Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tekanan Osmotik
Landasan Teori
Π = M R T
dimana M adalah molaritas larutan, R adalah konstanta gas (0,082 L.atm/K.mol) dan T adalah suhu
mutlak. Tekanan osmotik dinyatakan dalam atmosfer. Karena pengukuran tekanan osmotik
dilakukan pada suhu tetap, kita bisa menyatakan konsentrasi disini dengan satuan yang lebih mudah
yaitu molaritas bukan molalitas.
1. Pengaruh Konsentrasi
Seperti halnya kenaikan titik didih dan penurunan titik beku, tekanan osmotik berbanding lurus
dengan konsentrasi larutan. Ini tentunya sudah diperkirakan, dengan tetapa mengingat bahwa
semua sifat koligatif hanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarut dalam larutan. Adanya
pengaruh konsentrasi ini maka akan mempengaruhi pula tekanan osmotik sehingga terdapat istilah
isotonik, hipertonik, dan hipotonik.
2. Pengaruh Suhu
Tekanan osmotik berbanding lurus dengan suhu absolut. Sesuai persamaan Π = M R T. Dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu absolut maka semakin tinggi tekanan osmotik.
3. Pengaruh Molekular
Larutan-larutan encer dari zat terlarut yang berbeda dengan konsentrasi yang sama pada
temperatur yang sama mempunyai tekanan osmotik yang sama.
Suatu zat terlarut dalam larutan encer mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan
tekanan gas jika zat ini dalam keadaan gas dengan volume yang sama seperti volume larutan pada
temperatur yang sama.
Dari persamaan Π.V = R.T (hukum gas PV = RT) untuk satu mol gas dengan volume 22,4
dm3 pada 0˚C akan mempunyai tekanan 1 atm. Demikian pula halnya dengan satu mol zat terlarut
yang tidak mengion dalam larutan 22,4 dm 3 pada suhu 0˚C, mempunyai tekanan osmotik satu atm
BAB III
METODE PERCOBAAN