Anda di halaman 1dari 17
Menimbang Mengingat BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 45 TAHUN 2020 TENTANG PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS, bahwa dalam rangka menuju Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, serta untuk melaksanakan ketentuan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Penanganan _ Benturan _Kepentingan _perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Penanganan Benturan Kepentingan; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Penanganan Benturan Kepentingan; Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Kepulauan Anambas di Provinsi Kepulauan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4879); Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi_ Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Penanganan Benturan Kepentingan. Menetapkan MEMUTUSKAN: PERATURAN BUPATI TENTANG PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini, yang dimaksud dengan: i. 2. 3. 10. Daerah adalah Kabupaten Kepulauan Anambas. Bupati adalah Bupati Kepulauan Anambas. Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Kepulauan Anambas. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas. Inspektorat, adalah unsur Pengawas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah penyelenggaraan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah otonom. Unit Kerja adalah unit kerja pada Perangkat Daerah. Benturan Kepentingan adalah situasi dimana Penyelenggara Negara memiliki atau patut diduga memiliki kepentingan pribadi terhadap _ setiap penggunaan — wewenang, _—sehingga — dapat mempengaruhi kualitas _keputusan dan/atau tindakannya. Penyelenggara Negara adalah Pejabat Negara yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, atau yudikatif, dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan. 11. Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas meliputi pemberian uang, barang, rabat, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma dan fasilitas lainnya. Pasal 2 Peraturan Bupati ini dimaksudkan sebagai kerangka acuan bagi Perangkat Daerah/Unit Kerja untuk memahami, mencegah, dan mengatasi__benturan kepentingan. Pasal 3 ‘Tujuan ditetapkannya Peraturan Bupati ini adalah: a. untuk menciptakan budaya pelayanan publik yang memahami, mencegah dan mengatasi situasi benturan kepentingan secara transparan dan efesien tanpa mengurangi kinerja Pejabat atau Pegawai yang bersangkutan; b. untuk mencegah terjadinya pengabaian pelayanan publik dan kerugian negara; untuk menegakkan integritas; dan d. untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Pasal 4 Ruang Lingkup pengaturan dalam Peraturan Bupati ini meliputi: a. sumber dan jenis benturan kepentingan; b. penanganan benturan kepentingan Kepentingan; c. monitoring dan evaluasi; dan d. _pengendalian dan pengawasan. BAB II SUMBER DAN JENIS BENTURAN KEPENTINGAN Bagian Kesatu Sumber Benturan Kepentingan Pasal 5 Sumber penyebab Benturan Kepentingan meliputi: a. penyalahgunaan wewenang, yaitu_penyelenggara Daerah membuat keputusan atau tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan atau melampaui batas-batas pemberian wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan; perangkapan jabatan, yaitu seorang penyelenggara Daerah menduduki dua atau lebih jabatan publik sehingga tidak bisa menjalankan jabatannya secara profesional, independen dan akuntabel; hubungan afiliasi/pribadi, golongan, yaitu hubungan yang dimiliki oleh seorang penyelenggara Daerah dengan pihak tertentu baik karena hubungan darah, hubungan perwakilan maupun hubungan pertemanan yang dapat mempengaruhi keputusannya; gratifikasi; kelemahan sistem organisasi, yaitu keadaan yang menjadi kendala bagi pencapaian tujuan pelaksanaan kewenangan penyelenggara Daerah yang disebabkan karena struktur dan budaya organisasi yang ada; dan mengutamakan kepentingan pribadi/kelompok dalam pelaksanaan pekerjaan. Bagian Kedua Jenis Benturan Kepentingan Pasal 6 Jenis Benturan Kepentingan: a. b. kebijakan yang berpihak akibat pengaruh/hubungan dekat/ketergantungan/pemberian gratifikasi; pemberian izin yang diskriminasi; c. pengangkatan pegawaiberdasarkan hubungan dekat/balas jasa/rekomendasi/pengaruh dari pejabat pemerintah; d. pemilihan partner/rekanankerja_berdasarkan keputusan yang tidak professional; e. _melakukan komersialisasi pelayanan publik; Penggunaan aset dan informasi rahasia untuk kepentingan pribadi; g. menjadi bagian dari pihak yang diawasi; h, melakukan pengawasan tidak sesuai dengan norma, standar dan prosedur; i, menjadi bawahan pihak yang dinilai; j. melakukan pengawasan atas pengaruh pihak lain; k, melakukan penilaian atas pengaruh pihak lain; 1. melakukan penilaian tidak sesuai norma, standar dan prosedur; m, menjadi bagian dari pihak yang memiliki kepentinmgan atas sesuatu yang dinilai; dan n. penyelidikan dan penyidikan yang dapat merugikan pihak terkait karena pengaruh pihak lain. BAB III PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN Bagian Kesatu Prinsip Dasar Pasal 7 (1) Penanganan Benturan Kepentingan pada dasarnya dilakukan melalui perbaikan nilai, sistem, pribadi dan budaya. (2) Penanganan Benturan Kepentingan _sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berprinsip pada: a. mengutamakan kepentingan publik: 1. Penyelenggara Negara harus memperhatikan asas umum pemerintahan yang baik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat; 2. Dalam pengambilan keputusan, Penyelenggara Negara harus —_berdasarkan _peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang berlaku tanpa memikirkan keuntungan pribadi atau tanpa dipengaruhi preferensi _pribadi ataupun afiliasi dengan agama, profesi, serta partai atau politik, etnisitas dan keluarga; 3. Penyelenggara Negara tidak boleh memasukkan unsur kepentingan pribadi dalam pembuatan keputusan dan tindakan yang dapat mempengaruhi kualitas keputusannya. Apabila terdapat benturan —_kepentingan, maka Penyelenggara Negara tidak boleh berpartisipasi dalam pembuatan keputusan-keputusan resmi yang dapat dipengaruhi oleh kepentingan dan afiliasi pribadinya; 4. Penyelenggara Negara harus menghindarkan diri dari tindakan pribadi yang diuntungkan oleh “inside information” atau informasi orang dalam yang diperolehnya dari jabatannya. Sedangkan informasi ini tidak terbuka untuk umum; dan 5. Penyelenggara Negara tidak boleh mencari atau menerima keuntungan yang tidak seharusnya sehingga dapat mempengaruhi pelaksanaan tugasnya. Penyelenggara Negara juga tidak mengambil keuntungan yang tidak seharusnya dari jabatan yang pernah dipegangnya termasuk mendapatkan informasi _hal-hal dalam jabatan tersebut pada saat pejabat yang bersangkutan tidak lagi duduk dalam jabatan tersebut. b. menciptakan keterbukaan penanganan dan pengawasan benturan kepentingan antara lain: 1. Penyelenggara Negara harus bersifat terbuka atas pekerjaan yang dilakukan. Kewajiban ini tidak sekedar terbatas pada _mengikuti undang-undang dan peraturan tetapi juga harus mentaati nilai-nilai pelayanan publik seperti bebas kepentingan/disinterestedness, tidak berpihak dan memiliki integritas; 2. kepentingan pribadi dan hubungan afisiasi Penyelenggara Negara yang dapat menghambat pelaksanaan tugas publik harus diungkapkan dan dideklarasikan agar dapat dikendalikan dan ditangani secara memadai; 3. Penyelenggara Negara harus menyiapkan mekanisme dan prosedur pengaduan dari masyarakat terkait_ adanya _benturan kepentingan yang terjadi; 4. Penyelenggara Negara serta lembaga publik harus menjamin konsistensi dan keterbukaan dalam proses penyelesaian atau penanganan situasi benturan kepentingan; 5. Penyelenggara Negara serta lembaga publik harus mendorong keterbukaan _terhadap pengawasan dalam —_penanganan__ situasi benturan kepentingan sesuai dengan kerangka hukum yang ada; 6. Penyelenggara Negara serta lembaga publik harus dapat memberikan akses kepada masyarakat untuk mendapatkan _ berbagai informasi yang terkait dengan penggunaan kewenangannya; dan 7. Penyelenggara Negara harus menyiapkan prosedur pengajuan keberatan dari masyarakat tentang penggunaan kewenangannya. mendorong tanggung jawab pribadi dan sikap keteladanan 1. Penyelenggara Negara senantiasa bertindak sedemikian rupa agar integritas mereka dapat menjadi teladan bagi Penyelenggara Negara lainnya dan bagi masyarakat; 2. Penyelenggara Negara harus sebisa mungkin bertanggung jawab atas pengaturan urusan pribadinya agar dapat menghindari terjadinya benturan kepentingan pada saat dan sesudah masa jabatannya sebagai Penyelenggara Negara; 3. Penyelenggara Negara harus bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan benturan kepentingan yang —_-merugikan kepentingan publik apabila terjadi benturan kepentingan; 4. Penyelenggara Negara harus menunjukkan komitmen mereka pada integritas dan profesionalisme dengan menerapkan kebijakan penanganan benturan kepentingan yang efektif; dan 5. Penyelenggara Negara serta lembaga publik harus bertanggung jawab atas segala urusan yang menjadi tugasnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. d. menciptakan dan membina budaya organisasi yang tidak toleran terhadap Benturan Kepentingan: 1. lembaga publik harus menyediakan dan melaksanakan kebijakan, proses, dan praktek manajemen yang memadai dalam lingkungan kerja yang dapat mendorong pengawasan dan penanganan situasi benturan kepentingan yang efektif; 2. lembaga publik = harus—_—mendorong Penyelenggara Negara untuk mengungkapkan dan membahas masalah-masalah benturan kepentingan serta harus membuat ketentuan yang melindungi_—iketerbukaan — dari penyalahgunaan oleh pihak-pihak lain; 3. lembaga publik harus menciptakan dan mempertahankan budaya komunikasi terbuka dan dialog mengenai integritas dan bagaimana mendorongnya; dan 4. lembaga publik harus memberi pengarahan dan pelatihan untuk meningkatkan pemahaman serta. memungkinkan evolusi dinamis dari ketentuan yang telah ditetapkan dan aplikasi ketentuan tersebut di tempat kerja. Bagian Kedua Tata Cara Penanganan Benturan Kepentingan Pasal 8 (1) Setiap Pejabat/Pegawai yang mengalami suatu kejadian/keadaan benturan_kepentingan _harus melaporkan kejadian/keadaan tersebut kepada atasan langsung. (2) Apabila atasan langsung sebagimana dimaksud pada ayat (1) terlibat | dalam terjadinya _benturan kepentingan, maka Pejabat/Pegawai melaporkan kepada Kepala Perangkat Daerah/Unit Kerja. (3) Setiap Pejabat/Pegawai yang mengetahui adanya benturan kepentingan di lingkungan Perangkat Daerah/Unit Kerja, harus melaporkan kejadian/keadaan tersebut kepada Kepala Perangkat Daerah/Unit Kerja. (4) Apabila Kepala Perangkat Daerah/Unit Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) terlibat dalam terjadinya benturan kepentingan, maka Pejabat/Pegawai melaporkan kepada Bupati dengan melalui Inspektorat. (5) Masyarakat yang mengetahui/mengalami terjadinya benturan kepentingan dapat melaporkan atau memberikan keterangan adanya dugaan benturan kepentingan melalui saranan pengaduan masyarakat yang ada di Inspektorat. (6) Format laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) tercantum dalam Lampiran Il yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati Pasal 9 (1) Laporan atau keterangan kejadian/keadaan benturan kepentingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1), ayat (3) dan ayat (5) disampaikan dengan melampirkan bukti-bukti terkait. (2) (3) (4) (5) (6) (y (2) Atasan langsung/Kepala Perangkat Daerah/Unit Kerja yang menerima laporan kejadian/keadaan benturan kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memeriksa kebenaran laporan paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak laporan dugaan terjadinya praktik benturan kepentingan diterima. Format hasil Pemeriksaan yang dilakukan Atasan langsung/Kepala Perangkat | Daerah/Unit Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran Ill yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh atasan langsung/Kepala Perangkat| Daerah/Unit Kerja sebagimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam berita acara pemeriksaan dan disampaikan kepada Bupati melalui Inspektorat. Apabila hasil dari pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) laporan dinyatakan tidak benar, maka keputusan dan/atau _ tindakan Penyelenggara Daerah yang dilaporkan tetap berlaku. Apabila hasil dari pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), laporkan dinyatakan benar, maka dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) hari kerja, keputusan dan/atautindakan yang mengandung benturan kepentingan harus ditinjau kembali. Bagian Ketiga Identifikasi Benturan Kepentingan Pasal 10 Setiap Perangkat Daerah/Unit kerja mengindentifikasi Benturan Kepentingan sesuai dengan tugas dan fungsi serta kewenangannya. Identifikasi_ Benturan Kepentingan _sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Perangkat Daerah/Unit Kerja. (3) Format Keputusan Kepala Perangkat Daerah/Unit (1) (3) (4) (5) (6) Kerja tentang identifikasi Benturan Kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. BAB IV MONITORING DAN EVALUASI Pasal 11 Kepala Perangkat Daerah/Unit Kerja melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan identifikasi dan penanganan Benturan Kepentingan secara berkala. Monitoring dan Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan mengisi kuesioner monitoring dan evaluasi identifikasi Benturan Kepentingan. Kuesioner monitoring dan evaluasi__identifikasi Benturan Kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Hasil monitoring dan evaluasi__pelaksanaan identifikasi dan penanganan Benturan Kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Bupati melalui Inspektorat. Apabila hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diketahui _terdapat perubahan terhadap hasil identifikasi benturan kepentingan, maka Kepala Perangkat Daerah/Unit Kerja meninjau kepada Keputusan _ tentang identifikasi Benturan Kepentingan _sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2). Inspektorat melaksanakan pembinaan dan monitoring kepada seluruh Perangkat Daerah untuk mengetahui pelaksanaan__efektifitas__ pedoman Benturan Kepentingan. BAB V PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN Pasal 12 (1) Pengendalian penanganan Benturan Kepentingan di setiap Perangkat Daerah/Unit Kerja menjadi tanggung jawab seluruh Pejabat, Atasan Langsung dan Pegawai di lingkungan Perangkat Daerah/Unit Kerja yang bersangkutan. (2) Pengawasan penanganan Benturan Kepentingan dilakukan oleh Inspektorat. (3) Pengendalian dan Pengawasan penanganan Benturan Kepentingan sebagimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan oleh Tim Penanganan Benturan Kepentingan. (4) Tim Penanganan Benturan Kepentingan sebagimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. BAB VI KETENTUAN PENUTUP, Pasal 13 Peraturan Bupati mulai berlaku pada ___tanggal diundangkan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan | Bupati. ini. dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas. Ditetapkan di Tarempa pada tanggal |} September 2020 BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS, 4 ABDUL HARIS pada tanggal September 2020 a SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KEPULAI ANAMBAS, SAHTIAR BERITA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2020 NOMOR ¢ 56 Keputusan Kepala (Perangkat Daerah/Unit Kerja) Nomor.. Lampiran I Nomor > 4 Tanggal IF Tahun 2020 September 2020 Peraturan Bupati Kepulauan Anambas Format Keputusan Kepala Perangkat Daerah/Unit Kerja ‘Tentang Identifikasi Benturan Kepentingan benturan kepentingan di Lingkungan (Unit Kerja): berikut identifikasi [No Uraian Kondisi Potensi | Pejabat/Pegawai| Strategi | Bentuk/Jenis Benturan yang Terkait | Pencegahan Potensi Benturan | Kepentingan | Kepentingan QQ) (2) (3) (4) 1. 2 BB. [& Kepala Perangkat Daerah NIP. Catatan : 1. Kolom (1) diisi bentuk/jenis potensi benturan kepentingan 2. Kolom (2) diisi uraian kondisi benturan kepentingan yang kemungkinan akan terjadi 3. Kolom (3) diisi jabatan subjek yang terlibat situasi benturan kepentingan 4. Kolom (4) diisi strategi pencegahan situasi benturan kepentingan 5.Bentuk dan uraian potensi benturan kepentingan tidak terbatas pada yang disampaikan diatas, apabila terdapat situasi diluar contoh diatas kemungkinan akan terjadi pada unit kerja maka hal tersebut dapat ditambahkan, BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS, d ABDUL HARIS Lampiran Il: Peraturan Bupati Kepulauan Anambas Nomor : 4y Tahun 2020 Tanggal : {} September 2020 Format Laporan Benturan Kepentingan Yth. di Merujuk pada Peraturan Bupati Nomor......Tahun 2020 tentang Penanganan Benturan Kepentingan dan Keputusan Kepala (Perangkat Daerah) Nomor..........tentang Identifikasi Benturan Kepentingan di Lingkungan (Unit Kerja), berikut disampaikan kondisi benturan kepentingan untuk dimintakan telaahan kondisi, penyebab dan penanganannya sebagai berikut: Nama Jabatan Unit Kerja Uraian Benturan Kepentingan Penyebab Status Penanganan ___| Sudah ditindaklanjuti Demikian disampaikan untuk dapat dipertimbangkan. .2020 Pelapor Tembusan : Inspektur *) Diisi oleh Inspektur bila telah ditindaklanjuti dengan memberi tanda v JUPATI KEPULAUAN ANAMBAS Lampiran III: Peraturan Bupati Kepulauan Anambas Nomor 4r Tahun 2020 Tanggal : It September 2020 Format Hasil Pemeriksaan Benturan Kepentingan Oleh Atasan Langsung atau Kepala Perangkat Daerah Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Jabatan NIP Selaku (atasan langsung/kepala perangkat daerah)*) dari Pegawai: Nama 7 NIP Dengan ini telah melaksanakan pemeriksaan Benturan Kepentingan di Unit Kerj tas kondisi yang dialami pegawai tersebut diatas. Hasil Pemeriksaan menunjukkan bahwa pegawai tersebut diatas berada dalam situasi Benturan Kepentingan dalam hal. (uraian nama kegiatan/transaksi/aktivitas). Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut agar dapat dipertimbangkan tindakan lanjutan yaitu... Pemeriksa * Coret yang tidak perlu BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS, |, 4 apgOL Haris Lampiran IV: Peraturan Bupati Kepulauan Anambas Nomor : A4¥ Tahun 2020 Tanggal : It September 2020 Kuesioner Monitoring dan Evaluasi Identifikasi Benturan Kepentingan NO ASPEK YANG DIEVALUASI Pejabat/pegawai menerima Gratifikasi atau menerima | hadiah untuk menguntungkan pihak pemberi Pemberian akses khusus kepada pejabat/pegawai | atau pihak tertentu untuk tidak mengikuti prosedur dan ketentuan yang seharusnya diberikan a | Pegawai/pejabat menggunakan keputusan dan/atau tindakan yang menyalahgunakan wewenang | 4. yang telah ditentukan Pegawai/pejabat memberikan informasi berlebih dari | Pegawai/pejabat mempunyai hubungan kekeluargaan |antar pihak lainnya yang menguntungkan secara ribadi | memberikan sesuatu dalam bentuk apapun kepada | pegawai/pejabat Mengijinkan mitra kerja atau pihak lainnya | Menerima refund dan keuntungan pribadi lainnya yang melebihi dan/atau bukan haknya dari pihak manapun dalam rangka kedinasan 8. | Bersikap diskriminatif dan tidak adil serta melakukan kolusi dalam pelaksanaan pengadaan Barang/Jasa | Pemerintah dilingkungan Perangkat Daerah 9. ‘Petugas belum mengimplementasikan _hasil | identifikasi Benturan Kepentingan beserta prosedur | penanganannya [Unit kerja belum menindaklanjuti hasil evaluasi | internal atas penanganan Benturan Kepentingan Keterangan kriteria penilaian: 4: Tidak setuju; 3: Kurang setuju; 2: Setuju; 1: Sangat setuju.

Anda mungkin juga menyukai