Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

TINJAUAN PUSAKA
KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Leukemia adalah penyakit keganasan pada jaringan hematopoletik
yang ditandai dengan penggantian elemen sumsum tulang normal oleh sel
darah abnormal atau sel leukemik. Hasil ini disebabkan oleh roliferasi tidak
terkontrol dari klon sel darah immatur yang berasal dari sel induk
hematopoietik. Sel leukemik tersebut juga ditemukan dalam darah perifer dan
sering mengnvasi jaringan retikuloendotelial seperti limpa, hati, dan kelenjar
limfe (Dia Rofinda, 2012).
Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi
dini yang berlebihan dari sel darah putih. Leukemia juga bisa didefinisikan
sebagai keganasan hematologis akibat proses neoplastik yang disertai dengan
gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoietik
(Handayani dan Haribowo, 2008).

B. Etiologi
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut
hasil penelitihan, orang dengan faktor resiko tertentu lebih meningkatkan
resiko timbulnya penyakit leukemia.
1. Host
a. Umur, jenis kelamin, ras
Insiden leukemia bervariasi menurut umur, biasanya leukemia ini
banyak ditemui pada anak anak usia 3-7 tahun dengan leukemia
limfositik akut. Sedangkan pada umur 15-39 tahun dengan leukemia
mielositik akut, sedangkan pada 30-50 tahun dengan leukemia
mielositik kronik. Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis
kanker. Menyerang 9 dari 100.000 orang di AS setiap tahun. Orang
dewasa 10 kali kemungkinan terserang leukemia daripada anak-anak.
Leukemia terjadi paling sering pada orang tua. Ketika leukemia terjad
pada anak-anak, hal itu terjad paling sering sebelum merka berusia 4
tahun.
b. Faktor Genetik
Leukemia pada anak-anak penderita down syndrome adalah 20 kali
lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat
menyebabkan leukemia akut.

2. Agent
a. Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada
binatang. Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus
sebagai salah satu penyebab leukemia yaitu enzyme reserve
transcriptase ditemukan dalam darah penderita leukemia. Seperti
diketahui enzim di dalam virus onkogenk seperti retrovirus tipe C
yaitu jenis RNA yang menyebabkan leukemia pada binatang.
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi
terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus
jenis cRNA, telah ditunjukan oleh miksoskop electron dan kultur
jairngan pada sel pasien dengan jenis pasien khusus leukemia.
b. Sinar Radioaktif
Factor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan leukemia.
Angka kejadian leukemia jelas sekali meningkat setelah terkena
paparan sinar radioaktif. Sebelum proteksi tehadap sinar radioaktif
rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai resiko penderita leukemia
10kali lebih besar dibandingkan yang tidak bekerja dibagian tersebut.
c. Zat Kimia
Zat-zat kimia diduga dapat menimbulkan dan meningkatkan resiko
terkena leukemia. 18 dari sebagian besar obat-obatan dapat menjadi
penyebab leukemia, pada orang dewasa menjadi leukemia non
limfoblastik akut
d. Lingkungan
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan
pekerjaan dengan kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian yang
dilakukan di Jepang, sebagian besar kasus berasal dari rumah tangga
dan kelompok petani. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan
bahwa orang yang bekerja d pertanian atau peternakan mempunyai
resiko tinggi leukemia. Itu artinya oaring yang menderita leukemia
kemungkinan 2,35 kali bekerja dipertanian atau peternakandibanding
orang yang tidak menderita leukemia(Mustika, 2016).
Etiologi spesifik belum diketahui, tetapi terdapat hubungan dengan proses
multifaktorial yang berkaitan dengan genetik, imunologi, lingkungan, bahan
toksik, dan paparan virus. Faktor lingkungan meliputi antara lain paparan
ionizing radiation, bahan toksik kimia, herbisida dan pestisida. Pemakaian
obat-obatan seperti kontrasepsi, diethylstilbestrol, dan amfetamin, rokok,
konsumsi alkohol, kontaminasi zat kimia sebelum atau selama kehamilan
mempunyaihubungantidakkonsistendenganleukimia.Ionizingradiationdan
paparan benzene merupakan faktor risiko yang berhubungan erat baik dengan
leukimia maupun leukemia mieloid akut. Beberapa penelitian melaporkan
adanya kemungkinan hubungan antara medan elektromagnetik dari daya
voltase tinggi dan perkembangan leukemia, tetapi penelitian yang lebih besar
tidak mengonfirmasi hubungan tersebut. Sampai saat ini, penyebab leukemia
umumnya tidak dapat diidentifikasi (Yenni, 2014)
C. Manifestasi klinis
Salah satu manifestasi klinis dari leukemia adalah perdarahan.
Manifestasi perdarahan yang paling sering ditemukan berupa ptekie, purpura
atau ekimosis, yang terjadi pada 40 – 70% penderita leukemia akut pada saat
didiagnosis. Lokasi perdarahan yang paling sering adalah pada kulit, mata,
membran mukosa hidung, ginggiva dan saluran cerna. Perdarahan yang
mengancam jiwa biasanya terjadi pada saluran cerna dan sistem saraf pusat,
selain itu juga pada paru, uterus dan ovarium. Manifestasi perdarahan ini
muncul sebagai akibat dari berbagai kelainan hemostasis(Dia Rofinda, 2012).
D. Patofesiologi
Patofisiologi leukemia berupa abnormalitas genetik disertai paparan
zat karsinogenik yang menyebabkan kerusakan DNA pada sel-sel
hematopoetik, sehingga terjadi proliferasi tidak terkontrol dan penurunan
apoptosis sel. Pertumbuhan sel-sel abnormal melebihi jumlah seharusnya
namun tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Leukemia adalah jenis gangguan pada system hemapoetik yang fatal
dan terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak
terkendalinya proliferasi dari leukosit. Jumlah besar dari sel pertamatama
menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang, limfosit
di dalam limfe node) dan menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke
organ yang lebih besar sehingga mengakibatkan hematomegali dan
splenomegali. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan
jaringan perifer serta mengganggu perkembangan sel normal. Akibatnya,
hematopoesis normal terhambat, mengakibatkan penurunan jumlah leukosit,
eritrosit, dan trobosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya dapat rendah atau
tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur. Proliferasi dari satu jenis sel sering
mengganggu produksi normal sel hematopoetik lainnya dan mengarah
kepembelahan sel yang cepat dan sitopenia atau penurunan jumlah.
Pembelahan dari sel darah putih meningkatkan kemungkinan terjadinya
infeksi karena penurunan imun. Trombositopeni mengakibatkan perdarahan
yang dinyatakan oleh ptekie dan ekimosis atau perdarahan dalam kulit,
epistaksis atau perdarahan hidung, hematoma dalam membrane mukosa, serta
perdarahan saluran cerna dan saluran kemih. Tulang mungkin sakit dan lunak
yang disebabkan oleh infark tulang,
Pathway
E. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan
sumsum tulang berupa pansitopenia, limfositosis yang kadang-kadang
menyebabkan gambaran darah tepi menoton dan terdapat sel blas.
Terdapatnya sel blas dalam darah tepi merupakan gajala patognomik
untuk leukemia.kolesterol mungkin rendah, asam urat dapat meningkat ,
hipogamaglobinea. Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan
gambaran yang menoton, yaitu hanya terdiri dari sel limfopoietik
patologis sedangkan sistem lain terdesak (aplasia sekunder). Pada LMA
selain gambaran yang menoton, terlihat pula adanya hiatus leukemia ialah
keadaan yang memperlihatkan  banyak sel blas (mieloblas), beberapa sel
tua (segmen) dan sangat kurang bentuk pematangan sel yang berada di
antaranya (promielosit, mielosit, metamielosit dan sel batang).
2. Biopsi Limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferase sel leukemia dan sel yang
berasal dari jaringan limpa yang terdesak, seperti limfosit normal, RES,
granulosit, dan pulp cell.
3. Pungsi Sumsum Tulang
Pungsi sumsum tulang merupakan pengambilan sedikit cairan sumsum
tulang, yang bertujuan untuk penilaian terhadap simpanan zat besi,
mendapatkan spesimen untuk pemeriksaan bakteriovirologis (biakan
mikrobiologi), untuk diagnosa sitomorfologi/ evaluasi produk pematangan
sel asal darah. Tempat yang biasanya digunakan aspirasi untuk pungsi
sumsum tulang adalah spina iliaka posterior superior (SIPS), krista iliaka,
spina iliaka anterior superior (SIAS), sternum di antara iga ke-2 dan ke-3
midsternal atau sedikit di kanannya (jangan lebih dari 1 cm), spina
dorsalis/prosesus spinosus vertebra lumbalis.
4. Cairan Serebrospinal

Bila terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein,berarti suatu


leukemia meningeal. Kelainan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan
penyakit baik dalam keadaan remisi maupun keadaan kambuh. Untuk
mencegahnya diberikan metotreksat (MTX) secara intratekal secara rutin
pada setiap pasien baru atau pasien yang menunjukkan gejala tekanan
intrakranial meninggi.

5. Sitogenik

Pada kasus LMK 70-90% menunjukkan kelainan kromosom, yaitu


kromosom 21 (kromosom Philadelpia atau Ph 1). 50-70% dari pasien LLA
dan LMA mempunyai kelainan berupa:Kelainan jumlah kromosom seperti
diploid (2n), hiploid (2n-a), hiperploid (2n+a).Kariotip yang
pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom yang
diploid.Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial depletion).
Terdapatnya marker chromosome yaitu elemen yang secara morfologis
bukan merupakan kromosom normal; dari bentuk yang sengat besar
sampai yang sangat kecil.
Untuk menentukan pengobatannya harus diketahui jenis kelainan
yang ditemukan. Pada leukemia biasanya didapatkan dari hasil darah tepi
berupa limfositosis lebih dari 80% atau terdapat sel blas. Juga diperlukan
pemeriksaan dari sumsum tulang dengan menggunakan mikroskop
elektron akan terlihat adanya sel patologis.

F. Klasifikasi
Klasifikasi leukemia ada 4 (Handayani dan Haribowo, 2008) yaitu :
a. Leukemia Myeoloid Akut (LMA/AML)
AML merupakan kanker sel darah myeloid yang belum dewasa dan sering
terjadi pada orang dewasa.tingkat pertumbuhan sel ini cepat dan awalnya
mempengaruhi produksi sel darah normal. Pasien akan mengalami gejala
rendahnya jumlah sel darah (misalnya anemia, infeksi karena jumlah sel
darah putih yang rendah, pendarahan abnormal karena jumlah trombosit
yang rendah).
b. Leukemia Limfoblastik Akut (ALL)
ALL merupakan sel kanker limfoid yang belum dewasa, lebih sering pada
anak-anak dan merupakan leukimia yang paling umum diderita oleh anak
anak. Presentasinya mirip dengan AML.
c. Leukemia Myeoloid Kronis (CML)
CML yaitu sel kanker myeoloid dewasa yang terikat dengan kehadiran
kromosom philadelphia. Jenis leukimia ini sering terdeteksi pada orang
dewasa. Sel kanker ini berkembang pada tingkatan yang relatif lambat,
penyakit di stadium awal mungkin tidak menunjukkan gejala apapun.
Pada stadium selanjutnya, pembesaran limfa bisa menyebabkan sakit
perut. Produksi sel darah normal juga bisa terpengaruh , dan
memunculkan gejala-gejala yang tercantum diatas.
d. Leukemia Limfositik Kronis (CLL)
CLL merupakan sel kanker limfoid dewasa. Sebagian besar diderita oleh
yang berusia lanjut (>60 tahun). Jenis ini jarang terjadi pada anak-anak.
Sel kanker ini ditandai dengan laju pertumbuhan yang lambat. Penyakit
stadium awal biasanya bersifat asimtomatik.

G. Penatalaksanaan medis
Secara garis besar modalitas dari terapi leukemia meliputi kemoterapi,
penanganan suportif, dan trasnplantasi stem sel hematopoetik.
a. Kemoterapi
Regimen kemoterapi disesuaikan dengan keadaan pasien dan subtipe
leukemia yangdiderita.
b. Penanganan suportif
1. Pemberian transfusi komponen darah yang diperlukan
2. Pemberian komponen untuk meningkatkan kadar leukosit
3. Pemberian antibiotik, antifungi, dan antivirus bila diperlukan
4. Kebersihan oro-anal (mulut dan anus)
c. Transplantasi stem sel hematopoetik
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas
Berisi nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, golongan darah, pekerjaan,
pendidikan terakhir, agama, suku, alamat, tanggal MRS.
b. Riwayat kesehatan
1. Diagnosa Medis
Leukemia
2. Keluhan utama
Keluhan yang saat pengkajian diinformasikan oleh klien.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Kapanawaltimbulnyamasalah,penyebab,sertatandagejala penyakit muncul
dna tindakan apa saja yang telah diambil untukpenanganan
4. Riwayat penyakit dahulu
Kapanawaltimbulnyamasalah,penyebab,sertatandagejala penyakit muncul
dan tindakan apa saja yang telah diambil untukpenanganan
5. Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga yang memiliki penyakit yang berpotensi menurunkan ke
generasi selanjutnya yang berhubungan dengan otak.

c. Pemeriksaan Fisik
Berisi keadaan klien dan tingkat kesadaran klien, keadaan kondisi kepala dan
anggota tubuh lainnya.
d. Pola kebiasaan sehari-hari
1. Pola nutrisi
Berisikan antropometeri, biomedical sign, clinical sign dan diet pattern pada
klien.
2. Pola eliminasi
Diisi dengan data pola BAK dan BAB selama satu hari berapa intake dan
outputnya.
3. Pola aktivitas dan latian
Aktifitas kemandirian dan tingkat kebutuhan klien daily living selama masa
sebelum MRS dan pada waktu MRS, yang kemudian diikuti dengan status
pernafasan, fungsi kardiovaskuler dan terapi oksigen yang diberikan.
4. Pola istirahat dan tidur
Gangguan pola tidur dikarenakan nyeri dan pusing pada kepala.
5. Pola persepsi diri
Yang berisikan gambaran diri, identitas diri, dan harga diri klien yang
menggangu dan tidak stabil akibat penyakit dan keluhan-keluhan klien.
6. Pola seksualitas dan reproduksi
Klien dengan leukimia akan mengalami gangguan hasrat seksual karena
tingkat pengalaman pengobatan.
7. Pola manajemen koping-stress
Umumnya akan mengalami depresi akibat keterbatasan dan keluhan yang
dideritanya.

B. Diagnosa keperawatan
Beberapa diagnosa yang sering muncul pada pasien dengan Leukemia adalah sebagai
berikut :

1. Nyeri akut
2. Resiko infeksi
3. Intoleransi aktivitas
4. Risiko perdarahan
5. Defisit nutrisi

C. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)

1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri


(D.0077) tindakan keperawatan (1.08238)
selama 3x24 jam tingkat Observasi :
nyeri dapat teratasi 1. Identifikasi
karakteristik,dur
dengan kriteria hasil :
asi,frekuensi,kua
tindakan
litas,instensitas
keperawatan selama 3x
nyeri
24 jam nyeri akut dapat
2. Identifikasi skala
diatasi dengan kriteria
nyeri
hasil: Tingkat nyeri
(L08066)
Terapeutik :
1. Keluhan nyeri
menurun skala5. 1. Berikan teknik
2. Meringis menurun non farmakologi
skala5.
3. Gelisah menurun untuk
skala5. mengurangi ras
4. Kesulitan tidur
anyeri
menurun skala 5.
5. Frekuensi nadi 2. Fasilitasi istirahat
membaik skala5.
dan tidur

Edukasi :

1. Jelaskan
penyebab,
periode, pemicu
nyeri

2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri

Kolaborasi :

1. Kolaborasi
pemberian
analgetik

2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi


(I.03119)
(D.0019) keperawatan selama 3x24
a. Identifikasi
jam status nutrisi klien
makanan yang
dapat teratasi dengan
disukai
kriteria hasil :
1. Porsi makanan b. Monitor asupan
dihabiskan makanan
meningkat
c. Sajikan makanan
2. BB membaik
secara menarik
3. Nafsu makan
d. Anjurkan posisi
membaik
duduk jika mampu
e. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori jenis nutrien
yang dibutuhkan,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Dia Rofinda, Z. 2012. Kelainan hemostasis pada leukemia. Jurnal Kesehatan Andalas.
1(2):68–74.

Handayani, W. dan A. S. Haribowo. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan


Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Mustika. 2016. Patologi leukemia. Poltekes Kemenkes : Malang

Rahmadin, B., I. Wahid, dan R. Yaswir. 2018. Profil penderita leukemia mieloblastik akut di
bagian penyakit dalam rsup dr. m. djamil padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 6(3):495.

Yenni, . 2014. Rehabilitasi medik pada anak dengan leukemia limfoblastik akut. Jurnal
Biomedik (Jbm). 6(1):1–7.

Anda mungkin juga menyukai