Jurnal MPKP
Jurnal MPKP
Abstrak
Latar belakang: Implementasi Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di Rumah Sakit
bertujuan untuk meningkatkan dan mewujudkan mutu pelayanan keperawatan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan menguraikan bagaimana implementasi kebijakan MPKP di ruang
rawat inap RSUD Kota Baubau.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan Studi
Kasus.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan dari sisi struktur model praktik keperawatan profesional
(MPKP) dari semua tahapan-tahapan model praktik keperawatan profesional (MPKP) yang
terlaksana dengan baik hanya pembentukan tim dan Hand Over, sedangkan pre conference, post
conference dan ronde keperawatan tidak terlaksana dengan baik. Dari sisi proses implementasi
model praktik keperawatan profesional di RSUD Kota Baubau menggunakan metode keperawatan
primer modifikasi tim tetapi belum sesuai dengan standar sebab masih terbatasnya sumber daya
manusia baik ketua tim maupun anggota yang mempunyai pendidikan Ners yang masih kurang. Dari
sisi penerapan nilai-nilai profesional telah dilaksanakan dengan baik seperti memperlakukan pasien
dengan baik, keluarga pasien sebagai mitra dan menghargai otonomi pasien
Kata kunci : Implementasi kebijakan, Model Praktik Keperawatan Profesional.
Abstract
Background: The implementation of the Professional Nursing Practice Model (MPKP) at the
Hospital
aims: to improve and realize the quality of nursing services. This study aims to describe how the
implementation of the MPKP policy in the inpatient ward of Baubau City Hospital.
Method: The research design used was qualitative research with a Case Study approach.
Result: The results showed that in terms of the structure of the professional nursing practice model
(MPKP) of all the stages of the professional nursing practice model (MPKP) that were carried out
well only team formation and Hand Over, while the pre-conference, post conference and nursing
rounds were not well implemented. In terms of the process of implementing the professional nursing
practice model in Baubau City Hospital using the team's primary nursing method but not yet in
accordance with the standard because there are still limited human resources both team leaders and
members who have less Ners education. In terms of the application of professional values, it has
been well implemented such as treating patients well, the patient's family as partners and respecting
patient autonomy
1
Pendahuluan pemberian Asuhan Keperawatan termasuk
Perubahan bidang kesehatan di Indonesia lingkungan.
saat ini terjadi begitu pesat, persaingan terjadi Di berbagai tempat pengembangan MPKP
disemua tatanan kesehatan terutama rumah telah terbukti memberikan dampak yang
sakit. Dalam Undang-Undang Nomor 36 positif bagi pemberian asuhan keperawatan.
Tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan Hal tersebut sudah dikembangkan di RSUPN
bahwa setiap peningkatan mutu pelayanan Cipto Mangunkusumo Jakarta sejak 1996,
kesehatan harus disertai dengan peningkatan dimana dapat meningkatkan mutu asuhan
mutu pelayanan keperawatan. Salah satu keperawatan dan meningkatan kepatuhan
kebijakan kesehatan yang merupakan bagian perawat terhadap standar. Model praktik
dari kebijakan publik adalah Model Praktik keperawatan profesional (MPKP) di RS
Keperawatan Profesional (Hoffart et al, 1996). Achmad Mochtar Bukittinggi juga telah
Model Praktik Keperawatan Profesional dilaksanakan mulai Tahun 1999 dan telah
(MPKP) di Rumah Sakit bertujuan untuk dilakukan evaluasi dan diperoleh hasil dimana
meningkatkan dan mewujudkan mutu hasil kepuasan pasien sebelum pelaksanaan
pelayanan keperawatan (Sitorus, 2006). MPKP 66,76 % meningkat menjadi 88,96 %
Pelayanan keperawatan profesional diberikan setelah dilaksanakan MPKP (Sitorus, 2003).
dengan berbagai bentuk metode penugasan Di Kota Baubau MPKP mulai
yang sudah ada dan akan dikembangkan diimplementasikan sejak 4 Mei 2015 melalui
dimasa depan dalam menghadapi tren surat keputusan direktur tentang penetapan tim
pelayanan keperawatan. Model Praktek MPKP di RSUD Kota Baubau. Kebijakan
Keperawatan Profesional sendiri adalah sistem tersebut diterbitkan karena keluhan masyarakat
yang terdiri dari struktur, proses, dan nilai terhadap pelayanan keperawatan yang tidak
profesional yang memungkinkan perawat efektif lagi sebab perawat tidak mempunyai
profesional mengatur pasien kelolaan, kurangnya kolaborasi dengan
2
tim kesehatan lainnya sehingga kurang dalam diperoleh dari dua sumber yaitu observasi, dan
memberikan pelayanan kepada pasien. Namun wawancara. Peneliti melakukan wawancara
harus diakui bahwa RSUD Kota Baubau dengan jajaran manajemen yang terlibat dalam
selama menerapkan MPKP belum pernah implementasi MPKP RSUD Kota Baubau.
melakukan evaluasi terhadap implementasi Informan ini adalah mereka yang bekerja
MPKP. Kondisi seperti ini bukan hanya terjadi lingkungan institusi yang menjadi obyek
di RSUD Baubau saja namun di beberapa penelitian. Pengamatan partisipatif (observasi)
rumah sakit di Indonesia juga belum dievaluasi juga dilakukan dengan pengamatan secara
apakah implementasi MPKP telah sesuai langsung aktivitas perawat di RSUD Kota
standar MPKP atau tidak, dengan demikian Baubau dalam implementasi kebijakan model
penting dikaji bagaimana model penerapan praktik keperawatan profesional (MPKP)
MPKP tersebut (Pratiwi, 2008). untuk melengkapi dan mendukung
Metode data/informasi yang diperoleh melalui
Desain penelitian yang digunakan wawancara. Juga dilakukan studi dokumentasi
adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan terhadap data-data sekunder tertulis yang bisa
studi kasus. Penelitian ini berfokus pada menjelaskan lebih rinci terhadap hasil
implementasi MPKP di RSUD Kota Baubau, wawancara dan pengamatan tentang
dimana implementasi kebijakan MPKP implementasi kebijakan MPKP di RSUD Kota
sebagai aktivitas (activity) dari Direktur, Baubau. Teknik analisis data yang digunakan
Kabid Keperawatan, Supervisor dan Kepala dalam penelitian kualitatif ini adalah mengacu
ruangan serta Perawat sebagai pelaku (actor), pada konsep Milles & Huberman dalam
pasien sebagai penerima pelayanan Moleong (2010) yaitu interactive model yang
(konsumen) dan RSUD Kota Baubau sebagai mengklasifikasikan analisis data dalam tiga
tempat (place). Data yang digunakan sebagai langkah, yaitu reduksi data, penyajian data dan
dasar untuk menunjang penelitian ini adalah penarikan kesimpulan.
data primer
3
Hasil Hasil wawancara yang dirangkum dan telah
Penelitian ini dilakukan dengan diinterpretasi juga dilengkapi hasil observasi
wawancara sebagai sumber utama dimana dan data dokumentasi
wawancara dilakukan dari Desember hingga Model praktek keperawatan professional
Januari 2019 dengan informan sebanyak 7 (MPKP) sebagai suatu sistem yang meliputi
orang. Teknik menentukan informan dalam struktur, proses dan nilai profesional sangat
penelitian ini adalah dengan teknik purposive menekankan pada kualitas kinerja tenaga
sampling. Informan dalam penelitian ini ada 2 keperawatan yang berfokus pada
yaitu pertama perawat, dimana informan profesionalisme keperawatan antara lain
perawat dalam penelitian ini adalah semua melalui penetapan dan fungsi setiap jenjang
yang terlibat dalam implementasi kebijakan tenaga keperawatan, sistem pengambilan
model praktik keperawatan profesional mulai keputusan, sistem penugasan dan sistem
dari manajerial yaitu : kepala bidang penghargaan yang memadai.
keperawatan, supervisor keperawatan dan 1. Struktur
ruang rawat inap yaitu : kepala ruangan, Struktur dalam model praktik keperawatan
perawat pelaksana, dengan kriteria perawat profesional (MPKP) di RSUD Kota Baubau
dengan masa kerja lebih dari 1 tahun berada di meliputi penetapan jumlah tenaga
ruangan yang tetap, bersedia di wawancara, keperawatan. Jumlah tenaga disini disesuaikan
tidak sedang dalam masa cuti dan tidak sedang dengan jumlah tempat tidur, berdasarkan
dalam keadaan sakit. Informan dalam permenkes Nomor 129 Tahun 2008 atau
penelitian ini selain petugas kesehatan juga berdasarkan tingkat ketergantungan pasien
pasien sebagai informan yang menerima hasil dihitung dengan menggunakan rumus Douglas,
layanan keperawatan, dengan kriteria pasien penetapan jenis tenaga keperawatan bervariasi
yang telah dirawat ≥3 hari, pasien yang dimana standar jenis tenaga kepala ruangan
mampu berkomunikasi dengan baik dan diutamakan Ners, perawat primer juga
bersedia untuk diwawancarai. diutamakan Ners dan
4
perawat Assosiate adalah D III Keperawatan, model praktik keperawatan profesional
hal tersebut tertuang dalam Permenkes Nomor (MPKP) di Ruang rawat inap, sehingga
40 Tahun 2017 dan penetapan standar rencana merekomendasikan kepada Direktur RSUD
asuhan keperawatan berpedoman pada standar Kota Baubau untuk menetapkan kebijakan
asuhan keperawatan yang disusun oleh tim model praktik keperawatan profesional
penyusun yang terdiri dari bidang (MPKP) di ruang rawat inap. Sebelum
keperawatan, komite keperawatan dan penetapan implementasi kebijakan model
kelompok fungsional keperawatan (KFK). praktik keperawatan profesional (MPKP) di
Hasil wawancara dengan beberapa ruang rawat inap telah dilakukan berbagai
informan menunjukkan bahwa implementasi upaya meliputi pelatihan dan workshop,
kebijakan model praktik keperawatan sosialisasi dan pendampingan oleh tenaga ahli
profesional (MPKP) telah ditetapkan sejak agar semua pihak yang terlibat dalam
Mei 2015. Implementasi model praktik implementasi model praktik keperawatan
keperawatan profesional (MPKP) di ruang profesional (MPKP) paham dan dapat
rawat inap telah dilaksanakan walaupun masih melaksanakan model praktik keperawatan
terdapat banyak kendala dalam profesional (MPKP) sesuai dengan standar
pelaksanaannya. Salah satu kendala dalam yang ada.
implementasi MPKP adalah jumlah tenaga 2. Proses
perawat yang kurang, baik dari segi jumlah Dalam praktik keperawatan profesional
maupun kualifikasi pendidikan belum metode yang paling memungkinkan pemberian
memenuhi syarat untuk model praktik asuhan keperawatan profesional metode yang
keperawatan profesional (MPKP) tetapi karena menggunakan keperawatan primer namun
banyaknya keluhan masyarakat tentang tidak menutup kemungkinan untuk
pelayanan keperawatan maka bidang menggunakan metode tim dan metode
keperawatan berinisiatif untuk melaksanakan manajemen kasus atau
5
bisa di modifikasi sesuai dengan kondisi modifikasi tim yang diterapkan di RSUD Kota
Rumah Sakit. Baubau ini sesuai pula dengan teori dan telah
Berbagai hasil wawancara dengan dicontohkan dibeberapa rumah sakit di
informan menunjukkan bahwa proses dalam Indonesia. Pada model modifikasi ini
implementasi model praktik keperawatan diberlakukan manajemen sumber daya
profesional di RSUD Kota Baubau manusia (SDM), yaitu ada garis koordinasi
menggunakan metode keperawatan primer yang jelas antara perawat primer (PP) dan
modifikasi tim. Pemilihan metode ini perawat assosiate (PA). Performa perawat
disesuaikan dengan kondisi tenaga di RSUD assosiate (PA) dalam satu tim menjadi
Kota Baubau, dimana jumlah tenaga PNS yang tanggung jawab perawat primer (PP), dengan
kurang dan kualifikasi tenaga yang bervariasi demikian perawat primer (PP) adalah seorang
yaitu S2, S1, D3 dan SPK. Di RSUD Kota manajer asuhan keperawatan. Sebagai seorang
Baubau metode keperawatan primer manajer perawat primer (PP) harus dibekali
modifikasi tim dibagi atas dua tim sesuai dengan kemampuan manajemen dan
dengan jumlah tempat tidur yang ada di ruang kepemimpinan sehingga perawat primer (PP)
rawat inap RSUD Kota Baubau, masing- harus memiliki kualifikasi pendidikan S1 Ners
masing tim dipimpin oleh seorang perawat dan dapat menjadi manajer dan pemimpin
primer dan perawat assosiate sebagai yang efektif di ruang rawat inap untuk
pelaksana dan bekerjasama merawat pasien. kesembuhan dan kepuasan pasien terhadap
Masing-masing perawat assosiate mempunyai pelayanan keperawatan yang diberikan.
pasien kelolaan yang dirawat bersama dari 3. Nilai-nilai Profesional
pasien masuk sampai pulang. Rumah sakit harus mengutamakan nilai-
Hal tersebut di atas sesuai dengan standar nilai profesional dalam memberikan pelayanan
model praktik keperawatan profesional kesehatan kepada pasien sebab pasien yang
(MPKP) dan metode keperawatan primer datang ke rumah sakit selain sakit fisik juga
ada
6
berbagai masalah yang dialami seperti masalah RSUD Kota Baubau melalui bidang
psikologis, finansial dan lain-lain yang dapat keperawatan telah melaksanakan pelatihan
mempengaruhi kondisi fisiknya sehingga pada komunikasi efektif dan excellent service tetapi
saat berkomunikasi terhadap pasien dan pada pelatihan tersebut yang dilatih baru
keluarganya harus menerapkan nilai-nilai sebagian kecil dengan harapan yang sudah
profesional tersebut melalui komunikasi dilatih dapat mensosialisasikan kepada
terapeutik. Nilai-nilai utama yang dimaksud perawat yang belum mengikuti pelatihan.
adalah tentang penghargaan atas otonomi Pembahasan
klien, menghargai klien, melakukan yang 1. Struktur
terbaik bagi klien dan tidak merugikan klien. Dalam implementasi MPKP di RSUD
Hasil wawancara menunjukkan bahwa Baubau, perhitungan kebutuhan tenaga di
nilai-nilai profesional seperti : nilai-nilai ruang rawat inap telah dilakukan oleh
tentang penghargaan atas otonomi klien, supervisor keperawatan dengan melibatkan
menghargai klien, melakukan yang terbaik kepala ruangan untuk menyediakan data
bagi klien dan tidak merugikan klien, nilai tingkat ketergantungan pasien yang
intelektual, komitmen moral, otonomi, kendali sebelumnya telah disosialisasikan kepada
dan tanggung gugat telah dilaksanakan oleh semua kepala ruangan dengan cara
perawat di ruang rawat inap RSUD Kota menganalisa tingkat ketergantungan pasien
Baubau. Walaupun kadangkala masih ada berdasarkan pedoman pada buku standar
keluhan masyarakat terkait penerapan nilai- tenaga perawat di rumah sakit dan cara
nilai profesional ini akibat komunikasi yang menghitung kebutuhan tenaga. Setelah
tidak baik dari tenaga perawat sehingga dapat dilakukan perhitungan kebutuhan tenaga
terjadi konflik antara perawat, pasien dan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
keluarganya. Untuk meminimalkan bahkan sesuai kondisi RSUD Kota Baubau maka
menghilangkan miskomunikasi tersebut, didapatkan hasil jika tenaga sukarela
7
masuk perhitungan, kebutuhan tenaga sudah Nursing Job yang dilakukan oleh tenaga
terpenuhi. perawat seperti: kegiatan retur obat,
Jumlah tenaga perawat berdasarkan pengawasan keamanan ruang rawat, mengurus
kualifikasi pendidikan yaitu : S2 Keperawatan pembayaran pasien dan kegiatan lainnya diluar
sebanyak 1 orang, S1 Ners sebanyak 26 orang, kegiatan keperawatan. Penetapan jenis tenaga
D3 Keperawatan 68 orang, dan SPK 4 orang. keperawatan bervariasi dimana standar jenis
Jumlah tenaga perawat berdasarkan status tenaga Kepala Ruangan diutamakan Ners,
kepegawaian yaitu : PNS 44 orang dan tenaga Perawat Primer juga diutamakan Ners dan
sukarela 51 orang. Menurut direktorat perawat Assosiate adalah D III Keperawatan,
keperawatan dan keteknisian medik direktorat hal tersebut tertuang dalam Permenkes Nomor
jenderal pelayanan medik departemen 40 Tahun 2017. Dalam penerapannya di
kesehatan Republik Indonesia tentang RSUD Kota Baubau masih ada beberapa
pedoman standar tenaga keperawatan di kepala ruangan dengan latar belakang
Rumah Sakit dinyatakan bahwa kebutuhan pendidikan D III Keperawatan bahkan SPK,
tenaga keperawatan ditetapkan berdasarkan begitupun dengan perawat primer masih ada
karateristik pasien, model penugasan dan yang mempunyai pendidikan D III
kompetensi yang dipersyaratkan untuk Keperawatan hal tersebut dilakukan karena
mencapai tujuan pelayanan keperawatan dan kurangnya tenaga Ners sehingga dalam
kualifikasi tenaga perawat berdasarkan pelaksanaan model praktik keperawatan
kompetensi yang dipersyaratkan untuk profesional (MPKP) kadang- kadang terdapat
mencapai tujuan pelayanan keperawatan. kendala sebab tugas kepala ruangan dan
Penentuan jumlah tenaga di RSUD Kota perawat primer/ketua tim tersebut bukanlah
Baubau berdasarkan tingkat ketergantungan tugas yang mudah tetapi membutuhkan
pasien dengan menggunakan rumus Douglas ketegasan, knowledge yang baik dan analisa
kombinasi Depkes sebab masih banyak Non yang baik pula dalam menyusun asuhan
9
Model praktik keperawatan profesional Menurut Sitorus (2006) penetapan sistem
(MPKP) tetap tidak terlaksana dengan baik, model praktik keperawatan profesional
dari semua tahapan-tahapan model praktik (MPKP) metode keperawatan primer
keperawatan profesional (MPKP) yang modifikasi tim ini didasarkan pada beberapa
terlaksana dengan baik hanya pembentukan alasan sebagai berikut :
tim dan Hand Over, sedangkan pre a) Keperawatan primer tidak digunakan
conference, post conference dan ronde secara murni, karena perawat primer harus
keperawatan tidak terlaksana dengan baik, mempunyai latar belakang pendidikan S1
selain tidak disiplinnya tenaga perawat juga Keperawatan (Ners) atau setara.
disebabkan kurang pemahaman tentang model b) Keperawatan tim tidak digunakan secara
praktik keperawatan profesional (MPKP) murni, karena tanggung jawab asuhan
sebab yang dilatih hanya terbatas kepala keperawatan pasien terfragmentasi pada
ruangan dan ketua tim. Sosialisasi dan berbagai tim.
pendampingan oleh tenaga ahli juga belum Melalui kombinasi kedua model tersebut
dilakukan. diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan
2. Proses akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat
RSUD Kota Baubau dalam memberikan pada perawat primer (PP), karena saat ini
pelayanan keperawatan memilih metode perawat yang ada di RSUD Kota Baubau
keperawatan primer modifikasi tim sesuai sebagian besar adalah lulusan DIII
dengan kondisi RSUD Kota Buabau saat ini. Keperawatan bahkan masih ada tenaga
Hal ini mengacu pada standar praktik perawat dengan pendidikan SPK. Bimbingan
keperawatan tahun 2005 dimana standar tentang asuhan keperawatan diberikan oleh
praktik keperawatan merupakan ekspektasi perawat primer atau ketua tim kepada perawat
atau harapan-harapan minimal dalam associate, perawat primer juga yang
memberikan asuhan keperawatan yang aman, merencanakan untuk semua asuhan
efektif dan etis. keperawatan pasien kelolaannya sehingga
10
perawat assosiate tidak banyak waktu tersita kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan
untuk menulis tetapi lebih fokus pada prasarana serta kebijakan rumah sakit.
perawatan terhadap pasien dan divalidasi oleh Berdasarkan hasil pengamatan peneliti
perawat primer yang nantinya akan bahwa metode keperawatan yang ditetapkan di
didiskusikan bersama dalam pengambilan RSUD adalah metode keperawatan modifikasi
keputusan terhadap perawatan pasien yang tim tetapi belum sesuai dengan standar sebab
efektif dan berkualitas. Metode keperawatan masih ada kepala ruangan dengan pendidikan
primer modifikasi tim ini sebenarnya sudah D III Keperawatan yaitu ruang perawatan
dikembangkan di RSUPN Cipto bedah kelas 1 dan 2 begitupun dengan ketua
Mangunkusumo Jakarta Tahun 1996, manfaat tim masih ada yang mempunyai pendidikan D
model praktik keperawatan (MPKP) di III Keperawatan yaitu ruang perawatan interna
RSUPN Cipto Mangunkusumo yang kelas 3, Ruang perawatan bedah kelas 1 dan 2,
dikembangkan adalah diharapkan dapat ruang perawatan bedah kelas 3. Ketua tim
meningkatkan mutu asuhan keperawatan, dengan pendidikan D3 Keperawatan yang
dinilai berdasarkan peningkatan kepuasan dipilih berdasarkan pengalaman bekerja,
klien/keluarga, peningkatan kepatuhan perawat kompeten dalam melakukan tindakan dan
terhadap standar, penurunan angka infeksi dokumentasi asuhan keperawatan. Hal tersebut
nosokomial, dan lama hari rawat lebih pendek. dilakukan sebab yang mempunyai pendidikan
Dari beberapa metode yang ada, institusi Ners masih kurang dan ada yang
pelayanan perlu mempertimbangkan berpendidikan Ners tetapi tidak kompeten,
kesesuaian model tersebut untuk diterapkan. artinya pengalaman kerja belum ada, jenjang
Tetapi, setiap unit keperawatan mempunyai karir masih PK 1 (Perawat Klinis 1),
upaya untuk menyeleksi model untuk sedangkan yang dipersyaratkan sebagai ketua
mengelola asuhan keperawatan berdasarkan tim adalah PK 3 (Perawat Klinis 3) dengan
11
Tahun untuk D III Keperawatan dan diatas 7 pasien, keluarga pasien, seprofesi maupun
tahun untuk Ners. dengan profesi kesehatan lainnya dalam
Kebutuhan tenaga dimasing-masing unit pelaksanaan asuhan keperawatan, selain itu
rawat inap sudah disesuaikan dengan dapat pula diperoleh dari kode etik,
penggunaan bed dan tingkat ketergantungan pengalaman merawat, pendidik/pembimbing
pasien, namun jika hanya tenaga PNS dan sesama perawat. Untuk mengasah nilai-
dinyatakan masih kurang tetapi jika ada tenaga nilai profesional tersebut tenaga perawat harus
sukarela yang membantu melaksanakan proses sering mendapatkan pendidikan dan pelatihan
keperawatan maka tenaga yang ada sudah walaupun hanya dari kepala ruangan atau
cukup. Proses keperawatan yang dilakukan perawat primer yang bertanggung jawab
mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi terhadap terlaksananya asuhan keperawatan di
masih ada beberapa ruangan yang belum ruang rawat inap. Kepala ruangan harus
sesuai dengan standar pendokumentasiannya, melakukan supervisi terhadap perawat
hal tersebut disebabkan oleh kurangnya primer/ketua tim dalam melaksanakan asuhan
pengetahuan dan beban kerja yang berlebihan keperawatan begitupun dengan perawat primer
dimana perawat masih mengerjakan tugas- juga harus melakukan supervisi terhadap
tugas administrasi dan tugas lainnya (Non perawat assosiate sebagai pelaksana perawatan
Nursing Job). Dengan semakin meningkatnya terhadap pasien di ruang rawat inap. Hal
kebutuhan masyarakat akan pelayanan tersebut dilakukan agar nilai-nilai profesional
keperawatan dan tuntutan perkembangan tetap terjaga, harus saling mengingatkan antara
IPTEK, maka metode sistem pemberian kepala ruangan dengan perawat primer
asuhan keperawatan harus efektif dan efisien. maupun perawat primer dengan perawat
3. Nilai assosiate melalui validasi secara asertif
Perawat memperoleh nilai-nilai sehingga pelayanan keperawatan yang
profesional ketika ia bersosialisasi dengan diberikan bermutu dan profesional tanpa
menyinggung
12
pihak manapun(Indrawati, 2003). Kualitas klien/keluarga menjadi mitra dalam memberi
asuhan keperawatan yang diberikan kepada asuhan keperawatan.
pasien sangat dipengaruhi oleh kualitas Menurut hasil pengamatan peneliti bahwa
hubungan perawat-pasien, bila perawat tidak penerapan nilai-nilai profesional telah
memperhatikan hal ini, hubungan perawat dilaksanakan dengan baik, semua perawat
pasien tersebut bukanlah hubungan yang selalu mengetuk pintu, memberi salam jika
memberi dampak terapeutik yang masuk ke ruangan pasien, perawat selalu
mempercepat kesembuhan pasien, tetapi tersenyum jika bertemu dengan pasien dan
hubungan sosial biasa. keluarganya, memperlakukan pasien, keluarga
Di RSUD Kota Baubau nilai-nilai sebagai mitra dan menghargai otonomi pasien
profesional ini sangat diperhatikan oleh sehingga pada saat pelaksanaan tindakan
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan melibatkan pasien dan
keperawatan kepada pasien, walau dengan keluarganya. Hal tersebut dilakukan agar
berbagai keterbatasan tetap pasien lebih pasien merasa dihargai terhadap setiap
diutamakan dalam pelayanan. Sumjatun keputusan yang diambil untuk
(2010) menyatakan kode etik perawat adalah kesembuhannya, dalam hal ini perawat hanya
suatu pernyataan atau keyakinan yang memberikan penjelasan dan pasien yang akan
mengungkapkan kepedulian moral, nilai dan memutuskan tindakan mana yang harus
tujuan model ini, perawat primer dan perawat dilakukan untuk kesembuhannya. Setiap
assosiate membangun kontak dengan tindakan keperawatan yang diberikan selalu
klien/keluarga yang merupakan awal dari meminta persetujuan pasien dan menjelaskan
penghargaan atas harkat dan martabat kepada pasien tujuan dari tindakan yang
manusia. Hubungan tim akan terus dibina diberikan. Selanjutnya adalah menghargai
selama klien dirawat di ruang rawat tersebut klien, di RSUD Kota Baubau dalam
sehingga melaksanakan asuhan keperawatan, cara
14
perawat yang melaksanakan tindakan conference dan ronde keperawatan tidak
keperawatan, kadang-kadang terjadi terlaksana dengan baik. Dari sisi proses
miskomunikasi antara perawat dengan pasien implementasi model praktik keperawatan
atau keluarganya. Hal tersebut dapat terjadi profesional di RSUD Kota Baubau
sebab pasien yang dirawat di rumah sakit menggunakan metode keperawatan primer
sebagain besar selain sakit fisik juga sakit modifikasi tim tetapi belum sesuai dengan
secara psikologis dan keuangan begitupun standar sebab masih terbatasnya sumberdaya
dengan perawat dengan beban kerja yang besar manusia baik ketua tim maupun anggota yang
menyebabkan perawat gampang tersinggung mempunyai pendidikan Ners yang masih
sehingga komunikasi yang diberikan sudah kurang. Dari sisi penerapan nilai-nilai
tidak sesuai dengan standar yang seharusnya profesional telah dilaksanakan dengan baik
kepada pasien dan keluarganya. Solusi dari seperti memperlakukan pasien dengan baik,
keadaan tersebut adalah dengan melakukan keluarga pasien sebagai mitra dan menghargai
sosialisasi bagi tenaga perawat yang belum otonomi pasien. Nilai-nilai profesional yang
dilatih oleh tenaga perawat yang telah dilatih belum dilaksanakan di RSUD Kota Baubau
dimasing-masing ruang rawat inap dan adalah tehnik komunikasi yang kurang baik
difasilitasi oleh bidang keperawatan RSUD dari perawat yang melaksanakan tindakan
Kota Baubau. keperawatan, kadang-kadang terjadi
Kesimpulan miskomunikasi antara perawat dengan pasien
Hasil penelitian menunjukkan dari sisi atau keluarganya.
struktur model praktik keperawatan
15
16