Anda di halaman 1dari 19

Panduan

ICRA RENOVASI
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA BARAT
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
PEMERINTAH
RUMAH SAKIT PROVINSI
UMUM PAPUA BARAT
DAERAH
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
Alamat : Jl. Angkasa Mulyono kompleks Irman Jaya
RUMAHManokwari
SAKIT UMUM
98312,DAERAH
Alamat : Jl. Angkasa Mulyono kompleks Irman Jaya Manokwari 98312,
E-mail: rsudpapuabarat@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROPVINSI PAPUA BARAT

NOMOR :

TEANTANG

PEMBERLAKUAN PANDUAN INFECTION CONTROL RISK ASSESMENT (ICRA)

DIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan di rumah sakit


melalui pemberian pelayanan penunjang medik yang profesional,
bermutu dan aman. Maka diperlukan menetapkan Panduan Infection
Control Risk Assesment (ICRA).

b. Bahwa dalam rangka mencapai tujuan pada butir a di atas perlu


ditetapkan Panduan Infection Control Risk Assesment (ICRA)
dengan Keputusan Direktur RSUD Papua Barat

Mengingat : a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.


b. Undang-Undang RI No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 27 Tahun
2017 Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan.

2
MEMUTUSKAN

Menetapkan : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Papua Barat Tentang
Pemberlakuan Panduan Infection Control Risk Assesment (ICRA) di
RSUD Papua Barat.

Kesatu : Panduan Infection Control Risk Assesment (ICRA) agar dilaksanakan


dan di pergunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan renovasi
di Rumah Sakit.

Panduan Infection Control Risk Assesment (ICRA) agar dilaksanakan


Kedua : dan di pergunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan
surveilans infeksi di Rumah Sakit.

Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
Ketiga :
dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini akan
diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya.

Mengetahui,

Direktur

3
dr. Arnoldus Tiniap, M. Epid.

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………………………… 1


Daftar Isi ……………………………………………………………………………………. 4
BAB I Definisi…….. ……………………………………………………………………….. 5
BAB II Ruang Lingkup …………………………………………………………………….. 5
BAB III Tata Laksana……………………………………………………………………… 6
1. Metode pembuatan ICRA ………………………………………………….... 6
2. Risk Assesment PPI ………………………………………………………… 7
3. Faktor Eksternal Risk ……………………………………………………….. 7
4. Faktor Resiko Lainnya ……………………………………………………… 8
5. Tahap pembuatan ICRA ……………………………………………………. 9
BAB IV Dokumentasi ……………………………………………………………………… 15
Daftar Pustaka

4
BAB I
DEFINISI

Risk Assessment adalah penilaian yang meneliti proses secara rinci termasuk urutan kejadian
dan risiko aktual dan potensial, kegagalan atau titik kerentanan dan bahwa, melalui proses logis,
memprioritaskan area untuk perbaikan didasarkan pada dampak aktual atau potensial (kekritisan)
perawatan, pengobatan, atau pelayanan.
Infection Control Risk Assesment (ICRA) merupakan bagian dari proses perencanaan PPI.
Sebagai langkah awal untuk mengembangkan rencana dengan baik. Perencanaan yg dilakukan
secara bersama, merupakan bentuk dasar dari program.Membantu melakukan fokus surveilance dan
kegiatan program lainnya. Merupakan ketentuan persyaratan yang harus dipenuhi.
a. Melakukan identifikasi risiko untuk infeksi yang diperoleh dan di transmisikan berdasarkan :
- Lokasi geografi, community dan populasi yang dilayani
- Asuhan, pengobatan dan pelayanan yang disediakan
- Analisis dari kegiatan surveilance dan data infeksi lainnya.
b. Identifikasi risiko setiap atau dan bila terjadi perubahan yang significan

5
BAB II
RUANG LINGKUP

Dengan melaksanakan risk assesment maka RS dapat :


• Meningkatkan keselamatan pasien RS
• Meningkatkan keselamatan staf
• Meningkatkan efficiency
• Mengidentifikasi issue kebutuhan training staf
• Mengembangkan hypotesa untuk meng antisipasi potensial risiko
• Justifikasi kebutuhan untuk mengimplementasi kegiatan PPI baru atau meneruskan kegiatan yang
sedang berjalan.
• Menghindari potensial KTD

Assesmen dilakukan untuk menentukan potensi ancaman terjadi infeksi sehubungan dengan peralatan
dan peralatan medis, pengobatan, lokasi dan populasi pasien sakit, prosedur, petugas dan lingkungan
– Infection control Risk Assesment program
– Infection Control Risk Assesment renovasi dan konstruksi
– Risk assessment Fokus (MDROs)
– Haazard vulnerabulity analysis (HVA)
Orang-orang yang terlibat dalam pembuatan ICRA :
- Komite PPI membuat ICRA dan memberikan pendidikan dan pelatihan
- Bagian teknik memfasilitasi dengan memberikan peraturan perundangan dan perijinan.
- Sanitasi lingkungan, terkait dengan pembuangan limbah (baku mutu limbah)
- Tim K-3 RS melakukan edukasi dan supervisi tentang keamanan dan keselamatan
- Bagian keamanan  penjagaan keamanan
- Pimpinan Proyek

6
BAB III
TATA LAKSANA

1. Metode Pembuatan ICRA


Risk analisis akan lengkap dengan menggunakan data berikut ini Data dikelompokan :
- Menurut jumlah /jenis HAIs
- Jenis penyakit menular ( riwayat pasien dan pemeriksaan kultur )
- Kesehatan karyawan,
- Petugas terpapar benda tajam, darah/cairan tubuh
- Manajemen resiko RS, kategori resiko :
a. Manajemen resiko klinis pasien dan keselamatan pasien
b. Resiko staf medis
c. Resiko pekerja
d. Resiko peralatan
e. Resiko keuangan
f. Resiko lain
2. Risk assessment Program Pencegahan Pengendalian Infeksi
a. Identifikasi resiko kejadian dan penularan agen infeksius- pilih target atau group untuk di lakukan
assessmen
b. Eksternal
- Sehubungan dengan komuniti
- Sehubungan dengan bencana
- Persyaratan Regulasi dan akreditasi
c. Internal
- Sehubungan dengan pasien
- Sehubungan dengan petugas
- Sehubungan dengan prosedur
- Sehubungan dengan peralatan/device
- Sehubungan dengan Lingkungan
- Sehubungan dengan pengobatan

7
- Sumberdaya

3. Faktor Eksternal Risk


a. Bencana alam :
– Banjir, gempa bumi, angin puyuh/topan
b. Rusaknya pelayanan publik
– Rusaknya Fasilitas air minum (PDAM), Sanitasi umum
c. Kecelakaan
– Kecalakaan masal (pesawat,kereta api,bus)
– Kebakaran yang melibatkan massa
d. Tindakan disengaja yang membahayakan
– Bioterrorism
– “Bom bunuh diri”kontaminasi pengadaan bahan makanan dan air”
e. KLB terhadap penularan infeksi:
– Influenza,meningitis
– Penyakit lain yang disebabkan kontaminasi makan dan minuman seperti salmonella dan Hep A
– Kemungkinan pemberian vaksin yang belum merata (kaji area geografi populasi)
f. Regulasi dan akreditasi persyaratan
– Laporan infeksi rate : persyaratan data dan lainnya
– Pertemuan antara regulasi lama dan baru untuk standar persyaratan akreditasi

4. Factor resiko lainnya


a. Resiko sehubungan dengan pasien
Karakteristik dan prilaku dari populasi yang sakit
Jenis pasien
1) Wanita dan anak-anak
2) Perawatan akut orang dewasa
3) Populasi khusus : prilaku sehat, perawatan lama, rehabilitasi
b. Sehubungan dengan peralatan
Pembersihan, disinfeksi dan proses sterilisasi peralatan
- Scope

8
- Instrumen bedah
- Alat prosthesis
- Pengemasan ulang alat medis
- Reproses single use device
c. Resiko sehubungan dengan petugas
- Prilaku menjaga kesehatan
- Keyakinan budaya tentang penularan penyakit
- Pemahaman penularan penyakit dan pencegahan
- Tingkat kepatuhan terhadap pencegahan infeksi teknik, misalnya, alat pelindung diri, teknik
isolasi
- Skrining tidak memadai untuk penyakit menular
- Kebersihan Tangan
- Cedera benda tajam

5. Tahap pembuatan ICRA


Langkah pertama :
Menggunakan table berikut untuk melakukan identifikasi type / jenis konstruksi kegiatan proyek( Type
A-D)

TYPE KRITERIA
A Inspeksi dan Kegiatan Non-Invasive.
Termasuk tetapi tidak terbatas pada :
• Mengganti ubin langit-2 (plafon) untuk inspeksi visual saja. Misalnya : terbatas pada 1
genting/plafon per 50 meter persegi.
• Pengecatan (tetapi tidak pengamplasan)
• wallcovering, pekerjaan listrik,pipa kecil, dan kegiatan yang tidak menghasilkan debu
atau memerlukan pemotongan dinding atau akses ke langit-langit selain untuk
pemeriksaan yg kelihatan

9
B Skala kecil, kegiatan durasi pendek yang menciptakan debu minimal.
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada :
• Instalasi telepon dan perkabelan komputer.
• Akses ke ruang terbuka.
• Pemotongan dinding atau langit-2 dimana migrasi debu dapat di kontrol

C Pekerjaan yang menghasilkan debu tingkat sedang hingga tinggi atau memerlukan
pembongkaran atau pemindahan/penghapusan & pembersihan komponen bangunan tetap
atau rakitan.
Termasuk tetapi tidak terbatas pada :
• Pengamplasan dinding untuk pengecatan atau pelapisan dinding
• pemindahan/penghapusan/pembersihan penutup lantai, plafon langit-2 dan pekerjaan
khusus.
• Kontruksi dinding baru.
• Pekerjaan saluran kecil atau pekerjaan listrik di atas langit-langit
• Kegiatan kabel utama
• Kegiatan . apapun yg tdk dpt diselesaikan dlm shift kerja tunggal.

TYPE KRITERIA
D Pembongkaran dan kontruksi proyek-2 besar.
Termasuk tetapi tidak terbatas pada :
• Kegiatan yg membutuhkan shift kerja berturut-turut
• Memerlukan pembongkaran berat atau pemindahan/penghapusan sistem perkabelan
lengkap.
• Kontruksi baru..

10
Langkah kedua :
Identifikasi kelompok resiko pasien
Resiko Rendah Resiko Sedang Resiko Tinggi Resiko Sangat Tinggi

1. Perkantoran 1. Ruang Meeting 1. UGD 1. ICU


2. Publik Area 2. Polikinik 2. Radiologi 2. PICU
3. Semua pasien 3. Ruang RR 3. CSSD
yang bukan di grup 4. Kamar Bersalin 4. ISOLASI
3 atau 4 5. Kamar bayi
6. Perinatologi
7. Fisioterapi
8. Dapur
9. Perawatan umum

Langkah ketiga :
IC Matrix- Class of Precaution :Construction Project by patient Risk
Kelompok resiko pasien Jenis Proyek Konstruksi
Type A Type B Type C Type D
Kelompok resiko rendah I II II III/IV
Kelompok resiko sedang I II III IV
Kelompok resiko tinggi I II III/IV IV
Sangat berisiko II III/IV III/IV IV
Catatan :Persetujuan IC diperlukan bila kegiatan konstruksi dan tingkat resiko menunjukkan kelas III atau
IV, maka prosedur pengendalian diperlukan.

Langkah keempat :
Diperlukan deskripsi tindakan pengendalian infeksi berdasarkan kelas
Class Selama pembangunan proyek Setelah penyelesaian proyek
I 1. Laksanakan pekerjaan dengan metode 1. Bersihkan area kerja setelah
meminimalisasi timbulnya debu dari pelaksanaan menyelesaikan tugas.

11
kegiatan kontruksi.
2. Segera meletakan kembali ketempat semula plafon
atap yg diganti.

II 1. Menyediakan sarana aktif utk mencegah debu udara 1. Lap permukaan kerja dengan
dari penyebaran ke atmosfer. pembersih/desinfektan.
2. Semprot dng air pada permukaan kerja utk 2. Wadah yg berisi limbah
mengendalikan debu pada waktu pemotongan.. kontruksi sebelum di
3. Seal pintu yang tidak terpakai dengan lakban. transportasi harus tertutup
4. Blokir dan tutup ventilasi udara. rapat.
5. Tempatkan tirai debu di pintu masuk dan keluar area 3. Pel basah dan/atau vakum
kerja. dengan HEPA filter, vakum
6. Hilangkan atau isolasi sistem HVAC ("heating, sebelum meninggalkan area
ventilation, dan air-conditioning) yang sedang kerja.
dilaksanakan. 4. Setelah selesai, mengembalikan
sistem HVAC di mana pekerjaan
dilakukan.
III 1. Untuk mencegah kontaminasi dari sistem saluran 1. Jangan menghilangkan barier
maka hilangkan/lepaskan atau isolasi sistem HVAC dari area kerja sampai proyek
di area, dimana pekerjaan sedang dilakukan.. selesai diperiksa oleh Komite
2. Lengkapi semua barier penting yaitu sheetrock, PIRS dan Dibersihkan oleh
plywood, plastic untuk menutup area dari area yg tdk bagin kebersihan RS..
untuk kerja atau menerapkan metode pengendalian 2. Hilangkan barier material
kubus (gerobak dng penutup plastik & koneksi dengan hati-2 untuk
disegel ke tempat bekerja dng HEPA vakum utk meminimalisasi penyebaran dari
menyedot debu sebelum keluar) sebelum kontruksi kotoran dan puing-2 yg terkait
dimulai. dng kontruksi.
3. Menjaga tekanan udara negatif di dalam tempat kerja 3. Vacuum area kerja area dng
dengan menggunakan HEPA unit yang dilengkapi HEPA filtered vacuums.
dengan penyaringan udara. 4. Area untuk lap basah dng
4. Wadah tempat limbah kontruksi sebelum di pembersih/disinfeksi/cleaner

12
transportasi harus tertutup rapat. 5. Setelah selesai, mengembalikan
5. Tutup wadah transportasi atau gerobak. Pita penutup sistem HVAC)..
jika tidak tutup yang kuat..

Class Selama pembangunan proyek Setelah penyelesaian proyek


IV 1. Untuk mencegah kontaminasi sistem saluran maka 1. Jangan menghilangkan barier
isolasi sistem HVAC di area, dimana pekerjaan dari area kerja sampai proyek
sedang dilakukan.. selesai diperiksa oleh
2. Lengkapi semua barier penting yaitu sheetrock, Komite/Panitia PPIRS.
plywood, plastic untuk menutup area dari area yg tdk Dibersihkan oleh bagin
untuk kerja atau menerapkan metode pengendalian kebersihan RS..
kubus (gerobak dng penutup plastik & koneksi 2. Hilangkan barier material
disegel ke tempat bekerja dng HEPA vakum utk dengan hati-2 untuk
menyedot debu sebelum keluar) sebelum kontruksi meminimalisasi penyebaran
dimulai. dari kotoran dan puing-2 yg
3. Menjaga tekanan udara negatif di dalam tempat kerja terkait dng kontruksi.
dengan menggunakan HEPA unit yang dilengkapi 3. Wadah untuk limbah
dengan penyaringan udara. kontruksi harus ditutup rapat
4. Segel lubang, pipa, saluran & lubang-2 kecil yg bisa sebelum kontruksi.
menyebabkan kebocoran 4. Wadah transportasi atau
5. Membangun serambi/ruangan dan semua personil gerobak agar ditutup rapat.
melewati ruangan inisehingga dapat disedot debunya 5. Vakum area kerja dengan
dengan vakum cleaner HEPA sebelum meninggalkan vakum HEPA filter.
tempat kerja atau mereka bisa memakai kain atau 6. Area di pel dengan pel basah
baju kertas yg di lepas setiap kali mereka dengan pembersih/desinfektan.
meninggalkan tempat kerja 7. Setelah selesai mengembalikan
6. Semua personil memasuki tempat kerja diwajibkan sistem HVAC dimana pekerjaan
untuk mengenakan penutup sepatu. Penutup sepatu dilakukan.
harus diganti setiap kali pekerja keluar dari area kerja

13
Langkah ke lima :
Identifikasi daerah sekitar area proyek, menilai dampak potensial
Unit Below Unit Above Lateral Lateral Behind Front
Risk Group Risk Group Risk Group Risk Group Risk Group Risk Group

Langkah ke enam :
Identifikasi kegiatan di tempat khusus misalnya ruang perawatan, ruang farmasi / obat dst
Langkah ke tujuh :
Identifikasi masalah yg berkaitan dengan : ventilasi, pipa ledeng, listrik dalam hal terjadinya
kemungkinan pemadaman.
Langkah ke delapan :
IdentifIkasi langkah-2 pencegahan , menggunakan penilaian sebelumnya, apa jenis bariernya
(misalnya bariernya dinding yang tertutup rapat). Apakah HEPA filter diperlukan.?
Catatan : Selama dilakukan kontruksi maka Area yang di renovasi/kontruksi seharusnya diisolasi dari
area yang dipergunakan dan merupakan area negatif terhadap daerah sekitarnya.)
Langkah ke sembilan:
Pertimbangkan potensial risiko dari kerusakan air. Apakah ada risiko akibat merusak kesatuan struktur
(misal : dinding, atap, plafon)

Langkah ke sepuluh :
Jam Kerja : dapat atau pekerjaan akan dilakukan selama bukan jam pelayanan pasien.
Langkah ke sebelas :
Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah ruang isolasi/ruang aliran udara negatif yang
memadai
Langkah ke duabelas:
Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah dan tipe tempat/bak cuci tangan.
Langkah ke tigabelas :
Apakah PPIRS/IPCN setuju dengan jumlah minimum bak/tempat cuci tangan tersebut.
Langkah ke empatbelas :
Apakah PPIRS/IPCN setuju dengan rencana relatif terhadap utilitas ruangan bersih dan kotor
Langkah ke limabelas :

14
Rencanakan untuk membahas masalah pencegahan tersebut dengan tim proyek (misalnya arus lalu
lintas, rumah tangga, pembersihan puing (bagaimana dan kapan)

BAB IV
DOKUMENTASI
IZIN KONSTRUKSI PENGENDALIAN INFEKSI
No. Izin:
Lokasi konstruksi : Tanggal mulai proyek :
Koordinator proyek : Estimasi waktu :
Performa kerja kontraktor Waktu izin kadaluarsa :
Supervisor : Telepon :
Ya Tdk Kegiatan Konstruksi Ya Tdk Kelompok Resiko Pengendalian Infeksi
Type A Inspeksi dan Kegiatan Non- Group 1 : Low Risk / risiko kecil
Invasive.

Type B Skala kecil, kegiatan durasi Group 2 : Medium Risk / risiko sedang
pendek yang menciptakan debu
minimal.

Type C Pekerjaan yang Group 3 : Medium High Risk / risiko tinggi


menghasilkan debu tingkat sedang
hingga tinggi atau memerlukan
pembongkaran atau
pemindahan/penghapusan &
pembersihan komponen bangunan
tetap atau rakitan.

Type D Pembongkaran dan Group 4 : Highest Risk / sangat beresiko


kontruksi proyek-2 besar.

15
Class I 1. Laksanakan pekerjaan dengan metode meminimalisasi timbulnya debu dari pelaksanaan kegiatan
kontruksi.
2. Segera meletakan kembali ketempat semula plafon atap yg diganti.
3. Bersihkan area kerjasetelahmenyelesaikantugas
Class II 1. Menyediakan sarana aktif utk mencegah debu udara dari penyebaran ke atmosfer.
2. Semprot dng air pada permukaan kerja utk mengendalikan debu pada waktu pemotongan..
3. Seal pintu yang tidak terpakai dengan lakban.
4. Blokir dan tutup ventilasi udara.
5. Tempat kan tirai debu di pintu masuk dan keluar area kerja.
6. Hilangkan atau isolasi sistem HVAC ("heating, ventilation, dan air-conditioning) yang sedang
dilaksanakan.
7. Lap permukaan kerja dengan pembersih desinfektan
8. Wadah yang berisi limbah konstruksi sebelum di transportasi harus tertutup rapat.
9. Pel basah dan atau vakum dengan HEPA filter, vakum sebelum meninggalkan area kerja.
10. Setelah selesai mengembalikan system HVAC di mana pekerjaan dilakukan

Class III 1. Untuk mencegah kontaminasi dari sistem saluran maka hilangkan/lepaskan atau isolasi sistem
Date HVAC di area, dimana pekerjaan sedang dilakukan..
Initial 2. Lengkapi semua barier penting yaitu sheetrock, plywood, plastic untuk menutup area dari area yg
tdk untuk kerja atau menerapkan metode pengendalian kubus (gerobak dng penutup plastik &
koneksi disegel ke tempat bekerja dng HEPA vakum utk menyedot debu sebelum keluar) sebelum
kontruksi dimulai.
3. Menjaga tekanan udara negatif di dalam tempat kerja dengan menggunakan HEPA unit yang
dilengkapi dengan penyaringan udara.
4. Wadah tempat limbah kontruksi sebelum di transportasi harus tertutup rapat.
5. Tutup wadah transportasi atau gerobak. Pita penutup jika tidak tutup yang kuat.
6. Jangan menghilangkan barrier dari area kerja sampai proyek selesaai diperiksa oleh Komite PPIRS
dandibersihkan oleh bagian kebersihan RS
7. Hilangkan barier material dengan hati-2 untuk meminimalisasi penyebaran dari kotoran dan puing-2

16
yg terkait dng kontruksi.
8. Vacuum area kerja area dng HEPA filtered vacuums.
9. Area untuk lap basah dng pembersih/disinfeksi/cleaner
10. Setelah selesai, mengembalikan sistem HVAC)..
Class IV 1. Untuk mencegah kontaminasi sistem saluran maka isolasi sistem HVAC di area, dimana pekerjaan
Date sedang dilakukan..
Initial 2. Lengkapi semua barier penting yaitu sheetrock, plywood, plastic untuk menutup area dari area yg
tdk untuk kerja atau menerapkan metode pengendalian kubus (gerobak dng penutup plastik &
koneksi disegel ke tempat bekerja dng HEPA vakum utk menyedot debu sebelum keluar) sebelum
kontruksi dimulai.
3. Menjaga tekanan udara negatif di dalam tempat kerja dengan menggunakan HEPA unit yang
dilengkapi dengan penyaringan udara.
4. Segel lubang, pipa, saluran & lubang-2 kecil yg bisa menyebabkan kebocoran
5. Membangun serambi/ruangan dan semua personil melewati ruangan inisehingga dapat disedot
debunya dengan vakum cleaner HEPA sebelum meninggalkan tempat kerja atau mereka bisa
memakai kain atau baju kertas yg di lepas setiap kali mereka meninggalkan tempat kerja
6. Semua personil memasuki tempat kerja diwajibkan untuk mengenakan penutup sepatu. Penutup
sepatu harus diganti setiap kali pekerja keluar dari area kerja
7. Jangan menghilangkan barier dari area kerja sampai proyek selesai diperiksa oleh Komite/Panitia
PPIRS. Dibersihkan oleh bagin kebersihan RS..
8. Hilangkan barier material dengan hati-2 untuk meminimalisasi penyebaran dari kotoran dan puing-2
yg terkait dng kontruksi.
9. Wadah untuk limbah kontruksi harus ditutup rapat sebelum kontruksi.
10. Wadah transportasi atau gerobak agar ditutup rapat.
11. Vakum area kerja dengan vakum HEPA filter.
12. Area di pel dengan pel basah dengan pembersih/desinfektan.
13. Setelah selesai mengembalikan sistem HVAC dimana pekerjaan dilakukan.

Persyaratan tambahan

17
Pengecualian tambahan untuk izin ini :
Tanggal inisial Tanggal inisial dicatat dengan memorandum terlampir
Permintaan Izin oleh : Izin diresmikan oleh :
Tanggal : Tanggal :

DAFTAR PUSTAKA

Primier Inc. 2015 Infection Control Risk Assessment (ICRA). URL


http://legacy.premierinc.com/quality-safety/tools services/safety/topics/construction/icra.jsp
Lee. Larry. 2013. New Application Concept in Infection Prevention &Contruction: thinking outside the
matrix.Pacific Industrial Hygiene LLC,
http://wsshe.org/Presentation/2013/conference.presentstion:infectionprefention-lee-2013 pdf
Bartley, Judene Mueller. 2000. APIC State-of-the-Art Report: The role of infection control during
contruction in health care facilities. Assiciation for Profesionals in Infection Control and
Epidemiology, Inc. Washington.AJIC Vol. 28 number 2 p 156-169.
http://www.apic.org/Resaurce-/Tiny MceFileManager/Practice GuidancelIC-During-Construction-HC-
Fac.pat

18
19

Anda mungkin juga menyukai