ILMU MUHKAM DAN MUTASYABIH - Compressed - Compressed-Compressed
ILMU MUHKAM DAN MUTASYABIH - Compressed - Compressed-Compressed
“mutasyabih” dalam berbagai ragam dan bentuknya dikemukakan sebanyak dua belas
kali yang terpencar dalam beberapa surah dan ayat di dalam Al-Qur`an. Kedua kata
tersebut memiliki beragam arti baik menurut etimologi maupun terminologi.
Muhkam secara etimologis adalah sesuatu yang tidak ada perselisihan dan kekacauan di
dalamnya, dan ada yang mengatakan bahwa Muhkam ialah sesuatu yang belum menjadi
mutasyabih karena keterangannya sudah tegas dan tidak membutuhkan kepada yang
lain. Muhkam merupakan derivasi dari kata ahkama yaitu atqana.
b. Muhkam li ghairihi, adalah ayat-ayat yang belum dinasakh pada zaman Rasulullah,
sebagaimana dikemukakan oleh al-Baazdawi dalam Kasyf al-Asrar yang dikutip oleh al-`Aks,
“ yang tidak dinasakh sehingga terputusnya wahyu dan Nabi telah wafat, maka ini dinamakan
muhkam li ghairihi, jenis ini mencakup al-dzahir, al-nash, al-mufassar, dan al-muhkam”,
karena masing-masing belum terkena nasakh hingga muhkam yang disebabkan oleh terputusnya
kemungkinan adanya nasakh. Artinya dianggap muhkam ini karena suatu lafadz yang
menunjukkan atas keabadian berlakunya, sehingga tidak dapat dimansukhkan, atau muhkam
karena faktor luar bila tidak dapatnya lafadz itu dinasakh bukan karena nash atau teks nya itu
sendiri tetapi karena tidak ada nash yang menasakhnya. Contohnya ada pada Q.S An-Nur[24] :4
2). Mutasyabih
a. Mutasyabih ayat yang terdapat dalam lafadz huruf berupa huruf-huruf pada
permulaan beberapa surah dalam Al-Qur`an.
b. Mutasyabih yang terdapat dalam mafhum ayat seperti yang terdapat pada
ayat-ayat yang berbicara tentang sifat-sifat Allah
SEBAB-SEBAB TERJADINYA TASYABUH
DALAM AL-QUR’AN
1. Kesamaran pada lafal ayat
Adanya sebagian ayat ayat mutasyabihat didalam al qur’an disebabkan oleh kesamaran pada
lafal mufrod maupun murakab (yang tersusun dalam kalimat). Yang dimaksud dengan
kesamaran pada lafal mufrad adalah adnya lafal tunggal yang maknanya tidak jelas, baik
disebabkan karena gharib (asing) atau musytarak ( bermakna ganda).
b. Aspek cara (Al Kaifiyah) yang termasuk dalam kategori ini adalahmengenai cara
melaksanakan kewajiban yang diperintahkan oleh agama atau kelaksanakan kesunahan.
c. Aspek waktu, dalam hal ini kesamaran atau ketersembunyian terletak pada keumuman dari
petunjuk yang dibawakan oleh ayat al Qur’an itu sendiri.
d. Aspek tempat hal ini terkait erat dengan ketersembunyian atau kesamaran lafal dan makna
yang terdapat pada ayat-ayat mutasyabihat.
e. Aspek syarat adalah syarat dalam melaksanakan suatu kewajiban, baik mengenai ibadah
maupun mu’amalah tidak dirinci dalam ayat ayat tersebut.
PANDANGAN & SIKAP ULAMA TENTANG
AYAT-AYAT MUTASYABIHAT
Pendapat kedua mengatakan bahwa makna yang terkandung dalam ayat mutasyabih dapat
diketahui orang tertentu yang sudah mendalam ilmunya. Pendapat ini di pelopori ahli tafsir
dari kalangan tabi’in yang bernama Mujahid.
Perbedaan pendapat ini berasal dari perbedaan pemahaman terhadap QS.Ali-Imran ayat 7
Ada pula pendapat yang mengatakan makna ayat mutasyabih dapat
diketahui oleh orang yang mendalam ilmunya beralasan bahwa
“waw” yang ada pada kalimat “warrasikhuna fil ‘ilmi” adalah
“waw athaf” bukan “waw isti’naf ” yang di ’athafkan pada kalimat
sebelumnya yaitu kalimat “illallah” dan kalimat “ya quluna”
menjadi “Hal"