Anda di halaman 1dari 1

Konflik Sampit

Konflik Sampit Terjadi pada Awal Februari 2001. Konflik ini dimulai di kota Sampit, Kalimantan
Tengah yang kemudian meluas ke seluruh provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya. Konflik ini
terjadi antara suku Dayak asli dan warga migran Madura. Akibatnya, Suku Dayak merasa tidak puas
karena terus merasa disaingi oleh Suku Madura. Karena adanya permasalahan ekonomi ini, terjadi
kerusuhan antara orang Madura dengan suku Dayak.
Kronologi:
Berawal dari Seorang etnis Dayak bernama Sandong, tewas akibat luka bacok yang ia dapat. Yang di
duga Sandong di bunuh oleh orang suku madura. Kejadian ini kemudian membuat keluarga dan
tetangga Sandong merasa sangat marah. Dua hari setelah peristiwa tersebut, 300 warga Dayak
mendatangi lokasi tewasnya Sandong untuk mencari sang pelaku. Tak berhasil menemukan
pelakunya, kelompok warga Dayak melampiaskan kemarahannya dengan merusak sembilan rumah,
dua mobil, lima motor, dan dua tempat karaoke, milik warga Madura. Penyerangan ini lantas
membuat 1.335 orang Madura mengungsi. Pada 18 Februari 2001 suku Dayak berhasil menguasai
Sampit. Dari Konflik Sampit ini sedikitnya 100 warga Madura dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.
Konflik Sampit sendiri mulai mereda setelah pemerintah meningkatkan keamanan, mengevakuasi
warga, dan menangkap provokator. Untuk memperingati akhir konflik ini, dibuatlah perjanjian damai
antara suku Dayak dan Madura. Guna memperingati perjanjian damai tersebut, maka dibentuk sebuah
tugu perdamaian di Sampit.
3 Solusi Agar Peristiwa ini tidak terulang kembali:
1. Meningkatkan keamanan di daerah antara suku asli dan suku migran agar tidak terjadi
konflik.
2. Pemerintah harus lebih cepat untuk Menangkap Provokator agar konflik tidak menjadi besar.
3. Pemerintah membantu membuat perjanjian damai antara suku asli dan suku migran agar tidak
terjadi konflik antarsuku.

Anda mungkin juga menyukai