21A - 023 - Melynda Sri Wulandari - UTS PKN
21A - 023 - Melynda Sri Wulandari - UTS PKN
2. SILA PERTAMA: Nilai Ketuhanan. Sumber data tekstual ydari leluhur jelas
menunjukkan tingginya religiusitas mereka. Nilai-nilai ketuhanan pada masa dahulu ini
bisa kita lihat dari adanya agama agama dan kepercayaan yang dianut para leluhur
dahulu, dari kepercayaan tersebut tentu memiliki suatu sesembahan yang diyakini
sebagai tuhan untuk mengimani serta dipercayai bisa memberikan suatu kemaslahatan
dalam hidup.
SILA KEDUA: Nilai Kemanusiaan. Adab terkait memanusiakan sesama sudah dimulai
sejak dari lingkup leluhur pada tingkat keluarga. Dahulu para leluhur sering
menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dalam konteks sopan santun, menghargai sesame
manusia dan hingga saat ini nilai-nilai itu masih relevan dan tetap ada bahkan diyakini
sebagai nilai-nilai pancasila.
SILA KETIGA: Nilai Persatuan. Dalam hal ini konteks bhineka tunggal ika yang telah
digagas oleh leluhur memiliki nilai penting. Persatuan yang diartikan disini berarti
menjunjung tinggi rasa kebersamaan, tidak adanya egoisme, seperti yang diakukan para
leluhur dulu dalam merumuskan dasar negara pun mengedepankan nilai persatuan
bangsa.
SILA KEEMPAT: Nilai Kerakyatan. Dahulu, pemerintah dibantu banyak staf antara
lain dalam pejabat daerah seperti rakai dan rāma. Pengambilan keputusan sering
melalui mekanisme dialog dalam bentuk mapuluŋ tandas (prasasti Rumwiga) dan
pahőm narendra (nāgarakretāgama). Seringkali komunikasi antara rakyat dengan ratū
dilakukan dengan pejabat penghubung. Konsep ini memiliki arti nilai-nilai musyawarah
dalam mencapai mufakat.
SILA KELIMA: Nilai Keadilan. Pengaturan berbagai hal dalam rangka untuk adil telah
dilakukan baik dalam ranah hukum, politik, sosial maupun ekonomi. Mekanisme yang
menyangkut tindakan terkait dengan pihak ketiga antara lain dipayungi oleh perangkat
hokum. Dari zaman dahulu pun sudah ada dan sekarang menjadi nilai-nilai yang
terkandung dalam butir sila kelima pancasila.
4. Perjanjian luhur, artinya nilai-nilai Pancasila sebagai jiwa bangsa dan kepribadian
bangsa disepakati oleh para pendiri negara (political consensus) . Kesepakatan para
pendiri negara tentang Pancasila sebagai dasar negara merupakan bukti bahwa pilihan
yang diambil pada waktu itu merupakan sesuatu yang tepat. Kesatuan pendapat atau
pandangan tentang masalah politik mengenai rumusan pancasila dari sejak pertama
dirumuskan sampai disahkan adalah bukti bahwa pancasila merupakan sebuah politica
konsesnsus bangsa Indonesia yang dulu telah ditetapkan. Pancasila sebagai perjanjian
luhur bangsa dan dasar falsafah negara mempertemukan kedua cita-cita kenegaraan itu.
Dimulai pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945 tentang lima prinsip dasar negara, yaitu
kebangsaan Indonesia, internasionalisme atau perikemanusiaan, mufakat atau
demokrasi, kesejahteraan sosial, dan ketuhanan. Rumusan Pancasila Bung Karno
disempurnakan Panitia Sembilan. Ketuhanan yang oleh Bung Karno ditempatkan
dalam urutan kelima, dalam rumusan Piagam Jakarta dijadikan prinsip yang pertama.
Seperti dikatakan Bung Hatta, Panitia Sembilan mengubah urutan fundamen Pancasila
itu, yakni meletakkan fundamen moral di atas dan fundamen politik di bawahnya.
Dengan urutan dan rumusan baru itu, dasar Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi dasar
yang memimpin cita-cita kenegaraan kita untuk melaksanakan segala yang baik bagi
rakyat dan masyarakat.