Anda di halaman 1dari 18

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KONSEP

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DENGAN


MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED
HEADS TOGETHER UNTUK KELAS 7

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Oleh:
Novita Eka Anggraini
170210104035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Di dalam interaksi belajar mengajar, guru memegang kendali utama
untuk keberhasilan tercapainya tujuan pembelajaran. Guru harus memiliki
ketrampilan mengajar, mengelolah tahapan pembelajaran, memanfaatkan
metode pembelajaran, menggunakan media dan mengalokasikan waktu.
Ketrampilan guru mengajar salah satunya memberikan variasi, yaitu usaha
guru untuk menghilangkan kebosanan siswa dalam menerima pelajaran.
Di dalam proses belajar mengajar diharapkan materi pelajaran yang
akan disampaikan dapat di terima dan diharapkan dapat dipahami seluruh
siswa dengan baik.Untuk itu diperlukan teknik penyampaian materi atau
metode mengajar yang tepat dan efektif dalam penyampaiannya. Keberhasilan
mengajar ditentukan oleh metode mengajar yang digunakan untuk
menyampaikan suatu materi pelajaran. Metode mengajar guru yang kurang
baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula.
Dalam pembelajaran perlu dikembangkan metode pengajaran yang
lebih menyenangkan dan menekankan rasa tanggung jawab serta dapat
melibatkan seluru siswa sehingga siswa dapat memahami dan mengerti
tentang pelajaran tersebut, yaitu pengajaran kooperative dengan teknik
Numbered Head Together. Pengajaran kooperative adalah suatu sistem yang
didalamnya terdapat unsur-unsur yang terkait. Adapun unsur-unsur yang
terdapat dalam pembelajaran cooperative adalah (Sagala, 2009).
1. Saling ketergantungan positif
2. Interaksi tatap muka
3. Akuntabilitas individual
4. Ketrampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau sosial yang
secara sengaja diajarkan.
Beberapa keunggulan pengajaran komperatif adalah
1. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial

2
2. Mengembangkan kegembiraan belajar sejati
3. Memungkinkan para siswa belajar tentang sikap
4. Ketrampilan, informasi, prilaku sosial
5. Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara
hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekan.
Teknik Numbered Head Together dikembangkan oleh (Sagala, 2008)
dengan melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang tercakup dalam
suatu pelajaran dan memeriksa pemahaman mereka tentang isi pelajaran
tersebut, sehingga diharapkan siswa lebih bertanggung jawab dan dapat
dipahami oleh seluruh anggota kelompoknya. Teknik ini dapat meningkatkan
kerja sama siswa pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif yang
bertujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik (Sagala, 2009).
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Apakah dengan pembelajaran kooperatif Numbered heads together dapat
meningkatkan hasil belajar Pertumbuhan dan Perkembangan pada siswa
kelas VIII-1 di SMP Negeri 1 Pantai Labu

1.3 Pembatasan masalah


Agar penelitian ini tidak terlalu luas ruang lingkupnya dan lebih
terarah, maka penelitian ini di beri batasan masalah sebagai berikut :
1.3.1 Siswa yang akan menjadi penelitian adalah siswa kelas 7
1.3.2 Materi yang akan di teliti adalah materi Pertumbuhan dan Perkembangan
pada makhluk hidup.
1.4 Tujuan penelitian
1.4.1 Untuk meningkatkan hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran
Kelangsungan Hidup Organime pada Makhluk Hidup dengan
menggunakan teknik Numbered Heads Together.
1.5 Manfaat penelitian
Setelah penelitian ini dilaksanakan, hasilnya diharapkan dapat memberi
manfaat kepada :
1.5.1 Siswa :Dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam
pelajaran IPA.

3
1.5.2 Guru : Sebagai informasi tentang alternatif model pembelajaran
kooperatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
1.5.3 Sekolah : sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu sekolah

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi belajar


Belajar adalah sesuatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamamnya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
Mukaromah (2008), Belajar merupakan perubahan tingkah laku secara
menyeluruh baik yang tampak kearah positif yaitu perubahan ke arah
kemajuan dan perbaikan.
Menurut Mukaromah (2008), Belajar dipahami sebagai tahapan
perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif. Menurut (Prahatamaputra,2008) Pada tingkatan permulaan belajar,
aktivitas belajar belum teratur, banyak hasil yang perlu dipisahkan dan masih
banyak kesalahan-kesalahan yang masih diperbuat, tetapi dengan adanya
usaha yang maksimun dan latihan yang terus menerus dengan kondisi belajar
yang baik dan adanya dorongan yang membantu maka kesalahan itu makin
lama berkurang, proses makin teratur, keraguan makin hilang dan akan timbul
ketetapan.
Menurut (Harlini, 2008) belajar adalah suatu aktivitas mental atau fisik
yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
ketrampilan. Nilai sikap perubahan ini bersikap secara relatip konstan dan
berkelas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut (Daryanto, 2010)
belajar sebagai proses atau aktivitas diisyaratkan banyak sekali oleh hal-hal
atau faktor-faktor yaitu : faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa dan
faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar.
Dalam belajar, siswa tidak hanya mendengar, tetapi juga aktif
melakukan sesuatu kegiatan di mana fisik, mental dan sosial ikut terlibat. Hal
ini dapat dikatakan bahwa belajar merupakan proses aktif mengerjakan

5
sesuatu melalui kegiatan yan dilaukan, oleh karena itu guru perlu menciptakan
suasana belajar yang aktif, di mana dapat melibatkan siswa untuk
berpartisipasi secara aktif dalam belajar mengajar, yaitu dengan menambah
variasi model pembelajaran yang menarik atau menyenangkan, melibatkan
siswa, meningkatkan aktivitas dan meningkatkan hasil belajar serta tanggung
jawab siswa, sehingga peristiwa belajar akan dapat terlihat dengan terjadinya
interaksi dua arah antara pengajar dan peserta didik.

2.2 Jenis-Jenis Belajar


Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang
memiliki corak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, baik dari aspek
materi dan metodenya untuk ini menurut (Daryanto, 2010) mengatakan bahwa
jenis-jenis belajar terdiri dari :
a) Belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah
untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang
tidak nyata. Contohnya matematika, kimia, kosmografi, astronomi dan
agama seperti tauhid.
b) Belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang
berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot neuromusculer.
Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai ketrampilan jasmani
tertentu, contohnya berolah raga, seni musik, melukis, memperbaiki
benda-benda, menari dan sebagainya.
c) Belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan
masalah tersebut tujuan untuk menguasai pemahaman dan kecakapan
dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga,
masalah keluarga, masalah kelompok, dan masalah-masalah lain yang
berhubungan dengan masyarakat.
d) Belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara
sistimatis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh
kemampuan kecakapan kognotif untuk memecahkan masalah secara
rasional, lugas, dan tuntas.

6
e) Belajar yang menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional
(sesuai dengan akal sehat). Tujuannya untuk memperoleh aneka ragam
kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep- konsep.
f) Belajar Kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru
atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan
selain menggunakan perintah, suri teladan, dan pengalaman khusus, juga
menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya untuk memperoleh
sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan
positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual).
g) Belajar mempertimbangkan (judgment) arti penting atau nilai suatu objek.
Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan
kecakapan rana rasa (affective skills) yaitu kemampuan menghargai secara
tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi
musik dan sebagainya.
h) Belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek
pengetahuan tertentu. Selain jenis-jenis belajar diatas, (Sagala, 2009) juga
membagi jenis-jenis belajar yang berbeda, berikut penulis uraikan dibawah
ini :
1. Belajar bagian (part learning, fractioned learning) umumnya belajar
bagian dilakukan oleh sesorang bila dihadapkan pada materi belajar
yang bersifat luas atau ekstensif.
2. Belajar dengan wawasan (learning by insight) konsep ini
diperkenalkan oleh W.Kohler, salah seorang tokoh psikologi Gestalt.
wawasan (insight) merupakan pokok utama dalam pembicaraan
psikolagi belajar dan proses berpikir. Dan wawasan berorientasi pada
data yang bersifat tingkah laku.
3. Belajar diskriminatif (discriminatif learning) ialah sebagai suatu usaha
untuk memilih beberapa sifat situasi/simulus dan menjadikannya
sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
4. Belajar global/keseluruhan (global whole learning) dimana bahan
pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai pelajar
menguasainya

7
5. Belajar insindetal (incindental learning) belajar disebut insindetal bila
tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu
mengenai materi belajar yang akan diujikan.
6. Belajar instrumental (instrumental learning) yaitu reaksi-reaksi
seseorang siswa yang diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang
mengarah pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah,
hukuman, berhasil atau gagal.
7. Belajar intersional (intersional learning) belajar dalam arah tujuan.
8. Belajar laten (latent learning) yaitu perubahan-perubahan tingkah laku
yang terlihat tidak terjadi secara segera.
9. Belajar mental (mental learning) yaitu perubahan tingkah laku yang
mungkin terjadi disini tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa
perubahan proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari.
10. Belajar produktif (produktive learning) menurut Joyce dan Weil
memberikan arti belajar produktif sebagai belajar dengan trasfer yang
maksimum. Belajar adalah mengatur kemungkinan untuk melakukan
trasnfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi yang lain.
11. Belajar verbal (verbal learning) yaitu belajar mengenai materi verbal
dengan melalui latihan dan ingatan.
Sebelum pembelajaran ini diterapkan maka seorang guru hendaknya
merencanakan terlebih dahulu tentang langkah-langkah yang harus
dilaksanakan dalam pembelajaran ini.
2.3 Model Pembelajaran
Untuk mengajarkan suatu materi pelajaran guru harus mampu
memilih strategi, pendekatan dan metode yang sesuai dengan karekteritis
materi pelajaran, agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik. Bila guru
tidak dapat memilih strategi belajar yang sesuai dengan kareteristik materi
pelajaran, maka hasil belajar yang diharapkan tidak mungkin akan tercapai
secara optimal.
Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi pembelajaran.
Metode pembelajaran atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran
mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur.

8
Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai
oleh strategi atau metode tertentu, yaitu : raisional teoritik yang logis yang
disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajjran yang akan di capai, tingkah laku
mengajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat di capai. (Uno,
2008)

2.4. Pembelajaran Kooperatif


Menurut (Hamalik, 2010) pembelajaran kooperatif adalah suatu
sistem pengajaran yang memberi kesempatan pada anak didik untuk salung
bekerja sama dengan sesama siswa.Pembelajaran kooperati dibentuk dengan
mengelompokan siswa berdasarkan berbagai macam perbedaan latar
belakang dan menuntut siswa bekerja sama, memungkinkan semua kelompok
dapat menguasai materi sehingga dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik
untuk keberhasilan kelompok.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran koperatif di bentuk dengan
mengelompokan siswa berdasarkan berbagai macam perbedaan latar
belakang dan menuntut siswa bekerja sama, memungkinkan semua anggota
kelompok dapat menguasi materi sehingga dapat menyelesaikan tugas-
tugasakademik untuk mencapai keberhasilan kelompok. Langkah-langkah
pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
(1) (2)
Fase- 1 Guru menyampaikan semua tujuan
Menyampaikan tujuan dan pembelajaran yang ingin di capai pada
motivasi siswa pembelajaran tersebut dan motivasi siswa
belajar
Fase-2 Guru menyajikan informasi kepada siswa
menyajikan informasi dengan jalan demontrasi atau lewat bahan
bacaan
Fase-3 Guru menjelaskan pada siswa bagaimana
Mengorganisasikan siswa caranya membentuk kelompok belajar dan

9
dalam kelompok-kelompok membantu setiap kelompok agar melakukan
bekerja dan belajar transasi secara efisien
Fase-4 Guru membimbing kelompok-kelompok
Membimbing kelompok- belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
kelompok bekerja dan belajar
Fase-5 Guru mengevaluasikan hasil belajar tentang
Evaluasi materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mepersentasikan hasil
kerjanya
Fase-6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai
Memberikan penghargaan baik upaya maupun hasil belajar individu
maupun kelompok

2.5. Pengertian Numbered Heads Together


Numbered Heads Together adalah suatu teknik yang dikembangkan
untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup
dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran tersebut (Hamalik, 2010).
Menurut Robert Slavin dan rekan-rekan sejawatnya di Jhons Hopkins
University dalam (Arends, 2008) Numbered Heads Together yaitu dengan
melibatkan para siswa dalam meriview bahan yang tercakup dalam suatu
pelajaran yang memeriksa pemehaman mereka tentang isi pada pelajaran
tersebut.

2.6. Langkah-langkah Numbered Heads Together


Langkah-langkah teknik Numbered Heads Together adalah sebagai
berikut :
1. Penomoran (Numbering)
Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang beranggota 3-5
orang dan memberi mereka nomor.
2. Pengajuan pertanyaan (Questioning)

10
Guru mengajukan pertanyaan pada siswa dan pertanyaan dapat
bervariasi
3. Berpikir bersama (Heads Together)
Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan menyakinkan
bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut
4. Pemberiaan jawaban (Answering)
Guru menyebutkan satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok
dengan mempunyai nomor yang sama menggakat tangan dan
menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. (Sagala, 2009)

2.7. Hasil Belajar Siswa


Dalam setiap mengikuti pelajaran diharapkan siswa belajar dengan
baik dapat membantu siswa mencapai tujuan dan hasil belajar yang diperoleh
akan baik pula. Menurut (Arends, 2008) dalam kegiatan mental orang
menyusun hubungan antara kegiatan-kegiatan informasih yang telah diperoleh
sebagai pengertian. Orang jadi memahami dan menguasai hubungan-
hubungan tersebut sehingga orang dapat memahami pemahaman dan
penguasaan bahan pelajaran yang dikuasi.
Hal ini berarti hasil belajar adalah suatu bukti keberhasilan yang
diperoleh oleh siswa dalam memahami suatu materi pelajaran yang berupa
nilai biasanya diperoleh melalui hasil tes. Hasil belajar IPA Terpadu yaitu
hasil belajar yang diperoleh dalam belajar IPA terpadu.
Untuk mengukur keberhasilan seseorang dalam memahami pelajaran
dapat menggunakan tes yang disajikan dalam bentuk angka atau nilaii
tertemtu. Nilai yang diperoleh dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang
diperoleh setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Sebagaimana telah dikemukakan diatas bahwa belajar adalah proses
perubahan tingkah laku yang diakibatkan pengalaman atau sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungannya. Ini berarti bahwa tujuan suatu
kegiatan belajar ialah mencapai perubahan tingkah laku, baik yang mencakup
ilmu pengetahuan, ketrampilan maupun aspek sikap. Perubahan itu
diharapkan sesuai dengan tujuan belajar yang telah ditetapkan. Hai inilah

11
yang merupakan tujuan pendidikan formal di sekolah-sekolah, atau di
lembaga-lembaga pendidikan, yang mengharapkan dari individu atau peserta
didik yang belajar dapat memperoleh suatu keberhasilan atau prestasi dalam
belajarnya.
Keberhasilan suatu proses setiap orang memiliki pandangan yang
berbeda-beda namun Djamarah menyatakan “ Suatu proses belajar
mengajar tentang suatu bahan pelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan
instruksional dapat tercapai’’. Lebih jauh juga dinyatakan keberhasilan
belajar seorang siswa apabila dia memperoleh nilai dengan baik atau dapat
menyelesaikan pendidikan tepat waktunya dengan ditandai pencapaian
standar nilai yang telah ditetapkan.
Disisi lain (Hamalik, 2010) menggambarkan “Prestasi belajar siswa
dalam mengikuti pendidikan di sekolah ditandai dengan memperoleh nilai
yang telah sesuai dengan tolak ukur atau standar penilaian yang sering
di sebut juga dengan prestasi belajar”.
(Daryanto, 2010) mengemukakan bahwa “pengertian prestasi belajar
dapat oprasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai rapor,
indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan, dan
semacamnya.
Dari beberapa pengertian prestasi belajar diatas, dapat diartikan
prestasi belajar itu dengan keberhasilan siswa dalam menempuh pendidikan
baik di sekolah (formal) maupun di luar sekolah (informal) yang berupa
nilai, raport, indeks prestasi belajar dan predikat keberhasilan berupa
piagam, atau penghargaan yang diberikan pada individu atau siswa.

12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Defiisi Operasional Variabel


Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian di tarik kesimpulannya (Arifin, 2009).
3.1.1 Model pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together adalah
suatu model pembelajaran dengan teknik memberikan kesempatan
pada siswa untuk saling membagi ide-ide dan mempertimbangkan
jawaban yang paling benar (Rohani, 2004)
3.1.2 Hasil belajar IPA Terpadu dalam penilitian ini adalah kemampuan
siswa menyelesaikan soal tes pelajaran IPA Terpadu yang
merupakan nilai harian Untuk Kompetensi Dasar Memahami
kelangsungan hidup makhluk hidup.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 7 Tahun pelajaran
2020/2021.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas 7 SMP Negeri 1 Semboro. Dan
Lakukan pada tanggal 16 Juni – 16 Agustus
3.4 Metode penelitian
Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatka data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu (Arifin, 2009). Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode diskritif developmental, yaitu bertujuan
mengambarkan bagaimana penerapan model pembelajaran Numbered Heads
Together meningkatkan hasil belajar siswa.
3.5 Desain penetian
Penelitian tindakan memiliki disain yang berupa daur spiral dengan
empat langka yang utama, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan
refleksi. Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

13
Pelaksanaan
Perencanaan Tindakan I
Permasalahan Tindakan I

Siklus I Refleksi I Pengamatan /


Pengumpulan data
I
Revisi Tindakan I Perencanaan Pelaksanaan
Tindakan II Tindakan II

Pengamatan/
Refleksi II Pengumpulan data II
Siklus II

Solusi dan Temuan

Refleksi III
Siklus III Pengamatan/Pengum
pulan data III

Solusi dan temuan

Sumber : (Arifin, 2009)

14
Keterangan gambar :
A. Permasalahan
Mencari informasi untuk memahami dan mengetahui kesulitan belajar
siswa kelas 7
B. Rencana Tindakan
1. Menetapkan jumlah siklus (3 siklus). Setiap siklus yang dilakukan 3
atau 4 kali tatap muka. Kompetesi dasar yang akan diberikan yaitu
1.2 Pertumbuhan dan Perkembangan
2. Menetapkan kelas yang digunakan sebagai subyek penelitian yaitu
kelas 7
3. Menetapkan jenis media pembelajaran yang akan digunakan yaitu
charta adaptasi hewan dan tumbuhan serta persilangan dihibrid.
4. Menyusun RPP dan menyiapkan alat tes berupa soal-soal bentuk
uraian.
5. Menyusun LKPD
6. Menetapkan cara pengambilan data
7. Menetapkan cara menganalisis data
C. Pelaksanaan Tindakan I
1. Membagi siswa dalam delapan kelompok dan membagi siswa
dengan nomor 1-5 atau 1-4 pada setiap kelompoknya.
2. Menyajikan materi pembelajaran
3. Diberikan materi diskusi
4. Dalam diskusi kelompok, guru mengarahkan kelompok
5. Salah satu siswa dari setiap kelompok diskusi akan menjawab
pertanyaan sesuai dengan nomor pertanyaan dan nomor yang ada
pada siswa
6. Guru memberikan kuis atau pertanyaan
7. Siswa diberikan kesempatan untuk memberikan pertanyaan dan
8. Jawaban
9. Penguatan dan kesimpulan secara bersama-sama.
D. Refleksi 1

15
Penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila ada peningkatan hasil
belajar peserta didik dengan menggunakan penerapan model pembelajaran
Numbered Heads Together. Dan peserta didik dapat menyelesaikan tugas
kelompok sesuai dengan waktu yang telah disediakan.
3.6 Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
 Tes hasil Belajar
Data hasil belajar di ambil dengan memberikan tes bentuk uraian
pada setiap akhir siklus. Tes yang diberikan terdiri dari beberapa
soal- soal yang materi pokok Pertumbuhan dan Perkembangan
3.7.Teknik analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis Deskriptif kuatitatif. Dari hasil belajar dianalisis dengan
menggunakan Percentages correction (hasil yang di capai setiap siswa
dihitung dari persentase jawaban yang benar). Dapat dinyatakan dengan
rumus :
R
S = ---- x 100% (Arifin, 2009)
N
S = nilai yang diharapkan (dicari)
R = Jumlah skor dari item atau soal yang di jawab benar
N = Skor maksimun dari tes tersebut
Untuk ketuntasan klasikal dinyatakan dalam bentuk persentase sebagai
berikut :
∑T
Persentase daya serap tuntas = ------- x 100%
∑K
Dimana :
T = siswa
K = siswa klasikal
Dari persentasi hasil belajar siswa bisa ditafsirkan tentang
ketuntasan Belajar siswa sesuai dengan Departemen Pendidikan Nasional
( 2003:43) Sebagai berikut :

16
a. Ketuntasan perorangan. Siswa dikatakan berhasil/tuntas, jika
mencapai taraf penguasaan Minimal 60%.Taraf penguasaan
kurang dari 60% diberikan remidi materi Pokok yang belum
dikuasai.
b. Klasikal atau suatu kelas dikatakan berhasil/tuntas jika paling
sedikit 65% dari jumlah kelompok atau kelas tersebut telah
mencapai ketuntasan perorangan. Apabila sudah mencapai 65%
dari banyaknya siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar
maka kelas tersebut dapat melanjutkan pada materi selanjutnya.

Tabel 1 Kriteria Ketuntasan Belajar


Ketuntasan Skor Tes
Tuntas ≥ 65-100
Tidak Tuntas < 65

17
DAFTAR PUSTAKA

Arends, R, (2008), Learning to Teach Belajar untuk Mengajar Edisi ke Tujuh


Buku Dua, Pustaka Belajar, Yogyakarta

Arifin, Z., (2009), Evaluasi Pembelajaran, PT. Rosdakarya, Bandung

Daryanto, (2010). Belajar dan Mengajar, Yerama Widya, Bandung

Hamalik, O., (2010), Proses Belajar Mengajar, PT Bumi Aksara, Jakarta

Harlini, S., (2008), Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Sosial
dengan Menerapkan Pembelajaran Number Head Together pada Materi
Sistem Reproduksi Manusia di Kelas XI IPA MA Muhammadiyah 01 Medan,
Laporan hasil penelitian, FMIPA Universitas Negeri Medan

Krisno, A.M, Mucharam, T.T, Mampuono, Suhada, I, (2008), Ilmu Pengetahuan


Alam untuk SMP/ MTs, PT Mentari Pustaka, Jakarta

Rohani, A., (2004), Pengelolaan Pengajaran. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Mukaromah, (2008), Penerapan Model bermain peran dalam meningkatkan


prestasi belajar Bahasa Inggris siswa kelas VII SMP Negeri 2 Paciran
Lamongan, Laporan Hasil Penelitian, Fakultas Ilmu Pendidikan UM

Sagala, S, (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu


Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, Alfabeta, IKAPI

Prahatamaputra, A, (2008), Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan,


Penggunaan Metode Bermain Peran dalam Meningkatkan Pemahaman
Materi Sintesis Protein, Vol.3 No.1

Uno, H.B, (2008), Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar


yang Kreatif dan Efektif, PT. Bumi Aksara, Jakarta

18

Anda mungkin juga menyukai