Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Molekul didefinisikan sebagai sekelompok atom (paling sedikit dua) yang saling berikatan dengan sangat kuat

(kovalen) dalam susunan tertentu dan bermuatan netral serta cukup stabil. Menurut definisi ini, molekul berbeda

dengan ion poliatomik. Dalam kimia organik dan biokimia, istilah molekul digunakan secara kurang kaku,

sehingga molekul organikdan biomolekul bermuatan pun dianggap termasuk molekul.

Dalam teori kinetika gas, istilah molekul sering digunakan untuk merujuk pada partikel gas apapun tanpa

bergantung pada komposisinya. Menurut definisi ini, atom-atom gas mulia dianggap sebagai molekul walaupun gas-

gas tersebut terdiri dari atom tunggal yang tak berikatan. Sebuah molekul dapat terdiri atom-atom yang

berunsur sama (misalnya oksigen O2), ataupun terdiri dari unsur-unsurberbeda (misalnya air H2O). Atom-atom dan

kompleks yang berhubungan secara non-kovalen (misalnya terikat oleh ikatan hidrogen dan ikatan ion) secara

umum tidak dianggap sebagai satu molekul tunggal.

1.1 Tujuan

A. Untuk mengetahui apa itu molekul

B. Menambah wawasan tentang molekul dalam bidang matakuliah Bahan Konstruksi Teknik Kimia

C.Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Teknik Kimia

1.2  Rumusan Masalah

Rumusan masalah – masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah :

A. Pengertian Sebuah Materi/ zat

B. Penyusun Materi/ zat

C. Molekul dan ilmu molekuler


BAB II

ISI

2.1 Penertian Sebuah Materi/ Zat

Zat kimia adalah semua materi dengan komposisi kimia tertentu. Sebagai contoh, suatu

cuplikan air memiliki sifat yang sama dan rasio hidrogen terhadap oksigen yang sama baik jika cuplikan tersebut

diambil dari sungai maupun dibuat di laboratorium. Suatu zat murni tidak dapat dipisahkan menjadi zat lain dengan

proses mekanis apapun. Zat kimia yang umum ditemukan sehari-hari antara lain adalah air, garam (natrium klorida),

dan gula (sukrosa). Secara umum, zat terdapat dalam bentuk padat, cair, atau gas, dan dapat mengalami

perubahan fase zat sesuai dengan perubahantemperatur atau tekanan.

Konsep mengenai zat kimia terbentuk jelas pada akhir abad ke-18 dengan karya kimiawan Joseph

Proust mengenai komposisi beberapa senyawa kimia murni. Ia menyatakan "Semua cuplikan suatu senyawa

memiliki komposisi yang sama; yaitu bahwa semua cuplikan memiliki proporsi yang sama, berdasarkan massa, dari

unsur yang terdapat dalam senyawa tersebut". Ini dikenal sebagai hukum komposisi tetap, dan merupakan salah satu

dasar dari kimia modern.

Zat Adalah sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang. Zat bisa berupa zat padat, zat cair dan zat gas. Zat

berdasarkan kemurniannya dapat dibagi lagi menjadi tiga, yaitu :

1. Unsur

Unsur adalah suatu zat yang sudah tidak bisa dibagi-bagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil.

Contoh unsur :

- Unsur Emas / Au (Aurum)

- Unsur Nitrogen / N

- Unsur Platina / Pt

- Unsur Karbon / Carbon / C


2.  Senyawa

Senyawa adalah zat tunggal yang terdiri atas beberapa unsur yang saling kait-mengait.

Contoh Senyawa :

- Senyawa Oksigen / O2

- Senyawa Air / H2O

- Senyawa Alkohol / C2 H5 OH

- Senyawa Garam Dapur / NaCl

3. Campuran

Campuran adalah zat yang tersusun dari beberapa zat yang lain jenis dan tidak tetap susunannya dari unsur dan

senyawa.

Contoh Campuran :

- Udara

- Tanah

- Air

Skema Klasifikasi Materi

(berdasarkan komposisi kimia)

2.2 .Penyusun Sebuah Materi/ Zat

        Partikel dasar penyusun materi dapat berupa :

1)    Atom

ü  Atom adalah partikel terkecil dari suatu unsur yang masih mempunyai sifat-sifat unsur itu

ü Atom suatu unsur diberi lambang sama dengan lambang unsur tersebut

ü Contoh : Na, Mg, Ba, Ca, Fe


2)   Molekul

§  Molekul adalah partikel netral yang terdiri dari 2 atau lebih atom, baik atom sejenis maupun atom yang berbeda.

§  Molekul yang terdiri dari sejenis atom disebut  Molekul Unsur

§  Molekul yang terdiri dari atom-atom yang berbeda disebut Molekul Senyawa

§  Contoh : H2O; CO2; H2SO4

3)   Ion

Ø  Ion adalah atom atau kumpulan atom yang bermuatan listrik

Ø  Ion yang bermuatan positif disebut Kation, sedangkan ion yang bermuatan negatif disebut Anion

Ø  Ion yang terdiri dari 1 atom disebut Ion Tunggal ( monoatom ), sedangkan ion yang terdiri dari 2 atau lebih

atom disebut Ion Poliatom

Ø  Contoh :

Kation Tunggal : Na+, K+

Kation Poliatom : NH4+ , H3O+

Anion Tunggal : Cl-, S2-

Anion Poliatom : NO3-, OH-

Partikel Unsur

a.     Pada umumnya, setiap unsur termasuk unsur logam mempunyai partikel berupa Atom

b.     Hanya beberapa unsur non logam yang partikelnya berupa Molekul ( contoh hidrogen H2 ; fosforus P4 ;

belerang S8 )
c.      Molekul yang terdiri atas 2 atom disebut Molekul Diatomik ( contoh molekul hidrogen, nitrogen )

d.     Molekul yang terdiri atas lebih dari 2 atom disebut Molekul Poliatomik ( contoh molekul fosforus, belerang )

Partikel Senyawa

o   Dapat berupa Molekul ( disebut Senyawa Molekul ) atau Ion ( disebut Senyawa Ion )

o   Senyawa dari unsur logam termasuk senyawa ion, sedangkan senyawa dari unsur non logam termasuksenyawa

molekul.

Contoh senyawa molekul : air ( H2O ) ; senyawa ion : Kalsium karbonat ( CaCO3 )

2.3 Molekul dan Ilmu Molekuler

Molekul didefinisikan sebagai sekelompok atom (paling sedikit dua) yang saling berikatan dengan sangat kuat

(kovalen) dalam susunan tertentu dan bermuatan netral serta cukup stabil. Menurut definisi ini, molekul berbeda

dengan ion poliatomik. Dalam kimia organik dan biokimia, istilah molekul digunakan secara kurang kaku,

sehingga molekul organikdan biomolekul bermuatan pun dianggap termasuk molekul.

Dalam teori kinetika gas, istilah molekul sering digunakan untuk merujuk pada partikel gas apapun tanpa

bergantung pada komposisinya. Menurut definisi ini, atom-atom gas mulia dianggap sebagai molekul walaupun gas-

gas tersebut terdiri dari atom tunggal yang tak berikatan. Sebuah molekul dapat terdiri atom-atom yang

berunsur sama (misalnya oksigen O2), ataupun terdiri dari unsur-unsurberbeda (misalnya air H2O). Atom-atom dan

kompleks yang berhubungan secara non-kovalen (misalnya terikat oleh ikatan hidrogen dan ikatan ion) secara

umum tidak dianggap sebagai satu molekul tunggal.

Ilmu yang mempelajari molekul disebut kimia molekuler ataupun fisika molekuler bergantung pada fokus kajiannya.

Kimia molekuler berkutat pada hukum-hukum yang mengatur interaksi antara molekul, manakala fisika molekuler

berkutat pada hukum-hukum yang mengatur struktur dan sifat-sifat molekul. Dalam prakteknya, perbedaan kedua

ilmu tersebut tidaklah jelas dan saling bertumpang tindih. Dalam ilmu molekuler, sebuah molekul terdiri dari suatu

sistem stabil yang terdiri dari dua atau lebih molekul. Ion poliatomik dapat pula kadang-kadang dianggap sebagai
molekul yang bermuatan. Istilah molekul tak stabil digunakan untuk merujuk pada spesi-spesi kimia yang sangat

reaktif.

Kebanyakan molekul sangatlah kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Kekecualian terdapat

pada DNA yang dapat mencapai ukuran makroskopis. Molekul terkecil adalahhidrogen diatomik (H2), dengan

keseluruhan molekul sekitar dua kali panjang ikatnya (0.74 Å). Satu molekul tunggal biasanya tidak dapat dipantau

menggunakan cahaya, namun dapat dideteksi menggunakan mikroskop gaya atom. Molekul dengan ukuran yang

sangat besar disebut sebagai makromolekul atau supermolekul. Jari-jari molekul efektif merupakan ukuran molekul

yang terpantau dalam larutan..

Molekul memiliki geometri yang berbentuk tetap dalam keadaan kesetimbangan. Panjang ikat dan sudut ikatan akan

terus bergetar melalui gerak vibrasi dan rotasi. Rumus kimia dan struktur molekul merupakan dua faktor penting

yang menentukan sifat-sifat suatu senyawa. Senyawa isomer memiliki rumus kimia yang sama, namun sifat-sifat

yang berbeda oleh karena strukturnya yang berbeda. Stereoisomer adalah salah satu jenis isomer yang memiliki sifat

fisika dan kimia yang sangat mirip namun aktivitas biokimia yang berbeda.

Rumus Kimia

Menyatakan jenis dan jumlah relatif atom yang menyusun suatu zat

Dibedakan menjadi 2 :

a.   Rumus Molekul

Menyatakan jenis dan jumlah atom yang menyusun molekul suatu zat

Contoh : rumus molekul air ( H2O )

b.    Rumus Empiris

Disebut juga Rumus Perbandingan; menyatakan jenis dan perbandingan paling sederhana dari atom-atom dalam

suatu senyawa

Contoh : Etuna dengan rumus molekul C2H2 dan mempunyai rumus empiris CH


Rumus kimia senyawa ion adalah rumus empiris

Contoh : garam dapur ( NaCl )

Setiap molekul zat memiliki cirinya masing-masing, yaitu :

1. Ciri Khas Molekul Zat Padat

- gaya tarik menarik sangat kuat

- susunannya berdekatan satu sama lain

- letaknya berdekatan

- tidak bisa bergerak bebas

2. Ciri Khas Molekul Zat Cair

- gaya tarik menarik tidak begitu kuat

- susunannya tidak beraturan

- letaknya agak renggang

- bergerak bebas berpindah-pindah tempat

3. Ciri Khas Molekul Zat Gas

- gaya tarik menarik sangat kecil

- susunannya sangat tidak teratur

- letaknya saling berjauhan

- bergerak sangat bebas

Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu melekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terkait

secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi

standar, yaitu pada tekanan 100 KPa (1 bar) dan temperatur 273,15 K (0°C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut

yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula,

asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik.


Keadaan air yang berbentuk cair merupakan suatu keadaan yang tidak umum dalam kondisi normal, terlebih lagi

dengan memperhatikan hubungan antara hidrida-hidrida lain yang mirip dalam kolom oksigen pada tabel periodik,

yang mengisyaratkan bahwa air seharusnya berbentuk gas, sebagaimana hidrogen sulfida. Dengan memperhatikan

tabel periodik, terlihat bahwa unsur-unsur yang mengelilingi oksigen adalah nitrogen, flor, dan fosfor, sulfur dan

klor. Semua elemen-elemen ini apabila berikatan dengan hidrogen akan menghasilkan gas pada temperatur dan

tekanan normal. Alasan mengapa hidrogen berikatan dengan oksigen membentuk fasa berkeadaan cair, adalah

karena oksigen lebih bersifat elektronegatif ketimbang elemen-elemen lain tersebut (kecuali flor). Tarikan atom

oksigen pada elektron-elektron ikatan jauh lebih kuat dari pada yang dilakukan oleh atom hidrogen, meninggalkan

jumlah muatan positif pada kedua atom hidrogen, dan jumlah muatan negatif pada atom oksigen. Adanya muatan

pada tiap-tiap atom tersebut membuat molekul air memiliki sejumlah momen dipol. Gaya tarik-menarik listrik antar

molekul-molekul air akibat adanya dipol ini membuat masing-masing molekul saling berdekatan, membuatnya sulit

untuk dipisahkan dan yang pada akhirnya menaikkan titik didih air. Gaya tarik-menarik ini disebut sebagai ikatan

hidrogen.

Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam

kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air

dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen ( H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida

(OH-).

2.1 Struktur Molekul

Struktur molekul adalah penggambaran ikatan-ikatan unsur atau atom yang membentuk

molekul. Molekul terdiri dari sejumlah atom yang bergabung melalui ikatan kimia, baik itu ikatan kovalen,

ikatan hidrogen dan ikatan ion, serta ikatan-iktan kimia lainnya. Dan atom tersebut berkisar dari jumlah

yang sangat sedikit(dari atom tunggal, seperti gas mulia) sampai jumlah yang sangat banyak (seperti pada

polimer, protein atau bahkan DNA). Bentuk molekul, yang berarti cara atom tersusun di dalam ruang,

mempengaruhi banyak sifat-sifat fisika dan kimia molekul tersebut. Kebanyakan molekul mempunyai

bentuk yang didasarkan kepada lima bentuk geometri yang berbeda.


Molekul-molekul di dalam berikatan, mengacu pada beberapa aturan dan bentuk-bentuk ikatan

kimia. Apabila molekul ingin berikatan harus sesuai dengan aturan-aturan atau syarat-syarat unsur-unsur

tersebut dalam membentuk sebuah molekul. Karena tidak sembarang suatu unsure membentuk molekul.

Molekul didefinisikan sebagai sekelompok atom (paling sedikit dua) yang saling berikatan dengan

sangat kuat (kovalen) dalam susunan tertentu dan bermuatan netral serta cukup stabil. Menurut definisi ini,

molekul berbeda dengan ion poliatomik. Dalam kimia organik dan biokimia, istilah molekul digunakan

secara kurang kaku, sehingga molekul organik dan biomolekul bermuatan pun dianggap termasuk molekul.

Dalam teori kinetika gas, istilah molekul sering digunakan untuk merujuk pada partikel gas

apapun tanpa bergantung pada komposisinya. Menurut definisi ini, atom-atom gas mulia dianggap sebagai

molekul walaupun gas-gas tersebut terdiri dari atom tunggal yang tak berikatan.

Sebuah molekul dapat terdiri atom-atom yang berunsur sama (misalnya oksigen O2), ataupun

terdiri dari unsur-unsur berbeda (misalnya air H2O). Atom-atom dan kompleks yang berhubungan secara

non-kovalen (misalnya terikat oleh ikatan hidrogen dan ikatan ion) secara umum tidak dianggap sebagai

satu molekul tunggal.

Rumus empiris sebuah senyawa menunjukkan nilai perbandingan paling sederhana unsur-unsur

penyusun senyawa tersebut. Sebagai contohnya, air selalu memiliki nilai perbandingan atom hidrogen

berbanding oksigen 2:1. Etanol pula selalu memiliki nilai perbandingan antara karbon, hidrogen, dan

oksigen 2:6:1. Namun, rumus ini tidak menunjukkan bentuk ataupun susunan atom dalam molekul tersebut.

Contohnya, dimetil eter juga memiliki nilai perbandingan yang sama dengan etanol. Molekul dengan jumlah

atom penyusun yang sama namun berbeda susunannya disebut sebagai isomer.

Perlu diperhatikan bahwa rumus empiris hanya memberikan nilai perbandingan atom-atom

penyusun suatu molekul dan tidak memberikan nilai jumlah atom yang sebenarnya. Rumus molekul

menggambarkan jumlah atom penyusun molekul secara tepat. Contohnya, asetilena memiliki rumus

molekuler C2H2, namun rumus empirisnya adalah CH.

2.2 Peranan Elektron dalam Ikatan Kimia


Elektron adalah partikel subatom yang bermuatan negatif dan umumnya ditulis sebagai e-.

Elektron tidak memiliki komponen dasar ataupun substruktur apapun yang diketahui, sehingga ia dipercayai

sebagai partikel elementer.

Teori duplet dan oktet dari G.N. Lewis merupakan dasar ikatan kimia.Lewis mengemukakan

bahwa suatu atom berikatan dengan cara menggunakan bersama dua elektron atau lebih untuk mencapai

konfigurasi elektron gas mulia.

Unsur yang paling stabil adalah unsur yang termasuk dalam golongan gas mulia. Semua unsur gas

mulia di alam ditemukan dalam bentuk gas monoatomik dan tidak ditemukan bersenyawa di alam.

Kestabilan unsur gas mulia berkaitan dengan konfigurasi elektron yang menyusunnya seperti

yang dikemukakan oleh Gibert Newton Lewis dan Albrecht Kossel. Dilihat dari konfigurasi elektronnya,

unsur-unsur gas mulia mempunyai konfigurasi penuh yaitu konfigurasi oktet yang berarti mempunyai

delapan elektron pada kulit terluar kecuali untuk unsur helium yang mempunyai konfigurasi duplet (dua

elektron pada kulit terluarnya).

Unsur yang paling stabil dan sukar bereaksi adalah unsur- unsur gas mulia. Sedangkan unsur

seperti unsur kalium, natrium, fluorin, dan klorin merupakan unsur yang mempunyai sifat reaktif.

2.2.1 Aturan Oktet

G.N. Lewis dan W. Kossel mengaitkan kestabilan gas mulia dengan konfigurasi

elektronnya. Gas mulia mempunyai konfigurasi penuh yaitu konfigurasi oktet (mempunyai 8

elektron pada kulit luar), kecuali helium dengan konfigurasi duplet (dua elektron pada kulit luar).

Kecenderungan unsur-unsur menjadikan konfigurasi elektronnya sama seperti gas mulia dikenal

sebagai aturan oktet.

Aturan oktet merupakan kecenderungan unsur-unsur untuk menjadikan konfigurasi

elektron-nya sama seperti unsur gas mulia. Konfigurasi oktet dapat dicapai oleh unsur lain selain

unsur golongan gas mulia dengan pembentukan ikatan.


Konfigurasi oktet dapat pula dicapai dengan serah-terima atau pemasangan elektron.

Serah terima elektron menghasilkan ikatan ion sedangkan ikatan kovalen dihasilkan apabila terjadi

pemasangan elektron untuk mencapai konfigurasioktet.

Reaksi natrium dengan klorin membentuk natrium klorida merupakan contoh

pencapaian konfigurasi oktet dengan cara serah-terima elektron.

10Ne : 1s2 2s2 2p6 atau K=2, L=8

11Na : 1s2 2s2 2p6 3s1 atau K=2, L=8 M=1, pelepasan 1 elektron akan menjadikan

konfigurasi menyerupai unsur gas mulia neon.

17Cl : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5 atau K=2, L=8, M=7, penerimaan 1 elektron menjadikan

konfigurasi menyerupai unsur gas mulia argon

18Ar : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 atau K=2, L=8, M=8

2.2.2 Teori Lewis

Gibert Newton Lewis dan Albrecht Kossel pada tahun 1916 mengemukakan teori

tentang peranan elektron dalam pembentukan ikatan kimia.

Ø Elektron pada kulit terluar (elektron valensi) berperan penting dalam pembentukan ikatan

kimia.

Ø Ion positif dan ion negatif membentuk ikatan kimia yang disebut ikatan ionik.

Ø Pembentukan ikatan kimia dapat juga terjadi dengan pemakaian elektron ikatan secara

bersama yang dikenal dengan ikatan kovalen.

Ø Pembentukan ikatan ionik dan ikatan kovalen bertujuan untuk mencapai konfigurasi stabil

golongan gas mulia.

2.2.3 Lambang Lewis

Lambang Lewis merupakan lambang atom yang dikelilingi oleh sejumlah titik yang

menyatakan elektron. Lambang Lewis untuk unsur golongan utama dapat disusun dengan

mengikuti tahapan berikut:


Banyaknya titik sesuai dengan golongan unsur

Satu titik ditempatkan untuk tiap atom dengan jumlah maksimum empat titik. Titik kedua dan

selanjutnya berpasangan hingga mencapai aturan oktet.

Penyusunan tabel periodik dan konsep konfigurasi elektron telah membantu para ahli

kimia menjelaskan proses pembentukan molekul dan ikatan yang terdapat dalam suatu molekul.

Gilbert Lewis, seorang kimiawan berkebangsaan Amerika, mengajukan teori bahwa

atom akan bergabung dengan sesama atom lainnya membentuk molekul dengan tujuan untuk

mencapai konfigurasi elektron yang lebih stabil.

Kestabilan dicapai saat atom-atom memiliki konfigurasi elektron seperti gas mulia

(semua kulit dan subkulit terisi penuh oleh elektron serta memiliki 8 elektron valensi).Saat atom-

atom berinteraksi, hanya elektron valensi yang terlibat dalam proses pembentukan ikatan kimia.

Untuk menunjukkan elektron valensi yang terlibat dalam pembentukan ikatan, para ahli

kimia menggunakan simbol Lewis dot, yaitu simbol suatu unsur dan satu dot untuk mewakili tiap

elektron valensi unsur bersangkutan.

Jumlah elektron valensi suatu unsur sama dengan golongan unsur bersangkutan. Sebagai

contoh, unsur Mg terletak pada golongan IIA, sehingga memiliki 2 elektron valensi (2 dot).

Sementara, unsur S yang terletak pada golongan VIA, akan memiliki 6 elektron valensi (6 dot).

Unsur yang terletak pada golongan yang sama akan memiliki struktur Lewis dot yang serupa.

Semua elektron valensi gas mulia telah berpasangan.

Teori ini mendapat beberapa kesulitan, yakni:

1. Pada senyawa BCl 3 dan PCl5, atom boron dikelilingi 6 elektron, sedangkan atom fosfor dikelilingi

10 elektron.

2. Menurut teori ini, jumlah ikatan kovalen yang dapat dibentuk suatu unsur tergantug jumlah

elektron tak berpasangan dalam unsur tersebut.

7x2 2py1 2pz1


Contoh : 8O : 1s2 2s2 2p2 2p

Ada 2 elektron tunggal. sehingga oksigen dapat membentuk 2 ikatan (H-O-H; O=O). akan tetapi:

5B : 1s2 2s2 2px1


Sebenarnya hal ini dapat diterangkan bila kita ingat pada prinsip Hund, dimana cara pengisian

elektron dalam orbital suatu sub kulit ialah bahwa elektron-elektron tidak membentuk

pasangan elektron sebelum masing-masing orbital terisi dengan sebuah elektron.

Contoh :5B : 1s2 2s2 2px1 (hibridisasi) 1s2 2s1 2px1 2py1

Tampak setelah terjadi hibridisasi untuk berikatan dengan atom B memerlukan tiga buah

elektron, seperti BCl3.

2.3.1 Menurut teori di atas, unsur gas mulia tidak dapat membentuk ikatan karena di sekelilingnya

telah terdapat 8 elektron. Tetapi saat ini sudah diketahui bahwa Xe dapat membentuk senyawa,

misalnya XeF2 den XeO2.

2.3 Macam-Macam Ikatan Kimia

Ikatan kimia adalah sebuah proses fisika yang bertanggung jawab dalam interaksi gaya tarik menarik

antara dua atom atau molekul yang menyebabkan suatu senyawa diatomik atau poliatomik menjadi stabil.

Ikatan kimia adalah ikatan yang terjadi antar atom atau antar molekul dengan cara sebagai berikut :

Ø atom yang 1 melepaskan elektron, sedangkan atom yang lain menerima elektron (serah terima elektron)

Ø penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari masing-masing atom yang berikatan

Ø penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari salah 1 atom yang berikatan

Tujuan pembentukan ikatan kimia adalah agar terjadi pencapaian kestabilan suatu unsur. Elektron

yang berperan pada pembentukan ikatan kimia adalah elektron valensi dari suatu atom/unsur yang terlibat.

Salah 1 petunjuk dalam pembentukan ikatan kimia adalah adanya 1 golongan unsur yang stabil yaitu golongan

VIIIA atau golongan 8A (gas mulia). Maka dari itu, dalam pembentukan ikatan kimia; atom-atom akan

membentuk konfigurasi elektron seperti pada unsur gas mulia. Unsur gas mulia mempunyai elektron valensi

sebanyak 8 (oktet) atau 2 (duplet, yaitu atom Helium). Kecenderungan unsur-unsur untuk menjadikan

konfigurasi elektronnya sama seperti gas mulia terdekat dikenal dengan istilah Aturan Oktet.

2.3.1 Ikatan Ion


Ikatan ion sering disebut dengan ikatan elektrovalen atau heteropolar. Ikatan ion terjadi

akibat gaya tarik-menarik elektrostatik antara ion positif dengan ion negatif. Ikatan ion dibentuk

antara atom yang mudah melepaskan elektron dengan atom yang mudah menangkap elektron.

Apabila atom netral melepaskan elektron, akan terbentuk ion positif. Sebaliknya bila atom netral

menerima atau menangkap elektron maka akan terbentuk ion negatif.

Misalnya pada garam meja (natrium klorida). Ketika natrium (Na) dan klor (Cl) bergabung,

atom-atom natrium kehilangan elektron, membentuk kation (Na +), sedangkan atom-atom klor

menerima elektron untuk membentuk anion (Cl -). Ion-ion ini kemudian saling tarik-menarik dalam

rasio 1:1 untuk membentuk natrium klorida.

Na + Cl → Na+ + Cl- → NaCl

Natrium merupakan logam dengan reaktivitas tinggi karena mudah melepas elektron dengan

energi ionisasi rendah sedangkan klorin merupakan nonlogam dengan afinitas atau daya penagkapan

elektron yang tinggi. Apabila terjadi reaksi antara natrium dan klorin maka atom klorin akan menarik

satu elektron natrium. Akibatnya natrium menjadi ion positif dan klorin menjadi ion negatif. Adanya

ion positif dan negatif memungkinkan terjadinya gaya tarik antara atom sehingga terbentuk natrium

klorida.

2.3.2 Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen sering disebut juga dengan ikatan homopolar. Ikatan kovalen adalah ikatan

yang terjadi karena penggunaan bersama pasangan elektron oleh dua atom yang berikatan. Ikatan

ini biasanya terjadi antara atom logam dan atom non logam. Penggunaan bersama pasangan

elektron biasanya menggunakan notasi titik electron atau lebih dikenal dengan struktur Lewis.

Contohnya: HF, CH4, NH3, H2, dan lain-lain. Ikatan kovalen dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Ikatan Kovalen Tunggal

Ikatan kovalen tunggal terjadipada senyawa seperti hidrogen (H 2), asam klorida (HCl), metana

(CH4), air (H2O) dan sebagainya. Pembentukan ikatan kovalen tunggal dapat dilihat dari

pembentukan molekul-molekul berikut ini:

® Pembentukan molekul H2
1H = H *

1H = H ·

Tanda titik dan silang menunjukkan elektron berasal dari atom yang berbeda.

H *· H ditulis H ¾ H

® Pembentukan molekul HCl

1H : 1s1 atau K=1 digambarkan H*

17Cl : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5 atau K=2, L=8, M=7

Penggambaran elektron untuk molekul HCl berikut.

••H * Cl ditulis H ¾ Cl

® Pembentukan molekul H2O

1H : 1s1 atau K=1 digambarkan H*

8O : 1s2 2s2 2p4 atau K=2, L=6

b. Ikatan Kovalen Rangkap Dua

Ikatan kovalen rangkap dua adalah ikatan kovalen yang mempunyai ikatan tak jenuh

karena ikatan antar atomnya lebih dari satu. Ikatan yang ada dalam molekul oksigen (O 2)

merupakan ikatan kovalen rangkap dua. Oksigen memiliki 6 elektron valensi dan memerlukan 2

2 elektron lagi agar dalam keadaan stabil. Bentuk struktur Lewisnya sebagai berikut.

® Pembentukan molekul O2

8O : 1s2 2s2 2p4 atau K=2, L=6 digambarkan atau

Penulisan elektron untuk molekul O2, O = O

® Pembentukan molekul C2H4

6C : 1s2 2s2 2p2 atau K=2, L=4 digambarkan

1H : 1s1 atau K=1

c. Ikatan Kovalen Rangkap Tiga


Ikatan kovalen rangkap tiga adalah ikatan kovalen yang ikatan antar atomnya ada tiga.

Contoh dari ikatan rangkap tiga adalah molekul Nitrogen (N 2). Nitrogen mempunyai 5 elektron

valensi, sehingga perlu 3 elektron lagi agar dalam keadaan stabil.

d. Ikatan Kovalen Koordinasi

Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan yang terbentuk dengan cara penggunaan

bersama pasangan elektron yang berasal dari salah 1 atom yang berikatan [Pasangan Elektron

Bebas (PEB)], sedangkan atom yang lain hanya menerima pasangan elektron yang digunakan

bersama.

Pasangan elektron ikatan (PEI) yang menyatakan ikatan digambarkan dengan tanda anak

panah kecil yang arahnya dari atom donor menuju akseptor pasangan elektron.

Dalam ikatan kovalen koordinasi, pasangan elektron ikatan hanya berasal dari salah satu

atom yang berikatan. Dengan demikian, atom-atom yang berikatan secara kovalen koordinasi

salah satunya harus mempunyai pasangan elektron bebas dan atom pasangannya harus

mempunyai orbital kosong. Ikatan kovalen koordinasi sering disebut ikatan semipolar.

Contoh:

 Terbentuknya senyawa BF3-NH3

 Terbentuknya senyawa NH4+

 Terbentuknya senyawa SO3

2.3.3 Ikatan Logam

Ikatan logam adalah ikatan antaratom dalam suatu unsur logam dengan menggunakan

interaksi antar elektron valensi. Unsur logam mempunyai kecenderungan untuk menjadi ion

positif karena energi potensial ionisasi yang rendah dan mempunyai elektron valensi kecil.

Ikatan logam terjadi karena adanya saling meminjamkan elektron, namun proses ini

tidak hanya terjadi antara dua atau beberapa atom tetapi dalam jumlah yang tidak terbatas.

Setiap atom memberikan elektron valensinya untuk digunakan bersama, sehingga terjadi ikatan

atau tarik menarik antara atom-atom yang saling berdekatan.


Jarak antar atom dalam ikatan logam tetap sama, jika ada atom yang bergerak menjauh

maka gaya tarik menarik akan “menariknya” kembali ke posisi semula. Demikian pula jika atom

mendekat kesalah satu atom maka akan ada gaya tolak antar inti atom. Jarak yang sama

disebabkan oleh muatan listrik yang sama dari atom logam tersebut.

Contoh: ikatan logam pada magnesium (Mg)

Pada ikatan logam, inti-inti atom berjarak tertentu dan beraturan sedangkan elektron

yang saling dipinjamkan bergerak seperti mobil seolah-olah membentuk “kabut elektron” atau

“lautan elektron”. Hal ini yang meyebabkan munculnya sifat daya hantar listrik pada logam.

Kenyataan ini dapat dipakai untuk menerangkan mengapa logam merupakan

pengahantar panas dan listrik yang baik. Kekuatan ikatan logam bergantung pada banyaknya

elektron valensi yang terdapat pada atom logam tersebut.

2.3.4 Ikatan Hidrogen

Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang terjadi akibat gaya tarik antarmolekul antara

dua muatan listrik parsial dengan polaritas yang berlawanan. Ikatan hidrogen seperti interaksi

dipol-dipol dari Van der Waals. Perbedaannya adalah muatan parsial positifnya berasal dari

sebuah atom hidrogen dalam sebuah molekul. Sedangkan muatan parsial negatifnya berasal dari

sebuah molekul yang dibangun oleh atom yang memiliki elektronegatifitas yang besar, seperti

atom Flor (F), Oksigen (O), Nitrogen (N), Belerang (S) dan Posfor (P). Muatan parsial negatif

tersebut berasal dari pasangan elektron bebas yang dimilikinya. Muatan parsial yang berasal dari

atom yang memiliki pasangan elektron bebas.

Ikatan "hidrogen", sejenis ikatan lemah, memainkan peranan utama dalam

pembentukan materi yang sangat penting untuk kehidupan kita. Contoh: air, sebagai dasar

kehidupan, disatukan dengan ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen lebih kuat dari gaya antarmolekul

lainnya, namun lebih lemah dibandingkan dengan ikatan kovalen dan ikatan ion, contoh ikatan

hidrogen yang terjadi antar molekul air, dimana muatan parsial positif berasal dari atom H yang

berasal dari salah satu molekul air.


13
Ikatan hidrogen dapat terjadi inter molekul dan intra molekul. Jika ikatan terjadi antara

atom-atom dalam molekul yang sama maka disebut ikatan hidrogen intramolekul atau didalam

molekul, seperti molekul H2O dengan molekul H2O. Ikatan hidrogen, juga terbentuk pada antar

molekul seperti molekul NH3, CH3CH2OH dengan molekul H2O, ikatan yang semacam ini disebut

dengan ikatan hidrogen intermolekul.

Sebagai gambaran, di apotik umumnya dijual alkohol 70% atau etanol, digunakan untuk

membersihkan bagian tubuh agar terbebas dari kuman. Tentunya berbeda dengan etanol murni.

Perbedaan berdasarkan komposisi larutan tersebut, untuk yang murni hanya terdapat molekul

etanol, sedangkan untuk etanol 70% mengandung etanol 70 bagian dan 30 bagiannya adalah air.

Untuk etanol murni terjadi ikatan hidrogen antar molekul etanol, sedangkan yang 70% terjadi

ikatan antara molekul etanol dengan air.

2.4 Energi Ikatan

Energi ikatan didefinisikan sebagai energi yang diperlukan untuk memutuskan 1 mol ikatan dari

suatu molekul dalam wujud gas. Energi ikatan dinyatakan dalam kilojoule per mol (kJ/mol atau kJ mol-1 )

atau bisa juga dalam satuan kilokalori (kkal).

Energi ikatan adalah perubahan entalpi yang diperlukan untk memutuskan ikatan dalam satu

mol molekul gas. Energi ikatan adalah bayaknya energi yang berkaitan dengan satu ikatan dalam

senyawa kimia. Besarnya energi ikatan diperoleh dengan kalor pengatoman.

TEORI ORBITAL MOLEKUL


Struktur atom dan metoda mekanika gelombang memungkinkan untuk memecahkan persoalan pokok dalam ilmu

kimia, yaitu apa yang menyebabkan atom dapat saling berikatan menjadi molekul. Ada beberapa teori yang

memberikan postulat – postulatnya tentang bagaimana bentuk dari suatu senyawa, antara lain, teori Valence-Shell

Elektron Pair Repulsion (VSEPR), teori Ikatan Valensi, teori Orbital Molekul, teori Lewis, dan sebagainya. Mengenai

ikatan kovalen, dikenal dua jenis pendekatan yaitu teori Orbital Molekul (teori MO) dan teori ikatan valensi (teori

VB). Berdasarkan teori ikatan valensi, ikatan kovalen dapat terbentuk jika terjadi tumpang tindih orbital valensi

dari atom yang berikatan.Teori Ikatan Valensi mampu secara kualitatif menjelaskan kestabilan ikatan kovalen

sebagai akibat tumpang-tindih orbital-orbital atom. Dengan konsep hibridisasi pun dapat dijelaskan geometri

molekul sebagaimana yang diramalkan dalam teori VSEPR, tetapi sayangnya dalam beberapa kasus, teori ikatan

valensi tidak dapat menjelaskan sifat-sifat molekul yang teramati secara memuaskan. Contohnya adalah molekul

oksigen, yang struktur Lewisnya sebagai berikut.

Menurut gambaran struktur Lewis Oksigen di atas, semua elektron pada O2 berpasangan dan molekulnya

seharusnya bersifat diamagnetik, namun kenyataanya, menurut hasil percobaan diketahui bahwa Oksigen bersifat

paramagnetik dengan dua elektron tidak berpasangan. Temuan ini membuktikan adanya kekurangan mendasar

dalam teori ikatan valensi, sesuatu yang mendorong pencarian alternatif pendekatan ikatan yang lain yang dapat

menjelaskan sifat-sifat O2 dan molekul-molekul lain yang tidak cocok dengan ramalan teori ikatan valensi. Untuk

menjawab hal tersebut diperlukan teori lain yang dapat mendukung kelemahan teori ikatan valensi ini yaitu teori

Orbital Molekul.

Sifat magnet dan sifat-sifat molekul yang lain dapat dijelaskan lebih baik dengan menggunakan pendekatan

mekanika kuantum yang lain yang disebut sebagai teoriorbital molekul (OM), yang menggambarkan ikatan kovalen
melalui istilah orbital molekul yang dihasilkan dari interaksi orbital-orbital atom dari atom-atom yang berikatan

dan yang terkait dengan molekul secara keseluruhan. Perbedaan antara orbital molekul dan orbital atom adalah

bahwa orbital atom terkait hanya dengan satu atom. Teori OM menjelaskan bahwa atom-atom individu tidak lagi

terdapat dalam molekul. Menurut  Bird, T (1987), atom-atom telah melebur menjadi satu kesatuan yaitu molekul

itu sendiri. Pendekatan dimulai dengan inti-inti atom yang terdapat dalam molekul pada posisi-posisi tertentu

sebagai suatu kesatuan, baru kemudian satu per satu elektron ditempatkan ke dalam sistem tersebut.

Kebalikannya, teori ikatan valensi lebih mendasarkan pendekatannya pada sudut pandangan kimia dalam arti

bahwa atom-atom secara individu dianggap memang terdapat dalam molekul. Struktur molekul dianggap sebagai

ikatan-ikatan yang terbentuk karena pertumpangtindihan orbital-orbital atom-atom yang terdapat dalam molekul

tersebut.

Teori Orbital Molekul

Teori orbital molekular mengandaikan bahwa apabila dua atom atau lebih bergabung membentuk suatu spesies,

maka spesies ini tidak lagi memiliki sifat orbital atomik secara individual, melainkan membentuk orbital molekular

“baru”. Orbital molekular adalah hasil tumpang-tindih dan penggabungan orbital atomik pada molekul.Menurut

pendekatan lurus (linear combination), jumlah molekuler yang bergabung sama dengan orbital atomik yang

bergabung. Bila dua atom yang bergabung masing-masing menyediakan satu orbital atomik maka dihasilkan dua

orbital molekuler, salah satu merupakan kombinasi jumlahan kedua orbital atomik yang saling menguatkan dan

lainnya kombinasi kurangan yang saling meniadakan. Kombinasi jumlahan menghasilkan orbital molekuler ikat

(bonding) yang mempunyai energi lebih rendah, dan kombinasi kurangan menghasilkan orbital molekuler antiikat

(antibonding).

Orbital molekuler ikat (bonding) yaitu orbital dengan rapatan elektron ikat terpusat mendekat pada daerah antara

kedua inti atom yang bergabung dan dengan demikian menghasilkan situasi yang lebih stabil.Orbital molekuler

antiikat (antibonding) yaitu orbital dengan rapatan elektron ikat terpusat menjauh dari daerah antara inti atom

yang bergabung dan menghasilkan situasi kurang stabil.Penempatan elektron dalam orbital molekul ikatan
menghasilkan ikatan kovalen yang stabil, sedangkan penempatan elektron dalam orbital molekul antiikatan

menghasilkan ikatan kovalen yang tidak stabil. Jika pada daerah tumpang-tindih ada orbital atomik yang tidak

bereaksi dalam pembentukan ikatan, orbital ikatan yang dihasilkan disebut orbital nonikat (nonbonding).

Dalam orbital molekul ikatan kerapatan elektron lebih besar di antara inti atom yang berikatan. Sementara, dalam

orbital molekul antiikatan, kerapatan elektron mendekati nol diantara inti. Perbedaan ini dapat dipahami bila kita

mengingat sifat gelombang pada elektron. Gelombang dapat berinteraksi sedemikian rupa dengan gelombang lain

membentuk interferensi konstruktif yang memperbesar amplitudo, dan juga interferensi destruktif yang

meniadakan amplitudo.Pembentukan orbital molekul ikatan berkaitan dengan interferensi konstruktif, sementara

pembentukan orbital molekul antiikatan berkaitan dengan interferensi destruktif. Jadi, interaksi konstruktif dan

interaksi destruktif antara dua orbital 1s dalam molekul H2 mengarah pada pembentukan ikatan sigma (σ1s) dan

pembentukan antiikatan sigma (σ*1s), (Chang, R, 2004).

Gambar 2.1  (a) interaksi konstruktif yang menghasilkan orbital molekul ikatan sigma (b) interaksi destruktif yang

menghasilkan orbital molekul antiikatan sigma.

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa pada orbital molekul antiikatan sigma terdapat simpul (node) yang

menyatakan kerapatan elektron nol, sehingga kedua inti positif saling tolak-menolak.

Gambar 2.2 Tingkat energi orbital molekul ikatan dan antiikatan molekul H2

Penggunaan teori orbital molekul ini dapat diterapkan pada molekul-molekul lain selain molekul H2. Hanya saja,

jika dalam molekul H2 kita hanya perlu memikirkan orbital 1s saja, maka pada molekul lain akan lebih rumit karena

kita perlu memikirkan orbital atom lainnya juga. Untuk orbital p, prosesnya akan lebih rumit karena orbital ini

dapat berinteraksi satu sama lain dengan cara yang berbeda. Misalnya, dua orbital 2p dapat saling mendekat satu

sama lain ujung keujung untuk menghasilkan sebuah orbital molekul ikatan sigma dan orbital molekul antiikatan

sigma. Selain itu, kedua orbital p dapat saling tumpang tindih secara menyimpang untuk menghasilkan orbital

molekul pi (π2p) dan orbital molekul antiikatan pi (π*2p).


Gambar 2.3(a) pembentukan satu orital molekul ikatan sigma dan satu orbital molekul antiikatan sigma ketika

orbital p saling tumpang tindih ujung-ke-ujung. (b) ketika orbital p saling tumpang tindih menyamping, terbentuk

suatu orbital molekul pi dan suatu orbital molekul antiikatan pi.

Dalam orbital molekul sigma (sigma moleculer orbital) (ikatan atau antiikatan,kerapatan elektron terkonsentrasi

secara simetris di seputar garis antara kedua inti atom-atom yang berikatan. Dua elektron dalam orbital molekul

sigam membentuk ikatan sigma.  Dalam orbital molekul pi (ikatan atau antiikatan), kerapatan elektron

terkonsentrasi di atas dan di bawah garis imajineryang menghubungkan kedua inti atom yang berikatan. Dua

elektron dalam orbital molekul pi membentuk ikatan pi. Ikatan rangkap duahampir selalu terdiri atas ikatan sigma

dan ikatan pi, ikatan rangkap selalu berupa ikatan sigma dengan dua ikatan pi (Chang, R, 1987).

Fungsi gelombang elektron dalam suatu atom disebut orbital atom. Karena kebolehjadian menemukan elektron

dalam orbital molekul sebanding dengan kuadrat fungsi gelombang, peta elektron nampak seperti fungsi

gelombang. Suatu fungsi gelombang mempunyai daerah beramplitudo positif dan negatif yang disebut cuping

(lobes). Tumpang tindih cuping positif dengan positif atau negatif dengan negatif dalam molekul akan memperkuat

satu sama lain membentuk ikatan, tetapi cuping positif dengan negatif akan meniadakan satu sama lain tidak

membentuk ikatan. Besarnya efek interferensi ini mempengaruhi besarnya integral tumpang tindih dalam kimia

kuantum.

Pembentukan Orbital Molekul

Dalam pembentukan molekul, orbital atom bertumpang tindih menghasilkan orbital molekul yakni fungsi

gelombang elektron dalam molekul. Jumlah orbital molekul adalah jumlah atom, dan orbital molekul ini

diklasifikasikan menjadi orbital molekul ikatan, non-ikatan, atau antiikatan sesuai dengan besarnya partisipasi

orbital itu dalam ikatan antar atom. Syarat pembentukan orbital molekul ikatan sebagai berikut:

1.      Cuping orbital atom penyusunnya cocok untuk tumpang tindih.

2.      Tanda positif atau negatif cuping yang bertumpang tindih sama.


3.      Tingkat energi orbital-orbital atomnya dekat.

Kasus paling sederhana adalah orbital molekul yang dibentuk dari orbital atom A dan B dan akan dijelaskan di sini.

Orbital molekul ikatan dibentuk antara A dan B bila syarat-syarat di atas dipenuhi, tetapi bila tanda salah satu

orbital atom dibalik, syarat ke-2 tidak dipenuhi dan orbital molekul anti ikatan yang memiliki cuping yang

bertumpang tindih dengan tanda berlawanan yang akan dihasilkan

Gambar 2.4 Pembentukan orbital molekul

Tingkat energi orbital molekul ikatan lebih rendah, sementara tingkat energi orbital molekul anti ikatan lebih tinggi

dari tingkat energi orbital atom penyusunnya.Semakin besar selisih energi orbital ikatan dan anti ikatan, semakin

kuat ikatan. Bila tidak ada interaksi ikatan dan anti ikatan antara A dan B, orbital molekul yang dihasilkan adalah

orbital non ikatan. Elektron menempati orbital molekul dari energi terendah ke energi yang tertinggi. Orbital

molekul terisi dan berenergi tertinggi disebut HOMO (highest occupied molekuler orbital) dan orbital molekul

kosong berenergi terendah disebut LUMO (lowest unoccupied molekulerorbital).

Dua atau lebih orbital molekul yang berenergi sama disebut orbital terdegenerasi (degenerate). Orbital-orbital itu

dinamakan sigma (σ) atau pi(π) sesuai dengan karakter orbitalnya. Suatu orbital sigma mempunyai simetri rotasi

sekeliling sumbu ikatan, dan orbital pi memiliki bidang simpul. Oleh karena itu, ikatan sigma dibentuk oleh

tumpang tindih orbital s-s, p-p, s-d, p-d, dan d-d (Gambar 2.5) dan ikatan pi dibentuk oleh tumpang tindih orbital p-

p, p-d, dan dd (Gambar 2.6).

 
Bila dua fungsi gelombang dari dua atom dinyatakan dengan φA dan φB, orbital molekul adalah kombinasi linear

orbital atom (linear combination of the atomic orbitals (LCAO) diungkapkan sebagai :

Menurut Bird, T (1987), pendekatan orbital molekuler memiliki beberapa prinsip dasar yang harus dipenuhi. Prinsip

dasar itu adalah:

a.       Jumlah molekuler yang terbentuk sama dengan jumlah orbital atomik yang berinteraksi.

b.      Jumlah orbital antiikatan yang terbentuk sama dengan jumlah orbital ikatan.

c.       Tiap orbital  molekuler dapat menampung dua elektron yang harus memiliki spin yang berlawanan.

d.      Elektron-elektron yang terdapat pada orbital molekuler juga mengikuti aturan Hund dan prinsip Pauli.

e.       Untuk membentuk ikatan yang stabil, jumlah elektron dalam orbital ikatan harus lebih besar daripada jumlah

elektron dalam orbital antiikatan.

Untuk memahami sifat-sifat molekul, kita harus mengetahui bagaimana elektron-elektron terdistribusi di antara

orbital-orbital molekul. Prosedur untuk menentukan konfigurasi elektron suatu molekul analog dengan prosedur

yang digunakan untuk menentukan konfigurasi elektron atom. Chang, R (1987) membuat aturan konfigurasi

elektron untuk membantu memahmi kestabilan orbital molekul. Aturan tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a.       Jumlah orbital molekul yang terbentuk selalu sama dengan jumlah orbital atom yang bergabung.

b.      Semakin stabil orbital molekul ikatan, semakin kurang stabil orbital molekul antiikatan yang berkaitan.
c.       Pengisian orbital molekul dimulai dari energi rendah ke energi tinggi. Dalam molekul stabil, jumlah elektron

dalam orbital molekul ikatan selalu lebih banyak daripada dalam orbital molekul antiikatan karena kita selalu

menempatkan elektron dalam orbital molekul ikatan yang berenergi lebih rendah terlebih dahulu.

d.      Ketika elektron ditambahkan ke orbital molekul dengan energi yang sama, susunan yang paling stabil

diramalkan aoleh aturan Hund, yaitu elektron memasuki ke orbital-orbital molekul ini dengan spin sejajar.

e.       Jumlah elektron dalam orbital molekul sama dengan jumlah semua elektron pada atom-atom yang berikatan.

1.      Teori Orbital Molekul pada Senyawa Diatomik Homointi

Senyawa diatomik homointi terdiri dari dua unsur yang memiliki inti atom yang identik. Atom-atom yang sama

akan memiliki tingkat energi yang sama pula. Dalam molekul hidrogen (H2) tumpang tindih orbital 1s masing-

masing atom hidrogen membentuk orbital ikatan σg bila cupingnya mempunyai tanda yang sama dan antiikatan

σu bila bertanda berlawanan, dan dua elektron mengisi orbital ikatan σg (Gambar 2.7).

Gambar 2.7 Orbital molekul H2, tanda panah mengindikasikan spin elektronnya

Terbentuknya orbital molekuler pada molekul H2 dapat didekati dengan metoda KLOA (Kombinasi Linear Orbital

Atomik) sebagai berikut:

Ψ  = N (Ψx + Ψy)

Ψ* = N (Ψx + Ψy)

Ψ                = fungsi gelombang untuk orbital molekuler

Ψ                = fungsi gelombang untuk orbital molekuler

Ψx danΨy    = fungsi gelombang orbital 1s hidrogen untuk atom x dan y

N                = konstanta normaliasi 


N mempunyai nilai sedemikian sehingga:

Dimana dt adalah volume unsur dalam tiga dimensi yaitu: dt = dx.dy.dz. dari persamaan dapat diperoleh peluang

menemukan sebuah elektron dengan jalan mengkuadratkan persamaan gelombang Ψ.

Ψ2  = N2 (Ψx2 + Ψy2 + 2Ψx Ψy)

Ψx2 menunjukkan peluang menemukan elektron di sekeliling atom x

Ψy2 menunjukkan peluang menemukan elektron di sekeliling atom y

2Ψx + Ψy menunjukkan peningkatan elektron pada daerah antara kedua inti

Untuk persamaan gelombang Ψ* peluang untuk menemukan sebuah elektron dinyatakan dalam:

Ψ*2  = N2 (Ψx2 + Ψy2 - 2ΨxΨy)

-2Ψx Ψymenyatakan penurunan kepekatan elektron pada daerah antara kedua inti (Bird, T, 1987).

Untuk molekul oksigen (O2) dengan konfigurasi 8O= 1s2 2s2 2p4.

Gambar 2.8 Orbital molekul O2

Dari Gambar 2.8 dapat diketahui bahwa selain adanya orbital atom (samping), ada juga orbital molekul (Tengah).

Elektron-elektron pada orbital molekul merupakan jumlah dari elektron-elektron yang terdapat di dalam masing-

masing orbital kulit valensi unsur penyusunnya. Orbital s akan membentuk ikatan sigma dan orbital p akan

membentuk ikatan pi. Orbital dengan tanda asterik (*) berarti merupakan orbital anti pengikatan, suatu molekul

menjadi tidak stabil. Semakin banyak elektron pada orbital anti pengikatan, suatu molekul akan semakin tidak

stabil. Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa gas O2 merupakan gas paramagnetik karena elektron tidak

mengisi orbital π*px dan π*py secara penuh/ sehingga konfigurasi elektron valensi molekul O2adalah:

(σ2s)2(σ*2s)2(σ2pz)2( π2px)2(π2py)2(π*2px)1(π*2py)1 atau (σ2s)2(σ*2s)2(σ2p)2( π2p)4(π*2p)2

Kita dapat menuliskan seperti bentuk kedua karena orientasi x, y, z tidak menjadi masalah berarti.
Gambar 2.9 Orbital molekul N2

Orde ikatan antar atom adalah separuh dari jumlah elektron yang ada di orbital ikatan dikurangi dengan jumlah

yang ada di orbital anti ikatan. Misalnya, dalam N2 atau CO, orde ikatannya adalah (8 – 2)/2= 3 dan nilai ini

konsisten dengan struktur Lewisnya.

2.      Teori Orbital Molekul pada Senyawa Diatomik Heterointi

Atom-atom pada senyawa ini memiliki keelektronegativitas yang berbeda, maka tentu atom-atom memiliki tingkat

energi yang berbeda pula. Orbital molekul dua atom yang berbeda dibentuk dengan tumpang tindih orbital atom

yang tingkat energinya berbeda. Tingkat energi atom yang lebih elektronegatif umumnya lebih rendah, dan orbital

molekul lebih dekat sifatnya pada orbital atom yang tingkat energinya lebih dekat. Oleh karena itu, orbital ikatan

mempunyai karakter atom dengan keelektronegatifan lebih besar, dan orbital anti ikatan mempunyai karakter

atom dengan keelektronegatifan lebih kecil.

Misalnya, lima orbital molekul dalam hidrogen fluorida, HF, dibentuk dari orbital 1s hidrogen dan orbital 2s dan 2p

fluor, sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 2.21. Orbital ikatan 1σ mempunyai karakter fluorin, dan orbital 3σ

anti ikatan memiliki karakter 1s hidrogen. Karena hidrogen hanya memiliki satu orbital 1s, tumpang tindih dengan

orbital 2p fluor dengan karakter π tidak efektif, dan orbital 2p fluor menjadi orbital nonikatan. Karena HF memiliki

delapan elektron valensi, orbital nonikatan ini menjadi HOMO.

 
Gambar 2.10 Orbital molekul HF

Dalam karbon monoksida, CO, karbon dan oksigen memiliki orbital 2s dan 2p yang menghasilkan baik ikatan sigma

dan pi, dan ikatan rangkap tiga dibentuk antar atomnya. Walaupun 8 orbital molekulnya dalam kasus ini secara

kualitatif sama dengan yang dimiliki molekul yang isoelektronik yakni N2 dan 10 elektron menempati orbital

sampai 3σ, tingkat energi setiap orbital berbeda dari tingkat energi molekul nitrogen. Orbital ikatan 1σ memiliki

karakter 2s oksigen sebab oksigen memiliki ke-elektronegativan lebih besar. Orbital antiikatan 2π dan 4σ memiliki

karakter 2p karbon (Gambar 2.11).

Gambar 2.11 Orbital molekul CO

Konfigurasi elektron valensi molekul CO adalah (σ2s)2(σ*2s)2(π2p)4(σ2p)2. Pada molekul diatomik heterointi,

energi orbital π2p lebih rendah dibanding σ2p, sehingga letak orbital σ2p berada di atas π2p, berbeda dengan letak

orbital kedua orbital tersebut pada molekul diatomik homointi.


MolekulHClmerupakanmolekulheterointi, dimana kedua atom berasal dari unsur yang berbeda. Atom

Cl memiliki nomor atom 17 dengan konfigurasi elektron: 1s2 2s22p6 3s2 3p5, sedangkan atom H memiliki nomor

atom 1 dengan konfigurasi elektron: 1s1. Atom Cl lebih electron negative daripada atom H. Diagram korelasi

orbital molekulmenunjukkan bahwa tingkat-tingkat energi dari atom Cl yang

lebih electron negativebergeser ke arah bawah, karena atom Cl menarik elektron-

elektron valensi lebih kuatdaripada atom H seperti gambar2.12.

Gambar2.12.OrbitalmolekulHCl

Orbital-orbital atom bercampur secara signifikan membentuk orbital molekulhanya jika energi orbital-orbital

ini cukup berdekatan dan mempunyai simetri yang benar. Pada molekul HCl, orbital 1s dari atom

Cl energinya terlalu rendah untuk biasbercampur dengan orbital 1s dari atom H. Hal yang sama juga terjadi untuk

orbital 2s atom Cl. Berdasarkan teori hibridisasi sebelum atom Cl berikatan dengan atom H

membentuk molekul maka akan terjadi hibridisasi orbital atau pencampuran orbital atom Cl. Pada atom

Cl dapat dilihat bahwa orbital 3s bercampur dengan orbital 3p (karenaberada dalam satu kulit)

sebelum membentuk orbital molekul. Hal ini dikarenakan  semua electron pada kulit terluar memiliki kesempatan

yang sama untuk berikatandengan electron pada atom H, sehingga terjadi pencampuran orbital 3s dan 3p pada

atom Cl.

Interaksi antara 3s pada atom Cl membentuk ikatan sigma,

biasanya apabila terjadiinteraksi membentuk ikatan maka akan terbentuk 2 orbital yaitu orbital σ dan σ*. Namun,

karena orbital ikatan 4sb lebih rendah energinya dari nonbonding maka tidakterbentuk ikatan anti sigma

(σ*). Tumpang tindih total dari orbital 1s hydrogen dengan orbital 3Px atau 3Py (terletak di atas 5sb pada gambar

4) atom Cl adalah nol , sebab fasapositif dan negative dari fungsi gelombang gabungan bila dijumlahkan menjadi

nol.  Atom Cl hanya meninggalkan orbital 3Pz (4sb), yang bergabung dengan orbital 1s hydrogen menghasilkan

orbital σ dan σ*.


            Dari gambar2.12dapat dilihat bahwa orbital 3Px (2πnb), dan 3Py (2πnb) dari klortidak bercampur dengan

orbital 1s dari hydrogen dan dengan demikian tetap beradadalam keadaan atomic (non pengikatan). Elektron-

elektron dalam orbital

ini tidakberkontribusi secara signifkan dalam pengikatan kimia. Karena klor lebih elektronegative daripada hidroge

n, energi orbital 3p nya terletak di bawah energi orbital 1s

darihidrogen. Bila kedelapan electron valensi digunakan untuk HCl, maka konfigurasi orbital molekul yang

dihasilkan adalah:

(3sCl)2 (σ)2 (3pCl)4

            Orde ikatan totalnya adalah 1 sebab elektron-elektron dalam orbital atom

nonpengikatan tidak mempengaruhi orde ikatan.elektron-elektron dalam orbital σ

akan lebihcenderung ditemukan dekat dengan atom klorin dari pada di dekat atom hidrogen,

dandengan demikian HCl memiliki momen dipole Hδ+Cl δ-.

Orde Ikatan (bond order)

Untuk menentukan seberapa stabil suatu molekul diatomik, kita tentu membutuhkan patokan kuantitatifnya.

Disini dapat digunakan orde ikatan sebagai nilai kestabilan tersebut. Semakin besar nilai orde ikatan, semakin stabil

molekul tersebut.

Dari rumus tersebut, dapat disimpulkan semakin banyak elektron pada orbital anti ikatan, semakin tidak stabil

molekul tersebut.
Sebagai contoh urutan kestabilan H2+, H2, He2+, dan He.  

Dengan menggunakan rumus di atas, kita dapat mengurutkan spesi-spesi di atas berdasarkan tingkat

kestabilannya:

H2>H2+>He2+> He.  

Anda mungkin juga menyukai