Anda di halaman 1dari 4

SKENARIO FILM PENDEK

(Tema Projek : Merawat Toleransi Beragama dan Keberagaman Budaya)


JUDUL FILM PENDEK : MERAYAKAN PERBEDAAN
SUTRADARA : Jelita Elisabeth Maak
PENULIS SKENARIO : Yulita Kristin Koliher & Jelita Elisabeth Maak
Pemeraan : Semua Peserta Projek

Prolog : Jika Tuhan tidak menciptakan perbedaan, maka kita tak akan pernah belajar sesuatu.
Perbedaan diciptakan agar kita berusaha lebih dalam belajar mencintai sesama. Perbedaan adalah
rambu-rambu lalu lintas menuju sebuah kemuliaan. Di Indonesia sendiri kita hidup dalam perbedaan
suku, ras, budaya, bahasa, adat istiadat, agama dan lainnya. Jika kita membenci perbedaan, sejatinya
membenci seluruh manusia karena semua manusia diciptakan berbeda, tak ada yang sama, bahkan
anak kembar sekali pun. Setiap hari seharusnya kita “Merayakaan Perbedaan” dalam nuansa
Kebhinekaan, nah untuk itu perkenalkan nama saya Yulita Koliher, saya siswa kelas X di SMA Negeri 1
Nubatukan Kabupaten Lembata Provinsi NTT
Scene 1 :
Gerbang sekolah
Yulita : Selamat pagi Kurnia (sambil masuk pagar sekolah)
Kurnia : Pagi Yulita
Kurnia : Yulita, sebentar pinjam catatan sejarahnya ya
Yulita : (mengangguk) iya nanti sebentar selesai pelajaran PJOK ya
Kurnia : (tersenyum) terima kasih
Jelita yang kebetulatan berada di belakang Yulita dan Kurnia menghampiri Yulita sambil berbisik
Jelita : Yulita, kita kan berbeda hmm...kenapa mau pinjamkan catatan padanya
Yulita : huss jangan begitu Jelita kita berbeda tetap kita satu, satu Indonesia (sambil
tersenyum)
Bel sekolah berbunyi semua bersiap menunggu pelajaran
Scene 2 :
Ruang kelas
Pak Miki (guru PJOK) masuk kelas
Dirly : (berdiri) siap hormat
Siswa : (berdiri) selamat pagi pak guru
Pak Miki : selamat pagi semuanya
Siswa : salam dan bahagia
Pak Miki : salam dan bahagia silakan duduk, silakan ganti pakaian olah raganya saya tunggu di
lapanagan.

1
Siswa : siap pak
Scene 3 :
Lapangan Sekolah
Pak Miki : Silakan atur barisannya ketua kelas
Dirly : siap grak
(Semua berbaris tapi Jelita menjauhi Yulita, Kurnia. Saat bermain bola Jelita berbisik-bisik pada Tika
dan Claudia yang di dekatnya)
Narasi : Ada banyak perbedaan yang terjadi dalam hidup. Cara berpikir, cara menilai, cara bersikap,
sampai berpenampilan. Perbedaan ini lahir secara alami dari masing-masing orang. Maka sudah
sewajarnya tidak semua bisa diseragamkan menjadi sama. Inilah kisah di sekolahku
Bel sekolah berbunyi pergantian jam pelajaran
Scene 4 :
Ruang kelas
Yulita : (mendekati Jelita) aku haus, Jelita kita ke kanti beli minum
Jelita : (senyum datar) ayo, sebelum ibu datang
Kurnia : (bergegas memegang tangan) Yulita, pinjam catatannya
Yulita : oh iya, Jelita aku ambil buku dulu untuk Kurnia ya (berjalan mengambil buku)
Jelita : hmmmmm
Tika : Jelita ayo kita berdua saja yang ke kantin
Jelita : ayo, (sambil berjalan keluar kelas) lihat si Yulita tadi ajak ke kantin giliran datang
kurnia malah pergi padahalkan sudah aku peringatkan dia kalau kita itu berbeda
Claudia : (tiba-tiba datang) hei...apa yang kalian bahas
Jelita : itu yang tadi di lapangan
Claudia : ah, jangan begitu Jelita kita semua satu dalam perbedaan
Jelita : hmm kamu sama seperti Jelita (mendorong bahunya)
Tiba-tiba ibu guru datang

Scene 5 :
Selasar/serambi/beranda/teras kelas
Ibu Rahmi : kalian mau kemana? Ayo segera masuk kelas (tegas)
Jelita, Tika dan Claudia segera berbalik dan masuk kelas

Scene 6 :
Ruang Kelas
Ibu Rahmi : Perhatian semuanya, ibu mau sampaikan tentang perlombaan di perayaan hari
“Sumpah Pemuda” ada beberapa lomba seperti pidato, puisi tapi karena bidang ibu di Seni Budaya

2
maka yang akan ibu sampaikan berkaitan dengan ini yakni lomba menari. Kalian bagi dalam kelompok
etnisnya dan mulai berlatih dengan baik ya.
Siswa : (serentak) siap ibu
Yelita : lihat saja pasti tarian kami yang terbaik, saya bertekad kalahkan Yulita dan Kurnia
Tika : (mengangguk)
Claudia : (mengeleng)

Scene 7 :
Area Pementasan
Narasi : Hidup bukan tentang mempermasalahkan sebuah perbedaan, melainkan saling melengkapi
kekurangan. Tugas kita adalah mencari keuntungan dari setiap perbedaan. Jika kita melakukannya,
kita akan menjadi manusia yang sejati.
MC : Di dalam suasana perayaan Sumpah Pemuda tahun 2022 dengan tema “Bersatu Bangun
Bangsa” maka kita sudah seharusnya syukuri setiap perbedaan dan nikmati kebersamaan dalam
lomba menari. Tarian yang berbeda-beda disajikan tetapi kita tetap satu, kita Indonesia. Untuk itu
kita sambut tarian Alor Tepuk tangan yang meriah
(Tim Juri pada posisinya. Para penari masuk menari dari tarian Alor, Sabu, Lembata, dan Rote. Tarian
Alor berlangsung baik, tarian Sabu saat akan pementasaan Yulita kebinggungan mencari mahkotanya
karena disembunyikan Yulita, MC memanggil sampai kedua kali tidak muncul jadi sampai ketiga kali,
Yulita dan timnya maju sangat sedih karena kelalaiannya maka tim tersebut tampil tidak maksimal.
Tim tarian Lembata juga terjeda sedikit karena musik yang salah Perlombaan terus berlangsung
sampai pada pengumuman juara)
Kepala Sekolah : Peristiwa sejarah Sumpah Pemuda ini telah mengajarkan nilai-nilai persatuan
bangsa. Sumpah Pemuda membuktikan bahwa perbedaan bangsa Indonesia sebenarnya dapat
disatukan menjadi penjelmaan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “berbeda beda tapi tetap satu”.
Perbedaan itu dapat kita nikmati hari ini dan saya selaku kepala sekolah akan mengumumkan hasil
juara lomba tari yang dimenangkan oleh tim tari dari etnis Rote.
Semua hadirin bertepuk tangan
Jelita : (tampil di depan) sebelumnya saya memohon maaf untuk para hadirin dan terkhususnya
teman saya Yulita dari etnis Sabu dan Kurnia dari Etnis Lembata
Feedback
Scene 8 :
Di ruang persiapaan
Jelita bercerita mengambil properti tarian Yulita untuk disembunyikan. Pada tarian Lembata timnya
Kurnia, Jelita menghambat proses pemutaraan musik supaya mereka tampil buruk dan tidak
memenangkan perlombaan ini, tapi pada saat etnis Rote mau tampil selendang saya terbuka dan
diperbaik oleh Kurnia. Saya merasa bersalah sudah berlaku curang pada Yulita dari etnis Sabu dan

3
Kurnia dari etnis Lembata selama ini saya membenci perbedaan dan berpikir bahwa suku, agama saya
yang terbaik padahal meski kita berbeda-beda tetapi tetap satu jua dalam Kebhinekaan, Yulita dan
Kurnia lebih berhak atas piala ini karena mereka orang-orang yang mampu menghargai perbedaan.
Terima kasih Yulita dan Kurnia mengajarkan saya bagaimana merayaakan hidup dalam perbedaan.

Scene 9 :
Area Pementasaan
Semua bernyanyi “Pelajar Pancasila”

Epilog : Di tanah air kita agama, suku dan tradisi saling memberi arti, membuka peluang untuk saling
menghargai.
"Tidak penting apa pun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk
semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu." - Gus Dur

Persiapaan Kelengkapan
1. Baliho
2. Piala
3. Tulisan Juri di meja
4. Speaker
5. Penataan ruang kelas
6. Bola kaki
7. ...
8. ...
Kostum
1. Seragam sekolah
2. Seragam olah raga
3. Kostum tarian
4. Kostum guru
5. Kostum juri
6. Kostum operator

Anda mungkin juga menyukai