Evaluasi Bisnis Restoran Parara Di Cempaka Mas Jakarta
Evaluasi Bisnis Restoran Parara Di Cempaka Mas Jakarta
DI CEMPAKA MAS
JAKARTA
IDOTA GINTING
Idota Ginting
H24114082
iii
ABSTRAK
IDOTA GINTING. Studi Kelayakan Bisnis Restoran Parara di Cempaka Mas
Jakarta. Dibimbing oleh ABDUL KOHAR IRWANTO dan YUSRINA
PERMANASARI.
Kata kunci : Studi kelayakan bisnis, NPV, IRR, Net B/C, PBP, Analisis
Sensitivitas.
ABSTRACT
IDOTA GINTING. Business Feasibility Study in Cempaka Mas Restaurant Parara
Jakarta. Guided by ABDUL KOHAR IRWANTO and YUSRINA
PERMANASARI.
Key Word : Business Feasibility Study, NPV, IRR, Net B/C, PBP, Sensitifity
Analysis.
STUDI KELAYAKAN BISNIS RESTORAN PARARA
DI CEMPAKA MAS
JAKARTA
IDOTA GINTING
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Disetujui oleh
Diketahui Oleh
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan
Ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam semoga tercurah kepada Nabi Muhamad SAW, keluarga, dan pengikutnya.
Tema skripsi penulis yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan
mei 2013 sampai oktober 2013 ini adalah studi kelayakan bisnis, dengan judul
Evaluasi Kelayakan Bisnis Restoran Parara di Cempaka Mas Jakarta.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Abdul Kohar Irwanto,
Msc selaku pembimbing utama dan Ibu Yusrina Permanasari, SSos, MM selaku
pembimbing kedua atas saran dan motivasi yang diberikan. Selain itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr Ir M Indah Ginting, MM selaku
pemilik perusahaan yang telah memberikan waktu untuk penulis dalam
mengumpulkan dan menyelesaikan penelitian. Terima kasih penulis ucapkan juga
kepada orang tua, keluarga, serta seluruh teman-teman atas doa dan kasih
sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Idota Ginting
vii
v
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 3
TUNJAUAN PUSTAKA 3
Pengertian Bisnis 3
Tujuan Bisnis 4
Bisnis Jasa 4
Pengertian Restoran 5
Pengertian Studi Kelayakan Bisnis 7
Penelitian Terdahulu 10
METODE 10
Kerangka Pemikiran Penelitian 11
Lokasi dan Waktu Penelitian 12
Jenis Sumber Data 12
Pengolahan dan Analisis Data 12
Aspek Non Finansial 12
Aspek Finansial 13
HASIL DAN PEMBAHASAN 14
Sejarah dan Profil Restoran Parara 14
Aspek Pasar dan Pemasaran 14
Aspek Teknis dan Teknologi 16
Aspek Manajmen dan Sumber Daya Manusia 18
Aspek Sosial dan Ekonomi 20
vi
Aspek Lingkungan 20
Aspek Finansial 20
Analisis Kriteria Kelayakan Finansial 23
Analisis Sensitivitas (Switching Value) 25
SIMPULAN DAN SARAN 26
DAFTAR PUSTAKA 27
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pemikiran 11
2. Layout tempat usaha 17
3. Proses kegiatan 18
4. Struktur organisasi restoran Parara 19
vii
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Total investasi 30
2. Biaya tetap 31
3. Biaya variabel 32
4. Laporan laba rugi 33
5. Modal awal kerja 34
6. Analisis perhitungan Cash Flow 35
7. Analisis perhitungan sensitivitas sekenario 1 36
8. Analisis perhitungan sensitivitas sekenario 2 37
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara maritim, dengan hampir dua per tiga wilayah
negeri ini adalah air dan lautan. Laut Indonesia memiliki potensi yang sangat
besar untuk dikembangkan karena memiliki sumber daya yang melimpah, salah
satunya terdapat berbagai jenis ikan, termasuk ikan yang dapat dikonsumsi. Ikan
merupakan salah satu sumber pangan karena memiliki kandungan protein yang
sangat baik dan memiliki beberapa manfaat diantaranya untuk pertumbuhan,
kesehatan ibu hamil, dan pembentukan otak janin. Jumlah konsumsi ikan
masyarakat Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan yang relatif kecil yaitu
sebesar 0,94% pada tahun 2011, dan pada tahun 2012 mengalami peningkatan
sebesar 0,95% dengan jumlah konsumsi ikan sebesar 33,89 Kg/Kapita/Tahun.
Walaupun demikian tingkat konsumsi ikan di Indonesia pada tahun 2012 masih
lebih kecil dari pada tingkat konsumsi ikan di negara-negara kawasan Asia
Tenggara, yaitu Malaysia sebesar 45 Kg/Kapita/Tahun dan Thailand sebesar 35
Kg/Kapita/Tahun. Hal ini merupakan salah satu yang mendorong pemerintah
untuk merancang program, yaitu Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan yang
biasa di sebut Gemar ikan (BPS 2012).
Parara Resto yang memiliki tagline “Tiada hari tanpa makan ikan”
merupakan salah satu Restoran yang mendukung program Gemarikan. CV. Parara
Resto merupakan sebuah perusahaan keluarga yang berdiri pada tahun 2004
pertama kali di Palembang dengan Surat Keputusaan Walikota Palembang No.
912/KPTS/SIUP-PK/2004, yang mana awal berdiri dan berlokasi di Jalan Sumpah
Pemuda Blok. J No.5 Palembang, Sumatra Selatan dan pada tahun 2009 Parara
Resto memindahkan lokasi restorannya ke Ruko Cempaka Mas Tengah Blok :
L/39, Jakarta Pusat hingga sekarang. Bisnis CV. Parara Resto meliputi restoran
dan catering dengan kualitas makanan yang baik dan cita rasa yang khas, serta
mempunyai berbagai variasi menu makanan.
Selain mendukung program pemerintah, Parara Resto didirikan karena
melihat bisnis restoran yang semakin berkembang dari tahun 2005 hingga 2008
yang dapat dilihat dari peningkatan jumlah usaha restoran yang tersaji pada pada
Tabel 1.
Tabel 1 Perkembangan bisnis restoran di daerah Jakarta tahun 2005 - 2008
USAHA
TAHUN
Jumlah Usaha Restoran Pertumbuhan (%)
2005 122 -
2006 184 0.78
2007 265 0.68
2008 388 0.84
a
Sumber : Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, 2009
studi kelayakan terhadap ide bisnis yang akan dijalankan agar tidak terjadi
keterlanjuran investasi dikemudian hari.
Menurut Suliyanto (2010), studi kelayakan bisnis merupakan penelitian
yang bertujuan untuk memutuskan apakah sebuah ide bisnis layak untuk
dilaksanakan atau tidak, sebuah ide bisnis dinyatakan layak apabila ide tersebut
dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi semua pihak (stake holder)
dibandingkan dengan dampak negatif yang ditimbulkan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen pada awal berdiri
Restoran Parara yang kurang lebih hampir 4 tahun berjalan ini tidak pernah
dilakukan rencana non finansial maupun finansial untuk mengetahui kelayakan
bisnis usaha ini, maka peneliti tertarik untuk melakukan studi kelayakan bisnis
untuk mengetahui apakah bisnis yang telah dijalankan Restoran Parara ini telah
layak dari aspek non finansial dan juga aspek finansial sehingga dapat
menggunakan hasil dari studi kelayakan bisnis ini sebagai rencana kedepan dalam
menambah tingkat benefit yang diterima ataupun mengembangkan usaha ini.
Untuk aspek non finansial yang akan dianalisis yaitu aspek pasar dan pemasaran,
teknis dan teknologi, manajemen dan sumber daya manusia, sosial dan ekonomi,
serta lingkungan. Sedangkan aspek finansial yang akan dianalisis dengan
mengguanakan kriteria kelayakan, yaitu Net Present Value (NVP), Internal Rate
of Return (IRR), Pay Back Period (PBP),Sensitivitas.
Rumusan Masalah
Seiring dengan perkembangan bisnis restoran yang hampir setiap tahun
mengalami peningkatan, mendorong perusahaan untuk tetap ingin menambah
tingkat benefit yang diterima ataupun mengembangkan usaha ini. Oleh karena itu,
Restoran Parara membutuhkan suatu perencanaan yang matang dari studi
kelayakan bisnis yang ditinjau pada aspek non finansial maupun finansial
sehingga Restoran Parara dapat mengetahui apakah usaha yang telah berjalan
selama 4 (empat) tahun ini sudah layak atau tidak layak. Berdasarkan latar
belakang yang diuraikan maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana kelayakan bisnis Parara Resto dilihat dari aspek Non finansial
meliputi aspek pasar dan pemasaran, teknis dan teknologi, manajemen dan
sumber daya manusia, sosial dan ekonomi, serta lingkungan?
2. Bagaimana kelayakan bisnis Parara Resto dilihat dari aspek finansial dengan
mengguanakan kriteria kelayakan, yaitu Net Present Value (NVP), Net B/C,
Internal Rate of Return (IRR), dan Pay Back Period (PBP)?
3. Bagaimana analisis sensitivitas dengen menggunakan metode Switching
Value?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
tujuan diadakannya penelitian ini adalah :
1. Menganalisis kelayakan bisnis Parara Resto dilihat dari aspek Non financial
meliputi aspek pasar dan pemasaran, teknis dan teknologi, manajemen dan
sumber daya manusia, sosial dan ekonomi, serta lingkungan.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Bisnis
Suliyanto (2010) mengatakan “bisnis” berasal dari bahasa Inggris “busy”,
yang artinya “sibuk”, sedangkan “business” artinya “kesibukan”. Bisnis dalam arti
luas sering didefinisikan sebagai keseluruhan kegiatan yang direncanakan dan
dijalankan oleh perorangan atau kelompok secara teratur dengan cara
menciptakan, memasarkan barang maupun jasa, baik dengan tujuan mencari
keuntungan maupun tidak bertujuan mencari keuntungan.
4
Tujuan Bisnis
Menurut Suliyanto (2010) mendefinisi pengertian bisnis dengan tujuan
bisnis yang dapat dikelompokan menjadi dua kelompok berikut :
1. Bisnis yang berorientasi keuntungan (profit oriented), bisnis yang
berorientasi keuntungan adalah bisnis yang didirikan semata-mata bertujuan
memperoleh keuntungan untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik dan
karyawannya serta untuk mengembangkan usaha lebih lanjut.
2. Bisnis yang tidak berorientasi keuntungan (non-profit oriented), bisnis yang
tidak berorientasi keuntungan adalah bisnis yang didirikan denga tujuan
utama untuk kepentingan sosial.
Berdasarkan jenis kegiatannya secara umum bisnis dapat dibedakan menjadi
empat macam, yaitu :
a. Bisnis ekstraktif adalah bisnis yang bergerak dalam penggalian
barang-barang tambang.
b. Bisnis agraris adalah bisnis yang bergerak dalam bidang pertanian,
termasuk didalamnya perikanan, peternakan, perkebunan, dan
kehutanan.
c. Bisnis industry adalah bisnis yang bergerak dalam bidang pengolahan
(manufaktur), yaitu bisnis dengan tujuan untuk mengubah barang
yang kurang berdaya guna menjadi lebih berdaya guna.
d. Bisnis jasa adalah bisnis yang bergerak dalam penyediaan produk
yang tidak berwujud.
Bisnis Jasa
Menurut Kotler (2005) jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat
ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud
dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Klasifikasi jasa sangat membantu
dalam batasan-batasan dari suatu industri jasa, srhingga tidak hanya memberikan
pemahaman akan kebutuhan dan perilaku konsumen secara lebih baik, akan tetapi
dalam memberikan pemahaman sistem pengelolaan data yang lebih baik. Namun
pada industri jasa masih didominasi oleh orientasi kepada operasi yang
menyatakan bahwa industri jasa sangat beragam dan berbeda. Untuk itu klasifikasi
jasa sangat diperlukan pihak perusahaan dalam memberikan pemahaman tentang
kebutuhan dan perilaku konsumen secara lebih baik dan benar. Komponene jasa
merupakan suatu bagian yang sedikit atau utama dari seluruh penawaran, hal
tersebut dapat dibedakan menjadi lima kategori antara lain:
1. Pure Tangible Good, barang berwujud yang hanya menilputi barang yang
dapat dilihat seperti sabun, pasta gigi, atau gula. Tidak terdapat jasa yang
mendampingi produk tersebut.
2. Tangible Good With: Accompanying Service, barang berwujud dengan jasa
tambahan yang terdiri dari barang nyata, disertai oleh satu atau lebih jasa
untuk memperkuat daya tarik konsumen. Misalnya penjualan mobil atau
computer yang sangat bergantung pada kualitas barang tersebut dan
tersedianya pelayanan purna jual atau bergaransi.
3. Hiebried, terdiri dari barang dan jasa dengan property yang sama seperti
restoran yang harus didukung oleh makanan dan pelayanannya.
5
4. Mayor Service With Accompanying Minor Good and Service, terdiri dari
jasa utama dan jasa tambahan atau barang pelengkap lainnya, misalnya
penumpang penerbangan membeli jasa transportasi. Dalam penerbangannya
disertai juga pelayanan tambahan seperti amakann dan minuman serta
majalah.
5. Pure Service, jasa murni, yang menawarkan suatu jasa seperti jasa penjaga
bayi, memasukkan pelayanan psioterapi dalam pemijatan (massage).
Pengertian Restoran
Menurut Torsina (2010) restoran berasal dari kata restoration yang berarti
mengembalikan atau pemulangan yang maksudnya setelah tubuh kita bekerja, kita
mengisi kembali kalori tubuh dengan singgah di suatu tempat untuk makan atau
minum. Pada perkembangannya kata restoration diserap ke dalam bahasa
Indonesia menjadi kata restoran.
1. Menurut SK Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. KM 73/PW
105/MPPT-85 menjelaskan bahwa restoran adalah salah satu jenis usaha
dibidang jasa pangan yang bertempat disebagian atau seluruh bangunan
yang permanen, dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses
pembuatan, penyimpanan, penyajian, dan penjualan makanan dan minuman
untuk umum.
2. Menurut Departemen Kesehatan RI (1985), restoran adalah setiap bangunan
yang menetap dengan segala peralatan yang digunakan dalam proses
pembuatan (pengolahan) serta penjualan (penyajian) makanan dan minuman
bagi masyarakat umum. Proses pengolahan dapat berada pada suatu
bangunan lain yang terpisah dengan proses penjualan.
Jenis Restoran
Menurut Torsina (2010) terdapat 10 jenis restoran, yaitu:
1. Family contintental, yaitu restoran tradisi untuk keluarga, mementingkan
masakan enak, suasana, dan harga yang bersahabat. Biasanya pelayanan dan
dekorasinya biasa-biasa saja.
2. Fast food, yaitu eat-in (makan di restoran) dan take-out (dibungkus untuk
dimakan di luar restoran). Menu siap atau segera tersedia. Memiliki
keterbatasan dalam jenis, ruang dengan dekorasi warna-warna utama. Harga
tidak mahal serta mengutamakan banyak pelanggan.
3. Kafetaria, biasanya terdapat di dalam gedung-gedung perkantoran atau pusat
perbelanjaan, sekolah, dan pabrik-pabrik.
4. Gourment, yaitu restoran berkelas. Suasana restoran sangat nyaman dengan
dekorasi yang artistik. Ditujukan bagi mereka yang menuntut standar
penyajian yang tinggi dan bergengsi. Minuman yang disajikan seperti wines
dan liquors.
5. Etnik, menyajikan masakan dari daerah (suku atau negara) yang spesifik,
misalnya masakan Jawa Timur, Manado, India, Cina, dan lain-lain.
Dekorasi biasanya disesuaikan dengan etnik yang bersangkutan bahkan
termasuk pakaian seragam para karyawannya.
6. Buffet, ciri utamanya adalah satu harga untuk makan sepuasnya untuk menu
yang disajikan pada buffet. Peragaan dan display makanan sangat penting
disini karena produk langsung menjual dirinya sendiri.
6
7. Coffe shop, jenis ini ditandai pelayanan secara cepat dan siklus pergantian
pengunjung yang cepat pula. Banyak seating serta menekankan suasana
informal. Lokasi utamanya di gedung perkantoran atau pusat perbelanjaan.
8. Snack bar, ruangan biasanya lebih kecil sehingga cukup untuk melayanai
orang-orang yang ingin makan makanan kecil/jajanan.
9. Drive in/thru or parking, para pembeli yang memakai mobil tidak perlu
turun dari mobilnya. Pesanan diantar hingga ke mobil untuk eat-in atau
take-out. Jenis makanan harus bisa dikemas secara praktis. Lokasi harus
sesuai untuk tempat parkir mobil/motor.
10. Specialty restaurant, jenis restoran yang terletak jauh dari keramaian, tetapi
menyajikan makanan khas yang menarik dan bermutu. Ditujukan kepada
turis atau keluarga dalam suasana khas yang lain daripada yang lain.
Klasifikasi Restoran
Menurut Rahman (2010) klasifikasi restoran berdasarkan pengelolaan dan
sistem penyajian dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Restoran formal, yaitu restoran yang dikelola secara komersial dan
profesional dengan pelayanan eksklusif.
2. Restoran non-formal, seperti halnya restoran formal hanya saja lebih
mengutamakan kecepatan pelayanan dan umumnya dengan harga yang lebih
murah.
3. Specialties restaurant, yaitu restoran yang menyediakan makanan dengan
sistem penyajian yang khas dari suatu negara tertentu.
METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian
Seiring dengan perkembangan bisnis restoran yang hampir setiap tahun
mengalami peningkatan jumlah restoran yang ditunjukan pada tabel 1, sebesar
0.10% pada tahun 2006-2007 dan 0.16% pada tahun 2007-2008, hal ini
menunjukan perkembangan bisnis restoran yang sangat potensial untuk
dikembangkan sehingga mendorong Restoran Parara ingin terus meningkatkan
benefit perusahaan ataupun mengembangkan usahanya.
Selama 4 tahun berjalan Restoran Parara tidak pernah mengetahui apakah
bisnis yang telah dijalankan ini telah layak atau tidak layak dari sisi non finansial
yang menganalisis tentang aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan
teknologi, aspek manajemen, aspek sosial dan ekonomi, dan aspek lingkungan.
11
Pada aspek finansial dilakukan analisis mengenai NPV, Net B/C, IRR, PBP dan
analisis sensitivitas dengan metode Switching Value dari usaha Restoran Parara.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pedoman bagi
Restoran Parara untuk menjalankan usahanya. Apabila hasil dari penelitian ini
menunjukan usaha ini layak maka akan dilanjutkan. Sedangkan apabila hasil dari
analisis finansial tidak layak maka akan menjadi bahan evaluasi bagi Restoran
Parara. Berdasarkan urainan di atas maka gambar kerangka pemikiran usaha
Restoran Parara dapat dilihat pada Gambar 1.
12
Rekomendasi
Aspek Finansial
Menurut Suliyanto (2009) penghitungan aspek finansial akan dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
1. Net Present Value (NPV)
Kelayakan suatu bisnis dinilai dari total manfaat yang diterima melebihi
biaya yang dikeluarkan. Bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari nol
(NPV>0) yang berarti bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat.
Rumus NPV dapat dinyatakan sebagai berikut:
NPV = ∑ ........................................................................................(1)
Keterangan :
Bt = manfaat pada tahun t
Ct = biaya pada tahun t
t = tahun kegiatan bisnis (t= 0,1,2,3,…, n)
i = diskon rate (%)
Keterangan:
Bt = manfaat pada tahun t
Ct = biaya pada tahun t
t = tahun
i = diskon rate (%)
4. Payback Periode
Metode ini mengukur kecepatan pengembalian investasi. Semakin cepat
Payback Periode suatu bisnis maka semakin baik bisnis tersebut dijalankan.
Berikut adalah rumusan dari Payback Periode:
PBP = x 1 tahun..................................................................(4)
15
5. Analisis sensitivitas
Perubahan-perubahan yang umumnya terjadi dalam analisis sensitivitas
disebabkan oleh:
a. Penurunan penjualan
b. Kenaikan harga bahan baku
Kedua perubahan tersebut tentunya akan mempengaruhi berapa besar
pengaruh pada aliran kas perusahaan.
6. Metode Garis Lurus (straight-line method)
Metode ini mengasumsikan bahwa beban penyusutan setiap periode adalah
sama. Oleh karena itu, metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan
paling banyak digunakan.
PBP = ................................................................(5)
Tangga ke
Lantai 2
Tempat Bahan Baku D
A
O-4 P
U
O-3
R
O-5
Meja 1
M Meja 2
e
j
a
4
Meja 3
Meja 6 Meja 5
A
r
e
a Meja 7 Meja 8
O-1
P O-6
O-7
a
r
k Meja 10 Meja 9
I
r O-8
DIREKTUR
UTAMA
Manajer
Lapangan
Manajer Quality
Keuangan Control Koki 1
Koki 3
Kepala Karyawan
e. Kepala Pelayan bertugas sebagai pelayan yang mengurus orderan dan segala
bentuk catatan yang akan dikirimkan kepada koki dan kasir dan di bantu
oleh empat karyawan.
Aspek Sosial dan Ekonomi
Sosial
Usaha ini melakukan penyerapan tenaga kerja melalui lingkungan keluarga
dalam kepengurusan inti seperti manajer keuangan dan produksi. Untuk merekrut
pegawai lain di bagian pelayanan serta kasir, Restoran Parara melakukan
perekrutan dengan menggunakan media massa untuk informasi lowongan
pekerjaan, sehingga dapat lebih selektif dan mendapan pegawai sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan oleh manajer. Restoran Parara juga mendukung salah satu
program yang dilakukan pemerintahan yaitu Gerakan Memasyarakatkan Makan
Ikan (Gemar Ikan).
Ekonomi
Dalam aspek ekonomi Restoran Parara membantu pemerintah dalam hal
pembayaran pajak dan retribusi daerah serta pajak pariwisata yang telah
diberlakukan melalui sistem online BRI pada tahun 2013.
Aspek Lingkungan
Aspek ini berkaitan dengan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan juga
penghijauan. Limbah yang dihasilkan hanyalah sampah-sampah seperti sayuran,
tulang ikan, dan air kotor cucian dibuang melalui saluran penampungan yang
telah dibuat khusus oleh Restoran Parara sehingga penampungan tersebut tidak
mengganggu lingkungan sekitar yang memberikan dampak negatif.
Aspek Finansial
Analisis kelayakan finansial yang dilakukan pada peneliti ini untuk
mengetahui kelayakan usaha sehingga diketahui apakah usaha yang dijalankan
Restoran Parara telah layak secara finansial.
Arus Penerimaan
Arus penerimaan dari usaha Restoran Parara berupa nilai total penjualan.
Nilai penjualan total usaha pada tahun pertama selama satu tahun, pada tahun ke
nol perusahaan baru melakukan kegiatan investasi berupa surat-surat perizinan
tempat, promosi dan pemesanan peralatan, sehingga pada tahun pertama
perusahaan baru dapat memproduksi.
1) Nilai Produksi Total
Nilai produksi total Restoran Parara berasal dari data produksi keseluruhan
produk restoran bahwa kapasitas produksi pada tahun pertama hingga ketiga
sesuai dengan keadaan nyata. Pada tahun ke nol perusahaan melakukan kegiatan
investasi, sehingga pada tahun pertama perusahaan baru dapat memproduksi.
Produksi keseluruhan menu setiap tahunnya mengalami peningkatan,
periode Januari hingga Desember 2010 sebanyak 36.851 unit, periode Januari
hingga Desember 2011 sebanyak 39.268 unit, dan periode Januari hingga
Desember 2012 adalah sebanyak 35.868 unit. Data produksi usaha Restoran
Parara tahun 2010-2012 dapat di lihat pada Tabel 4.
22
Perhitungan nilai penyusutan aset per tahun sesuai dengan perkiraan umur
ekonomis. Dalam penelitian ini metode penyusutan yang digunakan adalah
metode garis lurus, sehingga penyusutan semua aset perusahaan diasumsikan
sama untuk setiap tahunnya. Perhitungan penilaian penyusutan per tahun adalah
harga pembelian peralatan dan perlengkapan investasi awal dibagi umur
ekonomis. Pada nilai penyusutan per tahunnya diperoleh dari total harga investasi
dikurangi nilai sisa dibagi umur ekonomis, dan memiliki total hasil nilai
penyusutan adalah Rp293 213 000.
B. Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi
kewajiban dalam menunjang kegiatan operasional. Biaya operasional terdiri dari
biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya
tergantung pada output yang akan diproduksi. Biaya tetap adalah biaya yang
besarnya tidak dipengaruhi oleh perubahan volume produksi. Besarnya biaya
operasional dapat dilihat pada Tabel 7.
24
Biaya Variabel
1 Bahan Baku Utama 126 000 138 600 151 200
2 Biaya Bahan Baku Pelengkap 97 560 107 316 117 072
3 Biaya Gas Elpiji 18 000 19 800 21 600
Total Biaya Variabel 285 840 314 424 343 008
Biaya Tetap
1 Biaya Tenaga Kerja 153 000 189 000 207 000
2 Biaya Umum 366 588 366 588 366 588
Total Biaya Tetap 672 588 744 588 780 588
tal TOTAL BIAYA OPRASIONAL 519 588 534 888 542 538
Besar biaya operasional yang dikeluarkan oleh Restoran Parara pada tahun
2010 sebesar Rp519 588 000, terjadi kenaikan biaya oprasional pada tahun 2011
sebesar Rp534 888 000 dan pada tahun 2012 sebesar Rp542 538 000 yang
disebabkan kenaikan harga bahan baku, biaya pelengkap dan gas LPG sebesar
10% per tahun pada jumlah biaya variabel. Sementara untuk biaya tetap
mengalami peningkatan pada biaya tenaga kerja setiap tahunnya. Hal ini
disebabkan oleh faktor eksternal perusahaan seperti peraturan pemerintah yang
menetapkan kebijakan untuk kenaikan Upah Minimum Regional (UMR) pada
tahun 2011 dan pada tahun 2012. Data perhitungan biaya variabel dan biaya
operasional terdapat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3.
Analisis Kriteria Kelayakan Finansial
Studi kelayakan atas dasar asumsi peneliti sebagai berikut:
1. Tahun penelitian analisa selama 6 tahun terhitung sejak tahun 2009 sampai
dengan tahun 2015.
2. Sumber modal investasi awal dalam pendirian usaha Restoran Parara 100%
dengan menggunakan modal sendiri tanpa pinjaman bank.
3. Umur proyek yang direncanakan adalah 3 tahun yang disesuaikan dengan
umur proyek yang telah berjalan pada tahun 2009-2012.
4. Penentuan bulan dalam satu tahun adalah 12 bulan.
5. Penentuan harga jual produk menggunakan harga tahun 2009 yang sesuai
dengan harga kondisi harga jual Restoran Parara saat ini.
6. Setiap tahun terjadi perubahan harga akibat pengaruh inflasi sebesar 6.5%
per tahun.
7. Tingkat discount rate (DR) yang digunakan 6% sesuai dengan tingkat
deposito pada bank BRI tahun 2013.
8. Inflow dan outflow merupakan proyeksi pada penelitian dan informasi yang
di dapat pada saat penelitian.
9. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus. Penyusutan
digunakan untuk menghitung pajak penghasilan dimana pajak penghasilan
merupakan komponen dari laba rugi dan cash flow.
25
10. Pajak yang terutang adalah Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 berdasarkan
UU PPh No.38 Tahun 2010 Pasal 21 tentang PPh Orang Pribadi. Asumsi
tarif PPh yang ditetapkan peneliti sebesar 10% konstan setiap tahun.
Analisis kelayakan finansial yang digunakan dalam penelitian ini adalah
NPV, Net B/C, IRR dan Payback Period. Tingkat discount rate yang digunakan
yaitu pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) periode Maret 2013 sebesar 6%. Data
tersebut di dapat pada data Bank Indonesia. Perhitungan kelayakan ini
menggunakan manfaat bersih (net benefit) yang diperoleh dari selisih antara biaya
dan manfaat setiap tahunnya dengan dikurangi pajak berdasarkan tarif pajak yang
ditentukan di dalam peraturan pemerintah. Tarif pajak yang digunakan
berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia tentang perpajakan tahun 2007.
Modal kerja awal di gunakan Restoran Parara sebagai dasar pengeluaran
awal usaha tahun 2009, dari hasil perhitungan pengeluaran awal tahun usaha
tersebut akan di gunakan sebagai perhitungan analisis sensitivitas pada bagian
biaya operasional tahun ke nol, modal kerja awal sebesar Rp36 570 000 yang
terdiri dari pengeluaran modal awal belanja dan pengeluaran gaji, data lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 5.
Pada Tabel 9 dapat kita lihat hasil analisis finansial Restoran Parara bahwa
berdasarkan kriteria kelayakan finansial pada tingkat discount rate 6% diperoleh
nilai NPV sebesar Rp770 979 226(positif) atau lebih besar dari nol. Hal ini berarti
bahwa usaha Restoran Parara ini layak untuk dilaksanakan, karena memberikan
keuntungan sebesar pada data yang di peroleh tahun 2009–2012 (present value)
sebesar Rp770 979 226.
Net B/C yang dihasilkan adalah sebesar 3.67, nilai tersebut menunjukkan
bahwa setiap pengeluaran biaya sebesar Rp. 1.00 akan menghasilkan manfaat
sebesar 2.67 kali dari biaya yang dikeluarkan. Nilai Net B/C lebih besar daripada
nol menunjukan bahwa proyek layak untuk dilaksanakan.
Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 38% (IRR > 6%) artinya proyek
yang dilakukan oleh perusahaan memiliki tingkat pengembalian proyek terhadap
investasi yang dikeluarkan sebesar 38%. Sedangkan hasil analisis tingkat
pengembalian investasi (payback period) yang berdasarkan nilai sekarang dengan
tingkat diskonto enam persen, memperlihatkan bahwa untuk memperoleh kembali
nilai investasi yang telah dilakukan diperlukan waktu selama 2 tahun 5 bulan. Hal
ini menunjukan bahwa usaha dapat mengembalikan modal kurang dari 3 tahun
masa perhitungan, masa perhitungan 3 tahun disesuaikan dengan data laporan
yang di dapat oleh peneliti terhadap laporan data keuangan yang ada pada
Restoran Parara.
Tabel 8 Hasil analisis finansial Cash Flow usaha restoran Parara
Kriteria Investasi Nilai
NPV (Rp) 770 979 226
Net B/C 3.67
IRR (%) 38
PBP 2 tahun 5 Bulan
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Data Restoran/Rumah Makan. [diunduh 15
Agustus 2013]. Tersedia pada : http://www.bps.go.id
/hasil_publikasi/flip_2011/8204004/index11.php?pub=Statistik.20Restoran/
Rumah.20Makan.202010. Jakarta (ID) : Badan Pusat Statistik.
[BUDPAR] Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2013. SK Mentri
Pariwisata. [diunduh 08 Desember 2013]. Tersedia pada :
http://www.budpar.go.id. Jakarta (ID) : Kementrian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif.
[ DEPKES] Departemen Kesehatan RI 1985. 2013. Gizi ikan dan Konsumsi
makanan sehat. Jakarta (ID) : Departemen Kesehatan RI.
[BI] Bank Indonesia. 2013. Data Inflasi 2013. [Internet]. [diunduh 12 September
2013]. Tersedia pada : http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/Data
Inflasi/. Jakarta (ID): Bank Indonesia.
29
[BI] Bank Indonesia. 2013. Tingkat Suku Bunga Kredit Perbangkan 2013.
[Internet]. [diunduh 21 September 2013]. Tersedia pada:
http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Suku Bunga Dasar Kredit/. Jakarta
(ID): Bank Indonesia.
Ibrahim Y. 2008. Studi Kelayakan Bisnis. Ed Revisi. Jakarta (ID): Rineka Cipta.
Jeineiva P. 2011. Analisis Kelayakan Usaha Restoran Pastel Pizza and Rijsttafel di
Kota Bogor Provinsi Jawa Barat, Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Kotler P. 2005. Manajemen Pemasaran. Ed Millenium. Jakarta (ID): PT.
Prehalindo.
Marsum, W.A. 2009. Restoran dan Segala Permasalahannya. ANDI, Yogyakarta.
Yogyakarta (ID): Andi.
Maulana AF. 2010. Analisis Kelayakan Usaha Rumah Makan Sederhana Waroeng
JAYA Bogor Jawa Barat, Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Mukhtar. 2009. Perlunya Standar Lingkup dan Permasalahan Pelayanan Sebuah
Restoran Hotel. Jurnal Program Studi Pariwisata. Medan (ID): Fakultas
Sastra. Universitas Sumatera Utara.
Natalia DFF. 2009. Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus Sirup Belimbing
Manis dan Jambu Biji Merah, Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Perkembangan Usaha Restoran/ Rumah Makan Berskala Menengah dan Besar
Tahun 2007 – 2010. [Internet]. [diunduh 15 juli 2013]. Tersedia Pada:
http://www.budpar.go.id/userfiles/file/ rekaprestoran2007-2010.pdf. Jakarta
(ID): Budaya Pariwisata.
Rahman F. 2010. [Internet]. Cerita Rasa. [diunduh pada 10 Agustus 2013].
Tersedia pada: http://lmetrotvnews.com/ceritarasa/details. Jakarta (ID):
Cerita Rasa.
Subagyo A. 2005. Studi Kelayakan: Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID): Gramedia.
Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Andi, Yogyakarta. Yogyakarta (ID):
Andi.
Torsina, M. 2010. Usaha Restoran yang Sukses. PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
Jakarta (ID): Gramedia.
Umar H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
30
RIWAYAT HIDUP
Idota, lahir di Jakarta pada tanggal 17 April 1990 dari pasangan Dr. Ir. Moh
Indah Ginting ,MM dan Tetira Indah Ginting sebagai anak Kedua dari tiga
bersaudara. Penulis mengawali masa studi pada Taman Kanak-kanak di TK Ceria
Tanjung Priok pada tahun 1995. Pada tahun 1997-2001 penulis melanjutkan
pendidikan Sekolah Dasar di SDN 01 Jakarta hingga duduk di kelas 4 dan pada
tahun 2001-2002. Penulis pindah di SD Muhammadiyah Palembang hingga duduk
di kelas 5 dan pada tahun 2002-2003. Penulis pindah di SD Kartika Balayuda
Palembang hingga duduk dikelas 6 SD.
Pada tahun 2003-2005 penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Lanjutan
Pertama di SLTP Xaverius 1 Palembang hingga kelas 2 SMP. Pada tahun 2005-
2006 Penulis melanjutkan Pendidikan di SLTPN 99 Jakarta Timur Pulo Mas.
Pada tahun 2006-2008 penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMAN
1 Jakarta Pusat penulis aktif dalam berorganisasi dan mengikuti Osis menduduki
posisi Wakil Ketua Osis SMAN 1 Jakarta, dan pada tahun 2008-2010 penulis
menyelesaikan Diploma III di Institut Pertanian Bogor jurusan Akuntansi, penulis
aktif dalam kegiatan mahasiswa.
Pada tahun 2010 dengan bangga penulis diterima sebagai mahasiswa di
Program Alih Jenis Manajemen, Penulis aktif dalam kegiatan organisasi yaitu
Executive of Managment (EXOM) sebagai Kepala Departemen Sumberdaya
Manusia. Dalam acara kegiatan EXOM penulis sebagai ketua acara mengadakan
International Fieldtrip yang diadakan bulan Februari 2013 dengan banyak peserta
35 mahasiswa dan 5 dosen Alih Jenis Manajmen.
2
29
A Bangunan
1 Bangunan 90 m2 10 1 500 000 000 1 500 000 000 150 000 000
2 Renovasi 10 800 000 000 800 000 000 80 000 000
Lampiran 1. Rekapitulasi perhitungan total biaya investasi
B Peralatan Dapur
1 Freezer LG 1 5 2 6 000 000 6 000 000 4 800 000 1 200 000
2 Freezer GEA 1 5 2 6 000 000 6 000 000 4 800 000 1 200 000
3 Kompor High 7 10 250 000 1 750 000 1 575 000 175 000
4 Kompor Low 4 10 600 000 2 400 000 2 160 000 240 000
5 Rice cooker L 2 5 1 200 000 2 400 000 1 920 000 480 000
6 Ricecooker M 2 10 900 000 1 800 000 1 620 000 180 000
7 Glass Press 1 5 2 1 000 000 1 000 000 800 000 200 000
8 Kitchen Set 1 10 6 000 000 6 000 000 5 400 000 600 000
9 Kuali Panci 12 10 600 000 7 200 000 6 480 000 720 000
10 Mesin Presto 3 10 1 500 000 4 500 000 4 050 000 450 000
11 Oven 1 10 3 500 000 3 500 000 3 150 000 350 000
12 Kitchen Cook 20 10 150 000 3 000 000 2 700 000 300 000
13 Pemanas Scal 12 10 900 000 10 800 000 9 720 000 1 080 000
14 Kereta Makan 3 10 2 500 000 7 500 000 6 750 000 750 000
15 Pembakar Ikan 2 10 3 000 000 6 000 000 5 400 000 600 000
16 Stand Dapur 3 10 2 700 000 8 100 000 7 290 000 810 000
17 Kulkas LG 1 5 2 6 000 000 6 000 000 4 800 000 1 200 000
30
Lanjutan Lampiran 1. Rekapitulasi perhitungan total biaya investasi
Umur Sisa Umur Total Investasi Penyusutan Per
No Jumlah Investasi Jumlah Unit Ekonomis Ekonomis Harga Per Unit (Rp/Unit) Nilai Sisa Tahun
D Peralatan Lain - Lain
1 Mesin Reptor 1 10 20 000 000 20 000 000 18 000 000 2 000 000
2 Kursi Kayu 50 5 2 250 000 12 500 000 10 000 000 2 500 000
3 Kursi Pelastik 30 5 2 180 000 5 400 000 4 320 000 1 080 000
4 Kursi Rotan 12 5 2 220 000 2 640 000 2 112 000 528 000
5 Meja Kayu Jati 12 10 350 000 4 200 000 3 780 000 420 000
6 Meja Besi 6 10 700 000 4 200 000 3 780 000 420 000
7 Meja Catering 6 10 250 000 1 500 000 1 350 000 150 000
8 Telepon 10 5 2 250 000 2 500 000 2 000 000 500 000
9 Hydro Water Pomp 1 10 13 000 000 13 000 000 11 700 000 1 300 000
10 Etalase Gelas 1 10 6 000 000 6 000 000 5 400 000 600 000
11 Lemari Panjang 1 10 1 500 000 1 500 000 1 350 000 150 000
12 Lemari Dus 1 10 1 100 000 1 100 000 990 000 110 000
13 Stand Cuci Piring 1 10 2 500 000 2 500 000 2 250 000 250 000
14 TV 43Inch Samsung 1 5 2 5 500 000 5 500 000 4 400 000 1 100 000
15 Penyanggah TV 1 10 800 000 800 000 720 000 80 000
16 Kolam Ikan 6 10 5 000 000 30 000 000 27 000 000 3 000 000
17 Mesin Kasir 3 5 2 1 000 000 3 000 000 2 400 000 600 000
18 Mesin Fax 1 10 1 500 000 1 500 000 1 350 000 150 000
19 Box Telephon 3 10 1 500 000 4 500 000 4 050 000 450 000
20 Genset 5000w 1 5 2 5 000 000 5 000 000 4 000 000 1 000 000
21 Lampu Lalat/Nyamuk 2 10 1 000 000 2 000 000 1 800 000 200 000
22 AC Dempo 3 5 2 1 500 000 4 500 000 3 600 000 900 000
23 Sound System 1 10 5 000 000 5 000 000 4 500 000 500 000
24 Projector Hitaci 1 5 2 5 000 000 5 000 000 4 000 000 1 000 000
25 Air purifier 1 5 2 900 000 900 000 720 000 180 000
31
TAHUN
biaya/bulan
No Uraian
(Rp) 2010 2011 2012
Dalam (Rp)
BIAYA TETAP
1 Tenaga Kerja Jumlah Pegawai
Manager 1 2 250 000 27 000 000 29 700 000 31 050 000
Koki 2 3 300 000 19 800 000 43 560 000 45 540 000
Kasir 2 2 700 000 16 200 000 35 640 000 37 260 000
Pelayan 5 900 000 10 800 000 59 400 000 62 100 000
JUMLAH 153 000 000 168 300 000 175 950 000
2 Bahan Bakar
Bensin 1 800 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000
Lampiran 2. Biaya tetap
3 Biaya Keamanan 300 000 3 600 000 3 600 000 3 600 000
4 Biaya Kebersihan 250 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000
5 Biaya Listrik 2 500 000 30 000 000 30 000 000 30 000 000
6 Biaya Penyusutan 293 213 000 293 213 000 293 213 000
7 Biaya Perlengkapan Tahunan 5 575 000 5 575 000 5 575 000
8 Biaya Air 800 000 9 600 000 9 600 000 9 600 000
JUMLAH 366 588 000 366 588 000 366 588 000
TOTAL BIAYA TETAP 519 588 000 534 888 000 542 538 000
Keterangan:
Kenaikan gaji pada tahun 2011 sebesar 10% dan pada tahun 2012 sebesar 15% sesuai ketetapan UMR dan
kebijakan perusahaan
1
32
Lampiran 3. Biaya variabel
Biaya Biaya Per Tahun
No
Operasional
Biaya Biaya per
2010 2011 2012
per Hari Bulan
Biaya Variabel Dalam (Rp)
A 1 Bahan Baku Utama
Ikan Bandeng 80 000 2 400 000 28 800 000 31 680 000 34 560 000
Ikan Gurame 80 000 2 400 000 28 800 000 31 680 000 34 560 000
Cumi 50 000 1 500 000 18 000 000 19 800 000 21 600 000
Udang 50 000 1 500 000 18 000 000 19 800 000 21 600 000
Ayam 40 000 1 200 000 14 400 000 15 840 000 17 280 000
Daging Sapi 50 000 1 500 000 18 000 000 19 800 000 21 600 000
JUMLAH 10 500 000 126 000 000 138 600 000 151 200 000
Bumbu Jadi 8 000 240 000 2 880 000 3 168 000 3 456 000
Bawang Merah 10 000 300 000 3 600 000 3 960 000 4 320 000
Bawang Putih 8 000 240 000 2 880 000 3 168 000 3 456 000
Beras 50 000 1 500 000 18 000 000 19 800 000 21 600 000
Sayur Sayuran 30 000 900 000 10 800 000 11 880 000 12 960 000
Minyak 25 000 750 000 9 000 000 9 900 000 10 800 000
Tepung 8 000 240 000 2 880 000 3 168 000 3 456 000
Angsiau 5 000 150 000 1 800 000 1 980 000 2 160 000
Gula 25 000 750 000 9 000 000 9 900 000 10 800 000
Telur 50 000 1 500 000 18 000 000 19 800 000 21 600 000
Kerupuk 10 000 300 000 3 600 000 3 960 000 4 320 000
Styrofoam 15 000 450 000 5 400 000 5 940 000 6 480 000
Sendok pelastik 5 000 150 000 1 800 000 1 980 000 2 160 000
Aneka Plastik 10 000 300 000 3 600 000 3 960 000 4 320 000
Garam 12 000 360 000 4 320 000 4 752 000 5 184 000
JUMLAH 8 130 000 97 560 000 107 316 000 117 072 000
4 Biaya Minuman
Aneka Buah 8 000 240 000 2 880 000 3 168 000 3 456 000
Soft Drink 50 000 1 500 000 18 000 000 19 800 000 21 600 000
Teh 15 000 450 000 5 400 000 5 940 000 6 480 000
Fruit Drink 50 000 1 500 000 18 000 000 19 800 000 21 600 000
JUMLAH 3 690 000 44 280 000 48 708 000 53 136 000
5 Biaya Gas Elpiji
Biaya Gas
50 000 1 500 000 18 000 000 19 800 000 21 600 000
Elpiji
JUMLAH 1 500 000 18 000 000 19 800 000 21 600 000
TOTAL BIAYA VARIABEL 285 840 000 314 424 000 343 008 000
Keterangan:
Kenaikan harga bahan baku pada tahun 2011-2012 mengalami kenaikan sebesar 10% sesuai
data inflasi tahun 2012
2
33
TAHUN
No URAIAN
2010 2011 2012
Dalam (Rp)
1 Penjualan 988 255 000 1 175 297 000 1 201 904 000
2 Biaya Oprasional 805 428 000 849 312 000 885 546 000
(Tetap + Variabel)
3 Margin Kotor 182 827 000 325 985 000 316 358 000
5 Laba Bersih 164 544 300 293 386 500 284 722 200
34 3
Keterangan:
Modal Awal Belanja : Lampiran 3. Total biaya variabel tahun 2010/12
Beban Gaji : Lampiran 2. Total biaya tenaga kerja 2010/12
4 35
III Net Benefit (I-II) Rp -288 260 000 164 544 300 293 386 500 765 699 200
X IRR % 38%
Keterangan:
Biaya Invesasi Peralatan: Lampiran 1. (B+C+D)
Modal kerja awal tahun: Lampiran 5
36 5
Total Inflow Rp 869 664 400 1 034 261 360 1 491 132 520
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Rp 251 690 000
Peralatan (B+C+D)
Biaya Operasional Rp 36 570 000 805 428 000 849 312 000 885 546 000
Pajak Rp 18 282 700 32 598 500 31 635 800
Total Outflow Rp 288 260 000 823 710 700 881 910 500 917 181 800
III Net Benefit (I-II) Rp -288 260 000 45 953 700 152 350 860 573 950 720
V PV Net Benefit Rp -288 260 000 43 352 547 135 591 723 481 900 092
X IRR % 7%
Keterangan:
Biaya Invesasi Peralatan: Lampiran 1. (B+C+D)
Modal kerja awal tahun: Lampiran 5
6 37
I INFLOW
924 018 425 1 098 902 695 1 073 290 240
Nilai Penjualan Rp
480 977 000
Nilai Sisa Rp
924 018 425 1 098 902 695 1 554 267 240
Total Inflow Rp
II OUTFLOW
Biaya Investasi
Rp 251 690 000
Peralatan (B+C+D)
36 570 000 805 428 000 849 312 000 885 546 000
Biaya Operasional Rp
18 282 700 32 598 500 31 635 800
Pajak Rp
288 260 000 823 710 700 881 910 500 917 181 800
Total Outflow Rp
-288 260 000 100 307 725 216 992 195 637 085 440
III Net Benefit (I-II) Rp
1 0.943 0.890 0.840
IV Discount Factor (DF) %
-288 260 000 94 629 929 193 122 281 534 909 220
V PV Net Benefit Rp
822 661 431
VI PV Positif Rp
-288 260 000
VII PV Negative Rp
534 401 431
VIII NPV Rp
2.85
IX NET B/C Rp
7%
X IRR %
2.76
XI PBP Tahun
Keterangan:
Biaya Invesasi Peralatan: Lampiran 1. (B+C+D)
Modal kerja awal tahun: Lampiran 5