Novita Eka Anggraini - 170210104035 - PTK
Novita Eka Anggraini - 170210104035 - PTK
Oleh:
Novita Eka Anggraini
170210104035
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
2. Mengembangkan kegembiraan belajar sejati
3. Memungkinkan para siswa belajar tentang sikap
4. Ketrampilan, informasi, prilaku sosial
5. Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara
hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekan.
Teknik Numbered Head Together dikembangkan oleh (Sagala, 2008)
dengan melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang tercakup dalam
suatu pelajaran dan memeriksa pemahaman mereka tentang isi pelajaran
tersebut, sehingga diharapkan siswa lebih bertanggung jawab dan dapat
dipahami oleh seluruh anggota kelompoknya. Teknik ini dapat meningkatkan
kerja sama siswa pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif yang
bertujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik (Sagala, 2009).
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Apakah dengan pembelajaran kooperatif Numbered heads together dapat
meningkatkan hasil belajar Pertumbuhan dan Perkembangan pada siswa
kelas VIII-1 di SMP Negeri 1 Pantai Labu
3
1.5.2 Guru : Sebagai informasi tentang alternatif model pembelajaran
kooperatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
1.5.3 Sekolah : sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu sekolah
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
sesuatu melalui kegiatan yan dilaukan, oleh karena itu guru perlu menciptakan
suasana belajar yang aktif, di mana dapat melibatkan siswa untuk
berpartisipasi secara aktif dalam belajar mengajar, yaitu dengan menambah
variasi model pembelajaran yang menarik atau menyenangkan, melibatkan
siswa, meningkatkan aktivitas dan meningkatkan hasil belajar serta tanggung
jawab siswa, sehingga peristiwa belajar akan dapat terlihat dengan terjadinya
interaksi dua arah antara pengajar dan peserta didik.
6
e) Belajar yang menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional
(sesuai dengan akal sehat). Tujuannya untuk memperoleh aneka ragam
kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep- konsep.
f) Belajar Kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru
atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan
selain menggunakan perintah, suri teladan, dan pengalaman khusus, juga
menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya untuk memperoleh
sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan
positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual).
g) Belajar mempertimbangkan (judgment) arti penting atau nilai suatu objek.
Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan
kecakapan rana rasa (affective skills) yaitu kemampuan menghargai secara
tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi
musik dan sebagainya.
h) Belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek
pengetahuan tertentu. Selain jenis-jenis belajar diatas, (Sagala, 2009) juga
membagi jenis-jenis belajar yang berbeda, berikut penulis uraikan dibawah
ini :
1. Belajar bagian (part learning, fractioned learning) umumnya belajar
bagian dilakukan oleh sesorang bila dihadapkan pada materi belajar
yang bersifat luas atau ekstensif.
2. Belajar dengan wawasan (learning by insight) konsep ini
diperkenalkan oleh W.Kohler, salah seorang tokoh psikologi Gestalt.
wawasan (insight) merupakan pokok utama dalam pembicaraan
psikolagi belajar dan proses berpikir. Dan wawasan berorientasi pada
data yang bersifat tingkah laku.
3. Belajar diskriminatif (discriminatif learning) ialah sebagai suatu usaha
untuk memilih beberapa sifat situasi/simulus dan menjadikannya
sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
4. Belajar global/keseluruhan (global whole learning) dimana bahan
pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai pelajar
menguasainya
7
5. Belajar insindetal (incindental learning) belajar disebut insindetal bila
tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu
mengenai materi belajar yang akan diujikan.
6. Belajar instrumental (instrumental learning) yaitu reaksi-reaksi
seseorang siswa yang diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang
mengarah pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah,
hukuman, berhasil atau gagal.
7. Belajar intersional (intersional learning) belajar dalam arah tujuan.
8. Belajar laten (latent learning) yaitu perubahan-perubahan tingkah laku
yang terlihat tidak terjadi secara segera.
9. Belajar mental (mental learning) yaitu perubahan tingkah laku yang
mungkin terjadi disini tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa
perubahan proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari.
10. Belajar produktif (produktive learning) menurut Joyce dan Weil
memberikan arti belajar produktif sebagai belajar dengan trasfer yang
maksimum. Belajar adalah mengatur kemungkinan untuk melakukan
trasnfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi yang lain.
11. Belajar verbal (verbal learning) yaitu belajar mengenai materi verbal
dengan melalui latihan dan ingatan.
Sebelum pembelajaran ini diterapkan maka seorang guru hendaknya
merencanakan terlebih dahulu tentang langkah-langkah yang harus
dilaksanakan dalam pembelajaran ini.
2.3 Model Pembelajaran
Untuk mengajarkan suatu materi pelajaran guru harus mampu
memilih strategi, pendekatan dan metode yang sesuai dengan karekteritis
materi pelajaran, agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik. Bila guru
tidak dapat memilih strategi belajar yang sesuai dengan kareteristik materi
pelajaran, maka hasil belajar yang diharapkan tidak mungkin akan tercapai
secara optimal.
Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi pembelajaran.
Metode pembelajaran atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran
mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur.
8
Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai
oleh strategi atau metode tertentu, yaitu : raisional teoritik yang logis yang
disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajjran yang akan di capai, tingkah laku
mengajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat di capai. (Uno,
2008)
9
dalam kelompok-kelompok membantu setiap kelompok agar melakukan
bekerja dan belajar transasi secara efisien
Fase-4 Guru membimbing kelompok-kelompok
Membimbing kelompok- belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
kelompok bekerja dan belajar
Fase-5 Guru mengevaluasikan hasil belajar tentang
Evaluasi materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mepersentasikan hasil
kerjanya
Fase-6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai
Memberikan penghargaan baik upaya maupun hasil belajar individu
maupun kelompok
10
Guru mengajukan pertanyaan pada siswa dan pertanyaan dapat
bervariasi
3. Berpikir bersama (Heads Together)
Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan menyakinkan
bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut
4. Pemberiaan jawaban (Answering)
Guru menyebutkan satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok
dengan mempunyai nomor yang sama menggakat tangan dan
menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. (Sagala, 2009)
11
yang merupakan tujuan pendidikan formal di sekolah-sekolah, atau di
lembaga-lembaga pendidikan, yang mengharapkan dari individu atau peserta
didik yang belajar dapat memperoleh suatu keberhasilan atau prestasi dalam
belajarnya.
Keberhasilan suatu proses setiap orang memiliki pandangan yang
berbeda-beda namun Djamarah menyatakan “ Suatu proses belajar
mengajar tentang suatu bahan pelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan
instruksional dapat tercapai’’. Lebih jauh juga dinyatakan keberhasilan
belajar seorang siswa apabila dia memperoleh nilai dengan baik atau dapat
menyelesaikan pendidikan tepat waktunya dengan ditandai pencapaian
standar nilai yang telah ditetapkan.
Disisi lain (Hamalik, 2010) menggambarkan “Prestasi belajar siswa
dalam mengikuti pendidikan di sekolah ditandai dengan memperoleh nilai
yang telah sesuai dengan tolak ukur atau standar penilaian yang sering
di sebut juga dengan prestasi belajar”.
(Daryanto, 2010) mengemukakan bahwa “pengertian prestasi belajar
dapat oprasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai rapor,
indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan, dan
semacamnya.
Dari beberapa pengertian prestasi belajar diatas, dapat diartikan
prestasi belajar itu dengan keberhasilan siswa dalam menempuh pendidikan
baik di sekolah (formal) maupun di luar sekolah (informal) yang berupa
nilai, raport, indeks prestasi belajar dan predikat keberhasilan berupa
piagam, atau penghargaan yang diberikan pada individu atau siswa.
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
13
Pelaksanaan
Perencanaan Tindakan I
Permasalahan Tindakan I
Pengamatan/
Refleksi II Pengumpulan data II
Siklus II
Refleksi III
Siklus III Pengamatan/Pengum
pulan data III
14
Keterangan gambar :
A. Permasalahan
Mencari informasi untuk memahami dan mengetahui kesulitan belajar
siswa kelas 7
B. Rencana Tindakan
1. Menetapkan jumlah siklus (3 siklus). Setiap siklus yang dilakukan 3
atau 4 kali tatap muka. Kompetesi dasar yang akan diberikan yaitu
1.2 Pertumbuhan dan Perkembangan
2. Menetapkan kelas yang digunakan sebagai subyek penelitian yaitu
kelas 7
3. Menetapkan jenis media pembelajaran yang akan digunakan yaitu
charta adaptasi hewan dan tumbuhan serta persilangan dihibrid.
4. Menyusun RPP dan menyiapkan alat tes berupa soal-soal bentuk
uraian.
5. Menyusun LKPD
6. Menetapkan cara pengambilan data
7. Menetapkan cara menganalisis data
C. Pelaksanaan Tindakan I
1. Membagi siswa dalam delapan kelompok dan membagi siswa
dengan nomor 1-5 atau 1-4 pada setiap kelompoknya.
2. Menyajikan materi pembelajaran
3. Diberikan materi diskusi
4. Dalam diskusi kelompok, guru mengarahkan kelompok
5. Salah satu siswa dari setiap kelompok diskusi akan menjawab
pertanyaan sesuai dengan nomor pertanyaan dan nomor yang ada
pada siswa
6. Guru memberikan kuis atau pertanyaan
7. Siswa diberikan kesempatan untuk memberikan pertanyaan dan
8. Jawaban
9. Penguatan dan kesimpulan secara bersama-sama.
D. Refleksi 1
15
Penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila ada peningkatan hasil
belajar peserta didik dengan menggunakan penerapan model pembelajaran
Numbered Heads Together. Dan peserta didik dapat menyelesaikan tugas
kelompok sesuai dengan waktu yang telah disediakan.
3.6 Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Tes hasil Belajar
Data hasil belajar di ambil dengan memberikan tes bentuk uraian
pada setiap akhir siklus. Tes yang diberikan terdiri dari beberapa
soal- soal yang materi pokok Pertumbuhan dan Perkembangan
3.7.Teknik analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis Deskriptif kuatitatif. Dari hasil belajar dianalisis dengan
menggunakan Percentages correction (hasil yang di capai setiap siswa
dihitung dari persentase jawaban yang benar). Dapat dinyatakan dengan
rumus :
R
S = ---- x 100% (Arifin, 2009)
N
S = nilai yang diharapkan (dicari)
R = Jumlah skor dari item atau soal yang di jawab benar
N = Skor maksimun dari tes tersebut
Untuk ketuntasan klasikal dinyatakan dalam bentuk persentase sebagai
berikut :
∑T
Persentase daya serap tuntas = ------- x 100%
∑K
Dimana :
T = siswa
K = siswa klasikal
Dari persentasi hasil belajar siswa bisa ditafsirkan tentang
ketuntasan Belajar siswa sesuai dengan Departemen Pendidikan Nasional
( 2003:43) Sebagai berikut :
16
a. Ketuntasan perorangan. Siswa dikatakan berhasil/tuntas, jika
mencapai taraf penguasaan Minimal 60%.Taraf penguasaan
kurang dari 60% diberikan remidi materi Pokok yang belum
dikuasai.
b. Klasikal atau suatu kelas dikatakan berhasil/tuntas jika paling
sedikit 65% dari jumlah kelompok atau kelas tersebut telah
mencapai ketuntasan perorangan. Apabila sudah mencapai 65%
dari banyaknya siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar
maka kelas tersebut dapat melanjutkan pada materi selanjutnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Harlini, S., (2008), Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Sosial
dengan Menerapkan Pembelajaran Number Head Together pada Materi
Sistem Reproduksi Manusia di Kelas XI IPA MA Muhammadiyah 01 Medan,
Laporan hasil penelitian, FMIPA Universitas Negeri Medan
18