Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

PENETAPAN KADAR FLAVANOID DENGAN SPEKTROFOTOMETER


UV-VIS

dan

ISOLASI SENYAWA FLAVANOID

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

1. Korina Fitri Rohmatul S. (20020200015)


2. Ariana Febrianti Arinal (20020200111)
3. Ni’matun Nurul Marifah (20020200124)
4. Miftakhul Khamim (20020200085)
5. Rivqi Eza Panca T. (20020200058)
6. Lailatul Zuroh (20020200086)

DOSEN PENGAMPU :

Apt. Arista Wahyu Ningsih, S.Farm., M.Si

UNIVERSITAS ANWAR MEDIKA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI KARYAWAN 2020

TAHUN 2022/2023
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

(P – V)

PENETAPAN KADAR FLAVANOID DENGAN SPEKTROFOTOMETER

UV-VIS

1. Tujuan Percobaan
Mahasiswa mampu mempraktekkan peenetapan kadar flavonoid dengan
spektrofotometri dan perhitungam kadar flavonoid.

2. Dasar Teori
Tanaman kelor memiliki senyawa utama yaitu senyawa flavonoid yang memiliki sifat
sebagai antioksidan (Ikalinus et al., 2015). Selain mengandung flavonoid, tanaman kelor
juga mengandung asam lemak tak jenuh seperti linoleat (omega 6) dan alfalinolenat
(omega 3). Tanaman kelor tinggi akan kandungan nutrisi berupa SURWHLQ -karoten,
vitamin C, mineral terutama zat besi dan kalsium (Palupi et al., 2015).
Senyawa fenolik pada daun kelor bekerja secara fagositosis untuk menghancurkan
bakteri patogen yang masuk, sehingga dengan tidak adanya bakteri yang masuk
menyebabkan tubuh tidak mengeluarkan antioksidan sebagai antibodi untuk pertahanan
terhadap serangan bakteri (Toripah et al., 2014).
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan
fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energI
relatif jika energy tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi
panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dengan fotometer adalah panjang
gelombang dari sinar putih dapat lebih di deteksi dan cara ini diperoleh dengan alat
pengurai seperti prisma, grating atau celah optis. Pada fotometer filter dari berbagai
warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek pada panjang gelombang tertentu
(Gandjar,2007).
Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa metode ini memberikan cara
sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil. Selain itu, hasil yang
diperoleh cukup akurat, dimana angka yang terbaca langsung dicatat oleh detector dan
tercetak dalam bentuk angka digital ataupun grafik yang sudah diregresikan (Yahya
S,2013).

3. Tinjaun Bahan
a) Klasifikasi Tanaman Kelor (Moringa Oleifera )
Klasifikasi tanaman kelor (Moringa Oleifera) menurut (USDA, 2013):
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta (vascular plants)
Superdivisi : Spermatophyta (seed plants)
Divisi : Magnoliophyta (flowering plants)
Kelas : Magnoliopsida (dicotyledons)
Subkelas : Dilleniidae
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera Lam
b) Natrium Soda (Na2CO3)
Sifat Fisika Na2CO3 :
Natrium Soda (Na2CO3) merupakan bahan kimia yang memiliki tekstur lunak.
(evelyn, 2014),
Sifat Kimia Na2CO3 CO2 murni dapat diperoleh dari melakukan pemanasan
natrium bikarbonat pada persamaan berikuut : 2NaHCO3 -->Na2CO3 +CO2 + H2O
Manfaat utamanya adalah sebagai bahan pendingin dalam pemadam kebakaran serta
untuk minuman yang berkarbonat, soda untuk mencuci (Na2CO3.10H2O), soda kue
(NaHCO3) dan timbal pemutih [Pb3(OH) 2(CO3) 2]. (Meirina, 2011)
c) Aquadest (H2O)
Sifat Fisika H2O :
Aquadest (H2O) memiliki bentuk fisik berwarna bening. pH yang baik untuk
aquadest yaitu 7. mempunyai massa jenis yang lebih kecil dalam keadaan beku bila
dibandingkan dengan keadaan cair. (Fatimah, 2010)
Sifat kimia H2O :
H2O adalah zat kimia yang istimewa, terdiri dari dua atom hidrogen dan satu atom
oksigen. Panjang ikatan O--H = 95.7 picometers Sudut H--O---H = 104.5° Energi
ikatan O-H = 450 kJ/mol. Bersifat polar karena adanya perbedaan muatan. (Fatimah,
2011).
d) Methanol p.a
Sifat-sifat fisika dan kimia methanol

Karakteristik Nilai
Massa molar 32,04 g/mol
Wujud cair Tidak berwarna
Specific gravity 0,7918
Titik leleh -97 0C,-142,9 0F (176 K)
Titik didih 64,7 0C, 148,4 0F (337,8 K)
Kelarutan dalam air Sangat larut
Keasaman (pKa) ⁓ 15,5
(Sumber : Perry,1984)
e) Asam galat

Sifat
Rumus kimia C7H6O5
Massa molar 170.12 g/mol
Putih, putih-kekuningan atau
Penampilan
kristal berwarna coklat-kekuningan pucat.
Densitas 1.7 g/cm3 (anhidrat)
Titik lebur 250 °C (482 °F; 523 K)
1.1 g/100 ml air @ 20 °C (anhidrat)
Kelarutan dalam air
1.5 g/100 ml air @ 20 °C (anhidrat)
Keasaman (pKa) COOH: 4.5, OH: 10.
4. Metodologi Percobaan
- Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum penetapan kadar flavonoid dengan
spektrofotometer UV-VIS yaitu : Labu ukur, gelas beaker, pipet volume, tabung
reaksi, alumunium foil,kuvet kaca, dan spektrofotometer UV-VIS.
- Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum penetapan kadar flavonoid dengan
spektrofotometer UV-VIS yaitu : Sampel ekstrak kelor dan fraksi , methanol p.a,
asam galat, Na2CO3 7,5 %, aquades, reagen folin ciocalteu .
- Prosedur Kerja
A. Pembuatan larutan uji konsentrasi

Mengambil dan menimbang ekstrak kelor sebanyak 10 mg

Kemudian dimasukan ke dalam labu ukur 10 ml

Tambahkan methanol p.a sampai tanda batas

B. Penentuan kandungan total fenolat


Larutan ekstrak kelor dipipet sebanyak 0,5 ml, masukan dalam
labu ukur

Sampel ditambahkan dengan 0,2 ml reagen Folin-Ciocalteau


dikocok dan biarkan selama 4-8 menit

Tambahkan 2,0 ml larutan Na2CO3 7% , kocok hingga


homogen

Tambahkan aquades hingga 5 ml dan diamkan selama 30 menit


pada suhu ruangan

Ukur serapan pada panjang gelombang serapan maksimum


744,8 nm.

Lakukan 3 kali pengulangan sehingga kadar fenol yang


diperoleh hasilnya didapat sebagai mg ekuivalen asam galat/g
ekstrak

- Rangkain Alat
 Labu ukur
 Gelas beaker
 Spektrofotometer UV-Vis
 Pipet volume
 Pipet tetes
 Tabung reaksi
 Aluminium foil
 Kuvet kaca

5. Data Hasil Percobaan


0.160
0.140
0.120 f(x) = 0.0318 x − 0.0278
R² = 0.990324349733626
0.100
Series2
0.080
Linear (Series2)
0.060 Series4
0.040
0.020
0.000
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5

10 ppm 20 ppm 30 ppm 40 ppm 50 ppm Blanko


1 0,058 0,082 0,116 0,147 0,194 0,030
2 0,057 0,081 0,113 0,143 0,192 0,046
3 0,057 0,08 0,111 0,142 0,184 0,047
4 0,055 0,079 0,11 0,142 0,177 0,055
5 0,054 0,078 0,106 0,138 0,172 0,057
Rata-
rata 0,0562 0,08 0,1112 0,1424 0,1838 0,047

ASAM GALAT

Rata-
Abs Asam Galat
1 2 3 4 5 rata
10
ppm 0,058 0,057 0,057 0,055 0,054 0,056 0,009
20
ppm 0,082 0,081 0,080 0,079 0,078 0,080 0,033
30
ppm 0,116 0,113 0,111 0,110 0,106 0,111 0,064
40
ppm 0,147 0,143 0,142 0,142 0,138 0,142 0,095
50
ppm 0,194 0,192 0,184 0,177 0,172 0,184 0,137
Blanko 0,030 0,046 0,047 0,055 0,057 0,047 0,000

ABSORBANSI EKSTRAK
Rep A. A. A. x x KTFe Rata-rata KTFe ± SD
lika Pengu Blan Sam (µg/ (mg (mgGA KTFe S (mgGAE/g
Metode si kuran ko pel mL) /mL) E/g) (mgGAE/g) D )
28,6 0,02
0,03 0,85 4150 864
1 0,883 00 30 9 2 286,42
27,6 0,02
Fraksi Etil 0,04 0,80 3522 763 5,
860,25 ±
Asetat 2 0,851 60 50 0 5 276,35 280,13 4
0,87
Kulit 27,7 0,02 8
0,04 0,80 6100 776
3 0,855 70 80 6 1 277,61
             
             
RE 50 MAT RE 30 RE 70
1 0,284 0,132 0,191 0,215
2 0,285 0,133 0,192 0,216
3 0,288 0,135 0,193 0,217
4 0,291 0,136 0,194 0,218
5 0,292 0,137 0,195 0,220
Rata-rata 0,288 0,1346 0,193 0,2172

y = 0,0318x - 0,0278 y
A.
Sampel

Y x

ax – b (y.b)/a

a b

0,0318 -0,0278
PENGUKURAN KANDUNGAN TOTAL FENOLAT KELOR
A. KTFe Rata
Metod
Replikasi - SD KTFe±SD
e Pengukuran (mgGAE/g) rata

1. 0,883 286.42

2. 0,851 276.35
Fraksi Etil
Asetat 3. 0,855 277.61 280.13 5.48 860.25±0.87
Kulit

6. Pembahasan
- Prinsip Percobaan
Penetapan kadar fenol total dilakukan dengan cara metode spektrofotometri
menggunakan pereaksi Folin- Ciocalteu. Prinsip dari metode ini adalah terbentuknya
senyawa kompleks berwarna biru akibat reaksi antara senyawa fenolik dengan Folin-
Ciocalteu yang dapat diukur pada panjang gelombang 775 nm.
- Analisa Prosedur
a. Pada penetapan kadar fenolik, prosedur pertama yang kami lakukan yaitu;
pembuatan larutan uji konsentrasi. Pada prosedur ini kami menggunakan ekstrak
kelor sebagai sampelnya.yang pertama menimbang ekstrak kelor sebanyak 10 mg
kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 10 ml, volume labu ukur dicukupkan
dengan ethanol hingga tanda batas.
b. Prosedur selanjutnya yang kami lakukan adalah menentukan kandungan total
fenolat. Larutan ekstra kelor tadi dipipet sebanyak 0,5ml kemudian dimasukkan
ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambah 0,2ml reagen FolinCiocalteau di
kocok dan dibiarkan selama 4 menit. Setelah itu, ditambah larutan na2co3
sebanyak 2ml hingga homogen, lalu ditambahkan aquades sebanyak 5ml dan
didiamkan selama 30 menit. Untuk prosedur di buku praktikum sebenarnya
diamkan selama 2 jam, namun karena waktu praktikum yang tidak banyak, maka
dipersingkat menjadi 30 menit. Pada proses ini dilakukan pengulangan sebanyak
3 kali, jadi ada 3 replikasi sampel.setelah 30 menit, satu per satu 3 replikasi
sampel dimasukkan ke dalam alat spektrofotometri uv-vis untuk menentukan
kadar fenol, dengan cara memasukkan sampel ke dalam alat kuvet kaca.
- Analisa Hasil
Untuk replikasi sampel yang ke-1 hasilnya 0,883, replikasi sampel yang ke-2
hasilnya 0,851, replikasi sampel yang ke-3 hasilnya 0,855. Dari hasil tersebut maka
akan dihitung sebagai ekuivalen asam galat/g ekstrak.

7. Kesimpulan
Dari hasil penelitian diperoleh pada replikasi sampel yang ke-1 (0,883), ke-2
(0,851), dan yang ke-3 (0,855). Kadar total fenolik pada ekstrak etanol 50% daun kelor
sebesar (860.25±0.87)mg GAE/g ekstrak. Ekstrak daun kelor mempunyai kandungan
total fenolik yang paling besar karena pengaruh iklim, cuaca dan suhu.

8. Daftar Pustaka
file:///C:/Users/ideapad%20110/Downloads/Documents/7.BAB_II_TA.pdf
http://eprints.undip.ac.id/53547/4/BAB_II.pdf
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/1214/2/BAB%20II.pdf
Mendieta-Araica, B., Spörndly, E., Reyes-Sánchez, N., Salmerón-Miranda, F., &
Halling, M. 127.87 99.4 142.92 0 20 40 60 80 100 120 140 160 Sleman Wonosari
wonosobo Kadar Fenolik (mG GAE/G ekstrak) Biomass production and chemical
composition of Moringa oleifera under different planting densities and levels of nitrogen
fertilization. Agroforestry Systems. 2013, 87(1), 81–92.
Toripah, S, S. A, Jemmy,. dan W, Frenly. 2014. Aktivitas antioksidan dan kandungan
total fenolik ekstrak daun kelor (Moringa Oleifera Lam.). Jurnal Ilmiah Farmasi.
Manado. 3 ( 4 ) : 37 – 43.
9. Lampiran

(Ekstrak kelor yang diambil) (Reagen FolinCiocalteau)

(Larutan ekstrak kelor) (Larutan ekstrak kelor 0,5 ml)


(Setelah ditambahkan reagen Folin Ciocalteau 0,2ml) (Setelah ditambahkan larutan Na2CO3
7%)

(Penambahan aquades ad 5 ml) (Replikasi 1, 2, dan 3 )


(Hasil replikasi 1pada spektrofotometer) (Hasil replikasi 2 pada spektrofotometer)

(Hasil replikasi 3 pada spektrofotometer)


LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA
(P-VII)
ISOLASI SENYAWA FLAVONOID
1. Tujuan Percobaan
Mengetahui cara mengisolasi senyawa flavonoid yang terdapat pada daun kelor
(Moringa oleifera).

2. Dasar Teori
Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai antioksidan alami adalah tanaman kelor
(Moringa oleifera) merupakan salah satu jenis tanaman tropis yang mudah tumbuh di
daerah tropis seperti Indonesia. Tanaman kelor merupakan tanaman perdu dengan
ketinggian 7-11 meter dan tumbuh subur mulai dari dataran rendah 0 sampai ketinggian
700 meter di atas permukaan laut. Kelor dapat tumbuh pada daerah tropis dan subtropis
pada semua jenis tanah dan tahan terhadap musim kering dengan toleransi terhadap
kekeringan sampai 6 bulan.
Moringa oleifera terutama daunnya, mengandung antioksidan yang tinggi. Beberapa
senyawa bioaktif utama fenoliknya merupakan kelompok flavonoid seperti kuersetin dan
kaempferol. Kuersetin merupakan antioksidan kuat yang kekuatannya 4-5 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan vitamin C dan E yang dikenal sebagai vitamin alami
komersial (Sutrisno, 2011). Antioksidan di dalam daun kelor mempunyai aktivitas
menetralkan radial bebas sehingga mencegah kerusakan oksidatif pada sebagian bear
biomolekul dan menghasilkan proteksi terhadap kerusakan oksidatif secara signifikan.
Daun kelor merupakan salah satu bagian dari tanaman kelor yang telah banyak diteliti
kandungan gizi dan kegunaannya. Daun kelor sangat kaya akan nutrisi, diantaranya
kalsium, zat besi, fosfor, kalium, protein, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D,
vitamin E, vitamin K, asam folat, dan biotin.
Tumbuhan yang mengandung flavonoid adalah daun kelor. Zat aktif yang terkandung
dalam daun kelor yang berpotensi sebagai antioksidan adalah berbagai jenis vitamin (A,
C. E. K, Bl, B2, B3. B6), flavonoid, alkaloid, saponin, tanin dan terpenoid. Daun kelor
mengandung mineral, asam amino essensial, antioksidan seperti vitamin C dan E,
flavonoid dan masih banyak yang lainnya.
3. Tinjauan Bahan
Kelor (Moringa oleifera) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki ketinggian
batang 7-11 meter. Di Jawa, kelor sering dimanfaatkan sebagai tanaman pagar. Pohon
kelor tidak terlalu besar. Batang kayunya getas (mudah patah) dan cabangnya jarang
tetapi mempunyai akar yang kuat. Daunnya berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-
kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai. Kelor dapat berkembang biak dengan baik
pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter di atas permukaan laut.
Bunganya berwarna putih kekuning kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna
hijau. Bunga kelor keluar sepanjang tahun. Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang
yang disebut klentang (Jawa), sedangkan getahnya yang telah berubah warna menjadi
coklat disebut blendok (Jawa) (Nurhaini, 2014).
Tanaman kelor (Moringa oleifera), berasal dari kawasan sekitar Himalaya dan India,
kemudian menyebar ke kawasan di sekitarnya sampai ke Benua Afrika dan Asia-Barat.
Bahkan, di beberapa negara di Afrika, seperti di Etiopia, Sudan, Madagaskar, Somalia,
dan Kenya, sekarang mulai dikembangkan pula di Arab Saudi dan Israel, menjadi bagian
untuk program pemulihan tanah kering dan gersang, karena sifat dari tanaman ini mudah
tumbuh pada tanah kering ataupun gersang, dan bila sudah tumbuh maka lahan di
sekitarnya akan dapat ditumbuhi oleh tanaman lain yang lebih kecil, sehingga pada
akhirnya pertumbuhan tanaman lain akan cepat terjadi (Kariadi et al., 2006).
Tanaman kelor baru sampai menjadi tanaman pagar hidup, batas tanah ataupun penjalar
tanaman lain, tetapi manfaat dari daun dan karangan bunga serta buah muda sebagai
sayuran, sudah sejak lama digunakan. Sebagai tanaman berkhasiat obat, tanaman kelor
mulai dari akar, batang, daun, dan bijinya, sudah dikenal sejak lama di lingkungan
pedesaan. Seperti akarnya, campuran bersama kulit akar pepaya kemudian digiling,
dihancurkan, banyak digunakan untuk obat luar (balur) penyakit beri-beri. Daunnya
ditambah dengan kapur sirih, juga merupakan obat kulit seperti kurap dengan cara
digosokkan (Erika et al., 2014).

4. Metodelogi Percobaan
- Alat
Alat yang digunakan pada saat praktikum isolasi senyawa flavonoid pada daun
kelor yaitu: Beaker glass, labu ukur, mikropipet, plat KLT, lampu UV.
- Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum isolasi senyawa flavonoid pada daun
kelor yakni sampel ekstrak daun kelor dan fraksi, asam galat, etanol,
- Prosedur kerja

Mengambil dan menimbang ekstrak kelor

Ekstrak kelor dimasukkan kedalam gelas beaker, beri


etanol sedikit sambil diaduk

kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur. dan


ditambahkan asam galat,tutup rapat

Bagi menjadi 3 bagian, sambil ditambah etanol sampai


tanda batas.
Kemudian hitung sampai 30 menit, setelah itu totolkan ke
plat KLT, uji menggunakan lampu UV.

- Rangkaian Alat
 Beaker glass
 Labu ukur
 Mikropipet
 Plat KLT
 Lampu UV.

5. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan isolasi flavonoid dari ekstrak daun kelor dan di
identifukasi menggunakan kromatografi lapis tipis. Berdasarkan hasil penelitian
kromotografi lapis tipis dengan ekstrak kelor, menghasil kan 3 pemisahan. saat
melakukan pengujian di plak tetes. terjadi kesalahan pada plat tetes asam galat. tidak
terlihat noda, dikarenakan larutan asam galat kurang pekat, pada saat dimasukan ke
dalam cumber plat tetes tidak mencapai batas atas.

6. Kesimpulan
Ekstrak daun kelor diisolasi dengan pemisahan pada kromatografi lapis tipis untuk
mendapatkan hasil yang terbaik kemudian dilanjutkan kromatografi kolom gravitasi.

7. Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Materia Medika Indonesia. Jilid V.
Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI.
Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter standar umum ekstrak
tumbuhan obat. Jakarta
http://www.pdfport.com/view/638561-isolasi-danidentifikasi-flavonoid-dari-daun-
dewandaru-eugenia.html(diakses tanggal 08 november 2016)

8. Lampiran
(Plat KLT yang sudah di totol dengan sampel dan asam galat)

( Plat KLT setelah ditotol sampel lalu d masukan chamber)

( setelah KLT direndam dan dikeringkan dimasukan kedalam kotak dengan cahaya uv, tetapi
tidak ditemukan noda)

Anda mungkin juga menyukai