Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan salah satu masalah kesehatan yang
utama. Insiden NPB di Amerika Serikat adalah sekitar 5% orang dewasa. Kurang
lebih 60%-80% individu setidaknya pernah mengalami nyeri punggung dalam
hidupnya. Nyeri punggung bawah merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak di
Amerika Serikat dengan angka prevalensi berkisar antara 7,6-37%.
Insidens tertinggi dijumpai pada usia 45-60 tahun. Pada penderita dewasa tua,
nyeri punggung bawah mengganggu aktivitas sehari-hari pada 40% penderita, dan
menyebabkan gangguan tidur pada 20% penderita. Sebagian besar (75%) penderita
akan mencari pertolongan medis, dan 25% di antaranya perlu dirawat inap untuk
evaluasi lebih lanjut. Nyeri punggung bawah (NPB) pada hakekatnya merupakan
keluhan atau gejala dan bukan merupakan penyakit spesifik. Penyebab NPB antara
lain kelainan muskuloskeletal, system saraf, vaskuler, viseral, dan psikogenik. Salah
satu penyebab yang memerlukan tindak lanjut (baik diagnostik maupun terapi
spesifik) adalah hernia nukleus pulposus (HNP).
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit, dimana bantalan
lunak diantara ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau Nukleus Pulposus)
mengalami tekanan dan pecah, sehingga terjadi penyempitan dan terjepitnya urat-urat
saraf yang melalui tulang belakang kita. Saraf terjepit lainnya di sebabkan oleh
keluarnya nukleus pulposus dari diskus melalui robekan annulus fibrosus keluar
menekan medullas spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan saraf spinalis
sehingga menimbulkan rasa nyeri yang hebat.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi


Ruas-ruas tulang belakang manusia tersusun dari atas ke bawah dan diantara
ruas-ruas dihubungkan dengan tulang rawan yang disebut cakram sehingga tulang
belakang dapat tegak dan membungkuk. Dan disebelah depan dan belakangnya
terdapat kumpulan serabut kenyal yang memperkuat kedudukan ruas tulang belakang.
Tulang belakang terdiri dari 30 tulang yang terdiri atas :

1. Vertebra servicalis sebanyak 7 ruas dengan badan ruas kecil dan lubang ruasnya
besar. Pada taju sayapnya terdapat lubang saraf yang disebut foramen
transversalis. Ruas pertama disebut atlas yang memungkinkan kepala
mengangguk. Ruas kedua disebut prosesus odontoit (aksis) yang memungkinkan
kepala berputar ke kiri dan kekanan.
2. Vertebra thorakal sebanyak 12 ruas. Badan ruasnya besar dan kuat, taju durinya
panjang dan melengkung.
3. Vertebra lumbalis sebanyak 5 ruas. Badan ruasnya tebal, besar dan kuat, taju
durinya agak picak. Bagian ruas kelima agak menonjol disebut promontorium.
4. Vertebra sacralis sebanyak 5 ruas. Ruas-ruasnya menjadi satu sehingga
menyerupai sebuah tulang.
5. Vertebra koksigialis sebanyak 4 ruas. Ruasnya kecil dan menjadi sebuah tulang
yang disebut os koksigialis. Dapat bergerak sedikit karena membentuk persendian
dengan sacrum.
Diantara korpus vertebra mulai dari cervikalis kedua sampai vertebra sakralis
terdapat discus intervertebralis. Discus-discus ini membentuk sendi fobrokartilago
yang lentur antara dua vertebra. Discus dipisahkan dari tulang yang diatas dan
dibawanya oleh lempengan tulang rawan yang tipis. Discus intervertebralis
menghubungkan korpus vertebra satu sama lain dari servikal sampai lumbal atau

2
sacral. Diskus ini berfungsi sebagai penyangga beban dan peredam kejut (shock
absorber). Diskus intervertebralis terdiri dari tiga bagian utama yaitu:

1. Annulus fibrosus, terbagi menjadi 3 lapis:


 Lapisan terluar terdiri dari lamella fibro kolagen yang berjalan
menyilang konsentris mengelilingi nucleus pulposus sehingga
bentuknya seakan-akan menyerupai gulungan per (coiled spring)
 Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kartilagenus
 Daerah transisi.
2. Nucleus pulposus
Nucleus pulposus adalah bagian tengah discus yang bersifat semigetalin,
nucleus ini mengandung berkas-berkas kolagen, sel jaringan penyambung
dan sel-sel tulang rawan. Juga berperan penting dalam pertukaran cairan
antar discus dan pembuluh-pembuluh kapiler.
3. Vertebral endplate
Tulang rawan yang membungkus apofisis korpus vertebra, membentuk
batas atas dan bawah dari diskus.

3
Gambar 2. Pembagian Regio dari Columna Vertebralis

2.2 Definisi
Hernia adalah protrusi atau penonjolan dari sebuah organ atau jaringan
melalui lubang yang abnormal. Nukleus pulposus adalah massa setengah cair yang
terbuat dari serat elastis putih yang membentuk bagian tengah dari diskus
intervertebralis.
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) didefinisikan sebagai suatu keadaan
patologis dimana terjadi protusi dari anulus fibrosus beserta nukleus pulposus ke
dalam lumen kanalis vertebralis.. HNP dapat terjadi pada semua segmen vertebra,
tetapi yang paling sering terjadi di segmen lumbal. Kasus HNP yang paling sering
terjadi adalah pada diskus intervertebralis L5-S1, disusul oleh herniasi pada diskus
intervertebralis L4-5, L3-4, L2-3, dan L1-2.
HNP mempunyai banyak sinonim antara lain : Hernia Diskus Intervertebralis,
Ruptur Disc, Slipped Disc, Prolapsed Disc dan sebagainya

Gambar 1. Penampang korpus vertebra

4
2.3 Epidemiologi
Prevalensi HNP berkisar antara 1 – 2 % dari populasi. Usia yang paling sering
adalah usia 30 – 50 tahun. Pada penelitian HNP paling sering dijumpai pada tingkat
L4-L5; titik tumpuan tubuh di L4-L5-S1. Penelitian Dammers dan Koehler pada 1431
pasien dengan herniasi diskus lumbalis, memperlihatkan bahwa pasien HNP L3-L4
secara bermakna dari usia tua dibandingkan dengan pasien HNP L4-L5.
HNP merupakan salah satu penyebab dari nyeri punggung bawah yang
penting. dan merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama. Insiden HNP di
Amerika Serikat adalah sekitar 5% orang dewasa. Kurang lebih 60-80% individu
pernah mengalami nyeri punggung dalam hidupnya. Nyeri punggung bawah
merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak di Amerika Serikat dengan angka prevalensi
berkisar antara 7,6-37% insidens tertinggi dijumpai pada usia 45-60 tahun. Pada
penderita dewasa tua, nyeri punggung bawah mengganggu aktivitas sehari-hari pada
40% penderita dan menyebabkan gangguan tidur pada 20% penderita akan mencari
pertolongan medis, dan 25% diataranya perlu rawat inap untuk evaluasi lebih lanjut.

2.4 Etiologi

Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan


meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang lentur
dan tipisnya nucleus pulposus. Annulus fibrosus mengalami perubahan karena
digunakan terus menerus. Akibatnya, annulus fibrosus biasanya di daerah lumbal
dapat menyembul atau pecah.
Hernia nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh karena
adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai discus intervertebralis
sehingga menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada kebanyakan pasien gejala
trauma bersifat singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak
terlihat selama beberapa bulan atau bahkan dalam beberapa tahun. Kemudian pada
generasi diskus kapsulnya mendorong ke arah medulla spinalis, atau mungkin ruptur

5
dan memungkinkan nucleus pulposus terdorong terhadap sakus doral atau terhadap
saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal
2.5 Patofisiologi

Pada tahap pertama sobeknya annulus fibrosus bersifat sirkum ferensial.


Karena adanya gaya traumatic yang berulang, sobekan tersebut menjadi lebih besar
dan timbul sobekan radial. Apabila hal ini telah terjadi, maka risiko HNP hanya
menunggu waktu dan trauma berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan
sebagai gaya traumatik ketika hendak menegakkan badan waktu terpeleset,
mengangkat benda berat dan sebagainya.
Menjebolnya (herniasi) nucleus pulposus dapat mencapai ke korpus tulang
belakang diatas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis
vertebralis. Menjebolnya sebagian nucleus pulposus ke dalam korpus vertebra dapat
dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal sebagai nodus schmorl. Sobekan sirkum
ferensial dan radial pada annulus fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan
terbentuknya nodus schmorl merupakan kelainan yang mendasari low back pain
subkronis atau kronis yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang
dikenal sebagai ischialgia atau siatika. Menjebolnya nucleus pulposus ke kanalis
vertebralis berarti bahwa nucleus pulposus menekan radiks yang bersama-sama
dengan arteria radikularis yang berada dalam lapisan dura. Hal itu terjadi jika
penjebolan berada disisi lateral. Setelah terjadi HNP, sisa discus intervertebralis
mengalami lisis, sehingga dua korpus vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.
Kausa dari HNP lumbal dihubungkan dengan dengan proses degenerasi
diskus intervertebralis dan faktor mekanik, misalnya tekanan yang berlebihan atau
peregangan yang berlebihan pada diskus intervertebra. Cedera fleksi dapat terjadi
pada saat pasien yang bersangkutan sedang membungkuk sambil melakukan suatu
aktivitas berat, misalnya mencabut ubi, mengangkat beban berat, terjatuh dalam
posisi duduk, terpeleset, dan sebagainya. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat
mengakibatkan cedera fleksi yang memicu timbulnya HNP lumbal tanpa ada cedera-
cedera sebelumnya.

6
Faktor lain yang berperan dalam patogenesis HNP lumbal adalah proses
degenerasi diskus intervertebralis. Secara molekuler, degenerasi terjadi apabila
terproduksinya komponen-komponen matriks yang abnormal atau meningkatnya
mediator-mediator yang bertugas mendegradasi matriks, seperti Interleukin-1 (IL-1),
Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α), Matrix Metalloproteinases (MMPs), dan
menurunnya Tissue Inhibitors of Metalloproteinases (TIMPs). Akibat dari degenerasi
diskus, kadar proteoglikan dan air di nukleus pulposus menjadi turun.

2.6 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri dipunggung bawah
disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. HNP terbagi atas HNP sentral dan
lateral.
 HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia dan
retensi urine
 HNP lateral bermanifestasi pada rasa nyeri dan nyeri tekan yang
terletak pada punggung bawah, di tengah-tengah area bokong dan
betis, belakang tumit, dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi jari kelima
kaki berkurang dan reflex achiller negative.
Pada HNP lateral L5-S1 rasa nyeri dan nyeri tekan didapatkan di punggung
bawah, bagian lateral pantat, tungkai bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis.
Kelemahan m. gastrocnemius (plantar fleksi pergelangan kaki), m. ekstensor halusis
longus (ekstensi ibu jari kaki). Gangguan reflex Achilles, defisit sensorik pada
malleolus lateralis dan bagian lateral pedis
Gejala klinik bervariasi tergantung pada derajatnya dan radiks yang
terkena. Pada stadium awal, gejala asimtomatik. Gejala klinis muncul ketika nucleus
pulposus menekan saraf. Gejala klinis yang paling sering adalah iskialgia (nyeri
radikuler). Nyeri biasanya bersifat tajam, seperti terbakar dan berdenyut menjalar
sampai bawah lutut. Bila saraf sensoris kena maka akan memberikan gejala
kesemutan atau rasa baal sesuai dermatomnya. Bila mengenai conus atau cauda
ekuina dapat terjadi gangguan miksi, defekasi dan disfungsi seksual. Nyeri yang

7
timbul sesuai dengan distribusi dermatom (nyeri radikuler) dan kelemahan otot sesuai
dengan miotom yang terkena.
Gejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula berlangsung dan
periodik kemudian menjadi konstan. Rasa nyeri di provokasi oleh posisi badan
tertentu, ketegangan hawa dingin dan lembab, pinggang terfikasi sehingga kadang-
kadang terdapat skoliosis. Gejala patognomonik adalah nyeri lokal pada tekanan atau
ketokan yang terbatas antara 2 prosesus spinosus dan disertai nyeri menjalar kedalam
bokong dan tungkai. Low back pain ini disertai rasa nyeri yang menjalar ke daerah
iskhias sebelah tungkai (nyeri radikuler) dan secara refleks mengambil sikap tertentu
untuk mengatasi nyeri tersebut, sering dalam bentuk skilosis lumbal. Sindrom sendi
intervertebral lumbalis yang prolaps terdiri dari:
 Kekakuan atau ketegangan, kelainan bentuk tulang belakang.
 Nyeri radiasi pada paha, betis dan kaki.
 Kombinasi paresthesiasi,  lemah, dan kelemahan refleks.

GRADE HNP:
Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan keadaan herniasinya,
dimana ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia yang sesungguhnya, yaitu:
1. Protrusi diskus intervertebralis : nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa
kerusakan annulus fibrosus.

2. Prolaps diskus intervertebral : nukleus berpindah, tetapi masih dalam lingkaran


anulus fibrosus.

3. Extrusi diskus intervertebral : nukleus keluar dan anulus fibrosus dan berada di
bawah ligamentum, longitudinalis posterior.

4. Sequestrasi diskus intervertebral : nukleus telah menembus ligamentum


longitudinalis posterior.

8
Gambar 4. Grading dari Hernia Nucleus Pulposus

Nukleus pulposus yang mengalami herniasi ini dapat menekan nervus di


dalam medulla spinalis jika menembus dinding diskus (annulus fibrosus); hal ini
dapat menyebabkan nyeri, rasa tebal, rasa keram, atau kelemahan. Rasa nyeri dari
herniasi ini dapat berupa nyeri mekanik, yang berasal dari diskus dan ligamen;
inflamasi, nyeri yang berasal dari nucleus pulposus yang ekstrusi menembus annulus
dan kontak dengan suplai darah; dan nyeri neurogenik, yang berasal dari penekanan
pada nervus.

2.7 Faktor Resiko


Berikut ini adalah faktor risiko yang meningkatkan seseorang mengalami HNP :
a. Usia
Usia merupakan faktor utama terjadinya HNP karena annulus fibrosus lama
kelamaan akan hilang elastisitasnya sehingga menjadi kering dan keras,
menyebabkan annulus fibrosus mudah berubah bentuk dan ruptur.
b. Trauma
Terutama trauma yang memberikan stress terhadap columna vertebralis, seperti
jatuh.
c. Pekerjaan
Pekerjaan terutama yang sering mengangkat barang berat dan cara mengangkat
barang yang salah, meningkatkan risiko terjadinya HNP

9
d. Gender
Pria lebih sering terkena HNP dibandingkan wanita (2:1), hal ini terkait pekerjaan
dan aktivitas yang dilakukan pada pria cenderung ke aktifitas fisik yang melibatkan
columna vertebralis.

2.8 Diagnosa Banding

a. Spondylolisthesis
Spondylolisthesis adalah kondisi dari spine dimana salah satu dari vertebra tergelinci
kedepan dari satu vertebra pada lainnya dirujuk sebagai anterolisthesis dan tergelincir
kebelakan dirujuk sebagai retrolisthesis.
b. Stenosis Spinal
Pada stenosis spinal terjadi penyempitan kanalis vertebralis yang dapat disertai
penyempitan foramen intervertebralis akibat proses degenerasi dan penonjolan tulang
atau sejak semula suda sempit.

2.9. Diagnosis
2.9.1. Anamnesis
Anamnesis dapat ditanyakan hal yang berhubungan dengan nyerinya.
Pertanyaan itu berupa kapan nyeri terjadi, frekuensi, dan intervalnya; lokasi nyeri;
kualitas dan sifat nyeri; penjalaran nyeri; apa aktivitas yang memprovokasi nyeri;
memperberat nyeri; dan meringankan nyeri. Selain nyerinya, tanyakan pula pekerjaan,
riwayat trauma.

2.9.2. Pemeriksaan Neurologi


Untuk memastikan bahwa nyeri yang timbul termasuk dalam gangguan saraf.
Meliputi pemeriksaan sensoris, motorik, reflex.
a. Pemeriksaan sensoris, pada pemeriksaan sensoris ini apakah ada gangguan
sensoris, dengan mengetahui dermatom mana yang terkena akan dapat
diketahui radiks mana yang terganggu.

10
b. Pemeriksaan motorik, apakah ada tanda paresis, atropi otot.

c. Pemeeriksaan reflex, bila ada penurunan atau refleks tendon menghilang, misal
APR menurun atau menghilang berarti menunjukkan segmen S1 terganggu.
Adapun tes yang dapat dilakukan untuk diagnosis HNP adalah:

1. Pemeriksaan range of movement (ROM)


Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara aktif oleh penderita sendiri maupun secara
pasif oleh pemeriksa. Pemeriksaan ROM ini memperkirakan derajat nyeri, function
laesa, atau untuk memeriksa ada/ tidaknya penyebaran rasa nyeri.

2. Straight Leg Raise (Laseque) Test:


Tes untuk mengetaui adanya jebakan nervus ischiadicus. Pasien tidur dalam posisi
supinasi dan pemeriksa memfleksikan panggul secara pasif, dengan lutut dari tungkai
terekstensi maksimal. Tes ini positif bila timbul rasa nyeri pada saat mengangkat kaki
dengan lurus, menandakan ada kompresi dari akar saraf lumbar.

3. Lasegue Menyilang
Caranya sama dengan percobaan lasegue, tetapi disini secara otomatis timbul pula
rasa nyeri ditungkai yang tidak diangkat. Hal ini menunjukkan bahwa radiks yang
kontralateral juga turut tersangkut.

4. Tanda Kerning
Pada pemeriksaan ini penderita yang sedang berbaring difleksikan pahanya pada
persendian panggung sampai membuat sudut 90 derajat. Selain itu tungkai bawah
diekstensikan pada persendian lutut. Biasanya kita dapat melakukan ekstensi ini
sampai sudut 135 derajat, antara tungkai bawah dan tungkai atas, bila terdapat
tahanan dan rasa nyeri sebelum tercapai sudut ini, maka dikatakan tanda kerning
positif.

11
5. Ankle Jerk Reflex
Dilakukan pengetukan pada tendon Achilles. Jika tidak terjadi dorsofleksi pada kaki,
hal ini mengindikasikan adanya jebakan nervus di tingkat kolumna vertebra L5-S1.

6. Knee-Jerk Reflex
Dilakukan pengetukan pada tendon lutut. Jika tidak terjadi ekstensi pada lutut, hal ini
mengindikasikan adanya jebakan nervus di tingkat kolumna vertebra L2-L3-L4

2.9.3. Diagnosis Penunjang


1. X-Ray
X-Ray tidak dapat menggambarkan struktur jaringan lunak secara akurat. Nucleus
pulposus tidak dapat ditangkap di X-Ray dan tidak dapat mengkonfirmasikan herniasi
diskus maupun jebakan akar saraf. Namun, X-Ray dapat memperlihatkan kelainan
pada diskus dengan gambaran penyempitan celah atau perubahan alignment dari
vertebra.
2. Mylogram
Pada myelogram dilakukan injeksi kontras bersifat radio-opaque dalam columna
spinalis. Kontras masuk dalam columna spinalis sehingga pada X-ray dapat nampak
adanya penyumbatan atau hambatan kanalis spinalis
3. MRI
Merupakan gold standard diagnosis HNP karena dapat melihat struktur columna
vertebra dengan jelas dan mengidentifikasi letak herniasi.

12
Gambar 6. MRI dari columna vertebralis normal (kiri) dan mengalami herniasi (kanan)

4. Elektromyografi
Untuk melihat konduksi dari nervus, dilakukan untuk mengidentifikasi
kerusakan nervus

2.10 Penatalaksanaan
2.10.1. Terapi konservatif
Terdiri atas:
2.10.1.1. Terapi Non Farmakologis
1.Terapi fisik pasif
Terapi fisik pasif biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri punggung bawah akut,
misalnya:
a. Kompres hangat/dingin
Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang mudah dilakukan.
Untuk mengurangi spasme otot dan inflamasi. Beberapa pasien merasakan nyeri
hilang pada pengkompresan hangat, sedangkan yang lain pada pengkompresan
dingin.
b. Iontophoresis
Merupakan metode pemberian steroid melalui kulit. Steroid tersebut
menimbulkan efek anti inflamasi pada daerah yang menyebabkan nyeri. Modalitas ini
terutama efektif dalam mengurangi serangan nyeri akut.

13
c. Unit TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulator)
Sebuah unit transcutaneous electrical nerve stimulator (TENS) menggunakan
stimulasi listrik untuk mengurangi sensasi nyeri punggung bawah dengan
mengganggu impuls nyeri yang dikirimkan ke otak
d. Ultrasound
Ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan di lapisan dalam dengan
menggunakan gelombang suara pada kulit yang menembus sampai jaringan lunak
dibawahnya. Ultrasound terutama berguna dalam menghilangkan serangan nyeri akut
dan dapat mendorong terjadinya penyembuhan jaringan.
e. Latihan dan modifikasi gaya hidup
Berat badan yang berlebihan harus diturunkan karena akan memperberat
tekanan ke punggung bawah. Program diet dan latihan penting untuk mengurangi
NPB pada pasein yang mempunyai berat badan berlebihan.
Direkomendasikan untuk memulai latihan ringan tanpa stres secepat mungkin.
Endurance exercisi latihan aerobit yang memberi stres minimal pada punggung
seperti jalan, naik sepeda atau berenang dimulai pada minggu kedua setelah awaitan
NPB.
Conditional execise yang bertujuan memperkuat otot punggung dimulai
sesudah dua minggu karena bila dimulai pada awal mungkin akan memperberat
keluhan pasien.
Latihan memperkuat otot punggung dengan memakai alat tidak terbukti lebih efektif
daripada latihan tanpa alat.

2.10.1.2. Terapi Farmakologis


a. Analgetik dan NSAID ( Non Steroid Anti Inflamation Drug)
Obat ini diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi sehingga
mempercepat kesembuhan. Contoh analgetik : paracetamol, Aspirin Tramadol.
NSAID : Ibuprofen, Natrium diklofenak, Etodolak, Selekoksib.

14
b. Obat pelemas otot (muscle relaxant)
Bermanfaat bila penyebab NPB adalah spasme otot. Efek terapinya tidak sekuat
NSAID, seringkali di kombinasi denganNSAID. Sekitar 30% memberikan efek
samping mengantuk. Contoh Tinazidin, Esperidone dan Carisoprodol.

c. Opioid
Obat ini terbukti tidak lebih efektif daripada analgetik biasa yang jauh lebih aman.
Pemakaian jangka panjang bisa menimbulkan toleransi dan ketergantungan obat.

d. kortikosteroid oral
Pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi. Dipakai pada kasus HNP yang
berat dan mengurangi inflamasi jaringan.

e. Anelgetik ajuvan
Terutama dipakai pada HNP kronis karena ada anggapan mekanisme nyeri pada HNP
sesuai dengan neuropatik. Contohnya : amitriptilin, Karbamasepin, Gabapentin.

f. suntikan pada titik picu Cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan
campuran anastesi lokal dan kortikosteroid ke dalam jaringan lunak/otot pada titik
picu disekitar tulang punggung. Cara ini masih kontroversi. Obat yang dipakai antara
lain lidokain, lignokain, deksametason, metilprednisolon dan triamsinolon.

2.10.1.3 Terapi operatif pada pasien dilakukan jika:


a. Pasien mengalami HNP grade 3 atau 4.

b. Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang tersisa, atau ada
gangguan fungsional setelah terapi konservatif diberikan selama 6 sampai 12 minggu.

c. Terjadinya rekurensi yang sering dari gejala yang dialami pasien menyebabkan
keterbatasan fungsional kepada pasien, meskipun terapi konservatif yang diberikan

15
tiap terjadinya rekurensi dapat menurunkan gejala dan memperbaiki fungsi dari
pasien.

d. Terapi yang diberikan kurang terarah dan berjalan dalam waktu lama.

Pilihan terapi operatif yang dapat diberikan adalah:


a. Distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis.
b. Percutaneous distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis dengan menggunakan jarum secara
aspirasi.
c. Laminotomy/laminectomy/foraminotomy/facetectomy
Melakukan dekompresi neuronal dengan mengambil beberapa bagian dari vertebra
baik parsial maupun total.

d. Spinal fusion dan sacroiliac joint fusion:


Penggu/.naan graft pada vertebra sehingga terbentuk koneksi yang rigid diantara
vertebra sehingga terjadi stabilitas.

2.11 Pencegahan
Hernia nukleus pulposus dapat dicegah terutama dalam aktivitas fisik dan pola hidup.
Hal-hal berikut ini dapat mengurangi risiko terjadinya HNP:
a. Olahraga secara teratur untuk mempertahankan kemampuan otot,
seperti berlari dan berenang.
b. Hindari mengangkat barang yang berat, edukasi cara mengangkat yang benar.
c. Tidur di tempat yang datar dan keras.
d. Hindari olahraga/kegiatan yang dapat menimbulkan trauma
e. Kurangi berat badan.

16
2.12 Prognosa

 Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi


konservatif.
 Sebagian kecil berkembang menjadi kik meskipun sudah diterapi.
 Pada pasien yang dioperasi : 90% membaik terutama nyeri tungkai,
kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5%.

2.13 Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul dari hernia nukleus pulposus adalah atrofi otot-
otot ekstremitas inferior. Otot-otot yang mengalami atrofi tergantung dari radix saraf
yang mengalami lesi. Lesi pada radix saraf L4 menyebabkan atrofi pada
m.quadriceps femoris, lesi pada radix saraf S1 menyebabkan atrofi pada
m.gastroknemius dan m.soleus. Atrofi yang tidak mendaptkan rehabilitasi akan
menyebabkan kelumpuhan ekstremitas inferior.

17
BAB III
KESIMPULAN

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit, dimana bantalan


lunak diantara ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau Nukleus Pulposus)
mengalami tekanan dan pecah, sehingga terjadi penyempitan dan terjepitnya urat-urat
saraf yang melalui tulang belakang kita. Saraf terjepit lainnya di sebabkan oleh
keluarnya nukleus pulposus dari diskus melalui robekan annulus fibrosus keluar
menekan medullas pinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan saraf spinalis
sehingga menimbulkan rasa nyeri yang hebat.
Hernia Nukelus Pulposus (HNP) merupakan suatu gangguan yang melibatkan
ruptur annulus fibrosus sehingga nucleus pulposis menonjol (bulging) dan menekan
kearah kanalis spinalis. Pada penelitian HNP paling sering dijumpai pada tingkat L4-
L5; titik tumpuan tubuh di L4-L5-S1.
Manifestasi klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri dipunggung bawah
disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. HNP terbagi atas HNP sentral dan
lateral. HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia dan retensi
urine. HNP lateral bermanifestasi pada rasa nyeri dan nyeri tekan yang terletak pada
punggung bawah, di tengah-tengah area bokong dan betis, belakang tumit, dan
telapak kaki. Kekuatan ekstensi jari kelima kaki berkurang dan reflex achiller
negative.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, pemeriksaan klinis umum,
pemeriksaan neurologik dan pemeriksaan penunjang. Ada adanya riwayat
mengangkat beban yang berat dan berulang kali, timbulnya low back pain. Gambaran
klinisnya berdasarkan lokasi terjadinya herniasi.
Terapi yang diberikan berupa Terapi kopnservatif meliputi rehat baring (bed
rest), mobilisasi, medikamentosa, fisioterapi, dan traksi pelvis. Untuk HNP yang
berat, dapat dilakukan dengan terapi pembedahan Terapi bedah berguna untuk
menghilangkan penekanan dan iritasi saraf sehingga nyeri dan gangguan fungsi akan
hilang

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Pinzon, Rizaldy. Profil Klinis Pasien Nyeri Punggung Akibat Hernia Nukelus
Pulposus. Vol 39. SMF Saraf RS Bethesda Yogyakarta. Indonesia. 2012. Hal 749-
751.
2. Kumala, poppy. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta. Edisi Bahasa
Indonesia. 1998. hal 505
3. Company Saunder. B. W. Classification, diagnostic imaging, and imaging
characterization of a lumbar. Volume 38. 2000
4. Autio Reijo. MRI Of Herniated Nucleus Pulposus. Acta Universitatis Ouluensis D
Medica. 2006. Hal 1-31
5. Meli Lucas, Suryami antradi. Nyeri Punggung. Use Neurontin. 2003. Hal 133-148
6. Sylvia A. Price. Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep-konsep prose penyakit.
Jakarta : 1995. EGC. Hal 1023-1026.
7. Rasad, Sjahriar. Radiologi Doagnostik. Jakarta. Balai Penerbit FK Universitas
Indonesia. Jakarta.2005. Hal 337
8. S.M Lumbantobing. Neurologi Klinik. Badan Penerbit FK UI. Jakarta Badan
Penerbit FK UI. Hal 18-19
9. Rahim H. A., Priharto K. Terapi Konservatif untuk Low Back Pain. [online]. [cited
Jan 12]. Available from http://www.jamsostek.co.id. Hal 1-15
10. Pfirman CWA, Hodler J, Zanetti M, Boos N. magnetic Resonance Classification
of Lumbar Invertebral Disc Degeneration. Spine Journal. 2001.
DOI:10.1097/00007632-200109010-00011.
11.Gregory DS, Seto CK, Wortley GC, Shugart CM. Acute Lumbar Disk Pain :
Navigating Evaluation and Treatment Choices. American Family
Physician:2008:78(7).
12. The Bone and Joint Decade Task Force on Neck Pain. Neck Pain Evidence
Summary.

19

Anda mungkin juga menyukai