Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PENDAHULUAN ANSIETAS PADA PASIEN HIPERTENSI

A. Konsep Teori Ansietas


1. Pengertian
Ansietas adalah tanggapan dari sebuah ancaman nyata ataupun
khayal. Individu mengalami ansietas karena adanya ketidakpastian dimasa
mendatang. Ansietas dialami ketika berfikir tentang sesuatu tidak
menyenangkan yang akan terjadi (Pieter & Lubis, 2010).
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Tidak ada objek
yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus cemas (Brooks et al., 2016).
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat diatas
bahwa ansietas adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang
sangat mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan karena adanya
ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang
buruk akan terjadi.
2. Penyebab Ansietas
Beberapa teori penyebab ansietas menurut (Brooks et al., 2016)
antara lain:
1. Teori Psikoanalitik
Menurut pandangan psikoanalitik ansietas terjadi karena adanya
konflik yang terjadi antara emosional elemen kepribadian, yaitu id dan
super ego. Id mewakili insting, super ego mewakili hati nurani,
sedangkan ego berperan menengahi konflik yang tejadi antara dua
elemen yang bertentangan. Timbulnya ansietas merupakan upaya
meningkatkan ego ada bahaya.
2. Teori Interpersonal
Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap adanya penolakan dan tidak adanya penerimaan
interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan
trauma, seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan
kelemahan fisik.
3. Teori Perilaku (Behavior)
Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi
yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk
mencapai tujuan.
4. Teori Prespektif Keluarga
Kajian keluarga menunjukan pola interaksi yang terjadi dalam
keluarga. Ansietas menunjukan adanya pola interaksi yang mal adaptif
dalam system keluarga.
5. Teori Perspektif Biologis
Kajian biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor
khususnya yang mengatur ansietas, antara lain : benzodiazepines,
penghambat asam amino butirik-gamma neroregulator serta endofirin.
Kesehatan umum seseorang sebagai predisposisi terhadap ansietas.
3. Fisiologi Munculnya Ansietas
Reaksi takut dapat terjadi melalui perangsangan hipotalamus dan
nuclei amigdaloid. Sebaliknya amigdala dirusak, reaksi takut beserta
manisfestasi otonom dan endokrinnya tidak terjadi pada keadaan- keadaan
normalnya menimbulkan reaksi dan manisfestasi tersebut, terdapat banyak
bukti bahwa nuclei amigdaloid bekerja menekan memori- memori yang
memutuskan rasa takut masuknya sensorik aferent yang memicu respon
takut terkondisi berjalan langsung dengan peningkatan aliran darah
bilateral ke berbagai bagian ujung anterior kedua sisi lobus temporalis.
Sistem saraf otonom yang mengendalikan berbagai otot dan kelenjar
tubuh. Pada saat pikiran dijangkiti rasa takut, sistem saraf otonom
menyebabkan tubuh bereaksi secara mendalam, jantung berdetak lebih
keras, nadi dan nafas bergerak meningkat, biji mata membesar, proses
pencernaan dan yang berhubungan dengan usus berhenti, pembuluh darah
mengerut, tekanan darah meningkat, kelenjar adrenal melepas adrenalin ke
dalam darah. Akhirnya, darah dialirkan ke seluruh tubuh sehingga menjadi
tegang dan selanjutnya mengakibatkan tidak bisa tidur yang menjadi salah
satu gejala ansietas (Barret, et al., 2014).
4. Gejala Klinis Ansietas
Menurut (Nursalam, 2015), keluhan - keluhan yang sering
dikemukakan oleh orang yang mengalami ansietas adalah :
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pemikiran sendiri, mudah
tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi - mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6. Keluhan - keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging, berdebar - debar, sesak nafas gangguan
pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain - lain.
5. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Ansietas
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat ansietas seseorang :
1. Umur
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai saat berulang tahun (Nursalam, 2015). Semakin tua umur
seseorang semakin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap
masalah maka akan sangat mempengaruhi konsep dirinya. Umur
dipandang sebagai suatu keadaan yang menjadi dasar kematangan dan
perkembangan seseorang (Long, 2014).
2. Pendidikan
Pendidikan kesehatan merupakan usaha kegiatan untuk
membantu individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan
kemampuan baik pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk
mencapai hidup secara optimal. Makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah menerima informasi, sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Jadi dapat diasumsikan bahwa faktor
pendidikan sangat berpengaruh terhadap tingkat ansietas seseorang
tentang hal baru yang belum pernah dirasakan atau sangat
berpengaruh terhadap perilaku seseorang terhadap kesehatannya
(Nursalam, 2015).
Menurut (Suliswati, et al., 2015) ada 2 faktor yang mempengaruhi
ansietas yaitu:
1. Faktor predisposisi yang meliputi:
a. Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya ansietas
berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis
perkembangan atau situasional. Peristiwa traumatik dapat
disebabkan karena pengalaman di massa lalu yang menimbulkan
kesedihan, kesusahan, atau kewalahan dalam menghadapinya
sehingga menimbulkan efek psikologis jangka panjang, seperti
menghadapi suatu penyakit yang mengancam nyawa.
b. Pengetahuan. Seseorang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan
kemampuan intelektual akan dapat meningkatkan kemampuan dan
rasa percaya diri dalam menghadapi ansietas mengikuti berbagai
kegiatan untuk meningkatkan kemampuan diri akan banyak
menolong individu tersebut.
c. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan
dan kenyataan dapat menimbulkan ansietas pada individu.
d. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan
individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan
ansietas.
e. Frustasi akan menimbulkan ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
f. Gangguan fisik akan menimbulkan ansietas karena merupakan
ancaman integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri
individu.
g. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani
ansietas akan mempengaruhi individu dalam berespons terhadap
konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu
banyak dipelajari dalam keluarga.
h. Riwayat gangguan ansietas dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi
ansietasnya.
i. Medikasi yang dapat memicu terjadinya ansietas adalah
pengobatan yang mengandung benzodiazepin, karena
benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter gamma amino
butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak
yang bertanggung jawab menghasilkan ansietas.
2. Faktor presipitasi meliputi:
a. Ancaman terhadap integritas fisik, ketegangan yang mengancam
integritas fisik meliputi:
1) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologi system
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal.
2) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi,
tidak adekuatnya tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
1) Sumber internal, meliputi kesulitan dalam berhubungan
interpersonal di rumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap
peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga
dapat mengancam harga diri.
2) Sumber eksternal, meliputi kehilangan orang yang dicintai,
perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok,
social budaya.
6. Tingkat Ansietas
Menurut (Brooks et al., 2016), tingkat ansietas dibagi menjadi 5 yaitu :
a. Tidak ada ansietas
Tidak mengalami perasaan gelisah dan aktivitas otonomi dalam
berespon terhadap ancaman jelas.
b. Ansietas Ringan
Ansietas ini berhubungan dengan kehidupan sehari - hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Ansietas dapat memotivasi belajar dan rnenghasilkan
pertumbuhan kreatifitas.
c. Ansietas Sedang
Ansietas ini memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada
hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang
mengalami perhatian yang selektif namun dalam melakukan sesuatu
yang lebih terarah.
d. Ansietas Berat
Ansietas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.
Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan
spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku
ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu
area lain.
e. Panik
Ansietas ini dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian
terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali,
orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu
walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi
kepribadian dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik,
menurunya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional.
Tabel 1. Indikator Tingkat Ansietas
Kategori Tingkat Ansietas
Ringan Sedang Berat Panik
Perubahan Semakin Tremor dan Komunikasi sulit Komunikasi
verbalisasi sering perubahan dipahami mungkin tidak
bertanya nada suara. dapat dipahami
Perubahan Gelisah ringan Tremor, Peningkatan Peningkatan
aktifitas kedutan aktifitas motorik, aktifitas motorik,
motorik wajah, dan ketidakmampuan agitasi.
gemetar. untuk relaks.
Perubahan Mengantuk, Peningkatan Ekspresi wajah Respon tidak
persepsi ketegangan ketakutan. dapat diprediksi,
dan otot.
perhatian
Perubahan Peningkatan Fokus Ketidak Gemetar,koordina
respirasi perasaan perhatian mampuan untuk si motorik buruk
dan gelisah dan menyempit. fokus atau
sirkulasi. waspada. berkonsentras,
mudah distraksi
Perubahan Penggunaan Mampu Kemampuan Persepsi
lain belajar untuk berfokus belajar sangat mengalami
beradaptasi. tetapi tidak terganggu distorsi atau
perhatian melebih-lebihkan
pada hal-hal
tertentu.
Tidak ada Kemampuan Takikardia, Ketidakmampuan
belajar hiperventilasi untuk belajar atau
sedikit berfungsi
mengalami
gangguan.
Tidak ada Kecepatan Sakit kepala, Dispnea, palpitasi,
napas dan lambung, mual. tersedak nyeri
jantung dada atau
sedikit tertekan.
meningkat. Firasat akan di
Gejala gaster timpa musibah
ringan parestesia,
(mulas) berkeringat.

7. Pengukuran Ansietas
Menurut (Nursalam, 2015), untuk mengetahui sejauh mana derajat
kecernasan seseorang apakah ringan, sedang, berat dan panik, orang
menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan HARS
(Hamilton Rating Scale for Anxiety). Alat ukur ini terdiri dari 14
kelompok, gejala masing - masing kelompok dirinci lagi dengan gejala -
gejala yang spesifik. Masing - masing kelompok diberi penilaian angka
(skore) antara 0 - 4 yang artinya adalah:
Nilai 0 : Tidak ada keluhan (tidak satupun dari gejala yang ada)
1 : Gejala ringan (satu dari gejala yang ada)
2 : Gejala sedang (separuh dari gejala yang ada)
3 : Gejala berat (lebih dari separuh dari gejala yang ada)
4 : Gejala panik (semua dari gejala yang ada)
Masing - masing nilai angka (skore) dari 14 kelompok gejala
tersebut dapat diketahui derajat ansietas seseorang, yaitu:
Kurang 14 : Tidak ada ansietas
14-20 : Ansietas ringan
21-27 : Ansietas sedang
28-41 : Ansietas Berat
42-56 : Ansietas panik
Ada hal - hal yang dinilai dalam alat ukur HARS menurut
(Nursalam, 2015) yang telah dimodifikasi dan diuji validitas
serta reliabilitasnya oleh peneliti :
1. Perasaan cemas : merasa cemas, firasat buruk, takut akan perasaan
sendiri, mudah tersinggung.
2. Ketegangan : merasa tegang, tidak dapat istirahat, mudah terkejut, lesu,
gemetar, gelisah.
3. Ketakutan : takut darah, takut mengalami penyakit parah, takut
ditinggal sendiri, takut dipermalukan.
4. Gangguan tidur : sukar tidur, terbangun tengah malam, tidak pulas,
bangun dengan lesu, mimpi - mimpi, mimpi buruk, mimpi yang
menakutkan.
5. Gangguan kecerdasan : sukar konsentrasi, daya ingat buruk, sering
bingung.
6. Perasaan depresi : kehilangan minat, sedih, bangun dini hari, berkurang
kesenangan pada hobi, perasaan berubah sepanjang hari.
7. Gejala yang terjadi tubuh : nyeri pada otot, kaku, kedutan otot, gigi
gemetar, suara tidak stabil.
8. Gejala saraf : telinga berdenging, penglihatan kabur, muka merah dan
pucat, merasa lemah, perasaan tertusuk - tusuk.
9. Gejala yang terjadi pada jantung dan aliran darah : berdebar - debar,
nyeri dada, denyutan nadi mengeras, rasa lemas mau pingsan, detak
jantung hilang sekejap.
10. Gejala pernafasan : merasa tertekan di dada, perasaan tercekik, merasa
nafas pendek atau sesak, sering menarik nafas panjang.
11. Gejala pada pencernaan : sulit menelan, perut melilit, gangguan
pencernaan, nyeri lambung sebelum / sesudah makan, mual, muntah,
diare, susah buang air besar.
12. Gejala pada perkemihan dan kelamin : sering kencing, tidak dapat
menahan kencing.
13. Gangguan persarafan : mulut kering, muka kering, mudah berkeringat,
pusing, sakit kepala, bulu roma berdiri.
14. Perilaku saat wawancara : gelisah, jari gemetar, tidak tenang, muka
tegang, mengenitkan dahi atau kering, tonus otot meningkat, nafas
pendek dan cepat, muka merah.
8. Upaya Mengatasi Ansietas
Upaya mengatasi ansietas dalam bentuk pertahanan ego, menurut
Sigmund Freud dalam (Mulyagustina et al., 2021) terdapat 7 mekanisme
pertahanan ego untuk mengatasi ansietas, yaitu:
1. Represi
Represi merupakan mekanisme yang dilakukan ego untuk meredakan
ansietas dengan cara menekan dorongan-dorongan yang mejadi
penyebab ansietas tersebut ke dalam ketidaksadaran.
2. Sublimasi
Sublimasi adalah mengubah atau mentransformasikan dorongan-
dorongan primitif yang tidak dapat diterima norma dan masyarakat
luas menjadi dorongan atau aktivitas yang sesuai dengan norma dan
budaya yang berlaku.
3. Proyeksi
Proyeksi adalah pengalihan dorongan, sikap, atau tingkah laku yang
menimbulkan ansietas pada orang lain
4. Displacement
Displacement merupakan tindakan pengalihan objek sasaran atau
seseorang untuk memuaskan kebutuhan yang sebelumnya tidak dapat
dilakukan kepada objek atau orang lain.
5. Rasionalisasi
Rasionalisasi menunjuk kepada upaya individu memutarbalikkan
kenyataan, dalam hal ini kenyataan yang mengancam ego, dengan
dalih tertentu yang seakan-akan masuk akal.
6. Pembentukan Reaksi
Pembentukan reaksi merupakan dorongan-dorongan yang ditekan ke
dalam alam bawah sadar manusia dapat menembus alam sadar dengan
melakukan hal yang bertolak belakang dengan dorongan tersebut.
7. Regresi
Regresi adalah keadaan dimana seseorang mundur secara mental ke
tahap perkembangan sebelumnya. Hal ini dilakukan karena seseorang
tidak sangguo atau mengalami kesulitan untuk maju ke tahap
perkembangan selanjutnya dan kurang matang dalam beradaptasi.
B. Konsep Dasar Penyakit Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi dalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan
darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan
tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak
berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah
secara normal (Wijaya & Putri, 2013).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik
lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastole lebih dari 80 mmHg (Muttaqin,
2014).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastoliknya di atas 90
mmHg (S. & Smeltzer & Bare, 2021)
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hipertensi
adalah suatu kondisi fisik dimana tekanan darah sistoliknya di atas 140
mmHg dan diastoliknya di atas 90 mmHg secara terus menerus dalam
beberapa kali pengukuran.
2. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan etiologi:
a. Hipertensi Primer
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95%
kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,
lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin
angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca
intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti
obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. Hipertensi primer
biasanya timbul pada umur 30 – 50 tahun . (Wijaya, A.; Putri, Y, 2013)
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 %
kasus. Penyebab spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen,
penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer,
dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi
yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain – lain (Wijaya, A.;
Putri, Y, 2013)
3. Patofisiologi Hipertensi
Pengaturan tekanan arteri meliputi kontrol system saraf yang
kompleks dan hormonal yang saling berhubungan satu sama lain dalam
mempengaruhi curah jantung dan tahanan vascular perifer. Hal lain yang
ikut dalam pengaturan tekanan darah adalah reflex baroreseptor dengan
mekanisme di bawah ini. Curah jantung ditentukan oleh diameter arteriol.
Bila diameternya menurun (vasokonstriksi), tahanan perifer meningkat.
Bila diameternya meningkat (vasodilatasi), tahanan perifer akan menurun.
(Mutaqqin , A, 2014).
Pengaturan primer tekanan arteri dipengaruhi oleh baroreseptor
pada sinus karotikus dan arkus aorta yang akan menyampaikan impuls ke
pusat saraf simpatis di medulla oblongata. Impuls tersebut akan
menghambat stimulasi sistem saraf simpatis. Bila tekanan arteri meningkat
maka ujung-ujung baroreseptor akan teregang dan memberikan respons
terhadap penghambat pusat simpatis, dengan respons terjadinya pusat
akselerasi gerak jantung dihambat. Sebaliknya, hal ini akan menstimulasi
pusat penghambat penggerak jantung yang bermanifestai pada penurunan
curah jantung. Hal lain dari pengaruh stimulasi baroreseptor adalah
dihambatnya pusat vasomotor sehingga terjadi vasodilatasi. Gabungan
vasodilatasi dan penurunan curah jantung akan menyebabkan terjadinya
penurunan tekanan darah. Sebaliknya, pada saat tekanan darah turun maka
respons reaksi cepat untuk melakukan proses homeostasis tekanan darah
supaya berada dalam kisaran normal
Mekanisme lain mempunyai reaksi jangka panjang dari adanya
peningkatan tekanan darah oleh faktor ginjal. Renin yang dilepaskan oleh
ginjal ketika aliran darah ke ginjal menurun akan mengakibatkan
terbentuknya angiotensin I, yang akan berubah menjadi angiotensin II.
Angiotensin II meningkatkan tekanan darah dengan mengakibatkan
kontraksi langsung arteriol sehinga terjadi peningkatan resistensi perifer
(TPR) yang secara tidak langsung juga merangsang pelepasan aldosteron,
sehingga terjadi resistensi natrium dan air dalam ginjal serta menstimulasi
perasaan haus. Pengaruh ginjal lainnya adalah pelepasan eritopoetin yang
menyebabkan peningkatan produksi sel darah merah. Manifestasi dari
ginjal secara keseluruhan akan menyebabkan peningkatan volume darah
dan peningkatan tekanan darah secara simultan (Mutaqqin , A, 2014)
Bila terdapat gangguan menetap yang menyebabkan konstriksi
arteriol, tahanan perifer total meningkat dan tekanan arteri rata-rata juga
meningkat. Dalam menghadapi gangguan menetap, curah jantung harus
ditingkatkan untuk mempertahankan keseimbangan sistem. Hal tersebut
diperlukan untuk mengatasi tahanan, sehingga pemberian oksigen dan
nutrient ke sel serta pembuangan produk sampah sel tetap terpelihara.
Untuk meningkatkan curah jantung, system saraf simpatis akan
merangsang jantung untuk berdenyut lebih cepat, juga meningkatkan
volume sekuncup dengan cara membuat vasokonstiksi selektif pada organ
perifer, sehingga darah yang kembali ke jantung lebih banyak. Dengan
adanya hipertensi kronis, baroreseptor akan terpasang dengan level yang
lebih tinggi dan akan merespons meskipun level yang baru tersebut
sebenarnya normal (Mutaqqin , A, 2014)
4. Pathway Hipertensi
ETIOLOGI

Hipertensi Esensial/primer : Hipertensi Renal/Sekunder


Factor yang mempengaruhi : Penyebab spesifiknya seperti :
- Genetik - Penggunaan estrogen
- lingkungan Stres - Penyakit ginjal
- Hiperaktivitas susunan syaraf simpatik - Hipertensi vaskuler renal
- efek dalam ekstresi Na - Hipertensi yg berhubungan
- Obesitas, alcohol, merokok dgn kehamilan

Rangsang Pusat vasomotor berbentuk inpuls sekresi kartisol + steroid memperkuat respon vasokontriksi pembuluh darah

Bergerak kebawah system syaraf simpatis ke ginjal penurnan aliran darah ke ginjal

Neuron Ganglion Melepaskan asetol kolin pelepasan rennin-renin yang merangsang pembentukan angiotensin I
yang diubah menjadi angiotensin II

Merangsang serabut saraf pasca ganglion kepembuluh darah merangsang sekresi aldesteron oleh korteks

Kontraksi pembuluh darah bersamaan dengan system syaraf simpatik Reteksi natrium dan air oleh tubulus ginjal
Merangsang pembuluh darah

Respon emosi dengan kelenjar adrenal juga terangsang Penigkatan volume intravaskuler

Peningkatan aktivitas vasa kontriksi

Hipertensi

Stres salah persepsi Makanan yang berlemak/tinggi Marah/emosi


kolesterol
Susah untuk tidur keterlibatan jantung
Monoton tidak bergizi
MK: kurang penetahuan tentang
penurunan struktur & Fungsional jantung
Sakit Kepala MK: G3 pola tidur proses penyakit
MK: G3 pemenuhan nutrisi Penurunan kontraksi jantung
Darah kurang memompa

MK: G3 rasa nyaman nyeri MK: ansietas MK: G3 perfusi jaringan

Gambar 1 Pathway Asuhan Keperawatan Keluarga Hipertensi


(Setyawan, 2021)
5. Klasifikasi Hipertensi
Tabel 2. 1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7(Seventh Report of The
Joint National Comittee)
Klasifikasi Hipertensi Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prahipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 > 160 > 100
(Sumber: Muttaqin, 2014)
Tabel 2. 2 Klasifikasi Tekanan Darah menurut ESC (European Society of
Cardiology)
Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah
Hipertensi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal < 120 Dan < 80
Normal 120-129 dan/atau 80-84
Normal tinggi 130-139 dan/atau 85-89
Hipertensi Ringan 140-159 dan/atau 90-99
Hipertensi Sedang 160-179 dan/atau 100-109
Hipertensi Berat ≥180 dan/atau ≥110
Hipertensi Sistolik ≥190 Dan <90
Terisolasi
(Sumber : Wijaya & Putri, 2013)
6. Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi
Faktor resiko tekanan darah tinggi menurut (Dalimartha, 2013) adalah:
a. Faktor yang tidak dapat dikontrol
1) Keturunan
Sekitar 70-80% penderita hipertensi esensial ditemukan riwayat
hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan dari kedua
orang tua maka dugaan hipertensi esensial lebih besar. Hipertensi juga banyak
dijumpai pada penderita yang kembar monozigot apabila salah satunya
mengalami hipertensi.
2) Jenis kelamin
Hipertensi lebih mudah menyerang kaum laki-laki daripada
perempuan. Hal ini kemungkinan memiliki faktor pendorong terjadinya
hipertensi seperti ansietas, kelelahan, dan makan tidak terkontrol. Adapun
hipertensi pada perempuan peningkatan resiko terjadi setelah masa menopause
(sekitar usia 45 tahun).
3) Umur
Pada umumnya, hipertensi menyerang pria di atas usia 31 tahun,
sedangkan wanita terjadi setelah usia 45 tahun.
b. Faktor yang dapat dikontrol
1) Kegemukan
Kegemukan merupakan ciri khas dari populasi hipertensi. Daya pompa
jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih
tinggi dibandingkan penderita hipertensi dengan berat badan normal.
2) Konsumsi garam berlebih
Garam mempunyai sifat menahan air. Konsumsi garam yang
berlebihan dengan sendirinya akan menaikkan tekanan darah.
3) Kurang olah raga
Olahraga isotonik seperti bersepeda, jogging, dan aerobik yang teratur
dapat memperlancar peredarah darah sehingga dapat menurunkan tekanan
darah. Orang yang kurang aktif berolahraga pada umumnya cenderung
mengalami kegemukan. Olahraga dapat mengurangi atau mencegah obesitas
serta mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Garam akan keluar dari
dalam tubuh bersama keringat.
4) Merokok dan minum alkohol
Hipertensi juga dirangsang adanya nikotin dalam batang rokok yang
dihisap seseorang. Nikotin meningkatkan penggumpalan darah dalam
pembuluh darah. Nikotin juga dapat menyebabkan pengapuran pada dinding
pembuluh darah. Alkohol merangsang hipertensi karena peningkatan sintesis
katekolamin yang dalam jumlah besar dapat memicu kenaikan tekanan darah.
5) Ansietas
Stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap
tuntutan atasnya. Misalnya bagaimana respon tubuh seseorang yang
bersangkutan mengalami beban pekerjaan yang berlebihan. Bila ia sanggup
mengatasinya artinya tidak ada gangguan pada fungsi organ tubuh, maka
dikatakan yang bersangkutan tidak mengalami stres. Tetapi sebaliknya bila
ternyata ia mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga
yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan
baik, maka ia disebut mengalami diansietas.
Pada saat ansietas, tubuh mengalami ketidak seimbangan hormonal.
Semua hormon yang dikendalikan oleh otak mengalami gangguan
keseimbangan, salah satunya adalah meningkatnya kadar hormon adrenaline
dan respon adrenokortikal. Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh
darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas syaraf
simpatik yang menyebabkan peningkatan tekanan darah (Setyawan, 2021).
7. Manifestasi Klinik
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus
berat, edema pupil (edema pada diskus optikus). Individu yang menderita hipertensi
kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala yang muncul yaitu:
a. Kerusakan Vaskuler
b. Penyakit arteri koroner dengan angina
c. Hipertrofi ventikel kiri
d. Gagal jantung kiri
e. Perubahan patologis pada ginjal (S. C. Smeltzer, 2016)
8. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan Hipertensi menurut (Kemenkes RI, 2013) adalah sebagai
berikut:
a. Non farmakologis
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan
tekanan darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko
permasalahan kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1,
tanpa faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan
tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila
setelah jangka waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang
diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat
dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi. Beberapa pola hidup sehat yang
dianjurkan oleh banyak guidelines adalah :
1) Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan
memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan dapat memberikan manfaat
yang lebih selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan
dislipidemia.
2) Mengurangi asupan garam. Di negara kita, makanan tinggi garam dan lemak
merupakan makanan tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula
pasien tidak menyadari kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan
kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini
juga bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien
hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/
hari
3) Olah raga. Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 –60 menit/
hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah.
Terhadap pasien yang memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus,
sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda
atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka di tempat kerjanya.
4) Mengurangi konsumsi alkohol. Walaupun konsumsi alkohol belum menjadi
pola hidup yang umum di negara kita, namun konsumsi alkohol semakin hari
semakin meningkat seiring dengan perkembangan pergaulan dan gaya hidup,
terutama di kota besar. Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria
atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan
demikian membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol sangat membantu
dalam penurunan tekanan darah.
5) Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti berefek
langsung dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah
satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknya
dianjurkan untuk berhenti merokok.
6) Manajemen Ansietas.
Manajemen stres dapat dilakukan dengan berbagai teknik relaksasi
seperti meditasi, yoga atau hipnosis yang dapat mengontrol sistem syaraf
sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Kurnia, 2021). Manajemen
ansietas dalam asuhan keperawatan ini adalah:
a) Transendental meditasi dan relaksasi nafas dalam
(1) Persyaratan peserta untuk mengikuti relaksasi nafas dalam dan
trancendental meditasi mengalami hipertensi dengan tekanan darah ≥
140 mmHg. Sebelum dilaksanakan intervensi ini pasien dilakukan
pengukuran tekanan darah untuk mendeteksi tekanan darah awal. Pada
tahap pelaksanaan pelaksanaan relaksasi nafas dalam dan meditasi
terdiri dari tahap persiapan dengan mempersiapkan klien (pasien) dan
persiapan lingkungan. Persiapan klien meliputi longgarkan pakaian,
tidak menggunakan sepatu atau sendal, atur posisi supaya rileks dan
konsentrasi yaitu duduk atau berbaring. Persiapan lingkungan dengan
mengatur lingkungan yang nyaman dan tenang, tidak ribut, tidak
berbau, tidak panas, dan tidak sempit agar mudah berkonsentrasi. lebih
baik disertai dengan musik.
(2) Tahap selanjutnya tahap kerja dengan memandu pasien untuk
melakukan relaksasi meditasi. Tahapan ini dilakukan dengan
memastikan pasien dalam posisi tubuh secara nyaman dan rileks
dengan punggung tegak. Pastikan tidak adanya ketegangan atau
tekanan pada otot. Kemudian memandu pasien untuk melakukan
teknik nafas dalam sehingga tubuh dalam keadaan rileks dengan cara
tarik nafas melalui hidung secara perlahan, mendalam, rileks dan
rasakan naiknya perut anda, tahan nafas selama 5 – 10 detik, dan
keluarkan nafas perlahan dan rileks melewati mulut dan rasakan
turunnya perut anda. Lakukan minimal 5 kali siklus pernafasan.
(3) Selanjutnya memandu untuk memejamkan mata dan konsentrasi penuh
untuk memusatkan perhatian pada satu pikiran yang menyenangkan
dan ucapkan 2 kalimat positif dalam hati secara berulang-ulang.
Kemudian diakhiri dengan melakukan teknik nafas dalam (minimal 5
kali siklus pernafasan) dan meminta untuk membuka mata. Evaluasi
setelah melakukan intervensi ini dilakukan pengukuran tekanan darah
kembali untuk mengetahui apakah terdapat penurunan tekanan darah
setelah diberikan intervensi (Nuraeni, 2014).
b) Relaksasi Otot Progresif
(1) Latihan relaksasi ini adalah melakukan gerakan pada otot-otot tubuh
yang bertujuan untuk mengendurkan otot dan saraf. Intervensi tersebut
dilakukan selama 30 menit sebanyak 4 kali intervensi. Persyaratan
peserta untuk mengikuti relaksasi otot progresif adalah mengalami
hipertensi dengan tekanan darah ≥ 140 mmHg. Sebelum dilaksanakan
intervensi ini seluruh pasien dilakukan pengukuran tekanan darah
untuk mendeteksi tekanan darah awal.
(2) Pada pelaksanaan relaksasi otot progresif, perawat memandu pasien
untuk berbaring dengan dengan kepala ditopang bantal. Kemudian
memandu untuk konsentrasi dengan meminta memejamkan mata,
hilangkan semua ketegangan, jauhkan pikiran dari masalah, dan
lemaskan otot-otot yang dirasakan tegang. Selanjutnya perawat
memandu pasien untuk menegangkan dan merileksasikan otot-otot
tubuh. Otot yang digerakkan meliputi otot pergelangan tangan, lengan
bawah, siku dan lengan atas, kepala dan leher, wajah, punggung, dada
dan perut serta paha dan kaki. Kemudian diakhiri dengan relaksasasi
nafas dalam. Evaluasi yang dilakukan setelah intervensi ini adalah
melakukan pengukuran tekanan darah ulang untuk mengetahui apakah
terdapat penurunan tekanan darah setelah diberikan intervensi
(Windarwati, 2013).
b. Terapi farmakologi
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien
hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6
bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2.
Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga
kepatuhan dan meminimalisasi efek samping, yaitu :
1) Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal
2) Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya
3) Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti pada usia
55 – 80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid
4) Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-i)
dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs)
5) Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi farmakologi
6) Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.
9. Komplikasi Hipertensi
Menurut (Wijaya, A.; Putri, Y, 2013), tekanan darah tinggi apabila tidak
ditanggulangi dan diobati, maka dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan
arteri di dalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah arteri tersebut.
Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ berikut ini:
a. Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan
penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan
meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya yang
disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak mampu lagi memompa sehingga
banyak cairan tertahan di paru maupun jaringan tubuh lain yang dapat
menyebabkan sesak napas aau edema yang disebut gagal jantung.
b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila tidak
diobati risiko terkena stroke meningkat 7 kali lipat.
c. Ginjal
Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal, tekanan darah
tinggi dapat menyebabkan kerusakan sistem penyaringan di dalam ginjal
akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak
dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di
dalam tubuh.
d. Mata
Hipertensi dapat menyebabkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat
menimbulkan kebutaan.

10. Manajemen Ansietas


Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya
seperti pada uraian berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
1)  Makan makanan yang berigizi dan seimbang
2)  Tidur yang cukup
3)  Olahraga yang teratur
4)  Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic),
yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,
meprobamate dan alprazolam.
c. Terapi Somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ
tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain
1) Psikoterapi Suportif
2) Psikoterapi Re-Edukatif
3) Psikoterapi Re-Konstruktif
4) Psikoterapi Kognitif Psikoterapi Psikodinamik
5) Psikoterapi Keluarga
6) Terapi Psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan
yang merupakan stressor psikososial.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa Ansietas


1. Pengkajian Data
Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan
perilaku. Secara tidaklangsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping
sebagai upaya untuk melawan ansietas.intensitas perilaku akan meningkat sejalan
dengan peningkatan tingkat ansietas.

Masalah yang sering muncul pada gangguan ansietas adalah sebagai berikut:
a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
b. Gangguan perilaku; kecemasan
c. Koping individu tak efektif
Pohon Masalah:

Resiko mencederai diri


sendiri, orang lain dan
lingkungan

Gangguan prilaku : kecemasan Core Problem

Koping individu tak efektif

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
gangguan perilaku; kecemasan
2. Gangguan perilaku; kecemasan berhubungan dengan koping individu tak efektif
ditandai dengan klien tampak gelisah, tegang
A. Perencanaan
Diagnosa Perencanaan
Keperawatan
Tujuan Intervensi
Resiko TUM: Klien tidak mencederai a. BHSP dengan klien
mencederai diri diri sendiri, orang lain dan  Memperkenalkan diri dengan sopan dan ekspresi wajah
sendiri, orang lain lingkungan bersahabat
dan lingkungan  Tanyakan nama klien
berhubungan  Jabat tangan klien
dengan gangguan TUK: Klien mampu

perilaku ; mengontrol rasa cemasnya


b. Pasien akan terlindung dari bahaya
kecemasan
 Terima dan dukung pertahanan klien
 Kenalkan realita yang berhubungan dengan mekanisme
koping klien
 Berikan umpan balik pada klien tentang perilaku, stressor
dan sumber koping

c. Ciptakan lingkungan tenang dan jauh dari kegaduhan

d. Jauhkan klien dari benda yang berbahaya seperti benda tajam


Gangguan TUM: Klien dapat mengurangi a. Libatkan klien dalam aktivitas sehari- hari
perilaku; dan mengontrol kecemasannya  Beri aktivitas pada klien dan penguatan perilaku
kecemasan produktif.Berikan beberapa jenis latihan fisik
berhubungan  Rencanakan jadwal atau daftar aktivitas yang dapat
dengan koping TUK: Klien mengenal cara- dilakukan setiap hari.
individu tak cara untuk mengurangi  Libatkan keluarga dan sistem pendukung lain
efektif ditandai kecemasannya sebanyak mungkin
dengan klien
tampak gelisah,
b. Klien dapat mengidentifikasi dan menguraikan perasaan tentang
tegang
ansietas
 Bantu klien mengidentifikasi dan
menguraikan perasaan yang mendasar.
 Kaitkan perilaku klien dengan
perilaku dan perasaan tersebut.
 Gunakan pertanyaan terbuka untuk
menghindari konflik

c. Klien dapat menguraikan rencana koping maladaptif dan adaptif


 Gali cara pasien menurunkan
ansietasnya dimasa lalu
 Tunjukkan efek maladaptif dan
destruktif dari respon koping sekarang.
 Dorong klien menggunakan respon
adaptif yang efektif dimasa lalu
B. Pelaksanaan
Pelaksanaan disesuaikan dengan kondisi dan respon klien

C. Evaluasi
1. Sudahkah ancaman terhadap integritas kulit atau sistem dari pasien
berkurang dalam sifat, jumlah, asal dan waktunya ?
2. Apakah perilaku klien mencerminkan ansietas tingkat ringan atau lebih
ringan ?
3. Sudahkah sumber koping klien dikaji dan dikerahkan dengan adekuat?
4. Apakah klien mengenali ansietasnya sendiri dan mempunyai
pandangan terhadap perasaan tersebut?
5. Apakah klien menggunakan respon koping adaptif?
6. Sudahkan klien belajar strategi adaptif baru untuk mengurangi
ansietas?
7. Apakah klien menggunakan ansietas ringan untuk meningkatkan
pertumbuhan atau perubahan personal?
ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS PADA Ny.S
DENGAN HIPERTENSI
DI RUANG JASMINE RS GATOEL MOJOKERTO

PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama            : Ny. S
Umur            : 42 Tahun
Status            : Menikah
Pendidikan:   : SMP
Pekerjaan      : Ibu rumah tangga
Agama          : Islam
Jenis Kel.      : Perempuan               
Alamat          : Gedongan Gang III Kecamatan Magersari
Tanggal Dirawat (MRS) : 11 Desember 2021
Tanggal Pengkajian : 11 Desember 2021
Ruang Rawat : Ruang Jasmine
B. KELUHAN UTAMA
Pasien datang ke RS dengan keluhan pusing, nyeri kepala belakang, badan
lemas sejak 5 hari yang lalu. Pasien mengatakan merasa cemas dan khawatir
akan kondisinya saat ini karena kepalanya sangat pusing hingga pandangan
mulai kabur, mati rasa dan badannya lemas. Pasien merasa takut dirinya akan
mengalami stroke atau kebutaan sampai tidak bisa tidur di malam hari.

C. FAKTOR PRESIPITASI

Keluarga pasien mengatakan pada tanggal 11 Desember 2021 pukul 10.00


WIB, dengan keluhan lemas sejak 5 hari yang lalu. Dikatakan pasien memiliki
riwayat hipertensi dengan pengobatan yang tidak teratur sejak 1 tahun yang
lalu. Keluarga mengatakan pasien mengeluh pandangannya mulai rabun.
Adanya rasa khawatir dan cemas karena penyakitnya semakin parah,
dikarenakan pasien tidak melakukan pengobatan yang teratur. Awalnya hanya
mata kiri yang merabun dan sekarang mata kanan juga mulai rabun sejak 1
minggu yang lalu. Sehingga keluarga mengajak pasien berobat ke Puskesmas
Gedongan dan diberikan obat untuk mengurangi keluhan tersebut. Namun
karena kondisinya yang semakin memburuk sehingga pasien dirujuk ke IGD
RS Gatoel Mojokerto

D. FAKTOR  PREDISPOSISI

1. Riwayat Penyakit Lalu


Pasien mengatakan pernah menderita penyakit hipertensi yang tidak
terkontrol sejak 1 tahun yang lalu dan pandangannya mulai rabun.
2. Riwayat Psikososial
Komunikasi antar keluarga baik, ketika mempunyai masalah pasien
memecahkan masalahnya bersama suami,dan juga anak – anak nya. Pasien
termasuk tipe orang yang terbuka, sering menceritakan keluh kesah yang
dialami kepada suami dan tidak merasa dirinya tidak berharga. Pasien
mengatakan memiliki pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
E. STATUS MENTAL

1. Penampilan
Pasien berpenampilan rapi, berpakaian sesuai dengan tempatnya, rambut
pasien disisir rapi
Masalah Keperawatan:-
2. Tingkat Kesadaran
Pasien menyadari bahwa dia sedang tidak berada di rumahnya, pasien juga
sadar dan mengenal dengan siapa dia berbicara dan lingkungannya.
Tingkat kesadaran pasien terhadap waktu, orang dan tempat jelas.
Kesadaran compos mentis, GCS E4V5M6
Masalah Keperawatan : -
3. Disorientasi
Pasien tidak mengalami disorientesi waktu, tempat ataupun orang. Pasien
mengetahui hari ini adalah hari Sabtu tanggal 11 Desember 2021, dirinya
sedang dirawat di RS Gatoel dan pasien masih mengenali anggota
keluarganya.
Masalah Keperawatan:-
4. Aktifitas motorik/Psikomotor
Saat wawancara pasien nampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan
yang diulang-ulang ataupun gemetar. Namun saat membicarakan penyakit
dan kondisinya saat ini, pasien tampak sedikit cemas dan khawatir.
Masalah Keperawatan : Ansietas
5. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan pasien sesuai dengan stimulus
yang diberikan.
Masalah Keperawatan : -
6. Persepsi
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami halusinasi.
Masalah Keperawatan : -
7. Proses pikir
Selama wawancara, pembicaraan pasien jelas dan tidak berbelit-belit, tidak
diulang berkali-kali, dan ada hubungannya antara satu kalimat dengan
kalimat lainnya dalam satu topik pembicaraan
Masalah Keperawatan : -
8. Isi Pikir
Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan isi pikir.
Masalah Keperawatan : -
9. Bentuk Pikir
Pasien berpikir realitisk. Pasien terlihat menunjukkan ekspresi khawatir
dan takut karena pasien merasa trauma untuk masuk kerumah sakit dan
kondisinya saat ini yang semakin menua.
Masalah Keperawatan : Ketakutan
10. Memori
Pasien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa
lalu maupun ini. Pasien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi pasien
sudah makan atau belum. Pasien tidak pernah mengalami gangguan daya
ingat baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Masalah Keperawatan : -
11. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, konsentrasi pasien baik dan fokus terhadap apa yang
ditanyakan oleh perawat
Masalah Keperawatan : -
12. Kemampuan penilaian
Saat diberikan pilihan seperti apakah pasien mendahulukan kegiatan
merapikan tempat tidur atau menyapu. Pasien memilih merapikan tempat
tidur terlebih dahulu karena kata pasien itu juga lebih mendesak.
Masalah keperawatan : -
13. Daya tilik diri
Pasien kurang mengetahui penyakit yang dideritanya.
Masalah Keperawatan : Defisit pengetahuan
14. Interaksi selama wawancara
Selama proses wawancara, pasien mau menjawab pertanyaan perawat.
Kontak mata pasien bagus dan pasien menatap wajah perawat saat
wawancara dan mau menjawab pertanyaan perawat dengan antuasias.
Masalah Keperawatan : -
F. PEMERIKSAAAN FISIK

1. Ukuran Vital :
TD : 190/110 mm/Hg  
N : 96 x/m     
S : 360 C
P : 24 x/m    
2. Ukuran : BB 50 kg            TB : 162 cm    
Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada pada pukul 16.15 WIB, didapatkan
hasil pemeriksaan tanda-tanda vital seperti dijabarkan di atas, pasien tidak
mengetahui apakah berat badannya mengalami perubahan selama
perawatan.
3. Keluhan fisik :
Pasien mengeluh pandangannya kabur dan lemas.
  Masalah Keperawatan :

G. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)

1. Konsep Diri

a. Citra tubuh  :
Pasien senang dan menerima keadaan tubuhnya dari rambut sampai
ujung kaki. Pasien juga mengatakan tidak mempunyai bagian tubuh
yang tidak disukai.
b. Identitas       :
Pasien mengatakan nama lengkapnya “Ny. S”, pasien menyebutkan
tanggal lahirnya dan usianya, pasien juga menyebutkan asalnya dari
Gedongan dan mengatakan sudah menikah dan mempunyai lima anak
c. Peran            :
Pasien dalam keluarga berperan sebagai kepala keluarga
d. Ideal diri      :
Pasien mengatakan ingin berguna bagi keluarga dan lingkungannya
serta tidak ingin menyusahkan banyak orang karena penyakit yang
dideritanya
e. Harga diri    :  
Pasien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga
dan orang lain.
Masalah Keperawatan : -
1. Genogram :

42th

 Keterangan :

= laki-laki = pasien

= perempuan = menikah

= meninggal = keturunan

= tinggal serumah = orang terdekat

Pasien adalah anak terakhir. Pasien berumur 42 tahun. Orang tua pasien sudah
meninggal. Pasien sudah menikah, dan memiliki 5 orang anak. Pasien tinggal
serumah dengan istri dan anak- anaknya. Hubungan pasien dengan
keluarganya terjalin dengan erat dan sangat baik. Orang yang terdekat dengan
pasien adalah istri dan anak-anaknya.

11. Hubungan sosial

b. Orang yang berarti/terdekat:


Pasien mengatakan orang terdekat yang biasanya diajak untuk
memecahkan masalah adalah suami dan anak-anaknya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok /masyarakat:
Pasien mengatakan pasien jarang mengikuti kegiatan yang
dilaksanakan di dalam masyarakat baik itu yang bersifat adat maupun
umum karena kondisi pasien yang semakin menua.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Pasien mengatakan tidak mengalami hambatan dalam menjalin
hubungan dengan orang lain.                
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
12. Spiritual dan Kultural

a. Nilai dan keyakinan


Pasien beragama Islam dan yakin dengan adanya Tuhan Yang Maha
Esa, Pasien tidak mempunyai keyakinan yang berlebih terhadap agama
yang dianutnya.
b. Kegiatan ibadah
Pasien rajin sholat setiap hari dan selalu mengikuti acara keagamaan
dirumah
Masalah Keperawatan: -

H. AKTIVITAS SEHARI-HARI (ADL)

1. Makan dengan bantuan minimal


2. Defekasi/berkemih dengan bantuan minimal
3. Mandi dengan bantuan minimal
4. Berpakaian/berhias dengan bantuan minimal
5. Istirahat dan tidur
 Tidur siang lama : 13.00 s.d 14.30
 Tidur malam lama : 21.00 s.d 05.00
 Aktivitas sebelum/setelah tidur : mencuci muka dan kencing
6. Penggunaan obat dengan bantuan minimal
7. Pemeliharaan kesehatan
Pasien mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti : mandi, makan,
berpakaian secara mandiri. Pasien memiliki gangguan pola tidur. Aktivitas
pasien di dalam rumah biasanya merapikan atau bersih-bersih halaman
rumah, memcuci bajunya, sedangkan kebutuhan pasien di luar rumah
biasanya melakukan perjalanan atau berpergian dengan dibantu oleh
keluarga atau suami.
Masalah Keperawatan : -
I. MEKANISME KOPING

Saat diwawancara reaksi pasien baik, pasien dapat berbicara dengan orang lain
tanpa ada gangguan, dan pasien dapat menyelesaikan masalah yang ada di
keluarga pasien.
Masalah Keperawatan : -

J. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

1. Masalah dengan dukungan kelompok


Tidak ada masalah dengan dukungan kelompok, sebab pasien dapat
berkumpul dan bersosialisasi dengan keluarga dan tetangga.
2. Masalah berhubungan dengan pendidikan
Pasien tidak bersekolah
3. Masalah dengan pekerjaan
Pasien tidak bekerja, pasien sebagai ibu rumah tangga.
4. Masalah dengan perumahan
Tidak ada masalah dengan perumahan, spesifiknya pasien mempunyai
tempat tinggal yang bersih dan luas
5. Masalah dengan ekonomi
Tidak ada masalah dengan ekonomi
6. Masalah lainnya
Tidak ada masalah dengan dukungan lingkungan, spesifiknya pasien
cukup berinteraksi dengan orang lain.
Masalah keperawatan : -
K. KURANG PENGETAHUAN TENTANG

1. Penyakit jiwa
2. Factor presipitasi
3. Koping
4. System pendukung
5. Penyakit fisik
6. Obat-obatan
7. Lainnya : . Saat dilakukan wawancara pasien bertanya tentang bagaimana
proses penyakit dan cara pencegahan terjadinya komplikasi dari penyakit
yang ia derita.

L. ASPEK MEDIK

1. Diagnosa medik : Hipertensi


2. Terapi medik : Tanggal 11 Desember 2021
 Infus Ns 20 tpm
 Amlodipine 1 x 5 mg oral
 Valsartan 1 x 80 mg oral
 Ondancentron 3 x 4 mg IV
 Antasida 3 x 10 ml

ANALISA DATA

Data Masalah
DS : Pasien mengatakan merasa cemas dan Ansietas
khawatir akan kondisinya saat ini karena
kepalanya sangat pusing hingga pandangan
mulai kabur, mati rasa dan badannya lemas.
Pasien merasa takut dirinya akan mengalami
stroke atau kebutaan sampai tidak bisa tidur
di malam hari
DO :
a) Saat wawancara membicarakan penyakit dan
kondisinya saat ini, pasien tampak
mengernyitkan dahi
b) Tanda vital meningkat
TD: 190/110 mmHg
N : 96 x/menit
RR; 24x/ menit
c) Pola tidur berubah
DO: Pasien terlihat menunjukkan ekspresi Ketakutan
khawatir dan takut karena pasien merasa
trauma untuk masuk kerumah sakit dan
kondisinya saat ini yang semakin menua
DS : Pasien kurang mengetahui penyakit yang Defisit pengetahuan
dideritanya

M. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN ( POHON MASALAH )

Ketakutan ( effect )

Kecemasan/ansietas ( core problem )

Defisit pengetahuan (edcausa)

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketakutan
2. Ansietas
3. Defisit pengetahuan

MAHASISWA

RISA KARUNI DIANA ANGGARA


INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Ansietas TUM :
Pasien mampu
mengurangi dan
mengontrol
kecemasannya.
TUK : 1. Bina hubungan 1. Pembinaan
1. Setelah diberikan saling percaya hubungan
askep selama 1 dengan : saling percaya
kali pertemuan a. Sapa pasien merupakan
(tiap dengan ramah dasar
pertemuan  20 baik verbal terjalinnya
menit) diharapkan maupun non komunikasi
pasien membina verbal terbuka
hubungan saling b. Perkenalkan diri sehingga
percaya dengan dengan sopan. meningkatkan
KH : c. Tanyakan nama rasa
a. Wajah pasien lengkap pasien komunikasi
cerah dan dan nama pasien.
tersenyum panggilan yang
b. Pasien mau disukai.
membalas d. Penjelasan
salam. tujuan
c. Pasien mau pertemuan.
menyebutkan e. Jujur dan
nama sambil menepati janji
berjabat tangan f. Tunjukkan sikap
dan ada kontak empati dan
mata menerima pasien
d. Pasien bersedia apa adanya.
menceritakan
perasaannya

TUK : 1. Adakan kontak 1. Dapat


2. Pasien dapat sering dan singkat mengetahui
mengidentifikasi secara bertahap. kapan pasien
dan 2. Bantu pasien untuk mengalami
menggambarkan mengidentifikasi dan kecemasan.
perasaan tentang menggambarkan 2. Untuk
kecemasannya perasaan yang mengadopsi
dengan KH : mendasari koping yang
a. Pasien dapat kecemasannya. baru, pasien
menyebutkan 3. Gunakan pertanyaan pertama kali
waktu, isi, terbuka beralih dari harus
frekuensi topik yang tidak menyadari
timbulnya mengancam ke isu perasaan dan
kecemasan. konflik mengatasi
b. Pasien dapat 4. Tinjau penilaian penyangkalan
mengungkapka terhadap stresor, yang disadari
n perasaannya nilai-nilai yang atau tidak
terhadap terancam dan cara disadari
kecemasannya. konflik berkembang

TUK : 1. Identifikasi bersama


3. Pasien dapat pasien cara /
mengidentifikasi tindakan yang 1. Mengetahui
penyebab dilakukan jika cara yang
kecemasannya terjadi kecemasan. terbaik untuk
dengan KH : 2. Ajarkan teknik mengontrol
a. Pasien dapat distraksi dan kecemasan
menceritakan relaksasi
penyebab
kecemasan
b. Pasien dapat
menyebutkan
tindakan yang
biasanya
dilakukan untuk
mengendalikan
kecemasannya.
c. Pasien dapat
memilih cara
mengatasi
kecemasannya.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NO HARI/TANGGAL TINDAKAN RESPON PASIEN EVALUASI PARAF
1. Sabtu, 11 Desember Salam terapeutik : S : Pasien mengatakan
2021 Pukul. 14.20 selamat siang Ibu namanya Sinta, biasa
WIB (tersenyum dipanggil Bu Sinta dan
mendekati pasien) “Nama saya Sinta, Pasien mengatakan tidak
“Bu kenalkan nama panggil saja saya Bu bekerja hanya sebagai ibu
saya Risa, Ibu bisa Sinta, Ibu disini bersama rumah tangga.
manggil saya Perawat suami” O:
Risa, nama Ibu siapa 1. Pasien mau
dan senang dipanggil menjawab salam
siapa? Ibu dengan 2. Pasien mau
siapa disini? berbincang dengan
Kontrak : perawat
“Sekarang kita “Ya” 3. Pasien
mengobrol selama 20 mengungkapkan
menit disini ya, Bu? penyebab
kecemasannya.
“Bagaimana perasaan “Perasaan saya biasa- A : Tujuan Khusus tercapai
NO HARI/TANGGAL TINDAKAN RESPON PASIEN EVALUASI PARAF
Ibu hari ini? biasa saja , tetapi saya P : Lanjutkan ke Tujuan
merasa tidak nyaman khusus selanjutnya
“Ibu Sinta sudah karena saya kembali
menyebutkan nama dirawat dirumah sakit”.
dan panggilan Ibu
Sinta, usia Ibu “ Usia saya sekarang 82
sekarang berapa? Tahun”

“Ibu Sinta bekerja


dimana?
“Saya tidak bekerja,
saya hanya seorang ibu
“Ibu tinggal dirumah rumah tangga”
dengan siapa? Ibu
mempunyai anak “ Saya tinggal bersama
berapa? suami dan anak-anak
saya. Anak saya yang
“Nama suami ibu kedua sudah meninggal
NO HARI/TANGGAL TINDAKAN RESPON PASIEN EVALUASI PARAF
siapa? dan bekerja karena Hepatitis B”
dimana? “ Suami  saya namanya
Ade , beliau bekerja
sebagai karyawan
pabrik”.

“Ibu mempunyai “Saya saudara bertiga,


saudara berapa? Dan dan saya anak paling
anak ke berapa? terakhir ”.

“Ibu boleh saya tahu “Aktivitas yang sering


aktivitas ibu sehari- saya lakukan adalah
hari? Bagaimana merapikan tempat tidur,
kalau sekarang Ibu menyapu, selain untuk
bercerita tentang apa mengurusi suami
yang sering ibu dirumah”
lakukan?
NO HARI/TANGGAL TINDAKAN RESPON PASIEN EVALUASI PARAF
“Ibu sejak kapan “Saya kurang
mengetahui penyakit mengetahui tentang
yang ibu derita saat penyakit yang saya
ini ini?” alami saat ini”

“Menurut Ibu Sinta “Mungkin karena pola


faktor penyebab Ibu makan saya yang kurang
terserang penyakit itu tepat, dan saya sering
apa?” makan pedas”

“ Nah, menurut Ibu, “ Nah, itu yang saya


bagaimana sih belum tahu , tapi kata
caranya mengetahui dokter saya disuruh
tanda dan gejala menjaga pola makan dan
penyakit Ibu ? tidak boleh makan
mkanan yang pedas”

“ Baik kalau begitu “Iya, terima kasih “


NO HARI/TANGGAL TINDAKAN RESPON PASIEN EVALUASI PARAF
bu nanti sebentar
dipertemuan
selanjutnya, mungkin
saya akan
menpenjelasan
bagaimana cara untuk
melakukan
pencegahan terhadap
penyakit ini, agar
menghindari resiko
komplikasi yang
mungkin muncul iya
bu “
“Ibu Sinta tidak “Iya, saya tunggu”.
terasa kita sudah
mengobrol 20 menit,
jadi kita cukupkan
dulu pembicaraan kita
NO HARI/TANGGAL TINDAKAN RESPON PASIEN EVALUASI PARAF
karena waktunya
sudah habis, jadi
besok saya kesini lagi
untuk melanjutkan
nya sambil mengecek
tensi ibu di jam yang
sama, selama 20
menit kembali kita
ngobrol-ngobrol,
terimasih
sebelumnya”.

2. Minggu, 12 “Selamat siang Ibu “Selamat siang , tentu S : Pasien mengatakan yang
Desember 2021 masih ingat dengan saja masih bu” (sambil membuat ia cemas adalah
Pukul. 14.20 WIB saya?” memegang tangan penyakitnya dan kurang
“Ibu bagaimana perawat berjabatan). mengetahui tentang
perasaan Ibu sekarang “Perasaan saya saat ini kondisinya, pencegahan serta
ini? Apakah masih merasa cemas dan pengobatan dari penyakitnya.
NO HARI/TANGGAL TINDAKAN RESPON PASIEN EVALUASI PARAF
merasa cemas dan khawatir tentang O :
khawatir ?” penyakit dan kondisi 1. Pasien menceritakan
saya saat ini” penyebab terjadinya
“Ibu, Ibu mengatakan “Iya, bu. Saya kurang kecemasan dan
merasa khawatir mengetahui dan belum kekhawatirannya
karena Ibu belum paham tentang penyakit kepada perawat.
paham tentang yang saya alami dan 2. Pasien terlihat
kondisi dan penyakit bagaimana cara mengerti dan paham
yang ibu alami, serta mencegahnya Bu” dengan penjelasan
upaya untuk yang diberikan
mencegahnya?” perawat.
A : Tujuan Tercapai
“ Jadi seperti ini Bu, “Oh jadi seperti itu , lalu P : Lanjutkan intervensi
Ibu ini kan memiliki bagaimana cara untuk
riwayat penyakit mencegahnya ?.”
darah tinggi, jadi ibu
kurangi
mengkonsumsi
NO HARI/TANGGAL TINDAKAN RESPON PASIEN EVALUASI PARAF
makanan pedas dan
asam agar penyakit
yang ibu derita tidak
kambuh dan itulah
yang menyebabkan
ibu mual bahkan
sampai muntah.

“Biasanya “ Oh jadi seperti itu Bu,


pencegahan yang tapi Ibu kadang-kadang
dilakukan dengan saya juga masih cemas
kurangi dan khawatir ,
mengkonsumsi seandainya saya
makanan asin, dan mengalami sakit nanti
gurih, mengatur pola dirumah “
makan, mengatur
aktivitas, lebih
banyak berolahraga“
NO HARI/TANGGAL TINDAKAN RESPON PASIEN EVALUASI PARAF
3. Minggu, 12 “ Nah Ibu kan sudah “ Baik , Ibu bisa ajarkan S : Pasien mengatakan takut
Desember 2021 tau sekarang saya teknik nafas dalam akan kembali merasa
Pukul. 14.20 WIB bagaimana kondisi sepertinya itu yang khawatir dan cemas di
dan penyakit serta paling gampang “ rumah, saat diberikan teknik
pencegahan dari relaksasi untuk mengatasi
penyakit darah tinggi kecemasannya pasien
yang ibu derita. Jadi memilih menggunakan
Ibu tidak perlu teknik relaksasi nafas dalam.
khawatir , namun O :
apabila Ibu berkenan 1. Pasien memilih
saya memiliki teknik relaksasi nafas
beberapa cara untuk dalam
mengatasi atau 2. Pasien melakukan
mengurangi teknik relaksasi nafas
kecemasan yang Ibu dalam untuk
rasakan dan mungkin mengurasi rasa cemas
bisa diterapkan di A : Tujuan tercapai
rumah. Ada yang P : Pertahankan kondisi
NO HARI/TANGGAL TINDAKAN RESPON PASIEN EVALUASI PARAF
dinamakan teknik pasien.
relaksasi, teknik
relaksasi tersebut
terdiri dari meditasi,
mendengarkan musik,
dan menikmati
hiburan, teknik
pernapasan dalam,
dan yoga. Ibu Sinta
bisa memilih salah
satu teknik relaksasi
tersebut.”

“ Baiklah Bu, “Baiklah, Bu.”


sekarang kita mulai
latihan relaksasi nafas
dalamnya”
NO HARI/TANGGAL TINDAKAN RESPON PASIEN EVALUASI PARAF
“Bagaimana perasaan “Saya merasa lebih baik
Ibu setelah kita Bu”
mengobrol tentang
masalah yang Ibu
rasakan dan latihan
teknik relaksasi napas
dalam?”

“Ibu Sinta tidak “Baik,Bu. Terima kasih.


terasa kita sudah
mengobrol selama 20
menit. Jadi, kita
cukupkan sampai di
sini pembicaraan kita.
Seandainya ada yang
perlu Ibu tanyakan
lagi nanti bisa panggil
saya di Nurse Station
NO HARI/TANGGAL TINDAKAN RESPON PASIEN EVALUASI PARAF
di dapan bu ya, Selamat siang”
Selamat Siang bu”
LEMBAR PENGESAHAN

PEMBIMBING PRAKTIK/CI MAHASISWA

(………………………………….) (………………………………….)
NIP. NIM.

PEMBIMBING AKADEMIK/CT

(………………………………….)
NIP.

Anda mungkin juga menyukai