Anda di halaman 1dari 13

22 (1) (2020) 1-4

Jurnal Dinamika Sosial Budaya

http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

Pendidikan Seksual Terhadap Moralitas dan Ketahanan Psikologi


Remaja

Dini Safitri, Kaila Andrena Yogiswara, Annisa Septi Savitri, Raghyl Syifa Sayidina, Haekal
Ath-tha Ariq Ruhyana

Ilmu Komunikasi, Universitas Negeri Jakarta, Indonesia

DOI: http://dx.doi.org/10.26623/ jdsb.v21i2.1698

Info Artikel Abstrak


___________________ ____________________________________________________________
Sejarah Artikel:
Pendidikan seks merupakan hal yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan guna
Disubmit 6 April 2020
Direvisi 16 Mei 2020 mengolah kemampuan dan cara berpikir, termasuk dalam aspek seksual. Terdapat celah atau
Disetujui 7 Juni 2020
kerentanan pada zaman teknologi seperti sekarang ini terhadap informasi yang salah dan
___________________
Keywords:
beredar luas di internet mengenai seks. Tentu hal ini memiliki dampak psikologis bagi
Sex Education, Sex, Child,
Education Penulisan ini bertujuan mengetahui dampak dari pendidikan seksual dalam
mereka.
_______________________
membentuk moralitas dan ketahanan psikologi pada remaja . Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan menggali berbagai informasi mengenai pendidikan seks remaja
kepada organisasi PIK R Atenna UNJ. Maka diperoleh hasil bahwa Pendidikan seksual
dibutuhkan agar dapat menjembatani rasa keingintahuan pada anak mengenai hal yang
berhubungan dengan seksual dengan cara pemberian informasi mengenai seksualitas yang
benar, tepat, dan lengkap, serta disesuaikan dengan kematangan dan kesiapan.

Abstract
____________________________________________________________
Sex education is very important in all aspects of life in order to cultivate abilities and ways of
thinking, including the sexual aspect. There are gaps or vulnerabilities in today's
technological age to misinformation and widely circulating on the internet about sex. Of
course this has a psychological impact on them. Thus, this paper aims to determine the
impact of sexual education in shaping morality and psychological resilience in adolescents.
This study uses a qualitative approach by exploring various information about adolescent sex
education to the PIK R Atenna UNJ organization. Thus, it is obtained that sexual education
is needed in order to bridge the curiosity of children regarding matters related to sexuality
by providing information about sexuality that is correct, appropriate, and complete, and
adjusted to maturity and readiness.
p-ISSN 1410-9859

Alamat Korespondensi:
E-mail: KailaAndrenaYogiswara_1410620023@mhs.unj.ac.id
e-ISSN 2580-8524

1
Jurnal Dinamika Sosial Budaya 22 (1) (2020)

2
Jurnal Dinamika Sosial Budaya 22 (1) (2020)
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah "panggulawentah" yang berarti mengolah atau mematangkan pikiran, kemauan,
dan watak dalam Jawa. Pendidikan adalah usaha sadar dan sengaja untuk mewujudkan suasana belajar
dan belajar dimana peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk mengembangkan
kekuatan agama dan spiritual, pengendalian diri, dan budi pekerti dalam rangka mencerdaskan diri lahir
dan batin serta di lingkungannya sebagai dijelaskan di atas.
Ada beberapa jenis pendidikan, salah satunya pendidikan seks, yang sangat penting dalam
masyarakat saat ini. Ada banyak pembahasan yang dapat ditemukan dalam permasalahan ini. Psikolog,
dokter, dan masyarakat umum tidak mampu memahami situasi tersebut. Aktivitas seksual yang dilakukan
perempuan sejak kecil disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang menyebabkan
adalah gizi yang terpenuhi dengan baik, yang menyebabkan perkembangan fisik dan seksual anak lebih
cepat tumbuh, namun tidak seimbang dengan kondisi mental yang belum cukup berkembang dengan baik
Faktor eksternal, di sisi lain, termasuk kemajuan teknologi dan informasi internet. Ada banyak sekali
video dan jenis gambar porno yang mudah didapatkan dari lokasi manapun. Selain itu, terdapat berbagai
perubahan sosial yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat, seperti pola-pola seksual
tradisional (Jaelani 2019).
Pengetahuan remaja tentang seks ini yang ditawarkan oleh teman-teman seusianya melalui
lelucon-lelucon kotor, yang mendapatkan jawaban yang salah atau emosi negatif. Banyak orang yang
berada di ambang pubertas tidak memahami fakta tentang seksualitas, sehingga mereka tidak dapat
membantu mereka. Misalnya, 2/3 anak laki-laki memiliki pemahaman dasar tentang seks sebelum orang
tua menjelaskannya kepada mereka. Pendidikan seksual menjadi solusi yang paling penting dalam
mengatasi permasalahan yang ada pada permasalahan ini. Jadi, pada saat yang tepat, memberikan
pendidikan seksualitas kepada anak-anak kemungkinan besar akan membantu mereka memahami apa
yang benar dan salah. Pengenalan seks pada remaja anak dapat dilakukan dengan menggunakan anatomi
tubuh. Setelah itu, naik pada tingkat pendidikan mengenai cara makhluk hidup berkembangbiak, yaitu
manusia dan binatang. Chomaria (2014).
Pendidikan seksual ini upaya atau solusi meningkatkan moralitas anak. Untuk membantu anak
dalam mengembangkan organ seksualnya atau untuk menjamin keselamatan masyarakat umum dari
kerusakan akibat perbuatan seksual. Oleh karena itu, pendidikan seks harus disebarluaskan secara hati-
hati agar anak berkembang akhlak yang baik. Moralitas dan seksualitas adalah kata kunci dalam judul
yang harus dijelaskan. Seksualitas, dalam bentuknya yang paling dasar, adalah keadaan di mana
seseorang dapat dan tidak dapat melakukan aktivitas seksual. Konsep ini melampaui prasyarat materi
yang ada sebagai arena darurat, seperti masalah ekonomi, politik, sosial, dan agama. Moralitas, di sisi
lain, disebut dalam bagian ini, sebagai "nilai standar" tentang apa yang dapat diterima dan tidak dapat
diterima dalam suatu masyarakat tertentu. Seksualitas dan moralitas akan dibahas dalam debat tentang
apa yang ada dan apa yang tidak realisasi politik seksualitas di seluruh negara (Rohmaniah 2021).
Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Leafio Rinta pada tahun 2015, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan seks berpengaruh positif terhadap psikologi remaja. Remaja berhasil
menjalani masa remajanya tanpa efek negatif dari pergaulan bebas dan seks pranikah. Pendidikan seks
ketahanan remaja adalah tentang mengembangkan sikap positif untuk menghadapi seks prapubertas dan
pranikah. Pentingnya pendidikan seks semacam ini bagi ketahanan mental remaja adalah untuk
mengembangkan remaja yang kuat dengan pengetahuan pendidikan seks yang memadai dan kemampuan
untuk menghindari aktivitas seksual dini. , empati, efikasi diri, dan remaja dengan keterampilan
menemukan masalah dan memecahkan masalah, intuisi ciptakan masa depan yang baik untuk diri. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mempelajari tentang efek pendidikan seksual pada moralitas individu dan
kesejahteraan psikologis. Menanamkan rasa ingin tahu remaja tentang seksualitas melalui informasi dan
pendidikan, dan untuk memastikan bahwa remaja memiliki sikap positif terhadap masalah seksual.

3
Jurnal Dinamika Sosial Budaya 22 (1) (2020)
Pendidikan kesehatan menghasilkan manfaat untuk terciptanya remaja yang bermoral baik dan ketahanan
psikologis yang terbentuk pada anak (Rinta 2015).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini akan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang tidak menggunakan perhitungan atau disebut penelitian ilmiah yang menekankan pada
hakikat sumber data. Sugiyono (2015: p 209) menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif digunakan
oleh peneliti dalam kondisi objek yang alami.

Penelitian ini menggunakan deskriptor kualitatif berdasarkan teori yang digabungkan dengan
jenis penelitian tertentu. Dalam penelitian ini, fokusnya adalah pada objek tertentu yang sedang diselidiki
sebagai masalah. Data dari studi kasus tersedia untuk semua pihak yang berkepentingan. Topik penelitian
adalah sumber data yang berkaitan dengan masalah penelitian yang diteliti. Pendekatan pengambilan
argumen penelitian menggunakan sampling positif yang dimiliki dengan pertimbangan dan tujuan
tersebut. (Sugiyono, 2015: p 216). Peneliti sebagai topik penelitian kriteria adalah orang-orang yang akan
mengatasi dan membantu korban, memperoleh pengetahuan dan pemahaman informasi terkait penelitian.
Data penelitian ini tersedia dari semua organisasi yang berpartisipasi. Studi kasus adalah kumpulan fakta
yang dapat digunakan untuk memberikan informasi tentang studi kasus tertentu. Cara menggunakan kasus
studi dengan memanfaatkan model tersebut yang dimiliki dengan pertimbangan dan harapan. (Sugiyono,
2015: p 216).

Secara umum subyek penelitian adalah organisasi PIK R (Pusat Informasi Konseling Remaja)
Atenna UNJ. TRIAD KRR (sexualitas, HIV dan AIDS serta Napsa), keterampilan hidup (life skills), dan
Genre adalah salah satu wadah yang dikembangkan dalam program Genre, dengan dikelola oleh, dan
untuk Remaja guna memberikan pelayanan informasi. Adapun beberapa kriteria yang kami butuhkan
dalam memperoleh data yang dibutuhkan, yaitu, orang-orang yang paham dan mengerti tentang
pendidikan seksual terhadap moralitas, orang yang berpengalaman dalam mengatasi dan pernah membantu
korban seksual, orang yang pernah terlibat atau anggota organisasi PIK R Atenna atau Prodi Psikologi
yang menangani konseling remaja.

No. Informan Keterangan


1 Muhammad Gofahrul Ikhsan Anggota PIK R Atenna
2 Sabrina Farah Anggota PIK R Atenna
3 Salma Az-Zafira Anggota PIK R Atenna
4 Dina Rafa Z Anggota PIK R Atenna
5 Tika Wulandari Anggota PIK R Atenna

4
Jurnal Dinamika Sosial Budaya 22 (1) (2020)
HASIL DAN PEMBAHASAN

Manusia Sebagai Makhluk Bermoral

Martabat manusia sebagai pribadi yang benar adalah salah satu aspek dari makna moral yang dicapai
manusia sebagai makhluk yang diciptakan sebagai makhluk, karena manusia dengan akal mampu
memaknai setiap perbuatannya. Manusia akan menggunakan akal dan kehendak bebas, dan dengan
kemampuan ini, ia dapat menciptakan seperti Tuhan. Manusia memiliki kemampuan kreatif melalui
perasaan yang mereka miliki, dan kemampuannya sebagai pencipta untuk membawanya pada kebenaran
baru. Ia juga bisa memahami atau memahami keberadaan dirinya sendiri. Terlepas dari kenyataan bahwa
manusia mampu menjadi pencipta, ia adalah makhluk bermoral, yang didefinisikan sebagai kemampuan
seseorang untuk mengidentifikasi dirinya sebagai makhluk bermoral. Moralitas diartikan sebagai nilai dan
norma yang jatuh ke tangan individu atau kelompok kelompok dalam regulasi perilaku. Moralitas
digunakan sebagai pedoman remaja menjadi pribadi yang dewasa, karena moralitas dapat mengontrol
perilaku remaja. Ketika remaja memiliki sedikit kendali atas diri mereka sendiri, mereka memiliki
mengarah pada tindakan tidak bermoral. Beberapa bentuk perbuatan asusila pada Remaja merupakan
gangguan seksual yang berhubungan dengan masalah seksual pada remaja seperti homoseksualitas,
prostitusi, inses; dan kenakalan remaja terkait dengan pelanggaran norma sosial, seperti penggunaan obat-
obatan terlarang, serta pelanggaran prinsip moral. Moralitas menjadi patokan dalam menilai baik atau
buruknya seseorang. Jika seseorang baik, mereka akan dicap sebagai orang yang bermoral, dan jika mereka
dicap sebagai orang yang tidak bermoral, mereka akan dicap demikian. Moralitas mengandung nilai yang
berlaku dan umum dalam waktu yang cukup lama untuk menilai baik atau buruknya seseorang dimata
masyarakat, hal ini dapat menjelaskan. Moralitas juga dipahami sebagai keseluruhan asas atau nilai yang
berkaitan dengan perilaku seseorang.

Memahami Seksualitas Manusia Integral

Memahami integritas seksualitas dimulai dengan memahami makna seksualitas manusia. Ini hanya berarti
apa yang dapat dilihat manusia secara keseluruhan, seperti mengekspresikan diri dalam dua cara yang
berbeda, tetapi kemampuan ini melengkapi seksualitas pria dan wanita. Pertanyaan utamanya adalah untuk
memilih antara dua hal: laki-laki atau perempuan. Wanita, kita hanya dapat menemukan setengah dari apa
yang kita butuhkan untuk seksualitas manusia. Dengan kata lain, identitas gender laki-laki atau perempuan
hanya mengungkapkan separuh dari makna tersembunyi seksualitas manusia. Spesies manusia dicirikan
oleh dua jenis kelamin yang saling melengkapi, bukan karena kebetulan tetapi karena rancangan ilahi. Oleh
karena itu, maksud dan maknanya adalah untuk menggambarkan ciptaan dalam istilah-istilah yang
memiliki makna tersembunyi sebagai makhluk seksual. Dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai orang
Timur, kata seks hampir selalu negatif. Ketika Anda mendengar kata "seks", Anda memikirkan hubungan
antara seorang wanita dan seorang pria atau pasangan. Gender berarti jenis kelamin dalam bahasa. Seks, di
sisi lain, begitu luas sehingga tidak hanya tentang aspek negatif kehidupan. Namun, fokus pada seks berarti
fokus pada kesehatan reproduksi, anatomi, fisiologi sistem reproduksi, penyakit menular seksual, dan
banyak lagi. Semua perspektif biologis, psikologis, medis dan sosial dapat digunakan untuk
mendefinisikan gender. Istilah seks merupakan istilah yang digunakan oleh remaja untuk menggambarkan
orang yang sering menerima informasi seksual melalui media massa seperti televisi, internet, dan majalah.
Persepsi remaja tentang seks tidak berbeda dengan masyarakat.

5
Jurnal Dinamika Sosial Budaya 22 (1) (2020)

Peran Pemberian Informasi Seksualitas

Untuk menyelidiki perubahan kesejahteraan fisik, mental, dan emosional yang terkait dengan masalah
remaja. Pendidikan seks remaja harus diisi dengan materi yang berkaitan dengan gejalagejala yang
dihadapi pada masa transisi, artinya orang tua cenderung acuh terhadap permasalahan yang dihadapi
remaja transisi. Haid pada anak perempuan dan bercahaya (mimpi basah) pada remaja, rambut, penis dan
payudara, dll. Dengan hadirnya materi pendidikan seks remaja, harapannya halhal yang tidak bisa
dipelajari anakanak di rumah juga bisa diajarkan di sekolah. Selain itu, pengetahuan seksual, yang
mempengaruhi harga diri, kecerdasan, dan kemungkinan hubungan sosial, diharapkan lebih banyak akal
bagi remaja untuk mengenali dan mempercayai teman, serta memahami interaksi sosial dengan teman,
kesalahan seksual, dan penyimpangan dapat merusak kesehatan dan tubuh. Selain itu, pendidikan seks
harus memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang penyimpangan dan penyimpangan
seksual untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental. Kecanduan pornografi, pacaran untuk peluk dan
cium, phone sex, dan berbagi foto bugil adalah kesalahan dan penyimpangan tersebut. Remaja yang belajar
kehilangan kehilangan fokus dari materi yang diberikan gurunya karena kecanduan pornografi. Hal ini
hampir pasti akan mengakibatkan kemantapan remaja. Akibatnya, remaja harus memberikan informasi
tentang pornografi yang dapat menyebabkan kecanduan dan, pada gilirannya, dapat digunakan untuk
memanipulasi pikiran dan waktu. pergaulan bebas dampak ketiga, perilaku seksual dini Remaja harus
diberitahu tentang efek negatif dari perilaku bebas dan seksual, KTD, aborsi, HIV/AIDS, putus sekolah,
penyakit seksual, dan PMS adalah contoh-contoh isu bebas dan seksual. Sebab, meski ada argumentasi
biologis yang menekankan pentingnya kesehatan reproduksi,masih banyak wanita yang tidak menyadari
faktor-faktor yang dapat menyebabkan represi dan konsekuensi negatif lainnya dari aktivitas seksual.
Remaja yang memiliki pengetahuan tentang segala hal yang dapat menyebabkan kehamilan beserta
risikonya telah mengetahui cara menghindari kehamilan salah satunya dengan pengendalian diri dalam
menghindari seks bebas Pilihan lainnya termasuk selalu menyadari risiko dan tanggung jawab yang harus
ditangani jika Anda sedang hamil atau curiga Anda hamil. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari rasa
ingin tahu pada remaja akan menjawab informasi terkait seksualitas yang diberikan kepada remaja.
Menurut salah satu temuan penelitian, informasi tentang seksualitas yang diperoleh dari berbagai sumber
terpercaya berdampak positif dalam mengurangi stigma yang melekat pada seksualitas

Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter secara umum, berasal dari istilah "karakter" atau "watak, budi pekerti, ataupun akhlak"
memiliki arti penekanan pada unsur-unsur psikososial yang berhubungan dengan pendidikan serta
lingkungan sosial. "Bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, tingkah laku, kepribadian, budi pekerti,
tempramen, budi pekerti," menurut Depdiknas. Kepribadian, tingkah laku, watak, budi pekerti, dan watak
adalah karakter. Menurut Lickom Yunani Aristoteles (2012: 81). Sifat yang baik tentang cara hidup dengan
benar-benar berperilaku terhadap diri dan orang lain. Bajik kehidupan meliputi pusat-pusat pada diri
sendiri (seperti pengendalian diri dan modernisasi) dan nikmat bagi orang lain (seperti kemurahan dan
kasih sayang), dengan kedua jenis saling berhubungan tersebut. Karakter adalah cara berpikir dan bertindak
yang menjadi ciri khas seseorang untuk menjalani hidup dan bekerja sama, baik di lingkungan keluarga,
masyarakat, bangsa, atau negara. Karakter meliputi kepribadian, tingkah laku, budi pekerti, dan watak,
menurut Lufri dan Festiyet (20011:2). Individu dengan karakter yang baik tahu sebagaimana memahami
suatu keputusan dan bersedia menerima konsekuensi atau resiko dari keputusan yang diberikan kepada
mereka. Pendidikan karakter adalah bentuk pemahaman dan mengetahui nilai-nilai luhur kehidupan yang
dihasilkan dari tatanan budaya, agama, dan bangsa, seperti: nilai moral, nilai etika, hukum, nilai karakter,
yang satu terwujud dalam sikap, perilaku, dan kepribadian sehari-hari untuk bisa membedakan yang satu

6
Jurnal Dinamika Sosial Budaya 22 (1) (2020)
dengan yang lainnya (Hidayat, 2012). Pendidikan orang tua diartikan sebagai pendidikan yang
mengembangkan nilai-nilai diri siswa yang memiliki nilai dan karakter sebagai karakter sendiri, nilai-nilai
diri ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. dan tindakan.” Dalam konteks psikologi dan pekerjaan
sosial, semua proses dapat dikategorikan sebagai: olah Hati (pertumbuhan spiritual dan emosional), dan
Olah percaya.

Peran Pembentukan Sikap Positif Remaja

Masa usia manusia sebagai remaja adalah masa yang paling pas untuk mendapatkan pendidikan seks
karena masa ini adalah masa dimana manusia sebagai remaja mengalami berbagai perubahan yang
signifikan secara fisik dan psikis. Orang tua harus sigap dan aktif atau sesegera mungkin dalam mencegah
serta mengantisipasi hal-hal yang mungkin terjadi sebelum hal tersebut nantinya nyata terjadi pada anak-
anaknya. Masa remaja adalah masa dimana mereka memoersiapkan berbagai macam perubahan atau
transisi dari tadinya masih kanak-kanak menjadi orang dewasa, dari 12 hingga 18 tahun, yang ditandai
dengan kematangan fisik dan intelektual. Pada masa ini, remaja sudah siap menerima dan mencerna apa
yang diajarkan. Remaja mulai melihat perubahan fisik yang berkaitan dengan proses biologis pematangan
gender. Pada periode ini kita juga menyaksikan perkembangan kepribadian, intelektual, psikoseksualitas,
emosionalitas yang mengkondisikan perilaku remaja, dan aspek psikososial yang berkaitan dengan
berfungsinya seseorang dalam lingkungan sosial, yaitu pemutusan dari kecanduan orang tua, pembentukan
proyek kehidupan dan pembentukan sistem nilai. Oleh karena itu, masa remaja merupakan masa masuk
yang sangat rentan terhadap nilai-nilai didaktik yang destruktif. Nilai destruktif bisa masuk melalui
asosiasi. Karena cara tersebut dijadikan sebagai peran yang berpengaruh dalam pengembangan
pengetahuan remaja yang positif. Peran serta sikap yang dimiliki remaja berkait erat dengan situasi apa
yang sedang remaja alami dan hadapi termasuk dalam mencerna apa itu perilaku dini dan pranikah. Akan
hal ini, terdapat dua cara yang bisa dilakukan. Pertama, kami mengajak generasi muda untuk mencurahkan
tenaga dan waktunya untuk hal-hal yang positif. Mungkin ada orientasi seksual yang tidak biasa, sebagian
karena penasaran dan lebih banyak waktu luang. Seorang remaja yang ingin tahu tentang hal-hal lain selalu
dihadapkan dengan rasa ingin tahu tentang hal-hal lain. Ini bukanlah jawaban yang muncul di benak
seorang remaja dari orang tua, guru, atau lingkungan. Hal ini mengarahkan remaja untuk mencari jawaban
sendiri, yang tidak selalu mudah dan kemungkinan besar akan dilanggar. Masa tenang yang lama dan
banyak remaja yang tidak tahu apa yang mereka lakukan membawa banyak rasa ingin tahu, sehingga tidak
banyak remaja yang tidak menggunakan waktu sadar mereka untuk mengakses pornografi di internet.
Remaja yang kurang memiliki pengetahuan pendidikan seks menghabiskan waktu untuk mengakses
pornografi dan melampiaskan rasa ingin tahunya melalui masturbasi dan tindakan seksual lainnya. Remaja
membuktikan dan mengajarkan bahwa kebebasan dan perselingkuhan memiliki efek negatif. Remaja yang
mampu mengendalikan diri dalam hal-hal yang berhubungan dengan seks yang disebabkan oleh
perkembangan hormonal membentuk remaja yang mampu mengendalikan diri dalam hal-hal yang
berkaitan dengan risiko dan tanggung jawab, oleh sebab itu seorang remaja perlu adanya bimbingan dan
pengawasan dalam pembentukan sikap.

Perkembangan Psikologi Remaja

Perkembangan dan pertumbuhan psikologis adalah perkembangan psikologis yang berbeda dari seseorang.
Gunarsa mengatakan psikologis perkembangan sebenarnya akan diberikan oleh faktor fisiologis. Proses
genetika dan pematangan yang memantau pertumbuhan dan perkembangan digunakan untuk menentukan
faktor fisik ini. Berbicara tentang pendidikan seks, kita tidak hanya berbicara tentang pedagogi, tetapi juga
tentang psikologi, yang terkadang berbicara dengan sangat jelas tentang kepribadian dan perkembangan
kepribadian. Ilmu psikologi yang harus relevan adalah pengetahuan tentang teknik atau metode yang baik
dalam menyajikan materi pendidikan seks, dengan memperhatikan usia dan tingkat intelektual seseorang.

7
Jurnal Dinamika Sosial Budaya 22 (1) (2020)
Masa remaja juga merupakan masa emosi ketidakseimbangan gejolak. Karena itu, remaja sangat mudah
dipahami dalam konteks sosial. Remaja terpengaruh dengan munculnya kekecewaan. Remaja saat ini
menghadapi masa krisis dimana individu mengalami peningkatan konflik atau dilema moral. Masalah seks
pranikah adalah salah satu dari beberapa dilema moral remaja. Temuan penelitian yang dilakukan oleh
Kepala Kantor Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan bahwa seks sebelum nikah
merupakan faktor risiko kanker remaja. 68 persen pria Indonesia melakukan hubungan seks di luar nikah,
menurut sebuah penelitian. Penelitian dilakukan pada tahun 2009 di beberapa kota besar seperti Jakarta,
Surabaya, dan Bandung. Karena imajinasi diciptakan dari kanak-kanak, mereka masih belum bisa
membedakan antara realitas dan realitas imajinasi pada masa remaja awal. Saat ini, remaja awal lebih
kritis, abstrak, bebas, dan hidup bebas. Karena pemikiran yang baru, mereka memiliki keinginan yang kuat
untuk mengerti. Pemahaman konsep diri sangat penting bagi remaja awal, terutama dalam tindakannya
terhadap sosial lingkungan. Remaja awal emosi lebih cepat karena emosinya cenderung menarik diri dari
kehilangan masyarakat, semangat, merasa bersalah dan frustrasi ketika sesuatu mengancam mereka. Ketika
mereka mencapai akhir masa remaja, mereka ditanya "mengapa", "apa", dan "bagaimana" berdasarkan
pemikiran matang, kekuatan membuka cakrawala kognitif dan sosial baru untuk mengembangkan pikiran
pada masa remaja akhir. Pemikiran mereka menelaah pemikirannya, pemikiran orang lain, dan apa
pemikiran orang lain tentang dirinya, dan mereka cenderung memaknai dan menyatukan dunia sosial.
Pengalaman remaja akhir tertarik untuk mengembangkan berbagai kesempatan kerja. Mereka memiliki
pemikiran yang tajam dalam abstrak pemikiran, dan mereka menikmati debat, diskusi, dan pemikiran bebas
berdasarkan ide atau konsep yang telah dibahas sebelumnya. Remaja juga lebih egois, sedangkan anda
memiliki tingkat pengetahuan fakta yang lebih tinggi secara teratur. Takut, marah, dan cinta ditunjukkan
secara emosional. Emosi yang tinggi juga harus diterima dengan pengawasan orang lain, karena tanpa
adanya sebuah pengawasan dari orang lain, emosi seorang remaja bisa melewati batas.

Implikasinya terhadap ketahanan psikologi remaja

Pertama, adanya pengetahuan yang cukup tentang pendidikan seks. Seorang pelapor penelitian mengatakan
remaja dengan kesehatan mental cukup cerdas dan berpengetahuan untuk mencegah efek negatif dari seks.
Yang kedua akan menghindari perilaku negatif dan efek negatifnya. Hasil wawancara menunjukkan bahwa
pendidikan seks sadar akan prevalensi kehamilan yang tidak diinginkan pada masa remaja dan angka putus
sekolah yang disebabkan oleh perilaku seksual. Itu karena remaja bisa semakin mampu mengidentifikasi
dirinya.

Pentingnya Pendidikan Seksual Diberikan Kepada Remaja Dalam Membentuk Moralitas dan
Ketahanan Psikologi Remaja

Pendidikan seks bagi remaja memegang peran yang begitu penting didalam kehidupan ini. Seperti yang
Anda ketahui, masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja berusia antara 12 dan 24 tahun. Pendidikan seks remaja dini
bertujuan untuk mengenalkan remaja pada fungsi-fungsi organ seks sehingga dapat memahami dan
bertanggung jawab atas apa yang mereka miliki, dan akan mendapat bimbingan agar tidak ada
penyimpangan perilaku seksual.

“Sangat penting, pendidikan seksual bisa diawali oleh keluarga atau orang tua dengan memberi edukasi
mengenai seks seiring dengan perubahan fisik dan hormonal dari masa anak anak ke masa remaja. dengan
menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi pada anak adalah hal yang wajar, akan membuat anak
memiliki kepercayaan diri dan tidak perlu khawatir terhadap perubahan tersebut” (MGI)

8
Jurnal Dinamika Sosial Budaya 22 (1) (2020)
“Sangat penting, pendidikan seksual dapat membantu remaja memahami konsekuensi dan dampak dari
segala aspek apabila dia melakukan sebuah kegiatan seksual, selain itu pendidikan seksual dapat
mengedukasi remaja terkait kesehatan organ reproduksi dirinya sendiri.” (SFA)

“Penting, pendidikan seksual seharusnya tidak diajarkan saat remaja. Akan tetapi diajarkan sejak usia
masih kecil. Pada usia anak - anak bisa diajarkan mana yang boleh dipegang dan tidak boleh dipegang
oleh si anak. Dari situ sudah termasuk, mengajarkan pendidikan seksual.” (TW)

Cara Memberikan Edukasi yang tepat kepada remaja dalam Hal Seksualitas

Orang tua dan keluarga harus menjadi yang pertama memberikan pendidikan seks kepada anak. Namun,
banyak orang tua yang memandang pendidikan seks sebagai hal yang tabu. Memang, pendidikan seks
penting untuk mencegah anak salah persepsi tentang seksualitas. Jika orang tua tidak mengajari anak-
anaknya tentang seks, sudah pasti anak-anak mereka akan mempelajarinya dari tempat lain.

“Pemberian edukasi dalam hal seksualitas bisa dimulai ketika proses transisi dari anak anak ke masa
remaja dengan memperkenalkan anggota tubuh yang vital untuk tidak boleh dilihat dan disentuh oleh orang
lain.” (MGI)

“Kalau ke remaja, dalam bentuk sosialisasi sepertinya udah bisa diterima informasinya ya, karena kan
remaja juga udah cukup matang dalam hal memproses informasi. Atau mungkin bisa juga berbentuk
sharing session, atau menggunakan Pendidik Sebaya agar remaja lebih bisa menerima infonya (tdk merasa
seperti digurui)” (DRZ)

“Bisa melalui sebuah workshop terkait pendidikan seksual yang dimana workshop tersebut secara dua arah
dan tidak menggurui si remaja.” (TW)

Penyebab terjadinya Prilaku pelecehan seksual serta turunnya tingkat moralitas di kalangan remaja

Perilaku pelecehan seksual dapat terjadi akibat minimnya pendidikan seksual terhadap masyarakat dan
mudahnya akses terhadap konten pornografi. sehingga remaja dengan mudah mencari tahu sendiri hingga
mengalami kecanduan terhadap konten pornografi yang tidak sehat. masyarajat tidak hanya kalangan
remaja saja, masih banyak yang tabu terhadap pendidikan seksual. Dan banyak korban yang tidak berani
melapor jika mengalami pelecehan seksual. Padahal apabila korban berani melapor kepihak berwajib,
maka selanjutnya akan timbul laporan-laporan yang sejenis yang dapat diselidiki kasusnya.

Penyebab turunnya tingkat moralitas di kalangan remaja karna perkembangan teknologi dan zaman.
Semakin banyak budaya yang masuk dan mudah diserap oleh remaja. Seperti contoh pada anak SD
sekarang jauh lebih mengenal dan paham akan teknologi. Selain itu dapat disebabkan oleh masyarakat
yang mengedepankan individualistis sehingga kurangnya kepedulian terhadap lingkungan sekitar dan juga
kepada sesama. Jadi, mengkontrol moral dari keluarga dan lingkungan sekitar terutama pada remaja
menjadi hilang akibat kesibukan individu, hal ini bisa berakibat fatal, karena kurangnya pengawasan dari
keluarga terutama orang tua.

“Perilaku pelecehan seksual dapat terjadi akibat minimnya pendidikan seksual terhadap masyarakat dan
mudahnya akses terhadap konten pornografi. sehingga remaja dengan mudah mencari tahu sendiri hingga
mengalami kecanduan terhadap konten pornografi yang tidak sehat.” (SFA)

9
Jurnal Dinamika Sosial Budaya 22 (1) (2020)
“Perilaku pelecehan seksual juga dapat disebabkan karna trauma masa kecil, lingkungan dan pertemanan.”
(SA)

“Masyarakat tidak hanya kalangan remaja saja, masih banyak yang tabu terhadap pendidikan seksual. Dan
banyak korban yang tidak berani melapor jika mengalami pelecehan seksual. Padahal apabila korban
berani melapor kepihak berwajib, maka selanjutnya akan timbul laporan-laporan yang sejenis yang dapat
diselidiki kasusnya. Penyebab turunnya tingkat moralitas di kalangan remaja karna perkembangan
teknologi dan zaman. Semakin banyak budaya yang masuk dan mudah diserap oleh remaja. Seperti contoh
pada anak SD sekarang jauh lebih mengenal dan paham akan teknologi. Selain itu dapat disebabkan oleh
masyarakat yang mengedepankan individualistis sehingga kurangnya kepedulian terhadap sesama. Jadi,
kontrol kontrol moral dari keluarga dan lingkungan sekitar terutama pada remaja menjadi hilang akibat
kesibukan individu.” (TW)

Waktu yang tepat penanaman moral untuk mencegah terjadinya perilaku pelecehan seksual

Pendidikan moral ditanamkan sedini mungkin. bukan saat remaja, tapi diajarkan sejak kecil. Karena tidak
akan ada yang tahu apabila terjadi pelecehan seksual pada anak sehingga lebih baik mencegah agar anak
bisa menjaga dirinya dan juga terhindar dari perilaku tidak bermoral. Apabila pendidikan seksual tidak
diedukasi sejak kecil maka anak akan mencari tahu sendiri hingga terlepas dari pantauan orang tua.

"Memberikan pendidikan seks pada anak sedini mungkin begitu penting. dengan tujuan memenuhi rasa
ingin tahu pada anak, agar anak terhindar dalam perilaku menyimpang seksual, tidak bingung saat
memasuki usia pubertas, agar anak bisa menjaga organ reproduksi yang sangat penting untuk dijaga, serta
menghindari kehamilan yang dialami anak usia dini." (TW)

“Pendidikan moral ditanamkan sedini mungkin. bukan saat remaja, tapi diajarkan senak kecil. Karena tidak
akan ada yang tahu apabila terjadi pelecehan seksual pada anak sehingga lebih baik mencegah agar anak
bisa menjaga dirinya dan terhindar dari perilaku tidak bermoral. Apabila pendidikan seksual tidak
diedukasi sejak kecil maka anak akan mencari tahu sendiri hingga terlepas dari pantauan orang tua.” (SFA)

Bagaimana anak yang memiliki trauma terkait pelecehan seksual bisa pulih dari pengalaman
pelecehan seksual

Banyaknya pemberitaan tentang pelecehan seksual terhadap anak di media membuat kita dan masyarakat
waspada. Dalam hal ini, banyak ditemukan korban enggan seksual. Oleh karena itu, sebagai masyarakat
umum, kita harus mampu mengidentifikasi ciri-ciri anak yang menjadi korban seksual. Dampak kekerasan
seksual ini cukup serius, karena dapat berdampak panjang jika tidak ditangani dengan cepat, bahkan
sampai dewasa. Dampak yang terjadi tidak hanya dalam kesehatan, tetapi juga berdampak pada psikis
anak, dan menimbulkan suatu trauma pada anak (Noviana 2015)

“Dengan membawa anak tersebut ke psikolog dan psikiater untuk diberikan arahan untuk memulihkan
anak dari rasa trauma tersebut.”(SA)

“Menurut saya, seorang anak bisa pulih dari taruma dengan penanganan profesional seperti psikolog atau
psikiater, selain itu penting untuk mendapatkan bimbingan dan dukungan orang tua selama proses
recovery.”( SFA)

“Untuk pulih dari sebuah trauma baik itu trauma pelecehan seksual atau trauma yang lainnya, si korban
harus menerima kenyataan dan tidak menyalahkan diri sendiri, karena jika terus terusan menyalahkan bisa

10
Jurnal Dinamika Sosial Budaya 22 (1) (2020)
memperburuk psikis atau traumanya itu sendiri. Selain itu si korban dapat melakukan hal hal yang
disukainya. Dan hal yang paling terpenting orang orang terdekat atau sekitarnya membantu proses
penyembuhan trauma tersebut, karena jika dari orang sekitarnya saja tidak peduli bisa saja si korban
merasa dirinya sudah tidak ada yang peduli lagi dengannya.” (TW)

“Menurutku pribadi, harus ke profesional sih, entah psikolog atau konselor. Apalagi kalau pelecehannya
terjadi pada usia anak di bawah 9 tahun, itu pasti akan berpengaruh banyak ke kehidupan dia kedepannya.
Kalau sampai terjadi trauma pada anak, maka jalan terbaik yang harus dilakukan memang ke
profesional.”(MGI)

Pengaruh lingkungan

Pendidikan seks akan didapatkan dari tiga tempat pendidikan seperti sekolah, rumah, dan masyarakat.
Pendidikan seks bersumber dari lingkup dalam rumah, terutama orang tua atau wali yang menjadi garda
pertama dan terpenting. Ini karena orang tua dipandang sebagai pemimpin yang paling peduli dengan
kesejahteraan anakanak mereka di semua tahap perkembangan termasuk dari fisik, psikologis/emosional,
seksual, sosial, atau lainnya. Tanggung jawab yang diemban orang tua tidak hanya mencakup atau terbatas
pada kebutuhan materil saja, tetapi juga pada semua sektor yang menjadi fokus anak dalam proses tumbuh
kembang termasuk pendidikan seks. Namun, remaja seringkali mendapatkan bermacam-macam
pengetahuan atau informasi mengenai seksualitas dari banyaknya media massa, namun tidak hanya media
massa. remaja juga memperoleh informasi melalui media cetak yang banyak beredar. Serta mendapatkan
dari teman sebaya atau kerabat terkedat juga. Pendidikan seks bagi remaja dari sumber lain di luar
lingkungan rumah, seperti media massa dan teman sebaya, karena sebagian besar dari mereka tidak
mendapatkan pendidikan seks dari orang tuanya. Meskipun tabu bagi orang tua untuk membicarakan halhal
seksual, itu sebabnya mereka tidak menawarkan pendidikan pubertas. Keadaan ini mendorong remaja
untuk mencari berbagai informasi dan pengetahuan tentang seks dari sumber lain untuk memenuhi
kebutuhan seksualnya. Media massa dan rekanrekan atau kelompok adalah sumber tersebut. Lingkungan
juga mempengaruhi perilaku setiap orang, seperti para pelaku kekerasan seksual. Lingkungan tidak hanya
mempengaruhi masyarakat secara fisik, tetapi juga psikologis dan sosial. Survei menunjukkan bahwa
hampir tiga perempat remaja yang aktif secara seksual di penjara pernah mengalami perpisahan masa
kanak-kanak atau penganiayaan dan penelantaran orang tua, fisik atau keluarga. (Rohmah, Rifanda, and
Novitasari 2015)

Moralitas juga mempengaruhi lingkungan dan sangat mempengaruhi tingkat potensi pelecehan seksual.
Karena jika seseorang memiliki tingkat pemahaman moral yang tinggi, dia pasti tidak akan melakukan
perilaku yang melecehkan. (Rohmah et al. 2015).

KESIMPULAN

Pendidikan remaja akan seksualitas harus dipandang sebagai hal yang penting karena memberikan
dampak yang bernilai positif dan bermanfaat. Dengan pendidikan seksual yang diterima remaja secara
baik dan tepat akan menciptakan mental remaja yang memiliki ketahanan psikologi dan moral. Karena
pendidikan seks dapat membantu mereka dalam memecahkan pertanyaan dan permasalahan yang mereka
miliki seputar seksualitas yang mereka punya dengan solusi dan jawaban yang jelas, baik, dan konkret.
Pendidikan seks bukan bertujuan untun mendukung anak melakukan perilaku hubungan seksual,
melainkan menjelaskan fungsi serta makna dari seksual itu, dan konsekuensi yang akan dapat digunakan
jika menyalahgunakannya. Setelah anak menjadi remaja, mereka akan mampu mengorientasikan perilaku

11
Jurnal Dinamika Sosial Budaya 22 (1) (2020)
seksualnya melalui pendidikan seks agar tidak menyimpang dari norma yang ada dan dapat menghindari
hal-hal yang negatif. Dengan kata lain, remaja memandang pendidikan seks sebagai alat untuk mencegah
pelecehan seksual dan terlebih sebagai bekal untuk menghindari dari penyakit – penyakit seksual yang
akan menghampiri.

12
Jurnal Dinamika Sosial Budaya 22 (1) (2020)
DAFTAR PUSTAKA

Bennett, R. L., Davies, G. S., & Hidayana, M. I. (2018). Seksualitas di Indonesia. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.

Hidayat, Rahmat, S. Ag, and M. Pd. n.d. Buku Ilmu Pendidikan Rahmat Hidayat & Abdillah.

Indah, Dini, Yayi Suryo Prabandari, and Budi Wahyuni. 2018. “Asertivitas Remaja Terhadap Perilaku
Seksual Pranikah (Studi Kualitatif Pada Remaja Di Surabaya ).” Jurnal Kesehatan Masyarakat
2(2):229–40.

Jaelani, G. A. (2019). Dilema Negara Kolonial: Seksualitas dan Moralitas di Hindia Belanda Awal Abad
XX. Jurnal Patanjala, 11(1), 1-16.

Jatmikowati, T. E., Angin, R., & Ernawati, E. (2015). a Model and Material of Sex Education for Early-
Aged-Children. Cakrawala Pendidikan, (03), 434-448.

Nurhayati, Anissa, Nur Alam Fajar, and Yeni Yeni. 2017. “Determinant Premarital Sexual Behavior of
Adolescent in Senior High School 1 North Indralaya.” Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat 8(2):83–
90. doi: 10.26553/jikm.2016.8.2.83-90.

Nurkholis, N. (2013). Pendidikan dalam upaya memajukan teknologi. Jurnal kependidikan, 1(1), 24-44.

Ratnasari, R. F., & Alias, M. (2016). Pentingnya pendidikan seks untuk anak usia dini. Tarbawi
Khatulistiwa: Jurnal Pendidikan Islam, 2(2), 55-59.

Rinta, L. (2015). Pendidikan seksual dalam membentuk perilaku seksual positif pada remaja dan
implikasinya terhadap ketahanan psikologi remaja. Jurnal Ketahanan Nasional, 21(3), 163-174.

Rohmah, Nurur, Nuril Rifanda, and Kunti Novitasari. 2015. “Kekerasan Seksual Pada Anak: Telaah
Relasi Pelaku Korban Dan Kerentanan Pada Anak.” Jurnal Psikoislamika 12(2):1–6.

Rohmaniah, Siti. 2021. “Pendidikan Seks Bagi Remaja (Perspektif Abdullah Nashih Ulwan Dan Ali
Akbar).” Jurnal Dewantara 10(02):200–219.

Tampenawas, Alfons. 2020. “Problematika Moralitas Seksual Postmodern Menurut Perspektif 1 Korintus
6:12-20.” PASCA: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen 16(2):103–20. doi:
10.46494/psc.v16i2.96.

13

Anda mungkin juga menyukai