Anda di halaman 1dari 10

DALIL AL-QUR’AN DAN HADIS TENTANG

TASAWUF,CONTOH PERILAKU SUFI RASUL DAN PARA


SAHABAT
MAKALAH

Disusun untuk memenuhi nilai Tugas Akhlak Tasawuf


Dosen Pengampu:
Dr.MOH.BAHRUDIN,M.Ag

Disusun Oleh:
Ilfi Hans Saka ( 2151040255 )

Ilham Kurnia Chahya BM ( 2151040256 )

Inayah Anisa Fadilah ( 2151040257 )

MANAJEMEN BISNIS SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Dalil Al-Qur’an Dan Hadis Tentang Tasawuf, Contoh
Perilaku Sufi Rasul Dan Para Sahabat” tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah Akhlak Tasawuf.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Moh.Bahrudin, M.Ag


selaku Dosen pengampu pada mata kuliah Akhlak Tasawuf yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
Dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 27 Februari 2022

penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Al-Qur`an dan hadis bukanlah sebuah aturan-aturan kaku yang membatasi ruang
gerak manusia. Al-Qur`an dan hadis adalah panduan hidup yang menggiring
manusia menuju ketentraman, kedamaian dan kebahagiaan. Kebahagiaan yang
sempurna adalah kebahagiaan yang meliputi dua dimensi, yaitu dimensi dunia
dan dimensi akhirat. Kebahagiaan di dunia dapat dirasakan dengan jiwa yang
tentram. Kebahagiaan akhirat adalah kebahagiaan bertemu dan berkomunikasi
dengan Allah. Tasawuf dalam dunia Islam baru akhir-akhir ini dipelajari sebagai
ilmu, sebelumnya dipelajari sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan. Manusia pada dasarnya adalah suci, maka kegiatan yang dilakukan oleh
sebagian manusia untuk mensucikan diri merupakan naluri manusia. Usaha
yang mengarah kepada pensucian jiwa terdapat di dalam kehidupan tasawuf.
Tasawuf merupakan suatu ajaran untuk mendekatkan diri sedekat mungkin
dengan Allah bahkan kalau bisa menyatu dengan Allah melalui jalan dan cara,
yaitu maqâmât dan ahwâl. Untuk lebih jelasnya, dalam makalah ini saya akan
mencoba memaparkan beberapa persoalan yang berhubungan dengan tasawuf,
yaitu pengertian tasawuf, sejarah perkembangan tasawuf,dalil Al-Quran dan
Hadits tentang perlunya tasawuf, manfaat tasawuf, serta istilah-istilah dalam
tasawuf.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu pengertian tasawuf?
2. Bagaimana sejarah perkembangan tasawuf itu?
3. Apa saja dalil Al-Quran dan hadits yang berkenaan tentang perlunya
tasawuf?
4. Apa manfaat dari tasawuf itu?
5. Jelaskan istilah-istilah dalam tasawuf: fana, baqa, ittihad dan hulul!
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tasawuf


Terdapat beragam pendapat mengenai akar kata tasawuf. Ada yang mengatakan
bahwa kata tasawuf berasal dari kata shufah (kain dari bulu), karena kepasrahan
seorang sufi kepada Allah ibarat kain wol yang dibentangkan. Ada yang
berpendapat shifah (sifat) sebab, seorang sufi adalah orang yang menghiasi diri
dengan segala sifat terpuji dan meninggalkan setiap sifat tercela. Pendapat lain
mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata shuffah (sufah) sebab, seorang sufi
mengikuti ahli sufah dalam sifat yang telah ditetapkan Allah bagi mereka. Al-
Qusyari berpendapat bahwa tasawuf berasal dari shafwah (orang pilihan atau
suci). shaf (saf), seolah para sufi berada di saf pertama dalam menghadapkan
diri kepada Allah dan berlomba-lomba untuk melakukan ketaatan. Sebagian
kalangan mengatakan, kata tasawuf dinisbatkan pada kain wol yang kasar (shuf
khasyin). Sebab, para sufi gemar memakainya sebagai simbol zuhud dan
kehidupan yang keras. Jadi Tasawuf adalah usaha untuk membersihkan jiwa,
memperbaiki akhlak dan mencapai maqam ihsan. Dengan kata lain yaitu usaha
menaklukan dimensi jasmani manusia agar tunduk dimensi rohani. Tasawuf
oleh kaum orientalis disebut dengan sufisme. Sufisme dipakai untuk mistisisme
Islam dan tidak dipakai untuk mistisisme agama-agama lain. Orang yang
pertama kali memakai kata sufi adalah Abu Hasyim alkufi di Irak (150 H).

2.2 Sejarah Perkembangan Tasawuf


Fase-fase dalam perkembangan tasawuf:
1. Pada masa awal era Islam dakwah kepada tasawuf itu belum diperlukan,
karena pada era itu, semua orang adalah ahli takwa, waraa dan ahli ibadah.
Mereka semua berlomba mengikuti dan meneladani Rasulullah dalam setiap
aspek. Oleh karena itu,mereka belum membutuhkan tasawuf karena segala
sesuatunya didasarkan pada perkataan, perbuatan dan ketetapan Rasulullah.
2. Pada masa sahabat dan tabi‟in sudah menggunakan tasawuf, tetapi belum
mengggunakan istilah tasawuf, karena para sahabat dan tabiin merupakan
sufi yang sesungguhnya. Tasawuf merupakan sifat-sifat umum yang terdapat
pada hampir seluruh sahabat Nabi tanpa terkecuali dan adanya perasaan takut
dan cintanya mereka kepada Allah dan Rasulullah melebihi dirinya sendiri.
1. Setelah masa Sahabat dan Tabiin beragam bangsa mulai memeluk Islam.
Bidang ilmu pengetahuan semakin meluas dan terspesialisasi, muncullah
ilmu fiqih, ilmu tauhid,ilmu hadits, ilmu ushul fiqih, ilmu faraid dan ilmu-
ilmu lainnya.
2. Setelah fase tersebut pengaruh spiritual Islam sedikit demi sedikit
melemah. Manusia mulai lupa akan kewajibannya kepada Allah, sehingga
ahli uhud terdorong untuk mengkodifikasikan ilmu tasawuf serta
menerangkan kemuliaan dan keutamaannya diantara ilmu-ilmu lainnya.
Mulai dari fase inilah ilmu tasawuf berkembang.

2.3. Dalil-Dalil Al-Quran dan Hadits


Berkenaan tentang Perlunya Tasawuf Al-Quran Ayat-ayat Al-Quran yang
menjadi sumber ajaran tasawuf dan sebagai pendorong untuk mengikatkan dan
mendekatkan diri kepada Allah, di antaranya adalah sebagai berikut:
َ‫ بِ ْي لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ُش ُدوْ ن‬X‫َان فَ ْليَ ْست َِج ْيبُوْ ا لِ ْي َو ْليُْؤ ِمنُوْ ا‬ ِ ‫َواِ َذا َساَلَكَ ِعبَا ِديْ َعنِّ ْي فَاِنِّ ْي قَ ِريْبٌ ۗ اُ ِجيْبُ َد ْع َوةَ ال َّد‬
ِ ۙ ‫اع اِ َذا َدع‬
Artinya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. (Al-Baqarah: 186).

‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬ ُ ‫َوهّٰلِل ِ ْال َم ْش ِر‬


ِ ‫ق َو ْال َم ْغ ِربُ فَا َ ْينَ َما تُ َولُّوْ ا فَثَ َّم َوجْ هُ ِ ۗ اِ َّن َ َو‬
‫اس ٌع َعلِ ْي ٌم‬
Artinya: Dan kepunyaan Allah lah Timur dan Barat; maka ke mana pun kamu
menghadap, di-sanapun ada wajah Allah; sesungguhnya Allah adalah Maha
Luas lagi Maha Mengetahui. (Al-Baqarah: 115).
‫ف يَْأتِى هّٰللا ُ بِقَوْ ٍم ي ُِّحبُّهُ ْم َوي ُِحبُّوْ نَهٗ ٓ ۙاَ ِذلَّ ٍة َعلَى ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ اَ ِع َّز ٍة َعلَى‬
Xَ ْ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َم ْن يَّرْ تَ َّد ِم ْن ُك ْم ع َْن ِد ْينِ ٖه فَ َسو‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫ْال ٰكفِ ِر ْي ۖنَ يُ َجا ِه ُدوْ نَ فِ ْي َسبِ ْي ِل ِ َواَل يَخَافُوْ نَ لَوْ َمةَ اَل ۤ ِٕى ٍم ٰۗذلِكَ فَضْ ُل ِ يُْؤ تِ ْي ِه َم ْن يَّ َش ۤا ۗ ُء َو ُ َو‬
‫اس ٌع َعلِ ْي ٌم‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang
murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang
Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya. (QS: Al-Maidah Ayat:
54)
Hadits :
1. “Jika seorang hamba mendekat kepada-Ku sejengkal maka Aku
mendekatinya sehasta, jika dia mendekat sehasta, maka Aku mendekat
sedepa, jika dia datang kepadaKu dengan berjalan maka Aku datang
kepadanya berlari (H.R.Bukhari)”.
2. “Senantiasa hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan amal nawafil sehingga
Aku mencintainya, apabila Aku mencintainya jadilah Aku pendengarannya
yang ia gunakan untuk mendengar, matanya yang dipergunakan untuk
melihat, lidahnya yang digunakan untuk berbicara, tangannya yang
digunakan untuk menggenggam, kakinya yang digunakan untuk berjalan,
dengan Aku dia mendengar, berpikir, menggengam, dan berjalan (H.R.
Bukhari)”. Hadits juga menggambarkan Tuhan itu dekat. Nabi itu sudah
dekat dengan Tuhan, dan praktek Sufi juga tergambar dalam sunah nabi.
Jadi terlepas dari kemungkinan adanya atau tidak adanya pengaruh dari luar,
ayat-ayat serta hadits-hadits di atas dapat membawa kepada timbulnya aliran
sufisme atau tasawuf dalam Islam, yaitu ajaran-ajaran tentang berada
sedekat mungkin pada Tuhan.

2.4 Manfaat Tasawuf


Tasawuf memiliki banyak manfaat dalam kehidupan, di bawah ini adalah
beberapa manfaat tasawuf yaitu:
1. Dalam bidang kecerdasan emosional Apabila dapat mengamalkan tasawuf
dengan baik maka dapat mengendalikan emosionalnya dengan baik pula
2. Dalam bidang kecerdasan spiritual Tasawuf mengingatkan manusia tentang
kemaitian, agar umat manusia selalu beribadah, beramal shaleh, serta
menjauhi perbuatan maksiat dan kejahatan.
3. Dalam bidang Agama Tasawuf diperlukan untuk mengamalkan Islam secara
kaffah serta untuk mengembangkan kerukunan hidup beragama dan
integrasi sosial
4. Dalam bidang etos kerja Tasawuf dapat memperkuat etos kerja karena
dalam ajaran Islam bekerja itu wajib untuk memenuhi keperluan diri sendiri,
keluarga dan umat.
5. Dalam bidang Pendidikan Tasawuf merupakan salah satu mata pelajaran
yang perlu diajarkan di Madrasah dan mata kuliah di Perguruan Islam untuk
mengembangkan kehidupan agama yang komprehensif dan utuh serta untuk
mengembangkan masyarakat dan bangsa yang bersih, sehat dan maju.
6. .Dalam bidang Ilmu Pengetahuan Tasawuf mendidik anggota masyarakat
untuk mengambil keputusan yang bijaksana dan rasional serta mendidik
untuk memiliki tanggung jawab sosial.

2.5 Istilah-Istilah dalam Tasawuf


Fana: hilangnya sifat-sifat buruk (maksiat lahir dan maksiat batin). Bahwa fana
itu ialah lenyapnya segala-galanya.
Itihad: satu tingkatan dalam tasawuf dimana seorang sufi telah merasa dirinya
bersatu dengan Tuhan. Yaitu pertukaran peranan antara yang mencintai dan
yang dicintai telah menjadi satu atau tegasnya antara sufi dengan Tuhan.
Baqa: kekal, tetap, terus hidup.
Hulul: Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat
didalamnya, setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada di dalam tubuh itu
dilenyapkan.
Maqamat: Pada Istilah Maqam atau arti jamak adalah maqamat ,sebagaimana
juga ahwal, yang dipahami berbeda menurut para sufi. Namun semuanya
sepakat dalam memahami maqamat yang berarti kedudukan seorang pejalan
spiritual atau sufi di hadapan Allah yang diperoleh melalui kerja keras dalam
beribadah kepadaNya, bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu (mujahadah),
serta latihan-latihan keruhanian budi-pekerti (adab) yang dapat membuatnya
memiliki syarat – syarat dalam melakukan usaha - usaha untuk menjalankan
berbagai kewajiban dengan baik dan mendekati sempurna.
Ahwal: hal atau arti jamak adalah ahwal adalah suasana atau keadaan yang
menyelimuti kalbu, yang diciptakan sebagai hak prerogatif pada Allah dalam
hati setiap hambanNya, tidak ada sufi yang mampu merubah keadaan tersebut
apabila datang saatnya, atau memperhatikannya apabila pergi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tasawuf bukanlah sesuatu yang baru dalam Islam. Prinsip-prinsip ajaran
Tasawuf telah ada dalam Islam semenjak Nabi Muhammad diutus menjadi
Rasul, bahkan kehidupan rohani Rasul dan para sahabat menjadi salah satu
panutan di dalam melakukan amalan-malannya. Ini merupakan sangkalan
terhadap pendapat yang mengatakan bahwa Tasawuf merupakan produk asing
yang dianut oleh umat Islam. Inti dari ajaran tasawuf ialah mendekatkan diri
kepada Allah dengan melalui tahapan-tahapan (ajaran)Nya yaitu maqamat dan
ahwal. Ajaran-ajaran tasawuf ini bersumber dari al-Qur‟an, Hadits dan
perbuatan-perbuatan sahabat. Banyak kita temui ayat-ayat al-Qur‟an yang
berhubungan dengan ajaran-ajaran tasawuf. Mulai dari ajaran dasar tasawuf,
maupun tingkatan tingkatan yang harus ditempuh oleh seorang sufi yang kita
kenal dengan nama maqamat dan ahwal. Tujuan tertinggi dari seorang sufi
adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah atau kalau bisa menunggal dengan
Allah.

3.2 Saran
Agar kita dapat mengetahui dan mengenal Allah lebih dekat lagi, maka sangat
diperlukan ilmu yang mempelajari hal tersebut yang dikenal dengan Tasawuf.
Dosen: semoga makalah ini dapat memenuhi tugas yang telah diberikan kepada
saya. Mahasiswa: Semoga makalah ini dapat membantu dalam memahami
permasalah tentang Tasawuf Masyarakat: semoga dapat menambah dan
mempertajam pengertian dan pembahasan Tasawuf di kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Isa, Syaikh „Abdul Qadir. (2011). Hakekat Tasawuf. Jakarta: Qisthi
Press, cetakan ke-13.
Nasution, Harun. (1973). Falsafat dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta:
Bulan Bintang.
Rahiem, Husni. (1986). Orientasi Pengembangan Ilmu Agama Islam.
Proyek Pembinaan
Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama / IAIN. Jakarta:
Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI.
Tebba, Sudirman . (2008). Tasawuf Positif: Manfaat Tasawuf dalam
Kehidupan Sehari-hari.
Tangerang: Pustaka Irvan.
Zahri, Mustafa. (1976). Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: PT.
Bina Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai