Anda di halaman 1dari 11

Ketahanan Nasional Dalam Menghadapi

Pandemi COVID-19

Nama : Nevada Setya Budi


Nim : 710120375
Fakultas : Ekonomi P-AKT C

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


TAHUN AJARAN 2021/2022
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada awal tahun 2019 pada bulan desember. Dunia sedang dihebohkan
dengan datangnya virus SARS-CoV-2 dan pada 2 Maret 2020, untuk pertama
kalinya pemerintah mengumumkan dua kasus pasien positif Covid-19 di
Indonesia. Namun, virus corona jenis SARS-CoV-2 sebagai penyebab Covid-
19 itu sudah masuk ke Indonesia sejak awal Januari. "Sejak awal Januari
kemungkinan besar virus (SARS-CoV-2) itu sudah masuk ke Indonesia
Mobilitas Penduduk dan Covid-19: Implikasi Sosial, Ekonomi dan Politik"
pada Senin (4/5/2020). Hanya saja, identifikasi kasus pertama pada awal
Maret itu sudah merupakan transmisi lokal dan bukan penularan kasus impor.
Masuknya virus tersebut sangat mungkin terjadi melalui pintu-pintu gerbang
di beberapa wilayah Indonesia. Sejak Januari saat virus corona jenis baru ini
diumumkan dapat menular antar manusia, dan sudah menjajah di berbagai
negara lain selain Wuhan di China.
Pemerintah Indonesia tidak lantas langsung menutup akses
penerbangan langsung dari dan ke Wuhan, yang ada di sekitar enam bandara.
Antara lain Batam, Jakarta, Denpasar, Manado, Makassar. Pemerintah
Indonesia merasa sudah cukup melakukan langkah-langkah antisipasi. Antara
lain menggunakan Health Alert Card atau Yellow Card, juga Thermal Scanner
untuk mengecek suhu tubuh diatas 38,5 derajat Celsius di pintu masuk dan
keluar RI. Alhasil, data laporan kumulatif kasus konfirmasi positif Covid-19
yang setiap hari ditemukan oleh pemerintah menunjukkan bahwa sejak Maret
hingga April data grafik semakin meningkat signifikan di wilayah Sumatera
Utara, Bali, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan dan Sulawesi
Utara.
PP 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam
rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease (COVID-19) mengatur
tentang Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan dan dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan
persetujuan Menteri Kesehatan. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa
Corona Virus Disease 2019 menjadi Pandemi Internasional. Coronavirus
Pandemic telah diumumkan oleh WHO, Organisasi Kesehatan Dunia pada 11
Maret 2020. Artinya negara-negara di seluruh dunia harus merespon,
mencegah serta menangani Pandemi Virus Corona. Pemerintah menjawab
salah satunya dengan PP 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala
Besar dalam rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease (COVID-
19). Berbagai negara melakukan LockDown sebagai salah satu strategi masuk
dan keluarnya penduduk untuk membatasi atau memperlambat gerak pandemi
virus corona yang dibawa oleh manusia, namun banyak juga yang tidak
melakukan lockdown, masing-masing negara memiliki strateginya masing-
masing. Namun isolasi mandiri, dan physical distancing (pembatasan jarak
fisik) dilakukan sebagaimana protokol kesehatan covid-19 yang diterbitkan
oleh WHO dan menjadi standar protokol internasional untuk menanganani
persebaran virus corona yang menggila karena kebrutalan tingkah laku
manusia.
Jumlah kasus orang yang terpapar Covid-19 di Indonesia pun terus
meningkat dari hari ke hari. Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) sampai tanggal 28 April 2020 menyatakan ada sebanyak 9.511 orang
positif, sembuh 1.254 orang sembuh, dan meninggal sebanyak 773 orang telah
meninggal dunia akibat virus tersebut. Pemerintah memang telah menetapkan
wabah Covid-19 itu sebagai bencana non alam dengan status sebagai bencana
nasional berdasarkan ketentuan UndangUndang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Bencana Nasional. Dari aspek peraturan perundang-undangan,
setidaknya Indonesia telah memiliki 2 (dua) Undang-undang dan 1 (satu)
Peraturan Pemerintah yang mengatur mengenai penanganan wabah yaitu UU
Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular, UU Nomor 6 Tahun
2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 21
Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Ketiga
instrumen hukum tersebut belum terlalu lengkap diatur oleh peraturan teknis
di bawahnya, terutama UU 6 Tahun 2018. Hal ini menjadi kendala dan urgen
menjadi prioritas pemerintah. Menurut Sumarsono Hakikat ketahanan
Nasional adalah keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional untuk dapat menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan Negara dalam mencapai tujuan nasional.
Hakikat Konsepsi Ketahanan Nasional adalah pengaturan dan
penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan secara seimbang, serasi dan
selaras dalam seluruh aspek kehidupan nasional. Berikut adalah contoh
masyarakat yang melanggar peraturan mengenai PSBB yang telah dikeluarkan
pemerintah:
a. Dikutip dari berita di liputan 6 tanggal 18 mei 2020, larangan mudik
saat pandemic Covid 19, terpantau ratusan orang menyeberang dari Pelabuhan
Bakauheni di Lampung, dan berhasil mendarat di Pelabuhan Merak, Kota
Cilegon, Banten.
b. Dikutip dari berita di kompas.com 21 mei 2020, Masih Banyak
Warga yang Keluyuran Tak
Pakai Masker. Titik pemeriksaan itu berada di pintu masuk bagian utara Kota
Pekanbaru.Contoh di atas adalah sebagian dari pelanggaran PSBB yang
dilakukan masyarakat dan masih banyak lagi permasalahan di lapangan yang
belum terpublikasikan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Respons
Studi Pembelajaran Penanganan COVID-19 Indonesia Manajemen
Respons Manajemen respons memerlukan kapasitas komunikasi risiko yang
memadai, mobilisasi sumberdaya yang akuntabel dan transparan, serta
kelembagaan dan koordinasi lintas sektor yang membuat masyarakat merasa
aman dan terlindungi oleh negara. Di tengah ketidakpastian, masyarakat
berharap pemerintah menghadirkan informasi yang tegas dan akurat sejak
awal pandemi. Informasi yang akurat menjadi rujukan bagi masyarakat untuk
menolak hoax dan infodemics (informasi liar yang tidak dapat diverifikasi,
dan sering menyesatkan, serta tersebar cepat melalui berbagai saluran media).
Diakui, pada awal terjadi pandemi COVID-19 direspons secara lambat di
Indonesia. Di masa mendatang, Indonesia harus memiliki dua hal:
a) model komunikasi dengan masyarakat secara teratur tentang
kebijakan dan aturan yang dikeluarkan (termasuk opsi PSBB), karakteristik
pandemi, protokol untuk penanganan pandemi, serta sistem monitoring,
koordinasi, dan kolaborasi lintas sektor yang digalang antarlevel pemerintahan
dan masyarakat untuk merespons pandemi
b) adanya kanal informasi tunggal yang memberikan informasi
langkah-langkah penanganan dan data pandemi yang terintegrasi secara terus
menerus kepada masyarakat luas. Absennya sistem komunikasi publik yang
terpercaya akan melahirkan ketidakpastian, baik di kalangan pemerintah
sendiri, dunia bisnis, maupun masyarakat. Akibatnya, timbul situasi
kekacauan, hilangnya kepercayaan publik terhadap kredibilitas pemerintah
yang akan melahirkan reaksi masyarakat yang berlebihan dan tidak pada
tempatnya dan menghambat implementasi kebijakan. Mobilisasi sumber daya
perlu dilakukan secara transparan dan akuntabel. Pemerintah mengeluarkan
berbagai peraturan untuk mobilisasi sumber daya dan percepatan proses
penyediaan barang/jasa. Fokus strategi pemerintah: mempermudah impor
bahan baku dan berbagai alat kesehatan, memenuhi kekurangan peralatan
kesehatan dengan revitalisasi industri perlengkapan dasar kesehatan dalam
negeri, dan mengeluarkan kebijakan pelarangan ekspor untuk produk
antiseptik, bahan baku masker, alat pelindung diri, dan etil alkohol. Bantuan
internasional bermunculan, peningkatan filantropi lokal dan inisiatif spontan
masyarakat sipil termasuk perusahaan swasta nasional dalam pemenuhan
kebutuhan APD dan alat kesehatan di awal pandemi perlu dicatat sebagai
bagian dari sejarah peningkatan yang signifikan keterlibatan masyarakat dalam
proses pembangunan kesehatan. Kendala berupa kelambatan pendistribusian
masih terjadi karena sistem birokrasi yang panjang dari pusat ke daerah dan
distribusi masih diprioritaskan untuk RS Pemerintah walau RS swasta juga
membutuhkan peningkatan ruang isolasi dan tes PCR. Pembelajaran kedepan
perlu mempertimbangkan 3 aspek untuk mengoptimalkan mobilisasi sumber
daya:
a) menguatkan kapasitas produksi domestik
b) meningkatkan kerja sama strategis dengan swasta dan masyarakat
c) memberlakukan kebijakan memotong alur distribusi menjadi lebih
sederhana dan tepat sasaran. Kelembagaan dan kepemimpinan perlu memberi
arah dan kepastian. Ketiadaan lembaga dengan kanal informasi kebijakan yang
terintegrasi dan lemahnya komunikasi risiko (risk communication) dari lini
atas sampai lini terbawah pemerintahan, dan masyarakat menyebabkan
kebijakan menjadi terfragmentasi dalam awal pandemi terjadi. Kanal
informasi tunggal akan membangun public trust terhadap pemerintah dalam
menangani pandemi COVID-19. Secara garis besar, koordinasi dan kolaborasi
antar pemangku kepentingan dapat mengikuti prinsip Pentahelix, yakni
melibatkan multi-stakeholder, pelaku usaha dan mitra pembangunan, lembaga
penelitian/akademisi, lembaga swadaya masyarat (LSM), relawan, Serta
media.

A. Meode Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan agar


mendapatkan gambaran mengenai pencegahan dan kebijakan pemerintah, serta
gambaran mengenai ketahanan negara sebagai masyarakat Indonesia untuk
memutus rantai penyebaran virus covid 19

BAB III
PEMBAHASAN

Kondisi yang dinamik dari bangsa Indonesia yang meliputi segenap


aspek kehidupan nasional yang terintegrasi, yang di dalamnya berisi keuletan
dan ketangguhan yang memiliki kemampuan untuk memperkuat kekuatan
nasional, untuk menghadapi dan juga mengatasi semua
ancaman,tantangan,hambatan, serta ancaman yang datang dari luar ataupun
dari dalam untuk melindungi integritas,identitas,kelangsungan hidup bangsa
dan juga negara serta perjuangan untuk mencapai tujuan nasionalnya. Jadi,
ketahanan nasional adalah kondisi hidup dan kehidupan nasional yang wajib
selalu diterapkan dan membudayakan secara terus-menerus dan bersama.
Maka dari itu bisa diwujudkan dimulai dari lingkungan yang kecil yaitu
pribadi,masyarakat,keluarga,bangsa dan negara dengan menggunakan niat
dasar ketahan dan juga keuletannya yang bisa mengembangkan kekuatan
nasional. Proses yang berkelanjutan ini wajib di dasari dengan pikiran-pikiran
geopolitik dan geostrategi sebagai dasar suatu konsepsi yang dibuat serta
dirumuskan dengan tetap harus memperhatikan konstelasi yang terdapat di
sekitar indonesia. Oleh sebab itu dengan adanya wabah COVID-19 ini
ancamam ketahanan negara telah berada tepat di depan mata adalah
perlambatan dalam ekonomi global karena sebagian besar Negara telah
menetapkan aturan pembatasan ruang gerak barang dari luar negeri. Kegiatan
ekspor maupun impor terpaksa terhenti. Devisa negara pun ikut menurun.
Bencana coivid-19 ini sudah membuat neraca keuangan berbagai negera
termasuk indonesia berada dalam kondisi yang tidak sehat. Itu semua karena
sebagian dana harus dialokasikan untuk membantu menghadapi virus covid-19
ini. Neraca keungan yang berfokus dengan RAPBN memerlukan penyesuaian.
Pada saat-saat seperti ini, kite memerlukan solidaritas seluruh elemen bangsa.
Yang harus dilakukan semua negara yaitu sama-sama memusnahkan virus
covid-19 ini. Pemerintah juga harus bekerjasama dengan berbagai elemen
organisasi seperti  masyarakat sipil, perusahaan, dan juga masyarakat luas
mengenai langkah-langkah yang akan diambil pemerintah untuk dilaksanakan
bersama. argumen diperlukannya pelibatan peran serta masyarakat dalam
penanganan pandemik Covid-19 menurut masing-masing gatra ketahanan
nasional, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Gatra/Aspek Geografi, dimana penyebaran Covid-19 secara nasional


dengan episentrum di wilayah Jabodetabek sangat potensial menjadi the center
of transmission ke wilayah lainnya, sehingga upaya pencegahan dan
pengurangan risiko penyebarannya secara geografis lintas wilayah menjadi
sangat penting untuk dimulai dari tingkat komunitas lokal
2. Gatra/Aspek Sumber Kekayaan Alam, dengan mempertimbangkan
masih berprosesnya upaya riset untuk menemukan vaksin untuk penyembuhan
korban terpapar positif Covid-19, dan memperhatikan keanekaragaman hayati
sumber pengobatan herbal yang perlu dieksplorasi dan dikembangkan risetnya
untuk menghasilkan vaksin Covid-19 berbasis herbal yang bisa dikembangkan
melalui pelibatan peran serta masyarakat lokal
3. Gatra/Aspek Demografi, khususnya terkait dengan migrasi
penduduk dari wilayah episentrum zona merah ke wilayah lainnya, walaupun
sudah diterapkan PSBB dan pelarangan/pembatasan mudik dan pulang
kampung oleh Pemerintah, untuk dapat mengurangi potensi penyebaran dan
penularan Covid-19, terutama dari Orang Tanpa Gejala (OTG) yang sulit
terdeteksi sebagai subyek penyebaran dan penularan Covid-19;
4. Gatra/Aspek Ideologi, dengan memperhatikan bahwa kejadian
bencana pandemik Covid-19 yang telah ditetapkan sebagai bencana nasional
bidang kesehatan, yang menuntut rasa kepedulian dan tanggung jawab dari
segenap komponen bangsa, tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah
namun juga menjadi tanggung jawab dari masyarakat, yang memerlukan
solidaritas bersama untuk dapat saling membantu melalui kontribusinya dalam
pelibatan masyarakat lokal untuk melakukan cegah tangkal Covid-19 lebih
lanjut;
5. Gatra/Aspek Politik, menunjukkan tugas dan tanggung jawab
Pemerintah, yang terbagi sesuai kewenangannya mulai dari Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota, hingga tingkat Desa/Kelurahan, dalam mengupayakan
penanganan Covid-19, tidak hanya secara kelembagaan formal seperti melalui
Gugus Tugas yang dibentuk di masing-masing tingkatan administrasi, namun
juga dalam melakukan kemitraan dengan mitra pemangku kepentingan terkait,
termasuk pelibatan peran serta masyarakat lokal dalam mengupayakan cegah
tangkal Covid-19 di tingkat komunitas lokal;
6. Gatra/Aspek Ekonomi, dengan memperhatikan bahwa dampak
pandemik Covid-19 yang tidak lagi terbatas pada kesehatan masyarakat,
namun lebih meluas menjadi krisis perekonomian nasional, khususnya
dampak krisis ekonomi terhadap usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)
dan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang diakibatkan terpuruknya sektor
usaha formal akibat pandemik Covid-19, maka insentif dan kompensasi yang
diberikan kepada pelaku usaha lokal menjadi sangat diperlukan, yang tidak
hanya melalui bantuan sosial atau insentif ekonomi lokal yang disalurkan
Pemerintah Pusat dan Daerah, namun juga dapat mengoptimalkan berbagai
bantuan yang disalurkan melalui partisipasi masyarakat lokal, yang
memberikan sumbangannya di tingkat lokal;
7. Gatra/Aspek Sosial Budaya, terutama dengan mempertimbangkan
nilai budaya dan kearifan lokal (local wisdom) di dalam mengatasi
permasalahan bencana pandemik Covid-19, seperti untuk melakukan cegah
tangkal di tingkat lokal, yang dapat diupayakan melalui pelibatan peran serta
masyarakat lokal melalui gotong royong membantu penyiapan rumah
karantina bagi ODP atau pendatang/pemudik dari wilayah zona merah, dan
sekaligus berkontribusi bersama dalam menyiapkan logistik bagi yang
dikarantina
8. Gatra/Aspek Pertahanan dan Keamanan, yang sangat relevan dalam
situasi PSBB dan karantina wilayah lokal, dimana sangat diperlukan
peningkatan kedisiplinan dari seluruh unsur masyarakat, tidak hanya yang
bermigrasi namun juga yang menjadi penerima pendatang dan pemudik,
sehingga diperlukan peranan dari Satuan Perlindungan Masyarakat
(Satlinmas) di tingkat Desa, atau Satpol PP di tingkat Kelurahan, yang bekerja
bersama masyarakat lokal dapat meningkatkan efektivitas cegah tangkal di
permukimannya masing-masing untuk mencegah atau memutus rantai
penyebaran Covid-19 lebih lanjut.
Dengan memperhatikan telaahan dari seluruh gatra/aspek ketahanan
nasional di atas, maka dapat dirangkum beberapa rekomendasi kebijakan yang
perlu dijadikan perhatian oleh pihak terkait dalam penanganan pandemik
Covid-19 lebih lanjut, untuk dapat dilakukan secara partisipatif melalui
pelibatan peran serta masyarakat.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah meneliti mengenai Perilaku Masyarakat Dalam Penerapan Ketahanan
Di Era Covid 19 Sebagai Bentuk Bela Negara peneliti menyimpulkan bahwa :
1. Penerapan ketahanan nasional dan bela Negara di tengah pandemi
ini merupakan kesadaran masyarakat masing-masing akan kewajibannya.
Kesadaran ini perlu ditumbuhkan melalui sosisalisasi pemerintah terhadap
masyarakat yang akan kurang pengetahuannya. Proses sosialisasi ini untuk
ketahanan dan bela Negara akan berhasil disetiap warga dan Negara.
2. Masyarakat yang sudah menerapkan protocol kesehatan yaitu
masyarakat yang tau bahwa akan pentingnya menjaga jarak, memakai masker
saat keluar rumah, dan selalu stay at home untuk memutus atau mengurangi
rantai penyebaran virus Covid 19 ini. Kegiatan tersebut sudah bisa dikatakan
sebagai salah satu contoh penerapan ketahanan nasional dan bela Negara.

B. SARAN
1.Saran untuk pemerintah, sebaiknya pemerintah lebih tegas dalam
masyarakat yang melanggar akan peraturan protocol kesehatan yang sudah
dibuat oleh pemerintah. Dan pemerintah sebaiknya menyediakan fasilitas-
fasilitas untuk para tenaga medis dan masyarakat, seperti masker dan
handsanitaizer untuk dibagikan kepada masyarakat, dan menyediakan APD
yang lebih banyak lagi untuk tenaga medis yang berada dirumah sakit.
2. Saran untuk masyarakat, sebaiknya masyarakat sadar akan
pentingnya menerapkan protocol kesehatan untuk memutus rantai penyebaran
virus Covid 19. Dan selalu melakukan cuci tangan, menjaga jarak, memakai
masker saat keluar rumah dam olahraga yang cukup, serta makan makanan
yang bergizi juga seimbang.

DAFTAR PUSTAKA

Hasanah Sovia, 2018, Hukum Online: Pengetian Hukum Secara Yuridis, Sosiologis
dan Filosofis dalam Peraturan Undang-undang, diakses pada:
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/It59394de7562ff( Tanggal 19 Juni
2020)

Suryaden, 2020, Permenkes 9 tahun 2020 tentang pedoman PSBB dalam rangka
Percepatan Penanganan COVID-19, diakses pada:
https://www.jogloabang.com/kesehatan/pp-21-2020-pembatasan-sosial-
berskala-besar-rangka-percepatan-penanganan-covid-19 (Tanggal 23 Juni
2020)
Lemhannas RI (2020), Bahan Ajar PPRA, PPSA dan P3DA: Geopolitik dan Wawasan

Nusantara;
Lemhannas RI (2020), Bahan Ajar PPRA, PPSA dan P3DA: Geostrategi dan
Ketahanan Nasional;
Lemhannas RI (2020), Bahan Ajar PPRA, PPSA dan P3DA: Kewaspadaan Nasional;
Manshuri dan Rao (2011), “Participatory Development Reconsidered”;
Paripurno dan Jannah (2011), Community Based Disaster Risk Management
(CBDRM)
Guideline, Masyarakat Peduli Bencana Indonesia (MPBI);
Pede, Elena (2020), “Planning for Resilience: New Paths for Managing Uncertainty”;
Sekretariat Kabinet RI (2020), Sidang Kabinet dan Rapat Terbatas Kabinet:
https://setkab.go.id/selain-kerja-sama-pusat-dan-daerah-ini-evaluasi-presiden-
soal-penanganan-covid-19/
UN-Internasional Strategy for Dissaster Risk Reduction (UN-ISDR, 2011), “Risk
Return”; Wisner and Kelman (2012), “Framing disaster: theories and stories seeking
to understand
Hazards, vulnerability and risk”.

Anda mungkin juga menyukai