Anda di halaman 1dari 14

LK. 2.

1 Eksplorasi Alternatif Solusi


Nama : Laurensius Yericho Sihombing
No.Peserta UKG : 202000648838

Masalah
terpilih yang Akar Penyebab
No. Eksplorasi alternatif solusi Analisis alternatif solusi
akan masalah
diselesaikan
1 Siswa kurang Guru masih Penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran Setelah dianalisis, alternatif solusi yang
tertarik pada menggunakan Oleh Ferlina Khoirun Nisa didapat yaitu:
materi Struktur metode (Published: Jumat, 27 Desember 2013
konvensional )
atom dan Sistem 1.Guru memanfaatkan media pembelajaran
https://jurnalilmiahtp2013.blogspot.com/2013/12/
periodik unsur penggunaan-teknologi-dalam-pembelajaran_27.html (sumber belajar berbasis TIK)
access point: Kamis, 10 November 2022/16.30 wib) Kelebihan :
- Pembelajaran menjadi lebih menarik
Pendidikan sangatlah penting untuk setiap bidang
kehidupan manusia. Pada era globalisasi seperti - Materi bisa bisa lebih update
sekarang ini menuntut manusia untuk melek teknologi. - Keragaman materi dapat diperoleh
Dengan sifat teknologi yang bersifat praktis, maka dapat -proses belajar lebih efisien
diterapkan dalam pembelajaran agar lebih mudah dalam
penyampaian informasi. Manfaat penerapan teknologi -tidak memakan banyak tempat
yaitu dapat digunakan sebagai media dalam penyimpanan seperti saat menggunakan
pembelajaran untuk mempermudah penyampaian media pembelajaran fisik
informasi dari pengajar kepada pelajar,dengan media Kekurangan :
yang unik dan menarik dapat meningkatkan kualitas -Akses internet yang kurang stabil
belajar dan menambah kreatifitas siswa. Metode
- Membutuhkan biaya untuk pengadaan
penulisan dari penggunaan teknologi dalam
sarana
pembelajaran ini dengan cara : pengumpulan data,
analisis data, dan penyimpulan data. Menurut hasil - Belum semua siswa familiar dengan TIK
analisis data, sebagian besar proses pendidikan di
Indonesia cenderung masih menganut kepada sistem
pembelajaran kuno yaitu dengan system satu arah.
Seorang guru menjelaskan materi di depan kelas dengan
model ceramah dan cenderung menjenuhkan pelajar. Hal
inilah yang membuat pendidikan di Indonesia masih
berada pada tahap awal. Maka perlu adanya
pembaharuan system belajar yaitu dengan menggunakan
teknologi sebagai media dalam pembelajaran. Materi
dapat dikemas menjadi lebih menarik sehingga dapat
meningkatkan mood siswa dalam belajar. Terlebih jika
pembelajaran ini didesain melalui computer multimedia.
Jadi, dapat disimpulkan dengan penggunaan media
teknologi dalam pembelajaran dapat meningkatkan
kualitas belajar siswa dan dapat mempermudah pengajar
dalam menyajikan sebuah materi pembelajaran.

2.Menggunakan model pembelajaran PBL


Afriani Butar-butar, Lois Oinike Tambunan, Golda (problem based learning)
Novatrasio Sauduran ( Vol 8, No 2 (2022) Kelebihan :
Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis -melatih pengetahuan siswa
Siswa pada Materi Relasi dan Fungsi SMP Negeri 4 -meningkatkan motivasi dan aktivitas
Pematangsiantar pembelajaran
-mengembangkan kemampuan berpikir
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui adanya kritis siswa
pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada -meningkatkan rasa ingin tahu siswa
materi relasi dan fungsi. Berdasarkan tujuan dari -siswa lebih tertarik mengikuti proses
penelitian ini maka jenis penelitian yang digunakan pembelajaran
penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dengan -memudahkan siswa menguasai konsep
desain penelitian pre-test post-test control design. Dalam materi yang dipelajari
penelitian ini siswa kelas VIII SMP Negeri 4
Pematangsiantar. Penulis menggambil anggota populasi
Kekurangan :
sebagai sampel yaitu kelas VIII - 1 menjadi kelas
eksperimen yang berjumlah 32 orang dan kelas VIII - 10 -tidak semua siswa memiliki motivasi belajar
menjadi kelas kontrol yang berjumlah 32 orang. jadi yang sama
sampel keseluruhan dalam penelitian ini berjumlah 64 -bahan praktek yang terbatas
orang. Data diolah dengan menggunakan uji normalitas
dengan uji liliefors dan ternyata dengan menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
adalah berdistribusi normal dengan α = 0,05 dan n = 32
maka Lhit = 0,0647 < Ltabel = 0,1566 dan data yang
menggunakan model konvensional berdistrusi normal
dengan α = 0,05 dan n = 32 maka Lhit = 0,0632< Ltabel
= 0,1566. Untuk mengetahui apakah data tersebut
berasal dari populasi data yang bervarians sama atau
berbeda digunakan uji homogenitas, ternyata diperoleh ≤
(1,419 < 1822). Untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh kemampuan berpikir kritis menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
digunakan uji t diperoleh thit > ttabel (13.707 > 1669).
Berdasarkan analisa data dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) terhadap kemampuan berpikir kritis pada
materi relasi dan fugsi SMP Negeri 4 Pematangsiantar.
Hal ini diketahui dari hasil rata-rata skor tes siswa yang
menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-
rata skor tes siswa yang menggunakan model
konvensional.

3.Menggunakan model pembelajaran PJBL


(project based learning)
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT Kelebihan :
BASED LEARNING (PJBL) UNTUK MENINGKATKAN
-meningkatkan motivasi siswa untuk belajar
HASIL BELAJAR MATEMATIKA
Wahyuddin Wahyuddin, Sri Satriani, Nur Qalbi Rusdin, -meningkatkan kemampuan kolaborasi
Nurwidiani Nurwidiani -meningkatkan keterampilan peserta didik
dalam mengelola sumber
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil
-memberikan pengalaman kepada siswa
belajar matematika siswa melalui implementasi model
dalam mengorganisasi proyek
PjBL.  Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan
Kelas model Kemmis & McTaggart dengan tahapan: -membuat suasana belajar menjadi
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan menyenangkan
refleksi yang dilaksnakan sebanyak 2 siklus. Prosedur
penelitian dengan tahapan: persiapan, pelaksanaan, Kekurangan :
analisis data menggunakan analisis data deskriptif
-memerlukan lebih banyak waktu
kualitatif, dan penarikan kesimpulan. Penelitian
dilaksanakan pada kelas XI di salah satu satu sekolah di -memerlukan kerja ekstra dari guru
Kota Makassar. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: -ada kemungkinan terdapat siswa yang
1) Penerapan model pembelajaran project based kurang aktif
learning (PjBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dilihat dari peningkatan hasil belajar matematika siswa
mengalami peningkatan dari rata-rata 81,50 pada siklus
I meningkat menjadi 88,25 pada siklus II, nilai median
meningkat dari 82 menjadi 84, standar eror menurun
dari 1,12 menjadi 0,84, nilai terendah 70 meningkat
menjadi 78, nilai tertinggi dari 92 menjadi 95, dan
rentang skor menurun dari 22 menjadi 17; 2) Distribusi
frekuensi dan persentase tingkat capain skor hasil
belajar dari siklus I ke siklus II diperoleh bahwa terjadi
peningkatan kategori hasil belajar siswa pada kategori
tinggi meningkat dari 61,11% menjadi 63,88% dan
kategori sangat tinggi juga mengalami peningkatan dari
11,11% menjadi 30,56%; dan 3) Hasil pengamatan
proses pelaksaan penelitian diuraikan peningkatan
aktifitas siswa dari siklus I ke siklus II bahwa dalam hal
kehadiran siswa meningkat dari 83,33% menjadi
97,22%, siswa yang memperhatikan penjelasan guru
meningkat dari 76,85% menjadi 92,59%, siswa yang
berpartisipasi dalam proyek meningkat dari 75% menjadi
97,22%, siswa yang mempersentasikan hasil pekerjaan
proyeknya meningkat dari 25,93% menjadi 43,52%, dan
siswa yang bertanya/memberi tanggapan sebesar
21,30% pada siklus I meningkat menjadi 29,63% pada
siklus II. 4.Membuat forum diskusi antar siswa
terkait materi yang diajarkan
Kelebihan :
« Vol 6 No 2 Januari 2012 -merangsang siswa kreatif memberikan
PENERAPAN PEMBELAJARAN TERPADU MODEL gagasan atau ide
WEBBED DENGAN METODE DISKUSI KELOMPOK -melatih siswa untuk berani
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA mengungkapkan pendapat
SEKOLAH DASAR
-siswa dapat saling bertukar pikiran
Acep Ruswan
Abstrak -siswa dapat bekerjasama dengan baik
Penelitian ini berusaha mengetahui dan
mendeskripsikan hasil belajar siswa kelas 4 SDN Nagri Kekurangan :
Kaler 2 Purwakarta dalam pembelajaran bilangan,
-hanya beberapa siswa yang aktif
membaca dan pranata sosial sebelum diterapkan
pembelajaran terpadu model webbed, proses -pembahasan meluas keluar dari materi
pembelajaran yang terjadi di kelas 4 SDN Nagri Kaler 2 pembelajaran
Purwakarta pada penerapan pembelajaran terpadu -membutuhkan waktu yang cukup panjang
model webbed pada pembelajaran bilangan, membaca -menimbulkan emosional yang tidak
dan pranata sosial, dan hasil belajar siswa kelas 4 SDN terkontrol
Nagri Kaler 2 Purwakarta dalam pembelajaran bilangan,
membaca dan pranata sosial setelah diterapkan
pembelajaran terpadu model webbed. Jenis penelitian
yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian tindakan
kelas (Classroom Action Research) yang merupakan
penelitian yang bersifat reflektif dengan melaksanakan
tindakan-tindakan tertentu berdasarkan hasil
pengamatan (observasi) dan kajian komponen
pembelajaran. Terdapat 4 kegiatan yang akan dilakukan
dalam setiap siklus kegiatan penelitian ini, yaitu,
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi serta alur
penelitian dan frekuensi seperi siklus.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses
pembelajaran yang terjadi di kelas 4 SDN Nagri Kaler 2
Purwakarta pada penerapan pembelajaran terpadu
model webbed pada pembelajaran perbandingan dan
skala, membaca dan pranata sosial pada awalnya cukup
mengalami kesulitan karena kondisi kelas yang kurang
representatif jika dibandingan dengan jumlah siswa,
namun dengan rencana yang matang, pembelajaran yang
mengacu pada rencana yang konsisten dan sentuhan
improvisasi guru yang tepat, pembelajaran berlangsung
dengan lancar dan baik sehingga secara keseluruhan
dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar
siswa mengalami peningkatan yang cukup pada ketiga
mata pelajaran. Siswa SDN Nagrikaler 2 Purwakarta
telah dinyatakan lulus KKM pada ketiga mata pelajaran
dengan demikian pembelajaran terpadu model webbed di
kelas IV Nagrikaler 2 Purwakarta telah berhasil
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
pembelajaran perbandingan dan skala, membaca dan
pranata sosial.

Hasil wawancara:

Ketua komite SMKN 1 Sengah Temila


(Bpk Aliang, S.Pd., M.Pd)
-guru perlu menerapkan model pembelajaran inovatif

- guru perlu memahami karakteristik siswa

- guru seharusnya diberi pelatihan terkait pemanfaatan


model pembelajaran inovatif

- guru meminimalisir komunikasi satu arah dan lebih


fokus mengarahkan siswa agar lebih komunikatif

2 Siswa kurang Strategi Dr. Ilham Dwi Rahardjo, Widyaprada Lembaga 1.Guru perlu menggunakan model dan
motivasi pada pembelajaran Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Jawa metode pembelajaran berdiferensiasi yang
pembelajaran yang kurang Timur dalam sesi sharing knowledge yang dilakukan tepat dan interaktif, sehingga mampu
menarik secara virtual (Kamis, 13/1/2022) meningkatkan motivasi dan keaktifan
kimia pada
http://lpmpjatim.kemdikbud.go.id/site/detailpost/ peserta didik dalam
materi asam pembelajaran-berdiferensiasi-penerapannya-dalam- pembelajaran.
basa pembelajaran-paradigma-baru Kelebihan :
access point (10 November 2022/16.00 wib) -meningkatkan tingkat berpikir siswa
Pembelajaran berdiferensiasi harus berakar pada -lebih mudah mengetahui tingkat
pemenuhan kebutuhan belajar siswa dan bagaimana pemahaman siswa terhadap materi yang
guru merespon kebutuhan belajar tersebut. sedang diajarkan
Karenanya, Guru harus melakukan identifikasi -menempatkan siswa sebagai subjek
kebutuhan belajar dengan lebih komprehensif, agar pembelajaran aktif
dapat merespon dengan lebih tepat terhadap kebutuhan -hasil belajar lebih bermakna
belajar siswa-siswanya.
“Asesmen diagnosis dilakukan untuk mendapatkan Kekurangan :
informasi tentang kesalahan, miskonsepsi, kelemahan -sangat bergantung pada kemampuan guru
pengetahuan siswa, serta kemampuan pada materi yang dalam menyusun dan mengembangkan
sudah dipelajari untuk kesiapan siswa dalam proses dinamika kelompok
pembelajaran selanjutnya. Proses diagnosis ini
dilakukan dengan mempertimbangkan seluruh peserta
didik, mencari berbagai informasi seperi latar belakang
siswa, pola belajar, dan minat siswa, yang diperkirakan
akan menjadi faktor penyebab kesulitan belajar siswa,”

(Koehlar dan Mishra) 2. Guru perlu memaksimalkan penerapan


pembelajaran berbasis TPACK.
Mengenal TPACK dalam Pembelajaran Abad 21 Kelebihan:
-meningkatkan pemahaman siswa melalui
https://ujione.id/mengenal-tpack-dalam-
keterlibatan teknologi
pembelajaran/ -meningkatkan keterampilan guru dalam
mengolaborasikan teknologi dalam
access poiint (Jumat, 28 November 2022/09.20 wib)
pembelajaran
-peserta didik mendapatkan tantangan baru
Pendekatan TPACK merupakan pendekatan yang dalam proses belajarnya
-konten pembelajaran yang rumit bisa
dikembangkan dari pendekatan Pedagogy Content disederhanakan dengan bantuan teknologi
Knowledge (PCK) yang pertama kali dikenalkan oleh -bisa membantu guru dalam mencapai
tujuan pengembangan kompetensi
Shulman pada tahun 1986. Sesuai dengan namanya,
Kekurangan:
TPACK merupakan pendekatan pembelajaran dengan
-membutuhkan infrastruktur tambahan
mengintegrasikan perkembangan teknologi dan -rentan penyalahgunaan teknologi
-akses internet yang belum stabil
pedagogik untuk mengembangkan konten-konten dalam
dunia pendidikan.

Hal ini dilakukan dengan harapan mampu memberikan


angin segar sekaligus arahan baru kepada pendidik
terkait penggunaan teknologi untuk menunjang proses
pembelajaran. Tentunya penggunaan teknologi ini
diharapkan mampu menjadikan pembelajaran berjalan
dengan lebih efektif dan efisien.

Unsur TPACK

Terdapat 7 unsur TPACK yang kemudian disebut dengan


7 domain pengetahuan, antara lain:

1. Pedagogical Knowledge (PK) atau Pengetahuan


Pedagogik

Unsur ini berisi pengetahuan yang harus dikuasai guru


dalam pembelajaran, seperti metode mengajar,
pengelolaan kelas, perencanaan pembelajaran, penilaian
kegiatan siswa, dan sebagainya

2. Content Knowledge (CK)

CK berkaitan dengan substansi materi yang harus


dikuasai guru dalam pembelajaran. Penguasaan materi
seorang pendidik akan berpengaruh terhadap
pemahaman siswa pada materi yang diajarkan.

3. Technology Knowledge (TK)

Unsur ini menjelaskan terkait pentingnya integrasi


teknologi dalam pembelajaran. Teknologi yang ternyata
bisa dimanfaatkan dalam proses komunikasi,
pengolahan data siswa, kegiatan belajar, hingga alat
untuk menunjang produktivitas guru.

4. Pedagogical Content Knowledge (PCK)

PCK fokus pada proses pembelajaran yang nantinya


akan dipilih guru pada materi yang sedang diajarkan.
Unsur PCK ini memuat tentang pemilihan metode
mengajar, rencana pembelajaran, hingga fasilitas
pendukung pembelajaran.

5. Technological Content Knowledge (TCK)

Unsur ini merupakan pengetahuan tentang pengaruh


teknologi pada suatu disiplin ilmu pengetahuan tertentu.
Artinya, bagaimana dan sebesar apa pengaruh teknologi
pada perkembangan suatu disiplin ilmu pengetahuan.

6. Technological Pedagogical Knowledge (TPK)

Unsur ini memuat hubungan antara teknologi dan


proses pembelajaran. Melalui TPK ini guru bisa
memahami kelebihan serta kekurangan teknologi dalam
pembelajaran untuk setelahnya dijadikan bahan
evaluasi.

7. Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK)

Unsur yang terakhir adalah TPACK itu sendiri, yang


merupakan integrasi antara ketiga komponen, yaitu
teknologi, pedagogik, dan konten pembelajaran. Di era
serba digital seperti saat ini, guru memang dituntut
untuk cakap dalam mengintegrasikan ketiganya. Hal ini
agar tidak ada istilah guru yang ketinggalan zaman.
Terlebih, sudah banyak beredar platform penunjang
pembelajaran yang bisa digunakan secara online (e-
learning), salah satunya yang bisa digunakan adalah
Ujione.

Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan TPACK

Adapun langkah-langkah pemeblajaran dengan


pendekatan TPACK antara lain:
1. Pertama, guru terlebih dulu menyampaikan
tujuan pembelajaran kepada siswa dilanjut
dengan memberi motivasi sebelum pembelajaran
dimulai.

2. Guru menyampaikan poin-poin materi yang akan


disampaikan kepada siswa melalui bantuan
teknologi, seperti melalui slide power point.

3. Saat ini sedang diupayakan pembelajaran


berbasis student center sehingga diharap siswa
lebih aktif selama proses pembelajaran. Hal ini
bisa wujudkan dengan membentuk kelompok-
kelompok kecil ataupun besar yang sebelumnya
bisa dikomunikasikan terlebih dahulu melalui
grup whatsapp. Ini bertujuan untuk memudahkan
pengelolaan kelompok sehingga tidak ada waktu
belajar yang terbuang.

4. Guru memulai kegiatan pembelajaran dan


mempersilahkan siswa untuk berpartisipasi aktif
dalam proses tersebut.

5. Setelah pembelajaran selesai, maka selanjutnya


guru melakukan evaluasi pembelajaran. Apakah 3.Guru melaksanakan pembelajaran
kontekstual CTL
ada hal-hal yang perlu diperbaiki, ditingkatkan, Kelebihan :
atau dihilangkan. -memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berkembang sesuai dengan potensi
yang dimiliki siswa
6. Untuk membakar semangat belajar, guru bisa -siswa dapat berpikir kritis dan kreatif
memberikan penghargaan yang kepada siswa yang dalam mengumpulkan data, memahami
suatu isu dan memecahkan masalah.
telah mengikuti pembelajaran dengan baik. -pemilihan informasi berdasarkan
kebutuhan siswa
-pembelajaran lebih menyenangkan dan
tidak membosankan
Madrayah Aliyah DIY, Jateng, Kalsel di FMIPA UNY -membantu siswa bekerja dengan efektif
Th 2003 dalam kelompok
-terbentuk sikap kerjasama yang baik antar
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN individu maupun kelompok
IMPLEMENTASINYA
(Makalah disampaikann pada Workshop Sosialisasi
dan Iplementasi Kurikulum 2004) Kekurangan :
-tingkat kemampuan siswa yang berbeda-
Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran beda sehingga pemilihan materi menjadi
yang mengkaitkan lebih banyak dan tidak fokus pada satu
materi pembelajaran dengan konteks dunia nyata yang pokok bahasan
dihadapi siswa -tidak efisien karena membutuhkan waktu
sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga, yang lebih lama dalam PBM
masyarakat, alam sekitar dan -pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa
dunia kerja, sehingga siswa mampu membuat hubungan akan berbeda-beda dan tidak merata.
antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran yakni :
kontruktivisme
(constructivism), bertanya (questioning), menyelidiki
(inquiry), masyaraka
belajar (learning community), pemodelan (modeling),
refleksi (reflection), dan
penilaian autentik (authentic assessment).
Makna dari kontruktivisme adalah siswa
mengkonstruksi/membangun
pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru
berdasar pada
pengetahuan awal melalui proses interaksi sosial dan
asimilasi-akomodasi.
Implikasinya adalah pembelajaran harus dikemas
menjadi proses
“mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan. Inti
dari inquiry atau
menyelidiki adalah proses perpindahan dari pengamatan
menjadi
pemahaman. Oleh karena itu dalam kegiatan ini siswa
belajar menggunakan
keterampilan berpikir kritis Bertanya atau questioning
dalam pembelajaran
kontekstual dilakukan baik oleh guru maupun siswa.
Guru bertanya
dimaksudkan untuk mendorong, membimbing dan
menilai kemampuan
berpikir siswa. Sedangkan untuk siswa bertanya
meupakan bagian penting
dalam pembelajaran yang berbasis inquiry. Masyarakat
belajar merupakan
sekelompok orang (siswa) yang terikat dalam kegiatan
belajar, tukar
1
pengalaman, dan berbagi pengalaman. Sesuai dengan
teori kontruktivisme,
melalui interaksi sosial dalam masyarakat belajar ini
maka siswa akan
mendapat kesempatan untuk mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri, oleh
karena itu bekerjasama dengan orang lain lebih baik
daripada belajar sendiri.
Pemodelan merupakan proses penampilan suatu contoh
agar orang lain
(siswa) meniru, berlatih, menerapkan pada situasi lain,
dan
mengembangkannya. Menurut Albert Bandura, belajar
dapat dilakukan
dengan cara pemodelan ini. Penilaian autentik
dimaksudkan untuk mengukur
dan membuat keputusan tentang pengetahuan dan
keterampilan siswa yang
autentik (senyatanya). Agar dapat menilai senyatanya,
penilaian autentik
dilakukan dengan berbagai cara misalnya penilaian
penilaian produk,
penilaian kinerja (performance), potofolio, tugas yang
relevan dan
kontekstual, penilaian diri, penilaian sejawat dan
sebagainya. Refleksi pada
prinsipnya adalah berpikir tentang apa yang telah dipikir
atau dipelajari,
dengan kata lain merupakan evaluasi dan instropeksi
terhadap kegiatan
belajar yang telah ia lakukan.
Alasan perlu diterapkannya pembelajaran kontekstual
adalah :
1. Sebagian besar waktu belajar sehari-hari di sekolah
masih didominasi
kegiatan penyampaian pengetahuan oleh guru,
sementara siswa
”dipaksa” memperhatikan dan menerimanya, sehingga
tidak
menyenangkan dan memberdayakan siswa.
2. Materi pembelajaran bersifat abstrak-teoritis-
akademis, tdak terkait
dengan masalah-masalah yang dihadapi siswa sehari-
hari di lingkungan
keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja.
3. Penilaian hanya dilakukan dengan tes yang
menekankan pengetahuan,
tidak menilai kualitas dan kemampuan belajar siswa
yang autentik pada
situasi yang autentik.
4. Sumber belajar masih terfokus pada guru dan buku.
Lingkungan sekitar
belum dimanfaatkan secara optimal.

2
Landasan filosofi pemelajaran kontekstual adalah
konstruktivisme yang
menyatakan bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer
dari guru ke siswa
seperti halnya mengisi botol kosong, sebab otak siswa
tidak kosong
melainkan sudah berisi pengetahuan hasil pengalaman-
pengalaman
sebelumnya. Siswa tidak hanya ”menerima”
pengetahuan, namun
”mengkonstruksi” sendiri pengetahuannya melalui
proses intra-individual 4.Menggunakan model pembelajaran PBL
(asimilasi dan akomodasi) dan inter-individual (interaksi (problem based learning)
sosial). Kelebihan :
Pembelajaran kontekstual sebenarnya bukam -melatih pengetahuan siswa
merupakan pendekatan
yang sama sekali baru. Dasar pembelajaran kontekstual -meningkatkan motivasi dan aktivitas
sudah pembelajaran
dikembangkan oleh John Dewey sejak tahun 1916. -mengembangkan kemampuan berpikir
Pendekatan ini kemudian kritis siswa
digali kembali, dikembangkan lagi, dan dipopulerkan -meningkatkan rasa ingin tahu siswa
oleh The Washington
-siswa lebih tertarik mengikuti proses
State Concorcium for Contextual Teaching and
pembelajaran
Learning engan melibatkan
11 perguruan tinggi, 20 sekolah, dan lembaga-lembaga -memudahkan siswa menguasai konsep
yang bergerak dalam materi yang dipelajari
dunia pendidikan di Amerika Serikat.
Kekurangan :
-tidak semua siswa memiliki motivasi belajar
yang sama
-bahan praktek yang terbatas

Afriani Butar-butar, Lois Oinike Tambunan, Golda


Novatrasio Sauduran ( Vol 8, No 2 (2022)
Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa pada Materi Relasi dan Fungsi SMP Negeri 4
Pematangsiantar

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui adanya


pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada
materi relasi dan fungsi. Berdasarkan tujuan dari
penelitian ini maka jenis penelitian yang digunakan
penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dengan
desain penelitian pre-test post-test control design. Dalam
penelitian ini siswa kelas VIII SMP Negeri 4
Pematangsiantar. Penulis menggambil anggota populasi
sebagai sampel yaitu kelas VIII - 1 menjadi kelas
eksperimen yang berjumlah 32 orang dan kelas VIII - 10
menjadi kelas kontrol yang berjumlah 32 orang. jadi
sampel keseluruhan dalam penelitian ini berjumlah 64
orang. Data diolah dengan menggunakan uji normalitas
dengan uji liliefors dan ternyata dengan menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
adalah berdistribusi normal dengan α = 0,05 dan n = 32
maka Lhit = 0,0647 < Ltabel = 0,1566 dan data yang
menggunakan model konvensional berdistrusi normal
dengan α = 0,05 dan n = 32 maka Lhit = 0,0632< Ltabel
= 0,1566. Untuk mengetahui apakah data tersebut
berasal dari populasi data yang bervarians sama atau 5.Menggunakan model pembelajaran PJBL
(project based learning)
berbeda digunakan uji homogenitas, ternyata diperoleh ≤
lan peserta didik dalam mengelola sumber
(1,419 < 1822). Untuk mengetahui ada tidaknya
Kelebihan :
pengaruh kemampuan berpikir kritis menggunakan -meningkatkan motivasi siswa untuk belajar
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) -meningkatkan kemampuan kolaborasi
digunakan uji t diperoleh thit > ttabel (13.707 > 1669). -meningkatkan keterampilan
Berdasarkan analisa data dapat disimpulkan bahwa -memberikan pengalaman kepada siswa
dalam mengorganisasi proyek
terdapat pengaruh model pembelajaran Problem Based
-membuat suasana belajar menjadi
Learning (PBL) terhadap kemampuan berpikir kritis pada menyenangkan
materi relasi dan fugsi SMP Negeri 4 Pematangsiantar.
Hal ini diketahui dari hasil rata-rata skor tes siswa yang
menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-
rata skor tes siswa yang menggunakan model
konvensional.

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT


BASED LEARNING (PJBL) UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR MATEMATIKA

Wahyuddin Wahyuddin, Sri Satriani, Nur Qalbi Rusdin,


Nurwidiani Nurwidiani

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil


belajar matematika siswa melalui implementasi model
PjBL.  Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan
Kelas model Kemmis & McTaggart dengan tahapan:
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi yang dilaksnakan sebanyak 2 siklus. Prosedur
penelitian dengan tahapan: persiapan, pelaksanaan,
analisis data menggunakan analisis data deskriptif
kualitatif, dan penarikan kesimpulan. Penelitian
dilaksanakan pada kelas XI di salah satu satu sekolah di
Kota Makassar. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa:
1) Penerapan model pembelajaran project based
learning (PjBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dilihat dari peningkatan hasil belajar matematika siswa
mengalami peningkatan dari rata-rata 81,50 pada siklus
I meningkat menjadi 88,25 pada siklus II, nilai median
meningkat dari 82 menjadi 84, standar eror menurun
dari 1,12 menjadi 0,84, nilai terendah 70 meningkat
menjadi 78, nilai tertinggi dari 92 menjadi 95, dan
rentang skor menurun dari 22 menjadi 17; 2) Distribusi
frekuensi dan persentase tingkat capain skor hasil
belajar dari siklus I ke siklus II diperoleh bahwa terjadi 6.Membuat forum diskusi antar siswa
terkait materi yang diajarkan
peningkatan kategori hasil belajar siswa pada kategori
Kelebihan :
tinggi meningkat dari 61,11% menjadi 63,88% dan
-merangsang siswa kreatif memberikan
kategori sangat tinggi juga mengalami peningkatan dari gagasan atau ide
11,11% menjadi 30,56%; dan 3) Hasil pengamatan -melatih siswa untuk berani
mengungkapkan pendapat
proses pelaksaan penelitian diuraikan peningkatan
-siswa dapat saling bertukar pikiran
aktifitas siswa dari siklus I ke siklus II bahwa dalam hal
kehadiran siswa meningkat dari 83,33% menjadi -siswa dapat bekerjasama dengan baik
97,22%, siswa yang memperhatikan penjelasan guru
Kekurangan :
meningkat dari 76,85% menjadi 92,59%, siswa yang
-hanya beberapa siswa yang aktif
berpartisipasi dalam proyek meningkat dari 75% menjadi
-pembahasan meluas keluar dari materi
97,22%, siswa yang mempersentasikan hasil pekerjaan pembelajaran
proyeknya meningkat dari 25,93% menjadi 43,52%, dan -membutuhkan waktu yang cukup panjang
siswa yang bertanya/memberi tanggapan sebesar -menimbulkan emosional yang tidak
terkontrol
21,30% pada siklus I meningkat menjadi 29,63% pada
siklus II.

« Vol 6 No 2 Januari 2012

PENERAPAN PEMBELAJARAN TERPADU MODEL


WEBBED DENGAN METODE DISKUSI KELOMPOK
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR

Acep Ruswan

Abstrak
Penelitian ini berusaha mengetahui dan
mendeskripsikan hasil belajar siswa kelas 4 SDN Nagri
Kaler 2 Purwakarta dalam pembelajaran bilangan,
membaca dan pranata sosial sebelum diterapkan
pembelajaran terpadu model webbed, proses
pembelajaran yang terjadi di kelas 4 SDN Nagri Kaler 2
Purwakarta pada penerapan pembelajaran terpadu
model webbed pada pembelajaran bilangan, membaca
dan pranata sosial, dan hasil belajar siswa kelas 4 SDN
Nagri Kaler 2 Purwakarta dalam pembelajaran bilangan,
membaca dan pranata sosial setelah diterapkan
pembelajaran terpadu model webbed. Jenis penelitian
yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian tindakan
kelas (Classroom Action Research) yang merupakan
penelitian yang bersifat reflektif dengan melaksanakan
tindakan-tindakan tertentu berdasarkan hasil
pengamatan (observasi) dan kajian komponen
pembelajaran. Terdapat 4 kegiatan yang akan dilakukan
dalam setiap siklus kegiatan penelitian ini, yaitu,
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi serta alur
penelitian dan frekuensi seperi siklus.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses
pembelajaran yang terjadi di kelas 4 SDN Nagri Kaler 2 7.Menggunakan cooperative learning model
Purwakarta pada penerapan pembelajaran terpadu TGT (Team Game Tournament)
model webbed pada pembelajaran perbandingan dan Kelebihan :
skala, membaca dan pranata sosial pada awalnya cukup -proses belajar mengajar berlangsung
dengan keaktifan dari siswa
mengalami kesulitan karena kondisi kelas yang kurang -mendidik siswa untuk bersosialisasi dengan
representatif jika dibandingan dengan jumlah siswa, orang lain
-motivasi belajar lebih tinggi
namun dengan rencana yang matang, pembelajaran yang -hasil belajar lebih baik
mengacu pada rencana yang konsisten dan sentuhan
Kekurangan :
improvisasi guru yang tepat, pembelajaran berlangsung -masih adanya siswa berkemampuan tinggi
dengan lancar dan baik sehingga secara keseluruhan kurang terbiasa dan sulit memberikan
penjelasan kepada siswa lainnya sehingga
dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar sulit untuk mengelompokkan siswa
siswa mengalami peningkatan yang cukup pada ketiga
mata pelajaran. Siswa SDN Nagrikaler 2 Purwakarta
telah dinyatakan lulus KKM pada ketiga mata pelajaran
dengan demikian pembelajaran terpadu model webbed di
kelas IV Nagrikaler 2 Purwakarta telah berhasil
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
pembelajaran perbandingan dan skala, membaca dan
pranata sosial.

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL


BELAJAR SISWA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE
TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)

N Sari, T Junanto - Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran


Khatulistiwa

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan


aktivitas belajar dan hasil belajar siswa Kelas X TKR D
SMK Putra Khatulistiwa Pontianak pada materi Reaksi
Redoks melalui model kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT). Bentuk penelitian yang digunakan
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek
penelitian adalah siswa Kelas X TKR D SMK Putra
Khatulistiwa Pontianak. Adapun instrument yang
digunakan dalam penelitian ini berupa lembar observasi
dan tes hasil belajar. Tindakan dalam penelitian ini
terdiri dari 2 siklus dengan materi konsep redoks dan
bilangan oksidasi pada siklus I dan reaksi redoks dan
reaksi autoredoks pada siklus II. Setiap siklus terdiri
dari beberapa tahap yaitu perencanaan, implementasi
tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian
menunjukkan adanya peningkatan terhadap aktivitas
belajar pada siklus I dan II sebagai berikut : visual
activities (87,50% dan 100%), oral activities bertanya
kepada guru (15,63% dan 56,25%), oral activities
bertanya kepada teman (50% dan 87,50%), dan writing
activities (87,50% dan 100%). Hasil penelitian juga
menunjukkan adanya peningkatan terhadap hasil
belajar pada siklus I dan II yaitu sebesar 53,13% dan
68,75%.

Hasil wawancara:

Ketua komite SMKN 1 Sengah Temila


(Bpk Aliang, S.Pd., M.Pd)

- perlu adanya upaya untuk meningkatkan motivasi


siswa

- memberikan siswa pemahaman akan pentingnya


pendidikan

- guru sebisa mungkinmengakomodir apa yang menjadi


kebutuhan siswa di dalam kelas

- beberapa guru harus diberikan pelatihan terkait


advance material dan HOTS

Anda mungkin juga menyukai