Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG

DISUSUN OLEH
DEVIA PUJI PANGESTI
041303193
PRODI S1 MANAJEMEN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan artikel “Pemilihan Kepala Daerah Secara
Langsung”
Makalah yang kami buat ini ditujukan untuk memenuhi tugas 3 pada sesi 7 perkuliahan serta
berguna untuk memperdalam materi serta untuk mempermudah mempelajari tentang pelihan
kepala daerah yang ada di Indonesia.
Demikian pula makalah yang kami buat ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, kami mohon saran dan kritik demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Dampit , 20 November 2019


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pemilihan Kepala Daerah adalah Pemilu untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilihan
langsung Kepala Daerah menjadi consensus politik nasional, yang merupakan salah satu
instrument penting penyelenggaraan pemerintahan setelah digulirkannya otonomi daerah di
Indonesia.
Pembahasan pemilihan Kepala Daerah yang demokratis dan berkualitas, seharusnya
tidak hanya dikaitkan dengan pemahaman akan makna demokrasi, tetapi juga aspek normatif
yang mengatur penyelenggaraan Pilkada dan aspek-aspek etika, sosial serta budaya. Semua
pihak-pihak yang ikut andil dalam pelaksanaan Pilkada, harus memahami dan melaksanakan
seluruh peraturan perundangan yang berlaku secar konsisten. Pada dasarnya Pilkada langsung
adalah memilih Kepala Daerah yang profesional, legitimate, dan demokratis, yang mampu
mengemban amanat otonomi daerah dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Selayaknya Pilkada di Indonesia dilaksanakan dengan efektif dan tetap menjunjung
tinggi asas demokrasi dan hukum.
Pembahasan kali ini penulis ingin menguraikan bagaimana perkembangan pemilihan
kepala daerah di Indonesia dan juga bagaimana demokratisasi di level daerah (local)

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah yang terkait dengan latar belakang yaitu:
1.2.1 Pengertian Pemilu, Pilkada
1.2.2 Bagaimana Perkembangan Pilkada di Indonesia
1.2.3 Bagaimana Demokratisasi di Tingkat lokal
BAB II
PEMBAHSAN

2.1 PENGERTIAN PEMILU DAN PILKADA


1. PENGETIAN PEMILU
Pemilihan umum atau yang sering disebut dengan pemilu adalah sarana
pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam NKRI yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Unadang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Dalam kontitusi
negara kita, pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 (UUD RI 1945) menyebutkan : “Kedaulatan adalah di Tangan rakyat,
dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”. Makna
keaulatan rakyat yang dimaksud sama dengan makna kekuasaan tertinggi, yaituu
kekuasaan yang terakhir dalam wewenang untuk membuat keputusan. Tidak ada
satu pasalpun yang secara eksplisit menyebutkan bahwa Negara Republik Indonesia
adalah negara demokrasi. Namun karena implementasi kedaulatan adalah di tangan
rakyat, itu artinya tidak lain demokrasi itu sendiri. Dengan demikian, secara implisit
dapatlah dikatakan bahwa negara Republik Indonesia adalah negara demokrasi.
2. PENGETIAN PILKADA
Hasil amandemen Undang – Undang Dasar 1945 telah membawa perubahan
besar pada sistem ketatanegaraan indonesia. Salah satu perubahan itu terkait dengan
pengisian jabatan kepala daerah. Pasal 18 ayat 4 UU tahun 1945 menyatakan bahwa
“Gubernur, Bupati dan Wali kota masing-masing sebagai kepala pemerintahan
provinsi kabupaten dan kota dipilih secara demokratis.”  Frasa “ dipilih secara
demokratis” bersifat luas, sehingga mencakup pengertian pemilihan kepala daerah
langsung oleh rakyat ataupun oleh DPRD seperti yang pada umumnya pernah
dipraktikan diidaerah-daerah berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah memilih Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Sebelum diberlakukannya undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Namun sejak Juni 2005 Indonesia menganut
system pemilihan Kepala Daerah secara langsung.
Pada dasarnya daerah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini berkaitan dengan pemilihan Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang seharusnya sinkron dengan pemilihan
presiden dan wakil presiden, yaitu pemilihan secara langsung.
2.2 PERKEMBANGAN PILKADA DI INDONESIA
Pemilihan kepala daerah (Pilkada atau Pemilukada) dilakukan secara langsung
oleh penduduk daerah administratif setempat yang memenuhi syarat. Pemilihan
kepala daerah dilakukan satu paket bersama dengan wakil kepala daerah.
Sebelum tahun 2005, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kepala daerah dipilih secara langsung
oleh rakyat melalui Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau
disingkat Pilkada. Pilkada pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005.
Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang
Penyelenggara Pemilihan Umum, pilkada dimasukkan dalam rezim pemilu, sehingga
secara resmi bernama Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
atau disingkat Pemilukada. Pemilihan kepala daerah pertama yang diselenggarakan
berdasarkan undang-undang ini adalah Pilkada DKI Jakarta 2007.
Pada tahun 2011, terbit undang-undang baru mengenai penyelenggara pemilihan
umum yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011. Di dalam undang-undang ini,
istilah yang digunakan adalah Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota.
Pada tahun 2014, DPR-RI kembali mengangkat isu krusial terkait pemilihan
kepala daerah secara langsung. Sidang Paripurna DRI RI pada tanggal 24 September
2014 memutuskan bahwa Pemilihan Kepala Daerah dikembalikan secara tidak
langsung, atau kembali dipilih oleh DPRD. Putusan Pemilihan kepala daerah tidak
langsung didukung oleh 226 anggota DPR-RI yang terdiri Fraksi Partai
Golkar berjumlah 73 orang, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berjumlah 55
orang, Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) berjumlah 44 orang, dan Fraksi Partai
Gerindra berjumlah 32 orang.
Keputusan ini telah menyebabkan beberapa pihak kecewa. Keputusan ini dinilai
sebagai langkah mundur di bidang "pembangunan" demokrasi, sehingga masih
dicarikan cara untuk menggagalkan keputusan itu melalui uji materi ke MK. Bagi
sebagian pihak yang lain, Pemilukada tidak langsung atau langsung dinilai sama
saja. Tetapi satu hal prinsip yang harus digarisbawahi (walaupun dalam pelaksanaan
Pemilukada tidak langsung nanti ternyata menyenangkan rakyat) adalah: Pertama,
Pemilukada tidak langsung menyebabkan hak pilih rakyat hilang. Kedua,
Pemilukada tidak langsung menyebabkan anggota DPRD mendapat dua hak
sekaligus, yakni hak pilih dan hak legislasi. Padahal jika Pemilukada secara
langsung, tidak menyebabkan hak pilih anggota DPRD (sebagai warga negara) hak
pilihnya tetap ada

2.3 DEMOKRATISASI LOKAL


Demokratisasi lokal adalah implikasi dari desentralisasi yang dijalankan di
daerah-daerah sebagai perwujudan dari proses demokrasi di Indonesia. Konsepnya
mengandaikan pemerintahan itu dari, oleh dan untuk rakyat. Hal paling mendasar
dalam demokrasi adalah keikutsertaan rakyat, serta kesepakatan bersama atau
konsensus untuk mencapai tujuan yang dirumuskan bersama. Perkembangan
desentralisasi menuntut adanya proses demokrasi bukan hanya di tingkat regional
tetapi di tingkat lokal.
Demokrasi di Indonesia pasca Orde Baru hampir selalu dibicarakan secara
berkaitan dengan pembentukan sistem politik yang mencerminkan prinsip
keterwakilan, partisipasi, dan kontrol. Oleh karenanya, pemerintahan yang
demokratis mengandaikan pemisahan kekuasaan dalam tiga wilayah institusi yaitu
eksekutif, legislatif dan yudikatif. Suatu pemerintahan dikatakan demokratis jika
terdapat indikator utama yaitu keterwakilan, partisipasi dan kontrol terhadap
penyelenggaraan pemerintahan oleh ketiga institusi tersebut. Prinsip partisipasi
menjamin aspek keikutsertaan rakyat dalam proses perencanaan pembangunan
daerah; atau keikutsertaan rakyat dalam proses pemilihan wakil dalam lembaga
politik; sedangkan prinsip kontrol menekankan pada aspek akuntabilitas
pemerintahan. Dalam demokrasi, aspek kelembagaan merupakan keutamaan dari
berlangsungnya praktik politik yang demokratis, sehingga, terdapat partai politik,
pemilihan umum dan pers bebas. Sedangkan, istilah ‘ lokal’ mengacu kepada ‘arena’
tempat praktek demokrasi itu berlangsung.
Demokrasi lokal dalam pemilihan kepala daerah, menjadi momentum yang
masih memberikan pertanyaan besar dalam pelaksanaannya. Pertanyaan ini
berkaitan dengan demokrasi partisipatoris3 yang akan dilakukan. Betapa tidak,
pemberian kedaulatan rakyat daerah pada elitnya masih diwarnai ketidakjelasan,
baik dari prosdur kerja penyelenggara maupun peserta dan posisi pemilihnya.
Dari sisi kedaulatan rakyat daerah, demokrasi lokal dibangun untuk memberikan
porsi yang seharusnya diperoleh rakyat lokal dalam pemberian legitimasi pada elit
eksekutifnya. Selama ini rakyat daerah memberikan kedaulatan hanya pada legislatif
daerah saja--melalui pemilu legislatif. Maka merujuk pada konsep trias politica-nya
Montesquieu4 pemisahan kekuasaan atas tiga lembaga negara untuk konteks
pemerintahan daerah terletak pada lembaga eksekutif dan legislatif daerah,
sedangkan dalam kerangka yudikatif menginduk pada kelembagan pusat. Hal ini
terkait dengan pola hubungan pemerintahan pusat daerah dalam asas desentralisasi.
Kedaulatan rakyat dalam kerangka sistem pemerintahan dapat dibagi kedalam
hirarkhi demokrasi nasional dan lokal dari tata cara rekrutmen politiknya.
Ketidakpercayaan rakyat dan era reformasi mendorong adanya pilkada
langsung. Hal ini tidak langsung berkatan dengan baik atau tidaknya demokrasi,
karena di negara lain uga terdapat variasi pelaksanaan demokrasi baik yang
langsung, perwakilan bahkan dengan appointment. Derajat kepentingannya adalah
terpilihnya pejabata politik yang akuntabel sesuai dengan needs for
achievment rakyatnya  
Desentralisasi merupakan bentuk hubungan antara pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah yang pada umumnya memiliki dua bentuk yaitu: Debvolusi dan
dekonsentrasi. Dalam ideografis Indonesia kita pernah mengenal asas tugas
pembantuan atau medebewind sebagai bagian dari desentralisasi. Berdasarkan ranah
politik pemerimtahan maka desentralisasi yang berkaitan dengan otonomi
penyelengaraan pemerintahan di daerah adalah devolusi. Sementara dekonsentrasi
masih merupakan kepanjangan tangan  kebijakan pusat di daerah.
Berdasarkan asas desentralisasi hubungan rakyat dan pemerintahan daerah
berada dalam koridor demokrasi daerah. Pelibatan pemerintahan daerah dalam
mengurus kewenangannya merupakan keleleuasaan yang bertujuan untuk
pengembangkan demokrasi daerah dan pembangunan daerah yang pada gilirannya
mengarah pada kesejahteraan rakyat di wilayah kerja daerahnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah  memilih Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Sebelum diberlakukannya undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Namun sejak Juni 2005 Indonesia menganut
system pemilihan Kepala Daerah secara langsung.
Pemilihan kepala daerah (Pilkada atau Pemilukada) dilakukan secara langsung
oleh penduduk daerah administratif setempat yang memenuhi syarat. Pemilihan
kepala daerah dilakukan satu paket bersama dengan wakil kepala daerah.
Demokratisasi lokal adalah implikasi dari desentralisasi yang dijalankan di
daerah-daerah sebagai perwujudan dari proses demokrasi di Indonesia.
3.2 SARAN
Pilkada merupakan pemilihan kepada daerah yang dilakukan oleh pemerintah
untuk membantu dalam mengatur sebuah daerah, oleh sebab itu hal tersebut harus
dipersiapkan dengan matang-matang oleh pemerintah daerah, KPUD, dan unsur
terkait agar dapat memperbaiki permasalahan yang mungkin terjadi dimasa yang
akan datang
DAFTAR PUSTAKA

BUKU MODUL MKDU4111

https://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_kepala_daerah_di_Indonesia
https://www.kompasiana.com/ussobah/5cc0db0695760e23c67c027d/demokratisasi-di-
tingkat-lokal-wujud-implementasi-desentralisasi?page=all

Anda mungkin juga menyukai