Anda di halaman 1dari 10

JMH e-ISSN.

2715-9728
p-ISSN. 2715-8039
Jurnal Medika Hutama
Vol 03 No 01, Oktober 2021
http://jurnalmedikahutama.com

Open Acces
A LITERATURE REVIEW: GAMBARAN PERWUJUDAN PUSKESMAS RAMAH DISABILITAS
PADA BEBERAPA WILAYAH DI INDONESIA
Sahfira Ulfa Hasibuan1 , Dumilah Ayuningtyas2
1 Mahasiswa Pascasarjana Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
2 Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Corresponding Author: Sahfira Ulfa Hasibuan, Program Studi Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia.
E-Mail: sahfiraulfa@gmail.com

Received July 27, 2021; Accepted July 29, 2021; Online Published October 04, 2021

Abstrak

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan pelayanan kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat.
Bagi Penyandang Disabilitas, fasilitas ini belum menjadi solusi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
optimal. Hal ini disebabkan karena kurangnya aspek-aspek yang memudahkan penyandang disabilitas dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan. Artikel ini memperlihatkan gambaran puskesmas ramah disabilitas dibeberapa
wilayah di Indonesia. Saat ini belum ada kebijakan mewajibkan suatu daerah memilki puskesmas ramah disabilitas
dan belum ada ketentuan pemerintah terkait kriteria puskesmas ramah disabilitas. Adapun puskesmas yang
diperlihatkan telah mendapat pengakuan dan kelayakan sebagai puskesmas ramah disabilitas, diantaranya Puskesmas
Lingsar Kabupaten Lombok Barat, Puskesmas Lendah 1 Kabupaten Kulon Progo, Puskesmas Salam Kecamatan
Bandung Wetan Kota Bandung dan beberapa puskesmas lainnya. Aspek yang diperhatikan pada artikel ini dalam
perwujudan Puskesmas Ramah Disabilitas adalah aspek pelaksana dan pembuat kebijakan, aspek aksesibilitas fisik
dan aksesibilitas non-fisik. Aspek pelaksana atau pihak yang dapat dilibatkan meliputi pemerintah, tenaga kesehatan,
organisasi atau lembaga penyandang disabilitas, keluarga penyandang disabilitas, tokoh masyakat, tokoh agama,
masyarakat pada umumnya. Aspek aksesibilitas fisik dapat meliputi kebutuhan-kebutuhan yang sesuai dengan fungsi
bagi penyandang disabilitas seperti guiding block, handrail, ramp, running text, Huruf braile, Tenaga Kesehatan,
Pendamping Disabilitas (GAPENTAS), loket pendaftaran yang disesuaikan dan sarana lainnya. Aspek aksesibilitas
non-fisik dapat meliputi pelatihan pendamping disabilitas, sosialisasi kepada masyarakat, program jemput bola,
pelatihan komunikasi bagi tenaga kesehatan dan lainnya.
Keywords: Penyandang Disabilitas; Puskesmas Ramah Disabilitas; Aspek Pelaksana dan Pembuat Kebijakan; Aspek
Fisik dan Non-Fisik.

PENDAHULUAN pelayanan kesehatan yang sama secara optimal.


Berdasarkan UU No 36 Tahun 2009 pasal 139, Negara
Penyandang disabilitas merupakan sebagai bagian
menjamin ketersediaan fasilitas kesehatan dan
dari warga negara Indonesia dan mempunyai hak,
menjamin penyandang disabilitas dapat hidup secara
tugas, kedudukan, dan fungsi yang sama dengan
sosial dan ekonomi yang mandiri dan produktif. Untuk
kehidupan dan kehidupan bangsa Indonesia lainnya.
mewujudkan kesehatan yang optimal bagi masyarakat,
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat (3)
termasuk penyandang disabilitas, dilakukan upaya
dijelaskan bahwa Semua orang, termasuk orang salah
kesehatan yang utuh dan menyeluruh baik berupa
satunya penyandang disabilitas berhak menikmati
1390
upaya kesehatan perorangan maupun upaya kesehatan penyandang disabilitas memiliki pengetahuan tentang
masyarakat berdasarkan prinsip nondiskriminatif, kondisi kesehatan mereka sendiri, dan juga petugas
partisipatif, dan berkelanjutan1. kesehatan mendukung serta melindungi hak dan
Berdasarkan data global, sekitar 15% penduduk martabat penyandang disabilitas4.
dunia adalah disabilitas atau lebih dari 1 miliar orang. Indonesia telah berupaya meningkatkan
Di antaranya, antara 110 sampai 190 juta orang dewasa pemahaman dan kesadaran terhadap penyandang
mengalami kesulitan yang signifikan dalam melakukan disabilitas dan mereka mempunyai hak yang sama, atas
fungsi tubuh. Diperkirakan 93 juta anak di bawah usia pelayanan publik, pendidikan dan pekerjaan, serta
15 tahun hidup dengan disabilitas sedang atau berat. tidak mendapat stigmatisasi dan diskriminasi dari
Jumlah penyandang disabilitas akan terus meningkat masyarakat lainnya. Pemerintah selanjutnya akan
seiring dengan pertumbuhan penduduk dunia. Sekitar mengupayakan agar semua pelayanan kesehatan dapat
82% penyandang disabilitas tinggal di negara diterapkan kepada penyandang disabilitas dengan
berkembang2. menghilangkan hambatan akses terhadap fasilitas
Penyandang disabilitas menghadapi banyak kesehatan, melatih tenaga kesehatan untuk memahami
kendala untuk mencapai kesehatan yang optimal. Para masalah disabilitas, termasuk hak-hak penyandang
penyandang disabilitas seringkali lebih rentan terhadap disabilitas dan memberi layanan khusus seperti
masalah kesehatan sehingga dapat menurunkan rehabilitasi 5.
kualitas hidup mereka. Selain itu, keadaan yang Salah satu pelayanan kesehatan yang dapat
membuat kesenjangan kesehatan dapat disebabkan meningkatkan kesejahteraan dan kenyamanan bagi
oleh fasilitas dan peralatan perawatan kesehatan yang penyandang disabilitas adalah Pusat Kesehatan
tidak dapat diakses, kurangnya pengetahuan di Masyarakat (Puskesmas). Adopsi dari prinsip
kalangan profesional kesehatan tentang perbedaan pelayanan kesehatan terhadap kebutuhan penyandang
spesifik di antara penyandang disabilitas, kesulitan disabilitas tentunya bertujuan agar terciptanya
transportasi, dan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi puskesmas ramah disabilitas. Puskesmas ramah
di antara penyandang disabilitas 3. disabilitas telah ada di beberapa wilayah di Indonesia.
Dalam rangka meningkatkan akses pelayanan Namun sampai saat ini belum ada peraturan
kesehatan bagi penyandang disabilitas, maka WHO pemerintah negara maupun dari Kementerian
menganjurkan beberapa strategi bagi negara-negara Kesehatan yang membuat ketentuan tentang
berkembang seperti membimbing dan mendukung puskesmas ramah disabilitas dan syarat-syarat suatu
Negara-negara Anggota untuk meningkatkan puskesmas dapat dikatakan sebagai puskesmas ramah
kesadaran akan isu-isu disabilitas, dan disabilitas. Pada DKI Jakarta sendiri, sudah ada Perda
mempromosikan inklusi disabilitas sebagai komponen Nomor 10 Tahun 2011 namun implementasi Perda
dalam kebijakan dan program kesehatan nasional, tersebut terkait perlindungan penyandang disabilitas
memfasilitasi pengumpulan data, penyebaran data dan belum berjalan secara optimal. Infrastruktur fisik di
informasi terkait disabilitas, mengembangkan puskesmas-puskesmas pada DKI Jakarta, rata-rata
pedoman untuk memperkuat layanan kesehatan, belum aksesibel bagi penyandang disabilitas termasuk
membangun kapasitas dan kerjasama di antara kesediaan tenaga khusus, dan fasilitas home visit juga
pembuat kebijakan kesehatan dan penyedia layanan, belum belum dilakukan oleh puskesmas. 6 Namun
mempromosikan strategi untuk memastikan bahwa terdapat beberapa peraturan daerah yang telah

1391
menyinggung dan membahas tentang puskesmas indikator Rintisan Puskesmas Ramah Disabilitas
ramah disabilitas, salah satunya Peraturan Walikota (RPRD). Bagi Puskesmas Lendah, sampai saat ini
Bandung No. 1439 Tahun 2018 tentang Pelayanan masih meningkatkan mutu petugas puskesmas dalam
7
Kesehatan Ramah Disabilitas . Artikel ini akan pelayanan seperti cara berkomunikasi dengan pasien
membahas tentang gambaran perwujudan Puskesmas agar memahami cara memberikan pelayanan kesehatan
Ramah Disabilitas yang terdapat di berbagai daerah di khusus penyandang disabilitas. Sementara untuk
Indonesia. Adapun pembahasan mencakup kedalam Puskesmas Salam di Kecamatan Bandung Wetan
beberapa aspek diantaranya aspek pelaksana kebijakan, pelayanannya disesuaikan dan mengikuti dengan
aspek aksesibilitas fisik dan aspek aksesibilitas non- Peraturan Walikota Bandung Nomor No. 1439 Tahun
fisik. 2018 tentang Pelayanan Kesehatan Ramah Disabilitas
serta puskesmas lainnya yang masih dalam tahap
METODE PENELITIAN
perencanaan karena telah dipandang siap untuk
Penelitian ini menggunakan metode literature review.
menjadi puskesmas ramah disabilitas, seperti di
Tinjauan pustaka dilakukan dengan menggunakan data
Kabupaten Sukoharjo yang telah mencanangkan 3
sekunder yang terdiri dari beberapa sumber seperti
(tiga) Puskesmas di wilayahnya sebagai Puskesmas
buku, jurnal nasional dan internasional serta sumber
bagi penyandang disabilitas, yaitu Puskesmas Nguter,
internet lainnya mengenai gambaran puskesmas ramah
Tawangsari dan Waru. Pada kota Bandar lampung,
disabilitas di Indonesia. Proses pencarian data
terdapat 5 puskesmas yang siap dijadikan puskesmas
ditentukan oleh kriteria inklusi berikut; (1) Akses
ramah disabilitas karena fasilitasnya yang sudah
terbuka artikel penelitian dari Jurnal terakreditasi dan
mendukung untuk melayani pasien disabilitas. Kelima
teks lengkap; (2) Buku mengenai puskesmas ramah
Puskesmas tersebut adalah Puskesmas Kedaton,
disabilitas yang ada di beberapa wilayah di Indonesia
Puskesmas Kemiling, Puskesmas Panjang, Puskesmas
(3) Akses berita yang bersumber dari penerbit yang
Pasar Ambon, dan Puskesmas Kota Karang.
jelas.

PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
Penyandang disabilitas menghadapi berbagai
Berdasarkan hasil penelusuran tinjauan
hambatan ketika mencoba mengakses layanan
literatur, bahwa terdapat beberapa puskesmas di
kesehatan, seperti menjaga kebersihan yang memadai.
Indonesia yang telah berhasil menerapkan pelayaanan
Hambatan Fasilitas Kesehatan. Misalnya, wanita
yang ramah terhadap disabilitas, diantaranya yaitu:
penyandang disabilitas sering tidak memiliki akses ke
Puskesmas Lingsar Kabupaten Lombok Barat,
pemeriksaan kanker payudara dan leher rahim karena
Puskesmas Lendah 1 Kabupaten Kulon Progo,
meja tidak dapat diatur ketinggiannya dan mesin
Puskesmas Salam Kecamatan Bandung Wetan Kota
mamografi hanya cocok untuk wanita yang dapat
Bandung. Beberapa inovasi telah diterapkan pada
berdiri. Selain itu, ada keterampilan dan pengetahuan
puskesmas-puskesmas di wilayah ini. Inovasi tersebut
tenaga kesehatan yang bisa menjadi batasan wajar bagi
merupakan perubahan infrastruktur menjadi ramah
penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas
disabilitas seperti pada Puskesmas Lingsar yang
mungkin menemukan bahwa melipatgandakan tenaga
merupakan salah satu puskesmas rintisan untuk
kesehatan yang solid tidak cukup untuk memenuhi
melayani kebutuhan penyandang disabilitas. Pelayanan
kebutuhan, lebih dari empat kali lebih mungkin untuk
kesehatan di puskesmas ini disesuaikan dengan
1392
disalahgunakan, dan hampir tiga kali ditolak beberapa kepala daerah ataupun lembaga sosial sudah
pengobatannya 8. mulai untuk menggiatkan pelayanan kesehatan
Pemahaman masyarakat akan penyakit dan terkhususnya pada pusat pelayanan kesehatan
gejala-gejala secara umum masih kurang, hal ini dapat (Puskesmas) bagi penyandang disabilitas digambarkan
mempersulit tentang penyampaian keluhan dan dalam artikel ini.
diagnosis penyakit oleh pasien ke dokter atau pemberi 1. Puskesmas Lingsar Kabupaten Lombok Barat
pelayanan. Kesulitan ini juga dialami oleh penyandang
Puskesmas ramah disabilitas yang digagas di
tuna netra. Sebagai contoh pemahaman penyakit THT
Kabupaten Lombok Barat ini merupakan hasil inovasi
di masyarakat masih sangat kurang, sebagian besar
yang dilakukan oleh pihak puskesmas dan Dinas
tidak terlatih secar medis sehingga apabila mengalami
Kesehatan Kabupaten Lombok Barat. Adapun pihak-
gejala penyakit belum tentu dapat memahami cara-cara
pihak yang terlibat dalam penggagasan puskesmas
penanggulangan.9
ramah disabilitas di Lingsar, Kabupaten Lombok Barat
Penyandang disabilitas sangat membutuhkan
ini adalah :
pelayanan kesehatan yang memberi kemudahan dalam
a. Dinas Kesehatan Lombok Barat
mendapatkannya dan mudah dalam aksesibilitasnya.
b. Dinas PU dan Bappeda
UU No. 4 1997 tentang penyandang Cacat dan
c. Dinas Sosial
Tindakan Pelaksana, tidak dapat memenuhi kebutuhan
d. Puskesmas Lingsar dan Puskesmas Labuapi
penyandang disabilitas berdasarkan pelayanan dan
e. Kader Posyandu
tidak lagi sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2011,
f. Tokoh Masyarakat dan pemuda
pengesahan Konvensi Hak Penyandang Disabilitas
g. Komunitas Lingsar Bergerak
(The Convention on the Rights of Disability) menjadi
h. Pusat Pengembangan Potensi Disabilitas (P3D)
arahan dalam bentuk undang-undang baru yang
Kecamatan Labuapi
diwajibkan. Arahan baru adalah UU no. 8 Tahun 2016
i. PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional)
tentang Penyandang Disabilitas (UUPD)10.
j. Keluarga Penyandang Disabilitas (FKKADK)
Penyandang disabilitas dibagi menjadi beberapa jenis
Kabupaten Lombok Barat
diantaranya yaitu penyandang disabilitas fisik,
Saat ini Puskesmas Lingsar disebut sebagai Rintisan
sensorik, mental, dan intelektual. Berbagai jenis
Puskesmas Ramah Disabilitas (RPRD) yang
kedisabilitasnya tersebut membuat penyandang
berdasarkan hasil dan komunikasi dengan Puskesmas
disabilitas mengalami berbagai hambatan dan
Lingsar dan Labuapi, bahwa belum ada pelayanan
menghalangi partisipasi penuh, terutama pada layanan
khusus yang melayani kebutuhan penyandang
kesehatan, rehabilitasi, dan support & assistance11.
disabilitas. Rintisan Puskesmas Ramah Disabilitas
Ketidaksesuaian yang dijelaskan pada
(RPRD) di Puskesmas Lingsar kecuali di wilayah
penelitian yang dilakukan oleh Imas Sholihah pada
Lombok Barat belum memiliki Puskesmas Ramah
Tahun 2016, tentu harus diperhatikan oleh pemerintah
Disabilitas di Kabupaten Lombok Barat untuk dapat
terutama dalam pelayanan kesehatan bagi penyandang
mereplikasikan nya 12.
disabilitas. Puskesmas Ramah Disabilitas harus
Inovasi Puskesmas tersebut nyata dalam
diberdayakan setidaknya minimal terdapat satu
infrastruktur dan pelayanan yang dilaksanakan sesuai
puskesmas ramah disabilitas dalam suatu
indikator RPRD yang disepakati dalam forum dialog
Kabupaten/Kota di Negara Indonesia. Adapun

1393
multistakeholder, antara lain perwakilan keluarga Selanjutnya inovasi aksesibilitas non-fisik dalam
difabel, kelompok penyandang disabilitas (Masyarakat pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas
Bergerak Lingsar), unit pelayanan (Puskesmas lingsar adalah :
Lingsar) dan satuan kerja Alat. Penanggung jawab a. Adanya Program jemput bola di delapan desa
SKPD adalah Kementerian Kesehatan Kabupaten b. Adanya Program yang mengintegrasikan
Lombok Barat. Integrasi RPRD ke dalam program pelayanan kesehatan untuk kesehatan remaja,
Puskesmas berlangsung dalam bentuk program lansia, dan penyandang disabilitas.
pelayanan khusus, sarana prasarana, aparatur dan c. Adanya BPJS khusus Disabilitas
penyediaan informasi sesuai indikator RPRD. Secara d. Inovasi visi Puskesmas Lingsar yaitu
rinci perubahan aksesibilitas fisik di Puskesmas Mengoptimalkan masyarakat, difabel dan non
Lingsar adalah: difabel, atau mereka yang bisa hidup sehat dan
a. Persiapan landai khusus untuk kursi roda yang tidak
b. Untuk mempermudah disabilitas rungu saat e. Pemberian sosialisasi tentang disabilitas kepada
menunggu antrian, diterapkan running text seluruh masyarakat, sehingga masyarakat non-
c. Pegangan (handrail); disabilitas juga ikut berperan dalam peningkatan
d. Meja adaptif untuk kursi roda; pelayanan kesehatan bagi disabilitas.
e. Petugas perwakilan Khusus Penyandang Cacat f. Adanya program Upaya kesehatan masyarakat
(disabilitas); (UKM) tingkat 1, meliputi pelayanan gizi,
f. Penyediaan ruang kursi roda di Puskesmas. promosi kesehatan, kesehatan lingkungan,
kesehatan ibu, keluarga dan keluarga, serta
pencegahan dan pengendalian penyakit bagi
penyandang disabilitas.

2. Puskesmas Lendah 1 Kabupaten Kulon Progo

Salah satu puskesmas yang dapat diakses


disabilitas di Kabupaten Kulon Progo adalah
Puskesmas Lendah 1. Puskesmas Ramah Disabilitas
ini digagas oleh beberapa pihak-pihak yaitu
a. Puskesmas Lendah 1
b. Desa Wahyuharjo dan Desa Bumirejo
c. Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo
d. Dinas Sosial
e. SIGAB (Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel)
f. Kader kesehatan
g. Tokoh agama dan tokoh masyarakat
Sumber : Anggraeni, 2018 h. Forum Support Keluarga ODGJ (Orang dengan
Gambar 1. Puskesmas Lingsar di
Gangguan Jiwa)
Kabupaten Lombok Barat
i. Kelompok Disabilitas Desa (KDD)

1394
Kepala Puskesmas Lendah 1, Dr. RA. Hannie petugas keamanaan (security), petugas pendaftaran,
Permata Sari memutuskan untuk merenovasi beberapa tenaga kesehatan dan tenaga pendamping disabilitas.
bagian gedung Puskesmas agar lebih mudah diakses 2. Standar Operasional Prosedur (SOP)
oleh penyandang disabilitas. Alhasil, dana anggaran Pusat kesehatan masyarakat harus memiliki SOP
yang dialokasikan untuk Puskesmas telah digunakan pada pelayanan kesehatan terhadap penyandang
sepenuhnya. Adapun aksesibilitas fisik yang dilakukan disabilitas berupa uraian tugas dalam pelayanan
perbaikan oleh puskesmas lendah 1 adalah kesehatan yang ditetapkan oleh pimpinan Puskesmas.
a. Registrasi dan loket obat yang sebelumnya Poin yang harus diperhatikan dalam SOP tersebut
tertutup dan cukup tinggi dibongkar dan diatur, adalah setiap tindakan medis yang dilakukan harus
b. Jalan di pintu masuk berubah menjadi jalan landai disetujui oleh penyandang disabilitas.
c. Pintu depan yang sempit telah ditambahkan 3. Penyelenggaraan Kesehatan
sehingga pengguna kursi roda dapat dengan Pengelolaan kesehatan meliputi aspek
mudah masuk. kenyamanan, keamanan, kemudahan, kecepatan mutu,
d. Kamar mandinya memiliki ramp sehingga bisa sesuai dengan kondisi dan kebutuhan penyandang
digunakan oleh difabel. disabilitas, tanpa diskriminasi sesuai norma dan
e. Adanya petugas pendamping penyandang ketentuan peraturan perundang-undangan, pemenuhan
disabilitas hak kesehatan penyandang disabilitas, Ketersediaan
Selain dalam aksesibilitas fisik, inovasi juga peralatan, obat-obatan, dan perbekalan kesehatan.
dilakukan pada aksesibilitas non-fisik yang diawali 4. Aksesibilitas
dengan pelatihan bagi pihak yang berkepentingan di Aksesibilitas meliputi aksesibilitas fisik dan
Desa Wahyuharjo dan Desa Bumirejo tentang aksesibilitas non-fisik. Adapun Aksesibilitas fisik
aksesibilitas penyandang disabilitas. Kemudian juga meliputi bangunan gedung, jalan masuk, tempat parkir
dilakukan peningkatan mutu petugas puskesmas agar kendaraan, tempat pendaftaran, ruang tunggu
memahami cara memberikan pelayanan khusus bagi pemeriksaan, toilet dan fasilitas lain nya. Sedangkan
penyandang disabilitas. Perbaikan pelayanan juga aksesibilitas non fisik meliputi layanan informasi dan
dilakukan dalam hal komunikasi yang sesuai bagi layanan khusus. Kemudian Puskesmas juga harus
penyandang disabilitas. Selain itu kegiatan juga memiliki rencana aksesibilitas fisik, yaitu persyaratan
dilakukan dengan sosialisasi terhadap keluarga Orang aksesibilitas teknis yang meliputi dimensi dasar
dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dimana terdapat ruangan, jalan pemandu, jalan pedestrian, tempat
bagian dari bentuk pelayanan khusus. parkir, pintu, tangga, elevator/eskalator, kursi khusus,
kursi roda, toilet, wastafel, telepon, peralatan,
3. Puskesmas Salam Kecamatan Bandung Wetan perabotan, rambu/petunjuk arah dan layanan lain yang
Kota Bandung diperlukan. Pelayanan khusus yang disebut
Peraturan Walikota Bandung No 1439 Tahun aksesibilitas non fisik meliputi pembayaran asuransi,
2018 tentang pelayanan kesehatan ramah disabilitas antrian, pengisian formulir, naik ataupun turun dari
menjelaskan beberapa hal sebagai berikut 7 : unit pelayanan kesehatan dan kebutuhan lainnya.
1. Sumber Daya Manusia (SDM) 5. Rehabilitas Medik
Adapun sumber daya manusia yang harus Puskesmas juga wajib memberikan pelayanan
disediakan oleh Puskemas meliputi petugas parkir, rehabilitasi medik agar penyandang disabilitas dapat

1395
mencapai keterampilan fungsional yang optimal, yang
dapat dicapai melalui asesmen medis dan fungsional
oleh spesialis rehabilitasi medik, psikolog, fisioterapis,
okupasi terapis, pekerja sosial medis, dan rehabilitasi
medis.
Puskesmas Salam merupakan hasil gagasan
Sumber : Budiana (2018) dan Ispranoto (2018)
pemerintah Kota Bandung dalam memperhatikan
Gambar 2. Puskesmas Salam di Kota Bandung
pelayanan disabilitas bagi masyarakat. Adapun pihak-
Aksesibilitas non-fisik yang menjadi inovasi
pihak yang terlibat dalam gagasan ini, yaitu 13 :
pada aksesibilitas no-fisik di kedua Puskesmas Ramah
a. Pemerintah Kota Bandung
Disabilitas di Kota Bandung ini adalah 14:
b. Dinas Kesehatan Kota Bandung
a. Membantu dalam pelatihan bagi penyandang
c. Puskesmas Salam Kelurahan Cihapit
cacat (disabilitas) dengan materi membaca dan
Dalam pelaksanaannya, aksesibilitas fisik
menulis huruf Braille, bahasa isyarat dan
maupun non-fisik sangat perlu diperhatikan sebagai
kepekaan tunanetra.
kunci dari pelayanan yang ramah disabilitas di
b. Panggil orang tuli dengan menampilkan nomor
Puskesmas. Adapun aksesibilitas fisik di Puskesmas
antrian di layar, apakah akan mendaftar di lokasi
Salam adalah 14 :
pendaftaran, untuk menguji, untuk minum
a. jalan pemandu tunanetra atau Guiding block,
ramuan.
b. tangga landai untuk tunadaksa atau Ram,
c. Pelayanan 'jemput bola' bagi disabilitas maupun
c. pegangan tangan atau Handle,
lansia
d. Penempatan huruf braille di loket obat, ruang tata
d. Penanganan tunadaksa dan tunanetra yang
usaha, loket pendaftaran, ruang tindakan, toilet dan
dibedadakan karena cara komunikasi yang
ruangan lainnya
berbeda
e. Kertas resep obat dalam bentuk huruf braille
Puskesmas salam dapat melayani seluruh
f. Adanya kursi prioritas
penyandang disabilitas yang berasal dari berbagai
g. Pintu yang sudah diperbesar untuk akses kursi roda
wilayah di Kota Bandung dan tidak terikat oleh
Pelayanan kesehatan ramah disabilitas di Kota
kewilayahaan. Hal ini disebabkan karena di Kota
Bandung juga melibatkan kaum disabilitas yang
Bandung baru ada dua Puskesmas yang dapat
diberdayakan sebagai konsultan dalam menciptakan
dikatakan sebagai Puskesmas Ramah Disabilitas.
Puskesmas Ramah Disabilitas. Kaum Disabilitas
langsung diturunkan dalam menyesuaikan kebutuhan 4. Puskesmas lainnya yang masih dalam tahap
penyandang disabilitas di Puskesmas seperti yang Perencanaan
diperlihatkan pada Gambar 2. Kabupaten Sukoharjo telah mencanangkan 3
(tiga) Puskesmas di wilayahnya sebagai Puskesmas
bagi penyandang disabilitas, yaitu Puskesmas Nguter,
Tawangsari dan Waru. Tiga Puskesmas
dialihfungsikan menjadi Puskesmas Penyandang
Disabilitas karena dianggap siap setelah sebelumnya
dinyatakan sebagai Puskesmas untuk Lansia. Padahal,

1396
dari segi fasilitas atau standar pelayanan kesehatan, meningkatkan masalah kebersihan di fasilitas
Puskesmas Nguter masih bisa disebut sebagai kesehatan, dengan tujuan menjadi Puskesmas di
Puskesmas ramah penyandang disabilitas karena masih kawasan Kota Tapis Berseri. Kelima Puskesmas
memiliki banyak bangunan fisik yang baik dan tersebut adalah Puskesmas Kedaton, Puskesmas
penyediaan sumber daya manusia yang memenuhi Kemiling, Puskesmas Panjang, Puskesmas Pasar
standar pelayanan di memaksa. Sedangkan Puskesmas Ambon, dan Puskesmas Kota Karang. Pertimbangan
Tawangsari dan Puskesmas Wuru memiliki fasilitas dalam memilih puskesmen adalah daerah sekitar
yang lebih baik dari Puskesmas Nguter. Puskesmas puskesmen merupakan daerah yang padat, merupakan
Wuru, persimpangan sekitar 10 km dari pusat kota daerah pesisir karena daerah tersebut merupakan
Sukoharjo, telah menerapkan aturan untuk daerah yang melengkung 16.
memberikan layanan yang dapat diakses oleh Puskesmas Ramah Disabilitas telah mulai
penyandang cacat dan lansia, termasuk tangga landai digiatkan oleh pemerintah-pemerintah daerah melalui
dan pegangan rambat. Di Puskesmas Tawangsari perencanaan dan peraturan-peraturan daerah.
terdapat pegangan tangan di ruang tunggu dan di pintu Gambaran Puskesmas Ramah Disabilitas dari beberapa
masuk utama. Namun, masih banyak fasilitas lain wilayah di Indonesia dapat dijadikan sebagai landasan
selain pegangan tangan yang harus disediakan di dalam mewujudkan kesetaraan hak bagi penyandang
Puskesmas agar lebih mudah diakses oleh penyandang disabilitas diseluruh indonesia. Adapun dari berbagai
disabilitas15. standar yang ditetapkan oleh pemerintah daerah, dinas
Saat ini, Kota Bandarlampung akan kesehatan dan puskesmas, terdapat beberapa hal yang
menggunakan lima puskesmas untuk menjadi dapat dijadikan sebagai landasan dalam menciptakan
puskesmas percontohan dengan fasilitas sanitasi yang puskesmas ramah disabilitas yang dituangkan pada
memadai, aman, dan cacat. Hal ini dilakukan bekerja Tabel 1 berikut ini.
sama dengan perwakilan SNV (Netherland
Development Organization) Indonesia dalam rangka
Tabel 1. Rangkuman Aspek Perwujudan Puskesmas Ramah Disabilitas

Pihak – Pihak yang Aksesibilitas Fisik yang Wajib


Aksesibilitas Non-Fisik
dapat Dilibatkan Tersedia
1. Pemerintah Daerah 1. Jalan pemandu tunanetra (Guiding 1. Pelatihan bagi
Block) Tenaga pendamping
2. Dinas Kesehatan
2. Tangga landai (Ramp) disabilitas
3. Dinas Sosial
3. Pegangan Rambat (Handrail) 2. Program Jemput
4. Dinas PU dan Bappeda
4. Huruf Braile pada papan nama Bola
5. Puskesmas
5. Kertas Resep Obat Braile 3. BPJS bagi
6. Lembaga atau Penyandang
Kelompok Disabilitas 6. Kursi Prioritas Penyandang
Disabilitas
Disabilitas
7. Organisasi Penyandang 4. Sosialisasi tentang
Disabilitas 7. Pintu yang diperlebar
Penyandang
8. Pusat Pengembangan 8. Loket Obat yang disesuaikan Disabilitas
Potensi Disabilitas 9. Fasilitas Kursi Roda 5. Program Promosi
(P3D) 10. Running Text bagi tuna Rungu Kesehatan bagi
9. Tokoh Masyarakat 11. Petugas Pendamping Disabilitas Disabilitas

1397
10. Tokoh Agama 12. Adanya tenaga ahli dokter spesialis 6. Komunikasi
11. Kader Kesehatan dan rehabilitasi medik, psikolog, disesuaikan dengan
Posyandu fisioterapi, okupasi terapis, ortotis jenis disabilitas
prostetis, pekerja sosial medis dan Pasien
perawat rehabilitasi medis
SARAN
Berdasarkan kelayakan Puskesmas Ramah Ketersediaan Puskesmas Ramah Disabilitas
Disabilitas yang telah dibahas sebelumnya, tentu saja sangat dinantikan oleh Penyandang disabilitas. Adapun
terdapat hal lain yang perlu ditingkatkan dalam penulis merekomendasikan beberapa hal dari penulisan
pelayanan terhadap penyandang disabilitas. Kriteria artikel ini.
pada aspek diatas dapat dijadikan sebagai standar 1. Terciptanya peraturan pemerintah terkait
pelayanan minimal (SPM) pada Puskesmas Ramah keberadaan puskesmas ramah disabilitas dalam
Disabilitas dan tentu saja dapat lebih ditingkatkan satu kabupaten atau kota di Indonesia.
kemudian. Beberapa peraturan daerah yang telah 2. Terciptanya peraturan pemerintah yang dapat
diterbitkan dapat diadopsi menjadi peraturan digunakan sebagai landasan kelayakan Puskesmas
pemerintah pusat yang berlaku untuk seluruh wilayah ramah disabilitas.
Indonesia. 3. Adanya penilaian terkait puskesmas ramah
SIMPULAN disabilitas.
4. Adanya anggaran khusus dari pemerintah
1. Perwujudan Puskesmas Ramah Disabilitas dapat
terhadap puskesmas ramah disabilitas di setiap
dilaksanakan dengan adanya aspek pelaksana
daerah di Indonesia.
dengan adanya kebijakan, aspek aksesibilitas fisik
dan non-fisik.
DAFTAR PUSTAKA
2. Aspek pelaksana atau pihak yang dapat dilibatkan
meliputi pemerintah, tenaga kesehatan, organisasi 1. UU NO 36 TAHUN 2009. UU No 36 Tahun
atau lembaga penyandang disabilitas, keluarga 2009 Tentang Kesehatan [Internet]. 2009.
penyandang disabilitas, tokoh masyakat, tokoh Available from:
agama, masyarakat pada umumnya. http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-12-849873-
3. Aspek aksesibilitas fisik dapat meliputi 6.00001-
kebutuhan-kebutuhan yang sesuai dengan fungsi 7%0Ahttp://saber.ucv.ve/ojs/index.php/rev_ven
bagi penyandang disabilitas seperti guiding block, es/article/view/1112%0Ahttps://www.bps.go.id
handrail, Ramp, Running Text, Huruf Braile, /dynamictable/2018/05/18/1337/persentase-
Tenaga Kesehatan, Pendamping Disabilitas, Loket panjang-jalan-tol-yang-beroperasi-menurut-
Pendaftaran yang disesuaikan dan sarana lainnya. operatornya-2014.html
4. Aspek aksesibilitas non-fisik dapat meliputi 2. World Health Organization (WHO). Health for
pelatihan pendamping disabilitas, sosialisasi All Better People, Health for All People With
kepada masyarakat, program jemput bola, Disability. 2015;1–32.
pelatihan komunikasi bagi tenaga kesehatan dan 3. CDC. Disability and Health Information for
lainnya. Healthcare Providers | CDC [Internet]. CDC.
2020 [cited 2021 May 4]. Available from:

1398
https://www.cdc.gov/ncbddd/disabilityandhealt file:///Users/andreataquez/Downloads/guia-
h/hcp.html plan-de-mejora-
4. WHO. Disability and health [Internet]. WHO. institucional.pdf%0Ahttp://salud.tabasco.gob.m
2020 [cited 2021 May 5]. Available from: x/content/revista%0Ahttp://www.revistaalad.co
https://www.who.int/en/news-room/fact- m/pdfs/Guias_ALAD_11_Nov_2013.pdf%0Ah
sheets/detail/disability-and-health ttp://dx.doi.org/10.15446/revfacmed.v66n3.600
5. Rokom. Pemerintah Terus Tingkatkan Akses 60.%0Ahttp://www.cenetec.
Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas - 11. Santoso MB, Apsari NC. Pergeseran Paradigma
Sehat Negeriku [Internet]. 2016 [cited 2021 Jul dalam Disabilitas. Intermestic J Int Stud.
24]. Available from: 2017;1(2):166.
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/fokus- 12. Utomo NASD. Pelayanan Publik Bagi
utama/20161124/5518937/pemerintah-terus- Disabilitas. Aust Gov. 2018;1:46.
tingkatkan-akses-pelayanan-kesehatan- 13. Ispranoto T. Kota Bandung Kini Miliki Dua
penyandang-disabilitas/ Puskesmas Ramah Disabilitas [Internet]. 2018
6. Propiona JK. Implementasi Perda Provinsi DKI [cited 2021 Jul 24]. Available from:
Jakarta No. 10 Tahun 2011 tentang https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-
Perlindungan Penyandang DIsabilitas Melalui 4298055/kota-bandung-kini-miliki-dua-
Puskesmas Ramah Disabilitas. Pros Forum Ilm puskesmas-ramah-disabilitas
Tah IAKMI. 2020;(10):1–7. 14. Budiana O. Menengok Puskesmas Ramah
7. Peraturan Walikota Bandung. Peraturan Wali Disabilitas di Bandung | Beritabaik.id
Kota Bandung Nomor 1439 Tahun 2018 [Internet]. 2018 [cited 2021 Jul 24]. Available
Tentang Pelayanan Kesehatan Ramah from:
Disabilitas. 2018;1–23. https://beritabaik.id/read?editorialSlug=indones
8. Morad M, Kandel I, Merrick J. Disability and ia-baik&slug=1542269149200-menengok-
health [Internet]. Vol. 16, International Journal puskesmas-ramah-disabilitas-di-bandung-
of Adolescent Medicine and Health. 2004 [cited ahpb18
2021 Apr 22]. p. 1–4. Available from: 15. Kurniawan A, Wardani AK, Angkasawati TJ,
https://www.who.int/news-room/fact- Wahidin M. Accessibility Improvement on
sheets/detail/disability-and-health Primary Health Services for People with
9. Daryati, Patmasari AP, Setyopambudi AN, Disabilities in Sukoharjo, Central Java.
Siyam N. Pengembangan Sakura (Sistem 2020;188–97.
Konsultasi Tuna Wicara) Upaya Memperbaiki 16. Mustaurida R. 5 Puskesmas Akan Jadi Model
Pelayanan Kesehatan Disabilitas. HIGEIA J Puskesmas Layak dan Aman Sanitasi Serta
Public Heal Res Dev. 2019;3(3):337–44. Ramah Disabilitas. In 2021. Available from:
10. UU NO 8 TAHUN 2016. UU No 8 Tahun 2016 https://kupastuntas.co/2021/07/06/5-
Tentang Penyandang Disabilitas [Internet]. puskesmas-akan-jadi-model-puskesmas-layak-
2016. Available from: dan-aman-sanitasi-serta-ramah-disabilitas

1399

Anda mungkin juga menyukai