Anda di halaman 1dari 3

Kelas : 2021A

Nama : Melynda Sri Wulandari


NIM : 21080554023
Fakultas : FEB
Prodi : Pendidikan Ekonomi
1. Pancasila merupakan dasar negara yang menjadi patokan masyarakat Indonesia untuk
melakukan sesuatu dan sudah sepantasnya semua warga negara paham akan bagaimana
pentingnya mempelajar pancasila ini. Melihat tantangan saat ini yang sedang dihadapi
oleh Bangsa Indonesia yakni adanya intoleransi, radikalisme, terorisme, separatisme,
berorientasi jangka pendek (pragmatis), partisipasi politik tanpa pola, serta kering spirit
moralitas dan tantangan-tantangan lain, sehingga dari masalah-masalah tersebut kita
bisa mengambil solusi dengan cara membina rasa kebangsaan dan patriotisme,
meningkatkan partisipasi kewarganegaraan di kalangan mahasiswa sebagai pemimpin
masa depan, serta mahasiswa memiliki peran penting sebagai pengontrol sosial baik
terhadap masyarakat maupun pemerintah maka wawasan kebangsaan, jiwa patriotisme,
dan partisipasi kewarganegaraan pun penting dikembangkan. Dari sini terlihat bahwa
urgensi Pendidikan Pancasila penting sekali diajarkan di perguruan tinggi mengingat
mahasiswa adalah agen perubahan, yang nantinya setelah kita belajar pendidikan
pancasila sendiri diharapkan kita bisa mengimplementasikan. Dijelaskan juga payung
hukum mata kuliah pendidikan pancasila sebagaimana termuat dalam Pasal 9 ayat 2
UU RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang pertahanan Negara dalam bela Negara adalah
keikutsertaan warga Negara dalam mempelajari pendidikan pancasila. Tujuan
mempelajarinya pun tidak halnya pada saat ini saja melainkan berorientasi ke masa
depan juga. Kita bisa memiliki ilmu sehinga ketika terjadi suatu permasalahan yang
telah disebutkan diatas di masa depan kita bisa mengatasinya dengan baik dan bijak.

2. SILA PERTAMA: Nilai Ketuhanan. Sumber data tekstual ydari leluhur jelas
menunjukkan tingginya religiusitas mereka. Nilai-nilai ketuhanan pada masa dahulu ini
bisa kita lihat dari adanya agama agama dan kepercayaan yang dianut para leluhur
dahulu, dari kepercayaan tersebut tentu memiliki suatu sesembahan yang diyakini
sebagai tuhan untuk mengimani serta dipercayai bisa memberikan suatu kemaslahatan
dalam hidup.
SILA KEDUA: Nilai Kemanusiaan. Adab terkait memanusiakan sesama sudah dimulai
sejak dari lingkup leluhur pada tingkat keluarga. Dahulu para leluhur sering
menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dalam konteks sopan santun, menghargai sesame
manusia dan hingga saat ini nilai-nilai itu masih relevan dan tetap ada bahkan diyakini
sebagai nilai-nilai pancasila.
SILA KETIGA: Nilai Persatuan. Dalam hal ini konteks bhineka tunggal ika yang telah
digagas oleh leluhur memiliki nilai penting. Persatuan yang diartikan disini berarti
menjunjung tinggi rasa kebersamaan, tidak adanya egoisme, seperti yang diakukan para
leluhur dulu dalam merumuskan dasar negara pun mengedepankan nilai persatuan
bangsa.
SILA KEEMPAT: Nilai Kerakyatan. Dahulu, pemerintah dibantu banyak staf antara
lain dalam pejabat daerah seperti rakai dan rāma. Pengambilan keputusan sering
melalui mekanisme dialog dalam bentuk mapuluŋ tandas (prasasti Rumwiga) dan
pahőm narendra (nāgarakretāgama). Seringkali komunikasi antara rakyat dengan ratū
dilakukan dengan pejabat penghubung. Konsep ini memiliki arti nilai-nilai musyawarah
dalam mencapai mufakat.
SILA KELIMA: Nilai Keadilan. Pengaturan berbagai hal dalam rangka untuk adil telah
dilakukan baik dalam ranah hukum, politik, sosial maupun ekonomi. Mekanisme yang
menyangkut tindakan terkait dengan pihak ketiga antara lain dipayungi oleh perangkat
hokum. Dari zaman dahulu pun sudah ada dan sekarang menjadi nilai-nilai yang
terkandung dalam butir sila kelima pancasila.

3. Pesatnya perkembangan ilmu teknologi menjadi kekhawatiran terbesar dalam


perubahan karakter dan juga tingkah laku generasi milenial. Namun, karena hidup di
era yang serba otomatis, generasi ini cenderung menginginkan sesuatu yang
serba instan dan sangat mudah dipengaruhi oleh trend dan budaya luar. Hal inilah
yang menjadi titik kritis bagi masa depan negara dan bangsa kita.
Perkembangan teknologi ternyata masih menjadi hambatan untuk mendekatkan dan
menyatukan anak bangsa. Akibat dari tidak seimbangnya antara perilaku milenial
dengan penerapan Pancasila adalah ciri khas bangsa kita, seperti gotong royong yang
mulai memudar seiring berjalannya waktu. Hal ini menjadikan generasi milenial
menjadi manusia yang individualis, serta kurangnya rasa Nasionalisme dan
Patriotisme. Hal ini menjadi tatangan dalam menumbuhkan nilai-nilai pancasila.
Seperti adanya kultur budaya lain yang masuk melalui media sosial membuat
masyarakat menjadi suka dan tidak lagi mencintai produk lokal, maka hal ini nilai
persatuan dalam pancasila ikut luntur.

4. Perjanjian luhur, artinya nilai-nilai Pancasila sebagai jiwa bangsa dan kepribadian
bangsa disepakati oleh para pendiri negara (political consensus) . Kesepakatan para
pendiri negara tentang Pancasila sebagai dasar negara merupakan bukti bahwa pilihan
yang diambil pada waktu itu merupakan sesuatu yang tepat. Kesatuan pendapat atau
pandangan tentang masalah politik mengenai rumusan pancasila dari sejak pertama
dirumuskan sampai disahkan adalah bukti bahwa pancasila merupakan sebuah politica
konsesnsus bangsa Indonesia yang dulu telah ditetapkan. Pancasila sebagai perjanjian
luhur bangsa dan dasar falsafah negara mempertemukan kedua cita-cita kenegaraan itu.
Dimulai pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945 tentang lima prinsip dasar negara, yaitu
kebangsaan Indonesia, internasionalisme atau perikemanusiaan, mufakat atau
demokrasi, kesejahteraan sosial, dan ketuhanan. Rumusan Pancasila Bung Karno
disempurnakan Panitia Sembilan. Ketuhanan yang oleh Bung Karno ditempatkan
dalam urutan kelima, dalam rumusan Piagam Jakarta dijadikan prinsip yang pertama.
Seperti dikatakan Bung Hatta, Panitia Sembilan mengubah urutan fundamen Pancasila
itu, yakni meletakkan fundamen moral di atas dan fundamen politik di bawahnya.
Dengan urutan dan rumusan baru itu, dasar Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi dasar
yang memimpin cita-cita kenegaraan kita untuk melaksanakan segala yang baik bagi
rakyat dan masyarakat.

5. Radikalisme yang beratribut agama ini memunculkan pihak-pihak yang ingin


mengganti ideologi Pancasila. Kelompok-kelompok tersebut, yang tidak paham tentang
Pancasila, menganggap Pancasila tidak layak menjadi ideologi negara kita. Kemudian
mereka mencoba menawarkan ideologi lain yang dianggap lebih baik daripada
Pancasila sebagai ideologi negara kita. Biasanya hanya karena dipenuhi hasrat dan
nafsu dunia, mereka memilih untuk menutup mata terhadap seluruh kekayanan budaya,
nilai, dan norma kehidupan yang terkandung dalam Pancasila. hal ini sudah menjadi
kewajiban bagi seluruh komponen bangsa dan negara untuk melawan gerakan ini.
Mengganti Pancasila dengan ideologi lain sama artinya dengan menghancurkan seluruh
bangsa dan negara Indonesia. Hal ini karena selain sebagai salah satu dasar negara kita,
Pancasila merupakan sari dari seluruh budaya, nilai, dan norma kehidupan yang telah
ada sejak dahulu kala di seluruh penjuru Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai