Rev. AG. MI 2 TATALAKSANA KUSTA (Include Bakteriologi)
Rev. AG. MI 2 TATALAKSANA KUSTA (Include Bakteriologi)
Program Kusta
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran
A. Diagnosis
1) Menyebutkan dasar diagnosis kusta
2) Menyebutkan tanda-tanda tersangka (suspek) kusta
3) Mengetahui diagnosa banding kusta
B. Klasifikasi
1) Menyebutkan dasar klasifikasi penyakit kusta
2) Menyebutkan tujuan klasifikasi penyakit kusta
3) Menyebutkan jenis klasifikasi penyakit kusta
4) Menjelaskan hubungan antara kekebalan seluler dan klasifikasi
1
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
penyakit kusta
1. Diagnosis Kusta
a. Dasar Diagnosis Kusta
Diagnosis penyakit kusta hanya dapat didasarkan pada penemuan tanda utama
(Cardinal sign); yaitu :
1) Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa.
Kelainan kulit dapat berbentuk bercak putih (hipopigmentasi) atau kemerah-
merahan (eritematous) yang mati rasa (anestesi).
2) Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf.
Gangguan fungsi saraf ini merupakan akibat dari peradangan kronis saraf tepi
(neuritis perifer).
Gangguan fungsi saraf ini bisa berupa:
Gangguan fungsi sensoris : mati rasa
Gangguan fungsi motoris : kelemahan otot (Parese) atau kelumpuhan
(Paralisis)
Gangguan fungsi otonom : Kulit kering dan retak-retak.
3) Basil tahan asam (BTA ) positif
Bahan pemeriksaan BTA diambil dari kerokan kulit (skin smear) asal
cuping telinga (rutin) dan bagian aktif suatu lesi kulit. Untuk tujuan tertentu
kadang jaringan diambil dari bagian tubuh tertentu (biopsi). Pemeriksaan
kerokan kulit hanya dilakukan pada kasus yang meragukan.Pewarnaandan
pemeriksaan dapat dilakukan di Puskesmas yang memiliki tenaga serta fasilitas
untuk pemeriksaan BTA.
2
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
Timbul lepuh luka tanpa rasa nyeri pada tangan dan kaki
2) Tanda-tanda pada saraf :
Nyeri tekan dan atau spontan pada saraf.
Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota gerak atau wajah.
Kelemahan anggota gerak dan atau kelopak mata
Adanya disabilitas (deformitas)
Luka (ulkus) yang sulit sembuh
3) Tanda suspek lainnya :
Lahir dan tinggal di daerah endemis kusta
Mempunyai kelainan kulit yang tidak sembuh dengan pengobatan rutin,
terutama bila terdapat keterlibatan saraf tepi
Riwayat kontak erat dan lama dengan orang yang mengalami kusta
Tanda-tanda tersebut di atas bukanlah tanda utama penyakit kusta, namun jika
ditemukan sebaiknya dilakukan pemeriksaan lebih teliti.
Jika diagnosis kusta masih belum dapat ditegakkan, tindakan yang dapat dilakukan
adalah :
Pikirkan kemungkinan penyakit kulit lain (seperti panu, kurap, kudis,
frambusia) dan obati.
Tunggu 3-6 bulan dan periksa kembali adanya mati rasa, jika lesi kulit
tersebut benar kusta maka dalam periode tersebut mati rasa harusnya menjadi
jelas dan kita dapat memulai MDT.
Jika tidak ditemukan adanya mati rasa yang jelas maupun penebalan saraf
namun ada tanda-tanda mencurigakan seperti nodul, pembengkakan pada
wajah atau cuping telinga, atau infiltrasi pada kulit, perlu dilakukan
pemeriksaan kerokan kulit (skin smear).
Jika hasil pemeriksaan klinis dan BTA masih meragukan, rujuk ke pelayanan
spesialistik
Catatan:
Pada daerah endemik rendah, pengobatan MDT baru diberikan hanya setelah
konfirmasi diagnosis ditegakkan oleh petugas terlatih (Wasor kabupaten/petugas
Puskesmas PRK).
3
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
Psoriasis
Infiltrat plak eritem berbatas tegas, terutama menyerupai kusta tipe tuberkuloid
jika sisiknya menghilang karena pengobatan.
Pitiriasis versicolor
Berupa bercak pigmentasi bersisik, superficial dengan bentuk irregular dan
sering berlokasi di leher dan badan
Pitiriasis alba
Berupa macula bentuk bundar atau oval dengan sisik
Vitiligo
Berupa bercak berwarna putih menyerupai susu
Granuloma Annulare
Berupa pembentukan papul atau nodul berbentuk annular (cincin). Lesinya
indolen dan tidak menimbulkan keluhan
Neurofibromatosis
Kelainan genetik dimana pertumbuhan sel terganggu sehingga tumbuh tumor-
tumor pada jaringan saraf. Tumor tersebut umumnya jinak dan bisa muncul di
berbagai bagian dari system saraf, seperti pada otak maupun saraf tulang
belakang hingga saraf-saraf tepi.
2. Klasifikasi Kusta
4
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
Setelah seseorang didiagnosis menderita kusta, maka tahap selanjutnya yang perlu
dilakukan adalah menentukan tipe/klasifikasi penyakit kusta yang diderita. Penentuan
tipe penyakit kusta pada seorang penderita disebut klasifikasi penyakit kusta.
a. Paubacillary (PB)
Jumlah bercak kusta : 1 – 5
Penebalan saraf disertai gangguan fungsi : 1
BTA : Negatif
b. Multibaccilary (MB)
Jumlah bercak kusta : > 5
Penebalan saraf disertai gangguan fungsi : >1
BTA : Positif
Tanda Khusus Pada Kusta jenis Multibaccilary (MB) :
- Nodul, Infiltrat
- Madarosis, Hidung Pelana
- Punched Out Lession
5
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola Program Kusta
6
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
Tujuan Pembelajaran
2. Charting
Menggambarkan simbol kelainan kusta (Charting)
1. Pemeriksaan
Tujuan Pemeriksaan
Menemukan Cardinal Sign
Jenis Pemeriksaan :
1. Pemeriksaan Klinis
2. Pemeriksaan Bakteriologis dan Penunjang Lain
Syarat Pemeriksaan :
- Cahaya menggunakan cahaya matahari tidak langsung. Pasien diminta menghadap
cahaya dan petugas membelakangi cahaya. Jarak antara petugas dan pasien sekitar ½
meter
- Seluruh tubuh diperiksa dengan tetap menghargai privasi penderita
- Sistematis Seluruh tubuh diperiksa secara sistematis
7
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
1) Sistematika Pemeriksaan
a) Anamnesis
Biodata
Riwayat Keluhan
Riwayat kontak
Riwayat penyakit lain
Riwayat Pengobatan sebelumnya
b) Pemeriksaan
i. Periksa Pandang :
Tujuan:
o Melihat kelainan pada kulit antara lain bercak, infiltrate, nodul dsb
o Melihat adanya cacat, baik mata, tangan ataupun kaki
o Melihat penebalan N. Auricularis magnus
Yang dilihat :
- Bercak pada tungkai
- Bercak pada lengan
- Bercak pada lengan dan punggung
- Bercak pada punggung dan lengan
- Bercak pada tungkai atas depan
- Bercak pada pipi dan telinga
Cara:
o Kapas diruncingkan ujungnya atau jarum dan disentuhkan secara tegak
lurus ke bagian yang kita curigai saat periksa pandang
8
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
Syarat-syarat:
o Pemeriksa berhadapan dengan pederita
o Perabaan dengan tekanan ringan
o Pada saat meraba saraf, perhatikan :
Apakah ada penebalan
Apakah saraf kiri dan kanan sama besarnya atau berbeda
Apakah ada rasa nyeri atau tidak pada perabaan saraf
Saraf
Saraf Facialis Auricularis
Magnus
9
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
Saraf Medianus
Saraf Radialis
2) Saraf Ulnaris
Tangan kanan pemeriksa memegang lengan kanan bawah penderita
dengan posisi siku sedikit ditekuk sehingga lengan penderita relaks.
Dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri pemeriksa mencari sambil
meraba saraf Ulnaris di dalam sulkus nervi ulnaris yaitu lekukan diantara
tonjolan tulang siku dan tonjolan kecil di bagian medial (epicondilus
medialis).
10
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
Dengan memberi tekanan ringan pada saraf Ulnaris sambil digulirkan dan
menelusuri ke atas dengan halus sambil melihat mimik / reaksi penderita
apakah tampak kesakitan atau tidak.
Kemudian dengan prosedur sama memeriksa saraf Ulnaris kiri.
Pemeriksa meletakkan jari telunjuk dan jari tengah pada pertengahan betis
penderita bagian luar sambil pelan-pelan meraba ke atas sampai
menemukan benjolan tulang (caput fibula), setelah menemukan tulang
tersebut jari pemeriksa meraba saraf peroneus 1 cm ke arah belakang.
11
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
Tujuan :
12
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
Dilakukan kepada :
Fungsi
Saraf
Motorik Sensorik & Otonom
Memper-sarafi kelopak mata Tidak diperiksa di lapangan
Facialis
13
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
Memper-sarafi jari ibu jari, Rasa raba dan fungsi otonom telapak
telunjuk dan jari tengah tangan bagian ibu jari, jari ke 2, 3, dan
separuh jari ke 4.
Medianus
PALMAR DORSAL
14
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
a. Mata
Fungsi Motorik ( Gangguan Fungsi Saraf Facialis menyebabkan
Lagopthalmos)
Penderita diminta memejamkan mata sambil diminta sedikit menengadah.
Dilihat dari depan / samping apakah mata tertutup dengan sempurna / tidak
ada celah.
Bagi mata yang menutup tidak rapat, diukur lebar celahnya lalu dicatat
(misalnya lagopthalmos +, 3 mm).
b. Tangan
Fungsi Sensorik (Saraf Ulnaris dan Medianus)
Posisi penderita : Tangan yang akan diperiksa di letakkan di atas meja / paha
penderita atau bertumpu pada tangan kiri pemeriksa sedemikian rupa,
sehingga semua ujung jari tersangga (tangan pemeriksa yang menyesuaikan
diri dengan keadaan tangan penderita)misalnya claw hand.
Menjelaskan pada penderita apa yang akan dilakukan padanya, sambil
memperagakan dengan menyentuhkan ujung ballpoin pada lengannya dan
satu atau dua titik pada telapak tangannya.
15
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
Keterangan :
- Bila terasa ------- >
- Bila tidak terasa ------- >X
c. Kaki
Fungsi Sensorik (Saraf Tibialis Posterior)
Kaki kanan penderita diletakkan pada paha kiri, usahakan telapak kaki
menghadap ke atas. Tangan kiri pemeriksa menyangga ujung jari kaki
penderita.
Cara pemeriksaan sama seperti pada rasa raba tangan, titik-titik yang
diperiksa sesuai dengan form Pemantauan Fungsi Saraf.
16
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
Keterangan :
- Bila terasa ------- >
- Bila tidak terasa ------- >X
d. Tangan
Fungsi Motorik (Saraf Ulnaris, Medianus dan Radialis)
a) Jari Kelingking (Saraf Ulnaris)
Tangan kanan pemeriksa memegang jari telunjuk sampai jari manis agar
posisi tangan menghadap keatas ( ekstensi maksimal ).Minta pasien
mendorong jari kelingkingnya keluar seperti terlihat pada gambar.
Kemudian dorong jari kelingking pada pangkal jari ( ruas ketiga )
mendekati jari lainnya sementara pasien diminta menahan pada posisi
awal.
Penilaian :
- Bila ada tahanan : Kuat / K
- Bila tahanan lemah atau kelingkingterdorong:Lemah/Sedang/S
- Bila tidak bisa menahan dorongan : Lumpuh / L
- Bila pada pemeriksaan tersebut hasilnya meragukan apakah kuat
atau ada kelemahan, maka lakukanlah tes konfirmasi berikut ini.
17
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
Tes Konfirmasi
Penderita diminta menjepit sehelai kertas yang diletakkan di antara jari
manis dan jari kelingking tersebut, lalu pemeriksa menarik kertas
tersebut sambil menilai ada tidaknya tahanan / jepitan terhadap kertas
tersebut.
Penilaian :
Bila ada tahanan kuat : Kuat / K
Bila tahanan lemah : Lemah/Sedang/S
Bila tidak bisa menjepit kertas : Lumpuh / L
18
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
Keterangan :
Bila ada gerakan dan tahanan kuat : Kuat / K
Bila ada gerakan dan tahanan lemah: Sedang/S
Bila tidak ada gerakan : Lumpuh / L
Catatan :
Selalu bandingkan kekuatan otot tangan kanan dan kiri untuk
menentukan adanya kelemahan.
Keterangan :
Bila ada gerakan dan tahanan kuat : Kuat / K
Bila ada gerakan dan tahanan lemah:Lemah/Sedang/ S
Bila tidak ada gerakan : Lumpuh / L
(Pergelangan tangan tidak bisa ditegakkan ke atas)
d) Kaki
Fungsi motorik : Saraf Peroneus (= Poplitea Lateralis)
Dalam keadaan duduk, penderita diminta mengangkat ujung kaki dengan
tumit tetap terletak di lantai/ekstensi maksimal (seperti berjalan dengan
tumit).
19
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
Keterangan :
- Bila ada gerakan dan tahanan kuat : Kuat / K
- Bila ada gerakan dan tahanan lemah : Lemah / S
- Bila tidak ada gerakan : Lumpuh / L
20
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
b. Pemeriksaan Bakteriologis
21
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
Tempatkan semua material dan perlengkapan yang anda butuhkan diatas meja
yang bersih. Juga formulir permintaan pemeriksaan kaca obyek dan label
penanda kaca obyek.
22
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
f. Jepitlah kulit dengan erat mengunakan jempol dan telunjuk; tetap jepit dengan
kuat agar darah tidak ikut keluar.
g. Buatlah insisi (irisan) pada kulit dengan panjang sekitar 5 mm dan dalam 2 mm.
Kulit tetap dijepit agar tidak ada darah yang keluar. Jika berdarah bersihkan
darah tersebut dengan kapas alkohol.
h. Putar pisau skalpel 90 pertahankan pada sudut yang tepat pada irisan. Keroklah
irisan tersebut sekali atau dua kali menggunakan skalpel guna mengumpulkan
cairan dan bubur jaringan. Tidak boleh ada darah pada spesimen tersebut karena
dapat menggangu pewarnaan dan pembacaan
i. Lepaskan jepitan pada kulit dan hapus darah dengan kapas.
j. Buatlah apusan dari kerokan kulit tersebut di atas kaca obyek, pada sisi yang
berbeda dengan letak identitas. Buatlah apusan berbentuk lingkaran dengan
diameter 8 mm.
k. Hapus kotoran pada mata pisau skalpel menggunakan kapas alkohol. Lewatkan
mata pisau skalpel di atas nyala api selama 3-4 detik. Biarkan dingin tapi jangan
sampai menyentuh sesuatu.
l. Ulangi langkah diatas untuk lokasi apusan lain. Buat apusan di sisi dekat apusan
sebelumnya, tapi jangan sampai bersentuhan dengan apusan sebelumnya.
m. Lepas pisau skalpel dengan hati – hati
n. Tutup luka dan ucapkan terima kasih pada pasien.
o. Biarkan kaca obyek tersebut mengering beberapa saat dengan temperatur
ruangan tetapi tidak dibawah cahaya matahari langsung.
p. Fiksasi apusan dengan melewatkannya diatas nyala api bunsen 3 kali jangan
sampai terlalu panas (suam – suam kuku).
q. Letakkan kaca obyek di slide box dan kirimkan ke laboratorium dengan
permintaan pemeriksaan.
5. Melakukan pewarnaan
Buatlah pewarnaan dengan menggunakan metode Ziehl-Nelsen. Pewarnaan dengan
carbol fuchsin 0,3 %, kemudian bilaslah dengan asam alkohol 3 % untuk
menghilangkan semua warna, kecuali pada M. Leprae, kemudian lakukan lagi
pembilasan dengan methyllen blue 0,3 % untuk latar belakang. Basil kusta akan
terlihat seperti batang-batang merah pada latar belakang biru.
a. Peralatan dan Reagensia
1) Reagen ziehl nelsen yang terdiri dari : Larutan Carbol Fuchsin 0,3 %,
asam alkohol 3 % dan methylen blue 0,3 %.
2) Lampu spiritus (bunsen)
3) Wadah dengan air mengalir
23
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
4) Pipet tetes
5) Besi penyangga
6) Timer
7) Rak kaca obyek
8) Sarung tangan
Catatan :
Buat register kaca obyek di register laboratorium.
Letakkan kaca obyek di rak pewarnaan dengan sisi apusan menghadap ke
atas. 10 kaca obyek atau lebih dapat diwarnai bersamaan. Pastikan bahwa
kaca obyek tersebut tidak saling bersentuhan satu dan yang lain.
b. Pewarnaan
1) Sebelum digunakan, saringlah carbol fuchsin 0,3 % menggunakan kertas
saring biasa
2) Tutupi seluruh permukaan kaca obyek dengan larutan carbol fuchsin
3) Panaskan kaca obyek dengan hati-hati di atas lampu spiritus sampai uap
carbol fuchsin keluar. Ulangi langkah ini 3 kali selama 5 menit. Pastikan
bahwa pewarnaan tidak sampai mendidih. Jika pewarna mengering
tambahkan lagi reagens dan panaskan lagi.
4) Basuh dengan hati-hati di bawah air mengalir. Keringkan air hingga kaca
obyek tidak lagi berwarna, meskipun apusak akan menjadi merah tua.
c. Pelunturan
1) Tetesi permukaan kaca obyek sampai tertutup dengan asam alkohol 3 %
selama 10 menit.
2) Bilas perlahan dengan air.
d. Counter staining
1) Tetesi sediaan dengan methylen blue 0,3 % selama 1 menit.
2) Bilas dengan air dan biarkan kaca obyek mengering di rak pengeringan
dengan posisi miring dengan sisi apusan menghadap ke bawah.
3) Apusan siap dibaca di bawah mikroskop.
24
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
25
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
26
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
9. Identifikasi kuman
Setelah menemukan lapangan pandang pertama, pindahlah ke lapangan pandang
berikutnya. Periksalah tiap apusann sekitar 100 lapangan pandang.
Carilah keberadaan BTA. BTA akan nampak sebagai batang merah dengan latar
belakang biru. Bentuknya dapat lurus atau melengkung, dan warna merah dapat
merata atau homogen (solid) atau tidak rata (fragmanted dan granular). Kelompok
basil disebut sebagai globi. Basil yang solid menandakan adanya mikroorganisme
yang hidup dan dapat dengan mudah terlihat pada pasien baru yang belum diobati
atau pasien relaps.
a. Indeks Bakteriologi (IB)
27
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
Indeks Bacteriologi
0
O BTA dalam 100 LP, hitung 100 lapangan pandang
1+
1 – 10 BTA dalam 100 LP, hitung 100 lapangan pandang
2+
1 – 10 BTA dalam 10 LP, hitung 100 lapangan pandang
3+
1 – 10 BTA dalam rata- rata 1 LP, hitung 25 lapangan pandang
4+
10 – 100 BTA dalam rata-rata 1 LP,hitung 25 lapangan pandang
5+
100 – 1000 BTA dalam rata – rata 1 LP, hitung 25 lapangan pandang
6+ >1000 BTA atau 5 clumps ditemukan dalam rata – rata lapangan pandang :
hitung 25 lapangan pandang
Catatan : Untuk hasil positif, baik IB rata-rata atau IB tertinggi dapat diambil
sebagai IB penderita tersebut.
28
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
IM = ------------------------------- X 100%
Jumlah seluruh BTA
Indeks morfologi berguna untuk mengetahui daya penularan kuman, juga untuk
menilai hasil pengobatan dan membantu resistensi obat.
1. Daun Telinga
5+ 5 95
Kiri
2.Daun telinga
4+ 6 94
kanan
3.Paha kiri 4+ 3 97
4.Bokong kanan 4+ 4
96
29
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
Jumlah 17 + 18 382
17 18
IB = ----------- = 4,25 IM = ----------------- X 100 % = 4,50
4 18 + 382
Catatan :
- Hasil pembacaan sediaan apus cukup dinyatakan negatif (-) atau positif (+) saja.
- Bagi petugas Puskesmas/Kabupaten/Propinsi yang sudah mampu, dapat
menghitung derajat positifnya sesuai indeks bakteri.
2. Charting
Merupakan pemetaan kelainan akibat kusta yang terdapat pada tubuh penderita ke gambar
tubuh di kartu penderita menggunakan simbol-simbol baku yang sudah ditetapkan
dengan tujuan sebagai bukti ketepatan diagnosis yang telah dilakukan. Simbol-simbol
tersebut dan artinya adalah sebagai berikut :
Mati rasa
30
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi Pengelola
Program Kusta
Nodul /Benjolan
Penebalan saraf
31
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
Hidung pelana
anggota gerak)
Ulkus
Tangan lunglai (Drop hand, drop wrist) / kaki semper ( drop foot)
Catatan :
Bila ada kelainan kusta yang ditemukan pada tubuh penderita namun tidak ada
simbol yang disepakati untuk kelainan tersebut cukup tuliskan bentuk
kelainannya.
Pokok Bahasan 3 : Pengobatan Kusta
32
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
TUJUAN PEMBELAJARAN
Jenis obat :
- Rifampisin : bacterisid
- DDS : bacterisid lemah / Bacteriostatis
- Lampren : bacteriostatis dan anti inflamasi kuat
Multi Drug Therapy (MDT) adalah kombinasi dua atau lebih obat antikusta
yang salah satunya harus terdiri atas Rifampisin sebagai antikusta yang
bersifat bakterisid kuat dengan obat anti kusta lain yang bersifat
bakteriostatik.
Regimen MDT yang dianjurkan oleh WHO diberikan sesuai klasifikasi
penyakit yang diderita dan dikemas dalam bentuk blister pak yang setiap
blisternya adalah untuk satu bulan. Ada 4 blister pak berbeda tetapi dengan
obat-obat yang sama dan dosis yang lebih rendah untuk anak-anak. MDT
33
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
aman diberikan untuk wanita dan anak-anak, janin saat kehamilan, bahkan
bayi dan saat menyusui.
Dewasa
- Pengobatan bulanan adalah dosis hari pertama dari blister MDT yang
diminum di depan petugas dan terdiri atas:
• Dua kapsul Rifampisin @ 300 mg (600 mg)
• Satu tablet Dapson (DDS) 100 mg
- Pengobatan harian adalah dosis obat-obat yang diminum mulai hari kedua
pengobatan hingga hari ke duapuluh delapan, dan terdiri atas:
• Satu tablet Dapson 100 mg
300 Minum di
Rifampisin 450 mg/bln 600 mg/bln
mg/bln depan petugas
Berdasarkan 25 Minum di
Berat Badan 50 mg/hari 100 mg/hari
mg/hari depan petugas
DDS
25 Minum di
50 mg/hari 100 mg/hari
mg/hari rumah
Dewasa
- Pengobatan bulanan adalah dosis hari pertama dari blister MDT yang
diminum di depan petugas dan terdiri atas:
34
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
- Pengobatan harian adalah dosis obat-obat yang diminum mulai hari kedua
pengobatan hingga hari ke duapuluh delapan, dan terdiri atas:
• Satu kapsul Lampren 50 mg
• Satu tablet Dapson 100 mg
Minum di depan
Rifampisin 300 mg/bln 450 mg/bln 600 mg/bln
petugas
Minum di depan
25 mg/bln 50 mg/bln 100 mg/bln
petugas
Dapson (DDS) Berdasark
an
Berat 25 mg/hari 50 mg/hari 100 mg/hari Minum di rumah
Badan
Minum di depan
100 mg /bln 150 mg/bln 300 mg/bln
petugas
Clofazimine
50 mg 2 kali 50 mg setiap
50 mg/hari Minum dirumah
semnggu 2 hari
Dosis bagi anak berusia dibawah 5 tahun disesuaikan dengan berat badan.
Rifampisin : 10-15 mg/kg BB
DDS : 1-2 mg/kg BB
Clofazimin :
Bulanan : 6 mg/kg BB
Harian : 1 mg/kgBB
Rifampisin
Rifampisin jarang menimbulkan efek samping,tetapi tetap perlu diwaspadai
karena dapat menimbulkan :
- Sindroma pernafasan seperti sesak, hingga kollaps, dan shock. Atasi segera
dengan pemberian cairan, obat-obat anti shock seperti adrenalin dan
antihistamin. Jika tidak mampu ditangani, rujuk segera ke rumah sakit
terdekat. Tetapi efek samping ini sangat jarang terjadi.
Dapson (DDS)
- Secara umum, reaksi alergi akibat dapson (DDS) dapat menimbulkanreaksi
alergi pada kulit mulai ruam gatal pada kulit hingga mengelupas (dermatitis
exfoliatif), hingga sindrom Stevens-Johnson. Reaksi alergi terhadap dapson
dapat terjadi segera maupun kemudian. Namun lesi kulit/bercak kusta pada
pasien tidak pernah terasa gatal atau terbakar. Tanda dan gejala awal mirip
infeksi virus sehingga pasien seringkali menghentikan pengobatan, tetapi
36
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
o Perawatan kulit dengan zalf levertraan atau bioplacenton (bila ada) untuk
kulit yang mengelupas; atau secara sederhana dengan minyak kelapa.
o Antibiotik (golongan non sulfa) untuk mencegah infeksi sekunder,
terutama bila ada kulit mengelupas atau luka, bisa digunakan Ampisilin
4x 500 mg selama dua minggu.
37
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
Lampren (Clofazimine)
Dosis yang dipakai menurut regimen MDT sesungguhnya sangat jarang
menimbulkan efek samping yang berat. Penanganan Alergi terhadap
clofazimine biasanya dapat ditolerir dan pasien tidak diharuskan
menghentikan pengobatan karenanya.
- Warna kulit terutama pada infiltrat/bercak berwarna ungu sampai kehitam-
hitaman pada mereka yang berkulit terang dan terpapar matahari, namun
umumnya akan hilang sendiri 6-12 bulan setelah pengobatan selesai.
Clofazimine dapat melewati sawar placenta sehingga bayi yang lahir dari
wanita yang mendapatkan lamprene selama kehamilannya akan menjadi
lebih gelap warna kulitnya. Namun tidak ada bukti efek teratogenik
ditemukan.
- Kulit dan mukosa kering sehingga keringat dan airmata berkurang. Hal ini
juga akan menghilang setelah pengobatan selesai.
- Sebaiknya lamprene dimakan dekat dengan waktu makan atau diminum
bersama segelas susu. Jika pasien mengeluhkan adanya kolik atau rasa
nyeri perut seperti terbakar disertai dengan mual dan muntah, maka
dosisnya bisa diturunkan atau diberikan dalam interval waktu tertentu. Jika
diare atau muntahnya menetap, maka pasien harus dirumahsakitkan.
- Nyeri perut terjadi karena endapan kristal clofazimine dalam usus halus
menyebabkan terjadinya inflamasi di ujung usus halus. Jika berat,
38
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
39
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
Bila ada keluhan apapun yang terjadi selama masa pengobatan, diminta segera
memeriksakan diri ke puskesmas
Bila penderita saat pertama datang sudah dalam keadaan cacat, maka jelaskan
bahwa pengobatan tidak untuk menyembuhkan cacat yang sudah terlanjur diderita
E. Evaluasi Pengobatan
Monitoring Pengobatan
Default(er)
Jika seorang penderita PB tidak mengambil/minum obatnya lebih dari 3 bulan
(tidak mungkin baginya untuk menyelesaikan pengobatan sesuai waktu yang
ditetapkan), maka mereka dinyatakan sebagai Default(er) PB.
40
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
konseling dan
lengkapi sisa
pengobatan
terakhir yang
kurang
Relaps (Kambuh)
Terjadi bila sebelumnya penderita kusta sudah pernah dinyatakan sembuh atau telah
menyelesaikan pengobatan MDT oleh dokter atau petugas kesehatan, timbul lesi kulit
baru di tempat yang berbeda dan bukan lesi lama yang bertambah aktif.
Penderita kusta juga dinyatakan relaps bila terdapat penebalan saraf baru yang
disertai defisit neurologis yang sebelumnya tidak ada.
2. Terdapat
penebalan 3. Jika tidak
saraf baru dilakukan
yang disertai pemeriksaan BTA
defisit saat diagnosis,
neurologis lakukan
yang pemeriksaan
sebelumnya Indeks Morfologi
tidak ada
Penderita kusta
yang mendapat
monoterapi
Dapson sebelum
42
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
dikenalkan MDT
dan tanda kusta
aktif muncul
kembali
Keadaan Khusus
Catatan : Jika pengobatan TB sudah selesai maka pengobatan kusta kembali sesuai
blister MDT.
- Untuk penderita PB yang alergi terhadap DDS, tarik DDS dari blister dan ganti
dengan lampren sesuai dengan dosis dan jangka waktu pengobatan sama. DDS atau
obat-obatan yang mengandung sulfa lainnya tidak boleh diberikan lagi seumur
hidup !
- Untuk penderita MB yang alergi terhadap DDS, tarik DDS dari blister dan
pengobatan hanya dengan dua macam obat saja. (Rifampisin dan Lampren) sesuai
dosis dan jangka waktu pengobatan MB.
- Untuk penderita kusta yang alergi terhadap Rifampisin, maupun lampren, rujuk ke
dokter.
- Untuk penderita kusta yang memiliki kontra indikasi terhadap penggunaan
Rifampisin, maka diberikan lampren 50 mg ditambah dengan pengganti rifampisin
yaitu ofloksasin 400 atau 500 mg dan minosiklin 100 mg tiap hari, selama 6 bulan.
Diteruskan dengan lampren 50 mg ditambah ofloksasin 400 mg atau lampren 50 mg
dengan minosiklin 100 mg tiap hari selama 18 bulan.
43
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Pengertian
Reaksi kusta adalah suatu episode akut dari perjalanan kronis penyakit
kusta yang ditandai dengan peradangan akut akibat reaksi imun yang
berakibat merugikan
44
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
Faktor Pencetus :
B. Jenis Reaksi
Jenis reaksi sesuai proses terjadinya dibedakan atas :
Reaksi Tipe I
Bila ada reaksi pada kelainan kulit yang dekat dengan lokasi saraf,
dikategorikan sebagai reaksi berat.
46
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
Saraf tepi Tidak ada nyeri raba ataupun Ada nyeri raba, dan atau gangguan
gangguan fungsi fungsi
Organ tubuh Tidak ada gangguan Terjadi peradangan pada organ-
organ tubuh
Mata = Iridosiklitis
Testis = Epididymoorchitis
Ginjal = Nefritis
Sendi = Artritis
Kelenjar Limfe= Limfadenitis
Gangguan pada tulang, hidung &
Tenggorokan
Tabel5.4 Perbedaan Reaksi Ringan Dan Berat Pada Reaksi Tipe 1 dan 2
REAKSI TIPE 1 REAKSI TIPE 2
NO GEJALA/ RINGAN BERAT RINGAN BERAT
TANDA
1. Kulit Bercak : Bercak : Nodul : Nodul :
merah, tebal, merah, tebal, merah, panas, merah, panas,
panas, nyeri.* panas, nyeri nyeri nyeri yang
yang bertambah
bertambah parah à
parah à sampai pecah
sampai pecah
2. Saraf Tepi Nyeri pada Nyeri pada Nyeri pada Nyeri pada
perabaan : perabaan : (+) perabaan: perabaan : (+)
(-) (-)
* : Bila ada reaksi pada lesi kulit yang dekat dengan lokasi saraf, dikategorikan
sebagai reaksi berat
48
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
Kekebalan seluler
Respon
kekebalan
humoral
Jumlah Bakteri
PB MB
WHO
49
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
Form ini rutin diisi pada setiap kali kunjungan penderita ke Puskesmas saat
mengambil obat. Hasil kesimpulan pemeriksaan selanjutnya akan
menentukan penanganan lebih lanjut terhadap kerusakan saraf yang terjadi.
Pada kasus dimana terjadi nyeri dan gangguan saraf yang baru, diperlukan
pengisian form lain yaitu form evaluasi pengobatan reaksi berat. Form ini
akan diisi rutin setiap 1-2 minggu untuk mengevaluasi kondisi penderita.
50
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
Mata
Lagophthalmos (Mata tidak dapat menutup erat) Ya/Tidak
Bila mata menutup tidak rapat, Lingkari jawaban Ya, sementara bila tidak,
lingkari jawaban Tidak.
Sebaiknya diukur lebar celahnya lalu dicatat, misalnya lagopthalmos +, 3
mm.
Tangan
1) Setelah meraba saraf ulnaris, jika penderita merasa nyeri, lingkarilah
jawaban ya pada Nyeri tekan saraf ulnaris, atau tidak bila tidak
ditemukan nyeri tekan.
2) Kekuatan Otot
Tes kekuatan otot Jari ke – V (=Tes kekuatan otot untuk saraf
Ulnaris)
Jari Kelingking
a) Tangan kiri pemeriksa memegang ujung jari 2, 3 dan 4 tangan kanan
penderita dengan telapak tangan penderita menghadap ke atas dan
posisi ekstensi (jari kelingking/5 bebas bergerak tidak terhalang oleh
tangan pemeriksa).
b) Minta penderita mendekatkan dan menjauhkan kelingking dari jari-
jari lainnya dengan gerakan ke samping. Bila penderita dapat
melakukannya, minta ia menahan kelingkingnya pada posisi jauh
dari jari lainnya, dan kemudian dengan satu jari pemeriksa
mendorong pada bagian pangkal kelingking. (kadang otot yang
lumpuh tetap bisa digerakkan tetapi tidak bisa bergerak kearah
yang diharapkan/diperintahkan akan tetapi tidak bisa
dikategorikan “kuat” karena tidak sesuai dengan fungsi yang
diharapkan)
Penilaian :
- Bila jari kelingking penderita tidak dapat mendekat atau menjauh dari jari
lainnya berarti sudah lumpuh. Lingkari L.
- Bila jari kelingking penderita tidak dapat menahan dorongan pemeriksa
berarti lemah.Lingkari S
- Bila jari kelingking penderita dapat menahan dorongan jari pemeriksa
berarti masih kuat. Lingkari K
51
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
Dari tes konfirmasi, bila kertas terlepas dengan mudah berarti kekuatan
otot lemah.
Bila ada tahanan terhadap kertas berarti otot masih kuat.
Tes Kekuatan Otot Ibu Jari (= Tes Kekuatan Otot untuk saraf
Medianus)
Mampu menahan dorongan pemeriksa berarti Kuat / K.
Bila gerakan ibu jari keatas ada, tetapi tidak dapat menahan dorongan
pemeriksa, berarti Lemah/Sedang/S.
Bila tidak bisa gerakan ibu jari keatas berarti Lumpuh / L.
Lingkarilah pilihan jawaban K / S / L di lembaran form PFS sesuai hasil
pemeriksaan.
Tes Kekuatan Otot Tangan ke atas (= Tes Kekuatan Otot untuk saraf
Radialis)
Bila pergelangan tangan bisa diangkat ke atas dan mampu menahan
dorongan pemeriksa berarti Kuat / K.
Bila pergelangan tangan bisa diangkat ke atas namun tidak mampu menahan
dorongan pemeriksa atau hanya ada gerakan sedikit, berarti penilaiannnya
adalah Lemah/Sedang/ S.
Hasil pemeriksaan Kuat atau Lemah menandakan bahwa belum ada tangan
lunglai.
Bila Pergelangan tangan tidak bisa diangkat keatas berarti Lumpuh / L (),
ini berarti bahwa tangan sudah lunglai.
Kaki
52
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
Kesimpulan Pemeriksaan
Isi kesimpulan diperoleh sesuai hasil pemeriksaan.
53
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
Pada Anak
Untuk pengobatan reaksi berat pada anak harus dikonsultasikan ke dokter
atau dirujuk, karena steroid dapat mengganggu proses pertumbuhan.
Dosis maksimum prednison pada anak tidak boleh melebihi 1 mg/kg berat
badan. Minimal jangka waktu pengobatan adalah 12 minggu (3
bulan).Standar jangka waktu pemberian prednison 12 minggu. Namun
jangka waktu pemberian ini bisa lebih atau kurang tergantung dari dosis
awal dan gejala klinis
Contoh:
Anak dengan berat badan 22 kg,
54
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
Catatan :
Pemberian prednison harus dengan pertimbangan matang. (Untuk petugas
harus mengkonsultasikan pada dokter puskesmas/dokter kusta)
Sebaiknya diberikan dalam dosis tunggal pagi hari sesudah makan karena
kadar kortisol alamiah dalam tubuh paling tinggi pada pagi hari (Jika
memang terpaksa pemberian prednison selain secara dosis tunggal dapat
diberikan dalam dosis terbagi, misalnya : 2 x 4 tab/hari dst)
Selambat-lambatnya setiap 2 minggu penderita harus diperiksa ulang
dan mencatatnya dalam form pencegahan cacat. Form pemberian
prednison diisi berdasarkan hasil evaluasi pemeriksaan fungsi saraf. Bila
tidak ada perbaikan maka dosis prednison yang diberikan dapat
dilanjutkan 3 s/d 4 minggu atau dapat ditingkatkan (misalnya dari 15 mg
menjadi 20 mg sehari) jika kondisi memburuk
Khusus untuk nyeri saraf, sebaiknya dicari dosis awal untuk penderita
tersebut dengan memeriksa ulang setelah 1 minggu, bila tidak ada
perbaikan dosis dinaikkan menjadi 50 mg sampai 60 mg/hari. Dosis awal
ini dipertahankan selama 2 minggu.
55
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
Pemberian terus-menerus:
• Gangguan cairan dan elektrolit
• Hiperglikemi
• Mudah infeksi
• Perdarahan atau perforasi pada penderita tukak lambung
• Osteoporosis
• Cushing Syndrome: Moon face, Obesitas sentral, jerawat, pertumbuhan
rambut berlebihan, timbunan lemak supraklavikuler.
• Wajib mengetahui kontra indikasi pemberian prednison: Hipertensi,
TBC, kencing manis, tukak lambung berat, infeksi berat.
Pemberian Lampren
Hanya diberikan kepada Reaksi Tipe II (ENL berulang):
a) Episode reaksi lebih satu kali
b) ENL berat dengan dosis prednison naik turun
Dosis Lampren ditinggikan dari dosis pengobatan kusta. Untuk orang dewasa
3 x 100 mg/hari selama 2 bulan. Kemudian dosis diturunkan menjadi 2 x 100
mg per hari selama 2 bulan, dan kemudian diturunkan menjadi 100 mg per
hari selama 2 bulan. Jika pasien masih dalam pengobatan MDT, lampren
dalam MDT diteruskan (50 mg per hari). Jika pasien sudah dinyatakan
RFT, lampren dihentikan.
Catatan :
1. Evaluasilah dulu kondisi pasien sebelum menurunkan dosis prednison
2. Lampren harus diberikan bersama dengan prednison karena lampren baru akan
menunjukkan khasiatnya dalam mengatasi peradangan setelah lebih dari 4
minggu dan sebelum itu, maka efek anti radang dilakukan oleh prednison
56
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
Catatan :
57
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
TUJUAN PEMBELAJARAN
Kusta merupakan masalah kesehatan masyarakat karena cacatnya. Cacat kusta terjadi
akibat gangguan fungsi saraf pada mata, tangan atau kaki. Sayangnya, orang-orang
yang cacat akibat kusta “dicap” seumur hidup sebagai “penderita kusta” walaupun
sudah sembuh dari penyakit. Sementara sebenarnya hampir semua cacat dapat dicegah.
Untuk itu perlu diketahui saraf apa saja yang terkena yang menyebabkan kecacatan
sehingga pencegahan dapat dilakukan.
Terjadinya cacat tergantung dari fungsi saraf, serta saraf mana yang rusak
1. Infiltrasi langsung M.leprae ke susunan saraf tepi dan organ (misalnya mata).
2. Melalui reaksi kusta
58
Sensorik Motorik Otonom
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
Fungsi
Saraf
Motorik Sensorik Otonom
Facialis Kelopak mata tidak bisa
menutup
Ulnaris jari tangan ke 4 dan ke 5 Mati rasa telapak
lemah/lumpuh/kiting tangan bagian jari ke Kekeringan dan
4&5 kulit retak
59
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
Medianus ibu jari, jari 2 dan 3 Mati rasa telapak
lemah/lumpuh/kiting tangan bagian ibu
jari, jari ke 2 & 3
Radialis tangan lunglai
akibat
Peroneus Kaki semper kerusakan
Tibialis Jari kaki kiting Mati rasa telapak kelenjar
posterior kaki keringat,
minyak dan
Tingkat Cacat WHO
Untuk menilai kualitas penanganan pencegahan cacat yang dilakukan oleh petugas,
maka semua pasien kusta dinilai tingkat cacatnya sesuai dengan petunjuk WHO.
Kualitas penemuan penderita juga dapat dinilai dengan melihat proporsi tingkat cacat 2
di antara penderita baru.
Ini suatu sistem untuk mengukur cacat akibat kerusakan saraf, sebagai resiko
penyakit kusta. Cacat yang terjadi bukan akibat kusta, tidak dihitung
Mata diperiksa apakah kelopak mata sulit menutup
Tangan diperiksa apakah ada lunglai, mati rasa pada telapak, lukaatau ulkus akibat
mati rasa, pemendekan jari atau kelemahan otot
Kaki diperiksa apakah ada lunglai (semper), mati rasa pada telapak kaki, luka atau
pemendekan jari
0 ► Jika mata, tangan atau kaki tetap utuh, maka diberi tingkat cacat 0
1 ► Jika ada cacat pada tangan atau kaki akibat kerusakan saraf karena penyakit kusta,
tetapi cacat itu tidak kelihatan, maka diberi tingkat cacat 1
2 ► Kalau ada cacat akibat kerusakan saraf dan cacat itu kelihatan (borok, luka, jari
kiting, lunglai, pemendekan, mata tidak dapat menutup erat, luka pada kornea), maka
diberi tingkat cacat 2
60
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
jari dari jarak 6 meter
Yang tidak termasuk hitungan ialah semua cacat atau kelainan pada kulit saja atau yang
terjadi bukan akibat penyakit kusta, yaitu luka biasa (pada tangan atau kaki yang tidak
matirasa), alis mata menipis (madarosis), hidung pelana, mati rasa selain pada telapak
(pada kulit umum atau pada bercak); kiting, kelemahan otot atau kehilangan jari yang
disebabkan oleh kecelakaan.
Tingkat cacat umum berarti nilai cacat yang paling tinggi di antara mata, tangan dan
kaki, dan nilai itulah yang diisi di laporan bulanan.
Jumlah nilai diperoleh dengan menjumlahkan semua nilai dari mata, tangan dan kaki,
sehingga dapat gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan penderita itu yang
sebenarnya.
Dilakukan pada waktu mulai pengobatan dan pada waktu RFT.Contoh: Ada penderita
yang mempunyai mata tetap utuh, tangan kanan matirasa, tangan kiri matirasa & kiting,
kaki kanan lunglai tetapi kaki kiri utuh.
Program pencegahan cacat sebenarnya sudah dimulai sejak dari penemuan penderita.
61
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
Petugas Kusta puskesmas harus memperhatikan pasien yang cacat tetap dan
menentukan tindakan perawatan diri apa yang perlu dilakukan pasien itu. Petugas
jangan hanya memberikan ceramah kepada pasien, tetapi peragakan tindakan-tindakan
itu dan bantulah penderita supaya dia dapat melakukannya sendiri.
Pasien harus mengerti bahwa pengobatan MDT sudah (atau akan) membunuh bakteri
kusta. Tetapi cacat pada mata, tangan atau kakinya yang terlanjur terjadi akan tetap ada
seumur hidupnya, sehingga dia harus bisa melakukan perawatan diri dengan rajin agar
cacatnya tidak bertambah berat.
Memeriksa:
Sering-seringlah bercermin apakah ada kemerahan atau benda yang masuk ke mata
(penjelasan lebih lanjut mengenai mata merah akan dijelaskan kemudian). Goresan
kain baju, sarung bantal, tangan, daun, debu, rambut, asap, dll dapat merusak mata,
akibatnya, mata akan merah, meradang dan terjadi infeksi yang bisa mengakibatkan
kebutaan.
62
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
Melindungi mata dari debu dan angin yang dapat mengeringkan mata, dengan
memakai kacamata, waktu istirahat, tutuplah mata dengan sepotong kain basah.
63
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
Tangan bisa terluka oleh:Benda panas, seperti gelas kopi panas, cerek, kuali, rokok,
api, bara api, knalpot, dll
Benda-benda tajam, seperti kaca, seng, pisau, duri, kawat berduri, paku, gergaji, dll
Gesekan dari alat kerja (tukul, cangkul), tali pengikat sapi atau perahu, batu, dll
Pegangan yang terlalu kuat pada alat kerja
Seringlahberhenti dan memeriksa tangan dengan teliti jangan sampai ada luka atau
lecet yang kecil sekalipun karena kekeringan akan mudah mengakibatkan luka-luka
kecil akibat retakan kulit yang pecah.
64
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
Perawatan kulit yang kering adalah dengan cara merendam tangan selama 20 menit
setiap hari dalam air dingin, kemudian langsung olesi denganminyak (kelapa atau
minyak lain) untuk melindungi kelembaban kulit.
Kalau dibiarkan bengkok, sendi-sendi akan menjadi kaku dan otot-otot akan
memendek sehingga jari akan menjadi lebih kaku dan tidak dapat digunakan, serta
dapat menyebabkan luka.
Seringlah memeriksa tangan dengan teliti, karena pemakaian jari-jari yang sudah
bengkok tersebut juga mudah menyebabkan luka.
Perawatan jari-jari yang bengkok bertujuan mencegah supaya jangan sampai
terjadi kekakuan lebih berat dapat dilakukan dengan cara sesering mungkin setiap
hari memakai tangan lain untuk meluruskan sendi-sendinya.
Taruh tangan di atas paha seperti dalam gambar berikut ini, luruskan dan
bengkokkan jari berulang kali.
Pegang ibu jari dengan tangan lain dan gerakkan sendi supaya tidak kaku.
65
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
Jari tangan yang kontraktur mudah terluka saat melakukan pekerjaan ringan
sekalipun. Melindungi jari-jari yang kontraktur dapat dilakukan dengan cara
memakai alat-alat pelindungseperti alat bantu yang telah dimodifikasi untuk jari
yang bengkok.
Untuk kaki yang semper :
Kalau kaki semper dibiarkan tergantung, otot pergelangan kaki bagian belakang
(archilles) akan memendek sehinga kaki itu tetap tidak bisa diangkat, jari-jari kaki
akan terseret dan luka. Dan karena kaki itu miring waktu melangkah, akan mudah
terjadi ulkus di belakang jari kaki ke 4 dan ke 5. Oleh karena itu pemeriksaan
rutin kondisi kaki juga perlu dilakukan.
Untuk mencegah agar kaki yang semper (lumpuh) tidak bertambah cacat maka
dianjurkan melakukan kegiatan berikut.
a. Merawat kaki supaya tidak menjadi kaku dengan latihan seperti berikut :
Duduk dengan kaki lurus ke depan. Pakai kain panjang atau sarung yang
disangkutkan pada bagian depan kaki itu dan tarik ke arah tubuh. (Untuk kaki
semper yang luka).
66
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
Cara lain untuk melatih kaki yang lemah adalah: Duduklah dengan kaki lurus.
Ikatlah karet (dari ban dalam) pada tiang atau kaki meja, dan dengan bertumpu
pada sendi pergelangan kaki, dan tarik tali karet itu dengan punggung kaki,
lalu tahan beberapa saat dan kemudian ulangi beberapa kali
b. Melindungi jari-jari tidak ikut terseret dan luka dengan cara : selalu pakai
sepatu, mengangkat lutut lebih tinggi waktu berjalan, atau memakai tali karet di
antara lutut dan sepatu guna mengangkat kaki bagian depan waktu berjalan
67
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
Kalau ada luka, memar atau lecet kecil, langsung rawat dan istirahatkan bagian
kaki itu sampai sembuh, yaitu istirahatkan kaki (jangan sekali-kali diinjakkan) !
68
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
Bila di sekitar luka ada kulit mati yang sangat menebal, yang dengan digosok batu
apung hanya membawa sedikit perubahan, maka untuk mencegah terjadinya luka
dan mempercepat pertumbuhan kulit baru maka petugas dianjurkan untuk
melakukan trimming (eksisi kulit mati) di sekitar ulkus plantaris menggunakan
skalpel.
Posisikan jari kaki dalam posisi hiper ekstensi (untuk meminimalkan perdarahan)
Koreklah jaringan mati, gunakan probe untuk menelusuri sinus atau penyebaran
luka (atau abses) yang mungkin sampai ke bagian dorsum kaki.
Gambar:
Eksisi bagian pinggir ulkus, potong jaringan yang mati di bagian tepi dan kallus di
sekitar ulkus.
Gambar :
Melindungi kaki dengan membagi tugas rumah tangga supaya orang lain
mengerjakan bagian yang berbahaya bagi kaki yang mati rasa dan pastikan untuk
selalu memakai alas kaki.
69
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
Luka borok atau ulkus disebabkan karena menginjak benda tajam atau ada memar
yang tidak dihiraukan karena penderita tidak merasa sakit. Luka itu terus terinjak
karena berat badan penuh, sampai kulit dan daging hancur. Luka itu sebenarnya
akan dapat sembuh sendiri bila diistirahatkan selama beberapa minggu.
Memeriksa kaki secara rutin dengan teliti apakah ada kotoran atau benda asing
dalam luka karena dapat mengganggu penyembuhan luka.
Cara merawat yang tepat ialah bersihkan luka dengan air sabun dan tutup luka
dengan kain pembalut bersih (bisa diperoleh dari kain perca yang ada di rumah,
hanya syaratnya di cuci rutin dan sering diganti).
Cara melindungi kaki yang borok dari trauma lanjutan adalah dengan
mengistirahatkan bagian kaki itu dengan sedapat mungkin mengurangi tekanan
yang diterima oleh bagian kaki yang mengalami borok tersebut (dapat dilakukan
dengan cara jangan diinjakkan pada waktu berjalan, berjalan pincang/timpang,
memakai tongkat atau kruk di sisi yang tidak sakit, menggunakan sepeda atau
dengan alat bantu berupa bantalan yang dibuat khusus untuk kondisi kaki
tertentu).
70
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
X √
Jika pada ulkus tidak ada tanda infeksi (merah, bengkak, panas, sakit), berarti
tidak ada infeksi sekunder oleh bakteri lain sehingga antibiotik tidak perlu
diberikan.
Apabila cacat sudah menetap, misalnya clawing/drop foot anjurkan untuk dirujuk
bedah rekonstruksi.
71
Modul Pelatihan Jarak Jauh Pencegahan dan Pengendalian Kusta bagi
Pengelola Program Kusta
Cacat sudah menetap, misalnya jari bengkok, tangan lunglai, kaki semper, dan
mata yang tidak dapat menutup
Khusus untuk operasi rekonstruksi, ada hal-hal yang menjadi pra syarat yang harus
dipenuhi sebelum operasi dilaksanakan, antara lain :
1. Usia produktif dan bersedia dioperasi
2. Mengerti apa manfaat dan batasan operasi
3. RFT (untuk bedah sepsis tidak perlu menunggu pasien RFT)
4. Bebas reaksi atau bebas prednison, minimal 6 bulan
5. Cacat sudah menetap (lebih dari 1 tahun)
6. Tidak ada kekakuan sendi/kontraktur pada jari-jari
7. Tidak ada luka pada daerah yang akan dioperasi
8. Kondisi umum baik, HB di atas 10 gr%
a. Perawatan diri dapat dilakukan secara berkelompok bersama penderita kusta lain
dan orang yang pernah mengalami kusta
b. Dapat juga diintegrasikan dengan penderita disabilitas penyakit lain seperti
filariasis dan diabetes mellitus
c. Kelompok perawatan diri dapat ditingkatkan menjadi self help group
(SHG)yang dapat dibentuk dengan tujuan lain untuk perawatan diri juga dapat
mengurangi stigma dan diskriminasi serta meningkatkan taraf hidup ekonomi
penderita kusta dan keluarganya
72