Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN AKHIR

VEGETASI GULMA DAN ANALISIS SDR

Oleh:
Kelompok 5
Afifa Thina 2010212044
Alif Maulana Hasibuan 2010212028
Feristika Pri Dini 2010212011
Khalil Ahmad Aulia Lubis 2010211021
Rezi Agusti Amrina 2010212041

Kelas: Ilmu Gulma Agro A


Dosen Penjab: Winda Purnama Sari, SP., MP
Asisten:
Syndi Luciarta 1910211023
Syafira Rahmadani 1910211029

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan  kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Laporan Akhir
Kelimpahan Gulma di Dalam Tanah. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Winda Purnama Sari, SP., MP. selaku dosen penjab praktikum
dan kepada para asisten yang telah membimbing penulis dalam pelaksanaan
praktikum.
Sebagai penyusun, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,
baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini.
Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari
pembaca agar dapat memperbaiki laporan akhir ini. Penulis berharap semoga
laporan akhir yang disusun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk
pembaca.

Padang, 29 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gulma merupakan tumbuhaan di luartanaman pokok yang keberadaanya
pada lahan budidaya tidak diinginkan. Gulma yang tumbuh di area budidaya
menjadi salah satu faktor penyebab menurunnya kualitas dan kuantitas hasil
pertanian sehingga keberadaannya memberi dampak negatif. Gulma merupakan
tumbuhan yang memiliki dampak negatif bagi tanaman dan keberadaannya tidak
diinginkan (Afiati dkk.,2018). Gangguan yang dari gulma terjadi karena sifat
fisiologisnya yang unggul dalam hal dormansi benih, daya penyerbukan yang
tinggi serta cepat beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini menyebabkan
terganggunya tanaman jika terdapat gulma pada lokasi budidaya (Oksari, 2017).
Selain fisiologis dan kemampuannya, gulma dapat bersaing yang kuat dalam
memperebutkan unsur hara, air, cahaya matahari dan nutrisi. (Karya dkk.,
2012).Kerugian-kerugian akibat gulma umumnya disebabkan oleh kompetisi
yang terjadi antara tanaman pokok dengan gulma sekitar. Bentuk kompetisi
yang terjadi dapat berupa kompetisi ruang, cahaya, air, serta nutrisi-nutrisi
penting lainnya. Sifat rakus gulma menyebabkan tanaman utama tidak bisa
secara optimal menyerap unsur-unsur penting seperti zat hara dan juga air
dari dalam tanah. Keberadaan gulma sering dianggap sebagai tanaman
pengganggu karena adanya persaingan air, unsur hara dan tempat tumbuh dengan
tanaman pokok yang diusahakan. Kebanyakan hasil publikasi penelitian gulma
berfokus pada struktur dan keragaman jenisnya; pengaruhnya terhadap tanaman
utama, serta responnya terhadap herbisida (Mardiyanti et al., 2013; Zarwazi et al.,
2016; Widayat dan Yustisianika, 2015). Selain sebagai kompetitor, gulma
berperan penting dalam mendukung perkembangan OPT lainnya seperti
serangga dan penyakit. Gulma juga merupakan salah satu masalah penting
dalam upaya untuk menetapkan produksi dan menekan biaya produksi adalah
masalah gulma. Gulma merupakan tumbuhan yang mengganggu atau merugikan
kepentingan manusia sehingga manusia berusaha untuk mengendalikannya
(Sembodo, 2010). Salah satu metode pengendalian gulma yakni menggunakan
analisis vegetasi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan tingkat
populasi gulma di lapang. Vegetasi gulma atau komunitas gulma dapat
berubah-ubah sehingga sangat penting melakukan analisis vegetasi pada
lahan-lahan budidaya.

Suatu tipe vegetasi menggambarkan suatu daerah dari segipenyebaran


Tumbuhan yang ada baik secara ruang dan waktu. Analisis vegetasi merupakan
sebuah cara untuk mempelajari komposisi jenisdan struktur vegetasiatau
kelompok tumbuh-tumbuhan. Konsepsi dari metode analisa vegetasi
sesungguhnya sangat bervariasi, tergantung keadaan vegetasi itu sendiri dan
tujuannnya misalnya untuk mengevaluasi hasil pengendalian gulma.Metode yang
digunakan untuk analisa vegetasi harus disesuaikan dengan strukturdan
komposisi. Ada empat metode yang lazim dalam analisa vegetasi yaitumetode
estimasi visual, metode kuadrat, metode garis dan metode titik.
Vegetasimenggambarkan perpaduan berbagai jenis tumbuhan di suatu wilayah
atau daerah.Suatu tipe vegetasi menggambarkan suatu daerah dari segi
penyebaran tumbuhanyang ada baik secara ruang dan waktu. Konsep dan metode
analisis vegetasisesungguhnya sangat beragam tergantung kepada keadaan
vegetasi itu sendiri dantujuannya.
. Metode yang akan digunakan harus sesuai dengn struktur dan komposisi
gulma. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran selanjutnya akan diolah untuk
mencari tahu dominansi gulma, frekunsi, dominansi, dan lain sebagainya. Data
inilah yang akan dijadikan sebagai acuan dalam menentukan cara pengendalan
gulma di suatu lahan pertanian.
1.2 Tujuan
1. Memahami cara yang digunakan dalam analisis vegetasi gulma dengan
pengamatan petak contoh.
2. Menghitung nilai SDR dari identifikasi petak contoh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi gulma yang bersifat umum yaittu semua jenis tumbuhan yang
tumbuh dengan sendirinya di tempat yang sedamg di usahakan orang, yang
bersifat merugikan baik pada bidang pertanian, transportasi, maupun area rekreasi
atau kepariwisataan. “A plant out place” ialah definisi gulma terpendek yang
artinnya tumbuhan yang salah tempat. Dalam bahasa indonesia gulma diketahui
sebagai rerumputan atau rumpai yang memiliki arti tumbuhan berumput (grassy
plant), herba (berb), tumbuhan penganggu (noxius plant), dan tumbuhan yang
tidak diinginkan. Menurut King banyak istilah yang telah digunakan manusia
untuk menyebut gulma di antaranya yaitu tumbuhan yang tidak diingini
(unwanted plant), tumbuhan yang tidak berguna (nonusefull plant), tumbuhan
yang menyakitkan (harmful plant), tumbuhan yang beracun (poisonous plant). dan
tumbuhan yang sering kali tumbuh cepat dan berlebihan serta sukar dihilangkan
(often prolific and persistent).
Komposisi jenis-jenis gulma yang menyusun vegetasi atau komunitas
tumbuhan di suatu lahan pertanian penting untuk diketahui karena nantinya akan
berkaitan dengan strategi pengendalian gulma. Apabila komposisi jenis gulma
dapat diketahui, maka dapat diketahui sifat-sifat jenis gulma yang dominan
sehingga dapat ditentukan pengendalian yang tepat. Pada lahan pertanian yang
diusahakan secara intensif tenyata komunitas gulma didominasi oleh gulma
semusim dengan jumlah jenis relatif lebih banyak, sedangkan pada lahan yang
dibiarkan terlantar. komunitas gulma didominasi oleh gulma tahunan dengan
jumlah jenis lebih sedikit. Hal ini dikarenakan pada lahan yang diusahakan secara
intensif, maka organ vegetatif yang merupakan alat perbanyakan utama jenis jenis
gulma tahunan selalu disingkirkan atau dihilangkan pada waktu pengolahan tanah.
Contohnya seperti lmperata cylindrica. Punicum repens, dan Cypeerus rotundus.
Di lahan yang dibiarkan atau terlantar jenis-jenis gulma tahunan tumbuh dominan
hal ini dikarenakan jenis-jenis gulma semusim pada umumnya mati setelah bijinya
masak sehingga ruang tumbuhnya di tempati oleh jenis-jenis gulma tahunan yang
tidak pernah mati selama kebutuhan hara, lengas dan cahaya matahari terpenuhi.
Jenis-jenis gulma semusim umumnya tidak muncul karena biji-bijinya tidak
mampu berkecambah hal ini berkaitan dengan ruang tumbuhnya yang telah
dikuasai oleh gulma tahunan. (Mangoensoekarjo dan A toekidjan, 2015).
Gulma mempunyai kemampuan yang baik dalam hal berkompetisi secara
langsung dengan tanaman budidaya. Secara langsung gulma berkompetisi dengan
tanaman budidaya untuk mendapatkan zat hara, air dan juga cahaya. Kompetisi
juga bisa terjadi secara tidak langsung yaitu dengan cara mengurangi lahan yang
seharusnya ditumbuhi tanaman budidaya. Salah satu contoh kompetisi gulma
yaitu pada perkebunan kelapa sawit dapat berpengaruh negatif karena kompetisi
ini nantinya akan menyebabkan penurunan pertumbuhan, kuantitas maupun
kualitas produksi Tandan Buah Segar (TBS).
Analisis vegetasi adalah suatu cara untuk menentukan komposisi jenis
vegetasi dari yang paling dominan hingga tidak domianan. Analisis vegetasi dapat
dilakukan pada kondisi vegetasi alami seperti hutan atau dapat pula digunakan
untuk menganalisis vegetasi gulma. Konsepsi dan metode analisis vegetasi sangat
beragam dan ditentukan oleh keadaan vegetasi dan tujuan analisis. Data yang
diperoleh melalui analisis vegetasi dapat berupa data kualitatif, misalnya
penyebaran, stratifikasi, dan periodisitas, maupun data kuantitatif berupa jumlah,
ukuran, bobot, luas daerah yang ditumbuhi (tingkat penutupan gulma) dan
sebagainya sebagai penjabaran dari pengamatan petak contoh di lapangan
(Sembodo, 2010).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis vegetasi
yaitu, distribudi petak contoh dan metode analisis vegetasi. Distribusi petak
contoh pada areal pengamatan ditentukan oleh kondisi gulma yang ada, dengan
kata lain harus disesuaikan dengan corak vegetasi dan faktor lingkungannya.
Dalam menentukan teknik petak contoh dapat dilakukan dengan berbagai cara,
antara lain cara subjektif, cara ini dilakukan dengan menentukan jumlah dan
memilih letak petak contoh yang dianggap mewakili populasi gulma yang ada di
seluruh areal pengamatan atau dengan cara melemparkan alat petak contoh,
misalnya kuadran. Cara penentuan petak contoh selanjutnya adalah sampling acak
tak langsung, teknik ini merupakan cara paling sederhana dan memenuhi syarat
statistika, dimana luas areal yang akan diamati dibagi dalam jarak yang sama.
Analisis vegetasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan
menggunakan metode pendugaan atau estimasi visual, kuadrat, garis dan titik.
Metode estimasi visual, estimasi visual dilakukan dengan cara melihat dan
menduga parameter gulma yang akan diamati, misalnya tingkat penutupan,
kelimpahan, dan distribusi suatu gulma. Peubah tersebut dikelompokkan kedalam
dominasi dan frekuensi. Metode kuadrat, kuadrat adalah ukuran luas yang
dihitung dalam satuan kuadrat (m2 , cm 2 , dan sebagainya). Bentuk kuadrat
bermacam-macam seperti lingkaran, segitiga, empat persegi panjang, dan bujur
sangkar. Dalam pelaksanaan di lapang, lebih sering menggunakan bujur sangkar.
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Pratikum ini dilakukan pada tanggal 29 September 2022 di Lahan Bawah
Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk praktikum kali ini yaitu; kayu kuadran
berukuran 25 cm x 25 cm, tali, alat tulis, amplop, alat hitung, dan kamera. Bahan
yang digunakan yaitu berbagai jenis gulma di dalam kuadran yang diidentifikasi
di lahan.

3.3 Metode Pelaksanaan


Pertama-tama dilakukan pengambilan lima sampel kuadran (A,B,C,D,E)
secara acak oleh perwakilan praktikan untuk masing-masing kelompok. Kemudian
dicabut dan diidentifikasi jenis dan jumlah gulma yang ada dalam satu kuadran,
kegiatan ini dilakukan sampai didapatkan semua gulma yang ada pada lima
sampel kuadran. Gulma yang telah dicabut dimasukkan ke dalam amplop sesuai
dengan masing-masing jenis gulma dan sampel kuadrannya. Selanjutnya, gulma
tersebut dikering anginkan selama dua hari untuk mengurangi kadar air yang
terdapat di dalam gulma. Lalu, gulma yang telah kering dimasukan lagi ke dalam
amplop dan diovenkan selama 24 jam. Selanjutnya, dilakukan penimbangan dan
pencatatan pada berbagai jenis gulma yang telah dioven untuk mengetahui jumlah
biomassanya. Setelah itu, dilakukan pengolahan data untuk mengetahui nilai
kerapatan jenis, kerapatan relatif, frekuensi suatu jenis, frekuensi relatif, biomassa
suatu jenis, biomassa relatif, dan SDR sesuai dengan rumus pada masing-masing
jenis gulma. Hasil analisis data yang didapat ditulis dan dibahas dalam bentuk
laporan untuk mempermudah penjabaran penjelasan mengenai vegetasi dan
analisis SDR pada berbagai jenis gulma di lahan bawah dengan lima sampel
kuadran.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 1. Komposisi Gulma pada Lima Plot Pengamatan
No Tumbuhan Petakan Jumlah
A B C D E
1 Alang-alang (Imperata cylindrica) 40 0 10 0 0 50
2 Rhynchosa minima L. 7 0 0 0 0 7
3 Water mint (Mentha aquatica L.) 2 0 0 0 0 2
4 Rumput Meadow (Poa annua L.) 0 17 0 0 0 17
5 Maman Lanang (Cleomena rutedosperma) 0 3 0 0 3 6
6 Tare halus (Vicia tetrasperma) 0 11 0 0 0 11
7 Rumput catur (Bromus chatartichus) 0 17 0 0 0 17
8 Legetan (Calyptocarpus) 0 29 0 0 0 29
9 Kibesin (Centrosema pubescens) 0 0 2 0 0 2
10 Daun krinyu (Chromolaena odorata L.) 0 0 13 0 0 13
11 Bandotan (Ageratum conyzoides) 0 0 14 0 0 14
12 Teki ladang (Cyperus rotundus) 0 0 8 0 0 8
13 Cyperus cristatus 0 0 0 2 0 2
14 Kenikir-kenikiran (Synedrella nudiflora) 0 0 0 16 0 16
15 Carpet grass (Axonopus compressus) 0 0 0 15 0 15
16 Chloris virgata 0 0 0 1 0 1
17 Rumput ceker ayam (Selaginella doederleinii) 0 0 0 1 0 1
18 Cyperus kyllingia 48 0 0 0 0 48
19 Kremah (Alternanthara sessilis) 0 0 0 0 2 2
20 Rumpur jariji (Digitaria sanguinalis) 0 0 0 0 5 5
21 Jukut Pedul (Cyperus bervefolius) 0 0 0 1 22 23
22 Setaria pasviflora 0 0 0 1 0 1
23 Carex sylvatica 0 0 0 2 0 2
24 Amaranthus retroflexus 0 0 0 1 0 1
25 Madicaho orbicularis 0 0 0 1 0 1
26 Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa L.) 0 0 0 1 0 1
27 Sayur Hitam (Rungia klossii S. Moore) 0 0 0 2 0 2
TOTAL 297
Tabel 2. Analisis Vegetasi Gulma pada Lima Plot Pengamatan

NO SPESIES GULMA KM KR(%) FM FR(%) BM BR(%) SDR(%)


1 Alang-alang (Imperata cylindrica) 20 6.73 0.4 13.46 131. 131.12 50.43
3
2 Rhynchosa minima L. 5.6 1.88 0.2 6.73 8.76 8.94 5.85
3 Mentha aquatica 1.6 0.53 0.2 6.73 1.52 1.55 2.93
4 Poa annua L. 13.6 4.57 0.2 6.73 26.8 27.38 12.89
5 Maman Lanang (Cleomena rutedosperma) 4.8 1.61 0.4 13.46 6.92 7.06 7.37
6 Vicia tetrasperma 8.8 2.96 0.2 6.73 12.7 12.99 7.56
2
7 Rumput catur (Bromus chatartichus) 11.2 3.7 0.2 6.73 12.0 12.34 7.59
8
8 Legetan (Calyptocarpus) 19.3 6.49 0.2 6.73 12.0 12.34 7.59
8
9 Kibesin (Centrosema pubescens) 1.3 0.43 0.2 6.73 4.28 4.37 3.84
10 Daun krinyu (Chromolaena odorata L.) 8.6 2.89 0.2 6.73 14 14.3 7.97
11 Bandotan (Ageratum conyzoides) 9.3 3.13 0.2 6.73 3.52 0.03 3.2
12 Teki ladang (Cyperus rotundus) 5.3 1.78 0.2 6.73 10.4 0.1 2.87
8
13 Cyperus cristatus 1.6 0.67 0.2 6.73 6.04 6.17 4.52
14 Kenikir-kenikiran (Synedrella nudiflora) 12.8 5.38 0.2 6.73 22.2 22.8 11.6
4
15 carpet grass (Axonopus compressus) 12 5.05 0.2 6.73 8.88 9.07 6.95
16 Chloris virgata 0.8 0.33 0.2 6.73 0.32 0.32 2.46
17 Rumput caker ayam (Selaginella doederleinii) 0.8 0.26 0.2 6.73 4.48 4.57 11.56
18 Rumput Kenop (Cyperus kyllingia L.) 38.4 12.92 0.2 6.73 21.8 22.31 13.98
4
19 Kremah (Alternanthara sessilis) 1.6 2.69 0.2 6.73 5.12 1.3 3.21
20 Rumpur jariji (Digitaria sanguinalis) 4 1.34 0.2 6.73 13.7 14.01 7.36
2
21 Jukut Pedul (Cyperus bervefolius) 4.4 1.48 0.4 13.46 40.7 41.6 18.84
2
22 Setaria pasviflora  0.8 0.26  0.2 6.73 0.28  0.28  2.42 
23 Carex sylvatica  1.6 0.53  0.2  6.73  1.8  1.83  3.03 
24 Amaranthus retroflexus  0.8 0.26  0.2  6.73  5.04  5.14  4.04 
25 Madicaho orbicularis  0.8 0.26  0.2  6.73  2.64   2.69 3.22 
26 Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa L.) 0.8  0.26  0.2  6.73  0.12  0.12  2.37 
27 Sayur Hitam (Rungia klossii S. Moore)  1.6 0.53  0.4  13.46  1.4  1.43  5.49 
TOTAL              

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan gulma pada 5 plot pengamatan yang
berukuran 50 cm x 50 cm pada tabel 1 dapat diketahui bahwa gulma yang
ditemukan sebanyak 27 spesies dengan total 297 individu. Pada plot pengamatan
A ditemukan sebayak 4 spesies gulma, pada plot B dan C ditemukan sebanyak 5
spesies gulma, pada plot pengamtan D ditemukan 12 spesies gulma, dan pada plot
pengamtan E ditemukan sebanyak 4 spesises gulma. Jumlah individu terbanyak
adalah Imperata cylindrica L. (50 individu) dan yang paling sedikit Chloris
virgata, Selaginella doederleinii, Setaria pasviflora, Amaranthus retroflexus,
Madicaho orbicularis, Rungia klossii S. Moore, dan Hedyotis corymbosa L.
masing-masing sebanyak 1 individu.
Berdasarkan hasil analisis vegetasi, gulma yang memiliki nilai SDR
tertinggi yaitu Imperata cylindrica L. (50.43%) dan gulma yang memiliki nilai
SDR terendah yaitu Hedyotis corymbosa L. (2.37%) dan Setaria pasviflora
(2.42%). Tingginya nilai kerapatan relatif dan frekuensi relatif dari Imperata
cylindrica L. yaitu 6.73% dan 13.46% dibandingkan dengan gulma yang lainnya
karena mempunyai jumlah individu paling banyak ditemukan pada beberapa plot
pengamatan dan penyebarannya yang luas dibandingkan gulma lainnya. Selain
Imperata cylindrica L. gulma yang memiliki kerapatan relatif dan frekuensi relatif
yang tinggi adalah Cyperus bervefolius L. dengan nilai KR 1.48% dan nilai FR
13.46%, serta nilai SDR 18.84%. Selain Imperata cylindrica L. dan Cyperus
bervefolius L. gulma lain yang memiliki nilai SDR tinggi yaitu Cyperus kyllingia
L. (13.98%), Cleomena rutedosperma (12.89), dan Selaginella doederleinii
(11.56). Data ini menunjukkan bahwa penyebaran gulma ini juga luas
dibandingkan gulma jenis lainnya pada lahan pengamtan tersebut.
Pada lokasi ini famili Cyperaceae dan Poaceae merupakan gulma yang
dominan ditemukan, kedua famili ini banyak ditemukan diseluruh plot pengamtan
karena punya kemampuan adaptasi yang tinggi dan dapat berkembang biak
dengan biji dan umbi. Hal ini sesuai dengan pendapat Holm et al., (1988) dalam
Perdana et al. (2013), yang menyatakan bahwa famili Cyperaceae dan Graminae
termasuk gulma yang mempunyai kemampuan adaptasi tinggi dan akar rimpang
yang kuat, serta dapat berkembang biak dengan biji dan umbi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari analisis SDR gulma alang-alang dengan nama Imperata Cylindrica
didapatkan persentase yang paling tinggi yaitu 50,43. Dengan tingginya hasil
tersebut dapat kita katakan bahwa gulma dengan nama latin Imperata Cylindrica
memiliki populasi yang banyak di lahan percobaan Universita Andalas Sumatera
Barat. Untuk itu perlu adanya pengendalian gulma pada alang-alaang tersebut
agar tanaman utama / tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh dengan optimal.

5.2 Saran
Semoga pratikum yang diadakan ke depannya bisa dilaksanakan dengan baik
sehingga bermanfaat dalam menambahkan ilmu praktikan tentang topik analisis
SDR ini.
DAFTAR PUSTAKA
Afiati, R., Eva, B., Ananto, A. 2018. Kontribusi Usaha Tani Tanaman Jagung
Program PHBM Terhadap Pendapatan Penduduk Desa Kaligayam
Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal. Geo Image, 7(2):101-110.
Karya, EK, Febrianti, R. 2021. Pengaruh Sistem Budidaya Tanah dan Penenganan
Gulma Terhadap Pertumbuhan Hasil Jagung Manis (Zea Mys Saccaharata
Sturt.) Varientas Paragon. AGROTATANEN I Jurnal Ilmu Pertania, 3(2):
20-26.
Okasari, A.A. 2017. Analisis vegetasi gulma pada pertanaman jagung dan
hubunganya dengan pengendalian gulma di Lambung Bukit, Padang,
Sumatera Barat. Jurnal sains Natural, 4(2): 135-142.
Perdana, E. O., Chairul, dan Syam, Z. 2013. Analisis Vegetasi Gulma Pada
Tanaman Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus L.) di Kecamatan
Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Jurnal
Biologi Universitas Andalas, 2(4), 241-248.

Sembodo, D. R. J. 2010. Gulma dan pengelolaannya.: Graha Ilmu. Yogyakarta


Widayat, D. dan R. G. Yustisiyanika. 2015. Pengaruh Dosis Herbisida Glifosat
Terhadap Gulma, Pertumbuhan dan Hasil Tiga Kultivar Kedelai (Glycine
max (L.) pada Sistem Tanpa Olah Tanah (TOT). Jurnal Kultivasi. 14(2):
23 – 28.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar Petakan

Lampiran 2. Proses Pengovenan

Lampiran 3. Proses penimbangan Gulma


Lampiran 4 Proses Analisi SDR
NOTE: BIOMASSA SELURUH JENIS = 97.88 g

1 Imperata cylindirica
Jumlah individu suatu jenis 5
Kerapatan suattu Jenis (KM) ¿ ¿ =20
Luas Petak Contoh 0.25 m²
Kerapatan suatu jenis 20
Kerapatan Relatif (KR) = x 100% = x 100 %=¿6.73%
Kerapatan semua jenis 297
Jumlah petak ditemukan suatu jenis 2
Frekuensi suatu jenis (FM) = = =0.4
Jumlah seluruh petak contoh 5
Frekuensi suatu jenis 0,4
Frekuensi relatif (FR) = x 100 %= x 100 %=13.46 %
Frekuensi seluruh jenis 2.97
Biomassa 25.92
Biomassa suatu jenis (BM) = = =103.68
Luas Petak Contoh 0.25 m ²
Biomassa suatu jenis 103.68
Biomassa relatif (BR) = x 100 %= x 100 %=¿
Biomassa seluruh jenis 97.88
105.92%
KR+ FR + BR 6.73+13.46+105.92
SDR = = =42.03 %
3 3

2 Rhynchosa minima L.
Jumlah individu suatu jenis 1.4
Kerapatan suattu Jenis (KM) ¿ ¿ =5.6
Luas Petak Contoh 0.25 m²
Kerapatan suatu jenis 5.6
Kerapatan Relatif (KR) = x 100% = x 100 %=¿1.88%
Kerapatan semua jenis 297
Jumlah petak ditemukan suatu jenis 1
Frekuensi suatu jenis (FM) = = =0.2
Jumlah seluruh petak contoh 5
Frekuensi suatu jenis 0,2
Frekuensi relatif (FR) = x 100 %= x 100 %=6.73 %
Frekuensi seluruh jenis 2.97
Biomassa 2.19
Biomassa suatu jenis (BM) = = =8.76
Luas Petak Contoh 0.25 m ²
Biomassa suatu jenis 8.76
Biomassa relatif (BR) = x 100 %= x 100 %=¿ 8.94%
Biomassa seluruh jenis 97.88
KR+ FR + BR 1.88+6.73+8.94
SDR = = =5.85 %
3 3

3 Mentha aquatica
Jumlah individu suatu jenis 0.4
Kerapatan suattu Jenis (KM) ¿ ¿ =1.6
Luas Petak Contoh 0.25 m²
Kerapatan suatu jenis 1.6
Kerapatan Relatif (KR) = x 100% = x 100 %=¿0.53%
Kerapatan semua jenis 297
Jumlah petak ditemukan suatu jenis 1
Frekuensi suatu jenis (FM) = = =0.2
Jumlah seluruh petak contoh 5
Frekuensi suatu jenis 0,2
Frekuensi relatif (FR) = x 100 %= x 100 %=6.73 %
Frekuensi seluruh jenis 2.97
Biomassa 0.38
Biomassa suatu jenis (BM) = = =1.52
Luas Petak Contoh 0.25 m ²
Biomassa suatu jenis 1.52
Biomassa relatif (BR) = x 100 %= x 100 %=¿ 1.55%
Biomassa seluruh jenis 97.88
KR+ FR + BR 0.53+6.73+1.55
SDR = = =2.93 %
3 3

4 Poa annua L.
Jumlah individu suatu jenis 3.4
Kerapatan suattu Jenis (KM) ¿ ¿ =13.6
Luas Petak Contoh 0.25 m²
Kerapatan suatu jenis 13.6
Kerapatan Relatif (KR) = x 100% = x 100 %=¿ 4.57%
Kerapatan semua jenis 297
Jumlah petak ditemukan suatu jenis 1
Frekuensi suatu jenis (FM) = = =0.2
Jumlah seluruh petak contoh 5
Frekuensi suatu jenis 0,2
Frekuensi relatif (FR) = x 100 %= x 100 %=6.73 %
Frekuensi seluruh jenis 2.97
Biomassa 6.70
Biomassa suatu jenis (BM) = = =26.8
Luas Petak Contoh 0.25 m ²
Biomassa suatu jenis 26.8
Biomassa relatif (BR) = x 100 %= x 100 %=¿
Biomassa seluruh jenis 97.88
27.38%
KR+ FR + BR 4.57+ 6.73+ 27.38
SDR = = =12.89 %
3 3

5 Maman Lanang (Cleomena rutedosperma)


Jumlah individu suatu jenis 1.2
Kerapatan suattu Jenis (KM) ¿ ¿ =4.8
Luas Petak Contoh 0.25 m²
Kerapatan suatu jenis 4.8
Kerapatan Relatif (KR) = x 100% = x 100 %=¿1.61%
Kerapatan semua jenis 297
Jumlah petak ditemukan suatu jenis 2
Frekuensi suatu jenis (FM) = = =0.4
Jumlah seluruh petak contoh 5
Frekuensi suatu jenis 0,4
Frekuensi relatif (FR) = x 100 %= x 100 %=13.46 %
Frekuensi seluruh jenis 2.97
Biomassa 1.73
Biomassa suatu jenis (BM) = = =6.92
Luas Petak Contoh 0.25 m ²
Biomassa suatu jenis 6.92
Biomassa relatif (BR) = x 100 %= x 100 %=¿ 7.06%
Biomassa seluruh jenis 97.88
KR+ FR + BR 1.61+ 13.46+7.06
SDR = = =7.37 %
3 3

6 Vicia tetrasperma
Jumlah individu suatu jenis 2.2
Kerapatan suattu Jenis (KM) ¿ ¿ =8.8
Luas Petak Contoh 0.25 m²
Kerapatan suatu jenis 8.8
Kerapatan Relatif (KR) = x 100% = x 100 %=¿2.96%
Kerapatan semua jenis 297
Jumlah petak ditemukan suatu jenis 1
Frekuensi suatu jenis (FM) = = =0.2
Jumlah seluruh petak contoh 5
Frekuensi suatu jenis 0,2
Frekuensi relatif (FR) = x 100 %= x 100 %=6.73 %
Frekuensi seluruh jenis 2.97
Biomassa 3.18
Biomassa suatu jenis (BM) = = =12.72
Luas Petak Contoh 0.25 m ²
Biomassa suatu jenis 12.72
Biomassa relatif (BR) = x 100 %= x 100 %=¿
Biomassa seluruh jenis 97.88
12.99%
KR+ FR + BR 2.96+6.73+12.99
SDR = = =7.56 %
3 3

7. Setaria pasviflora
Jumlah individu suatu jenis 0.2
Kerapatan suattu Jenis (KM) ¿ ¿ =0.8
Luas Petak Contoh 0.25 m²
Kerapatan suatu jenis 0.8
Kerapatan Relatif (KR) = x 100% = x 100 %=¿0.26%
Kerapatan semua jenis 297
Jumlah petak ditemukan suatu jenis 1
Frekuensi suatu jenis (FM) = = =0.2
Jumlah seluruh petak contoh 5
Frekuensi suatu jenis 0,2
Frekuensi relatif (FR) = x 100 %= x 100 %=6.73 %
Frekuensi seluruh jenis 2.97
Biomassa 0.07
Biomassa suatu jenis (BM) = = =0.28
Luas Petak Contoh 0.25 m ²
Biomassa suatu jenis 0.28
Biomassa relatif (BR) = x 100 %= x 100 %=¿ 0.28%
Biomassa seluruh jenis 97.88
KR+ FR+ BR 0.26+6.73+0.28
SDR = = =2.42%
3 3

8. Carex sylvatica
Jumlah individu suatu jenis 0.4
Kerapatan suattu Jenis (KM) ¿ ¿ =1.6
Luas Petak Contoh 0.25 m²
Kerapatan suatu jenis 1.6
Kerapatan Relatif (KR) = x 100% = x 100 %=¿0.53%
Kerapatan semua jenis 297
Jumlah petak ditemukan suatu jenis 1
Frekuensi suatu jenis (FM) = = =0.2
Jumlah seluruh petak contoh 5
Frekuensi suatu jenis 0,2
Frekuensi relatif (FR) = x 100 %= x 100 %=6.73 %
Frekuensi seluruh jenis 2.97
Biomassa 0.45
Biomassa suatu jenis (BM) = = =1.8
Luas Petak Contoh 0.25 m ²
Biomassa suatu jenis 1.8
Biomassa relatif (BR) = x 100 %= x 100 %=¿ 1.83%
Biomassa seluruh jenis 97.88
KR+ FR + BR 0.53+6.73+1.83
SDR = = =3.03 %
3 3

9. Amaranthus retroflexus
Jumlah individu suatu jenis 0.2
Kerapatan suattu Jenis (KM) ¿ ¿ =0.8
Luas Petak Contoh 0.25 m²
Kerapatan suatu jenis 0.8
Kerapatan Relatif (KR) = x 100% = x 100 %=¿0.26%
Kerapatan semua jenis 297
Jumlah petak ditemukan suatu jenis 1
Frekuensi suatu jenis (FM) = = =0.2
Jumlah seluruh petak contoh 5
Frekuensi suatu jenis 0,2
Frekuensi relatif (FR) = x 100 %= x 100 %=6.73 %
Frekuensi seluruh jenis 2.97
Biomassa 1.26
Biomassa suatu jenis (BM) = = =5.04
Luas Petak Contoh 0.25 m ²
Biomassa suatu jenis 5.04
Biomassa relatif (BR) = x 100 %= x 100 %=¿ 5.14%
Biomassa seluruh jenis 97.88
KR+ FR + BR 0.26+6.73+5.14
SDR = = =4.04 %
3 3

10. Madicaho orbicularis


Jumlah individu suatu jenis 0.2
Kerapatan suattu Jenis (KM) ¿ ¿ =0.8
Luas Petak Contoh 0.25 m²
Kerapatan suatu jenis 0.8
Kerapatan Relatif (KR) = x 100% = x 100 %=¿0.26%
Kerapatan semua jenis 297
Jumlah petak ditemukan suatu jenis 1
Frekuensi suatu jenis (FM) = = =0.2
Jumlah seluruh petak contoh 5
Frekuensi suatu jenis 0,2
Frekuensi relatif (FR) = x 100 %= x 100 %=6.73 %
Frekuensi seluruh jenis 2.97
Biomassa 1.26
Biomassa suatu jenis (BM) = = =2.64
Luas Petak Contoh 0.25 m ²
Biomassa suatu jenis 2.64
Biomassa relatif (BR) = x 100 %= x 100 %=¿ 2.69%
Biomassa seluruh jenis 97.88
KR+ FR + BR 0.26+6.73+2.69
SDR = = =3.22 %
3 3

11. Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa L.)


Jumlah individu suatu jenis 0.2
Kerapatan suattu Jenis (KM) ¿ ¿ =0.8
Luas Petak Contoh 0.25 m²
Kerapatan suatu jenis 0.8
Kerapatan Relatif (KR) = x 100% = x 100 %=¿0.26%
Kerapatan semua jenis 297
Jumlah petak ditemukan suatu jenis 1
Frekuensi suatu jenis (FM) = = =0.2
Jumlah seluruh petak contoh 5
Frekuensi suatu jenis 0,2
Frekuensi relatif (FR) = x 100 %= x 100 %=6.73 %
Frekuensi seluruh jenis 2.97
Biomassa 0.03
Biomassa suatu jenis (BM) = = =0.12
Luas Petak Contoh 0.25 m ²
Biomassa suatu jenis 0.12
Biomassa relatif (BR) = x 100 %= x 100 %=¿ 0.12%
Biomassa seluruh jenis 97.88
KR+ FR + BR 0.26+6.73+0.12
SDR = = =2.37 %
3 3

12. Sayur Hitam (Rungia klossii S. Moore)


Jumlah individu suatu jenis 0.2
Kerapatan suattu Jenis (KM) ¿ ¿ =1.6
Luas Petak Contoh 0.25 m²
Kerapatan suatu jenis 1.6
Kerapatan Relatif (KR) = x 100% = x 100 %=¿0.53%
Kerapatan semua jenis 297
Jumlah petak ditemukan suatu jenis 1
Frekuensi suatu jenis (FM) = = =0.2
Jumlah seluruh petak contoh 5
Frekuensi suatu jenis 0,2
Frekuensi relatif (FR) = x 100 %= x 100 %=6.73 %
Frekuensi seluruh jenis 2.97
Biomassa 0.03
Biomassa suatu jenis (BM) = = =0.12
Luas Petak Contoh 0.25 m ²
Biomassa suatu jenis 0.12
Biomassa relatif (BR) = x 100 %= x 100 %=¿ 0.12%
Biomassa seluruh jenis 97.88
KR+ FR + BR 0.26+6.73+0.12
SDR = = =2.37 %
3 3

Biomassa seluruh jenis = 97,88 g

13. Rumput catur (Bromus chatarticus)


Jumlah individu suatujenis 2,8
Kerapatan Suatu jenis (KM) = = = 11,2
Luas Petak Contoh 0,25 m 2

Kerapatan suatu jenis 11,2


Kerapatan Relatif (KR) = x 100 %= x 100 %=3,7 %
Kerapatan semua jenis 297

Jumlah petak ditemukan suatu jenis 1


Frekuensi Suatu Jenis (FM) = = =0,2
Jumlah seluruh petak contoh 5
Frekuensi suatu jenis 0,2
Frekuensi Relatif (FR) = x 100 %= x 100 %=6,73 %
Frekuensi seluruh jenis 2,97

Biomassa 3,02
Biomassa Suatu Jenis (BM) = = =12,08
Luas Petak Contoh 0,25 m2

Biomassa Suatu Jenis 12,08


Biomassa relatif (BR) = x 100 %= x 100 %=12,34 %
Biomassa Seluruhjenis 97,88

KR+ FR + BR 3,7+6,73+12,34
SDR = = =7,59 %
3 3

14. Legetan (Calyptocarpus)


Jumlah individu suatujenis 4,8
Kerapatan Suatu jenis (KM) = = 2 = 19,3
Luas Petak Contoh 0,25 m

Kerapatan suatu jenis 19,3


Kerapatan Relatif (KR) = x 100 %= x 100 %=6,49 %
Kerapatan semua jenis 297

Jumlah petak ditemukan suatu jenis 1


Frekuensi Suatu Jenis (FM) = = =0,2
Jumlah seluruh petak contoh 5

Frekuensi suatu jenis 0,2


Frekuensi Relatif (FR) = x 100 %= x 100 %=6,73 %
Frekuensi seluruh jenis 2,97

Biomassa 4,32
Biomassa Suatu Jenis (BM) = = =17,24
Luas Petak Contoh 0,25 m2

Biomassa Suatu Jenis 17,24


Biomassa relatif (BR) = x 100 %= x 100 %=17,61 %
Biomassa Seluruhjenis 97,88
KR+ FR+ BR 6,49+6,73+17,61
SDR = = =10,27 %
3 3

15. Kibesin (Centrosema pubescens)


Jumlah individu suatujenis 0,3
Kerapatan Suatu jenis (KM) = = 2 = 1,3
Luas Petak Contoh 0,25 m

Kerapatan suatu jenis 1,3


Kerapatan Relatif (KR) = x 100 %= x 100 %=0,43 %
Kerapatan semua jenis 297

Jumlah petak ditemukan suatu jenis 1


Frekuensi Suatu Jenis (FM) = = =0,2
Jumlah seluruh petak contoh 5

Frekuensi suatu jenis 0,2


Frekuensi Relatif (FR) = x 100 %= x 100 %=6,73 %
Frekuensi seluruh jenis 2,97

Biomassa 1,07
Biomassa Suatu Jenis (BM) = = =4,28
Luas Petak Contoh 0,25 m2

Biomassa Suatu Jenis 4,28


Biomassa relatif (BR) = x 100 %= x 100 %=4,37 %
Biomassa Seluruhjenis 97,88

KR+ FR + BR 0,43+6,73+ 4,37


SDR = = =3,84 %
3 3

16. Daun krinyu (Chromolaena odorata)


Jumlah individu suatujenis 2,1
Kerapatan Suatu jenis (KM) = = 2 = 8,6
Luas Petak Contoh 0,25 m

Kerapatan suatu jenis 8,6


Kerapatan Relatif (KR) = x 100 %= x 100 %=2,89 %
Kerapatan semua jenis 297

Jumlah petak ditemukan suatu jenis 1


Frekuensi Suatu Jenis (FM) = = =0,2
Jumlah seluruh petak contoh 5
Frekuensi suatu jenis 0,2
Frekuensi Relatif (FR) = x 100 %= x 100 %=6,73 %
Frekuensi seluruh jenis 2,97

Biomassa 3,50
Biomassa Suatu Jenis (BM) = = =14
Luas Petak Contoh 0,25 m2

Biomassa Suatu Jenis 14


Biomassa relatif (BR) = x 100 %= x 100 %=14,30 %
Biomassa Seluruhjenis 97,88

KR+ FR + BR 2,89+6,73+14,30
SDR = = =7,97 %
3 3

17. Bandotan (Ageratum conyzoides)


Jumlah individu suatujenis 2,3
Kerapatan Suatu jenis (KM) = = 2 = 9,3
Luas Petak Contoh 0,25 m

Kerapatan suatu jenis 9,3


Kerapatan Relatif (KR) = x 100 %= x 100 %=3,13 %
Kerapatan semua jenis 297

Jumlah petak ditemukan suatu jenis 1


Frekuensi Suatu Jenis (FM) = = =0,2
Jumlah seluruh petak contoh 5

Frekuensi suatu jenis 0,2


Frekuensi Relatif (FR) = x 100 %= x 100 %=6,73 %
Frekuensi seluruh jenis 2,97

Biomassa 0,88
Biomassa Suatu Jenis (BM) = = =3,52
Luas Petak Contoh 0,25 m2

Biomassa Suatu Jenis 3,52


Biomassa relatif (BR) = x 100 %= x 100 %=0,03 %
Biomassa Seluruhjenis 97,88
KR+ FR + BR 3,13+6,73+0,03
SDR = = =3,2 %
3 3

18. Teki Ladang (Cyperus rotundus)


Jumlah individu suatujenis 1,3
Kerapatan Suatu jenis (KM) = = 2 =5,3
Luas Petak Contoh 0,25 m

Kerapatan suatu jenis 5,3


Kerapatan Relatif (KR) = x 100 %= x 100 %=1,78 %
Kerapatan semua jenis 297

Jumlah petak ditemukan suatu jenis 1


Frekuensi Suatu Jenis (FM) = = =0,2
Jumlah seluruh petak contoh 5

Frekuensi suatu jenis 0,2


Frekuensi Relatif (FR) = x 100 %= x 100 %=6,73 %
Frekuensi seluruh jenis 2,97

Biomassa 2,62
Biomassa Suatu Jenis (BM) = = =10,48
Luas Petak Contoh 0,25 m2

Biomassa Suatu Jenis 10,48


Biomassa relatif (BR) = x 100 %= x 100 %=0,10
Biomassa Seluruhjenis 97,88
KR+ FR + BR 1,78+6,73+0,10
SDR = = =2,87 %
3 3

19.Rumput ceker ayam


Jumlah individu suatujenis 0,2
Kerapatan Suatu jenis (KM) = = 2 = 0,8
Luas Petak Contoh 0,25 m

Kerapatan suatu jenis 0,8


Kerapatan Relatif (KR) = x 100 %= x 100 %=0,26 %
Kerapatan semua jenis 297

Jumlah petak ditemukan suatu jenis 1


Frekuensi Suatu Jenis (FM) = = =0,2
Jumlah seluruh petak contoh 5
Frekuensi suatu jenis 0,2
Frekuensi Relatif (FR) = x 100 %= x 100 %=6,73 %
Frekuensi seluruh jenis 2,97

Biomassa 1,12
Biomassa Suatu Jenis (BM) = = =4,48
Luas Petak Contoh 0,25 m2

Biomassa Suatu Jenis 4,48


Biomassa relatif (BR) = x 100 %= x 100 %=4,57 %
Biomassa Seluruhjenis 97,88

KR+ FR + BR 0,26+6,73+ 4,57


SDR = = =11,56 %
3 3

20.Jukut Pendul (Cyperus kylingia L.)


Jumlah individu suatujenis 9,6
Kerapatan Suatu jenis (KM) = = 2 =38,4
Luas Petak Contoh 0,25 m

Kerapatan Relatif (KR) =


Kerapatan suatu jenis 38,4
x 100 %= x 100 %=12,92 %
Kerapatan semua jenis 297

Jumlah petak ditemukan suatu jenis 1


Frekuensi Suatu Jenis (FM) = = =0,2
Jumlah seluruh petak contoh 5

Frekuensi suatu jenis 0,2


Frekuensi Relatif (FR) = x 100 %= x 100 %=6,73 %
Frekuensi seluruh jenis 2,97

Biomassa 5,46
Biomassa Suatu Jenis (BM) = = =21,84
Luas Petak Contoh 0,25 m2

Biomassa Suatu Jenis 21,84


Biomassa relatif (BR) = x 100 %= x 100 %=22,31 %
Biomassa Seluruhjenis 97,88
KR+ FR+ BR 12,92+ 6,73+22,31
SDR = = =13,98 %
3 3

21.Kremah (Alternanthara sessilis)


Jumlah individu suatujenis 0,4
Kerapatan Suatu jenis (KM) = = 2 = 1,6
Luas Petak Contoh 0,25 m

Kerapatan suatu jenis 8


Kerapatan Relatif (KR) = x 100 %= x 100 %=2,69 %
Kerapatan semua jenis 297

Jumlah petak ditemukan suatu jenis 1


Frekuensi Suatu Jenis (FM) = = =0,2
Jumlah seluruh petak contoh 5

Frekuensi suatu jenis 0,2


Frekuensi Relatif (FR) = x 100 %= x 100 %=6,73 %
Frekuensi seluruh jenis 2,97

Biomassa 1,28
Biomassa Suatu Jenis (BM) = = =5,12
Luas Petak Contoh 0,25 m2

Biomassa Suatu Jenis 1,28


Biomassa relatif (BR) = x 100 %= x 100 %=1,3 %
Biomassa Seluruhjenis 97,88

KR+ FR+ BR 1,6+6,73+1,3


SDR = = =3,21 %
3 3

22. Rumpur jariji (Digitaria sanguinalis)


Jumlah individu suatujenis 1
Kerapatan Suatu jenis (KM) = = 2= 4
Luas Petak Contoh 0,25 m

Kerapatan suatu jenis 2


Kerapatan Relatif (KR) = x 100 %= x 100 %=1,34 %
Kerapatan semua jenis 297

Jumlah petak ditemukan suatu jenis 1


Frekuensi Suatu Jenis (FM) = = =0,2
Jumlah seluruh petak contoh 5
Frekuensi suatu jenis 0,2
Frekuensi Relatif (FR) = x 100 %= x 100 %=6,73 %
Frekuensi seluruh jenis 2,97

Biomassa 3,43
Biomassa Suatu Jenis (BM) = = =13,72
Luas Petak Contoh 0,25 m2

Biomassa Suatu Jenis 13,72


Biomassa relatif (BR) = x 100 %= x 100 %=14,01%
Biomassa Seluruhjenis 97,88

KR+ FR + BR 1,34+6,73+13,72
SDR = = =21,79 %
3 3

23.Jukut Pedul (Cyperus bervefolius)


Jumlah individu suatujenis 22
Kerapatan Suatu jenis (KM) = = 2 =4,4
Luas Petak Contoh 0,25 m

Kerapatan suatu jenis 4,4


Kerapatan Relatif (KR) = x 100 %= x 100 %=1,48 %
Kerapatan semua jenis 297

Jumlah petak ditemukan suatu jenis 2


Frekuensi Suatu Jenis (FM) = = =0,4
Jumlah seluruh petak contoh 5

Frekuensi suatu jenis 0,4


Frekuensi Relatif (FR) = x 100 %= x 100 %=13,46 %
Frekuensi seluruh jenis 2,97

Biomassa 10,18
Biomassa Suatu Jenis (BM) = = =40,72
Luas Petak Contoh 0,25 m2

Biomassa Suatu Jenis 40,72


Biomassa relatif (BR) = x 100 %= x 100 %=41,60 %
Biomassa Seluruhjenis 97,88
KR+ FR + BR 1,48+13,46+41,60
SDR = = =18,84 %
3 3

24. Cyperus Cristatus

Kerapatan suatu jenis (KM)


Jumlah individu suatu jenis 0,4
= = =1,6
Luas petakan 0,25

Kerapatan Relatif (KR)


Kerapatan suatu jenis 2
= x 100 % = x 100% = 0,67 %
Kerapatan semua jenis 297

Frekuensi suatu jenis


Jumlah petak ditemukan suatu jenis 1
= = =0,2
Jumlah seluruh petak contoh 5

Frekuensi Relatif (FR)


Frekuensi suatu jenis 0,2
= x 100 % = x 100 %= 6,73 %
Frekuensi seluruh Jenis 2,97

Biomassa suatu Jenis (BM)


Biomassa 1,51
= = =6,04
Luas Petakan Contoh 0,25

Biomassa Relatif (BR)


Biomassa Suatu jenis 6,04
= x 100 %= x 100 %= 6,17 %
Biomassa Semua Jenis 97,88

SDR ( sub Dominan Ratio)


( KR+ FR+ BR) 67+6,73+6,17
= = = 26,63%
3 3

25. Kenikir – kenikiran ( Synedrella Nudiflora )


Kerapatan suatu jenis (KM)
Jumlah individu suatu jenis 3,2
= = = 12,8
Luas petakan 0,25

Kerapatan Relatif (KR)


Kerapatan suatu jenis 16
= x 100 %= x 100= 5,38 %
Kerapatan semua jenis 297

Frekuensi suatu jenis


Jumlah petak ditemukan suatu jenis 1
= = = 0,2
Jumlah seluruh petak contoh 5

Frekuensi Relatif (FR)


Frekuensi suatu jenis 0,2
= x 100 %= x 100% = 6,73%
Frekuensi seluruh Jenis 2,97

Biomassa suatu Jenis (BM)


Biomassa 5,56
= = = 22,24
Luas Petakan Contoh 0,25

Biomassa Relatif (BR)


Biomassa Suatu jenis 22,4
= x 100 % = =22,8 %
Biomassa Semua Jenis 97,88

SDR ( sub Dominan Ratio)


( KR+ FR+ BR) 5,38+6,73+22,8
= = =11,6%
3 3

26. Carpet Gras :


Kerapatan suatu jenis (KM)
Jumlah individu suatu jenis 3
= = =12
Luas petakan 0,25

Kerapatan Relatif (KR)


Kerapatan suatu jenis 15
= x 100 %= x 100% =5,05%
Kerapatan semua jenis 297

Frekuensi suatu jenis


Jumlah petak ditemukan suatu jenis 1
= = = 0,2
Jumlah seluruh petak contoh 5

Frekuensi Relatif (FR)


Frekuensi suatu jenis 0,2
= x 100 %= x 100% = 6,73%
Frekuensi seluruh Jenis 2,97

Biomassa suatu Jenis (BM)


Biomassa 2,22
= = = 8,88
Luas Petakan Contoh 0,25

Biomassa Relatif (BR)


Biomassa Suatu jenis 8,88
= x 100 %= x 100% = 9,07 %
Biomassa Semua Jenis 97,88

SDR ( sub Dominan Ratio)


( KR+ FR+ BR) 5,05+6,73+9,07
= = = 6,95 %
3 3

27. Amaranthus Orbicularis


Kerapatan suatu jenis (KM)
Jumlah individu suatu jenis 0
= = =0
Luas petakan 0,25

Kerapatan Relatif (KR)


Kerapatan suatu jenis 0
= x 100 % = x 100 % = 0
Kerapatan semua jenis 297

Frekuensi suatu jenis


Jumlah petak ditemukan suatu jenis 0
= = =0
Jumlah seluruh petak contoh 0,25

Frekuensi Relatif (FR)


Frekuensi suatu jenis 0
= x 100 %= x 100 % = 0
Frekuensi seluruh Jenis 2,97

Biomassa suatu Jenis (BM)


Biomassa 0
= = =0
Luas Petakan Contoh 0,25

Biomassa Relatif (BR)


Biomassa Suatu jenis 0
= x 100 %= x 100% = 0
Biomassa Semua Jenis 97,88

SDR ( sub Dominan Ratio)


( KR+ FR+ BR) 0+0+0
= = =0
3 3
28. Chorlis Virgata
A;0 B;0 C;0 D;1 E;0 Total: 1
Kerapatan suatu jenis (KM)
Jumlah individu suatu jenis 0,2
= = =0,8
Luas petakan 0,25

Kerapatan Relatif (KR)


Kerapatan suatu jenis 1
= x 100 %= x 100% = 0,33 %
Kerapatan semua jenis 297

Frekuensi suatu jenis


Jumlah petak ditemukan suatu jenis 1
= = =0,2
Jumlah seluruh petak contoh 5

Frekuensi Relatif (FR)


Frekuensi suatu jenis 0,2
= x 100 %= x 100%= 6,73%
Frekuensi seluruh Jenis 2,97

Biomassa suatu Jenis (BM)


Biomassa 0,08
= = = 0,32
Luas Petakan Contoh 0,25

Biomassa Relatif (BR)


Biomassa Suatu jenis 0,32
= x 100 %= x 100 %= 0,32%
Biomassa Semua Jenis 97,88

SDR ( sub Dominan Ratio)


( KR+ FR+ BR) 0,33+6,73+0,32
= = = 2,46%
3 3

Anda mungkin juga menyukai