Anda di halaman 1dari 10

Journal Homepage: https://e-journal.unair.ac.

id/PMNJ/index
FUNDAMENTAL AND MANAGEMENT
NURSING JOURNAL
Vol. 2, No. 1, April 2019

Laman jurnal: https://e-journal.unair.ac.id/FMNJ

Penelitian Asli

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI PELAKSANAAN RONDE


KEPERAWATAN
(Factors Affecting the Implementation of Nursing Round)

Maria Florentina Moi*, Nursalam Nursalam, Candra Panji Asmoro

Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia

ABSTRACT
RIWAYAT ARTIKEL
Diterima: April 15, 2019 Introduction: Introduction: Nursing rounds aimed to solve patient nursing problems
Disetujui: May 13, 2019 performed by nurses and patients to discuss and implement of nursing care. The
implementation of the nursing round can be influenced by knowledge, attitudes,
subjective norms, and intentions. The purpose of this study was to determine the
KATA KUNCI
factors that influence the nursing round in the Inpatient Room of Bajawa Hospital.
nursing round; knowledge;
attitudes; intentions; subjective Method: The design of this study was cross-sectional. The total population were 108
norms and obtainned 98 respondents by total sampling. Independent variables were
knowledge, attitudes, subjective norms, and intentions. The dependent variable was the
KONTAK PENULIS implementation of the nursing round. The instrument used a questionnaire. Data was
Maria Florentina Moi analyzed by Spearmen's Rho.
maria.florentina.moi-
2017@fkp.unair.ac.id
Result: Dominant factor on implementation of nursing round was intention (p=0.007).
Fakultas Keperawatan, There was a relationship between knowledge and attitude (p=0.000), knowledge with
Universitas Airlangga, Surabaya, subjective norms (p=0.000), attitudes with intentions (p=0.004), subjective norms with
Indonesia intentions (p=0.002), intention with nursing rounds (p=0.030).
Conclussion: The implementation of the nursing round will run well with good
knowledge, positive attitude, good subjective norms, and good intentions from the
nurse to carry out the nursing round. So that training in nursing rounds is needed and
the implementation of nursing rounds should be regular and continuous.

Kutip sebagai: Moi, M. F., Nursalam. N., & Asmoro, C. P. (2019). Faktor – Faktor yang Memengaruhi
Pelaksanaan Ronde Keperawatan. Fundam Manaj. Nurs. J., 2(1), 35-44.

komunikasi yang baik antar tenaga kesehatan salah


1. PENDAHULUAN
satunya dapat disebabkan tidak terdapatnya ronde
Metode keperawatan primer merupakan salah satu keperawatan dalam manajemen asuhan
metode pemberian pelayanan keperawatan di mana keperawatan di ruangan (Agustina, Agustian and
salah satu kegiatannya adalah ronde keperawatan Ibrahim, 2016). Pada tahun 2016 di Ruang Rawat
(Nursalam, 2014). Pelaksanaan ronde keperawatan inap RSUD Bajawa pernah terjadi kejadian pasien
sangat penting terhadap kualitas pelayanan dengan post pemasangan WSD hari kedua
keperawatan di rumah sakit (Weiss and Tappen, mengalami komplikasi emfisema subkutis, namun
2015). Namun, di Ruang Rawat inap RSUD Bajawa, tidak dilakukan ronde keperawatan.
ronde keperawatan sudah pernah dilaksanakan Data di Ruang Rawat Inap RSUD Bajawa
tetapi tidak berkelajutan dalam pelaksanaannya. Hal terdapat 108 orang perawat dengan pendidikan S1
tersebut disebabkan karena kurangnya pengetahuan sebanyak 28 orang, pendidikan DIV sebanyak 12
perawat tentang ronde keperawatan serta belum orang dan pendidikan D3 sebanyak 68 orang. Studi
adanya sosialisasi dari manager keperawatan RSUD pendahuluan yang dilakukan di Ruang Rawat inap
Bajawa tentang ronde keperawatan. Penurunan RSUD Bajawa melalui wawancara kepada kepala
kualitas asuhan keperawatan serta kurangnya ruangan didapatkan data bahwa ronde keperawatan

http://e-journal.unair.ac.id/FMNJ | 35
M. F. MOI ET AL.

memang belum dilakukan di ruang rawat inap. evidence-based care, dan pemahaman pasien
Kemudian wawancara dilakukan kepada 4 perawat terhadap kondisi yang dialami. Ronde keperawatan
pelaksana yang sedang shift pagi di Ruang Rawat dapat meningkatkan otonomi perawat, sehingga
inap mengatakan bahwa mereka belum mengetahui kepuasan kerja perawat akan meningkat (Weiss and
tentang ronde keperawatan serta belum mengetahui Tappen, 2015). Ronde keperawatan dirancang untuk
cara dan prosedur untuk melakukan ronde meningkatkan otonomi perawat, ikut terlibat dalam
keperawatan. pengambilan keputusan, hubungan professional
Pelayanan keperawatan sebagai salah satu dengan pelayanan kesehatan lainnya, dan
faktor penentu peningkatan pelayanan kesehatan penggunaan evidence-based care untuk
senantiasa berusaha meningkatkan mutu meningkatkan persepsi perawat terhadap
layanannya (Siahaan, Albiner and Bukit, 2018). lingkungan praktik sebagai pengaturan bagi praktik
Pelayanan keperawatan sering dijadikan tolak ukur keperawatan professional (Shin and Park, 2018).
citra sebuah rumah sakit di mata masyarakt. Salah Ronde keperawatan yang tidak dilaksanakan
satu indikator kualitas pelayanan kesehatan di secara teratur oleh perawat di Ruang Rawat Inap
rumah sakit adalah pelayanan keperawatan yang RSUD Bajawa dapat dipengaruhi oleh faktor
berkualitas (Abela-Dimech and Vuksic, 2018). Ronde perilaku. Salah satu teori tentang perilaku manusia
keperawatan merupakan salah satu metode pada adalah Theory Planned Behaviour (TPB) yang
manajemen keperawatan primer yang dapat dicetuskan (Ajzen, 2005). Teori ini menyatakan,
meningkatkan kualitas pelayanan perawat. Ronde Attitude (sikap), Subjective Norm (norma subjektif),
keperawatan akan menjadi media bagi perawat perceived behavioral control (PBC/PBC), merupakan
untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif faktor yang menentukan intensi untuk
dan psikomotor, kepekaan dan cara berpikir kritis mempengaruhi perilaku seseorang. Perkembangan
terhadap pengaplikasian konsep teori ke dalam selanjutnya, terdapat latar belakang yang
praktik keperawatan dan pelayanan kepada pasien. mempengaruhi termasuk diantaranya adalah faktor
Pengetahuan dan sikap perawat sangat diperlukan pengetahuan (Ajzen, 2005). Sehingga apabila
dalam pelaksanaan ronde keperawatan pengetahuan dari perawat tentang ronde
(Negarandeh, Hooshmand Bahabadi and Aliheydari keperawatan meningkat, diharapkan ronde
Mamaghani, 2014). Ronde keperawatan dapat keperawatan dapat dilaksanakan di Ruang Rawat
bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan Inap RSUD Bajawa. Tujuan dari penelitian ini adalah
klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan pasien untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
atau keluarga terlibat aktif dalam diskusi dengan ronde keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah
membahas masalah keperawatan serta Sakit Bajawa.
mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan
(Mahanes, Quatrara and Shaw, 2013). 2. METODE
Penelitian yang dilakukan oleh (Jennings and
2.1 Desain
Mitchell, 2017) tentang persepsi perawat Intensive
Care dengan metode ronde keperawatan terhadap Penelitian yang dilakukan merupakan jenis
perawatan pada pasien trauma dapat melakukan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan
perubahan terhadap manajemen keperawatan, cross-sectional.
manajemen medis dan perawatan luka. Staf
2.2 Populasi, sampel, dan sampling
keperawatan melaporkan peningkatan perawatan
yang menyeluruh pada pasien trauma dan Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat
kolaborasi dengan rekan kerja. Pengetahuan dan di Ruang Rawat inap RSUD Bajawa sebanyak 108
sikap perawat merupakan peranan yang penting perawat. Sampel dari penelitian ini adalah 98
dalam pelaksanan ronde keperawatan (Agustina, perawat di Ruang Rawat inap RSUD Bajawa.
Agustian and Ibrahim, 2016). Penelitian yang Penelitian ini menggunakan simple random
dilakukan oleh (Siahaan, Albiner and Bukit, 2018) sampling, yaitu suatu tehnik pengambilan setiap
menunjukkan bahwa ronde keperwatan memiliki sampel/elemen diseleksi secara acak. Kriteria inklusi
pengaruh terhadap kinerja perawat dalam dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di
melakukan asuhan keperawatan. Pelatihan ronde Ruang Rawat inap baik PNS ataupun Tenaga
keperawatan telah memberi implikasi terhadap Kontrak, sedangkan kriteria eksklusi dalam
peningkatan kemampuan perawat baik dari aspek penelitian ini adalah perawat yang sedang mengikuti
pengetahuan maupun keterampilan perawat dalam pelatihan dalam waktu lebih dari 1 bulan dan sedang
pemberian asuhan keperawatan sehingga kinerja cuti.
perawat dalam pemberian asuhan keperawatan
2.3 Variabel
semakin optimal.
Ronde keperawatan merupakan strategi yang Variabel independen dalam penelitian ini adalah
efektif dalam memulai banyak perubahan dalam pengetahuan, sikap, norma subjektif, dan intensi.
aspek keperawatan, terutama dalam meningkatkan Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
komunikasi di antara anggota tim terkait interaksi pelaksanaan ronde keperawatan.
antar perawat (Fabry, 2015). Ronde keperawatan
juga berguna dalam pengembangan praktek klinik,

36 | Volume 2 No 1 APRIL 2019


FUNDAMENTAL AND MANAGEMENT NURSING JOURNAL

2.4 Instrumen 2.7 Ethical Clearance


Instrumen pengetahuan menggunakan kuesioner 7 Penelitian ini telah dilakukan uji etik penelitian
pertanyaan dengan kriteria baik bila skor >75-100%, kesehatan di Komisi Etik Penelitian Kesehatan
cukup bila skor 60-75% serta kurang jika skor <60% Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga dengan
(Wahyuni, 2012). Kuesioner pengetahuan telah diuji nomor Ethical Approval dengan No. 1215 – KEPK
validitas dan semua r dihitung > r tabel dan pada tanggal 13 Desember 2018.
dinyatakan valid dengan nilai Cronbach’s Alpha 0,738
yang berarti reliabel. 3. HASIL
Instrumen sikap diukur menggunakan 2 skala,
Distribusi responden pada tabel 1 menunjukkan
skala pertama mengukur evaluasi terhadap belief 5
bahwa semua responden di Ruang Rawat Inap RSUD
soal, skala kedua tentang belief strength 5 soal. Skala
Bajawa Nusa Tenggara Timur dengan jumlah 98
pertama nilai 1 untuk jawaban sangat buruk (Sbu),
responden adalah perempuan dengan mayoritas usia
nilai 4 untuk sangat baik (SB) pada item favorable,
adalah 31 – 40 tahun sebanyak 69 orang (70,4%).
dan berlaku sebaliknya. Skala kedua nilai 1 untuk
Mayoritas tingkat pendidikan responden adalah
sangat tidak setuju (STS), nilai 4 untuk sangat setuju
Diploma III Keperawatan sebanyak 60 orang
(SS) pada item favorable dan berlaku sebaliknya bagi
(60,1%) serta lama kerja responden mayoritas pada
item non-favorable. Tahap selanjutnya mengalikan
rentang 11-20 tahun sebanyak 61 orang (52,6%) .
setip pasangan item belief dan pasangannya. Hasil
Mayoritas responden dengan pengetahuan
skor maksimal adalah 80, skor minimal 5. Kriteria
cukup diikuti dengan sikap yang positif dan
sikap positif > means, sikap negatif < means.
responden dengan pengetahuan kurang juga diikuti
Instrumen yang digunakan mengadopsi dari
dengan sikap yang negatif pada tabel 2. Namun,
konstruksi Ajzen (Hendra, 2008). Kuesioner sikap
masih terdapat responden dengan pengetahuan yang
telah diuji dengan semua r dihitung > r tabel dan
baik dengan sikap yang negatif pada ronde
dinyatakan valid dengan nilai Cronbach’s Alpha 0,878
keperawatan. Hasil uji statistik menggunakan
yang berarti sangat reliabel.
spearmen’s rho menunjukkan terdapat hubungan
Norma subjektif, diukur menggunakan
yang sangat signifikan (p=0,000) antara
kuesioner 12 pertanyaan, terdiri dari motivation to
pengetahuan dengan sikap pada ronde keperawatan
comply 6 soal yang dikalikan dengan normative
di Ruang Rawat Inap RSUD Bajawa, Nusa Tenggara
belief 6 soal. Norma subjektif menghasilkan skor
Timur dengan tingkat korelasi kuat (r=0,535).
maksimal 96, minimal 6. Kriteria mempersepsi sosial
Mayoritas responden dengan pengetahuan
baik jika skor 66-96, cukup jika 37-65, dan kurang
cukup diikuti dengan norma subjektif yang cukup
jika 6-36. Kuesioner telah diuji dengan semua r
dan responden dengan pengetahuan kurang juga
dihitung > r tabel dan dinyatakan valid dengan nilai
diikuti dengan norma subjektif cukup pada ronde
Cronbach’s Alpha 0,905 yang berarti sangat reliabel.
keperawatan tabel 3. Namun, dari hasil di atas
Intensi sebanyak 6 pertanyaan menggunakan
didapatkan responden dengan pengetahuan yang
kuesioner skala likert dengan pilihan jawaban
baik dengan norma subjektif yang cukup pada ronde
sebanyak 4, yaitu: sangat tidak setuju, tidak setuju,
keperawatan. Hasil uji statistik menggunakan
setuju dan sangat setuju (Wahyuni, 2012). Kriteria
spearmen’s rho menunjukkan terdapat hubungan
nilai baik skor 18- 24, sedang skor 12-17, kurang
yang sangat signifikan (p=0,000) antara
skor 6-11. Kuesioner terdiri dari 10 pertanyaan.
pengetahuan dengan norma subjektif pada ronde
Total pertanyaan dihitung dari responden menjawab
keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Bajawa,
pertanyaan dengan benar. Kurang: 1-3, Cukup: 4-7,
Nusa Tenggara Timur dengan tingkat korelasi cukup
Baik: 8-10. Kuesioner telah diuji dengan semua r
(r=0,479).
dihitung > r tabel dan dinyatakan valid dengan nilai
Mayoritas responden dengan sikap positif
Cronbach’s Alpha 0,920 yang berarti sangat reliabel.
diikuti dengan intensi yang baik pada tabel 4. Namun
Kuesioner terdiri dari 10 pertanyaan. Total
pada data di atas juga terlihat bahwa responden
pertanyaan dihitung dari responden menjawab
dengan sikap yang negative ternyata juga memiliki
pertanyaan dengan benar. Kurang: 1-3, Cukup: 4-7,
intensi yang baik. Hasil uji statistik menggunakan
Baik: 8-10. Kuesioner telah diuji dengan semua r
spearmen’s rho menunjukkan terdapat hubungan
dihitung > r tabel dan dinyatakan valid dengan nilai
yang sangat signifikan (p=0,004) antara sikap
Cronbach’s Alpha 0,846 yang berarti sangat reliabel.
dengan intensi pada ronde keperawatan di Ruang
2.5 Analisis Rawat Inap RSUD Bajawa, Nusa Tenggara Timur
dengan tingkat korelasi cukup (r=0,288).
Penelitian ini dilakukan analisis dengan
menggunakan uji spearman rho dan Regresi Logistik
dengan signifikansi α = 95% (0,005).

http://e-journal.unair.ac.id/FMNJ | 37
M. F. MOI ET AL.

Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Karakteristik Demografi di Ruang Rawat Inap RSUD Bajawa, Nusa
Tenggara Timur pada Desember 2018 – Januari 2019
Karakteristik n %
Usia
21-30 tahun 26 26,5
31-40 tahun 69 70,4
41-50 tahun 1 1
>50 tahun 2 2
Total 98 100

Jenis Kelamin
Perempuan 98 100
Total 98 100

Pendidikan Terakhir
D3 Keperawatan 60 61,2
D4 Keperawatan 10 10,2
S1 Keperawatan 28 28,6
Total 98 100

Lama Kerja
1-10 tahun 35 30,2
11-20 tahun 61 52,6
21-30 tahun 2 1,7
Total 98 100

Tabel 2. Distribusi Hasil Kategori Pengetahuan dan Kategori Sikap di Ruang Rawat Inap RSUD Bajawa,
Nusa Tenggara Timur pada Desember 2018 – Januari 2019
Sikap
Total
Pengetahuan Positif Negatif
n % n % n %
Baik 15 15,3 6 6,1 21 21,4
Cukup 38 38,3 9 9,2 47 48
Kurang 1 1 29 29,6 30 30,6
Total 54 55,1 44 44,9 98 100
(p): 0,000
(r): 0,535

Tabel 3 Distribusi Hasil Kategori Pengetahuan dan Kategori Norma Subjektif di Ruang Rawat Inap RSUD
Bajawa, Nusa Tenggara Timur pada Desember 2018 – Januari 2019
Norma Subjektif
Total
Pengetahuan Baik Cukup Kurang
n % n % n % n %
Baik 12 12,2 9 9,2 0 0 21 21,4
Cukup 5 5,1 42 42,9 0 0 47 48
Kurang 0 0 29 29,6 1 1 30 30,6
Total 17 17,3 80 81,6 1 1 98 100
(p): 0,000
(r): 0,479

Mayoritas responden dengan norma subjektif Mayoritas responden dengan intensi baik
cukup diikuti dengan intensi yang baik pada tabel 4. yang diikuti dengan pelaksaan ronde keperawatan
Namun pada data di atas juga terlihat bahwa yang kurang pada tabel 5. Namun, sebagiaan besar
responden dengan norma subjektif yang kurang responden dengan intensi baik juga yang diikuti
ternyata juga memiliki intensi yang baik dan dengan pelaksaan ronde keperawatan yang baik.
terdapat responden dengan norma subjektif yang Hasil uji statistik menggunakan spearmen’s rho
baik tetapi memiliki intensi kurang pada ronde menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan
keperawatan. Hasil uji statistik menggunakan (p=0,030) antara intensi dengan pelaksanaan ronde
spearmen’s rho menunjukkan terdapat hubungan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Bajawa,
yang sangat signifikan (p=0,002) antara norma Nusa Tenggara Timur dengan tingkat korelasi lemah
subjektif dengan intensi pada ronde keperawatan di (r=0,219).
Ruang Rawat Inap RSUD Bajawa, Nusa Tenggara Hasil uji regresi logistik pada tabel 6
Timur dengan tingkat korelasi cukup (r=0,310). menunjukkan bahwa intensi menjadi faktor yang

38 | Volume 2 No 1 APRIL 2019


FUNDAMENTAL AND MANAGEMENT NURSING JOURNAL

Tabel 4 Distribusi Hasil Kategori Sikap dan Norma Subjektif dengan Kategori Intensi di Ruang Rawat Inap
RSUD Bajawa, Nusa Tenggara Timur pada Desember 2018 – Januari 2019
Intensi

Sikap Baik Cukup Kurang
f(x) % f(x) % f(x) % f(x) %
Postif 42 42,9 9 9,2 3 3,1 54 55,1
Negatif 35 37,7 6 6,1 3 3,1 44 44,9
∑ 77 78,6 15 15,3 6 6,1 98 100
(p): 0,004
(r): 0,288
Norma Subjektif
Baik 13 13,3 3 3,1 1 1 17 17,3
Cukup 63 64,3 12 12,2 5 5,1 80 81,6
Kurang 1 1 0 0 0 0 1 1
Total 77 78,6 15 15,3 6 6,1 98 100
(p): 0,002
(r): 0,310

Tabel 5 Distribusi Hasil Kategori Intensi dan Kategori Pelaksanaan Ronde Keperawatan di Ruang Rawat
Inap RSUD Bajawa, Nusa Tenggara Timur pada Desember 2018 – Januari 2019
Pelaksanaan Ronde Keperawatan
Total
Intensi Baik Kurang
n % n % n %
Baik 37 37,8 40 40,8 77 78,6
Cukup 4 4,1 11 11,2 15 15,3
Kurang 1 1 5 5,1 6 6,1
Total 42 42,9 56 57,1 98 100
(p): 0,030
(r): 0,0,219

Tabel 6 Faktor Dominan yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Ronde Keperawatan di RSUD Bajawa,
Nusa Tenggara Timur pada Desember 2018 – Januari 2019
95% C.I.for EXP(B)
Kategori Wald p Exp(B)
Lower Upper
Pengetahuan 0,207 0,064 0,843 0,403 1,762
Sikap 0,026 0,087 0,921 0,343 2,476
Norma Subjektif 1,172 0,027 0,445 0,569 7,091
Intensi 3,287 0,007 2,008 0,186 1,068

paling berhubungan dengan pelaksanaan ronde dan atau konselor, kepala ruangan, perawat
keperawatan dengan (p=0,007) dan Odd Ratio/Exp. pelaksana yang perlu juga melibatkan seluruh
(B) yaitu 2,008 yang berarti bahwa intensi memiliki anggota tim kesehatan (Nursalam, 2015). Sehingga
hubungan sebanyak 2,008 kali lipat dengan diperlukan yang baik dari perawat mengenai ronde
pelaksanaan ronde keperawatan di RSUD Bajawa, keperawatan untuk mendapatkan sikap yang positif
Nusa Tenggara Timur. terhadap pelaksanan ronde kepererawatan di Ruang
Rawat Inap RSUD Bajawa.
4. PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti
menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian
4.1 Pengetahuan dengan Sikap yang dilakukan oleh (Agustina, Agustian and
Data pada distribusi penelitian menunjukkan bahwa Ibrahim, 2016) yang dalam penelitiannya
mayoritas pengetahuan responden dalam kategori menyebutkan bahwa pengetahuan memiliki
cukup dan diikuti dengan sikap pengetahuan yang hubungan yang sangat signifkan dengan dengan
positif. Dari hasil penelitian juga menunjukkan sikap dalam pelaksanaan ronde keperawatan.
bahwa sebagian besar responden dengan (Agustina, Agustian and Ibrahim, 2016) juga
pengetahuan kurang juga diikuti dengan sikap menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan dasar
negatif. Hal tersebut seiring dengan pengetahuan dalam pelaksaan ronde keperawatan yang baik.
yang baik akan diikuti dengan sikap yang baik pula. Perawat yang dalam pekerjaannya selalu
Ronde keperawatan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pasien dapat menemukan
bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan suatu masalah berdasarkan evidance based pratctice
pasien yang dilakukan oleh perawat selain itu yang dapat diselesaikan dengan ronde keperawatan
melibatkan pasien untuk membahas dan dengan bekerja sama antar tim medis.
melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus Sikap merupakan suatu keadaan internal
tertentu harus dilaksanakan oleh perawat primer (internal state) yang mempengaruhi pilihan tindakan

http://e-journal.unair.ac.id/FMNJ | 39
M. F. MOI ET AL.

responden atau perawat terhadap pelaksanaan ronden keperawatan. Pengetahuan yang baik
ronde keperawatan. Sikap memiliki kecenderungan tentang ronde keperawatan dapat berhubungan
kognitif, afektif, dan tingkah laku yang dipelajari dengan norma subjektif, sehingga diperlukan
untuk berespons secara positif atau dalam tingkah pegetahuan yang baik untuk mendapatkan norma
laku yang menghindari, melawan, atau menghalangi subjektif yang baik pada pelaksanaan ronde
objek. (Ajzen, 2005) dalam (Nursalam, 2015) keperawatan.
menjelaskan bahwa sikap merupakan besarnya Norma respondentif adalah persepsi
perasaan positif atau negatif terhadap suatu obyek, seseorang atau asumsi tentang harapan orang lain
orang, institusi, atau kegiatan. dari perilaku tertentu yang akan atau tidak akan
Berdasarkan teori di atas, sikap individu dilakukan. Persepsi ini sangat subjektif secara
terhadap suatu perilaku diperoleh dari keyakinan alamiah, maka dimensi ini disebut sebagai norma
terhadap konsekuensi yang ditimbulkan oleh subjektif. Bersesuaian dengan sikap terhadap
perilaku tersebut, yang diistilahkan dengan perilaku, norma subjektif juga dipengaruhi oleh
behavioral beliefs (keyakinan terhadap perilaku). keyakinan (Haigh et al., 2016) Subjective norms
Keyakinan terhadap perilaku menghubungkan merupakan faktor dari luar individu yang berisi
perilaku dengan hasil tertentu, atau beberapa atribut persepsi seseorang tentang apakah orang lain akan
lainnya seperti biaya atau kerugian yang terjadi saat menyetujui atau tidak menyetujui suatu tingkah laku
melakukan suatu perilaku. Seseorang yang yakin yang ditampilkan. Norma subjektif ditentukan oleh
bahwa sebuah tingkah laku dapat menghasilkan adanya keyakinan normatif (normative belief) dan
outcome yang positif, maka individu tersebut akan keinginan untuk mengikuti (motivation to comply)
memiliki sikap yang positif, begitu juga sebaliknya. (Ajzen, 2005). Keyakinan normatif berkenaan
Berdasarkan Theory of Planned Behavior, seseorang dengan harapan-harapan yang berasal dari refent
yang percaya bahwa menampilkan perilaku tertentu atau orang dan kelompok yang berpengaruh bagi
akan mengarahkan pada hasil yang positif akan individu seperti orang tua, pasangan, teman dekat
memiliki sikap favorable terhadap ditampilkannya rekan kerja, atau yang lainnya tergantung pada
perilaku, sedangkan orang yang percaya bahwa perilaku yang terlibat. Subjective norms didefinisikan
menampilkan tingkah laku tertentu akan sebagai adanya persepsi individu terhadap tekanan
mengarahkan pada hasil yang negatif, maka ia akan sosial yang ada untuk mewujudkan atau tidak suatu
memiliki sikap unfavorable Sikap diklasifikasikan ke perilaku. Individu memiliki keyakinan bahwa
dalam 3 domain, yaitu kognitif, afektif dan konatif individu atau kelompok tertentu akan menerima
(Ajzen, 1991). atau tidak menerima tindakan yang dilakukannya.
Pengetahuan yang dimiliki oleh perawat Apabila individu meyakini apa yang menjadi norma
tentang ronde keperawatan dapat mempengaruhi kelompok, maka individu akan mematuhi dan
sikap perawat dalam pelaksanaan ronde membentuk perilaku yang sesuai dengan
keperawatan. Pengetahuan yang baik tentang ronde kelompoknya.
keperawatan akan diikuti dengan sikap yang positif Theory of Planned Behavior menyatakan
dalam pelaksanaan ronde keperawatan. Peneliti bahwa subjective norms juga di identikkan oleh dua
berpendapat bahwa diperlukan peningkatan hal, yaitu: belief, dari seseorang tentang reaksi atau
pengetahuan yang baik oleh perawat tentang ronde pendapat orang lain atau kelompok lain tentang
keperawatan. Walaupun mayoritas materi ronde apakah individu perlu, harus, atau tidak boleh
keperawatan didapatkan pada pendidikan Ners dan melakukan suatu perilaku, dan motivasi individu
mayoritas perawat adalah pendidikan Diploma, untuk mengikuti pendapat orang lain. Norma
perlu diadakannya sosialisi terkait pelaksanaan subjektif merupakan tekanan sosial untuk
ronde keperawatan sehingga semua perawat dapat melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu.
terpapar informasi tentang ronde keperawatan. Kombinasi dari keyakinan normatif dan motivasi
Sikap positif dalam pelaksanaan ronde untuk mematuhi merupakan norma subjektif (Binka
keperawatan yaitu perawat terbuka, mau dan et al., 2018). Seperti halnya sikap di atas, norma
bersedia untuk melaksanaan ronde keperwatan. subjektif yang dipegang seseorang juga
Peneliti berpendapat bahwa sikap seseorang dapat dilatarbelakangi oleh belief.
berubah dengan beberapa faktor, salah satunya Data distribusi juga menunjukkan terdapat
adalah pengetahuan. Sehingga diperlukan responden dengan pengetahuan yang kurang dan
pengetahuan yang baik untuk terlaksananya ronde diikuti dengan norma subjektif yang kurang. Dari
keperawatan yang baik. data tersebut diketahuai bahwa responden tersebut
adalah responden No. 42. Responden tersebut
4.2 Pengetahuan degan norma subjektif berpendidikan S1 Keperawatan dengan rentang usia
31-40 tahun. Responden tersebut sudah bekerja
Hasil pada distribusi penelitian juga menunjukkan
sebagai perawat selama 6 tahun. Dari data sikap
bahwa pengetahuan yang baik akan diikuti dengan
diketahui bahwa sikap responden dalam kategori
norma subjektif yang baik. Pada distribusi penelitian
negatif. Namun responden tersebut memiliki intensi
juga menunjukkan bahwa mayoritas norma subjektif
yang baik dan pelaksanaan ronde keperawatan yang
responden dalam kategori cukup yang dikarenakan
dalam kategori baik. Dari data tersebut diketahui
pengehathuan responden yang juga cukup tentang
bahwa norma subjektif tidak hanya ditentukan oleh

40 | Volume 2 No 1 APRIL 2019


FUNDAMENTAL AND MANAGEMENT NURSING JOURNAL

referent (individu atau kelompok yang cukup meningkatkan kolaborasi antar kesehatan. Ha
berpengaruh terhadapnya), tetapi juga ditentukan tersebut merupakan contoh sikap yang positif yang
oleh motivation to comply. Individu yang yakin dilandasi dengan niat yang baik.
bahwa kebanyakan referent akan menyetujui dirinya Hasil penelian ini sesuai dengan penelitian
menampilkan perilaku tertentu dan adanya motivasi yang dilakukan oleh (Haigh et al., 2016) yang
untuk mengikuti perilaku tertentu akan merasakan menyebutkan bahwa sikap dalam pelaksanan ronde
tekanan sosial untuk melakukannya. Individu yang keperawatan sangat dipengarhi oleh niat atau
yakin bahwa kebanyakan referent akan tidak intensi dari perawat dalam memberikan asuhan
menyetujui dirinya menampilkan perilaku tertentu, keperawatan kepada pasien. Intensi yang dimiki oleh
dan tidak adanya motivasi untuk mengikuti perilaku perawat akan membawa kepada kemauan dalam
tertentu, maka hal ini akan menyebabkan dirinya melakukan ronde keperawatan. Peneliti
memiliki subjective norms yang menempatkan berpendapat bahwa ronde keperawatan jarang
tekanan pada dirinya untuk menghindari melakukan dilakukan disemua ruanga karena dalam
perilaku tersebut (Ajzen, 2005). pelaksanaannya membutuhkan waktu dan persiapan
Pemberian pendidikan ronde keperawatan yang cukup banyak, sebab harus bekerja salam
juga dapat efektif mulai pada mahasiswa dengan tenaga medis lain yang diperlukan untuk
keperawatan yang sedang menjali praktik asuhan menyelesaian masalah yang dihadapi oleh pasien.
keperawatan di Rumah Sakit. Penelitian yang Komponen afektif menjelaskan evaluasi dan
dilakukan oleh (Sherrill, 2012) yang menyebutkan perasaan seseorang terhadap obyek sikap. Apabila
bahwa pengajaran kreatif sangat penting untuk diaplikasikan pada contoh sikap terhadap
melibatkan siswa. Ronde keperawatan muncul pelaksanaan ronde keperawatan di atas, perawat
sebagai kegiatan pengajaran utama di sekolah yang memiliki perasaan tidak suka terhadap
kedokteran Amerika Serikat selama paruh pertama pelaksanaan ronde keperawatan yang hanya akan
abad lalu tetapi telah memudar ketika pendidikan menambah pekerjaan tambahan, maka apa yang
telah pindah ke ruang kelas dan ruang perawatan di dikerjakannya akan melahirkan sikap yang negatif
rumah sakit. Menggabungkan metode pengajaran pada orang tersebut, demikian sebaliknya jika ia
Socrates yang kuno ini dengan manikin laboratorium memiliki perasaan positif, maka ia juga akan
modern yang berkualitas tinggi membuat peluang memiliki sikap positif pada pelaksanaan ronde
pembelajaran yang optimal bagi mahasiswa keperawatan.
keperawatan. Pengembangan kegiatan dengan Komponen konatif, merupakan
struktur Kualitas dan Keselamatan Pendidikan untuk kecenderungan tingkah laku, intensi, komitmen dan
kompetensi perawat mendukung praktik berbasis tindakan yang berkaitan obyek sikap. Jika
bukti dan keterampilan penalaran kritis. diaplikasikan pada contoh sebelumnya, seseorang
Peneliti berpendapat bahwa dengan memiliki sikap yang positif pada pelaksanaan ronde
pengetahuan yang baik, norma subjektif perawat keperawatan jika orang tersebut menyatakan
dalam pelaksanaan ronde keperawatan juga akan kesediaannya untuk melaksanakan ronde
baik. Hal tersebut dikarenakan norma subjektif keperawatan. Niat sering dilihat sebagai komponen
merupakan persepsi dari seorang perawat terhadap konatif dari sikap dan diasumsikan bahwa
suatu hal. Perawat dengan pengetahuan yang baik komponen konatif ini berhubungan dengan
tentang ronde keperawatan, akan membuat persepsi komponen afektif dari sikap (Ajzen, 2005).
perawat bahwa ronde keperawatan penting untuk Peneliti berpendapat bahwa sikap positif
dilakukan demi meningkatakan kualitas asuhan dalam pelaksaaan ronde keperawatan dikarenakan
keperawatan yang baik. Saat hal tersebut tercapai, oleh intensi yang baik. Intensi atau niat yang baik
maka pelaksaan ronde keperawatan dapat yang dimiliki oleh perawat dalam pelaksanaan ronde
dilaksanaan dengan baik. keperawatan menyebabkan perawat dapat bersikap
dan melaksanakan ronde keperawatan. Menurut
4.3 Sikap dengan intensi peneliti yang paling penting adalah bagaimana
meningkatkan atau membuat perawat memiliki niat
Data distribusi menunjukkan bahwa mayoritas sikap
yang baik dalam pelaksaaan ronde keperawatan. Hal
responden adalah positif yang diikuti dengan intensi
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hal
yang baik pula. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh
tersebut adalah dengan peningkatan pengetahuan.
beberapa faktor yaitu afektif, kognitif, dan konatif.
Sehingga dapat diikuti sengan niat atau intensi yang
Komponen kognitif berkaitan dengan pikiran atau
baik dan dapat diimplementasikan dengan sikap
rasio individu yang dihubungkan dengan
yang positif dalam pelaksanaan ronde keperawatan.
konsekuensi yang dihasilkan tingkah laku tertentu.
Hal ini berhubungan dengan belief/kepercayaan
4.4 Norma subjektif dengan intensi
seseorang mengenai segala sesuatu, baik negatif
maupun positif tentang obyek sikap (Ajzen, 1991). Data distribusi menunjukkan bahwa mayoritas
Contohnya adalah sikap terhadap pelaksanaan ronde norma subjektif responden adalah cukup dan diikuti
keperawatan. Kepercayaan bahwa pelaksanaan dengan intensi yang baik. Hal tersebut dikarenakan
ronde keperawatan daapt meningkatkan kualitas Norma subjektif (SN) didapatkan dari hasil
asuhan pelayanan asuhan keperawatan serta penjumlahan hasil kali dari normative beliefs tentang

http://e-journal.unair.ac.id/FMNJ | 41
M. F. MOI ET AL.

tingkah laku dengan motivation to comply / motivasi faktor keinginan, kesengajaan atau karena memang
untuk mengikutinya. Artinya individu yang percaya sudah direncanakan. Niat berperilaku (behavior
bahwa individu atau kelompok yang cukup intention) masih merupakan suatu keinginan atau
berpengaruh terhadapnya (referent) akan rencana, sehingga niat belum merupakan perilaku,
mendukung ia untuk melakukan tingkah laku sedangkan perilaku (behavior) adalah tindakan
tersebut dalam hal ini adalah pelaksanaan ronde nyata yang dilakukan (Ajzen, 2005).
keperawatan, maka hal ini akan menjadi tekanan Menurut (Nursalam, 2013) intensi merupakan
sosial bagi individu tersebut untuk melakukannya. faktor motivasional yang memiliki pengaruh pada
Sebaliknya jika ia percaya orang lain yang perilaku, sehingga dapat mengharapkan orang lain
berpengaruh padanya tidak mendukung tingkah laku berbuat sesuatu berdasarkan intensinya. Pada
tersebut, maka hal ini menyebabkan ia memiliki umumnya, intensi memiliki korelasi yang tinggi
subjective norm untuk tidak melakukannya. dengan perilaku, oleh karena itu dapat digunakan
Normative belief berhubungan dengan untuk meramalkan perilaku. Intensi diukur dengan
persepsi responden terhadap sikap referent tentang sebuah prosedur yang menempatkan suatu subjek
tingkah laku yang dimaksud. Sedangkan motivation didimensi probabilitas subjektif yang libatkan suatu
to comply berhubungan dengan kekuatan/kekuasaan hubungan antara dirinya dengan tindakan.
yang dimiliki referent terhadap responden yang Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
bersangkutan. Sesuai dengan informasi mengenai yang dilakukan oleh (Negarandeh, Hooshmand
antesedennya, norma subjektif didasarkan pada 2 Bahabadi and Aliheydari Mamaghani, 2014) yang
hal, yaitu normative belief dan motivation to comply. menyebutkan bahwa intensi merupakan suatu dasar
Maka pengukuran norma subjektif juga diperoleh yang harus dimiliki oleh perawat untuk melakukan
dari hasil perkalian keduanya. Sama halnya dengan ronde keperawatan. Apabila ronde keperawatan
sikap, Belief tentang pihak-pihak yang mendukung dapat dilakukan dengan baik dan dapat
atau tidak didapatkan dari hasil elisitasi untuk menyelesaikan masalah yang dialami oleh pasien,
menentukan belief utamanya. tentu hal tersebut akan membuat pasien menjadi
Data distribusi juga menunjukkan bahwa puas dengan pelayanan yang diberikan. Sebab
terdapat responden dengan norma subjektif yang kepuasan juga menjadi salah faktor dalam pelayanan
baik namun dengan intensi yang kurang. Responden asuhan keperawatan yang baik.
tersebut adalah responden dengan No. 26. Penelitian yang dilakukan oleh (Siahaan,
Responden tersebut berpendidikan D3 Keperawatan Albiner and Bukit, 2018) juga menyebutkan bahwa
dengan rentang usia 31-40 tahun. Responden perlunya dilakukan pelatihan tentang ronde
tersebut telah bekerja sebagai perawat selama 9 keperawatan untuk meningkatkan kinerja perawat
tahun. Data distribusi lain juga menunjukkan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan yang
responden tersebut memiliki pengetahuan yang lengkap dan terintegrasi. (Siahaan, Albiner and
baik, sikap yang positif, serta pelaksanaan ronde Bukit, 2018) dalam penelitiannya menyebutkan
keperawatan yang kurang. (Ajzen, 2005) dalam bahwa menunjukkan bahwa ada pengaruh pelatihan
(Nursalam, 2015) menjelaskan intensi merupakan ronde keperawatan terhadap kinerja perawat dalam
indikasi seberapa kuat keyakinan seseorang akan asuhan keperawatan di RS. Royal Prima Medan. Hal
mencoba suatu perilaku. Niat berperilaku ini menunjukkan bahwa pelatihan ronde
(behavioral intention) masih merupakan keinginan keperawatan telah memberi implikasi terhadap
atau rencana. Niat bukan merupakan perilaku, peningkatan kemampuan perawat baik dari aspek
perilaku (behavior) adalah tindakan nyata yang pengetahuan maupun keterampilan perawat dalam
dilakukan. Intensi sebagai disposisi tingkah laku pemberian asuhan keperawatan sehingga kinerja
yang akan diwujudkan dalam bentuk tindakan pada perawat dalam pemberian asuhan keperawatan
waktu dan kesempatan yang tepat (Ajzen, 2005). semakin optimal.
Data distribusi juga menunjukkan bahwa
4.5 Intensi dengan ronde keperawatan terdapat responden denan intensi yang baik, namun
dengan pelaksanaan ronde keperawaan yang kurang.
Hasil analisis dengan uji statistik korelasi Spearman’s
Responden tersebut adalah No. 49. Responden
R’ho didapatkan bahwa terdapat hubungan yang
tersebut berpendidikan S1 Keperawatan dan berusia
cukup signifikan antara intensi dengan pelaksanaan
21-30 tahun. Responden tersebut telah bekerja
ronde keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD
sebagai perawat selama 3 tahun. Dari data distribusi
Bajawa. Koefisien korelasi menunjukkan adanya
dapat dilihat bahwa pengetahuan responden
hubungan pada tingkat yang yang sangat lemah.
tersebut dalam kategori kurang, memiliki sikap yang
Data distribusi menunjukkan bahwa
positif, norma subjektif yang cukup.
mayoritas responden memiliki intensi yang baik dan
Hal tersebut dapat pengaruhi oleh faktor usia
diikuti dengan pelaksanaan ronde keperawatan yang
responden. Secara fisiologis pertumbuhan dan
cukup. Intensi merupakan dasar bagi perawat dalam
perkembangan seseorang dapat digambarkan
pelaksanaan ronde keperawatan. Intensi merupakan
dengan pertambahan usia. Pertambahan usia
indikasi seberapa kuat keyakinan seseorang akan
diharapkan terjadi pertambahan kemampuan
mencoba suatu perilaku. Dengan kata lain dapat
motorik sesuai dengan tumbuh kembangnya. Akan
dikatakan bahwa, seseorang berperilaku karena
tetapi pertumbuhan dan perkembangan seseorang

42 | Volume 2 No 1 APRIL 2019


FUNDAMENTAL AND MANAGEMENT NURSING JOURNAL

pada titik tertentu akan mengalami kemunduran 6. DAFTAR PUSTAKA


akibat faktor degeneratif. Umur adalah rentang
kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan Abela-Dimech, F. and Vuksic, O. (2018) ‘Improving
masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai the practice of handover for psychiatric
dengan 40 tahun, dewasa madya adalah 41 sampai inpatient nursing staff’, Archives of Psychiatric
60 tahun, dewasa lanjut > 60 tahun. Usia yang lebih Nursing. W.B. Saunders. doi:
tua umumnya lebih bertanggungjawab dan lebih 10.1016/J.APNU.2018.04.004.
teliti dibanding usia yang lebih muda. Agustina, V., Agustian, D. and Ibrahim, F. (2016)
Hal ini terjadi karena sudah lebih ‘Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap
berpengalaman menurut usia berkaitan erat dengan Perawat dalam Pelaksanaan Ronde
tingkat kedewasaan atau maturitas seseorang. Keperawatan di Ruang Aster dan ICCU RSUD
Bahwa usia 20-30 tahun memiliki motivasi kerja dr. Doris Sylvanus’, Dinamika Kesehatan, 7(1).
relatif rendah dibandingkan dengan pekerja lebih Ajzen, I. (1991) ‘The Theory of Planned Behavior’,
tua, karena pekerja yang lebih muda belum Orgnizational Behavior and Human Decision
berlandaskan realitas sehingga pekerja muda lebih Processes, 50(2), pp. 179–211. doi:
sering mengalami kekecewaan dalam bekerja. Hal ini 10.1016/0749-5978(91)90020-T.
dapat menyebabkan rendahnya kinerja dan Ajzen, I. (2005) Attitudes, Personality and Behavior.
kepuasan kerja, semakin lanjut usia seseorang maka 2nd edn. New York: Open University Press.
sema menigkat pula kematangan jiwanya. Usia Binka, C. et al. (2018) ‘“I always tried to forget about
semakin lanjut akan meningkatkan pula kemampuan the condition and pretend I was healed”:
seeorang dalam mengambil keputusan, coping with cervical cancer in rural Ghana’,
mengendalikan emosi, berpikir rasional dan BMC Palliative Care, 17(1), p. 24. doi:
toleransi terhadap pandangan orang lain sehingga 10.1186/s12904-018-0277-5.
berpengaruh juga terhadap peningkatan motivasinya Fabry, D. (2015) ‘Hourly rounding: Perspectives and
(Nursalam, 2013). perceptions of the frontline nursing staff’,
Journal of Nursing Management, 23(2), pp.
5. KESIMPULAN 200–210. doi: 10.1111/jonm.12114.
Haigh, R. et al. (2016) ‘Development and
Pengetahuan yang baik tentang pelaksanaan ronde implementation of nursing grand rounds in a
keperawatan akan diikuti dengan sikap yang positif cancer centre’, Cancer Nursing Practice
dan persepsi atau norma subjektif dari perawat lain (2014+), 15(5), p. 24. doi:
dalam pelaksanaan ronde keperawatan. Hal ini http://dx.doi.org/10.7748/cnp.15.5.24.s22.
sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan Hendra, A. (2008) Faktor-Faktor Yang
bahwa pengetahuan memiliki hubungan dengan Mempengaruhi Pengetahuan. Jakarta: Pustaka
sikap dan norma subjektif responden dalam Sinar Harapan.
pelaksanaan ronde keperawatan. Sikap dan Norma Jennings, F. L. and Mitchell, M. (2017) ‘Intensive care
subjektif memiliki hubungan dengan intensi nurses’ perceptions of Inter Specialty Trauma
responden dalam pelaksanaan ronde keperawatan. Nursing Rounds to improve trauma patient
Sikap yang positif dan norma subjektif yang baik care—A quality improvement project’,
akan menimbulkan intensi atau niat yang baik pada Intensive and Critical Care Nursing. Elsevier
perawat dalam pelaksanaan ronde keperawatan. Ltd, 40, pp. 35–43. doi:
Persepsi atau norma subjektif yang baik akam 10.1016/j.iccn.2017.01.002.
memberikan niat yang baik pada pelaksanaan ronde Mahanes, D., Quatrara, B. D. and Shaw, K. D. (2013)
keperawatan Intensi memiliki hubungan dengan ‘APN-led nursing rounds: An emphasis on
pelaksanaan ronde keperawatan. Intensi yang baik evidence-based nursing care’, Intensive and
sebagai dasar pada pelaksaan ronde keperawatan. Critical Care Nursing. Elsevier Ltd, 29(5), pp.
Kepala ruangan dapat melakukan sosialisasi 256–260. doi: 10.1016/j.iccn.2013.03.004.
dan melakukan pelatihan tentang ronde keperwatan Negarandeh, R., Hooshmand Bahabadi, A. and
untuk meningkatkan pengetahuan perawat tentang Aliheydari Mamaghani, J. (2014) ‘Impact of
ronde keperawatan sehingga perawat rumah sakit regular nursing rounds on patient satisfaction
dapat menerapkan pelaksanaan ronde keperawatan with nursing care’, Asian Nursing Research.
secara teratur sehingga dapat meningkatkan kualitas Elsevier, 8(4), pp. 282–285. doi:
asuhan keperawatan dengan kolaborasi antar tenaga 10.1016/j.anr.2014.10.005.
kesehatan. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat Nursalam (2013) Metodologi Penelitian Ilmu
mengembangkan background factor yang lain untuk Keperawatan: Pendekatan Praktis edisi. 3rd
memperluas hasil penelitian, menggunakan teori edn. Jakarta: Salemba Medika.
yang lain sebagai pembanding penelitian yang sudah Nursalam (2014) Manajemen Keperawatan: Aplikasi
ada, mengkaji lebih dalam pembuatan kuesioner dalam Praktik Keperawatan Profesional. 4th
untuk menghindari kemungkinan responden edn. Jakarta: Salemba Medika.
menebak arah jawaban pertanyaan. Nursalam (2015) Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pendekatan Prakti. Jakarta:
Salemba Medika.

http://e-journal.unair.ac.id/FMNJ | 43
M. F. MOI ET AL.

Sherrill, K. J. (2012) ‘Using nursing grand rounds to terhadap Kinerja Perawat dalam Asuhan
enforce Quality and Safety Education for Keperawatan di RS Royal Prima Medan’,
Nurses competencies’, Teaching and Learning Jumantik, 3(1), pp. 1–15.
in Nursing. National Organization for Associate Wahyuni, E. D. (2012) Pengembangan Model
Degree Nursing, 7(3), pp. 118–120. doi: Perilaku Perawat dalam Pendokumentasian
10.1016/j.teln.2011.11.007. Asuhan Keperawatan Berbasis Theory of
Shin, N. and Park, J. (2018) ‘The Effect of Intentional Planned Behavior di RSD Mardi Waluyo Kota
Nursing Rounds Based on the Care Model on Blitar. Universitas Airlangga.
Patients’ Perceived Nursing Quality and their Weiss, S. A. and Tappen, R. M. (2015) Nursing
Satisfaction with Nursing Services’, Asian Leadership and Management Nursing
Nursing Research J. Korean Society of Nursing Leadership.
Science, 12(3), pp. 203–208. doi:
10.1016/j.anr.2018.08.003.
Siahaan, J. V., Albiner, S. and Bukit, E. C. (2018)
‘Pengaruh Pelatihan ronde Keperawatan

44 | Volume 2 No 1 APRIL 2019

Anda mungkin juga menyukai