suatu selisih atas angka, klasifikasi, penyajian, atau pengungkapan suatu pos laporan
keuangan, antara yang dilaporkan dalam laporan keuangan dengan yang seharusnya menurut kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku. Kesalahan penyajian dapat diakibatkan oleh kesalahan maupun
kecurangan.

Ketika auditor menyatakan suatu opini tentang apakah laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material, kesalahan penyajian juga mencakup penyesuaian terhadap angka, klasifikasi,
penyajian, atau pengungkapan yang, menurut pertimbangan auditor diperlukan agar laporan keuangan
disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material.

J. Premis, berkaitan dengan tanggung jawab manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola, yang melandasi pelaksanaan suatu audit: Bahwa manajemen dan, jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab terhadap tata kelola, mengakui dan memahami bahwa mereka memiliki tanggung
jawab di bawah ini yang fundamental bagi pelaksanaan suatu audit berdasarkan SA:

(i) Menyusun laporan keuangan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, termasuk, jika
relevan, penyajian wajar laporan keuangan

(ii) Menetapkan dan menjalankan pengendalian internal yang dipandang perlu oleh manajemen dan, jika
relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola untuk memungkinkan penyusunan laporan
keuangan yang bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun
kesalahan, dan

(iii) Menyediakan hal hal dibawah ini bagi auditor:


a. Akses keseluruh informasi yang disadari oleh manajamen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola, relevan dengan penyusunan laporan keuangan, seperti catatan, dokumentasi,
dan hal hal lain
b. Informasi tambahan yang mungkin diminta oleh auditor dari manajemen dan, jika relevan, pihak yang
bertanggung jawa atas tata kelola, untuk tujuan audit, dan
c. Akses tidak terbatas ke orang orang dalam entitas yang dipandang perlu oleh auditor untuk
memperoleh bukti audit

Dalam hal kerangka penyajian wajar, butir (i) tersebut diatas dapat dibaca sebagai tanggung jawab
penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan.

Terminologi premis berkaitan dengan tanggung jawab manajamen, dan jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, yang melandasi pelaksanaan suatu audit juga dapat disebut sebagai
premis.

K. Pertimbangan professional : Penerapan pelatihan, pengetahuan, dan pengalaman yang relevan, dalam
konteks standar audit akuntansi, dan etika, dalam membuat keputusan yang diinformasikan tentang
tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi dalam perikatan audit.

L. Skeptisme professional: Suatu sikap yang mencakup suatu pikiran yang selalu mempertanyakn, waspada
terhadap kondisi yang dapat mengindikasikan kemungkinan kesalahan penyajian, baik yang disebabkan
oleh kecurangan maupun kesalahan, dan suatu penilaian penting atas bukti audit.

M. Keyakinan memadai: Dalam konteks suatu audit atas laporan keuangan, suatu tingkat keyakina tinggi,
tetapi bukan tingkat keyakinan absolut.

N. Risiko kesalahan penyajian material : Risiko bahwa laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian
material sebelum dilakukan audit. Risiko tersebut terdiri dari dua komponen yakni risik inheren dan risiko
pengendalian

O. Pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola

P. Entitas dengan kepentingan publik

Q. Emiten: entitas yang efeknya terdaftar dan diperdagangkan suatu bursa efek yang diakui, atau dipasarkan
menurut regulasi suatu bursa efek yang diakui atau institusi setara lainnya.

Anda mungkin juga menyukai