Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KERJA PRAKTEK

JARINGAN DISTRIBUSI 20KV PT. PRIMORDIA SIPARUP


PERKAS PEMATANG SIANTAR SUMATERA UTARA

Oleh:

RINAT WANDIKBO 160402111

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
202
2

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN HASIL KERJA PRAKTEK

JARINGAN DISTRIBUSI 20KV PLTA ASAHAN III

PT. PRIMORDIA SIPARUP PERKASA

PEMATANG SIANTAR

Tanggal 06 September 2022 s.d 05 Januari 2023

DI SUSUN OLEH:

Rinat Wandikbo 160402111

DI SETUJUI OLEH:

Pembimbing Lapangan

SUHERMAN, ST, M.COM,PH.D


NIP : 1978020202003121001

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2023
3

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN HASIL KERJA PRAKTEK
JARINGAN DISTRIBUSI 20KV PLTA ASAHAN III

PT. PRIMORDIA SIPARUP PERKASA

PEMATANG SIANTAR

tanggal 06 September 2022 s.d. 06 Januari 2023

DISUSUN OLEH:

RINAT WANDIKBO 160402111


DISETUJUI DAN DI SAHKAN
OLEH:
KOORDINATOR KERJA PRAKTEK

SUHERMAN, ST, M.COM,PH.D


NIP : 1978020202003121001

DIKETAHUI OLEH
KETUA DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK USU

SUHERMAN, ST, M.COM,PH.D


NIP : 1978020202003121001

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
4

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Magang yang telah
penulis laksanakan lebih kurang 4 bulan yaitu dari tanggal 06 September 2022 s.d
06 Januari 2023 yang bertempat di PT. PRIMORDIA SIPARUP PERKASA (PSP)
Pematang Siantar.

Adapun laporan ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mata
kuliah Kerja Praktek pada Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara.

Dalam pelaksanaan Kerja Praktek ini penulis tidak bisa terlepas dari banyak
pihak, maka pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada:

1. Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis dari
kecil hingga saat ini.
2. Bapak Suherman ST. M.Comp. Ph.D selaku ketua Departemen Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, sekaligus Dosen pembimbing
Kerja Praktek penulis selama masa Kerja Praktek
3. Bapak Endot Purba selaku Direktur Utama PT. Primordia Siparup Perkasa
4. Bapak Dr. Maksum Pinem ST. MT selaku Dosen Wali penulis.
5. Bapak Erickson Simangunsong ST sebagai General Manager PT. Primordia
Siparup Perkasa Pematang Siantar.
6. Bapak Riopran Sianipar selaku Manajer Project PT. Primordia Siparup Perkasa
Pematang Siantar.
7. Bapak Jhonson Siaahan S.H, M.H selaku pembimbing 1 penulis di lapangan
8. Ibu Sofia Ginting selaku orangtua wali penulis, yang selalu mendukung dan
mendoakan saya tanpa rasa lelah dan bosan.
9. Parah senioritas dan Alumni DTE USU serta teman-teman saya yang tidak
dapat saya sebut satu persatu.
Saya menyadari bahwa Laporan Magang ini masih belum sempurna, Oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhirnya
penulis berharap Laporan Magang ini dapat bermanfaat bagi para pembaca,
khususnya mahasiswa yang ingin mendalami ilmu system jaringan distribusi
20KV

Pematang Siantar, 05 Januari 2023


Penulis

Rinat Wandikbo
160402111
5

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN 1

KATA PENGANTAR........................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Tujuan Kerja Praktek........................................................................................1
1.3 Manfaat kerja praktek.......................................................................................2
1.4 Ruang Lingkup Kerja Praktek…………………………………………………………………………….2
1.5 Batasan masalah.................................................................................................2
1.6 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan.........................................................................3

BAB II PROFIL PT. PRIMORDIA SIPARUP PERKASA


2.1 Sejarah Berdirinya PT. Primordia Siparup Perkasa.............................……..5
2.2 Visi, Misi dan Motto PT. Primordia Siparup Perkasa.................................9
2.3 Struktur Organisasi PT. Primordia Siparup Perkasa.................................10
2.4 Jenis Layanan PT. Primordia Siparup Perkasa...........................................12

BAB III TEORI DASAR JARINGAN DISTRIBUSI


3.1 Jaringan Distribusi............................................................................................14
3.1.1 Hantaran Udara...........................................................................................15
3.1.2 hantaran Bawah Tanah.............................................................................16
3.1.3 Jenis-Jenis Jaringan Distribusi............................................................17
3.2 Komponen Utama Konstruksi SUTM........................................................19

3.2.1 Penghantar……………………………………………………………20

3.2.2 Isolator………………………………………………………………..21

3.2.3 Tiang………………………………………………………………….22

3.2.4 Transformator………………………………………………………...23

3.3 Persyaratan Sistem Distribusi Tenaga Listrik……………………………..24

3.3.1 Keterandalan Sistem………………………………………………….25


6

3.3.2 Kualitas Sistem……………………………………………………….26

3.3.3 Perencanaan Sistem…………………………………………………..27

3.4 Penghantar………………………………………………………………....28

3.4.1 Kabel XLPE…………………………………………………………..29

3.4.2 Resistansi (Tahanan)………………………………………………….30

3.5 Daya…………………………………………………………………………31

3.5.1 Faktor Daya…………………………………………………………..32

3.5.2 Daya Aktif…………………………………………………………....33

3.5.3 Daya Reaktif…………………………………………………………34

3.5.4 Daya Semu…………………………………………………………...35

3.5.5 Segitiga Daya……………………………………………..………….36

3.5.6 Sistem Tiga Phasa Hubungan Bintang……………………………….37

3.5.7 Sistem Tiga Phasa Hubungan Delta………………………………….38

3.5.8 Rugi Daya………………………………………………………….....39

3.5.9 Reaktansi Induktif……………………………………………………40

3.5.10 Jatuh Tegangan…………………………………….….…………….41

3.6 Biaya Listrik……………………………………………………………….42

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK JARINGAN DISTRIBUSI 20KV PLTA


ASAHAN III OLEH PT. PRIMORDIA SIPARUP PERKASA PEMATANG
SIANTAR
4.1 Tahapan Awal Proyek Jaringan Distriusi 20KV PLTA Asahan III...............31
4.1.1 Penggalian Tanah..........................................................................................31
4.1.2 Pemantelan...................................................................................................32
4.1.3 Penambangan Pohon....................................................................................32
4.1.4 Penarikan Kabel..........................................................................................39
4.2 Komponen Utama Konstruksi Pada Jaringan Distribusi 20KV PLTA Asahan III…..40
7

BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN..........................................................................................45
5.2 SARAN.......................................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................46
LAMPIRAN........................................................................................................48
8

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebelum memasuki dunia kerja mahasiswa harus memiliki pengalaman dan
pengetahuan agar tidak merasa asing dan kesulitan dalam mengawali tugas-tugasnya pada
dunia kerja yang baru. Mereka dituntut untuk selalu siap dan peka terhadap tugas yang
diberikan. Selain itu, juga dibutuhkan keterampilan dan kreatifitas dalam penyelesaian
masalah dan tantangan yang biasa ada dalam dunia pekerjaan.

Kerja praktek merupakan program yang wajib diikuti seluruh mahasiswa Fakultas
Teknik terkhusus Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara sebelum menyeselasikan
sarjana S-1. Dengan program ini dapat membantu mahasiswa dalam mempersiapkan
bekal dan pengalaman yang cukup untuk ikut persaingan yang berat di dalam dunia
industri yang mengharuskan para lulusan perguruan tinggi yang ingin berkecimpung di
dunia kerja.

Program kerja praktek ini diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk menambah
pengalaman mengenai dunia kerja. Dengan program kerja praktek ini mahasiswa
mendapatkan kesempatan untuk menerapkan ilmunya di lapangan tentang apa yang
selama ini telah didapatkan di bangku kuliah, dan juga mendapatkan ilmu yang baru yang
tidak pernah dibahas sebelumnya di bangku perkuliahan. Mahasiswa akan merasakan
keuntungan dari kerja praktek ini karena mereka akan mengerti masalah dan hal-hal yang
terjadi di lapangan, hal ini akan menjadi pertimbangan bagi mahasiswa sebelum lulus
studi dan setelah lulus studi.

Dengan waktu kerja praktek yang singkat haruslah dimanfaatkan dengan sebaik-
baiknya agar program yang singkat ini berlangsung dan berakhir dengan baik dan
memberikan manfaat bagi mahasiswa, evaluasi sangat dibutuhkan untuk sebuah
kemajuan maka evaluasi kerja praktek dituliskan pada sebuah laporan kerja praktek,
dimana laporan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan.

1.2 Tujuan Kerja Praktek


1.2.1 Tujuan Secara Umum:
Secara umum kerja praktek ini bertujuan:
a) Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai hubungan antara teori dengan
penerapannya di dunia kerja serta faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat
menjadi bekal bagi mahasiswa setelah terjun di masyarak at atau dunia kerja.
b) Mahasiswa memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja yang praktis, yaitu
secara langsung dapat menjumpai, merumuskan, serta memecahkan
permasalahan yang ada di dalam kegiatan di bidang teknologi
ketenagalistrikan.
9

c) Meningkatkan wawasan mahasiswa tentang berbagai kegiatan di jaringan


distribusi tenaga listrik.
d) Menginteraksikan pengetahuan teoritis ilmu-ilmu dasar dengan perilakunya pada
saat diterapkan di lapangan.
e) Mengetahui pola kerja dan perilaku pekerja profesional di lapangan, dengan
harapan dapat memiliki pengalaman dan pelajaran dari pengetahuan tersebut.
f) Membuka wawasan baru tentang suatu perusahaan dan aktivitas kerja perusahaan
tersebut.
g) Membuka interaksi antara dunia akademis dan dunia usaha dalam simbiosis
mutualisme (saling menguntungkan).
h) Melatih disiplin dan tanggung jawab serta memantapkan keterampilan yang
dimiliki.

1.3 Manfaat Kerja Praktek


1.3.1 Bagi Mahasiswa
a) Dapat memperoleh tambahan wawasan, pengetahuan dan keterampilan yang
relevan untuk meningkatkan kompetensi, kecerdasan intelektual dan emosi.
b) Berkesempatan untuk belajar menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama
pendidikan dalam berbagai kasus real perusahaan atau lembaga lain.
c) Mahasiswa dapat belajar untuk lebih profesional dalam mengerjakan setiap
pekerjaan dengan keterampilan emosional secara luas dalam dunia kerja yang
dibutuhkan.
d) Mengetahui dengan lebih jelas mengenai realita dunia kerja secara langsung.
e) Mampu beraktualisasi dan berkreasi pada ilmu yang dimiliki serta dalam
hubungan berkomunikasi dalam lingkungan kerjanya.
f) Memperdalam dan meningkatkan keterampilan dan kreatifitas diri dalam
lingkungan yang sesuai dengan disiplin ilmu yang dimilikinya.
g) Menjadi bahan persiapan menghadapi dunia kerja dan menyiapkan langkah-
langkah yang diperlukan untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan kerja dimasa
mendatang.
h) Menambah wawasan dan pengetahuan kerja agar siap terjun langsung di dunia
kerja.

1.3.2 Bagi Perusahaan


a) Dapat melaksanakan salah satu bentuk tanggungjawab sosial perusahaan atau
lembaga kepada masyarakat.
b) Sebagai sarana untuk menjalin hubungan kerjasama yang baik antara perusahaan
dengan Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Teknik Elektro dan
sebagai wujud kepedulian perusahaan terhadap masa depan generasi muda serta
menunjukkan keterbukaan perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan
nilai atau citra publik di masyarakat.
10

c) Merupakan sarana penghubung antara instansi atau perusahaan dan Lembaga


Pendidikan Tinggi.
d) Sebagai sarana untuk memberikan pertimbangan dalam menentukan kriteria
tenaga kerja yang dibutuhkan oleh instansi atau perusahaan yang bersangkutan,
dilihat dari segi sumber daya manusia yang dihasilkan Lembaga Pendidikan
Tinggi.
e) Sebagai sarana peningkatan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia,
terutama calon tenaga kerja sehingga memudahkan dalam proses pencarian
tenaga kerja profesional.

1.3.3 Bagi Universitas

a) Sebagai sarana untuk memperluas jaringan kerja sama dengan perusahaan dan
lembaga lain yang terkait.
b) Sebagai sarana dalam penerapan teori-teori yang telah dipelajari selama
mengikuti perkuliahan ke dunia kerja yang sesungguhnya.
c) Untuk menambah wawasan praktis pada perusahaan sehingga mahasiswa
mendapatkan gambaran realita kerja yang sesungguhnya.
d) Untuk memperkenalkan instansi pendidikan Jurusan S-1 Teknik Elektro,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

1.4 Ruang Lingkup Kerja Praktek

a) Kerja praktek wajib dilakukan oleh mahasiswa yang telah memenuhi


persyaratan
b) Kerja praktek dapat dilakukan di perusahaan atau instansi swasta juga
pemerintahan.
c) sifat kerja praktek:
• Latihan bekerja dengan disiplin dan bertanggungjawab.
• Menambah wawasan dalam bidang kelistrikan dan mengaplikasikan ilmu yang
sudah didapat selama perkuliahan.
d) Membuat sebuah laporan kerja praktek sebagai evaluasi yang telah dilegalisir oleh
perusahaan dan instansi yang terkait.

1.5 Batasan Masalah


Penulis membatasi permasalahan-permasalahan yang akan dibahas pada laporan kerja
praktek di PT. PRIMORDIA SIPARUP PERKASA Pematang Siantar. Permasalahan-
permasalahan yang akan dibahas adalah mengenai gambaran secara umum Jaringan
Distribusi 20kv.
11

1.6 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan


Tempat : PLTA ASAHAN III, JALAN SIGURA-GURA
Alamat : PT. PRIMORDIA SIPARUP PERKASA, PERUMAHAN MERANTI
PERMAI
JALAN MERANTI BATU NO. 3 PEMATANG SIANTAR

Pelaksanaan kerja praktek selama 4 (empat) bulan dimulai sejak tanggal 07 September
2022 sampai dengan 05 Januari 2023. Waktu pelaksanaan kerja praktek untuk hari
Senin-Sabtu dimulai dari pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB.
12

BAB II
PROFIL PT. PRIMORDIA SIPARUP PERKASA

2.1 Sejarah singkat Berdirinya PT. PRIMORDIA SIPARUP PERKASA

Primordia didirikan pada awal tahun 2013 sebagai Primordia Siparup Perkasa (PSP)
sebagai Kontraktor Listrik yang berfokus pada instalasi Tegangan Menengah dan
Tegangan Rendah untuk mendukung infrastruktur seperti bandara dan instalasi
pengolahan air. Sejak itu, PSP telah memperluas kemampuannya menjadi kontraktor
tenaga EPC yang memungkinkan pembangkitan, transmisi dan distribusi listrik terutama
dari sumber terbarukan. Pada tahun 2016, PSP mulai membangun beberapa Jalur
Distribusi Tegangan Menengah untuk Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro di Sumatera
Utara dan terus membangun desain tipikal di Gorontalo, Nusa Tenggara Timur dan
Jawa. Pada awal tahun 2018, PSP masuk ke instalasi Tegangan Tinggi dan uprated serta
membangun Gardu Induk dan Transmisi untuk PLN. Pada tahun 2019, Primordia
memasuki layanan transportasi berbasis ass untuk mendukung operasional
pelanggan. PSP menyediakan MPV,
PSP melanjutkan upaya untuk menguasai keahlian dan pengetahuan teknis dalam
membangun semua jenis aspek kelistrikan pembangkit listrik dan secara paralel
berinvestasi dalam aset yang mendukung Rencana Pembangunan Infrastruktur Indonesia

2.2 Visi, Misi dan Motto PT. Primordia Siparup Perkasa

a. Visi
Menjadi salah satu perusahaan dengan pelayanan terbaik di setiap sektor yang
PSP operasikan
b. Misi
Primordia Siparup Perkasa bekerja untuk memberikan layanan yang melampaui
harapan pelanggan, karyawan, dan pemegang saham
c. Motto

R E A C H
Respectful Excellence Agility Compliance Healthy
13

2.4 Struktur Organisasi PT. Primordia Siparup Perkasa

Endot Purba
Direktur Utama

Erikson Simangunsong
General Manager

Roipran N. Sianipar
Project Manager

Febrianto E. Pakpahan Mardes H. Simanjuntak


Site Manager Safety Oficer

Sergio S. Simatupang James F Gultom Fajar Afandi Cristopher Siregar


Drafter Quality Control Engineer Adm Supervisor

Gambar Struktur Organisasi PT. Primordia Siparup Perkasa

2.5 Layanan Pada PT. Primordia Siparup Perkasa

Primordia Siparup Perkasa adalah salah perusahaan kontraktor listrik EPC yang
mengerjakan pembangkitan, transmisi dan distribusi listrik terutama dari sumber
terbarukan seperti energi surya dan minihydro.

Keahlian (PSP) memungkinkan untuk membantu klien menentukan situs, ukuran,


bahan, metode konstruksi, dan fitur desain yang optimal untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan, dan terus bekerja untuk meningkatkan laba atas investasi pelanggan.
14

PT. PSP juga memberikan nilai tambah dengan mendukung klien untuk menangani:

 Izin/lisensi lokal seperti Izin Lokasi (Izin Lokasi),


 Menyediakan konsultasi pemangku kepentingan dengan masyarakat setempat
 UKL/UPL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan)
 Perjanjian Jual Beli Listrik (Power Purchase Agreement) yang dianggap sebagai
bottle neck dari pengembangan pembangkit listrik terbarukan. 

Selama 7 tahun terakhir, PSP beruntung dapat bekerja dengan beberapa pelanggan
hebat dan membangun hubungan yang ada saat ini. Dengan bekerja sama dengan setiap
pelanggan, kami dapat membangun proyek yang menantang dan beroperasi dengan baik
hingga saat ini.
15

BAB III

DASAR TEORI JARINGAN DISTRIBUSI

3.1 Jaringan Distribusi


Sistem distribusi adalah bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini
berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar hingga sampai
ke konsumen atau beban. Fungsi dari distribusi tenaga listrik adalah :

1) pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat konsumen atau beban,

2) sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan konsumen atau beban,
karena sumber daya pada pusat beban (konsumen) dilayani langsung melalui jaringan
distribusi. Tenaga listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik besar mempunyai
tegangan sebesar 11 KV sampai 20 KV yang dinaikan tegangannya dari gardu induk
dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 KV, 150 KV, 275 KV atau 500 KV
yang kemudian disalurkan melalui saluran transmisi.

Tujuan dari menaikkan tegangan adalah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada
saluran transmisi, dimana kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang
mengalir (I2.R). Apabila daya yang sama tetapi nilai tegangannya diperbesar, maka arus
yang mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan berkurang.

Dari saluran transmisi tegangannya akan diturunkan menjadi 20 KV dengan


menggunakan transformator penurun tegangan (trafo step down) di gardu induk
distribusi, kemudian dengan menggunakan sistem tegangan itu penyaluran tenaga listrik
akan dijalankan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer ini gardu
distribusi akan menurunkan tegangannya dengan transformator distribusi menjadi sistem
tegangan rendah, yaitu sebesar 380/220 Volt. Dari saluran distribusi sekunder ini
tegangannya akan dikirimkan ke beban atau konsumen. Oleh sebab itu sistem distribusi
adalah bagian yang sangat penting dalam sistem tenaga listrik secara menyeluruh.

Sistem penyaluran daya yang jaraknya jauh, selalu menggunakan tegangan setinggi
mungkin dengan memakai transformator step up atau transformator penaik tegangan.
Nilai tegangan yang sangat tinggi pada sistem transmisi akan menyebabkan beberapa
dampak antara lain yaitu : berbahaya bagi lingkungan sekitar dan mahalnya harga dari
alat perlengkapannya. Nilai tegangan yang sangat tinggi juga tidak sesuai dengan nilai
tegangan yang dibutuhkan oleh beban atau konsumen. Oleh sebab itu pada daerah pusat
beban atau konsumen, tegangan yang tinggi ini akan diturunkan lagi menggunakan
transformator step down atau transformator penurun tegangan. Apabila dilihat dari nilai
tegangannya, mulai dari titik sumber sampai ke titik beban atau konsumen, terdapat
beberapa bagian saluran yang mempunyai nilai tegangan yang berbeda-beda.
16

Suatu sistem tenaga listrik ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu :

a. Pembangkit
Pembangkit adalah sebagai sumber tenaga listrik antara lain: PLTA, PLTU, PLTD, dan
lain sebagainya.

b. Transmisi
Transmisi adalah sebagai jaringan untuk menyalurkan tenaga listrik dari pembangkit ke
jaringan distribusi atau beban.

c. Distribusi
Distribusi adalah sebagai lanjutan dari jaringan Transmisi yang menyalurkan tenaga
listrik ke beban atau konsumen

Sistem tenaga listrik ini dapat digambarkan yaitu sebagai berikut:

Gambar 3.1 Sistem Tenaga Listrik

Berdasarkan pada ukuran tegangannya, jaringan distribusi tenaga listrik dapat dibedakan
atas dua, yaitu : jaringan distribusi primer dan jaringan distribusi sekunder

a. Jaringan Distribusi Primer

Jaringan distribusi primer adalah jaringan distribusi yang terletak diantara gardu induk
(GI) dengan gardu distribusi, yang mempunyai tegangan sistem lebih besar dari tegangan
yang dipakai oleh konsumen atau beban. Jaringan distribusi primer ini sering disebut
dengan jaringan tegangan menengah (JTM). Standar tegangan untuk jaringan distribusi
primer ini adalah 20 KV (sesuai standar PLN).

b. Jaringan Distribusi Sekunder


Jaringan distribusi sekunder adalah jaringan distribusi yang berfungsi untuk menyalurkan
tenaga listrik dari gardu distribusi sampai ke pusat beban atau konsumen. Jaringan distribusi
sekunder ini sering disebut dengan jaringan tegangan rendah (JTR). Standar tegangan untuk
jaringan distribusi sekunder ini adalah 380/220 V
17

3.1.1 Hantaran Udara

Hantaran udara sering juga disebut dengan saluran udara yang merupakan penghantar
energi listrik tegangan menengah maupun tegangan rendah, yang dipasang diatas tiang
listrik diluar bangunan. Hantaran udara tanpa isolasi dipakai pada pemasangan diluar
bangunan. Hantaran udara dipasang pada isolator diantara tiang yang telah disediakan
secara khusus untuk tujuan itu. Secara teknis tembaga lebih baik daripada aluminium,
karena tembaga mempunyai daya hantar arus lebih tinggi. Tetapi karena harga tembaga
yang lebih mahal, oleh sebab itu lama kelamaan pemakaian kawat aluminium lebih
banyak digunakan pada saluran udara.

Keuntungan dari hantaran udara atau saluran udara adalah sebagai berikut :
a) Lebih fleksibel dan bebas dalam melakukan perluasan beban.
b) Lebih mudah dalam pemasangannya.
c) Apabila terjadi gangguan, mudah untuk datasi dan dicari titik gangguannya.
d) Instalasi saluran udara lebih murah daripada instalasi saluran bawah tanah.

Kerugian dari hantaran udara atau saluran udara adalah sebagai berikut :
a) Mudah untuk dipengaruhi oleh cuaca buruk, seperti : petir dan tertimpa pohon.
b) Untuk wilayah yang penuh dengan bangunan tinggi, cukup susah untuk
menempatkan saluran udara.
c) Biaya untuk pemeliharaan lebih mahal, karena butuh dilakukan pengecatan dan
penggantian material listrik apabila terjadi kerusakan.
d) Saluran udara dapat mengganggu keindahan atau pemandangan lingkungan
sekitar.

3.1.2 Hantaran Bawah Tanah


Hantaran bawah tanah adalah saluran distribusi yang berfungsi untuk menyalurkan
energi listrik melalui kabel yang ditanam didalam tanah. Bahan yang digunakan pada
kabel tanah umumnya terdiri dari tembaga atau aluminium. Sebagai isolasi digunakan
bahan berupa kertas serta pelindung mekanik berupa timah hitam. Pada saat ini bahan
isolasi buatan berbentuk PVC (Polyvinyl Chloride) dan XLPE (Cross Linked
Polyethylene) yang telah berkembang dengan cepat dan merupakan bahan isolasi yang
handal. Bahan yang banyak digunakan untuk kawat saluran listrik adalah tembaga (Cu),
akan tetapi harga tembaga yang tinggi atau mahal. Oleh sebab itu, aluminium mulai
banyak digunakan sebagai saluran udara maupun untuk kabel tanah.

Keuntungan dari hantaran bawah tanah atau saluran bawah tanah adalah sebagai berikut :
18

a) Tidak dapat dipengaruhi oleh cuaca buruk, seperti petir dan tertimpa pohon.
b) Tidak mengganggu pandangan dan lebih indah dipandang, karena tidak terlihat.
c) Biaya untuk pemeliharaan lebih murah, karena tidak membutuhkan pengecatan.

Kerugian dari hantaran bawah tanah atau saluran bawah tanah adalah sebagai berikut :
a) Biaya untuk iinvestasi pembangunan lebih mahal daripada saluran udara
b) Pada saat terjadi gangguan hubung singkat, usaha untuk mencari titik gangguan
cukup susah.
c) Harga untuk kabel cukup mahal
d) Tidak fleksibel untuk perubahan jaringan
e) Waktu dan biaya untuk mengatasi, apabila terjadi gangguan lebih lama dan
mahal

3.1.3 Jenis-Jenis Jaringan Distribusi


1. Sistem Radial

Sistem radial pada jaringan distribusi adalah sistem terbuka, dimana tenaga listrik

yang disalurkan secara radial melalui gardu induk (GI) ke beban atau konsumen

dilakukan secara terpisah satu sama lainnya. Sistem radial adalah sistem yang paling

sederhana dan yang paling banyak digunakan, karena konstruksi sistem ini

membutuhkan sedikit penggunaan material listrik. Sistem radial ini tidak bisa

diandalkan, karena penyaluran tenaga listrik hanya memakai satu saluran saja.

Sistem radial ini apabila terjadi gangguan, maka akan menghentikan penyaluran

tenaga listrik yang cukup lama sebelum gangguan tersebut diperbaiki.

Bentuk dari jaringan distribusi radial ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.2 Sistem Jaringan Radial


19

2. Sistem Loop

Sistem loop atau rangkaian tertutup pada jaringan distribusi adalah suatu sistem
penyaluran melalui dua sumber saluran yang saling berhubungan membentuk rangkaian
berbentuk cincin. Sistem ini menyebabkan suatu konsumen mendapatkan sumber energi
dari dua arah. Apabila terjadi gangguan pada salah satu jaringan, maka penyaluran tenaga
listrik tidak terputus karena menggunakan sumber cadangan atau dari arah yang lainnya.

Bentuk dari jaringan distribusi loop ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.3 Sistem Jaringan Loop

3. Sistem Mesh (Jaring-Jaring)

Sistem mesh atau jaring-jaring ini merupakan sistem penyaluran tenaga listrik

gabungan dari beberapa saluran pada gardu induk (GI) dari beberapa sumber

tenaga listrik. Sistem ini adalah pengembangan atau kombinasi dari sistem radial

dan sistem loop. Sistem ini merupakan sistem yang paling baik serta dapat

diandalkan, karena sistem ini dilayani oleh beberapa sumber tenaga listrik. Titik

beban mempunyai banyak cadangan saluran, sehingga apabila salah satu saluran

terganggu. Saluran yang lain akan menggantikan saluran yang terganggu tersebut,

dengan demikian kontinyuitas penyaluran daya terjamin.

Bentuk dari jaringan distribusi jaring-jaring atau mesh ini dapat dilihat pada

gambar dibawah ini


20

Gambar 2.4 Sistem Jaringan Mesh (Jaring-Jaring)

4. Sistem Spindel
Sistem spindel merupakan struktur radial yang mana spindel adalah pola
jaringannya ditandai dengan adanya sejumlah kabel yang keluar dari gardu induk (GI),
ke arah suatu titik pertemuan yang disebut gardu hubung.

Kumpulan dari beberapa kabel dalam satu spindel bertujuan untuk menyalurkan tenaga
listrik ke beban atau konsumen. Sistem spindel ini terdiri dari maksimum 6 buah kabel
kerja (dalam keadaan berbeban). Pada panjang saluran kabel ini, gardu distribusi
ditempatkan dengan 1 buah kabel cadangan. Kabel cadangan ini biasanya disebut dengan
express feeder. Kabel cadangan ini berfungsi untuk menormalkan kembali penyaluran
tenaga listrik ke seluruh bagian penyulang (feeder) yang mengalami gangguan. Sistem
jaringan spindel ini mempunyai keandalan tertinggi.

Bentuk dari jaringan distribusi spindel ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.5 Sistem Jaringan Spindel

3.2 Komponen Utama Konstruksi Saluran Udara Tegangan Menengah


Konstruksi jaringan distribusi saluran udara terdiri dari beberapa komponen peralatan
utama, yaitu sebagai berikut:

3.2.1 Penghantar
21

Penghantar adalah bahan atau komponen peralatan listrik yang berfungsi untuk
menyalurkan arus dari satu bagian ke bagian lainnya. Pada jaringan distribusi kawat
penghantar dipakai untuk menghantarkan tenaga listrik pada sistem saluran udara dari
pusat pembangkit ke pusat beban (konsumen). Penghantar pada saluran udara tanpa
isolasi yang dipakai yaitu tembaga jenis BBC, aluminium tanpa isolasi jenis AAC atau
AAAC, dan campuran aluminium (Al Mg Si) atau aluminium berinti kawat baja (ACSR).
Ukuran penghantar dipilih atas dasar beberapa faktor yaitu sebagai berikut :

a) kapasitas dan kemampuan penyaluran arus listrik, dan


b) rugi tegangan maksimal yang diijinkan.

3.2.2 Isolator

Isolator jaringan distribusi saluran udara adalah alat untuk menopang kawat penghantar
jaringan pada tiang listrik yang berfungsi untuk memisahkan atau mengamankan dua
buah kawat atau lebih agar tidak terjadi hubung singkat dan kebocoran arus atau loncatan
bunga api. Mengingat fungsi isolator yang sangat penting pada saluran distribusi, maka
sifat utama yang harus dipunyai yaitu sebagai berikut : mempunyai kekuatan mekanik
yang tinggi dan mempunyai kekuatan tahanan isolasi yang tinggi. Bahan isolator terbuat
dari keramik dan kaca.

Fungsi utama isolator adalah sebagai berikut :


a) Untuk menyekat s u atu penghantar bertegangan terhadap hantaran lain yang
bertegangan ataupun tidak bertegangan.
b) Untuk menahan beban dari berat penghantar dan gaya tarik penghantar.
c) Untuk menjaga agar jarak antar penghantar tetap atau tidak berubah

3.2.3 Tiang
Tiang listrik pada jaringan distribusi saluran udara berfungsi sebagai penyangga lengan
silang, kawat penghantar, dan seluruh peralatan perlengkapan lainnya. Agar penyaluran
tenaga listrik ke beban atau konsumen dapat disalurkan dengan baik. Persyaratan suatu
tiang penyangga yang dipakai untuk menopang atau menahan jaringan distribusi tenaga
listrik adalah sebagai berikut:
a) Mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi.
b) Perawatan yang mudah.
c) Mudah dalam pemasangan penghantar dan seluruh peralatan perlengkapannya.

d) Mempunyai umur yang panjang.


e) Harganya murah.

Berdasarkan Bahannya Jenis tiang jaringan distribusi yang digunakan untuk jaringan
distribusi tenaga listrik ada beberapa macam, yaitu :
22

1. Tiang Kayu (Wood Pole)

Tiang kayu banyak digunakan sebagai penyangga jaringan karena


konstruksinya yang sederhana dan biaya investasi lebih murah bila dibandingkan
dengan tiang jenis yang lainnya.

Selain itu tiang kayu merupakan penyekat (isolator) yang paling baik sebagai
penompang saluran udara terhadap gangguan hubung singkat.

Jenis kayu yang digunakan sebagai tiang listrik diambil dari jenis tertentu.
Untuk di Indonesia yang memiliki berjuta-juta hektar hutan kayu dari berbagai jenis,
yaitu kayu untuk jaringan distribusi dari jenis kayu : ulin (Eusidiraxylon Zwageri),
kayu jati (Tectona Grandis), kayu rasamala (Altanghia Exelsa Novanla).

Sedangkan di Amerika Serikat jenis tiang kayu yang digunakan dari jenis kayu
den (douglas fir), kayu cemara (yellow pine), dan kayu aras (western red cendar),
kayu Ulin (Eusidiraxylon Zwageri), kayu Jati (Tectona Grandis), kayu Rasamala
(Altanghia Exelsa Novanla), kayu Den (Douglas Fir), dan kayu Aras (Western Red
Cender).

Kebaikan Tiang Kayu ini adalah mempunyai konstruksi yang sederhana, biaya
investasi lebih murah, merupakan bahan penyekat (isolasi) yang baik buat
penompang jaringan, dapat dibentuk menurut konstruksi, biaya perawatan rendah
dan bebas dari gangguan petir.

Kelemahan Tiang Kayu ini adalah tergantung pada persediaan kayu yang ada,
perlu pengawetan terlebih dahulu, umur lebih pendek : 10 - 12 tahun bila tak
diawetkan dan 20 - 30 tahun bila diawetkan, tidak dapat menyangga beban secara
aman, dan apalagi bila terjadi satu atau dua kawat terputus

Gambar 2.6 Tiang kayu dalam bentuk segiempat


23

Sebelum digunakan tiang kayu ini diawetkan dulu agar tahan lama. Penggunaan
tiang kayu yang tidak diawetkan dianggap tidak ekonomis, karena kayu akan cepat
lapuk oleh sebangsa/sejenis cendawan (jamur) yang menempel pada kayu tersebut.
Dimana cendawan lebih senang hidup menempel pada kayu apabila dalam keadaan
lembab (basah). Dengan diadakan pengawetan umur tiang kayu akan berkisar antara
25 sampai 30 tahun lebih, apalagi bila digunakan jenis kayu ulin, kayu jati, dan kayu
rasamala akan sangat memuaskan sesuai pengalaman selama ini. Terutama kayu ulin
memiliki kekerasan dan kekuatan yang baik tanpa diawetkan. Sedangkan jenis kayu
lain apabila tidak diawetkan akan mempunyai umur hanya 10 sampai 12 tahun.

Penggunaan tiang kayu ini ternyata menghasilkan penghematan biaya investasi


yang tidak kecil dibandingkan tiang baja. Apalagi Indonesia tersedia banyak sekali
persediaan kayu. Walaupun demikian biaya pengangkutan untuk mendatangkan kayu
ulin dari hutan-hutan di Kalimantan cukup tinggi. Begitu pula untuk biaya
pemeliharaan tiang, khususnya tiang yang tidak mengalami pengawetan sebelumnya.

Gambar 2.7 Tiang kayu dalam bentuk bulat

Tabel 4 : Perbandingan Kekuatan Tiang Kayu

Persentase Berat Elastisitas Ketegangan Kekuatan


Jenis Kayu Kelembaban Jenis Modulus Serat tindas

(%) 2 2 2 2
(g/cm ) (kg/cm ) (kg/cm ) (kg/cm )
Tiang Den 12 0,47 137.000 548 522
Tiang Cemara 12 0,51 127.000 548 498
Tiang Aras 12 0,33 79.000 422 353
Tiang Damar 15,7 0,45 4.000 295
Tiang Rasamala 14,7 0,80 92.000 575 598
Tiang Ulin 15,5 1,04 184.000 1.113 734
24

Tabel 5 : Ukuran Tiang Kayu

Tinggi Tiang Diameter Diameter Kedalaman


Bagian Atas Bagian Bawah Pondasi
(m) (m) (m) (m)
15 20 1,65
9 20 25 1,65
20 30 1,65
15 20 1,65
10 20 25 1,65
20 30 1,65
15 20 1,80
11 20 25 1,80
20 30 1,80
20 20 2,00
12 20 25 2,00
20 30 2,00
20 20 2,15
13 20 25 2,15
20 30 2,15
20 20 2,30
14 20 25 2,30
20 30 2,30
20 2,50
15 20 25 2,50
30 2,50
20 2,65
16 20 25 2,65
30 2,65
20 3,00
17 20 25 3,00
30 3,00

Kedalaman tiang dihitung seperenam dari tinggi tiang.

Gambar 28.
Konstruksi tiang kayu yang digunakan pada jaringan distribusi

2. Tiang Baja (Steel Pole)

Tiang baja yang digunakan berupa pipa-pipa baja bulat yang disambung
dengan diameter yang berbeda dari pangkal hingga ujungnya. Pada umumnya
ukuran penampang bagian pangkal lebih besar dari ukuran penampang bagian
atasnya (ujung).
25

Melihat konstruksinya yang lebih kokoh, lurus dan bentuknya lebih indah
dibandingkan dengan tiang kayu, tiang baja ini banyak dipakai. Walaupun ongkos
pengangutan dan pemeliharaan tiang baja ini lebih mahal , tetapi bila dibanding-kan
dengan tiang kayu maka tiang baja ini lebih banyak dipilih untuk penyangga kawat
penghantar jaringan distribusi, terutama untuk jaringan distribusi tegangan tinggi.
Hal ini disebabkan beban penompang pada jaringan distribusi tegangan tinggi lebih
besar bila dibandingkan beban penompang pada jaringan distribusi tegangan rendah.

Tiang baja bulat sangat banyak digunakan untuk penopang jaringan listrik
SUTM dan SUTR. Disamping penggunaan jenis lainnya seperti: tiang kayu, tiang
beton bertulang, tiang beton bertulang dan tiang konstruksi baja.

Tiang baja bulat ukuran 12 m dan 14 m digunakan untuk keper1uan-keperluan


khusus. Seperti untuk tiang penopang jaringan 20 kV yang melintasi jaringan 6 kV
yang berada di bawah 20 kV tersebut.

Tiang baja bulat ukuran 11 m sering dipakai untuk penopang jaringan SUTM.
Tiang baja bulat ukuran 9 m digunakan untuk penopang jaringan SUTR.

Baja bulat ukuran 8 m digunakan untuk tiang penyangga kawat pada penguat
tiang jenis (schoer kontra mast).baja bulat ukuran 3 m dipakai pada penyambungan
tiang 9 m adalah untuk jaringan SUTR, dimana akan dipasangkan jaringan di atas
jaringan SUTR tersebut.

Gambar 29. Ukuran Tiang Baja Sambungan

Gambar 30.
Ukuran Tiang Baja Jenis Mannasmann
26

3. Tiang Beton Bertulang

Tiang jenis ini lebih mahal dari pada tiang kayu tetapi lebih murah dari pada tiang
baja bulat. Tiang ini banyak digunakan untuk mendistribusikan tenaga listrik di
daerah pedesaan dan daerah terpencil atau di tempat-tempat yang sulit dicapai.
Karena tiang beton dapat dibuat di tempat tiang tersebut akan didirikan. Tiang beton
bertulang juga dipilih jika dikehendaki adanya sisi dekoratif. Untuk penbuatan beton
bertulang digunakan campuran beton 1 : 1,5 : 3 dengan kerikil yang seragam
berukuran diameter 15 mm.

Tiang beton bertulang memiliki umur yang sangat panjang dengan perawatan yang
sederhana, tetapi tiang ini berukuran besar dan cukup berat. Kelemahannya tiang ini
cendrung hancur jika ditabrak kendaraan.

Gambar 31.
Penampang Tiang Beton Pratekan

Berikut ini. tabel standar specifikasi tiang beton pratekan dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 6 Standar Spesifikasi Tiang Beton Praktekan

Type Rancangan Momen A B C D E F G H Value Berat


Beban (daN) Lentur (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) a3 Nominal
(KnM)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
9-16-100 100 9 7,5 1,5 160 260 280 40 15 0,204 512
9-16-200 200 14,2 9 7,5 1,5 160 260 280 40 15 0,024 524
9-19-350 350 24,85 9 7,5 1,5 190 290 310 45 15 0,261 660
9-19-500 500 35,5 9 7,5 1,5 190 290 310 45 15 0,261 671
11-19-200 200 11 9,1 1,9 190 311 337 45 15 0,341 850
11-19-350 350 30,68 11 9,1 1,9 190 311 337 45 15 0,341 858
11-19-500 500 43,83 11 9,1 1,9 190 311 337 50 15 0,283 926
11-22-850 850 74,52 11 9,1 1,9 220 341 337 60 15 0,484 1243
11-22-1200 1200 105,20 11 9,1 1,9 220 341 337 60 15 0,484 1292
12-19-200 200 19,2 12 10 2 190 323 350 45 15 0,415 1063
12-19-350 350 33,6 12 10 2 190 323 350 45 15 0,415 1063
12-19-500 500 48 12 10 2 190 323 350 50 15 0,415 1063
13-19-350 350 36,52 13 10,8 2,2 190 334 363 45 15 0,426 1076
13-19-500 500 52,17 13 10,8 2,2 190 334 363 50 15 0,463 1185
13-22-850 850 88,68 13 10,8 2,2 220 364 393 60 15 0,604 1553
13-22-1200 1200 125,2 13 10,8 2,2 220 364 393 60 15 0,604 1616
14-19-350 350 39,43 14 11,6 2,4 190 346 367 45 15 0,459 1159
14-19-500 500 56,33 14 11,6 2,4 190 346 367 45 15 0,459 1159

3.2.4 Transformator
27

Transformator adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengkonversi atau


merubah energi listrik arus bolak-balik dari suatu rangkaian ke rangkaian yang lain
dengan tegangan yang dihasilkan dapat lebih besar atau lebih kecil dengan frekuensi yang
sama, melalui suatu gandengan magnet. Suatu trafo pada dasarnya terdiri dari dua
kumparan yang terpisah, yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder, dan sebuah inti
yang terdiri dari tumpukan lembaran - lembaran besi.

3.3 Persyaratan Sistem Distribusi Tenaga Listrik


Adapun syarat-syarat sistem distribusi tenaga listrik tersebut adalah sebagai berikut:

3.3.1 Keterandalan Sistem, ini terdiri dari :


a) Kontinyuitas penyaluran tenaga listrik ke beban (konsumen) harus terjamin selama
24 jam secara terus menerus. Kontinyuitas penyaluran tenaga listrik yang baik,
yaitu tidak sering terjadi pemadaman yang disebabkan oleh gangguan ataupun hal
yang telah direncanakan. Kontinyuitas penyaluran tenaga listrik terbaik biasanya
diutamakan pada beban yang dianggap penting. Misalnya : rumah sakit, pusat
pelayan komunikasi, dan lain-lain.
b) Setiap ganguan yang terjadi dengan mudah dilacak dan diatasi secepat mungkin,
sehingga pemadaman tidak harus terjadi. Oleh karena itu dibutuhkan alat
pengaman dan alat pemutus tegangan pada setiap beban.
c) Sistem proteksi dan pengaman jaringan harus dapat bekerja dengan cepat dan baik.

3.3.2 Kualitas Sistem, ini terdiri dari :


a) Kualitas tegangan listrik yang sampai ke titik beban harus selalu konstan atau
stabil untuk setiap kondisi dan kerugian tegangan yang terjadi pada saluran harus
sekecil mungkin.
b) Kualitas peralatan listrik yang dipasang pada jaringan distribusi harus dapat
menahan tegangan lebih dalam waktu singkat atau secepat mungkin.
c) Mempunyai kapasitas daya yang dapat memenuhi beban (konsumen).
d) Mempunyai frekuensi yang selalu konstan atau stabil untuk sistem AC (arus
bolak-balik)

3.3.3 Perencanaan Sistem, ini terdiri dari :

a) Perencanaan jaringan distribusi harus dirancang sebaik mungkin, untuk


perkembangan dimasa yang akan datang.
b) Perluasan dan penyebaran daerah beban yang dilayani harus seimbang.
Khususnya untuk sistem AC (arus bolak-balik) 3 fasa, faktor keseimbangan beban
pada masing-masing fasa perlu diperhatikan.
c) Fleksibel, dalam pengembangan dan perluasan daerah beban. Pada perencanaan
sistem distribusi yang baik, tidak hanya berfokus pada kebutuhan beban sesaat,
tetapi juga perlu diperhatikan pula secara teliti mengenai pengembangan beban
yang harus dilayani.

d) Kondisi dan Situasi Lingkungan, ini merupakan pertimbangan dalam perencanaan


untuk menentukan tipe atau jenis sistem distribusi yang mana sesuai untuk
28

lingkungan atau lokasi tersebut. Misalnya : tentang pemilihan konduktor, tata


letaknya, dan lain-lain.
e) Pertimbangan Ekonomis, ini berhubungan dengan perhitungan untung dan rugi
yang dilihat dari sisi ekonomis, baik secara komersil ataupun dalam tujuan
penghematan anggaran atau biaya yang tersedia

3.4 Penghantar (Konduktor)

Penghantar atau konduktor merupakan bahan atau komponen peralatan listrik yang
berfungsi untuk menyalurkan arus dari satu bagian ke bagian lainnya. Pada jaringan
distribusi kawat penghantar dipakai untuk menghantarkan tenaga listrik pada sistem
saluran udara dari pusat pembangkit ke pusat beban. Pada luas penampang kawat
penghantar yang besar akan membuat tahanan kawat penghantar menjadi kecil, sehingga
rugi daya atau kehilangan daya pada jaringan distribusi menjadi berkurang. Bahan dari
konduktor yang biasanya digunakan adalah tembaga dan aluminium [3].

Pada penghantar aluminium lebih murah dan lebih ringan jika dibandingkan dengan
penghantar tembaga, ini yang menyebabkan penghantar aluminium menggantikan
penghantar tembaga. Pada nilai hambatan yang sama penghantar aluminium memiliki
diameter yang lebih besar daripada penghantar tembaga, ini merupakan suatu keuntungan
dari penghantar aluminium.

Jenis-jenis kawat penghantar aluminium dapat terdiri sebagai berikut:

a) AAC (All Aluminium Conductor)

AAC (All Aluminium Conductor) adalah suatu kawat penghantar yang seluruhnya

terbuat dari bahan aluminium.

b) AAAC (All Aluminium Alloy Conductor)

AAAC (All Aluminium Alloy Conductor) adalah suatu kawat penghantar yang

seluruhnya terbuat dari bahan campuran aluminium.

c) ACSR (Aluminium Conductor Stell Reinforced)

ACSR (Aluminium Conductor Stell Reinforced) adalah suatu kawat penghantar

yang terbuat dari bahan aluminium berinti kawat baja.

d) ACAR (Aluminium Conductor Alloy Reinforced)


29

ACAR (Aluminium Conductor Alloy Reinforced) adalah suatu kawat penghantar


aluminium yang diperkuat dengan logam campuran.

3.4.1 Kabel XLPE

Kabel XLPE (Cross Linked Polyethylene) atau kabel isolasi sintetis adalah
konduktor yang diisolasi dengan material atau bahan XLPE (Cross Linked Polyethylene)
didalam kabel XLPE ini, setiap lapisan diberi lapisan semi konduktor, kemudian diberi
isolasi lalu dipasang semi konduktor dan setelah itu dipasang selubung pelindung.
Berdasarkan inti kabel, maka sebagai penghantar atau konduktor yang banyak digunakan
adalah tembaga dan aluminium. Isolasi XLPE mempunyai ketahanan kerja lebih baik,
meskipun harganya yang mahal jika dibandingkan dengan isolasi sintetis jenis lain [3].
Isolasi XLPE mempunyai karakteristik paling baik, akan tetapi pada umumnya isolasi
sintetis mempunyai kelebihan dibandingkan dengan isolasi kertas yaitu sebagai berikut:

a. Lebih bersih.
b. Bobotnya yang ringan, karena tidak memerlukan selubung logam.
c. Perbaikan dan pemeliharaannya mudah.
d. Cara penyambungannya sederhana.
e. Suhu kerjanya lebih tinggi (khusus untuk XLPE), karena itu kapasitas
penyalurannya besar

3.4.2 Resistansi (Tahanan)

Setiap logam memiliki tahanan jenis (𝜌) yang nilainya berbeda-beda, semakin kecil
nilai tahanan jenis (resistivitas) suatu logam maka makin baik dipakai sebagai penghantar
(konduktor). Misalnya pada penghantar tembaga dengan suhu 20°C memiliki tahanan
jenis (𝜌) yang cukup kecil yaitu sebesar 1,77 mikro-ohm-cm dan merupakan logam yang
baik dipakai sebagai penghantar, apabila dibandingkan dengan penghantar aluminium
dengan suhu 20°C yang memiliki tahanan jenis (𝜌) yaitu sebesar 2,83 mikro-ohm-cm.

Resistansi (tahanan) dapat didefinisikan sebagai suatu komponen yang bersifat


menahan aliran arus listrik.

Tahanan jenis ini adalah salah satu faktor untuk menentukan besarnya nilai tahanan
(R) pada suatu penghantar, selain faktor luas penampang penghantar (A) dan panjang
penghantar (L) pada suatu jaringan. Semakin panjang suatu jaringan, maka akan jauh
juga jarak tempuh arus listrik tersebut dan semakin besar pula tahanan penghantar
tersebut. Sebaliknya apabila diameter atau luas penampang penghantar semakin besar,
maka aliran listrik dapat mengalir dengan mudah dan nilai tahanan dari penghantar juga
semakin kecil. Dimana besarnya tahanan dari suatu penghantar sebanding dengan
panjangnya jaringan dan berbanding terbalik dengan luas penampang penghantar.

Resistansi atau tahanan dari suatu penghantar dapat dirumuskan dengan persamaannya
sebagai berikut:
30

𝜌. L
R=
A....................................................................................................

Dimana :

R : Hambatan / Tahanan Saluran (Ohm)

𝜌 : Resistivitas / Tahanan Jenis Penghantar (Ohm/mm2)

L : Panjang Saluran / Penghantar (Meter)

A : Luas Penampang Penghantar (mm2)

3.5 Daya

Daya adalah laju sebuah energi yang berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya.
Daya diperoleh dari adanya tegangan diantara sebuah elemen yang dilalui oleh arus. Daya
disimbolkan dengan P. Besarnya daya dapat dinyatakan dalam satuan Watt (W). Daya
listrik merupakan hasil perkalian antara tegangan (V) dan arus (I).

Daya listrik dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaannya sebagai berikut:

(P = V. I)

3.5.1 Faktor Daya

Faktor daya adalah rasio perbandingan antara daya aktif (dalam satuan Watt) dengan
daya semu (dalam satuan VA) yang berbeda sudut fasa antara arus dan tegangan, yang
disebabkan reaktansi rangkaian. Suatu rangkaian induktif dikatakan mempunyai faktor
daya yang tertinggal dan rangkaian kapasitif dikatakan mempunyai faktor daya yang
mendahului. Istilah untuk faktor daya yang tertinggal dan mendahului berturut-turut
menunjukan bahwa arus tersebut tertinggal dari atau mendahului tegangan yang
terpasang.

Faktor daya adalah petunjuk yang menyatakan sifat suatu beban. Faktor daya biasanya
disimbolkan dengan cos Ф.

Faktor daya dapat dirumuskan dengan persamaan:

Faktor daya = P = V.I.cos Φ= cos Ф

S V.I

3.5.2 Daya Aktif


31

Daya aktif adalah daya yang dimanfaatkan atau dibutuhkan oleh beban. Daya aktif
merupakan daya yang terpakai untuk melakukan energi sebenarnya. Daya aktif biasanya
disimbolkan dengan P. Satuan daya aktif adalah Watt (W). Daya aktif dapat
dimanfaatkan antara lain sebagai penerangan, pemanas, dan memutar objek.

Daya aktif dapat dirumuskan dengan persamaan:

Untuk Satu Phasa P = V. I. cos Ф.......................................................................(2.4)

Untuk Tiga Phasa P = √3. VL. IL cos Ф...............................................................(2.5)

3.5.3 Daya Reaktif

Daya reaktif adalah daya yang hilang. Daya yang diperhitungkan berdasar nilai sin Ф
disebut daya reaktif. Daya reaktif merupakan jumlah daya yang dibutuhkan untuk
pembentukan medan magnet. Daya reaktif biasanya disimbolkan dengan Q. Satuan daya
reaktif adalah Volt Ampere Reaktif (VAR). Daya reaktif merupakan daya yang tidak
dapat dimanfaatkan sehingga nilainya akan mempengaruhi kualitas daya [9]. Daya reaktif
dapat dirumuskan dengan persamaan 2.6. dan 2.7.

Untuk Satu Phasa Q = V. I. sin Ф..................................................................(2.6)

Untuk Tiga Phasa Q = √3. VL. IL sin Ф..........................................................(2.7)

3.5.4 Daya Semu

Daya semu adalah daya yang didapat dari hasil perkalian antara tegangan dengan arus
pada suatu jaringan. Daya semu biasanya disimbolkan dengan S. Satuan daya semu
adalah Volt Ampere (VA). Bentuk daya yang merupakan sisi miring segitiga disebut daya
semu.

Daya semu untuk satu Phasa dan Tiga Phasa dapat dirumuskan dengan persamaan

Untuk Satu Phasa S = V. I..............................................................................(2.8)

Untuk Tiga Phasa S = √3. VL. IL.................................................................... (2.9)

3.5.5 Segitiga Daya


Segitiga daya adalah sketsa dari daya aktif, daya semu dan daya reaktif. Segitiga daya
merupakan segitiga yang menggambarkan hubungan matematika antara tipe-tipe daya yang
berbeda. Gambar 2.6 dibawah ini adalah sketsa dari segitiga daya dengan sudut antara daya
semu dan daya aktif adalah Ф.
32

Q= V. I. sin Ф

Ф
P = V. I. cos Ф

Gambar 2.6 Segitiga Daya

Jadi bagian-bagian dari segitiga daya dapat ditulis sebagai berikut :

 Daya Aktif :

P = V. I. cos Ф

 Daya Reaktif :

Q = V. I. sin Ф

 Daya Semu :

S = V. I

3.5.6 Sistem Tiga Phasa Hubungan Bintang

Hubungan bintang biasanya dikenal sebagai sistem hubungan Y. Cara penyambungan


yang mengaliri suatu beban seimbang, dapat ditunjukan pada gambar 2.7.

Gambar 2.7 Hubungan Bintang

Dimana :
33

VL : Tegangan antar Saluran / Jala-jala (Volt)

VP : Tegangan Phasa (Volt)

IL : Arus Saluran / Jala-jala (Ampere)

IP : Arus Phasa (Ampere)

IL = IP, yaitu pada hubungan bintang, arus saluran atau arus jala-jala sama dengan arus
phasa. VL = √3. VP, yaitu pada hubungan bintang, tegangan antar saluran atau jala-jala
adalah √3 kali tegangan phasa. (√3 = 1,73)

3.5.7 Sistem Tiga Phasa Hubungan Delta

Hubungan delta biasanya disebut sebagai sistem hubungan mesh (∆). Skema umum dari
hubungan delta dapat dilihat pada gambar 2.8. Untuk penyederhanaan, maka yang ditandai hanya
satu pasang nilai phasa dan saluran atau jala-jala.

Gambar 2.8 Hubungan Delta

Dimana :

VL : Tegangan antar Saluran / Jala-jala (Volt)

VP : Tegangan Phasa (Volt)

IL : Arus Saluran / Jala-jala (Ampere)

IP : Arus Phasa (Ampere)

VL = VP, yaitu untuk hubungan delta, tegangan antar saluran atau jala-jala sama dengan
tegangan phasa. IL = √3. IP, yaitu untuk hubungan delta, arus saluran atau jala-jala adalah
√3 kali arus phasa. (√3 = 1,73)
34

3.5.8 Rugi Daya

Pada proses penyaluran energi listrik melalui jaringan distribusi ke beban akan

mengalami rugi daya dalam saluran yang dapat mengurangi daya listrik. Rugi daya

pada jaringan distribusi tenaga listrik disebabkan oleh arus yang mengalir melalui

konduktor atau penghantar. Rugi daya adalah hilangnya daya listrik akibat tahanan atau

resistansi pada penghantar atau konduktor. Rugi daya juga dapat diartikan sebagai

selisih antara daya yang dikirim dengan daya yang diterima oleh beban (konsumen)

Besarnya rugi daya aktif dapat dirumuskan dengan persamaan 2.10. dan 2.11. Untuk

Satu Phasa ∆P = 2 x I2 x R x L.................................................................................(2.10)

Untuk Tiga Phasa ∆P = 3 x I2 x R x L......................................................................(2.11)

Dimana :

∆P : Rugi Daya Aktif (Watt)

I : Arus Saluran (Ampere)

R : Hambatan / Tahanan Saluran (Ohm/Km)

L : Panjang Saluran / Penghantar (Km)

Besarnya rugi daya reaktif dapat dirumuskan dengan persamaan 2. 12. dan 2.13.

Untuk Satu Phasa ∆Q = 2 x I2 x X x L...........................................................(2.12)

Untuk Tiga Phasa ∆Q = 3 x I2 x X x L...........................................................(2.13)

Dimana :

∆Q : Rugi Daya Reaktif (Watt)


35

I : Arus Saluran (Ampere)

X : Reaktansi Saluran (Ohm/Km)

L : Panjang Saluran / Penghantar (Km)

Untuk mengetahui besarnya nilai rugi daya dapat juga menggunakan persamaan 2.14.

SL = Ss – Sr / PL = Ps – Pr / QL = Qs – Qr.......................................................(2.14)

SL : Rugi / Hilang Daya (KVA)

Ss : Daya yang dikirimkan (KVA)

Sr : Daya yang diterima (KVA)

Daya yang dikirimkan (Ss) dan Daya yang diterima (Sr) dapat dirumuskan dengan

persamaan 2.15. dan 2.16.

Ss = √3 x Vs x I*.................................................................................................(2.15)

Sr = √3 x Vr x I*.................................................................................................(2.16)

Dimana :

Ss : Daya yang dikirimkan (KVA)

Sr : Daya yang diterima (KVA)

Vs : Tegangan di ujung kirim (Volt)

Vr : Tegangan di ujung terima (Volt)

I : Arus (Ampere)

Untuk mengetahui besarnya nilai tegangan di ujung kirim (Vs) dan tegangan di

ujung terima (Vr) dapat dirumuskan dengan persamaan 2.17. dan 2.18.

Vs = Vr + Ir.Z = Vr + (√3.(I. R. L. cos φ + I. X. L. sin φ)..............................(2.17)


36

Vr = Vs - Ir.Z = Vs - (√3.(I. R. L. cos φ + I. X. L. sin φ)................................(2.18)

Dimana :
Vs : Tegangan di ujung kirim (Volt)

Vr : Tegangan di ujung terima

(Volt)

Z : Impedansi saluran, Z = R + j X (Ohm)

I : Arus Saluran (Ampere)

R : Hambatan / Tahanan Saluran (Ohm/Km)

L : Panjang Saluran / Penghantar (Km)

X : Reaktansi Saluran (Ohm/Km)

3.5.9 Reaktansi Induktif

Reaktansi Induktif (XL) merupakan komponen yang bersifat melawan arus listrik

bolak-balik dalam suatu rangkaian induktif. Reaktansi induktif menyebabkan arus

rangkainnya terbelakang terhadap teganga.

Besarnya reaktansi induktif dapat dirumuskan dengan persamaan 2.19.

XL = 2 x π x f x L.............................................................................................(2.19)

Dimana :

XL : Reaktansi Induktif (Ohm)

π : Konstanta sebesar 3,14

f : Frekuensi (Hz)

L : Induktansi Rangkaian (H)


37

Reaktansi induktif dari rangkaian tiga fasa

Besarnya reaktansi induktif dari rangkaian tiga fasa dapat dirumuskan dengan persamaan
2.20
GMD Ø..................................................................................................................( 2.20)
Xl = 0,1447. Log
GMR

Dimana :

Xl : Reaktansi Induktif Rangkaian Tiga Fasa (Ohm/Km)

GMD Ø : 3√Dab x Dbc x Dac

GMR : r. e-1/4

GMD (Geometric Mean Distance) atau jarak ekuivalen kawat =

3
√Dab x Dbc x Dac, GMR (Geometric Mean Radius) atau radius rata-rata

geometris = r. e-1/4

D = jarak antara kawat, dan r = jari-jari kawat penghantar. Besarnya Xtotal

(reaktansi induktif total) = Xl (reaktansi induktif) x L (Panjang Saluran).

Besarnya luas penampang kawat dan jari-jari kawat dapat dirumuskan dengan

persamaan 2.21. dan 2.22.

..........................................................................................................
A = π . r2 (2.21)

r = √ (A / π)......................................................................................................(2.22)

Dimana :

A : luas penampang kawat (mm2)

r : jari-jari kawat (cm), π : Konstanta sebesar 3,14.


38

3.5.10 Jatuh Tegangan

Jatuh tegangan merupakan besarnya tegangan yang hilang pada suatu penghantar.

Jatuh tegangan pada saluran tenaga listrik secara umum berbanding lurus dengan

panjang saluran dan beban serta berbanding terbalik dengan luas penampang

penghantar. Jatuh tegangan pada saluran adalah selisih antara tegangan pada sisi kirim

dan tegangan pada sisi terima tenaga listrik. Pada saluran arus bolak-balik besarnya

jatuh tegangan tergantung pada impedansi saluran serta dari beban dan faktor daya.

Besarnya jatuh tegangan dinyatakan baik dalam % (persen) atau dalam besaran volt

[16].

Besarnya jatuh tegangan dapat dirumuskan dengan persamaan 2.23. dan 2.24. Untuk

Satu Phasa ∆V = (I. R. L. cos φ + I. X. L. sin φ) = I x Z...............................(2.23)

Untuk Tiga Phasa ∆V = √3. (I. R. L. cos φ + I. X. L. sin φ) = √3 x I x Z (2.24)

Dimana :

∆V : Jatuh Tegangan (Volt)

I : Arus Saluran

(Ampere)

R : Hambatan / Tahanan Saluran (Ohm/Km)

L : Panjang Saluran / Penghantar (Km)

X : Reaktansi Saluran (Ohm/Km)

Z : Impedansi, Z = R + j X (Ohm)

Berdasarkan dari SPLN 1 : 1995, dimana ketentuan variasi tegangan pelayanan

ditetapkan maksimum + 5% dan minimum -10% terhadap tegangan nominalnya.


39

3.6 Biaya Listrik

Biaya listrik adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan listrik dalam

pembangkitan, penyaluran, dan distribusi energi listrik sepanjang tahun. Biaya yang

termasuk disini, misalnya semua pengeluaran untuk pengoperasian, termasuk penurunan

harga, pajak dan bunga pinjaman ditambah pengeluaran untuk mengembalikan modal.

Kehilangan energi listrik akibat dari rugi daya dapat menyebabkan perusahaan

listrik sebagai pensuplai mengalami kerugian biaya listrik. Kerugian biaya listrik ini

disebabkan oleh energi listrik yang terdistribusikan tidak diterima sebesar energi listrik

yang dikirim, sehingga energi listrik yang dikirim tidak dapat terjual semua atau

seluruhnya. Oleh sebab itu, perlu dicari berapa besar biaya listrik yang diakibatkan oleh

rugi daya.

Biaya listrik dapat dirumuskan dengan persamaan 2.25 dan persamaan 2.26.

W = P x t = 3 x I2 x R x L x h.........................................................................(2.25)

Dimana :

W : Energi Listrik (kWh)

P : Daya Listrik (KW)

t : Waktu Pemakaian (Jam)

I : Arus Saluran (Ampere)

R : Hambatan / Tahanan Saluran (Ohm)

h : Waktu Pemakaian / Jam (hour)

L : Panjang Saluran / Penghantar (Km)


40

Biaya Listrik = W x TTL = Daya Listrik (KW) x Jam Pemakaian (hour) x Biaya /

TTL (Rp).........................................................................................................(2.26)

Dimana :

W : Energi Listrik (kWh)

TTL : Tarif Tenaga Listrik (Rp)

P : Daya Listrik (Watt)

h : Waktu Pemakaian / Jam (hour)


41

BAB IV

HASIL KERJA PRAKTEK JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV PT.

PRIMORDIA SIPARUP PERKASA PEMATANG SIANTAR

a. Konstruksi Dasar Jaringan Distribusi 20kv

Konstruksi dasar jaringan distribusi 20kv yang telah dibangun sepanjang ....meter Mempunyai

kode ‘C’. Menurut specification book dari PT PLN ada sekitar puluhan jenis konstruksi ‘C’.

Pada penulisan laporan ini, hanya akan menjelaskan beberapa jenis konstruksi yang banyak

terpasang atau digunakan. Konstruksi tersebut diantaranya yaitu sebagai berikut: C-1, C-2, C- 4,

C-5, C-7, C-8 dan C-9

Anda mungkin juga menyukai