Askep Jiwa Risa
Askep Jiwa Risa
7. Pengukuran Ansietas
Menurut (Nursalam, 2015), untuk mengetahui sejauh mana derajat
kecernasan seseorang apakah ringan, sedang, berat dan panik, orang
menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan HARS
(Hamilton Rating Scale for Anxiety). Alat ukur ini terdiri dari 14
kelompok, gejala masing - masing kelompok dirinci lagi dengan gejala -
gejala yang spesifik. Masing - masing kelompok diberi penilaian angka
(skore) antara 0 - 4 yang artinya adalah:
Nilai 0 : Tidak ada keluhan (tidak satupun dari gejala yang ada)
1 : Gejala ringan (satu dari gejala yang ada)
2 : Gejala sedang (separuh dari gejala yang ada)
3 : Gejala berat (lebih dari separuh dari gejala yang ada)
4 : Gejala panik (semua dari gejala yang ada)
Masing - masing nilai angka (skore) dari 14 kelompok gejala
tersebut dapat diketahui derajat ansietas seseorang, yaitu:
Kurang 14 : Tidak ada ansietas
14-20 : Ansietas ringan
21-27 : Ansietas sedang
28-41 : Ansietas Berat
42-56 : Ansietas panik
Ada hal - hal yang dinilai dalam alat ukur HARS menurut
(Nursalam, 2015) yang telah dimodifikasi dan diuji validitas
serta reliabilitasnya oleh peneliti :
1. Perasaan cemas : merasa cemas, firasat buruk, takut akan perasaan
sendiri, mudah tersinggung.
2. Ketegangan : merasa tegang, tidak dapat istirahat, mudah terkejut, lesu,
gemetar, gelisah.
3. Ketakutan : takut darah, takut mengalami penyakit parah, takut
ditinggal sendiri, takut dipermalukan.
4. Gangguan tidur : sukar tidur, terbangun tengah malam, tidak pulas,
bangun dengan lesu, mimpi - mimpi, mimpi buruk, mimpi yang
menakutkan.
5. Gangguan kecerdasan : sukar konsentrasi, daya ingat buruk, sering
bingung.
6. Perasaan depresi : kehilangan minat, sedih, bangun dini hari, berkurang
kesenangan pada hobi, perasaan berubah sepanjang hari.
7. Gejala yang terjadi tubuh : nyeri pada otot, kaku, kedutan otot, gigi
gemetar, suara tidak stabil.
8. Gejala saraf : telinga berdenging, penglihatan kabur, muka merah dan
pucat, merasa lemah, perasaan tertusuk - tusuk.
9. Gejala yang terjadi pada jantung dan aliran darah : berdebar - debar,
nyeri dada, denyutan nadi mengeras, rasa lemas mau pingsan, detak
jantung hilang sekejap.
10. Gejala pernafasan : merasa tertekan di dada, perasaan tercekik, merasa
nafas pendek atau sesak, sering menarik nafas panjang.
11. Gejala pada pencernaan : sulit menelan, perut melilit, gangguan
pencernaan, nyeri lambung sebelum / sesudah makan, mual, muntah,
diare, susah buang air besar.
12. Gejala pada perkemihan dan kelamin : sering kencing, tidak dapat
menahan kencing.
13. Gangguan persarafan : mulut kering, muka kering, mudah berkeringat,
pusing, sakit kepala, bulu roma berdiri.
14. Perilaku saat wawancara : gelisah, jari gemetar, tidak tenang, muka
tegang, mengenitkan dahi atau kering, tonus otot meningkat, nafas
pendek dan cepat, muka merah.
8. Upaya Mengatasi Ansietas
Upaya mengatasi ansietas dalam bentuk pertahanan ego, menurut
Sigmund Freud dalam (Mulyagustina et al., 2021) terdapat 7 mekanisme
pertahanan ego untuk mengatasi ansietas, yaitu:
1. Represi
Represi merupakan mekanisme yang dilakukan ego untuk meredakan
ansietas dengan cara menekan dorongan-dorongan yang mejadi
penyebab ansietas tersebut ke dalam ketidaksadaran.
2. Sublimasi
Sublimasi adalah mengubah atau mentransformasikan dorongan-
dorongan primitif yang tidak dapat diterima norma dan masyarakat
luas menjadi dorongan atau aktivitas yang sesuai dengan norma dan
budaya yang berlaku.
3. Proyeksi
Proyeksi adalah pengalihan dorongan, sikap, atau tingkah laku yang
menimbulkan ansietas pada orang lain
4. Displacement
Displacement merupakan tindakan pengalihan objek sasaran atau
seseorang untuk memuaskan kebutuhan yang sebelumnya tidak dapat
dilakukan kepada objek atau orang lain.
5. Rasionalisasi
Rasionalisasi menunjuk kepada upaya individu memutarbalikkan
kenyataan, dalam hal ini kenyataan yang mengancam ego, dengan
dalih tertentu yang seakan-akan masuk akal.
6. Pembentukan Reaksi
Pembentukan reaksi merupakan dorongan-dorongan yang ditekan ke
dalam alam bawah sadar manusia dapat menembus alam sadar dengan
melakukan hal yang bertolak belakang dengan dorongan tersebut.
7. Regresi
Regresi adalah keadaan dimana seseorang mundur secara mental ke
tahap perkembangan sebelumnya. Hal ini dilakukan karena seseorang
tidak sangguo atau mengalami kesulitan untuk maju ke tahap
perkembangan selanjutnya dan kurang matang dalam beradaptasi.
B. Konsep Dasar Penyakit Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi dalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan
darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan
tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak
berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah
secara normal (Wijaya & Putri, 2013).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik
lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastole lebih dari 80 mmHg (Muttaqin,
2014).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastoliknya di atas 90
mmHg (S. & Smeltzer & Bare, 2021)
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hipertensi
adalah suatu kondisi fisik dimana tekanan darah sistoliknya di atas 140
mmHg dan diastoliknya di atas 90 mmHg secara terus menerus dalam
beberapa kali pengukuran.
2. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan etiologi:
a. Hipertensi Primer
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95%
kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,
lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin
angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca
intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti
obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. Hipertensi primer
biasanya timbul pada umur 30 – 50 tahun . (Wijaya, A.; Putri, Y, 2013)
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 %
kasus. Penyebab spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen,
penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer,
dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi
yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain – lain (Wijaya, A.;
Putri, Y, 2013)
3. Patofisiologi Hipertensi
Pengaturan tekanan arteri meliputi kontrol system saraf yang
kompleks dan hormonal yang saling berhubungan satu sama lain dalam
mempengaruhi curah jantung dan tahanan vascular perifer. Hal lain yang
ikut dalam pengaturan tekanan darah adalah reflex baroreseptor dengan
mekanisme di bawah ini. Curah jantung ditentukan oleh diameter arteriol.
Bila diameternya menurun (vasokonstriksi), tahanan perifer meningkat.
Bila diameternya meningkat (vasodilatasi), tahanan perifer akan menurun.
(Mutaqqin , A, 2014).
Pengaturan primer tekanan arteri dipengaruhi oleh baroreseptor
pada sinus karotikus dan arkus aorta yang akan menyampaikan impuls ke
pusat saraf simpatis di medulla oblongata. Impuls tersebut akan
menghambat stimulasi sistem saraf simpatis. Bila tekanan arteri meningkat
maka ujung-ujung baroreseptor akan teregang dan memberikan respons
terhadap penghambat pusat simpatis, dengan respons terjadinya pusat
akselerasi gerak jantung dihambat. Sebaliknya, hal ini akan menstimulasi
pusat penghambat penggerak jantung yang bermanifestai pada penurunan
curah jantung. Hal lain dari pengaruh stimulasi baroreseptor adalah
dihambatnya pusat vasomotor sehingga terjadi vasodilatasi. Gabungan
vasodilatasi dan penurunan curah jantung akan menyebabkan terjadinya
penurunan tekanan darah. Sebaliknya, pada saat tekanan darah turun maka
respons reaksi cepat untuk melakukan proses homeostasis tekanan darah
supaya berada dalam kisaran normal
Mekanisme lain mempunyai reaksi jangka panjang dari adanya
peningkatan tekanan darah oleh faktor ginjal. Renin yang dilepaskan oleh
ginjal ketika aliran darah ke ginjal menurun akan mengakibatkan
terbentuknya angiotensin I, yang akan berubah menjadi angiotensin II.
Angiotensin II meningkatkan tekanan darah dengan mengakibatkan
kontraksi langsung arteriol sehinga terjadi peningkatan resistensi perifer
(TPR) yang secara tidak langsung juga merangsang pelepasan aldosteron,
sehingga terjadi resistensi natrium dan air dalam ginjal serta menstimulasi
perasaan haus. Pengaruh ginjal lainnya adalah pelepasan eritopoetin yang
menyebabkan peningkatan produksi sel darah merah. Manifestasi dari
ginjal secara keseluruhan akan menyebabkan peningkatan volume darah
dan peningkatan tekanan darah secara simultan (Mutaqqin , A, 2014)
Bila terdapat gangguan menetap yang menyebabkan konstriksi
arteriol, tahanan perifer total meningkat dan tekanan arteri rata-rata juga
meningkat. Dalam menghadapi gangguan menetap, curah jantung harus
ditingkatkan untuk mempertahankan keseimbangan sistem. Hal tersebut
diperlukan untuk mengatasi tahanan, sehingga pemberian oksigen dan
nutrient ke sel serta pembuangan produk sampah sel tetap terpelihara.
Untuk meningkatkan curah jantung, system saraf simpatis akan
merangsang jantung untuk berdenyut lebih cepat, juga meningkatkan
volume sekuncup dengan cara membuat vasokonstiksi selektif pada organ
perifer, sehingga darah yang kembali ke jantung lebih banyak. Dengan
adanya hipertensi kronis, baroreseptor akan terpasang dengan level yang
lebih tinggi dan akan merespons meskipun level yang baru tersebut
sebenarnya normal (Mutaqqin , A, 2014)
4. Pathway Hipertensi
ETIOLOGI
Rangsang Pusat vasomotor berbentuk inpuls sekresi kartisol + steroid memperkuat respon vasokontriksi pembuluh darah
Bergerak kebawah system syaraf simpatis ke ginjal penurnan aliran darah ke ginjal
Neuron Ganglion Melepaskan asetol kolin pelepasan rennin-renin yang merangsang pembentukan angiotensin I
yang diubah menjadi angiotensin II
Merangsang serabut saraf pasca ganglion kepembuluh darah merangsang sekresi aldesteron oleh korteks
Kontraksi pembuluh darah bersamaan dengan system syaraf simpatik Reteksi natrium dan air oleh tubulus ginjal
Merangsang pembuluh darah
Respon emosi dengan kelenjar adrenal juga terangsang Penigkatan volume intravaskuler
Hipertensi
Masalah yang sering muncul pada gangguan ansietas adalah sebagai berikut:
a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
b. Gangguan perilaku; kecemasan
c. Koping individu tak efektif
Pohon Masalah:
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
gangguan perilaku; kecemasan
2. Gangguan perilaku; kecemasan berhubungan dengan koping individu tak efektif
ditandai dengan klien tampak gelisah, tegang
A. Perencanaan
Diagnosa Perencanaan
Keperawatan
Tujuan Intervensi
Resiko TUM: Klien tidak mencederai a. BHSP dengan klien
mencederai diri diri sendiri, orang lain dan Memperkenalkan diri dengan sopan dan ekspresi wajah
sendiri, orang lain lingkungan bersahabat
dan lingkungan Tanyakan nama klien
berhubungan Jabat tangan klien
dengan gangguan TUK: Klien mampu
C. Evaluasi
1. Sudahkah ancaman terhadap integritas kulit atau sistem dari pasien
berkurang dalam sifat, jumlah, asal dan waktunya ?
2. Apakah perilaku klien mencerminkan ansietas tingkat ringan atau lebih
ringan ?
3. Sudahkah sumber koping klien dikaji dan dikerahkan dengan adekuat?
4. Apakah klien mengenali ansietasnya sendiri dan mempunyai
pandangan terhadap perasaan tersebut?
5. Apakah klien menggunakan respon koping adaptif?
6. Sudahkan klien belajar strategi adaptif baru untuk mengurangi
ansietas?
7. Apakah klien menggunakan ansietas ringan untuk meningkatkan
pertumbuhan atau perubahan personal?
ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS PADA Ny.S
DENGAN HIPERTENSI
DI RUANG JASMINE RS GATOEL MOJOKERTO
PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 42 Tahun
Status : Menikah
Pendidikan: : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Jenis Kel. : Perempuan
Alamat : Gedongan Gang III Kecamatan Magersari
Tanggal Dirawat (MRS) : 11 Desember 2021
Tanggal Pengkajian : 11 Desember 2021
Ruang Rawat : Ruang Jasmine
B. KELUHAN UTAMA
Pasien datang ke RS dengan keluhan pusing, nyeri kepala belakang, badan
lemas sejak 5 hari yang lalu. Pasien mengatakan merasa cemas dan khawatir
akan kondisinya saat ini karena kepalanya sangat pusing hingga pandangan
mulai kabur, mati rasa dan badannya lemas. Pasien merasa takut dirinya akan
mengalami stroke atau kebutaan sampai tidak bisa tidur di malam hari.
C. FAKTOR PRESIPITASI
D. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Penampilan
Pasien berpenampilan rapi, berpakaian sesuai dengan tempatnya, rambut
pasien disisir rapi
Masalah Keperawatan:-
2. Tingkat Kesadaran
Pasien menyadari bahwa dia sedang tidak berada di rumahnya, pasien juga
sadar dan mengenal dengan siapa dia berbicara dan lingkungannya.
Tingkat kesadaran pasien terhadap waktu, orang dan tempat jelas.
Kesadaran compos mentis, GCS E4V5M6
Masalah Keperawatan : -
3. Disorientasi
Pasien tidak mengalami disorientesi waktu, tempat ataupun orang. Pasien
mengetahui hari ini adalah hari Sabtu tanggal 11 Desember 2021, dirinya
sedang dirawat di RS Gatoel dan pasien masih mengenali anggota
keluarganya.
Masalah Keperawatan:-
4. Aktifitas motorik/Psikomotor
Saat wawancara pasien nampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan
yang diulang-ulang ataupun gemetar. Namun saat membicarakan penyakit
dan kondisinya saat ini, pasien tampak sedikit cemas dan khawatir.
Masalah Keperawatan : Ansietas
5. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan pasien sesuai dengan stimulus
yang diberikan.
Masalah Keperawatan : -
6. Persepsi
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami halusinasi.
Masalah Keperawatan : -
7. Proses pikir
Selama wawancara, pembicaraan pasien jelas dan tidak berbelit-belit, tidak
diulang berkali-kali, dan ada hubungannya antara satu kalimat dengan
kalimat lainnya dalam satu topik pembicaraan
Masalah Keperawatan : -
8. Isi Pikir
Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan isi pikir.
Masalah Keperawatan : -
9. Bentuk Pikir
Pasien berpikir realitisk. Pasien terlihat menunjukkan ekspresi khawatir
dan takut karena pasien merasa trauma untuk masuk kerumah sakit dan
kondisinya saat ini yang semakin menua.
Masalah Keperawatan : Ketakutan
10. Memori
Pasien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa
lalu maupun ini. Pasien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi pasien
sudah makan atau belum. Pasien tidak pernah mengalami gangguan daya
ingat baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Masalah Keperawatan : -
11. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, konsentrasi pasien baik dan fokus terhadap apa yang
ditanyakan oleh perawat
Masalah Keperawatan : -
12. Kemampuan penilaian
Saat diberikan pilihan seperti apakah pasien mendahulukan kegiatan
merapikan tempat tidur atau menyapu. Pasien memilih merapikan tempat
tidur terlebih dahulu karena kata pasien itu juga lebih mendesak.
Masalah keperawatan : -
13. Daya tilik diri
Pasien kurang mengetahui penyakit yang dideritanya.
Masalah Keperawatan : Defisit pengetahuan
14. Interaksi selama wawancara
Selama proses wawancara, pasien mau menjawab pertanyaan perawat.
Kontak mata pasien bagus dan pasien menatap wajah perawat saat
wawancara dan mau menjawab pertanyaan perawat dengan antuasias.
Masalah Keperawatan : -
F. PEMERIKSAAAN FISIK
1. Ukuran Vital :
TD : 190/110 mm/Hg
N : 96 x/m
S : 360 C
P : 24 x/m
2. Ukuran : BB 50 kg TB : 162 cm
Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada pada pukul 16.15 WIB, didapatkan
hasil pemeriksaan tanda-tanda vital seperti dijabarkan di atas, pasien tidak
mengetahui apakah berat badannya mengalami perubahan selama
perawatan.
3. Keluhan fisik :
Pasien mengeluh pandangannya kabur dan lemas.
Masalah Keperawatan :
1. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
Pasien senang dan menerima keadaan tubuhnya dari rambut sampai
ujung kaki. Pasien juga mengatakan tidak mempunyai bagian tubuh
yang tidak disukai.
b. Identitas :
Pasien mengatakan nama lengkapnya “Ny. S”, pasien menyebutkan
tanggal lahirnya dan usianya, pasien juga menyebutkan asalnya dari
Gedongan dan mengatakan sudah menikah dan mempunyai lima anak
c. Peran :
Pasien dalam keluarga berperan sebagai kepala keluarga
d. Ideal diri :
Pasien mengatakan ingin berguna bagi keluarga dan lingkungannya
serta tidak ingin menyusahkan banyak orang karena penyakit yang
dideritanya
e. Harga diri :
Pasien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga
dan orang lain.
Masalah Keperawatan : -
1. Genogram :
42th
Keterangan :
= laki-laki = pasien
= perempuan = menikah
= meninggal = keturunan
Pasien adalah anak terakhir. Pasien berumur 42 tahun. Orang tua pasien sudah
meninggal. Pasien sudah menikah, dan memiliki 5 orang anak. Pasien tinggal
serumah dengan istri dan anak- anaknya. Hubungan pasien dengan
keluarganya terjalin dengan erat dan sangat baik. Orang yang terdekat dengan
pasien adalah istri dan anak-anaknya.
Saat diwawancara reaksi pasien baik, pasien dapat berbicara dengan orang lain
tanpa ada gangguan, dan pasien dapat menyelesaikan masalah yang ada di
keluarga pasien.
Masalah Keperawatan : -
1. Penyakit jiwa
2. Factor presipitasi
3. Koping
4. System pendukung
5. Penyakit fisik
6. Obat-obatan
7. Lainnya : . Saat dilakukan wawancara pasien bertanya tentang bagaimana
proses penyakit dan cara pencegahan terjadinya komplikasi dari penyakit
yang ia derita.
L. ASPEK MEDIK
ANALISA DATA
Data Masalah
DS : Pasien mengatakan merasa cemas dan Ansietas
khawatir akan kondisinya saat ini karena
kepalanya sangat pusing hingga pandangan
mulai kabur, mati rasa dan badannya lemas.
Pasien merasa takut dirinya akan mengalami
stroke atau kebutaan sampai tidak bisa tidur
di malam hari
DO :
a) Saat wawancara membicarakan penyakit dan
kondisinya saat ini, pasien tampak
mengernyitkan dahi
b) Tanda vital meningkat
TD: 190/110 mmHg
N : 96 x/menit
RR; 24x/ menit
c) Pola tidur berubah
DO: Pasien terlihat menunjukkan ekspresi Ketakutan
khawatir dan takut karena pasien merasa
trauma untuk masuk kerumah sakit dan
kondisinya saat ini yang semakin menua
DS : Pasien kurang mengetahui penyakit yang Defisit pengetahuan
dideritanya
Ketakutan ( effect )
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketakutan
2. Ansietas
3. Defisit pengetahuan
MAHASISWA
2. Minggu, 12 “Selamat siang Ibu “Selamat siang , tentu S : Pasien mengatakan yang
Desember 2021 masih ingat dengan saja masih bu” (sambil membuat ia cemas adalah
Pukul. 14.20 WIB saya?” memegang tangan penyakitnya dan kurang
“Ibu bagaimana perawat berjabatan). mengetahui tentang
perasaan Ibu sekarang “Perasaan saya saat ini kondisinya, pencegahan serta
ini? Apakah masih merasa cemas dan pengobatan dari penyakitnya.
NO HARI/TANGGAL TINDAKAN RESPON PASIEN EVALUASI PARAF
merasa cemas dan khawatir tentang O :
khawatir ?” penyakit dan kondisi 1. Pasien menceritakan
saya saat ini” penyebab terjadinya
“Ibu, Ibu mengatakan “Iya, bu. Saya kurang kecemasan dan
merasa khawatir mengetahui dan belum kekhawatirannya
karena Ibu belum paham tentang penyakit kepada perawat.
paham tentang yang saya alami dan 2. Pasien terlihat
kondisi dan penyakit bagaimana cara mengerti dan paham
yang ibu alami, serta mencegahnya Bu” dengan penjelasan
upaya untuk yang diberikan
mencegahnya?” perawat.
A : Tujuan Tercapai
“ Jadi seperti ini Bu, “Oh jadi seperti itu , lalu P : Lanjutkan intervensi
Ibu ini kan memiliki bagaimana cara untuk
riwayat penyakit mencegahnya ?.”
darah tinggi, jadi ibu
kurangi
mengkonsumsi
NO HARI/TANGGAL TINDAKAN RESPON PASIEN EVALUASI PARAF
makanan pedas dan
asam agar penyakit
yang ibu derita tidak
kambuh dan itulah
yang menyebabkan
ibu mual bahkan
sampai muntah.
(………………………………….) (………………………………….)
NIP. NIM.
PEMBIMBING AKADEMIK/CT
(………………………………….)
NIP.