Anda di halaman 1dari 9

Artikel

Pemilihan Kepala Derah Secara Langsung

Artikel ini Disusun untuk memenuhi

Tugas Perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan

Disusun Oleh:

Sri Palupi 836212672

UPBBJ Jakarta

Tahun Akademik 2020.2


BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemilihan Kepala Daerah adalah Pemilu untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Pemilihan
langsung Kepala Daerah menjadi consensus politik nasional, yang merupakan salah satu
instrument penting penyelenggaraan pemerintahan setelah digulirkannya otonomi daerah di
Indonesia. Sedangkan Indonesia sendiri telah melaksanakan Pilkada secara langsung sejak
diberlakukannya Undang-undang nomor 32 tahun 2004. tentang pemerintahan daerah. Hal ini
apabila dilihat dari perspektif desentralisasi, Pilkada langsung tersebut merupakan sebuat
terobosan baru yang bermakna bagi proses konsolidasi demokrasi di tingkat lokal. Pilkada
langsung akan membuka ruang partisipasi yang lebih luas bagi masyarakat dalam proses
demokrasi untuk menentukan kepemimpinan politik di tingkat lokal. Sistem ini juga membuka
peluang bagi masyarakat untuk mengaktualisasi hak-hak politiknya secara lebih baik tanpa harus
direduksi oleh kepentingan-kepentingan elite politik, seperti ketika berlaku sistem demokrasi
perwakilan. Pilkada langsung juga memicu timbulnya figure pemimpin yang aspiratif,
kompeten, legitimate, dan berdedikasi. brang tentu hal ini karena Kepala Daerah yang terpilih
akan lebih berorientasi pada warga dibandingkan pada segelitir elite di DPRD.

Pembahasan pemilihan Kepala Daerah Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati/Walikota


dan Wakil Bupati/Walikota yang demokratis dan berkualitas, seharunya dikaitkan tidak dengan
pemahaman akan makna demokrasi, tetapi juga aspek normatif yang mengatur penyelenggaraan
Pilkada dan aspek-aspek etika, sosial serta budaya. Semua pihak-pihak yang ikut andil dalam
pelaksanaan Pilkada, harus memahami dan melaksanakan seluruh peraturan perundangan yang
berlaku secar konsisten. Pada dasarnya Pilkada langsung adalah memilih Kepala Daerah yang
profesional, legitimate, dan demokratis, yang mampu mengemban amanat otonomi daerah dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selayaknya Pilkada di Indonesia
dilaksanakan dengan efektif dan tetap menjunjung tinggi asas demokrasi dan hukum.
Pembahasan kali ini penulis ingin menguraikan bagaimana perkembangan pemilihan
kepala daerah di Indonesia dan juga bagaimana demokratisasi di level daerah (lokal).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemilihan Umum Pilkada


Hasil amandemen Undang – Undang Dasar 1945 telah membawa perubahan besar pada
sistem ketatanegaraan indonesia. Salah satu perubahan itu terkait dengan pengisian jabatan
kepala daerah. Pasal 18 ayat 4 UU tahun 1945 menyatakan bahwa “Gubernur, Bupati dan Wali
kota masing-masing sebagai kepala pemerintahan provinsi kabupaten dan kota dipilih secara
demokratis.” Frasa “ dipilih secara demokratis” bersifat luas, sehingga mencakup pengertian
pemilihan kepala daerah langsung oleh rakyat ataupun oleh DPRD seperti yang pada umumnya
pernah dipraktikan diidaerah-daerah berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah memilih Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945[3]. Sebelum diberlakukannya
undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Namun sejak Juni 2005
Indonesia menganut system pemilihan Kepala Daerah secara langsung.

Pada dasarnya daerah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini berkaitan dengan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah yang seharusnya sinkron dengan pemilihan presiden dan wakil presiden, yaitu
pemilihan secara langsung.

Menurut Rozali Abdullah, beberapa alasan mengapa diharuskan pemilihan Kepala


Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung, adalah:

 Mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat. Warga masyarakat di daerah merupakan


bagian yang tak terpisahkan dari warga masyarakat Indonesia secara keseluruhan, yang
mereka juga berhak atas kedaulatan yang merupakan hak asasi mereka, yang hak tersebut
dijamin dalam konstitusi kita Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
Oleh karena itu, warga masyarakat di daerah, berdasarkan kedaulatan yang mereka
punya, diberikan hak untuk menentukan nasib daerahnya masing-masing, antara lain
dengan memilih Kepala Daerah secara langsung.
 Legitimasi yang sama antar Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dengan DPRD.
Sejak Pemilu legislatif 5 april 2004, anggota DPRD dipilih secara langsung oleh rakyat
melalui sistem proporsional dengan daftar calon terbuka. Apabila Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah tetap dipilih oleh DPRD, bukan dipilih langsung oleh rakyat, maka
tingkat legitimasi yang dimiliki DPRD jauh lebih tinggi dari tingkat legitimasi yang
dimiliki oleh Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
 Kedudukan yang sejajar antara Kepala Daerah dan wakil daerah dengan DPRD. Pasal 16
(2) UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa DPRD,
sebagai Badan Legislatif Daerah, berkedudukan sejajar dan menjadi mitra pemerintah
daerah. Sementara itu, menurut Pasal 34 (1) UU No. 22 Tahun 1999 Kepala Daerah
dipilih oleh DPRD dan menurut pasal 32 ayat 2 jo pasal 32 ayat 3 UU No.22 Tahun
1999, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab kepada DPRD.
Logikanya apabila Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab kepada
DPRD maka kedudukan DPRD lebih tinggi daripada Kepala Daerah. Oleh karena itu,
untuk memberikan mitra sejajar dan kedudukan sejajar antar Kepala Daerah dan DPRD
maka keduanya harus sama-sama dipilih oleh rakyat.
 UU No.22 Tahun 2003 tentang Susduk MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Dalam UU diatas,
kewenangan DPRD untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sudah
dicabut.
 Mencegah politik uang. Sering kita mendengar isu politik uang dalam proses pemilihan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah oleh DPRD. Masalah politik uang ini terjadi
karena begitu besarnya wewenang yang dimiliki oleh DPRD dalam proses pemilihan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Oleh karena itu, apabila dilakukan pemilihan
Kepala Daerah secara langsung kemungkinan terjadinya politik uang bisa dicegah atau
setidaknya dikurangi.

2.2 Perkembangan Pilkada di Indonesia


Pemilihan kepala daerah (Pilkada atau Pemilukada) dilakukan secra langsung oleh
penduduk daerah administratif setempat yang memenuhi syarat.pemilihan kepala daerah
dilakukan satu paket bersama dengan wakil kepala daerah
Sebelum tahun 2005 ,kepala daerah dipilih oleh dewan perwakilan rakyat daerah
(DPRD). Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2204 tentang pemerintahan
Daerah,kepla daerah dipilih secara langsung oleh rakyat melaui pemilhan kepala daerah dan
wakil kepala daerah atau disingkat Pilkada pertama kali diselanggarakan bulan jini 2005.
.
Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Thun 2007 tentang penyelengaraan
pemilihan umum ,pilkada dimasukan dalam rezim pemilu ,sehingga secara resmi bernama
pemilihan umum kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disnngkat Pemilukada.pemilihan
kepala daerah pertama yang diselenggarakan berdasarkan Undang-Undang ini adalah pilkada
DKI Jakarta 2007.Pda tahun 2001 ,terbit Undang-Undang baru mengenai penyelengaraan
pemilihan umum yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011.Di dalam undang-undang
ini ,istilah yang digunakan adalah pemilihan Gubernur ,Bupati ,dan Wali kota.
Pada tahun 2014,DPR-RI kembali mengangakt isu krusial terkait pemilihan kepala
daerah secara langsung .sidang Paripurana DPR RI pada tanggal 24 September 2014
memutuskan bahwa Pemilhan kepala Daerah dikembalikan secra langsung ,atau kembali dipilih
oleh DPRD .Putusan pemilihan kepaka daearah tidk langsung didukung oleh 226 anggota DPR
RI yang terdiri Fraksi Partai Golkar berjumlah 73 orang ,Fraksi partai keadilan sejahtera (PKS)
berjumlah 55 orang ,Fraksi partai amanat Nasional (PAN ) berjumlah 44 orang ,fdan Fraksi
Partai Gerindra bejumlah 32 orang.
Keputusan ini telah menyebabkan beberapa pihak kecewa,keputusan ini dinilia sebagai
langkah mundur di bidang “pembangunan” demokrasi ,sehingga masih dicarikan cara untuk
menggagalkan keputusan itu .Bagi sebgaian pihak lain ,pemilukada secara langsung dan tidak
langsung sama saja .Tetapi harus digarisbawahin pemilukada tidak langsung menyebabkan hak
pilih rakyat hilang ,keduan pemilihan tidak langsung menyebabkan anggota DPRD mendapat
dua hak sekaligus.yakni hak pilih dan hak legislasi.
BAB III
PEMBAHASAN
Demokrasi Lokal
Demokratisasi lokal adalah implikasi dari desentralisasi yang dijalankan di daerah-daerah
sebagai perwujudan dari proses demokrasi di Indonesia. Konsepnya mengandaikan pemerintahan
itu dari, oleh dan untuk rakyat. Hal paling mendasar dalam demokrasi adalah keikutsertaan
rakyat, serta kesepakatan bersama atau konsensus untuk mencapai tujuan yang dirumuskan
bersama. Perkembangan desentralisasi menuntut adanya proses demokrasi bukan hanya di
tingkat regional tetapi di tingkat lokal.
Demokrasi di Indonesia pasca Orde Baru hampir selalu dibicarakan secara berkaitan
dengan pembentukan sistem politik yang mencerminkan prinsip keterwakilan, partisipasi, dan
kontrol. Oleh karenanya, pemerintahan yang demokratis mengandaikan pemisahan kekuasaan
dalam tiga wilayah institusi yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif. Suatu pemerintahan
dikatakan demokratis jika terdapat indikator utama yaitu keterwakilan, partisipasi dan kontrol
terhadap penyelenggaraan pemerintahan oleh ketiga institusi tersebut. Prinsip partisipasi
menjamin aspek keikutsertaan rakyat dalam proses perencanaan pembangunan daerah; atau
keikutsertaan rakyat dalam proses pemilihan wakil dalam lembaga politik; sedangkan prinsip
kontrol menekankan pada aspek akuntabilitas pemerintahan. Dalam demokrasi, aspek
kelembagaan merupakan keutamaan dari berlangsungnya praktik politik yang demokratis,
sehingga, terdapat partai politik, pemilihan umum dan pers bebas. Sedangkan, istilah ‘ lokal’
mengacu kepada ‘arena’ tempat praktek demokrasi itu berlangsung.
Demokrasi lokal dalam pemilihan kepala daerah, menjadi momentum yang masih
memberikan pertanyaan besar dalam pelaksanaannya. Pertanyaan ini berkaitan dengan
demokrasi partisipatoris3 yang akan dilakukan. Betapa tidak, pemberian kedaulatan rakyat
daerah pada elitnya masih diwarnai ketidakjelasan, baik dari prosdur kerja penyelenggara
maupun peserta dan posisi pemilihnya.
Dari sisi kedaulatan rakyat daerah, demokrasi lokal dibangun untuk memberikan porsi
yang seharusnya diperoleh rakyat lokal dalam pemberian legitimasi pada elit eksekutifnya.
Selama ini rakyat daerah memberikan kedaulatan hanya pada legislatif daerah saja--melalui
pemilu legislatif. Maka merujuk pada konsep trias politica-nya Montesquieu4 pemisahan
kekuasaan atas tiga lembaga negara untuk konteks pemerintahan daerah terletak pada lembaga
eksekutif dan legislatif daerah, sedangkan dalam kerangka yudikatif menginduk pada
kelembagan pusat. Hal ini terkait dengan pola hubungan pemerintahan pusat daerah dalam asas
desentralisasi. Kedaulatan rakyat dalam kerangka sistem pemerintahan dapat dibagi kedalam
hirarkhi demokrasi nasional dan lokal dari tata cara rekrutmen politiknya.
Ketidakpercayaan rakyat dan era reformasi mendorong adanya pilkada langsung. Hal ini
tidak langsung berkatan dengan baik atau tidaknya demokrasi, karena di negara lain uga terdapat
variasi pelaksanaan demokrasi baik yang langsung, perwakilan bahkan dengan appointment.
Derajat kepentingannya adalah terpilihnya pejabata politik yang akuntabel sesuai dengan needs
for achievment rakyatnya
Desentralisasi merupakan bentuk hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintahan
daerah yang pada umumnya memiliki dua bentuk yaitu: Debvolusi dan dekonsentrasi. Dalam
ideografis Indonesia kita pernah mengenal asas tugas pembantuan atau medebewind sebagai
bagian dari desentralisasi. Berdasarkan ranah politik pemerimtahan maka desentralisasi yang
berkaitan dengan otonomi penyelengaraan pemerintahan di daerah adalah devolusi. Sementara
dekonsentrasi masih merupakan kepanjangan tangan kebijakan pusat di daerah.
Berdasarkan asas desentralisasi hubungan rakyat dan pemerintahan daerah berada dalam
koridor demokrasi daerah. Pelibatan pemerintahan daerah dalam mengurus kewenangannya
merupakan keleleuasaan yang bertujuan untuk pengembangkan demokrasi daerah dan
pembangunan daerah yang pada gilirannya mengarah pada kesejahteraan rakyat di wilayah kerja
daerahnya.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Pemilhan Keppala Daerah dan Wakil Kepala Derah adalah memilih Kepala Daerah dan
Wakil Kepla Dearah dalam Negara Kesatuan Refublik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Sebelum diberlakukannya
undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan kepala daearah.Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah dipilih oleh dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) .Namun sejak juni
2005 Indonesia menganut system pemilhan Kepala Derah secar langsung.

Pemilihan Kepala Derah (Pilkada atau Pemilukada) dilakukan secara langsung oleh
penduduk daerah administratif setempat yang memenuuhi sayarat .pemilihan kepala Daerah
dilkaukan satu paket bersama dengan wakil kepala daerah.

Demokrasi lokal adalah impilkasi dari Desentralisasi yang dijalankan di daerah-daerah


sebgai perwujudan dari proses demokrasi di Indonesia.

4.2 Saran

Pilkada sebagai pengejawatan dari demokrasi lokal sudah selayakanya dipersiapkan


seabik mungkin oleh pemerintah Daerah., KPUD, dan unsur terkait agar permasalahan-
permasalah yang terjadi dalam pemilhan kepala daerah bisa diselelsaikan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-undang nomor 22 tahun 2007 ,pasal 1 ayat 4


2. Undang-undang nomor 22 tahun 2007,pasal 1 ayat 4
3. Rozali Abdullah,pelaksanaan otonomi Luas dengan Pemilihan kepala daearah secara
langsung, PT Raja Grafindo ,2005.hlm 53-55

Anda mungkin juga menyukai