Anda di halaman 1dari 18

MUNASABAH AL-QURAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok


Mata kuliah : Al-Qur’an
Dosen Pengampu : Dr. Mursal Aziz M. Pd. I

Disusun oleh :

Sem. I/IK-3
Faqih Rifaldy (0701222114)
Muhammad Faruqi (0701222109)
Bagus Januar (0701221029)

PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUMATERA UTARA MEDAN 2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kekompok untuk mata kuliah
Al-Qur`an, dengan judul: “Munasabah Al-Qur`an”.

Dalam penulisan makalah ini, tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
seperti materi yang kami ambil dari berbagai sumber yang ada.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki, kritik dan saran kami harapkan untuk makalah ini supaya kami dapat lebih
baik kedepannya.

Akhirnya kami berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang


setimpal pada mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua
bantuan ini sebagai ibadah. Aamiin Yaa Robbal `Alamiin

Medan, September 2022

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3. Tujuan .......................................................................................................... 2
1.4. Manfaat ......................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
2.1 Pengertian dan Pandangan Ulama tentang Munasabah ................................. 3
2.2 Sejarah Ilmu Munasabah ............................................................................... 5
2.3 Cara Mengetahui Ayat yang Termasuk Munasabah ..................................... 6
2.4 Macam-Macam Munasabah .......................................................................... 7
A. Munasabah antarsurat dengan surat sebelumnya ..................................... 7
B. Munasabah Antaranama Surat dan Tujuan Turunnya .............................. 8
C. Munasabah antar bagian suatu ayat .......................................................... 9
E. Munasabah antar-suatu kelompok ayat dan kelompok ayat di
sampingnya .................................................................................................... 11
F. Munasabah antarfashilah (pemisah) dan isi ayat .................................... 11
G. Munasabah antarawal surat dengan akhir surat yang sama .................... 12
H. Munasabah antar-penutup suatu surah dengan awal surah berikutnya .. 12
BAB III ................................................................................................................. 14
PENUTUP ............................................................................................................. 14
KESIMPULAN ..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Memahami keterkaitan (korelasi) antara yang satu dengan yang lain


sebagai satu kesatuan merupakan sebuah keniscayaan. Dalam konteks Al-Quran,
pemahaman terhadap ayat yang satu dengan yang lain, surah yang satu dengan
yang lain sebagai sebuah kesatuan yang terkoneksi antara yang satu dengan
lainnya adalah merupakan studi yang mesti dipelajari. Para Ahlinya
mengisitilahkan studi ini dengan nama munasabah.1

Munasabah ialah sebuah konsep di dalam ulum Al-Qur`an yang


membahas tentang pemahaman makna ayat secara komprehensif dengan
menghubungkan antara ayat-ayat sebelum dan sesudahnya, antara pembuka ayat
dan penutup ayatnya, dan antara ayat dengan nama surah yang menjadi
sentralnya.Munasabah al-Qur’an diketahui berdasarkan ijtihad, bukan melalui
petunjuk Nabi (tawqifi). Setiap orang bisa saja menghubung-hubungkan antara
berbagai hal di dalam kitab Al – Qur`an, jadi munasabah adalah suatu bagian dari
ilmu Al-Quran yang membahas tentang adanya hubungan (korelasi) yang serasi
dalam uraian-uraian Al-Quran.

1
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa itu Munasabah?


2. Apa itu Munasabah Al-Qur`an?
3. Kenapa harus belajar Munasabah Al-Qur`an?
4. Macam-macam Munasabah?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui pengertian Munasabah


2. Mengetahui pengertian Munasabah Al-Qur`an
3. Mengetahui makna Munasabah Al-Qur`an
4. Mengetahui kegunaan Munasabah Al-Qur`an
5. Mengetahui ayat-ayat Munasabah Al-Qur`an

1.4. Manfaat

Manfaat yang dapat diambil oleh pembaca yaitu dapat membantu pembaca
dalam memahami dan mengetahui tentang apa itu Muhasabah Al-Qur`an dan
bagaimana cara menggunakan munasabah ini.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Pandangan Ulama tentang Munasabah

Munasabah dalam pengertian bahasa adalah cocok, patut atau sesuai,


mendekati. Jika dikatakan bahwa A munasabah dengan B, berarti A mendekati
atau menyerupai B.1

Menurut istilah, ilmu munasabah atau il-mu tanasubil ayati was suwari ini
ialah ilmu untuk mengetahui alasan-alasan penertiban dari bagian-bagian AlQuran
yang mulia. Ilmu ini menjelaskan segi-segi hubungan antara beberapa ayat atau
beberapa surat Al-Qur’an. Apakah hubungan itu berupa ikatan antara ‘am (umum)
dan khusus atau antara abstrak dan konkret. Atau antara sebab-akibat atau antara
illat dan ma’lulnya, ataukah antara rasional dan irasional, atau bahkan antara dua
hal yang kontradiksi. 2

Jadi pengertian munasabah itu tidak hanya sesuai dalam arti yang sejajar,
melainkan yang kontradiksipun termasuk dalam pengertian munasabah. Seperti
sehabis menerangkan orang mukmin lalu menerangkan orang kafir dan
sebagainya.

Sedangkan secara terminologi (istilah), munasabah dapat didefinisikan


sebagai berikut:

1. Menurut Az-Zarkasyi:

“Munasabah adalah suatu perkara yang dapat dipahami oleh akal.


Tatkala dihadapkan kepada akal, pasti akal itu akan menerimanya.”

1 Duhariadin Simbolon, M.Ag, Ulumul Quran ( Prodi Hukum Universiras Islam Negeri Sumatera Utara 2022)
h 47.

2 Muhammad Iqbal Dkk, alquran imamku Tela’ah Mendalam Mengenai Ulumul Quran (Jakaarta : Azkiya
Publishing, 2018) h 64.

3
2. Menurut Manna’ Al-Qathtan:

“Munasabah adalah aspek yang punya keterikatan antara satu kalimat


dengan kalimat lain dalam satu ayat, antara ayat satu dengan ayat lain dalam
banyak ayat, atau antara surat dengan surah yang lain (di dalam Al-Quran).

3. Menurut Ibn Al-’Arabi:

“Munasabah adalah keterkaitan ayat-ayat Al-Quran sehingga seolah-olah


merupakan satu ungkapan yang mempunyai kesatuan makna dan keteraturan
redaksi. Munasabah merupakan ilmu yang sangat agung.”

4. Menurut Al-Biqa’i:

“Munasabah adalah suatu ilmu yang mencoba mengetahui alasan-alasan


di balik susunan atau urutan bagian-bagian Al-Quran, baik dengan ayat, atau
surat dengan surat.”

Jadi munasabah adalah suatu bagian dari ilmu Al-Qur’an yang membahas
tentang adanya hubungan (korelasi) yang serasi dalam uraian-uraian Al-Qur’an.

4
2.2 Sejarah Ilmu Munasabah

Menurut asy-Syahrastani, seperti yang dikutip oleh az-Zarkasyi dalam al-


Burhan, orang pertama yang menampakkan munasabah dalam penafsiran Al-
Qur’an adalah Abu Bakar an-Nasaiburi (w.324H). Sayang kitab tafsir an-
Nasaibury yang dimaksud sangat sulit dijumpai sekarang seperti yang dinyatakan
oleh Adz-Dzahibi.3

Karena itu timbul dari cabang Ulum Al-Qur’an yang membahas khusus
persesuaian-persesuaian tersebut yang dinamakan dengan Ilmu Munasabah Al-
Qur’an atau Ilmu Ranasubil ayat wassuar. Orang pertama yang menulis ilmu
munasabah adalah Abu Bakar an-Nausaburi (32411). sebagaimana dikatakan
Syaikh Abu Hasan Ia berkata “

“Orang pertama yang memunculkan ilmu munasabah di Baghdad adalah


Syaih Abu Bakar anNaisabur dan aku tidak melihat dari selainnya.”

Dan dikembangkan oleh Ahmad bin Ibrâhim bin Zubair as-Saqâfy (628-
708 H.) dalam bukunya Al-Burhân fî Tanâsubi Suwaril-Qur’ân. Beliau hanya
membahas keserasian hubungan antar surat.

Abad ke 8 H., Burhânuddîn Muhammad bin Abdillâh az-Zarkasyiy (745-


794 H.), juga mencoba menerapkan pola ini dalam bukunya al Burhân fî 'Ulûmil-
Qur’ân, dengan lebih menekankan kepada hubungan antar ayat dengan ayat. Abad
ke 9 H. al-Biqâ'i (w. 885 H.) memadukan dua unsur yang pernah dibahas ulama
sebelumnya secara lebih fokus dan detail (hubungan antara ayat dan surah) dalam
kitab Nazmud-Durar fî Tanâsubil-Âyât was-Suwar.

3 Ajahari, M.Ag, Ulumul Quran (Ilmu-ilmu Al-Qur’an), (Yogyakarta : Aswaja Pressindo 2018) h 65.

5
2.3 Cara Mengetahui Ayat yang Termasuk Munasabah

Mengetahui munasabah atau pertautan antara beberapa ayat dalam Al-


Quran bukanlah merupakan hal-hal yang ditetapkan oleh Al-Quran itu sendiri atau
Al-Hadits, melainkan sepenuhnya bertitik tolak dari ijtihad dan kepandaian serta
kejelian si mufassir dalam menerangkan i’jaz-i’jaz dan rahasia-rahasia Al-Quran.
Oleh karena itu, sangat sulit untuk menentukan criteria yang dapat dijadikan
pedoman tatkala menentukan kriteria umum yang dapat dijadikan rujukan.
Umpamanya, jika munasabah itu seiring dengan konteks redaksi ayat serta tidak
bertentangan dengan kaedah-kaedah linguistic Arab, munasabah itu dapat
diterima.
Langkah-langkah umum yang dapat dipedomani dalam meneliti
munasabah ayat dengan ayat di dalam Al-Qur’an, yaitu:
1. Memperhatikan tujuan pembahasan suatu surat yang menjadi objek
bahasan.
2. Memperhatikan apa saja yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut
(muqaddimah).
3. Memperhatikan tingkat muqaddimah itu dalam hal dekat atau jauhnya
dalam mencapaip tujuan yang dimaksud.
4. Ketika meneliti uraian dalam surah itu perhatikan keharusan-keharusan
yang dituntuu oleh aturan, keindahan Bahasa (balaghah) yang dapat
menimbuklan perhatian dalam memahaminya.4

2.4 Urgensi Mempelajarinya


Berdasar-kan prinsip itu pulalah, Az-Zarkasyi mengatakan bahwa jika
tidak ada asbab An-Nuzul, yang lebih utama adalah mengemukakan munasabah.
Lebih jauh lagi, kegunaan mempelajari ilmu Munasabah dapat dijelaskan sebagai
berikut:

4
Prof. Dr. H Amroeni Drajat, M. Ag., Ulumul Quran Pengantar ilmu-ilmu Al-Quran (Depok: K E N C A N
A, 2017), h 62.

6
1. Dapat rnengembangkan bagian anggapan orang bahwa tema-tema Al-
Quran kehilangan relevansi antara satu bagian dan bagian yang lainnya.
2. Mengetahui atau persambungan/hubungan antara bagian Al-Quran, baik
antara kalimat atau antar ayat maupun antar surat, sehingga lebih
memperdalam pengetahuan dan penge-nalan terhadap kitab Al-Quran dan
memperkuat keyakinan terhadap kewahyuan dan kemuk-jizatannya.
3. Dapat diketahui mutu dan tingkat ke-balaghah-an bahasa Al-Quran dan
konteks kalimat-kalimatnya yang satu dengan yang lainnya, serta
persesuaian ayat atau surat yang satu dari yang lain.
4. Dapat membantu dalam menafsirkan ayat-ayat Al- Quran setelah diketahui
hubungan suatu kali-mat atau ayat dengan kalimat atau ayat yang lain.5

2.4 Macam-Macam Munasabah

Dalam Al-Quran terdapat keterkaitan (munsabah) atau interkoneksi antar ayat


atau surah dengan beragam variasinya, yaitu sebagai berikut:

A. Munasabah antarsurat dengan surat sebelumnya

As-Suyuthi menyimpulkan bahwa munasabah antarsatu surat dengan surat


sebelumnya berfungsi menerangkan atau menyempurnakan ungkapan pada
surat sebelumnya. Sebagai contoh, dalam surat Al-Fatihah [1] ayat 1 ada
ungkapan alhamdulillah. Ungkapan ini berkorelasi dengan surat Al-Baqarah
[2] ayat 152 dan 186:

‫فَا ْذ ُك ُر ْون ْي ا َ ْذ ُك ْر ُك ْم َوا ْش ُك ُر ْوا ل ْي َو َل ت َ ْكفُ ُر ْون‬


Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (lupa)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku” (Q.S Al-Baqarah [2]; 152)

5 DR. H. M. Jamil, MA, Alquran Imamku (Jakarta: Azkiya Publishing, 2018) h 77-78.

7
Berkaitan dengan munasabah macam ini, ada uraian yang baik yang
dikemukakan Nasr Abu Zaid. Ia menjelaskan bahwa hubungan khusus surat
Al-Fatihah dengan surat Al-Baqarah merupakan hubungan stilistika-
kebahasaan. Sementara hubungan-hubungan umum lebih berkaitan dengan isi
dan kandungan. Hubungan stilistika-kebahasaan ini tercemin dalam kenyataan
bahwa surat Al-Fatihah diakhiri dengan doa: Ihdina Ash-shirath Al-mustaqim,
shirath Al-ladzina an’amta alaihim ghair Al-maghdhubi ‘alaihim wa la adh-
dhallin.

Doa ini mendapatkan jawabannya dalam permulaan surat Al-Baqarah Alif,


Lam, Mim. Dzalika Al-Kitabu la raiba fihi hudan li Al-muttaqin. Atas dasar
ini, kita menyimpulkan bahwa teks tersebut berkesinambungan: “Seolah-olah
ketika mereka memohon hidayah (petunjuk) ke jalan yang lurus, dikatakanlah
kepada mereka: petunjuk yang lurus yang Engkau minta itu adanya di Al-
Kitab (Al-Quran)”.

B. Munasabah Antaranama Surat dan Tujuan Turunnya

Bila dihubungkan dengan munasabah, nama-nama surat itu mesti memiliki


kaitan, baik melallui isi surat atau melalui kedudukan surat itu sendiri. Contoh
seperti ini terlihat di surat al-Fatihah. Surat ini dinamakan demikian karena
kedudukannya sebagai pembuka (mukaddinah) sehingga posisinya
ditempatkan diawal al-Qur’an. Sebagaimana yang kita lihat dari nama al-
Fatihah ( yang membuka) atau Umm al-Kitab (Induk Kitab).6

Cerita tentang lembu betina dalam surah Al-Baqarah [2] merupakan inti
pembicaraannya, yaitu kekuasaan Tuhan membangkitkan orang mati. Dengan
perkataan lain, tujuan surat ini adalah menyangkut kekuasaan Tuhan dan
keimanan kepada hari kemudian.

6 Endad Muraddad, MUNASABAH DALAM AL-QURAN (Indonesia, ) h 429

8
C. Munasabah antar bagian suatu ayat

Munasabah antar bagian surah sering berbentuk pola munasabah Al-


tadhadat (perlawanan) seperti terlihat dalam surat Al-Hadid [57] ayat 4:

‫س َم ۤاء‬
َّ ‫َي ْعلَ ُم َما َيل ُج فى ْالَ ْرض َو َما َي ْخ ُر ُج م ْن َها َو َما َي ْنز ُل منَ ال‬
‫َو َما َي ْع ُر ُج ف ْي َها‬
Antara kata “yaliju” (masuk) dengan kata “yakhruju” (keluar), serta kata
“yanzilu” (turun) dengan kata “ya’ruju” (naik) terdapat korelasi perlawanan.
Contoh lainnya adalah kata “Al-‘adzab” dan “Ar-rahmah” dan janji baik
setelah ancaman. Munasabah seperti ini dapat dijumpai dalam surat Al-
Baqarah [2], An-Nisa [4] dan surat Al-Mai’dah [5].

D. Munasabah antarayat yang letaknya berdampingan

Munasabah antarayat yang letaknya berdampingan sering terlihat


dengan jelas, tetapi sering pula tidak jelas. Munasabah antarayat yang
terlihat dengan jelas umumnya menggunakan pola ta’kid (penguat), tafsir
(penjelas), i’tiradh (bantahan), dan tasydid (penegasan).

1. Munasabah antarayat yang menggunakan pola ta’kid yaitu apabila


salah satu ayat atau bagian ayat menperkuat makna ayat atau bagian
ayat yang terletak di sampingnya. Contohnya adalah Q.S Al-Fatihah 1-
2

١ ‫الرحيْم‬
َّ ‫الرحْ مٰ ن‬
َّ ‫ّللا‬
ٰ ‫بسْم‬
Artinya : “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”

٢ َ‫ا َ ْل َح ْمدُ ٰلِل َرب ْال ٰعلَميْن‬


Artinya : “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”

9
2. Munasabah antarayat menggunakan pola tafsir, apabila satu ayat atau
bagian ayat tertentu ditafsirkan maknanya oleh ayat atau bagian ayat di
sampingnya. Contohnya adalah Q.S Al-Baqarah 2-3.

٢ َ‫ْب ۛ فيْه ۛ ُهدًى ل ْل ُمتَّقيْن‬ ُ ‫ٰذلكَ ْالك ٰت‬


َ ‫ب َل َري‬
Artinya : “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan)
petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa,”

٣ ۛ َ‫ص ٰلوة َ َوم َّما َرزَ ْق ٰن ُه ْم يُ ْنفقُ ْون‬


َّ ‫الَّذيْنَ يُؤْ منُ ْونَ ب ْالغَيْب َويُق ْي ُم ْونَ ال‬
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman pada yang gaib, menegakkan salat,
dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka,”

3. Munasabah antarayat menggunakan pola i’tiradh apabila terletak satu


kalimat atau lebih tidak ada kedudukannya dalam i’rab (stuktur
kalimat), baik di pertengahan kalimat atau di antara dua kalimat yang
berhubungan maknanya. Contohnya adalah Q.S An-Nahl 57.

ُ ‫َويَجْ عَلُ ْونَ ٰلِل ْالبَ ٰنت‬


٥٧ َ‫سبْحٰ نَه َولَ ُه ْم َّما يَ ْشت َ ُه ْون‬
Artinya : “Mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan; Mahasuci Dia,
sedangkan untuk mereka sendiri apa yang mereka sukai (anak-anak laki-laki)”

4. Adapun munasabah antarayat menggunakan pola bentuk tasydid


apabila satu ayat atau bagian ayat yang mempertegas arti ayat yang
terletak di sampingnya. Q.S Al-Fatihah 6-7

٦ ‫ط ْال ُم ْست َقي َْم‬


َ ‫ا ْهدنَا الص َرا‬
Artinya : “Bimbinglah kami ke jalan yang lurus,”

٧ ࣖ َ‫علَيْه ْم َو َل الض َّۤاليْن‬ ُ ‫غيْر ْال َم ْغ‬


َ ‫ض ْوب‬ َ َ‫ط الَّذيْنَ ا َ ْن َع ْمت‬
َ ‫علَيْه ْم ە‬ َ ‫ص َرا‬
Artinya : “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat.”
5. Munasabah antarayat yang tidak jelas dapat dilihat melalui qara’in
ma’nawiyyah (hubungan makna) yang terlihat dalam empat pola
munasabah: At-tanzir (perbandingan), Al-mudhadat (perlawanan),
istithrad (penjelasan lebih lanjut) dan At-takhallush (perpindahan).
Munasabah yang berpolakan At-tanzir terlihat pada adanya
perbandingan antara ayat-ayat yang berdampingan. Munasabah yang

10
berpolakan Al-mudhadat terlihat adanya perlawanan makna antar satu
ayat makna yang lain yang berdampingan. Munasabah yang
berpolakan istithradh terlihat pada adanya penjelasan lebih lanjut dari
suatu ayat.
6. Selanjutnya, pola munasabah takhallush terlihat pada perpindahan dari
awal pembicaraan pada maksud tertentu secara halus. Misalnya, dalam
surat Al-A’raf [7], mula-mula Allah berbicara tentang para nabi dan
umat terdahulu, kemudian tentang Nabi Musa dan para pengikutnya
yang selanjutnya berkisah tentang Nabi Muhammad dan umatnya.

E. Munasabah antar-suatu kelompok ayat dan kelompok ayat di


sampingnya

Dalam surat Al-Baqarah [2] ayat 1 sampai ayat 20, misalnya Allah
memulai penjelasan-Nya tentang kebenaran dan fungsi Al-Quran bagi
orang-orang yang bertakwa. Dalam kelompok ayat-ayat berikutnya
dibicarakan tiga kelompok manusia dan sifat-sifat mereka yang berbeda-
beda, yaitu: mukmin, kafir, dan munafik.

F. Munasabah antarfashilah (pemisah) dan isi ayat

Macam munasabah ini menggandung tujuan-tujuan tertentu. Di


antaranya adalah untuk menguatkan (tamkin) makna yang terkandung
dalam suatu ayat. Misalnya dalam surat An-Naml [27] ayat 80:

‫ع ۤا َء اذَا َولَّ ْوا‬ ُّ ‫انَّ َك َل ت ُ ْسم ُع ْال َم ْو ٰتى َو َل ت ُ ْسم ُع ال‬


َ ُّ‫ص َّم الد‬
َ‫ُم ْدبريْن‬
Artinya: “Sesungguhnya kami tidak dapat menjadikan orang-orang
yang mati mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli
mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling
membelakang.”(Q.S. An-Naml: 80)
Kalimat “idza wallau mudbirin” (apabila mereka telah berpaling
membelakang) merupakan penjelasan tambahan terhadap makna “ Ash-
Shum” (orang tuli).

11
G. Munasabah antarawal surat dengan akhir surat yang sama

Tentang munasabah samacam ini, As-Suyuthi talah mengarang sebuah


buku yang berjudul Marasid Al-Mathali fi Tanasub Al-Maqati’ wa Al-
Mathali. Contoh munasabah ini dalam surat Al-Qashas [28] yang bermula
dengan menjelaskan perjuangan Nabi Musa dalam berhadapan dengan
kekejaman Fir’aun. Atas perintah dan pertolongan Allah, Nabi Musa
berhasil keluar dari Mesir dengan penuh tekanan. Di akhir surat Allah
menyampaikan kabar gembira kepada Nabi Muhammad yang menghadapi
tekanan dari kaumnya dan janji Allah atas kemenangannya. Kemudian,
jika di awal surat dikemukakan bahwa Nabi Musa tidak akan menolong
orang kafir. Munasbah di sini terletak dari sisi kesamaan kondisi yang
dihadapi oleh kedua Nabi tersebut.

H. Munasabah antar-penutup suatu surah dengan awal surah


berikutnya

Jika diperhatikan pada setiap pembukaan surah, akan dijumpai


munasabah dengan akhir surah sebelumnya, sekalipun tidak mudah untuk
mencapainya.

Contoh, permulaan surat Al-Baqarah [2]:

‫ۤال ۤم‬

َ‫ْب ۛ فيْه ۛ ُهدًى ل ْل ُمتَّقيْن‬ ُ ‫ٰذل َك ْالك ٰت‬


َ ‫ب َل َري‬
Artinya: “Alif Lam Mim. Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan
padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.”(Q.S. Al-Baqarah: 1-2)

12
Ayat ini bermunasabah dengan akhir surat Al-Fatihah[1]:

ُ ‫غيْر ْال َم ْغ‬


‫ض ْوب‬ َ ‫علَيْه ْم ە‬ َ ‫ط الَّذيْنَ ا َ ْن َع ْم‬
َ ‫ت‬ َ ‫ص َرا‬
َ‫علَيْه ْم َو َل الض َّۤاليْن‬َ
Artinya: “...(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau
anugrahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan)mereka yang dimurkai
dan bukan (pula jalan)mereka yang sesat.” (Q.S. Al-Fatihah: 7)

13
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Ilmu Munasabah adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana


mencari hubungan suatu ayat dengan ayat ataupun surat dengan surat yang ada di
dalam Al-Qur`an. Terdapat beberapa cara mengetahui Munasabah, yaitu : harus
memperhatikan tujuan pembahasan dari suatu ayat atau surat, uraian ayat-ayat
yang sesuai dengan tujuan yang dibahas dalam surah, menjelaskan dan
menguraikan ayat-ayat tersebut.

Dan mencari ayat atau surat Munasabah juga ada banyak macam yaitu :
dengan mencari antara surat dengan surat sebelumnya, mencari antara nama surat
dan tujuan turunnya, mencari antar bagian suatu ayat, mencari ayat yang letaknya
berdampingan, mencari suatu kelompok ayat dengan kelompok ayat yang ada di
sampingnya, munasabah antar fashilah (pemisah) dan isi ayat, munasabah antar
awal surat dengan akhir surat yang sama, dan munasabah antar penutup surat
dengan awal surat berikutnya.

Dengan mempelajari ilmu munasabah, pembaca diharapkan akan dapat


membantu dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an secara lebih tepat setelah
diketahui hubungan suatu surat atau ayat tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

Duhariadin Simbolon, M.Ag, Ulumul Quran ( Prodi Hukum Universiras Islam


Negeri Sumatera Utara 2022) h 47.

Muhammad Iqbal Dkk, alquran imamku Tela’ah Mendalam Mengenai Ulumul


Quran (Jakaarta : Azkiya Publishing, 2018) h 64.

Ajahari, M.Ag, Ulumul Quran (Ilmu-ilmu Al-Qur’an), (Yogyakarta : Aswaja


Pressindo 2018) h 65.

Prof. Dr. H Amroeni Drajat, M. Ag., Ulumul Quran Pengantar ilmu-ilmu Al-
Quran (Depok: K E N C A N A, 2017), h 62.

DR. H. M. Jamil, MA, Alquran Imamku (Jakarta: Azkiya Publishing, 2018) h 77-
78.

Endad Musaddad, MUNASABAH DALAM AL-QURAN (Indonesia, ) h 429.

15

Anda mungkin juga menyukai