202102040
EVALUASI KEBIJAKAN
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN KABUPATEN
KEPULAUAN ANAMBAS
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Permasalahan Daerah :
01
Pendidikan yang berkualitas dan sistem kesehatan
yang tangguh
Tema &
02
Kesejahteraan sosial dan SDM unggul yang berakhlakul
Prioritas karimah
Pembangunan
03
Perikanan dan pariwisata berbasis ekonomi kerakyatan
dengan lingkungan hidup yang lestari
Tahun
2022 04 Konektivitas dan sarana prasarana wilayah yang
menunjang pertumbuhan ekonomi dan investasi
PENDEKATAN EVALUASI
Pendekatan Tujuan Asumsi Metodologi
Evaluasi Formal Menggunakan metode Tujuan dan sasaran dari 1. Evaluasi
deskriptif untuk pengambilan kebijakan perkembangan
menghasilkan informasi dan administrator yang 2. Evaluasi
yang terpercaya dan valid secara resmi diumumkan eksperimental
mengenai hasil kebijakan merupakan ukuran yang 3. Evaluasi proses
yang secara formal tepat dari manfaat atau retrospektif
diumumkan sebagai nilai 4. Evaluasi hasil
sasaran program retrospektif
kebijakan
KERANGKA
PEMIKIRAN
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
Paradigma Penelitian Desain Penelitian
Post positivisme. Post positivisme sependapat Studi kasus. Untuk menyelidiki dan memahami
dengan positivisme bahwa realitas itu sebuah kejadian atau masalah yang telah
memang nyata, ada sesuai hukum alam. terjadi dengan mengumpulkan berbagai macam
Tetapi pada sisi lain, post positivisme informasi yang kemudian diolah untuk
mendapatkan sebuah solusi agar masalah yang
berpendapat bahwa manusia tidak mungkin diungkap dapat terselesaikan.
mendapatkan kebenaran dari realitas apabila
peneliti membuat jarak dengan realitas atau
tidak terlibat secara langsung dengan
realitas.
Subjek dan Objek Penelitian
5. Kepala Bidang Perekonomian dan SDA Bappeda Provinsi Kepulauan Riau 1 Orang
6. Kepala Program Perencanaan dan Pengembangan Komunitas pada Pusat Pengkajian Perencanaan dan 1 Orang
Pengembangan Wilayah (P4W) Institut Pertanian Bogor (IPB)
7. Direktur Non Governmental Organization (NGO) Seni Budaya dan Olahraga (Sebora) 1 Orang
8. Tokoh Masyarakat 2 Orang
Total 9 Orang
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
menjadi 69,61 di tahun 2022 atau termasuk ke dalam kategori IPM menengah tinggi
(IPM antara 65-70). Hingga tahun 2022, Kabupaten Kepulauan Anambas belum
mencapai nilai sebesar 76,46 dan Nasional sebesar 72,91. Kabupaten Kepulauan
IPM Anambas menempati peringkat terendah ke-2 dalam pencapaian indikator IPM di
tingkat Provinsi Kepulauan Riau. Sementara itu, capaian IPM tahun 2022 pada posisi
pertama berhasil ditempati oleh Kota Batam dengan raihan sebesar 81,87, Kota
Hingga pada pada tahun 2022 garis kemiskinan terus meningkat hingga mencapai Rp.452.220/kapita/bulan. Tercatat
penurunan jumlah penduduk miskin hanya terjadi pada tahun 2019 yang berhasil turun mencapai 2.7 ribu jiwa dari kondisi
semula yang mencapai 2.9 ribu jiwa. Belakangan kondisi kesejahteraan masyarakat justru semakin parah, sebagaimana
diketahui bersama bahwa tahun 2022 merupakan tahun dengan jumlah penduduk miskin tertinggi, yang mencapai 3,2 ribu
jiwa. Persentase penduduk miskin di Kabupaten Kepulauan Anambas mengalami peningkatan pada 12 tahun terakhir. Bahkan
pada tahun 2022 persentase penduduk miskin mencapai angka tertinggi, yakni sebesar 7,51%. Fenomena ini bersamaan
dengan tingkat PDRB dan pertumbuhan ekonomi yang semakin menurun. Hal tersebut yang menjelaskan bahwa
perkembangan sektor ekonomi yang lesu dapat menambah angka kemiskinan. tingkat kemiskinan Kabupaten Kepulauan
Anambas cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau dan selalu lebih rendah
dibandingkan dengan tingkat kemiskinan Nasional. Tahun 2022 di tingkat Provinsi Kepulauan Riau pun, Kabupaten Kepulauan
Anambas juga mencatatkan hasil yang kurang memuaskan karena menempati posisi ke-3 terbawah dengan tingkat
kemiskinan tertinggi. Kabupaten Lingga menjadi daerah dengan tingkat kemiskinan tertinggi sebesar 14,05%, disusul Kota
Tanjungpinang sebesar 9,85%. Sementara itu, Kota Batam dan Kabupaten Natuna menjadi daerah yang berhasil menempati
posisi pertama dan kedua dengan tingkat kemiskinan terendah yakni sebesar 5%. Capaian kabupaten/kota ini bahkan
melampaui capaian Provinsi Kepulauan Riau yang berada pada angka 6%.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
1). IPM :
Dimensi Pendidikan. Harapan selama 12,89 tahun (hampir setara dengan Diploma I) lebih lama 1,62 tahun jika dibandingkan dengan kondisi awal ketika daerah ini
terbentuk yang hanya mencapai 11,27 tahun, atau dapat dikategorikan belum berhasil dalam mengimplementasikan program wajib belajar 12 tahun. Penduduk usia 15
tahun ke atas secara rata-rata pada tahun 2022 telah menempuh pendidikan selama 7,38 tahun atau setara dengan jenjang pendidikan kelas VIII. Angka rata-rata lama
sekolah di Kabupaten Kepulauan Anambas meningkat sebesar 1,27 tahun jika dibandingkan dengan angka tahun 2011. Peningkatan rata-rata lama sekolah merupakan
sebuah capaian sekaligus sebuah ironi bagi Kabupaten Kepulauan Anambas karena angka 7,38 tahun menggambarkan sebagian besar kualitas tenaga kerja saat ini.
Dimensi Kesehatan. Setiap bayi yang lahir di tahun 2022 memiliki harapan untuk hidup hingga 67,73 tahun. Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan segala
permasalahan layanan dan keuangan yang dihadapi telah berkontribusi besar terhadap peningkatan angka harapan hidup. Mesti diakui bahwa program JKN telah
memperbaiki akses, terutama pada masyarakat miskin terhadap layanan kesehatan, yang pada akhirnya meningkatkan derajat kesehatan dan menurunkan angka kematian.
Hal ini ditunjukkan dengan komitmen terhadap cakupan jangkauan Universal Health Coverage (UHC) Kabupaten Kepulauan Anambas yang hampir mencapai 100% pada
tahun 2022, sehingga membuat daerah ini kembali meraih penghargaan UHC awards. Untuk itu sejumlah kebijakan pencegahan dan penurunan prevalensi stunting telah
dialokasikan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas dengan total anggaran sebesar Rp.33,063,388,036. Kebijakan ini dilaksanakan oleh 3 (tiga) perangkat daerah,
yaitu Dinas Kesehatan, Dinas PU, dan Dinas Pangan. Adapun kebijakan dalam upaya pencegahan dan penurunan prevalensi stunting berupa: i).pengelolaan pelayanan
kesehatan ibu hamil, ii).pengelolaan pelayanan kesehatan gizi masyarakat, iii).pengelolaan pelayanan kesehatan balita, iv).pengelolaan pelayanan kesehatan lingkungan, v).
pengelolaan jaminan kesehatan masyarakat, vi).pengelolaan surveilans kesehatan, pembangunan dan peningkatan SPAM jaringan perpipaan di kawasan perdesaan,
vii).pembangunan/penyediaan sistem pengelolaan air limbah terpusat skala permukiman, ix).pembangunan/penyediaan sistem pengelolaan air limbah terpusat skala
permukiman, dan x). peningkatan ketahanan pangan keluarga. Berkat sejumlah kebijakan tersebut Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun 2022 berhasil
menurunkan angka stunting menjadi 6,46% dari periode sebelumnya yang mencapai 9,67%.
Dimensi ekonomi. pada tahun 2022 rata-rata pengeluaran perkapita yang disesuaikan (purchasing power parity) sebesar Rp.12,13 juta per tahun, meningkat sebesar
Rp.1,75 juta (setara 16,90%) jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2011. Peningkatan pengeluaran yang signifikan mengindikasikan meningkatnya pendapatan dan
kemampuan masyarakat dalam memenuhi standar hidup layak.
Dengan capaian tahun 2022 yang dianggap belum opimal, maka Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas harus menyusun strategi dalam upaya meningkatkan
capaian IPM di masa mendatang. Dengan peningkatan capaian IPM diharapkan mampu meningkatkan kapasitas fiskal daerah dalam pembiayaan pembangunan. Seperti
diketahui bersama IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja Pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi
Umum (DAU).
2). Pertumbuhan ekonomi:
Capaian perekonomian daerah yang tumbuh mencapai 3,62% atau mengalami peningkatan sebesar 0,87% jika dibandingkan dengan tahun 2021. sektor konstruksi
dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 7,07%, disusul dengan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 6,53%,
selanjutnya sektor informasi dan komunikasi dengan laju pertumbuhan sebesar 6,26%, kemudian sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor
dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 5,45%, dan terakhir sektor penyediaan akomodasi dan makan minum dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 5,32%.
Nilai LQ >1, yaitu pada sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai LQ sebesar 6.68, dan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan nilai LQ sebesar
2.20. Hasil analisis ini ternyata selaras dengan Perda Kabupaten Kepulauan Anambas Nomor 6 Tahun 2021 Tentang RPJMD Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2021-
2026 yang menjadikan sub sektor perikanan sebagai salah sektor unggulan daerah guna melepaskan ketergantungan daerah terhadap migas, sementara sektor pariwisata
yang juga digadang-gadang sebagai sektor unggulan daerah belum mampu menunjukkan kinerja positif.
NTP subsektor tanaman pangan tercatat sebesar 99.20 NTP subsektor hortikultura sebesar 107.68, NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 93.90, NTP
subsektor peternakan sebesar 101.43, dan NTP subsektor perikanan sebesar 110.33. NTP subsektor perikanan memiliki nilai tertinggi jika dibandingkan dengan subsektor
yang lainnya. Sub sektor perikanan mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik bagi para petani di Provinsi Kepulauan Riau, termasuk Kabupaten Kepulauan
Anambas, jika dibandingkan dengan subsektor lainnya.
Sementara itu, kinerja sektor pariwsata yang diharapkan menjadi salah satu sektor unggulan dalam peningkatan perekonomian daerah dilakukan dengan menarik
kunjungan wisatawan ke daerah. Berdasarkan LKjIP Kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun 2022 menunjukkan kontribusi positif dengan peningkatan jumlah
kunjungan wisata yang mencapai 27.717 wisatawan. Capaian ini tinggi jika dibandingkan capaian tahun 2021 yakni sebanyak 24.210 wisatawan. Namun upaya ini juga
masih belum mampu menobatkan posisi sektor pariwisata sebagai sektor unggulan daerah karena berdasarkan pehitungan LQ tahun 2022 sektor penyediaan akomodasi
dan makan minum hanya mencapai 0,06 (masih bernilai <1) atau dapat dikategorikan berarti bukan sektor unggulan.
3). Tingkat kemiskinan.
Tercatat pada tahun 2022 tingkat kemiskinan di Kabupaten Kepulauan Anambas
mencapai 7,51% dan menjadi tahun dengan tingkat kemiskinan tertinggi. Hal ini juga
diperparah dengan fenomena yang ditemukan bahwa sebagian besar masyarakat Kabupaten
Kepulauan Anambas sangat bergantung pada pekerjaan di sektor pemerintahan yakni
sebagai Pegawai Tidak Tetap (PTT) dengan upah yang relatif rendah. Upaya meningkatkan
perekonomian masyarakat, menurunkan angka pengangguran, dan mengentaskan
kemiskinan dapat dilakukan dengan pengembangan sektor kewirausahaan yang berbasis
UMKM dan inovatif. Penciptaan produk wirausaha yang inovatif diperoleh melalui
pemanfaatan sumber daya lokal yang ada. Kegiatan wirausaha dapat difokuskan pada
penciptaan nilai tambah produk pada sektor-sektor unggulan seperti perikanan dan
pariwisata. Salah satu kendala yang dihadapi masyarakat di Kabupaten Kepulauan Anambas
dalam memulai usaha adalah akses permodalan.
4). TPT.
Meskipun secara statistik capaian tahun 2022 memperoleh hasil yang memuaskan dengan
capaian 2,15%, namun dari hasil penelitian penulis menemukan fenomena bahwa intervensi
kebijakan yang digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas dalam menekan
pengangguran ternyata dilalui tanpa memperhatikan regulasi yang berlaku. Fenomena
menjamurnya rekrutment/penerimaan tenaga kerja honorer/Pegawai Tidak Tetap (PTT) di
lingkungan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas. Tercatat jumlah tenaga kerja honorer/PTT
pada tahun 2022 adalah sebanyak 3.992 orang yang tersebar di 34 perangkat daerah. Dengan
jumlah tersebut maka Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun 2022
mengalokasikan anggaran sebesar Rp.108,981,600,000 atau 11,89% dari total APBD tahun
anggaran 2022. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 49 Tahun 2018 Tentang Manajemen Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Sebagaimana diketahui bahwa PP ini mengatur bahwa
tenaga honorer harus dihapuskan seluruhnya pada tanggal 28 November 2023 dan digantikan
oleh PPPK yang merupakan pegawai pemerintah dengan status non-PNS.
5). Indeks gini.
Pada tahun 2022 mencapai 0,31 atau dalam kategori rendah. Dari
hasil penelitian diperoleh informasi bahwa ketimpangan yang dialami
oleh Kabupaten Kepulauan Anambas setidaknya bersumber dari 3
(tiga) aspek, pertama dari tingginya ketergantungan perekonomian
pada sektor migas, kedua dari kurang berkembangnya sektor-sektor
berpotensi, dan ketiga dipengaruhi oleh kebijakan populis
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas dengan rekrutment
honorer/PTT secara masif sehingga pendapatan masyarakat berada
pada standar yang sama.
1.Belum adanya sinkronisasi data hasil pengendalian dan Penilaian dan pengidentifikasian masalah yang ditemukan pada
evaluasi pembangunan daerah. proses ini menjadi bahan rekomendasi perbaikan kebijakan
lanjutan.
2.Penyusunan program/kegiatan/sub kegiatan tidak disusun Dalam hal ini, metode penyelerasan (casecading) pada
melalui penyelerasan sasaran strategis daerah. penyusunan perencanaan pembangunan juga belum menjadi
alat guna menjamin distribusi kinerja berdasarkan porsi masing-
masing perangkat daerah. Padahal seperti yang diketahui
bersama bahwa paradigma pembangunan yang saat ini
berkembang lebih mengedepankan “joint outcome” yang tidak
memberikan ruang bagi terciptanya silo-silo menuntut
kontribusi masing-masing perangkat daerah dalam mencapai
sasaran strategis daerah.
3. Belum tersedianya Standar Satuan Harga (SSH) dan Analisa Fenomena yang terjadi, diantaranya: i). memunculkan potensi
Standar Belanja (ASB) sebagai pembentuk belanja dalam ketidakwajaran beban kerja dan biaya yang digunakan antar
penyusunan renja perangkat daerah. perangkat daerah dalam melakukan kegiatan sejenis, ii).belum
d. Perataan
tersusunnya anggaran daerah yang efektif dan efisien karena
anggaran yang disusun tidak terbentuk secara objektif atau
tidak wajar, dan iii). anggaran yang disusun belum berdasarkan
pada tolok ukur kinerja yang jelas. Oleh karenanya dengan
ketiadaan hal tersebut otomatis konsep money follow program
juga belum dapat terimplementasi dengan baik.
4.Belum adanya mekanisme kebijakan penyusunan perencanaan beberapa inisiatif evaluasi seperti LKjIP, audit BPK, audit BPKP,
berbasis bukti (based evidence). evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), dan
evaluasi Reformasi Birokrasi (RB) oleh Kemenpan RB, hingga
evaluasi penyelenggaraan pelayanan publik oleh Ombudsman.
5. Belum adanya dampak dari penyederhaan birokrasi untuk Jumlah struktur yang semula berjumlah 370 dan kini telah
mewujudkan birokrasi yang lincah disederhanakan menjadi 170, ternyata tidak berdampak kepada
kemudahan, efektifitas dan efisiensi pembuatan kebijakan,
secara khusus kebijakan perencanaan pembangunan.
Pada penyelenggaraan Musrenbang RKPD Kabupaten
Kepulauan Anambas tahun 2022 jumlah usulan masyarakat
yang termuat dalam berita acara adalah sejumlah 54 usulan
dan tersebar di 10 kecamatan, dengan anggaran sebesar
Rp.34,509,364,000. Namun ternyata usulan masyarakat
tersebut hanya terakomodir sejumlah 6 (enam) usulan yang
dilaksanakan oleh 2 (dua) perangkat daerah dengan alokasi
anggaran sebesar Rp.6.987.274.966, atau sebesar 20,25% dari
e. Responsivitas
total anggaran usulan awal. Mengingat terlalu besarnya gap
antara jumlah usulan masyarakat dengan jumlah yang
diakomodir dalam dokumen anggaran, membuat penulis
berkesimpulan bahwa implementasi kebijakan perencanaan
pembangunan yang diambil oleh pemerintah daerah
Kabupaten Kepulauan Anambas belum responsif terhadap
preferensi atau masukan dari “akar rumput” sehingga
berdampak kepada keengganan masyarakat untuk turut
terlibat dalam proses perencanaan pembangunan.
f. Ketepatan
Kedua, hasil evaluasi AKIP tahun 2022.
60,11 atau dengan predikat “B”.
Kurang merepresentasikan isu strategis
Pertama, hasil evaluasi Ranperda dari perangkat daerah, antara lain
Kabupaten Kepulauan Anambas pada Dinas Pendidikan berupa
tentang Perubahan APBD T.A 2022 dan indikator persentase pembangunan
Ranperbup Kepulauan Anambas yang dilakukan serta persentase
Ketiga, hasil evaluasi pelaksanaan
tentang Penjabaran Perubahan APBD renovasi/rehabilitasi yang dilakukan,
Reformasi Birokrasi (RB) tahun 2022. Keempat, hasil Monitoring Center for
T.A 2022. Pada tahap ini penulis Dinas PU berupa indikator persentase
Pertama, peta proses bisnis yang Prevention (MCP) Komisi
menemukan inkonsistensi di dalam pemukiman yang tertata dan Dinas
disusun belum sepenuhnya Pemberantasan Korupsi (KPK) tahun
proses penyusunan perencanaan dan Kesehatan berupa indikator
menggambarkan proses pencapaian 2022. Belum maksimal yang terutama
penganggaran. Membiayai 119 persentase pembinaan keluarga
kinerja utama organisasi, sehingga pada komponen SSH dan
program yang dilaksanakan oleh 34 berencana yang dilaksanakan. kurang
keterkaitan kinerja antar perangkat penganggaran APBD. bahwa
perangkat daerah. Ternyata jumlah merepresentasikan isu strategis dari
daerah dalam mendukung capaian komponen SSH tentu memiliki peran
program yang ditetapkan lebih sedikit perangkat daerah, antara lain pada
kinerja organisasi belum terlihat. krusial sama halnya dengan ASB yakni
jika dibandingkan dengan jumlah total Dinas Pendidikan berupa indikator
Kedua, monitoring dan evaluasi tindak sebagai pembentuk belanja secara
program tahun 2022 yang persentase pembangunan yang
lanjut hasil survei kepuasan objektif dan mendorong terciptanya
diamanatkan oleh RPJMD Kabupaten dilakukan serta persentase
masyarakat belum maksimal. Atas efektivitas dan efisiensi. Sementara
Kepulauan Anambas Tahun 2021-2026, renovasi/rehabilitasi yang dilakukan,
catatan mendasar tadi sehingga wajar penganggaran APBD yang telah
yakni sejumlah 141 program. Dinas PU berupa indikator persentase
saja jika Kemenpan RB hanya disusun belum mempedomani
Inkonsistensi juga terjadi pada sub pemukiman yang tertata dan Dinas
memberikan nilai 57,01 atau kategotri tahapan dan estimasi waktu yang
kegiatan yang ditetapkan, yakni Kesehatan berupa indikator
“CC” untuk Kabupaten Kepulauan ditentukan.
sejumlah 703 sub kegiatan. Jumlah ini persentase pembinaan keluarga
Anambas.
ternyata lebih banyak dari jumlah sub berencana yang dilaksanakan.
kegiatan yang ditetapkan pada RKPD penetapan program dan kegiatan
Kepulauan Anambas Tahun 2022, yakni tahun 2022 dianggap belum
sejumlah 701 sub kegiatan. sepenuhnya berfokus pada pencapaian
sasaran strategis dan tidak
sepenuhnya relevan untuk mencapai
prioritas pembangunan daerah.
Faktor Penghambat dan Pendorong Kebijakan
Perencanaan Pembangunan Kabupaten
Kepulauan Anambas Tahun 2022
2). Koordinator;
4). Administrator.
b. Melakukan redesign
perencanaan dan
penganggaran