ABSTRAK
1
PENDAHULUAN untuk memberi nilai tambah produk
pertanian tersebut. Hal ini akan
Agribisnis merupakan bisnis yang menambah manfaat yang lebih luas, baik
berbasis pertanian. Kegiatan agribisnis, dalam hal memenuhi kebutuhan
selain kegiatan fisik dipertanian juga masyarakat maupun bagi pengusaha
perlu sarana penunjang. Misalnya industri pengolahan tersebut (Mubyarto
penelitian dan pengembangan keuangan dalam Arief, 2011).
dan kelembagaan. Secara umum kegiatan Salah satu kegiatan agribisnis
agribisnis perlu dilakukan secara terpadu. yang sedang berkembang di propinsi
Agribisnis merupakan suatu kesatuan Aceh adalah usaha kerajinan pembuatan
kegiatan usaha yang meliputi salah satu bunga kering. Kerajinan bunga kering
atau keseluruhan dari mata rantai adalah kerajinan yang berasal dari
produksi, pengolahan hasil dan beraneka ragam jenis tanaman yang telah
pemasaran yang ada hubungannya dikeringkan dan kemudian dirangkai.
dengan pertanian, dalam arti luas yaitu Bahan baku pembuatannya berasal dari
kegiatan usaha yang menunjang kegiatan beraneka ragam jenis buah-buahan dan
pertanian dan kegiatan usaha yang tumbuh-tumbuhan di daerah tropis.
ditunjang oleh kegiatan-kegiatan Bagian yang digunakan adalah buah,
pertanian (Arief, 2011). bunga, daun, akar dan batang tanaman
Pembangunan sistem agribisnis yang memiliki bentuk yang tahan lama
mencakup lima sub sistem diantaranya dan tidak mudah berubah wujudnya.
sub sistem pengolahan (down stream Di desa Kulu Kuta kecamatan
agribusiness) yakni industri yang Kutablang Kabupaten Bireuen usaha
mengolah komoditas pertanian primer kerajinan pembuatan bunga kering juga
(agroindustri) menjadi produk olahan, sudah mulai diusahakan sebagai salah
baik produk antara (Intermediate satu industri rumah tangga yang
product) maupun produk akhir (finish menghasilkan suatu jenis kerajinan yang
product). Termasuk didalamnya industri bernilai ekonomis. Kerajinan bunga
makanan, industri minuman, industri kering perlahan meningkat tiap tahunnya,
barang-barang serat alam (barang-barang disertai dengan peningkatan dalam
karet, plywood, pulp, kertas, bahan-bahan pengembangan disain dan fungsi produk,
bangunan terbuat dari kayu, rayon, sehingga dengan meningkatnya
benang dari kapas/sutera, barang-barang permintaan maka jumlah produksi juga
kulit dan karung goni). Industri harus ditingkatkan. Namun, karena
biofarmaka dan industri agrowisata dan adanya keterbatasan faktor produksi yang
estetika (Sutawi, 2012). disebabkan oleh kelangkaan bahan baku
Industri kecil dan kerajinan rakyat menyebabkan produktivitas kerajinan
dewasa ini terus ditingkatkan, sebab bunga kering menjadi kurang maksimal,
usaha ini merupakan usaha keluarga yang sehingga pengusaha harus memiliki
pada umumnya melibatkan masyarakat inovasi baru dengan menggunakan bahan
dan merupakan sumber kehidupan baku yang mudah diperoleh dan berusaha
banyak orang serta merupakan pengguna merangkainya dengan bentuk-bentuk
perkembangan industri besar. Sektor yang lebih kreatif, menarik dan unik agar
industri terutama industri pengolahan produk yang dihasilkan tidak
hasil pertanian memegang peranan membosankan dan salalu diminati
penting di negara kita. Perlunya masyarakat.
pengembangan sektor industri Tidak hanya itu besarnya modal
pengolahan hasil-hasil pertanian adalah juga berpengaruh terhadap output
2
produksi yang siap untuk dipasarkan. penelitian ini dilakukan secara sengaja
Sehingga suatu analisis kelayakan usaha (purposive), dengan pertimbangan bahwa
perlu dilakukan agar pengusaha dapat desa Kulu Kuta merupakan salah satu
mengambil keputusan apakah usaha ini daerah yang mempunyai usaha kerajinan
layak atau tidak untuk dijalankan di bunga kering. Penelitian ini dilakukan
waktu yang akan datang. Dengan analisis pada bulan Januari 2017.
kelayakan juga dapat membantu Metode yang dilakukan dalam
pengusaha untuk mengetahui prediksi penelitian ini adalah metode kuantitatif
keuntungan yang diperoleh serta deskriptif. Teknik analisis data yang
meminimalkan atau menghindari resiko digunakan dalam penelitian ini yaitu
kerugian keuangan yang penuh analisis biaya, penerimaan, keuntungan,
ketidakpastian dimasa yang akan datang, kelayakan, Revenue Cost (R/C) Ratio,
baik resiko yang dapat dikendalikan B/C (Benefit Cost) Ratio dan Return of
maupun yang tidak dapat dikendalikan Invesment (ROI).
agar penanaman investasi yang dilakukan
pada usaha tersebut tidak sia-sia. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan uraian di atas peneliti a) Analisis Biaya
tertarik untuk mengetahui lebih 1. Biaya Tetap
mendalam tentang kelayakan usaha Biaya tetap (Fixed Cost) adalah
kerajinan bunga kering. Adapun yang biaya yang dikeluarkan pada usaha
menjadi judul penelitian ini adalah kerajinan bunga kering yang
³$QDOLVLV .HOD\DNDQ 8VDKD .HUDMLQDQ penggunaannya tidak habis dalam satu
Bunga Kering di Desa Kulu Kuta masa produksi. Besar kecilnya biaya
Kecamatan Kutablang Kabupaten tetap tersebut tidak dipengaruhi oleh
%LUHXHQ´
banyaknya produksi yang dihasilkan.
Pada usaha kerajinan bunga kering di
METODE PENELITIAN
Desa Kulu Kuta yang termasuk biaya
Penelitian ini dilakukan di tetap adalah biaya penyusutan peralatan.
Penelitian ini dilaksanakan di desa Kulu Adapun komponen biaya penyusutan
Kuta Kecamatan Kutablang Kabupaten peralatan pada usaha kerajinan bunga
Bireuen pada kerajinan bunga kering kering dapat dilihat pada Tabel berikut.
milik Ibu Mardiana. Penentuan lokasi
Tabel 1. Biaya Penyusutan Peralatan Pada Usaha Kerajinan Bunga Kering /Produksi
Umur
Harga Total Harga Penyusutan Penyusutan
No Uraian Volume Satuan Ekonomis
(Rp/Satuan) (Rp) (Rp/Tahun) (Rp/Produksi)
(Tahun)
3
Berdasarkan tabel di atas kerajinan bunga kering di Desa Kulu
diketahui bahwa dalam setahun Ibu Kuta adalah sebesar sebesar Rp.
Mardiana melakukan produksi sebanyak 100.000,-/produksi atau sebesar Rp.
4 (empat) kali, yaitu 3 (tiga) bulan sekali. 400.000,-/tahun.
Dari Tabel di atas juga terlihat bahwa
biaya peralatan yang paling besar yang 2. Biaya Variabel
harus dikeluarkan untuk menjalankan Biaya variabel adalah biaya yang
usaha kerajinan bunga kering yaitu biaya besarnya sangat tergantung pada jumlah
untuk membeli alat potong sebesar Rp. produksi, biaya tersebut akan berubah
500.000, dan biaya terkecil adalah biaya sebanding dengan perubahan volume
untuk membeli gunting sebesar Rp. kegiatan produksi. Pada usaha kerajinan
60.000. Jadi total biaya peralatan yang bunga kering di Desa Kulu Kuta yang
harus dikeluarkan untuk usaha kerajinan termasuk dalam biaya variabel pada
bunga kering adalah sebesar Rp. 880.000, usaha kerajinan bunga kering meliputi
dengan biaya penyusutan sebesar Rp. biaya bahan baku, biaya pekerja, dan
400.000,-/tahun atau sebesar Rp. lain-lain. Adapun rinciannya dapat dilihat
100.000,-/produksi. Jadi total biaya tetap pada Tabel berikut ini:
yang harus dikeluarkan pada usaha
Tabel 2. Total Biaya Variabel Pada Usaha Kerajinan Bunga Kering /Produksi
Harga Total Persentase
No Uraian Volume Satuan
(Rp/Satuan) (Rp/Produksi) (%)
Biaya Bahan Baku
1 Bambu 5 Batang 15.000 75.000 0,73
Daun, buah, dan
2 100 Kg 20.000 2.000.000 19,37
pelepah tanaman
Biaya Pekerja
1 Membuat bunga 1 Orang/tangkai 2.000 4.000.000 38,74
2 Merangkai 1 Orang/tangkai 1.000 2.000.000 19,37
3 Mengecat 1 Orang/tangkai 500 1.000.000 9,69
Biaya Lain-lain
1 Pot 200 Pot 5.000 1.000.000 9,69
2 Lem 1 Lusin 100.000 100.000 0,97
3 Listrik 1 Bulan 50.000 150.000 1,45
Total Biaya Variabel 10.325.000 100
Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2016
4
3. Total Biaya dan biaya variabel pada usaha kerajinan
Total biaya dari suatu usaha bunga kering telah disampaikan
merupakan jumlah keseluruhan biaya, sebelumnya. Adapun total biaya dari
yang terdiri dari biaya tetap dan biaya usaha kerajinan bunga kering dapat
variabel. Uraian mengenai biaya tetap dilihat pada Tabel berikut ini.
5
Tabel 5. Keuntungan Usaha Kerajinan Bunga Kering /Produksi
Uraian Jumlah (Rp/produksi)
Total Penerimaan 24.000.000
Total Biaya 10.425.000
Keuntungan 13.575.000
Sumber : Data primer (diolah), Tahun 2016
Tabel di atas menunjukkan bahwa rasio sebesar 1,30, bermakna untuk setiap
total biaya yang dikeluarkan pemilik Rp. 100.000,- biaya yang dikeluarkan,
usaha kerajinan bunga kering adalah maka usaha kerajinan bunga kering akan
sebesar Rp. 10.425.000,-/produksi. memperoleh keuntungan sebesar Rp.
Sedangkan total penerimaan yang 130.000,-
diperoleh adalah sebesar Rp. 24.000.000,-
/produksi. Adapun keuntungan yang 3) Return of Invesment (ROI)
diperoleh dari total penerimaan dikurangi Nilai Return of Invesment (ROI)
dengan total biaya yang dikeluarkan yang diperoleh usaha kerajinan bunga
adalah sebesar Rp. 13.575.000,-/produksi kering adalah 130,22 %. Ini berarti
atau sebesar Rp. 4.525.000,-/bulan atau bahwa besarnya pengembalian modal
sebesar Rp. 54.300.000,-/tahun. dari usaha kerajinan bunga kering adalah
sebesar 130,22 %. Jadi jika dibandingkan
d) Analisis Kelayakan dengan suku bunga Bank yang berlaku
1) R/C (Revenue Cost) Ratio yaitu sebesar 15% / tahun, maka nilai ROI
Suatu usaha dikatakan layak dan > suku bunga Bank, sehingga dapat
menguntungkan apabila nilai R/C lebih disimpulkan bahwa usaha kerajinan
besar dari 1 (R/C > 1). Semakin besar bunga kering menguntungkan dan layak
nilai R/C maka semakin layak suatu untuk diusahakan
usaha dilakukan. Dari hasil perhitungan
di atas diperoleh nilai R/C rasio sebesar
2,30. Karena nilai R/C > 1, maka dapat KESIMPULAN
disimpulkan bahwa usaha kerajinan
bunga kering menguntungkan dan layak Berdasarkan hasil penelitian dan
untuk diusahakan. Dengan kata lain R/C analisis yang telah dilakukan diketahui
rasio sebesar 2,30, bermakna untuk setiap bahwa usaha kerajinan bunga kering di
Rp. 100.000 biaya yang dikeluarkan, Desa Kulu Kuta Kecamatan Kutablang
maka usaha kerajinan bunga kering akan Kabupaten Bireuen menguntungkan,
memperoleh pendapatan kotor dengan total keuntungan adalah sebesar
(penerimaan) sebesar Rp. 230.000,- Rp. 13.575.000,-/produksi atau sebesar
Rp. 54.300.000,-/tahun. Dari besarnya
2) B/C (Benefit Cost) Ratio keuntungan yang diperoleh dan
Suatu usaha dikatakan layak dan berdasarkan perhitungan nilai R/C rasio,
menguntungkan apabila nilai B/C lebih B/C rasio dan nilai ROI, dapat
besar dari 0 (B/C > 0). Semakin besar disimpulkan bahwa usaha kerajinan
nilai B/C maka semakin layak suatu bunga kering di Desa Kulu Kuta
usaha dilakukan. Dari hasil perhitungan Kecamatan Kutablang Kabupaten
di atas diperoleh nilai B/C rasio sebesar Bireuen layak untuk diusahakan.
1,30. Karena nilai B/C > 0, maka dapat
disimpulkan bahwa usaha kerajinan
bunga kering menguntungkan dan layak
untuk diusahakan. Dengan kata lain B/C
6
DAFTAR PUSTAKA Joesron dan Fathorrozi. 2007. Teori
Ekonomi Mikro. Edisi Kedua. PT.
Arief, Hidayatullah. 2011. Analisis Salemba Empat: Jakarta.
Keuntungan Usaha Kerajinan Kasmir dan Jakfar. 2007. Studi
Anyaman Enceng Gondok Di Kelayakan Bisnis, Edisi 2.
Kecamatan Amuntai Selatan Kencana: Jakarta.
Kabupaten Hulu Sungai Utara.
ISSN 1412-1468. Jurnal. Sekolah Kunarjo. 2006. Perencanaan dan
Tinggi Ilmu Pertanian Amuntai. Pembiayaan Pembangunan.
Agus, Purwoko. 2011. Analisis Finansial Gramedia. Jakarta.
dan Pemasaran Keranjang Bambu Rahim dan Hastuti. 2007. Ekonomi
di Gampong Sigodang, Kecamatan Pertanian. Penebar Swadaya,
Panei, Kabupaten Simalungun. Jakarta
Jurnal. Saputra, A. 2010. Bisnis Bunga Kering
Buchari, Alma. 2007. Manajemen [terhuubung berkala].
Pemasaran dan Pemasaran Jasa. http://younganalysis.blogspot.com/
Penerbit Alfabeta Bandung. 2010/10/bisnis-bunga-kering.html.
Darmayani. 2014. Strategi Pemasaran Diakses [tanggal 26 Februari 2016].
Kerajinan Buah Kering Untuk Sadono, S. 2012. Ekonomi Pembangunan
Meningkatkan Nilai Ekspor Pada Proses masalah dan Dasar
Ud. Indo Nature, Lombok±17%´ . Kebijakan, cetakan ketiga, Penerbit
Fakultas Ilmu Administrasi Kencana, Jakarta.
Universitas Brawijaya Malang. Soeharjo dan Patong, 2006. Sendi-Sendi
Fatmawati, 2011. Analisis Kelayakan Pokok Usaha Tani. Departemen
Usaha Kerajinan Anyaman Tikar Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas
Pandan di Kecamatan Jaya, Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Kecamatan Tidore Utara, Tidore Sugiarto. 2010. Ekonomi Mikro Suatu
Kepulauan. Jurnal. Pendekatan Praktis. Gramedia
Harahap. S, 2007. Analisis Kritis Atas Pustaka Utama : Jakarta.
Laporan Keuangan. Jakarta Raja Surya. 2008. Manajemen Kinerja. Edisi
Grafindo. Ketiga. Kompas Gramedia Group.
Ibrahim Yacob, H. M. 2007. Studi Jakarta.
Kelayakan Bisnis, Edisi Revisi, Sutawi. 2012. Manajemen Agribisnis.
Penerbit PT. Rineka. Cipta, Jakarta. Bayu Media dan UMM press.
Ika, Wahyuni, 2010. Analisis Usaha Malang.
Industri Emping Melinjo Skala Witjaksono, Armanto. 2006. Akuntansi
Rumah Tangga di Kabupaten biaya 1st edition. Graha Ilmu :
Mangetan. Fakultas Pertanian Yogyakarta.
Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.