Anda di halaman 1dari 68

TUGAS KELOMPOK

PEMBAHASAN TESIS ANALISIS REGRESI BERGANDA


MATA KULIAH APLIKASI STATISTIK

KELOMPOK 1

oleh :
RIKSA SUCI IMANIAH 20227270099
LIONIE FEBRIANTY 20227270113
DENNY FITRI JULIANTI RAHMAN 20227270127
FARID AFRIZAL 20227270154
ARVINA 20227270170
YUNUS AGUSTIAN 20227270184
SHALLIAFIDANI 20227270186

PROGRAM STUDI MATEMATIKA


DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS PASCASARJANA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini kita memasuki abad 21, dimana abad 21 ini telah
mengintegrasikan kecanggihan teknologi yang multifungsi menjadi sebuah
kekuatan baru dalam kehidupan. Perubahan cepat dan mendasar yang
mempengaruhi pola kehidupan manusia serta seluruh aspek kehidupan
baik ekonomi, sosial, budaya, politik, pertahanan keamanan hingga
Pendidikan. Perubahan dalam dunia Pendidikan baik dasar, menengah,
hingga perguruan tinggi menimbulkan permasalahan yang tak pernah ada
habisnya (everlasting problem) karena yang terlibat dalam Pendidikan
bukan hanya benda mati namun melibatkan manusia dengan kekhasannya
masing-masing. Terlebih pada tahun 2020-2021 saat pandemik COVID-19
melanda khususnya di negara kita Republik Indonesia, menyikap banyak
kelemahan dalam penyelenggaraan Pendidikan nasional, mulai dari
kesiapan infrastruktur hingga sumber daya manusia khususnya kapasitas
dan kreativitas guru, hingga kebijakan terkait bidang Pendidikan.
Munculnya permasalahan dalam Pendidikan pada masa pandemi ini pun
menuntut kesiapan pendidik untuk mampu mengembangkan potensi yang
ada dalam diri pendidik agar dapat mengikuti perkembangan dalam
pengajaran.
Guru sebagai ujung tombak Pendidikan harus mempunyai
keterampilan yang memadai dalam memanfaatkan teknologi disamping
mumpuni dalam kompetisi pedagogik profesionalnya. Setiap guru harus
mempu mengembangkan konsep tersebut dalam proses pembelajaran
khususnya guru Matematika.
Keberhasilan pembelajaran tidak bisa dilihat dari kesediaan sarana
dan prasarana berupa teknologi yang dimiliki oleh peserta didik, guru,
maupun sekolah. Akan tetapi harus dilihat dari keterampilan dan
kemampuan guru dalam memilih dan menggunakan teknologi atau aplikasi
secara efektif yang sesuai dengan konten pembelajaran dan pedagogik.
Dengan kata lain pada masa sekarang ini, guru khususnya guru
Matematika seharusnya: 1) menguasai dan tidak tertinggal teknologi; 2)
lebih menguasai ilmu pengetahuan pokok dan pendamping; 3) kreatif dan
inovatif dalam menyajikan materi; 4) mampu memfasilitasi peserta didik;
5) tepat dalam memilih bahan ajar dan 6) mampu dalam mengontrol proses
pembelajaran. Model integrasi teknologi yang tepat untuk menggambarkan
keterampilan atau kemampuan tersebut adalah Technological Pedagogikal
Content Knowledge (TPACK) (Yulisman, Widodo, Riandi, & Nurina,
2019, p.185). TPACK merupakan suatu bentuk pengetahuan yang
kompleks dan sangat penting bagi guru Matematika. TPACK adalah
sebuah kerangka konseptual yang memperlihatkan hubungan antara tiga
pengetahuan yang harus dikuasai oleh guru, yakni pengetahuan teknologi,
pedagogik, dan konten (Suryawati, Firdaus, & Hernandez, 2014, p. 71).
Anderson et al., (2013, p. 563) menyatakan bahwa TPACK merupakan
cara praktis untuk menganalisi kemampuan guru dalam konteks
pembelajaran saat ini yang dilaksanakan baik secara tatap muka langsung
maupun melalui pembelajaran jarak jauh.
Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif, karena setiap metode
yang digunakan dalam mencari kebenaran adalah dengan menggunakan
metode deduktif, sedang dalam ilmu alam menggunakan metode induktif
atau eksperimen, namun dalam Matematika mencari kebenaran itu bisa
dimulai dengan cara deduktif, karena dalam Matematika sifat, teori/dalil
belum dapat diterima kebenarannya sebelum dapat dibuktikan secara
deduktif.
Matematika mempelajari tentang keteraturan, tentang struktur yang
terorganisasikan, konsep-konsep Matematika tersusun atas hirarkis,
berstruktur dan sistematika, mulai dari konsep yang paling sederhana
sampai pada konsep paling kompleks.
Kenyataan di lapangan diketahui bahwa motivasi belajar dan sikap
siswa terhadap mata pelajaran Matematika masih rendah. Hal ini terbukti
manakala proses pembelajaran berlangsung. Siswa menunjukkan sikap
acuh tak acuh terhadap materi pembelajaran maupun terhadap guru yang
mengajar. Hal ini disebabkan salah satunya adalah rasa bosan yang
menganggap Matematika kurang begitu menarik.
Penulis mengamati ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa
menghadapi kesulitan dalam belajar Matematika. Di antara penyebab
rendahnya nilai Matematika adalah tidak adanya kemampuan awal sebagai
pengembangan diri. Pelajaran Matematika adalah mata pelajaran yang
berkelanjutan. Untuk dapat menguasai materi lanjutan harus didukung oleh
pengetahuan awal yang berperan menjadi dasar. Semakin kuat dasar yang
dimiliki oleh seseorang siswa maka semakin mudah untuk dia
mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Kegagalan yang biasa
dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal-soal Matematika juga dapat
diakibatkan oleh kurang jelasnya instruksi yang ada di soal. Bahkan dapat
pula disebabkan oleh kurangnya motivasi siswa dalam belajar dan
kurangnya pemahaman siswa terhadap soal yang disajikan. Kemampuan
siswa dalam pemecahan masalah Matematika bukan hanya menjadi
tanggung jawab guru semata tetapi juga menjadi kewajiban dan tanggung
jawab siswa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.
Kemampuan dasar yang dimiliki setiap siswa akan menjadi batu
sandungan bagi siswa untuk mencapai prestasi belajar Matematika. Tidak
terbiasanya siswa dalam memahami dan menganalisis suatu masalah
disebabkan karena terbatasnya daya pikir mereka. Menurut Sudjana (2008:
8) mengatakan bahwa siswa akan memperoleh skor yang optimal jika
mereka juga belajar dan mempersiapkan dirinya secara optimal,
memusatkan kemampuannya untuk dapat mencapai skor yang setinggi-
tingginya pada tes yang sedang dihadapi. Dapat disimpulkan bahwa
motivasi siswa yang tinggi yang didukung kemampuan kompetensi guru
yang handal mendukung siswa dalam kemampuan menyelesaiakan soal
yang ada, memecahkan masalah dan selanjutnya menemukan beragam
alternatif dalam penyelesaian masalah.
Berpatokan pada kenyataan tersebut jelaslah bahwa kegagalan
belajar Matematika secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh
tingkat kemampuan kompetensi pedagogik guru. Guru yang memiliki
kompetensi pedagogik yang baik, biasanya akan lebih menguasai
pembelajaran dikelas. Guru menyampaikan materi ajar dengan runtun,
teliti, dan cenderung lebih mampu menguasai masalah materi yang
diajarkan dan mampu memotivasi siswa mencapai prestasi belajar terbaik
dan maksimal. Sedangkan guru yang memiliki kompetensi pedagogik yang
kurang, mereka cenderung berpengaruh terhadap pembelajaran dikelas
sehingga kurang fokus, kurang terampil, dan kurang teliti dalam
memecahkan masalah dan hasil prestasi belajarnya pun akan menunjukkan
hasil yang kurang maksimal atau bisa dikatakan di bawah rata-rata.
Salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi dan
mendorong seseorang dalam melakukan sesuatu adalah motivasi. Jika
siswa tidak termotivasi dalam belajar, maka siswa tidak akan dapat
menerima pelajaran dengan baik, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa itu sendiri. Siswa yang tidak berminat terhadap apa
yang diajarkan oleh guru dapat menimbulkan suatu perasaan benci
terhadap mata pelajaran itu, bahkan untuk selanjutnya siswa itu tidak ingin
pernah mempelajarinya (Syarif Hidayat, 2019: 194).
Di dalam kelas yang kita ajarkan mungkin kita akan mendengar
siswa berkata, “Saya tidak mampu belajar Matematika”. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh (Rubai dkk, 2015: 32-42), hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa kesulitan belajar siswa pada pelajaran
Matematika tersebut karena guru tidak memiliki strategi untuk mengatasi
kesulitan belajar siswa yang berdampak juga pada kemampuan pemecahan
masalah Matematika siswa yang masih tergolong rendah. Salah satu faktor
penyebabnya adalah siswa kurang memahami soal yang berbentuk aplikasi
karena memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi untuk
menganalisanya. Masalah lainnya yaitu siswa terbiasa menggunakan
rumus dan contoh soal yang diberikan oleh guru. Jika mengalami
kesulitan, siswa cenderung malas, mudah menyerah untuk mengerjakan
soal tersebut tanpa adanya usaha untuk bertanya atau mencari penyelesaian
dari sumber referensi lain. Hal ini perlu adanya motivasi dari siswa untuk
mampu belajar dan merasa tertantang untuk mengerjakan soal.
Pentingnya kemampuan pemecahan masalah oleh siswa dalam
Matematika ditegaskan juga oleh hakim (Sianipar dan Roida, 2015: 168),
yaitu “suatu proses untuk peserta didik dimungkinkan memperoleh
pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah
dimilikinya untuk diterapkan dalam menyelesaikan soal-soal berbentuk
masalah atau soal-soal aplikasi dalam pelajaran Matematika”. Polya
(Mawaddah dan Hana, 2015: 167) menambahkan empat langkah untuk
memecahkan masalah Matematika, yaitu : (1) mampu memahami masalah;
(2) mampu membuat rencana menyelesaikan masalah; (3) mampu
melaksanakan rencana pemecahan masalah; dan (4) mampu memeriksa
kembali.
Berdasarkan penjabaran di atas, penulis tertarik untuk meneliti
tentang “Pengaruh Persepsi atas Kompetensi Pedagogik Guru dan
Motivasi Belajar Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Swasta di
Kecamatan Matraman Jakarta Timur”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah
dapat di identifikasi sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh persepsi atas kompetensi pedagogik guru dan
motivasi belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah
Matematika?.
2. Apakah ada pengaruh persepsi atas kompetensi pedagogik guru
terhadap kemampuan pemecahan masalah Matematika?.
3. Apakah ada pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan
pemecahan masalah Matematika?.
4. Apakah sistem pendidikan mempengaruhi kualitas sumber daya
manusia?.
5. Bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar siswa?.
6. Upaya apa yang dilakukan dalam menumbuhkan motivasi belajar
yang tinggi pada siswa di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
khususnya di sekolah swasta?.
7. Bagaimana cara guru Matematika meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah Matematika?.
8. Bagaimana kondisi kompetensi pedagogik guru di Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) khususnya di sekolah swasta?.
9. Apakah kompetensi pedagogik guru yang tinggi dapat mempengaruhi
kemampuan siswa dalam pemecahan masalah Matematika yang
tinggi?.

C. Batasan Masalah
Kompetensi pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi pedagogik
merupakan kompetensi khas, yang akan membedakan guru dengan profesi
lainnya dan akan menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil
pembelajaran peserta didiknya. Hal tersebut diduga ada pengaruh langsung
dari kompetensi pedagogik guru dan motivasi belajar terhadap kemampuan
pemecahan masalah Matematika siswa SMK swasta di Kecamatan
Matraman Jakarta Timur.
Tinggi rendahnya kemampuan pemecahan masalah Matematika
siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) swasta di Jakarta Timur
merupakan faktor yang kompleks. Terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi tingkat pencapaian hasil belajar. Bisa dilihat dari hasil
kompetensi pedagogik guru, motivasi belajar yang terbentuk dari
lingkungan yang terdiri dari orang tua dan orang-orang yang ada
disekitarnya.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
diuraikan di atas, penulis membatasi lingkup masalah penelitian ini
tentang “Pengaruh Persepsi atas Kompetensi Pedagogik Guru dan
Motivasi Belajar Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Swasta di
Kecamatan Matraman Jakarta Timur”.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada batasan masalah di atas, dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh kompetensi pedagogik guru dan motivasi
belajar secara bersama-sama terhadap kemampuan pemecahan
masalah Matematika siswa SMK swasta di Kecamatan Matraman
Jakarta Timur?.
2. Apakah terdapat pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap
kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa SMK swasta di
Kecamatan Matraman Jakarta Timur?.
3. Apakah pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan pemecahan
masalah Matematika siswa SMK di Kecamatan Matraman Jakarta
Timur?.

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh kompetensi pedagogik guru dan motivasi belajar secara
bersama-sama terhadap kemampuan pemecahan masalah Matematika
siswa SMK swasta di Kecamatan Matraman Jakarta Timur.
2. Pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap kemampuan
pemecahan masalah Matematika siswa SMK swasta di Kecamatan
Matraman Jakarta Timur.
3. Pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah
Matematika siswa SMK swasta di Kecamatan Matraman Jakarta
Timur.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dibedakan secara teoritis dan manfaat
praktis. Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk:
1. Mengetahui sejauh mana tingkat kompetensi pedagogik guru mampu
mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah Matematika.
2. Mengetahui apakah motivasi belajar mempengaruhi kemampuan
pemecahan masalah Matematika.
Secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk:
1. Sebagai bahan evaluasi guru dan sekolah tentang perlunya
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah Matematika dengan
meningkatkan kompetensi pedagogik guru dalam proses belajar sesuai
dengan kompetensi pedagogik yang dimiliki seorang guru.
2. Memberikan gambaran kepada guru, orang tua, dan sekolah tentang
perlunya sekolah menumbuhkan motivasi belajar pada diri setiap
siswa.
3. Membangun dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
siswa dengan menumbuhkan motivasi belajar yang baik dan
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah sesuai dengan potensi
dan bakat siswa.
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

B. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh Persepsi Atas Kompetensi Pedagogik Guru dan
Motivasi Belajar Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika
Menyadari perkembangan zaman sekarang ini yang menuntut
penyesuaian secepatnya atas Revolusi Industri 4.0 bahkan tak lama
lagi menuju pada Society 5.0 diperlukan berbagai macam langkah
strategis yang dapat membentuk ekosistem belajar di sekolah menjadi
hal yang menarik minat siswa dalam meningkatkan prestasi
belajarnya. Guru sebagai garda terdepan untuk melahirkan peserta
didik yang menjadi tumpuan harapan bangsa yang melahirkan anak-
anak bangsa yang cerdas dan cakap serta kreatif untuk membangun
bangsa ini harus memiliki terobosan salah satunya kompetensi
pedagogik guru melalui konsep Technological Pedagogikal and
Content Knowledge (TPACK) dimana guru mampu menguasai tiga
unsur yang berbeda yakni teknologi, pedagogik, dan konten
pengetahuan (materi ajar) artinya guru memiliki keterampilan yang
memadai dalam memanfaatkan teknologi disamping mumpuni dalam
kompetensi pedagogik dan professional. Selain hal tersebut faktor lain
yang diharapkan mampu memberikan peningkatan hasil belajar
terutama kemampuan dalam pemecahan masalah Matematika adalah
dengan menumbuhkan motivasi belajar siswa merupakan tugas guru
yang sangat penting. Pembelajaran akan berlangsung efektif apabila
siswa memiliki motivasi dalam belajar. Guru harus berupaya secara
maksimal agar siswa termotivasi untuk belajar karena motivasi belajar
menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Motivasi belajar harus dibangkitkan dalam diri siswa
sehingga dengan penuh kesadaran diri termotivasi untuk belajar dalam
meningkatkan capaian hasil belajar yang optimal.
Dari penjelasan di atas di duga terdapat pengaruh penguasaan
kompetensi pedagogik guru terhadap kemampuan pemecahan masalah
Matematika. Dengan kata lain, semakin baik penguasaan kompetensi
pedagogik guru, maka semakin tinggi pula tingkat motivasi belajar
siswa sehingga kemampuan pemecahan masalah Matematika pun
semakin baik, namun sebaliknya semakin kurang penguasaan
kompetensi pedagogik guru maka semakin rendah tingkat motivasi
belajar siswa sehingga kemampuan pemecahan masalah Matematika
pun juga rendah.
Demikian pula siswa yang mempunyai motivasi belajar
Matematika yang kuat dengan mengerahkan segenap usaha untuk
menguasai pelajaran Matematika sehingga dapat mencapai
kemampuan pemecahan masalah Matematika yang baik. Siswa yang
mempunyai motivasi yang rendah dalam belajar Matematika, maka
akan mempunyai kemampuan pemecahan Masalah Matematika yang
rendah pula. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh motivasi belajar
terhadap kemampuan penyelesaian masalah Matematika. Semakin
tinggi motivasi belajar, maka semakin tinggi pula kemampuan
pemecahan masalah Matematika. Sebaliknya, semakin rendah
motivasi belajar siswa maka semakin rendah pula kemampuan
pemecahan masalah Matematika. Dapat diduga bahwa kompetensi
pedagogik guru dan motivasi belajar dapat berpengaruh dalam
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah Matematika.

2. Pengaruh Persepsi Atas Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap


Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Berbicara mengenai kemampuan pemecahan masalah
Matematika dapat diduga dipengaruhi oleh kompetensi pedagogik
guru. Kompetensi pedagogik guru memerankan peranan yang cukup
besar, khususnya terhadap tinggi rendahnya kemampuan pemecahan
masalah Matematika yang dicapai oleh siswa. Dapat disimpulkan
bahwa guru yang menguasai kompetensi pedagogik yang baik akan
berpengaruh terhadap pencapaian kemampuan siswa dalam
pemecahan masalah Matematika yang tinggi, dan sebaliknya guru
yang menguasai pedagogik yang rendah akan berpengaruh terhadap
kemampuan penyelesaian Matematika yang rendah. Hal ini berarti
terdapat pengaruh tingkat penguasaan kompetensi pedagogik guru
terhadap kemampuan siswa dalam memecahkan masalah Matematika.

3. Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Masalah Matematika


Selain pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah Matematika masih
ada faktor lain seperti faktor psikologis yang mempengaruhi
kemampuan memecahkan masalah Matematika, yaitu motivasi
belajar. Motivasi belajar memiliki peranan yang penting khususnya
terhadap pencapaian kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
Matematika.
Salah satu upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah Matematika perlu diperhatikan juga motivasi
atau keinginan yang kuat dari siswa untuk mampu memecahkan
masalah Matematika. Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi akan
memiliki peluang besar untuk mampu memecahkan masalah
Matematika yang diharapkan pada jenjang pendidikan yang
ditempuhnya. Dengan kata lain, motivasi yang ada dalam diri siswa,
mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
Matematika.
Berdasarkan uraian sebelumnya, motivasi belajar merupakan
aspek psikologis yang menjadi pendorong dan penggerak dari
seseorang untuk melakukan sesuatu. Siswa yang memiliki motivasi
belajar yang tinggi terhadap Matematika dapat diasumsikan akan
mempunyai peluang yang besar untuk memahami pelajaran dan
memperoleh kemampuan dalam memecahkan masalah Matematika
yang semakin baik. Sebaliknya, siswa yang mempunyai motivasi
belajar yang rendah, tidak memiliki keinginan dan kemauan yang
cukup untuk belajar Matematika dan cenderung menghindari proses
pembelajaran.
Dari uraian di atas dapat diduga bahwa motivasi belajar siswa
dapat berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah Matematika.

C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, selanjutnya
penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pengaruh persepsi atas
kompetensi pedagogik guru dan motivasi belajar secara bersama-sama
terhadap kemampuan memecahkan masalah Matematika.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap
kemampuan memecahkan masalah Matematika.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pengaruh persepsi atas
kompetensi pedagogik guru terhadap kemampuan memecahkan
masalah Matematika.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada siswa kelas XI SMK di Jakarta Timur.

Adapun sekolah yang menjadi sampel penelitian adalah SMKS Cipta KArya

Jakarta, SMKS Tirta Sari Surya dan SMKS Satya Bhakti II.

Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan selama empat bulan yaitu

mulai Maret 2022 sampai dengan Juli 2022. Kegiatan pada penelitian ini

disesuaikan dengan waktu yang telah ditetapkan. Jangka waktu empat bulan

dengan asumsi persiapan, pelaksanaan dan pengolahan data serta hasil

berupa laporan penelitian dapat dilaksanakan dengan optimal.

Adapun jadwal yang akan ditempuh penulis adalah seperti tabel 3.1

di bawah ini.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Tesis

Maret 2022 April 2022 Mei 2022 Juni 2022 Juli 2022
No Kegiatan
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Pendahuluan
2 Proposal
Surat
3 Perizinan
4 Uji Instrumen
Menjaring
5 Data
Validitas -
Reliabilitas
6 dan analisis
7 Laporan

B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan

teknik korelasional. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel terikat, yaitu

kemampuan pemecahan masalah Matematika (Y) dan dua variabel bebas

yaitu kompetensi pedagogik guru (X1) dan Motivasi Belajar Siswa (X2),

maka model konstelasi hubungan antar variabel dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :


X1

Y
X2

Gambar 3.1 Konstelasi hubungan antar variabel penelitian

Keterangan :

Variabel bebas (X1) : Kompetensi pedagogik

Variabel bebas (X2) : Motivasi belajar siswa

Variabel terikat (Y) : Kemampuan pemecahan masalah Matematika

∑ : Variabel lain yang tidak diteliti

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sekelompok atau objek atau individu yang menjadi

perhatian penelitian yang dikenali generelisasi penelitian atau totalitas

semua nilai yang mungkin dari hasil menghitung, ataupun pengukuran

kuantitatif maupun kualitatif. Sugiyono (dalam Ridwan, 2004 : 54)

mengatakan bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri


dari objek dan subjek yang menjadi kuantitas atau karakteristik tertentu

yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian diratik

kesimpulannya.

Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas XI Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Swastas di Jakarta Timur

Tahun Pelajaran 2021/2022.

2. Sampel

Sebagaimana dikemukakan oleh Gay (2003 : 87) bahwa “ … ada

jumlah sampel terkecil pantas (bukan ketentuan). Untuk riset deskripsi

10% dari populasi; riset korelasi 30 subjek; riset kausal-komparatif 30

subjek per kelompok; dan riset eksperimen 60 subjek per kelompok”.

Teknik pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

gabungan antara kluster, proporsional, dan random. Teknik kluster

digunakan dalam pengelompokan siswa menurut sekolah tempat belajar.

Dalam menentukan jumlah anggota sampel digunakan teknik

proporsional dari setiap sekolah yang ada di populasi terjangkau.

Sedangkan untuk menentukan anggota sampel dari setiap sekolah yang

ada digunakan teknik random. Jumlah anggota sampel dalam penelitian

ini ditetapkan sebanyak 85 siswa. Perhitungan penetapan anggota

sampel seperti tampak pada tabel 3.2

Tabel 3.2 Penetapan Jumlah Anggota Sampel


Jumlah Perhitungan Sampel
No Nama Sekolah
Siswa Proporsi Dibulatkan

1 SMK S Cipta Karya 112 112/508x85 = 18,7 19

2 SMK S Tirta Sari Surya 196 196/508x85= 32,79 33

3 SMK S Satya Bhakti 2 200 200/508x85= 33,46 33

85

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah :

X1 = Kompetensi pedagogik guru

X2 = Motivasi belajar

Y = Kemampuan pemecahan masalah Matematika

2. Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3 Sumber Data Penelitian

Variabel Sumber Data

3. Teknik Pengumpulan
Kemampuan Data
kompetensi guru Siswa

Motivasi belajar siswa Siswa

Kemampuan pemecahan masalah Matematika Siswa


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

dapat dinyatakan dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.4 Teknik Pengumpulan Data

Variabel Sumber Data

Kemampuan kompetensi guru Kuesioner

Motivasi belajar siswa Kuesioner

Kemampuan pemecahan masalah Matematika Soal

E. Pengembangan Instrumen Penelitian

1. Instrumen Variabel Pengaruh Persepsi Kompetensi Pedagogik

Guru

a. Definisi Konseptual

Kompetensi pedagogik merupakan salah satu kompetensi yang

mutlak yang perlu dikuasai guru. Kompetensi pedagogik pada dasarnya

adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik.

Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan

membedakan guru dengan profesi lainnya dan akan menentukan tingkat

keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didiknya. Adapun

kompetensi pedagogik pada penetilian ini adalah diambil dari konsep

technological, pedagodical and content knowledge (TPACK).

b. Definisi Operasional
Kompetensi pedagogik yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah skor/angka yang tertera dari hasil survei yang dilakukan pada

siswa kelas XI di SMK Swasta di Jakarta Timur.

c. Kisi-kisi Instrumen Kompetensi Pedagogik Guru

Instrumen kecerdasan intelektual disusun berdasarkan indikator

yang ada. Berdasarkan indikator tersebut, disusun pertanyaan yang

berhubungan dengan variabel kecerdasan intelektual siswa. Kuesioner

tentang kecerdasan intelektual ini disusun dalam 40 (empat puluh) butir

pertanyaan yang selanjutnya di uji validitasnya sehingga layak

digunakan sebagai instrumen penelitian.

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Kompetensi Pedagogik Guru

NO INDIKATOR NOMOR ITEM


1 Menguasai perencanaan pembelajaran 1, 2
2 Mampu memanfaatkan dan menggunakan 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
teknologi dalam menyampaikan pelajaran
3 Menguasai metode dalam menyampaikan 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,
pelajaran 18
4 Menguasai kedalaman materi pelajaran 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25
5 Mampu mengaitkan materi pelajaran dengan 26, 27, 28, 29, 30
aspek lainnya yang sesuai
Jumlah 30

d. Kalibrasi Instrumen Kompetensi Pedagogik Guru


Untuk mengkalibrasi instrumen dilakukan dengan menguji

validitas setiap butir pertanyaan dan reliabilitas instrumen tersebut.

Pengujian tersebut dilakukan pada 30 siswa responden anggota populasi

tetapi bukan calon anggota sampel.

Validasi instrumen kecerdasan intelektual digunakan rumus

korelasi product moment sebagai berikut :

n . ∑ XY −( ∑ X ) (∑Y )
r hitung =
√ {n ∑ X 2−(∑ X)2 }{n ∑Y 2−¿ ¿

Keterangan :

r = koefisien korealasi

∑ X = jumlah nilai-nilai X

∑X2 = jumlah kuadrat nilai-nilai X

∑ Y = jumlah nilai-nilai Y

n = banyaknya sampel

Kriteria validitas butir soal adalah jika rhitung lebih besar dari pada

rtabel maka butir soal dianggap valid, sedangkan jika r hitung lebih kecil dari

pada rtabel maka butir soal tidak valid. Pada penelitian ini karena uji coba

instrumen dilakukan pada 30 siswa dengan nilai r tabel adalah 0,374

(sugiyono, 2003: 127).

Hasil uji validitas 40 butir instrumen kecerdasan intelektual

diperoleh 28 butir valid dan 12 butir tidak valid (drop). Peneliti

membuang 12 butir yang tidak valid. Instrumen penelitian kecerdasan

intelektual adalah sebanyak 28 butir pertanyaan.


Tabel 3.6 Validasi Butir Angket Kompetensi Pedagogik Guru

No. No.
r Hasil r Hasil
Buti r tabel Buti r tabel
hitung Uji hitung Uji
r r
1 0.771 0.374 Valid 21 0.484 0.374 Drop
2 0.680 0.374 Valid 22 -0.068 0.374 Drop
3 0.680 0.374 Valid 23 0.135 0.374 Drop
4 0.825 0.374 Valid 24 -0.173 0.374 Drop
5 0.789 0.374 Valid 25 0.288 0.374 Drop
6 0.745 0.374 Valid 26 0.625 0.374 Valid
7 0.573 0.374 Valid 27 0.109 0.374 Drop
8 0.740 0.374 Valid 28 0.611 0.374 Valid
9 0.737 0.374 Valid 29 0.497 0.374 Valid
10 0.714 0.374 Valid 30 0.666 0.374 Valid
11 0.859 0.374 Valid 31 0.545 0.374 Valid
12 0.571 0.374 Valid 32 0.792 0.374 Valid
13 0.777 0.374 Valid 33 0.248 0.374 Drop
14 0.739 0.374 Valid 34 0.591 0.374 Valid
15 0.301 0.374 Drop 35 0.691 0.374 Valid
16 0.370 0.374 Drop 36 0.680 0.374 Valid
17 0.370 0.374 Drop 37 0.680 0.374 Valid
18 0.008 0.374 Drop 38 0.792 0.374 Valid
19 0.257 0.374 Drop 39 0.526 0.374 Valid
20 -0.018 0.374 Drop 40 0.602 0.374 Valid

Dari hasil perhitungan uji coba reliabilitas intrumen pada

lampiran, diperoleh bahwa nilai koefisien korelasi reliabilitasnya adalah

sebesar 0,940 yang berarti bahwa instrumen tersebut reliable.

2. Instrumen Untuk Mengukur Motivasi Belajar

a. Definisi Konseptual Motivasi Belajar


Motivasi belajar adalah suatu usaha meningkatkan atau

mempertahankan setinggi mungkin kecakapan yang dimiliki untuk

mencapai hasil dengan membandingkan beberapa ukuran keunggulan,

yaitu keunggulan yang pernah dicapai sendiri sebelumnya atau

keunggulan yang dicapai orang lain. Seseorang yang telah memiliki

motivasi berprestasi tidak akan pernah merasa puas dengan prestasi

belajar yang sudah diraihnya.

b. Definisi Operasional Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah skor total yang di peroleh dari

pengakuan siswa terhadap motivasi untuk belajar yang ada dalam

dirinya berdasarkan butir-butir pertanyaan yang ada dalam kuisioner.

Indikator dari butir-butir pertanyaan untuk pengukuran motivasi belajar

tersebut adalah sesuai dengan indikator-indikator motivasi, yaitu

dorongan untuk berprestasi, disiplin, belajar, kesiapan menghadapi

kesulitan, dan rasa ingin tahu.

c. Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar

Instrumen motivasi belajar disusun berdasarkan indikator yang

ada di atas. Berdasarkan indikator tersebut disusun pertanyaan yang

berhubungan dengan variabel motivasi belajar siswa. Kuisioner tentang

motivasi belajar siswa ini yang disusun dalam 35 butir pertanyaan yang
selanjutnya di uji validitas butir dan reliabilitas instrumen sehingga

layak digunakan sebagai instrumen penelitian.

Tabel 3.7 Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Motivasi Belajar

NO INDIKATOR NOMOR ITEM


1 Semangat untuk belajar 1, 2, 3, 4
2 Keinginan sukses dalam belajar 5, 6, 7, 8
3 Usaha mencapai prestasi belajar yang tinggi 9, 10, 11, 12
4 Bersaing secara sportif dalam belajar 13, 14, 15, 16
5 Kekuatan menghadapi kendala 17, 18, 19, 20
Jumlah 20

d. Jenis instrumen motivasi belajar

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang

motivasi belajar berbentuk kuisioner dengan menggunakan rating scale.

Model rating scale yang digunakan dalam bentuk kontinum dengan 5

(lima) kategori, maka disusunlah daftar pernyataan instrumen penelitian

menggunakan skala Likert dengan 5 pilihan jawaban dengan

penilainnya adalah sebagai berikut :

1) Selalu diberi bobot 5,

2) Sering diberi bobot 4,

3) Kadang-kadang diberi bobot 3,

4) Pernah diberi bobot 2, dan

5) Tidak pernah diberi bobot 1

e. Kalibrasi Instrumen Motivasi Belajar


Utuk menghitung validitas butir kuisioner motivasi belajar siswa

menggunakan rumus korelasi product moment pearson sebagai

berikut :

n . ∑ XY −( ∑ X ) (∑Y )
r hitung =
√ {n ∑ X 2−(∑ X)2 }{n ∑Y 2−¿ ¿

Keterangan :

r = koefisien korealasi

∑ X = jumlah nilai-nilai X

∑X2 = jumlah kuadrat nilai-nilai X

∑ Y = jumlah nilai-nilai Y

n = banyaknya sampel

Kriteria validitas butir soal adalah jika rhitung lebih besar dari pada

rtabel maka butir soal dianggap valid, sedangkan jika r hitung lebih kecil dari

pada rtabel maka butir soal tidak valid. Pada penelitian ini karena uji coba

instrumen dilakukan pada 30 siswa dengan nilai r tabel adalah 0,374

(sugiyono, 2003: 127).

Tabel 3.8 Validasi Butir Angket Motivasi Belajar Peserta Didik

No. No.
r Hasil r Hasil
Buti r tabel Buti r tabel
hitung Uji hitung Uji
r r
1 0.526 0.374 Valid 21 0.526 0.374 Valid
2 0.860 0.374 Valid 22 0.860 0.374 Valid
3 0.526 0.374 Valid 23 0.526 0.374 Valid
4 0.860 0.374 Valid 24 0.860 0.374 Valid
5 0.526 0.374 Valid 25 0.526 0.374 Valid
6 0.500 0.374 Valid 26 0.500 0.374 Valid
7 0.860 0.374 Valid 27 0.860 0.374 Valid
8 0.601 0.374 Valid 28 0.601 0.374 Valid
9 0.601 0.374 Valid 29 0.601 0.374 Valid
10 0.860 0.374 Valid 30 0.860 0.374 Valid
11 0.335 0.374 Drop 31 0.335 0.374 Drop
12 0.860 0.374 Valid 32 0.860 0.374 Valid
13 0.402 0.374 Valid 33 0.402 0.374 Valid
14 0.860 0.374 Valid 34 0.860 0.374 Valid
15 0.384 0.374 Valid 35 0.384 0.374 Valid
16 0.860 0.374 Valid
17 0.860 0.374 Valid
18 0.417 0.374 Valid
19 0.860 0.374 Valid
20 0.526 0.374 Valid

Dari hasil perhitungan uji coba validitas instrumen pada lampiran

diperoleh bahwa butir pertanyaan yang tidak valid sebanyak 2 (dua)

butir, yaitu butir nomor 11 dan 31. Butir pertanyaan yang tidak valid ini

dibuang dan tidak digunakan lagi dalam instrumen untuk mendapatkan

data penelitian.

Untuk pengujian reliabilitass instrumen ini digunakan rumus

Alpha Cronbach. Angka reliabilitas yang diperoleh dari perhitungan

selanjutnya dibandingkan dengan rtabel pada uji satu sisi dengan taraf

signifikan (α) = 0,05 dan derajat kepercayaan (df) = k, dimana kk =

banyaknya soal yang valid. Kriteria reliabilitasnya adalah jika r hitung

lebih besar dari pada rtabel maka instrumen tersebut reliable. Pada

penelitian ini, karena dari hasil uji coba validitas diperoleh banyaknya

butir pertanyaan yang valid adalah 30 butir pertanyaan, dengan nilai

rtabel adalah 0,374.


Dari hasil perhitungan uji coba reliabilitas instrumen pada

lampiran, diperoleh bahwa nilai koefisien korelasi reliabilitasnya adalah

sebesar 0,960, yang berarti bahwa instrumen tersebut reliable.

3. Instrumen Untuk Mengukur Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika

a. Definisi Konseptual Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika

Kemampuan pemecahan masalah Matematika adalah pengetahuan

yang dimiliki siswa setelah mengikuti pelajaran Matematika yang

mencakup pengetahuan, pemahaman, dan penerapan yang semuanya

disesuaikan dengan perkembangan siswa.

b. Definisi Operasional

Kemampuan pemecahan masalah Matematika adalah skor tentang

pengetahuan siswa dalam penyelesaian soal Matematika dengan

menggunakan langkah analisis soal, penyusunan konstruksi

penyelesaian dan pemeriksaan solusi. Kemampuan yang dapat

dilihat dengan skor dalam tes kemampuan pemecahan masalah pada

tes Matematika di SMK yang diukur dengan tes pilihan ganda

dengan jumlah butir soal 5 butir. Lazimnya ditunjukkan dengan nilai

tes atau angka yang diberikan oleh guru. Di dalam penelitian ini

akan diukur kemampuan memecahkan masalah Matematika dengan


menggunakan soal pilihan ganda yang meliputi materi ajar :

bilangan, operasi dan perhitungan, geometri dan pengukuran, serta

pengolahan data.

c. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika

Tabel 3.9 Kisi-kisi Instrumen

LEVEL BENTUK NO.


No DOMAIN KOMPETENSI
KOGNITIF SOAL SOAL

1 Al Jabar Applying PG 1, 2, 3, 4 Menyelesaikan

persamaan linear dua

atau tiga variabel

2 Al Jabar Applying PG 5, 6, 7 Memahami barisan

aritmatika dan geometri

3 Data Applying PG 8, 9, 10, Menentukan ukuran

11 penyebaran serta

menggunakannya daam

konteks yang bervariasi

4 Data Applying PG 12, 13, Memahami dan

14, 15, menggunakan sifat

16 peluang kejadian

5 Al Jabar Applying PG 17, 18, Memahami dan

19, 20, menggunakan


21, 22 perbandingan

trigonometri

6 Geometri Applying PG 23, 24, Transformasi geometri

25, 26,

27, 28,

29, 30

d. Kalibrasi Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika

1) Analisis Validitas Butir Soal

Kesahihan atau validitas butir soal di uji dengan menggunakan

koefisien korelasi rbes (Suharsmi Arikunto, 2008: 170) dengan

rumus dimana:

r pbes=
St √
X i −X t Pt
.
Qi

Keterangan :

rbes = koefisien korelasi variabel X dan Y

XI = Rata – rata yang menjawab benar butir soal ke-i

Xt = Rata – rata yang menjawab benar seluruh butir benar

Si = Simpangan baku

Pt = Jumlah yang menjawab benar butir soal ke-i

Qi = Jumlah yang menjawab salah butir soal ke-i

Kemampuan pemecahan masalah Matematika rxy

(hitung) dikonsultasikan dengan nilai r tabel pada signifikansi


5% jika kaidah keputusan : Jika r hitung ≥ r tabel berarti valid

sebaliknya Jika r hitung ≤ r tabel berarti tidak valid.

Dari hasil kemampuan pemecahan masalah Matematika

bahwa perhitungan (Lihat Lampiran 2) diperoleh bahwa soal

nomor 1 sampai dengan nomor 20 uji instrumen data, kategori

soal yang valid sebanyak 18 soal dan tidak valid (revisi)

sebanyak 12 soal karena Jika r hitung ≥ r tabel , berarti soal yang

dipakai sebanyak 18 soal hasil yang diujikan kepada 30

responden, untuk digunakan dalam uji coba terhadap 85

responden sebagai sampel yang dipilih.

Tabel 3.10 Validasi Butir Soal Instrumen

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

No. No.
r Hasil r Hasil
Buti r tabel Buti r tabel
hitung Uji hitung Uji
r r
1 0.203 0.361 Revisi 21 0.532 0.361 Valid
2 0.335 0.361 Revisi 22 0.605 0.361 Valid
3 0.456 0.361 Valid 23 0.636 0.361 Valid
4 0.453 0.361 Valid 24 0.738 0.361 Valid
5 0.035 0.361 Revisi 25 0.628 0.361 Valid
6 0.325 0.361 Revisi 26 0.458 0.361 Valid
7 0.373 0.361 Valid 27 0.628 0.361 Valid
8 0.583 0.361 Valid 28 0.738 0.361 Valid
9 0.173 0.361 Revisi 29 0.177 0.361 Revisi
10 0.124 0.361 Revisi 30 0.251 0.361 Revisi
11 0.470 0.361 Valid 31 0.374 0.361 Revisi
12 0.163 0.361 Revisi 32 0.794 0.361 Valid
13 -0.027 0.361 Revisi 33 0.468 0.361 Valid
14 -0.038 0.361 Revisi 34 0.541 0.361 Valid
15 0.457 0.361 Valid 35 0.403 0.361 Valid
16 0.613 0.361 Valid
17 0.451 0.361 Valid
18 0.685 0.361 Valid
19 0.462 0.361 Valid
20 0.532 0.361 Valid

2) Analisis Reliabilitas Tes

Koefisien reliabilitas dari prestasi perhitungan kemudian

diinterpretasikan mengikuti interpretasi menurut Guilford

(Ruseffendi, 2003 : 144), yaitu :

Tabel 3.11 Tingkat Reliabilitas

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

0,00 – 0,20 Kecil

0,20 – 0,40 Rendah

0,40 – 0,70 Sedang

0,70 – 0,90 Tinggi

0,90 – 1,00 Sangat Tinggi

Pemberian interpretasi terhadap koefisien reliable tes (r) pada

umumnya digunakan patokan sebagai berikut:

(a) Apabila r ≥ 0,70 berarti tes tersebut memiliki reliabilitas yang

tinggi/reliable,

(b) Apabila r ≤ 0,70 berarti tes tersebut belum memiliki

reliabilitas yang tinggi (unreliable) seperti terlihat pada tabel

di atas.
Instrumen memiliki reliabilitas yang baik apabila alat ukur

itu memiliki konsistensi yang handal pada tingkatan yang sama.

Untuk mengukur reliabilitas soal kemampuan pemecahan

masalah Matematika menggunakan rumus sebagai berikut:

(
k St ∑ PiQi
)
2
r KR = 2
k−1 St

(Sugiyono, 2010:359-360)

Keterangan :

k = Banyak soal

Pi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab pada item 1

Qi = 1 - Pi

PiQi = Variansi item/butir


2
St = Variansi total

Angka reliabilitas yang diperoleh dari perhitungan

selanjutnya dibandingkan dengan r tabel pada uji satu sisi

dengan taraf signifikansi (5%) = 0,05 dan derajat kepercayaan

(df) = k – 1, dimana k = lebih besar dari pada r tabel maka

instrumen tersebut reliable. Pada penelitian ini karena dari

Prestasi uji coba validitas diperoleh banyaknya butir pertanyaan

yang valid adaah sebanyak 30 butir pertanyaan, maka nilai r

tabel adalah 0,468. Dari perhitungan uji coba reliabilitas

instrumen pada Lampiran (2) diperoleh bahwa nilai koefisien


korelasi reliabilitasnya adalah sebesar 0,867 yang berarti bahwa

instrumen tersebut reliable.

3) Analisis Tingkat Kesukaran

Untuk mengkalibrasi instrumen dilakukan dengan menguji

tingkat kesukaran, validitas setiap butir soal, reliabilitas instrumen,

dan daya pembeda. Untuk mengetahui bermutu atau tidaknya butir

item tes. Kemampuan pemecahan masalah Matematika dapat

diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki

dari masing-masing butir item tersebut. Butir item tes kemampuan

pemecahan masalah Matematika dapat dinyatakan sebagai butir item

tes yang baik, apabila butir item tes tersebut tidak terlalu sukar dan

tidak terlalu mudah. Kelas atas dan kelas bawah ditentukan dengan

perhitungan 27% x jumlah peserta didik digolongkan kedalam kelas

bawah (Arikunto, Suharsimi. 2007: 212). Sedangkan rumus yang

digunakan sebagai berikut:

B
P=
JS

(Arikunto, Suharsimi 2007: 208)

Keterangan :

P = Tingkat kesukaran

B = Jumlah peserta didik yang menjawab soal dengan benar

JS = Jumlah seluruh peserta didik peserta tes


Kriteria tingkat kesukaran yang digunakan pada analisa ini

adalah : jika p > 0,70 kategori soal mudah, 0,30 < p < 0,70 kategori

soal sedang, dan p < 0,30 kategori soal sukar.

Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa soal yang temasuk

kategori sedang ada 20 butir soal dan sukar ada 4 butir soal (nomor

3, 8, 13, dan 40).

Tabel 3.12 Tingkat Kesukaran

Soal Instrumen Pemecahan Masalah Matematika

No. Butir TKS Status No. Butir TKS Status


1 0.60 Sedang 21 0.90 Mudah
2 0.60 Sedang 22 0.60 Sedang
3 0.35 Sedang 23 0.85 Mudah
4 0.40 Sedang 24 0.25 Sukar
5 0.10 Sukar 25 0.95 Mudah
6 0.95 Mudah 26 0.20 Sukar
7 0.40 Sedang 27 0.35 Sedang
8 0.30 Sedang 28 0.60 Sedang
9 0.20 Sukar 29 0.60 Sedang
10 0.30 Sedang 30 0.60 Sedang
11 0.35 Sedang
12 0.80 Mudah
13 0.60 Sukar
14 0.30 Sedang
15 0.65 Sedang
16 0.40 Sedang
17 0.55 Sedang
18 0.45 Sedang
19 0.95 Mudah
20 1.00 Mudah
4) Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda atau indeks diskriminasi menunjukkan soal

tersebut membedakan antara peserta didik yang pandai dengan yang

kurang pandai, sedemikian rupa sehingga sebagian testee yang

memiliki kemampuan tinggi untuk menjawab butir item tersebut

lebih banyak yang menjawab betul, sementara testee yang kurang

pandai untuk menjawab dengan betul. Daya pembeda dihitung

dengan membagi testee ke dalam dua kelas, yaitu: kelas atas yang

merupakan testee yang tergolong pandai dan kelas bawah yang

tergolong rendah. Pembagiannya 27% x jumlah siswa digolongkan

ke dalam kelas atas dan 27% x jumlah siswa digolongkan ke dalam

kelas bawah (Arikunto, Suharsimi. 2007:212).

Dalam menentukan daya pembeda tiap butir soal

menggunakan rumus sebagai berikut :

S A −S B
DP= (Arikunto, Suharsimi, 2007:213)
IA

Keterangan :

DP = Daya pembeda

SA = Jumlah skor pada kelas atas yang menjawab benar

SB = Jumlah peserta didik pada kelas bawah yang menjawab benar

IA = Jumlah seluruh peserta didik.

Kriteria tingkat kesukaran yang digunakan pada analisa inni

adalah : jika p < 0,20 kategori Batal/Tolak (B) , 0,20 < p < 0,50

kategori soal perbaiki (TP) , dan p < 0,50 kategori terima (T).
Dari prestasi perhitungan diperoleh bahwa soal yang termasuk

kategori batal terdapat 7 butir soal yakni nomor soal 5, 9, 10, 12, 13,

14, dan 24. Sedangkan soal yang termasuk kategori revisi (TP atau

diterima tapi diperbaiki/revisi) terdapat 12 butir soal yakni nomor

butir 1, 2, 3,4 6, 7, 11, 15, 17, 25, 26 dan 30. Sedangkan butir soal

yang termasuk kategori diterima sebanyak 11 butir soal yaitu soal

nomor 8, 16, 18, 20, 21, 22, 23, 27, 28, dan 29

Tabel 3.13 Hasil Perhitungan Daya Beda Soal Instrumen

Pemecahan masalah Matematika

No. Daya No. Daya


Status Status
Butir Beda Butir Beda
1 0.203 TP 21 0.576 T
2 0.354 TP 22 0.639 T
3 0.456 TP 23 0.684 T
4 0.453 TP 24 0.177 B
5 0.035 B 25 0.251 TP
6 0.355 TP 26 0.347 TP
7 0.373 TP 27 0.764 T
8 0.583 T 28 0.468 T
9 0.173 B 29 0.541 T
10 0.124 B 30 0.425 TP
11 0.470 TP
12 0.175 B
13 -0.026 B
14 -0.038 B
15 0.484 TP
16 0.613 T
17 0.475 TP
18 0.685 T
19 0.504 T
20 0.586 T

F. Teknik Analisis Data


1. Statistik Deskriptif

Dalam analisa deskriptif akan dilakukan teknik penyajian data dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi, grafik/diagram batang untuk masing-

masing variabel. Selain itu juga masing-masing variabel akan diolah dan di

analisis ukuran pemusatan dan letak seperti mean, median dan modus serta

ukuran simpangan seperti jangkauan, variansi, simpangan baku, kemiringan

dan kurtosis.

Adapun langkah-langkah pembuatan tabel distribusi frekuensi dan

penyajian grafik poligon serta histogram dilakukan dengan langkah-langkah

berikut :

a. Menentukan rentang (R), yaitu data terbesar dikurangi data terkecil

b. Menentukan banyak kelas (K) dengan aturan Struges, yaitu:

K = 1 + 3,3 log n, dengan n = banyaknya data

c. Menentukan panjang kelas interval (P), yaitu:

rentang
P=
banyak kelas

d. Menentukan ujung bawah interval kelas pertama, yaitu ≤ data

terkecil.

e. Membuat tabel distribusi frekuensi secara lengkap dengan jalan

menentukan ujung bawah (UB) dan ujung atas (UA) setiap interval

kelas, menghitung banyaknya (frekuensi) data untuk masing-masing

kelas interval.
f. Menggambarkan grafik histogram dengan terlebih dahulu

menentukan tepi bawah (TB) dan tepi atas (TA) untuk masing-

masing kelas interval.

g. Menggambarkan grafik poligon frekuensi dengan terlebih dahulu

menentukan nilai tengah (Y1) masing-masing kelas interval, yaitu

Y1 =1/2 (UA – UB).

Sedangkan ukuran pusat, letak dan simpangan diantaranya dapat

ditentukan dengan rumus-rumus berikut :

a. Menentukan mean/rata-rata (Y) dengan rumus:

∑ F 1−f i
Y=
n

b. Menentukan modus (Mo), dengan rumus :

Mo=b+ p
( b1
b 1−b 2 )
Keterangan :

Mo = Modus

B = batas bawah kelas modus, ialah kelas interval dengan frekuensi

terbanyak

P = panjang kelas

b1= frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval terdekat

sebelumnya

b2= frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval terdekat

setelahnya
c. Menentukan median (Me), dengan rumus :

( )
1
n−F
2 , dimana :
Me=b+ p
f

Me = median

n = banyaknya data

F = jumlah semua frekuensi sebelum kelas median

b = batas bawah kelas median

p = panjang kelas median

d. Variansi (SD) dan simpangan baku, dengan rumus :

( )
k k
Yi2 . ft
SD=∑
n
− ∑ Yin. ft 2
, dan simpangan baku (S) = √ SD
i=1 i=1

Untuk mempersingkat waktu, sekaligus pemanfaatan

teknologi, maka perhitungan statistik deskriptif dalam penelitian ini

akan diselesaikan menggunakan bantuan program komputer SPSS

20.0.

2. Uji Persyaratan Analisis Data

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah hasil

pengumpulan berdistribusi normal atau tidak. Hal ini akan berpengaruh

pada proses lanjutan analisis statistik, jika data berdistribusi normal,

maka analisis dilanjutkan menggunakan statistik parametrik, sedangkan

jika data tidak berdistribusi normal, maka analisis dilanjutkan dengan


menggunakan statistik non parametrik. Uji normalitas dapat dilakukan

menggunakan analisis Kolmogrov Smirnov dalam SPSS 20.0. distribusi

data dikatakan normal jika nila sig.KS > 0,05. Perhitungan normalitas

akan dilakuukan menggunakan bantuan program komputer SPSS 20.00.

b. Uji Linieritas

Pengujian linieritas garis regresi dalam penelitian ini digunakan

uji F, rumusnya adalah sebagai berikut: (Sudhjana, 1996 : 327) :

JK (TC)
2
S TCk −2
SD= 2 =
SE JK ( E )
n−k

Dalam praktiknya, akan digunakan program komputer SPSS

20.0 untuk menghitung uji linieritas, yaitu dengan melihat besarnya

nilai koefisien sig. pada Deviation from Linierity.

Kriteria pengujian linieritas adalah sebagai berikut :

1) Jika Sig > 0,05 maka garis regresi tersebut linier.

2) Jika Sig < 0,05 maka garis regresi tersebut tidak linier.

c. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dalam penelitian ini bertujuan untuk

memastikan apakah di dalam sebuah model regresi ada interkorelasi

atau kolinieritas antar variabel bebas. Interkorelasi dapat dilihat dengan

nilai koefisien korelasi antara variabel bebas, nilai VIF dan Tolerance,
nilai Eigenvalue, dan Condition index, serta nilai standar error koefisien

beta atau koefisien regresi parsial.

Kriteria pengujian multikolinieritas adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai VIF < 10 atau nilai tolerance > 0,01 maka tidak terjadi

multikolinieritas data.

2) Jika nilai VIF > 10 atau nilai tolerance < 0,01 maka terjadi gejala

multikolinieritas data.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau

tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya

ketidaksamaan varian dan residual untuk semua pengamatan pada

model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi

adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas. Pada penelitian ini

dengan melihat pola titik-titik pada scatterpolts regresi, hasil olah data

di aplikasi SPSS 20.0. Jika titik-titik pola menyebar di atas maupun di

bawah Ŷ maka dipastikan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.

e. Uji Normalitas Galat

Uji normalitas galat dilakukan untuk mengetahui normal atau

tidaknya distribusi suatu data. Uji normalitas ini penulis berlakukan

untuk kedua variabel dengan memperhatikan unstandardized residual


dan melihat nilai Sig.> 0,05. Jika syarat tersebut terpenuhi, maka data

berdistribusi normal.

3. Uji Hipotesis Penelitian (Analisis Inferensial)

Setelah keseluruhan uji persyaratan analisis data dipenuhi dan

diketahui data layak untuk diolah lebih lanjut, maka langkah berikutnya

adalah menguji masing-masing hipotesis yang telah diajukan. Pengujian

hipotesis menggunakan teknik korelasi partial dan korelasi ganda, serta

regresi linier sederhana dan regresi linier ganda.

Dalam praktinya, untuk perhitungan dan pengujian korelasi dan

regresi baik partial maupun ganda akan digunakan bantuan program

komputer SPSS 20.0. Adapun kriteria pengujiannya sebagai berikut :

a. Analisis Korelasi

Hasil perhitungan koefisien korelasi ganda bisa dilihat dari

ouput program SPSS melalui analisis regresi yaitu pada tabel Model

Summaryb. Signifikansi dari koefisien korelasi tersebut di uji secara

manual atau dengan bantuan komputer melalui program aplikasi

Microsoft Excel. Adapun rumus pengujiannya adalah :


2
R
k
F=
1−R 2
n−k −1

Keterangan :

R = koefisien korelasi ganda


n = banyaknya anggota sampel

k = banyaknya variabel bebas

b. Analisis Regresi

1) Perhitungan persamaan garis regresi

Hasil perhitungan garis regresi bisa dilihat dari output program

SPSS melalui analisis regresi yakni pada tabel Coeficientsa.

Koefisien–koefisien persamaan garis regresi ditunjukkan oleh

bilangan-bilangan yang ada pada kolom B untuk

Unstandardized Coefficients.

Tabel 3.14 Tabel Hasil Regresi Linier Berganda

Coefficientsa
Unstandardized
Model Standardized Coefficients T Sig.
Coefficients
(Constant) B Std. Error Beta
1 X1
X2
a. Predictors: (Constant), X1, X2
b. Dependent Variabel : Y
Dari tabel diatas maka persamaan garis regresinya adalah :

Ŷ = a0 + a1 x1 + a2 x2

2) Pengujian signifikansi regresi

Hasil pengujian signifikansi regresi ganda bisa dilihat dari

output program SPSS melalui analisa regresi yakni ada tabel

ANOVAb kolom F atau Sig.


Tabel 3.15 Tabel Anova

ANOVAb
Sum of Mean
Model DF F Sig.
Squares Square
Regresion
1 Residual
Total
a. Predictors: (Constant), X1, X2
b. Dependent Variabel : Y

Kriteria signifikansinya adalah :

1) Jika digunakan kolom Sig, maka kriteria signifikansinya adalah :

“Jika Sig. < 0,05 maka garis regresi tersebut signifikan”

2) Jika digunakan kolom F, maka kriteria signifikansinya adalah :

“Jika Fhitung >Ftabel maka garis regresi tersebut signifikan.”

F tabel dipilih sesuai dengan ketentuan pengujian statistik pada

distribusi F, yaitu pada taraf nyata α derajat (dk) pembilang = k

dan derajat (dk) penyebut = n – k – 1, dimana n adalah banyaknya

anggota sampel dan k adalah banyaknya variabel bebas.

G. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hipotesis 1

H0 : β1 = β2 =0 tidak terdapat pengaruh atas kompetensi pedagogik

guru dan motivasi belajar secara bersama-sama

terhadap kemampuan pemecahan masalah

Matematika.
H1 : β1 ≠ 0, β2 ≠ 0 terdapat pengaruh atas kompetensi pedagogik guru

dan motivasi belajar secara bersama-sama terhadap

kemampuan pemecahan masalah Matematika.

2. Hipotesis 2

H0 : β1 = 0 tidak terdapat pengaruh atas kompetensi pedagogik guru

terhadap kemampuan pemecahan masalah Matematika.

H0 : β1 ≠ 0 terdapat pengaruh atas kompetensi pedagogik guru

terhadap kemampuan pemecahan masalah Matematika.

3. Hipotesis 3

H0 : β2 =0 tidak terdapat pengaruh motivasi belajar secara

bersama-sama terhadap kemampuan pemecahan

masalah Matematika.

H0 : β2 ≠ 0 terdapat pengaruh motivasi belajar secara bersama-

sama terhadap kemampuan pemecahan masalah

Matematika.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis menyajikan data penelitian untuk variabel

kompetensi pedagogik guru (X1), motivasi belajar (X2), dan kemampuan

pemecahan masalah (Y).

A. Deskripsi Data

1. Data Kompetensi Pedagogik Guru (X1)

Data persepsi atas kompetensi pedagogik guru diperoleh dari

kuisioner yang dijawab oleh 85 responden siswa memiliki nilai rata-rata

62,64 dengan simpangan baku sebesar 6.401, median 63.00, modus sebesar

59, nilai maksimal sebesar 74, dan nilai minimal sebesar 49. Banyaknya

butir pertanyaan dalam instrumen ini adalah 28 dengan skor maksimal tiap

pertanyaan sebesar 5.

Tabel 4.1 Deskripsi Data Kompetensi Pedagogik Guru Statistics


KEMAMPUAN PEDAGOGIK GURU

Valid 85
N
Missing 0
Mean 62.64
Median 63.00
Mode 59
Std. Deviation 6.401
Minimum 49
Maximum 74

Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat dikatakan bahwa

kompetensi pedagogik guru SMK swasta di Jakarta Timur cukup baik. Hal
ini diindikasikan dengan perolehan nilai rerata 62,64, mendekati skor

mediannya 63.00. Hal ini menunjukkan bahwa data skor kompetensi

pedagogik guru pada penelitian ini cukup representatif. Sedangkan skor

yang berada di atas rata-rata lebih banyak dari pada yang di bawah rata-rata.

Hal ini menunjukan bahwa persepsi responden atas kompetensi pedagogik

guru yang tinggi lebih banyak dibanding persepsi responden atas

kompetensi pedagogik yang rendah.

Untuk memperjelas data di atas, digambarkan dalam histogram

sebagai berikut:

Gambar 4.1 Histogram dan Poligon Frekuensi Kompetensi Pedagogik Guru

Dari histogram dan poligon frekuensi di atas dapat disimpulkan

bahwa persepsi atas kompetensi pedagogik guru SMK swasta di Jakarta

Timur memiliki sebaran yang normal.


2. Data Motivasi Belajar (X2)

Data motivasi belajar diperoleh dari kuisioner yang dijawab oleh

85 responden siswa dihasilkan skor terendah 72, skor tertinnggi 110, skor

rata-rata 89.76, median sebesar 90.00, modus sebesar 98, dan simpangan

baku sebesar 9.876. Banyaknya butir instrumen motivasi belajar adalah 33

butir pertanyaan dengan skor maksimal tiap butir adalah 5.

Tabel 4.2 Deskripsi Data Penelitian Motivasi Belajar Statistik

MOTIVASI BELAJAR

Valid 85
N
Missing 0
Mean 89.76
Median 90
Mode 98
Std. Deviation 9.876
Minimum 72
Maximum 110

Dari hasil perhitungan di atas, maka bisa dikatakan bahwa motivasi

belajar siswa SMK swasta di Jakarta Timur cukup baik. Hal ini

diindikasikan dengan perolehan nilai rerata 89.76, mendekati dari nilai

mediannya 90.00.

Deskripsi data tersebut bisa dilihat pada lampiran, sedangkan

histogram dari data tersebut pada gambar 4.2.


Gambar 4.2 Histogram Poligon Variabel Motivasi Belajar

Dari tabel distribusi, histogram dan poligon frekuensi dapat

disimpulkan bahwa data skor skala motivasi belajar dalam penelitian inni

memiliki sebaran yang cenderung normal.

3. Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika (Y)

Data kemampuan pemecahan masalah Matematika yang diperoleh

dari angket yang disebar sebanyak 85 siswa yang menjadi sampel penelitian

dijabarkan sebagai berikut: skor terendah yang diperoleh sebesar 12, skor

tertinggi sebesar 18, nilai rata-rata sebesar 26,78, median sebesar 17.00,

modus sebesar 18.00, dan simpangan baku 1.442.

Tabel 4.3 Deskripsi Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA
Valid 85
N
Missing 0
Mean 74.19
Median 74.00
Mode 69
Std. Deviation 4.355
Minimum 69
Maximum 87
Bisa dilihat dari hasil perhitungan di atas, maka bisa dikatakan

bahwa kemampuan dalam pemecahan masalah Matematika siswa SMK

swasta di Jakarta Timur tergolong cukup baik. Hal ini diindikasikan dengan

perolehan nilai rata-rata sebesar 74.19, mendekati skor mediannya, yaitu

74.00, dengan simpangan baku sebesar 4.355.

Untuk memperjelas data di atas, digambarkan dalah histogram dan

poligon sebagai berikut :

Gambar 4.3 Histogram dan Poligon Frekuensi

Pemecahan Masalah Matematika.

Dari histogram dan poligon frekuensi di atas dapat disimpulkan

bahwa data kemampuan pemecahan Matematika siswa SMK swasta di

Jakarta Timur memiliki sebaran yang normal.

B. Uji Persyaratan Analisis Regresi

Pengujian persyaratan analisis data yang dilakukan dalam penelitian

ini adalah pengujian normalitas dan uji linieritas garis regresi partial antara

variabel bebas dan variabel terikat.


1) Uji Normalitas Data

Pengujian normalitas data setiap sampel di uji melalui hipotesis berikut :

a) H0 : data pada sampel tersebut berdistribusi tidak normal

b) H1 : data pada sampel tersebut berdistribusi normal

Perhitungan dilakukan dengan bantuan komputer melalui aplikasi

SPSS 20.0. Menurut ketentuan yang ada, maka kriteria dari normalitas

data adalah “jika p value (Sig.) > 0,05 maka H0 diterima”, yang berarti

data pada sampel tersebut berdistribusi normal. Nilai p value (Sig.)

adalah bilangan yang tertera pada kolom Sig. dalam tabel hasil

perhitungan pengujian normalitas data oleh program SPSS. Dalam hal

ini digunakan metode Kolmogrov-Smirnov. Hasil perhitungan bisa

dilihat pada tabel 4.4 berikut :

One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test


KEMAMPUA PEMECAHAN
N MOTIVASI MASALAH
PEDAGOGIK BELAJAR MATEMATIK
GURU A
N 85 85 85
Mean 62.64 89.76 74.19
Normal Parameters Std. Deviation 6.401 9.876 4.355
Absolute .103 .092 .128
Most Extreme Differences Positive .103 .074 .128
Negative -.082 -.092 -.177
Kolmogroc-Smirnov Z .951 .848 1.177
Asymp. Sig. (2-tailed) .326 .469 .125
a. Test distribution is Normal
b. Calculated from data.
Tabel 4.4 Analisis Normalitas Data

Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai pada kolom Sig. pada

metode Kolmogrov-Smirnov untuk semua sampel > 0,05 sehingga H 0

diterima dengan kata lain bahwa data dari semua sampel pada penelitian
ini berdistribusi normal. Untuk memperkuat hasil pengujian tersebut

maka ditampilkan gambar grafik normal Q-Q Plot untuk setiap sampel.

Gambar 4.4 Grafik Normal Q-Q Plot Data Skor Kompetensi

Pedagogik Guru

Dari gambar 4.4, dapat dilihat bahwa posisi setiap data

berdekatan dengan garis trend data sehingga bisa disimpulkan bahwa

data variabel kecerdasan intelektual (X1) cenderung berdistribusi

normal.

Gambar 4.5 Grafik Normal Q-Q Plot Data Skor Motivasi Belajar
Dari gambar 4.5, dapat dilihat bahwa posisi setiap data

berdekatan dengan garis trend data, sehingga bisa disimpulkan bahwa

data variabel kecerdasan intelektual (X2) cenderung berdistribusi

normal.

Untuk variabel kemampuan pemecahan masalah Matematika,

grafik normal Q-Q plotnya bisa dilihat pada gambar 4.6 berikut ini :

Gambar 4.6 Grafik Normal Q-Q Plot Variabel Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa posisi setiap data

berdekatan dengan garis trend data, sehingga bisa disimpulkan bahwa

variabel prestasi belajar Matematika (Y) cenderung berdistribusi normal.

2) Uji Linieritas Regresi

Uji linieritas regresi dalam penelitian ini digunakan hipotesis

sebagai berikut :

a) H0 : garis regresi hubungan antara variabel X dan variabel Y

linier.
b) H1 : garis regresi hubungan antara variabel X dan variabel Y tidak

linier.

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan komputer melalui

aplikasi SPSS 20.00. Kriteria pengujiannya adalah “jika Sig.> 0.05

maka H0 diterima atau data linier.” Nilai Sig. adalah bilangan yang

tertera pada kolom Sig. baris Deviation from Linierity dalam tabel

ANOVA hasil perhitungan uji linieritas garis regresi. Uji ini dilakukan

dua kali, yaitu variabel X1 terhadap Y, dan X2 terhadap Y. Adapun

deskripsinya sebagai berikut :

a) Linieritas Garis Regresi Variabel X1 terhadap Y

Hasil uji linieritas garis regresi hubungan antara variabel X1

terhadap variabel Y bisa dilihat pada tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5 Hasil Uji Linieritas

Pengaruh Variabel X1 terhadap variabel Y

ANOVA Table
Sum of Mean
df F Sig.
Squares Square
Betwee (Combined 1.391.09
PEMECAHAN n ) 9 22 63.232 19.418 .000
MASALAH Groups
MATEMATIK 876.48 269.16
A Liniearity 876.486 1 6 9 .000
MOTIVASI
BELAJAR
Deviation 514.613 21 24.505 7.526 .007
from
Liniearity

Within Groups 594.089 62 3.256


Total 1.592.98 84
8
Pada tabel di atas, terlihat bahwa nilai Sig. Deviation from

Linierity adalah 0.07 > 0.05, sehingga H0 diterima atau garis regresi

pengaruh variabel X1 terhadap variabel Y tersebut linier.

b) Linieritas garis regresi variabel X2 terhadap variabel Y

Hasil uji linieritas garis regresi hubungan antara variabel X2

terhadap variabel Y bisa dilihat pada tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6 Hasil Uji Linieritas

Pengaruh Variabel X2 terhadap variabel Y

ANOVA Table
Sum of Mean
df F Sig.
Squares Square
Betwee (Combined
PEMECAHAN n ) 998.899 24 41.621 4.203 .000
MASALAH Groups
MATEMATIKA 395.34
*
Liniearity 359.342 1 2 39.928 .000
MOTIVASI
BELAJAR
Deviation 603.557 23 26.242 2.650 .013
from
Liniearity

Within Groups 594.089 60 9.901


1.592.98
Total 8 84

Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai Sig. Deviation form

Linierity sebesar 0.13 > 0.05, sehingga H0 diterima atau garis regresi

antara variabel X2 terhadap variabel Y berdistribusi linier.

c) Uji Multikolinieritas Garis Regresi


Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi yang sempurna antar variabel

bebas (independent). Perhitungan uji kolinieritas dilakukan

bersamaan dengan uji garis regresi, yaitu dengan melihat nilai VIF

(Varian Inflation Faktor). Kriteria pengujiannya adalah “jika nilai

VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas, tetapi sebaliknya jika nilai

VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas”. Hasilnya bisa dilihat

pada tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinieritas Garis Regresi

Unstandardized Standardized Collineaarity


Coefficients Coefficients Correlations Statistics
Std. Zero- Tolera
Model B Error Beta t Sig. order Partial Part nce VIF
1 (Constant) 32.852 3.388 9.698 .000

KEMAMPUAN .448 .046 .659 9.849 .000 .742 .736 .636 .939 1.065
PEDAGOGIK
GURU

MOTIVASI .148 .029 .335 5.009 .000 .496 .484 .325 .939 1.065
BELAJAR

Dari tabel 4.7 tersebut, nilai VIF dari kedua variabel X 1 maupun

X2 terhadap Y menunjukkan nilai < 10 dan nilai tolerance > 0,01

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas.

d) Uji Heteroskedastisitas

Pengertian heteroskedastisitas adalah apabila kesalahan atau

residual yang diamati tidak memiliki varian yang konstan. Kondisi


heteroskedastisitas sering terjadi pada data cross section, atau data

yang diambil dari beberapa responden pada suatu waktu tertentu.

Salah satu metode untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas

adalah dengan membuat scatter-plot antara Standardized Residual

(ZRESID) dan Standardized Predicted Value (Ŷ). Pada gambar

dibawh ini menunjukkan tidak ada perubahan sepanjang Ŷ, maka

dinyatakan tidak ada heteroskedastisitas pada galat (error/residual)

tersebut.

Gambar 4.7 Scatterplot Uji Heteroskedastisitas

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa titik-titik menyebar

secara acak dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas, serta

tersebat diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini

menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model

regresi tersebut, sehingga dapat dipakai untuk memprediksi variabel


kemampuan pemecahan masalah Matematika berdasarkan motivasi

belajar dan kompetensi pedagogik guru.

e) Uji Normalitas Galat

Persyaratan regresi yang baik jika data penelitian mengikuti

distribusi normal.

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Galat

One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 80
Mean 0E-7
Std.
Normal Parameters Deviation 552.134.161
Absolute 0.61
Most Extrem
Differences Positive 0.61
Negative -0.54
Kolmogrov-Smirnov Z .549
Asymp. Sig. (2-tailed) .924
a. Test distribution is normal
b. Calculated from data

Dari tabel di atas menujukkan bahwa uji hipotesis yang

menyatakan distribusi residual pada analisis regresi ini mengikuti

distribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Z = 0.549 dan Sig

= 0,924 > 0,05. Hal ini berarti asumsi atau persyaratan analisis regresi

terpenuhi.

C. Uji Hipotesis

Pengajuan hipotesis dilakukan dengan ketentuan yang dijelaskan

dalam Bab II. Hasil perhitungan dan pengujian bisa dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Pengujian Koefisien Korelasi Ganda

Variabel X1 dan X2 terhadap Y

Model Summary
Adjusted Std. Error
R R of the
Model R Square Square Estimate
1 .810a .656 .647 2.587
a. Predictors: (Constant), MOTIVASI BELAJAR,
KEMAMPUAN PEDAGOGIK GURU

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Pengujian Signifikansi Koefisien

Regresi Variabel X1 dan X2 terhadap Y

ANOVAa
Sum of Mean
df F Sig.
Model Squares Square
Regresion 1044.267 2 522.184 78.048 .000b
1 Residual 548.621 82 6.691
Total 1592.988 84
a. Dependent Variable : PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
b. Predictors: (Constant), MOTIVASI BELAJAR, KEMAMPUAN PEDAGOGIK
GURU

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Persamaan Regresi Ganda

Variabel X1 dan X2 terhadap Y

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized
T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 32.852 3.388 9.698 .000

KEMAMPUAN
PEDAGOGIK GURU .448 .046 .659 9.849 .000
MOTIVASI BELAJAR .148 .029 .335 5.009 .000

1. Pengaruh kompetensi pedagogik guru (X1) dan motivasi belajar (X2)

secara bersama-sama terhadap kemampuan pemecahan masalah

Matematika (Y).

Hipotesis yang diuji :

H0 : βy1 = βy2 = 0

H1 : βy1 ≠ 0, atau βy2 ≠ 0

Artinya :

H0 : tidak terdapat pengaruh penguasaan pedagogik guru dan

motivasi belajar secara bersama-sama terhadap kemampuan

pemecahan masalah Matematika.

H1 : terdapat pengaruh penguasaan pedagogik guru dan motivasi

belajar secara bersama-sama terhadap kemampuan pemecahan

masalah Matematika.

Berdasarkan tabel 4.10 di atas dapat dinyatakan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara penguasaan pedagogik guru dan

motivasi belajar secara bersama-sama terhadap kemampuan

pemecahan masalah Matematika.

Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai Sig. 0,000 < 0,05 dan

F = 78.048 serta nilai R = 0.810.

Persamaan garis regresi ganda dapat dinyatakan dengan

Ŷ= 32.852 + 0.448X1 + 0.148X2. Hal ini memiliki pengertian bahwa


kenaikan satu skor variabel kompetensi pedagogik guru dan motivasi

belajar X memberikan kontribusi sebesar 0,448 oleh X1 dan 0,138 oleh

X2 terhadap variabel pemecahan masalah Matematika. Dari tabel 4.9

juga dapat menjelaskan bahwa secara bersama–sama variabel motivasi

belajar dan kompetensi pedagogik guru memberikan kontribusi

sebesar 65,6% terhadap variabel pemecahan masalah Matematika

sisanya sebesar 34,4% karena faktor lain.

2. Pengaruh kompetensi pedagogik guru (X1) terhadap kemampuan

pemecahan masalah Matematika (Y)

Hipotesis yang diuji:

H0 : βy1 = 0

H1 : βy1 ≠ 0

Artinya :

H0 : tidak terdapat pengaruh penguasaan pedagogik guru terhadap

kemampuan pemecahan masalah Matematika.

H1 : terdapat pengaruh penguasaan pedagogik guru terhadap

kemampuan pemecahan masalah Matematika.

Dari tabel 4.11 dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan antara Kompetensi pedagogik guru terhadap kemampuan

penyelesaian masalah Matematika. Hal ini dibuktikan dengan perolehan

nilai Sig. 0,000 < 0,05 dan thitung = 9.849 dengan menggunakan kriteria

pengujian ”jika thitung > ttabel maka H0 ditolak atau jika nilai Sig. < 0,05
H0 ditolak”. Berdasarkan kriteria tersebut, terdapat pengaruh yang

signifikan antara variabel X1 dengan Y.

3. Pengaruh motivasi belajar (X2) terhadap kemampuan pemecahan

masalah Matematika (Y).

H0 : β2 = 0

H1 : β2 ≠ 0

Artinya :

H0 : tidak terdapat pengaruh motivasi belajar secara bersama-sama

terhadap kemampuan pemecahan masalah Matematika.

H1 : terdapat pengaruh motivasi belajar secara bersama-sama

terhadap kemampuan pemecahan masalah Matematika.

Berdasarkan tabel 4.11 diatas dapat dinyatakan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar terhadap kemampuan

pemecahan masalah Matematika. Hal ini dibuktikan dengan perolehan

nilai Sig. 0,000 < 0,05 dan thitung = 5.009. Dengan menggunakan kriteria

pengujian”jika thitung > ttabel maka H0 ditolak atau jika nilai Sig. < 0,05

H0 ditolak.” Berdasarkan kriteria tersebut, terdapat pengaruh yang

signifikan antara variabel X2 dengan Y.


D. Pembahasan

Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kompetensi pedagogik guru dan

motivasi belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah Matematika.

1. Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru dan Motivasi Belajar Secara

Bersama-sama Terhadap Pemecahan Masalah Matematika.

Dari deskripsi data setelah dilakukan analisis korelasi diperoleh

koefisiensi sebesar 0.810 dan koefisien determinasi sebesar 65.6 %, setelah

dilakukan pengujian dengan program SPSS terbukti bahwa koefisien korelasi

tersebut signifikan. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh variabel bebas X1

(Kompetensi Pedagogik Guru) dan X2 (Motivasi Belajar) secara bersama-

sama terhadap variabel terikat Y (Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika).

Analisis regresi diperoleh persamaan garis regresi

Ŷ = 32.852 + 0.488 X1 + 0.148 X2. Nilai konstanta = 32.852 menunjukkan

bahwa dengan motivasi belajar dan kompetensi pedagogik guru yang tinggi

akan mudah bagi siswa tersebut untuk dapat meningkatkan kemampuan

memecahkan maslah Matematika dengan baik. Sedangkan nilai koefisien

regresi sebesar 0.448 dan 0.148 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

positif variabel bebas X1 (Kompetensi Pedagogik Guru) dan X2 (Motivasi

Belajar) secara bersama-sama terhadap variabel terikat Y (Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika).


Angka koefisien regresi tersebut juga menunjukkan bahwa setiap ada

kenaikan satu nilai kecerdasan intelektual maka akan terdapat kenaikan

prestasi belajar siswa sebesar 0,448 dan setiap ada kenaikan satu nilai

motivasi belajar siswa maka akan terdapat kenaikan prestasi belajar sebesar

0,148. Setelah dilakukan pengujian signifikansi koefisien regresi, diperoleh

nilai Sig. 0,000 dan Fhitung = 78.048 sehingga nilai Sig. < 0,05 dan F hitung>Ftabel

yang berarti regresi tersebut signifikan.

Menurut teori sintesa yang ada di Bab II, kompetensi pedagogik guru

adalah kemampuan seseorang guru dalam pembelajaran di kelas yang

melingkupi kemampuan dalam menguasai teknologi, pembelajaran dan

penguasaaan bahan ajar sedangkan motivasi belajar adalah sesuatu yang dapat

membangkitkan atau mendorong seseorang untuk menjadi giat belajar dalam

mencapai cita-cita yang ia inginkan berusaha untuk mengetahui suatu

pelajaran dengan cara mengetahui, mengikuti, memahami pelajaran,

memusatkan perhatian, belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi

yang diinginkan.

Kemampuan dalam memecahkan masalah Matematika adalah upaya

siswa dalam memahami pengetahuan dan keterampilan berkaitan dengan

upaya untuk menyelesaikan persoalan dalam pelajaran Matematika.

Berdasarkan hasil penelitian di atas menyimpulkan bahwa penguasaan

kompetensi pedagogik guru dalam konsepp Teknological, Pedagogical, and

Content Knowledge (TPACK) guru Matematika dan motivasi belajar siswa

secara bersama-sama telah memberikan pengaruh prositif terhadap


peningkatan kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa SMK di

Jakarta Timur. Hal ini mengandung arti bahwa penguasaan kompetensi

pedagogik dengan konsep Teknological, Pedagogical, and Content

Knowledge (TPACK) guru Matematika dan motivasi belajar siswa telah

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan

pemecahan masalah Matematika siswa SMK swasta di Jakarta Timur.

Besarnya pengaruh penguasaan kompetensi pedagogik guru dalam

konsep Teknological, Pedagogikal, and Content Knowledge (TPACK) guru

Matematika dan motivasi belajar siswa secara bersama-sama adalah 65,6%,

terhadap variabel kemampuan pemecahan masalah Matematika sisanya

34,4% dipengaruhi variabel lain di luar model regresi ini.

Kemampuan pemecahan masalah Matematika sangat membantu siswa

dalam memahami materi, menganalisis setiap permasalahan, dan menerapkan

konsep Matematika dalam kehidupan sehari-hari serta siswa tidak mengalami

kesulitan dalam belajar terutama saat pembelajaran daring. Hal ini pun

menjadi sebuah tantangan yang harus disikapi guru Matematika untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan melalui peningkatan

profesionalisme dengan menguasai konsep teknologi, pedagogik, dan

penguasaan konten (materi ajar). Dengan peningkatan kompetensi pedagogik

guru tersebut dapat terlihat adanya kontribusi dalam pemecahan masalah

Matematika sebagai faktor eksternal. Sedangkan faktor lain yang

berkontribusi terhadap kemampuan memecahkan masalah Matematika adalah

motivasi belajar siswa dengan dorongan yang kuat yang ada pada diri siswa
untuk mencapai hasil belajar dalam hal ini hasis asesmen numerik sehingga

mencapai hasil optimal yang diiringi semangat belajar, keinginan sukses,

semangat berkompetisi serta keinginan menjadi juara. Sehingga ketiga hal

tersebut yaitu peguasaan komepetensi pedagogik guru Matematika, motivasi

belajar terhadap pemecahan masalah Matematika dapat memberikan

kontribusi secara bersama-sama.

2. Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru (X1) terhadap Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika (Y)

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa

kompetensi pedagogik guru dalam hal ini bagaimana guru menguasai konsep

Teknological, Pedagogical, and Content Knowledge (TPACK) telah

memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan pemecahan

masalah Matematika siswa SMK swasta di Jakarta Timur. Hal ini

mengandung arti bahwa penguasaan konsep Teknological, Pedagogical, and

Content Knowledge (TPACK) guru Matematika telah memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap hasil asesmen numerik siswa SMK swasta di Jakarta

Timur. Besarnya pengaruh TPACK adalah 65,6% terhadap kemampuan

pemecahan masalah Matematika. Hal ini berarti semakin baik penguasaan

kompetensi pedagogik guru maka semakin baik pula hasil kemampuan siswa

dalam pemecahan masalah Matematika. Dapat dikatakan bahwa pendekatan

kompetensi pedagogik yang dikuasai guru Matematika dalam pembelajaran

menjadi salah satu solusi yang baik dalam peningkatan hasil pemecahan
masalah dalam mata pelajaran siswa yang dialami siswa, guru Matematika

menjadi motivasi yang baik untuk siswa sehingga siswa tersebut dapat lebih

termotivasi dalam belajar dan berprestasi dalam pelajaran. Dengan kata lain

kompetensi pedagogik guru signifikan terhadap kemampuan pemecahan

masalah Matematika.

3. Pengaruh Motivasi Belajar Siswa (X2) Terhadap Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi

belajar siswa telah memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan hasil

pemecahan masalah Matematika yang dialami siswa SMK swasta di Jakarta

Timur. Hal ini mengandung arti bahwa motivasi belajar siswa telah

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan

siswa dalam memecahkan masalah Matematika khususnya siswa SMK swasta

di Jakarta Timur. Besarnya pengaruh motivasi belajar siswa adalah 65,6%

terhadap kemampuan pemecahan masalah Matematika.

Hal ini berarti semakin tinggi tingkat motivasi belajar siswa, maka

semakin tinggi pula kemampuan siswa tersebut dalam memecahkan masalah

Matematika.

Motivasi merupakan upaya memperbaiki situasi yang dirasakan sulit,

upaya menyediakan dorongan untuk melakukan tindakan, upaya mencapai

tujuan yang diharapkan, upaya menciptakan kekuatan yang mendorong

perilaku secara kontinu, upaya mengembangkan aspek psikologis dan


fisiologis dengan memperhatikan tujuan, keinginan kecenderungan, perilaku,

ketertarikan, pilihan, kekuatan dan dorongan, kekuatan instrinsik dan

ekstrinsik untuk melakukan sesuatu secara langsung, kesediaan bekerja untuk

mencapai pemenuhan kebutuhan dan keyakinan akan kepuasan terhadap hasil

yang diperoleh.

Motivasi dalam belajar dapat timbul karena faktor instrinsik berupa

hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar serta harapan

akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adanya penghargaan,

lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

Dengan demikian apabila motivasi belajar siswa tinggi maka

kemampuan siswa dalam memecahkan masalah Matematika pun akan

semakin tinggi dan sebaliknya apabila motivasi belajar siswa rendah maka

hasil kemampuan dalam pemecahan masalah Matematika pun akan rendah.

Motivasi belajar adalah sesuatu yang dapat membangkitkan atau

mendorong seseorang untuk menjadi giat belajar dalam mencapai cita-cita

yang ia inginkan dan berusaha untuk mengetahui suatu pelajaran dengan cara

mengikuti, memahami pelajaran, memusatkan perhatian, belajar lebih giat,

dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. Motivasi belajar akan

melahirkan perhatian, memudahkan terciptanya konsentrasi, mencegah

gangguan perhatian dari luar, memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam

ingatan, memperkecil kebosanan studi dalam diri sendiri, dan menambah

motivasi untuk belajar lebih giat.


Motivasi terhadap Matematika merupakan hasil dari bagaimana guru

Matematika dengan penguasaan dan penyajian materi yang baik berusaha

memotivasi siswa untuk mencintai dan menanamkan motivasi yang positif

terhadap suatu pelajaran yaitu dengan menyadari akan penting Matematika,

baik dalam melanjutkan studi maupun dalam kehidupan sehari-hari, jika

siswa yang bersangkutan motivasinya cukup tinggi terhadap suatu pelajaran

maka dalam belajar yang bersangkutan tidak merasa puas jika tidak berhenti

memecahkan persoalan yang dihadapinya. Motivasi belajar akan melahirkan

perhatian, memudahkan terciptanya konsentrasi, mencegah gangguan

perhatian dari luar, memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan,

memperkecil kebosanan studi dalam diri sendiri, dan menambah motivasi dari

dalam diri untuk belajar lebih giat.

Dari informasi dan teori tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan motivasi belajar siswa terhadap

kemampuan pemecahan masalah Matematika.

Untuk memperoleh hasil yang baik dalam pendidikan, maka siswa

yang ingin mempunyai prestasi belajar yang tinggi, dia akan berusaha untuk

meningkatkan kemampuannya dengan sungguh-sungguh sebagai rasa

tanggung jawabnya. Namun bila menemukan kesulitan dalam belajar, maka

mereka akan berusaha dengan segala kemampuan yang dimiliki untuk

menguasai kesulitan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai