Anda di halaman 1dari 42

VIRGINIAWAN

202102040

EVALUASI KEBIJAKAN
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN KABUPATEN
KEPULAUAN ANAMBAS
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Permasalahan Daerah :

Pendidikan dan kesehatan yang belum optimal,


kerusakan lingkungan, lemahnya pengelolaan
sampah, kurangnya ketersediaan air bersih,
kelangkaan dan stabilitas harga bahan pokok,
rentannya illegal fishing, defisit dan ketergantungan
terhadap migas, dan permasalahan kepulauan
ataupun perbatasan lainnya.
“Penguatan Sistem Kesehatan, Pemulihan Ekonomi,
Pembangunan SDM dan Birokrasi yang Efektif serta
Konektivitas Wilayah”

01
Pendidikan yang berkualitas dan sistem kesehatan
yang tangguh

Tema &
02
Kesejahteraan sosial dan SDM unggul yang berakhlakul

Prioritas karimah

Pembangunan
03
Perikanan dan pariwisata berbasis ekonomi kerakyatan
dengan lingkungan hidup yang lestari

Tahun
2022 04 Konektivitas dan sarana prasarana wilayah yang
menunjang pertumbuhan ekonomi dan investasi

05 Birokraso yang melayani dan inovatif, serta otonomi


desa yang berdaya saing
Tema & Prioritas Pembangunan Tahun 2022 :

No Indikator Satuan Target


Indeks Pembangunan Manusia
1. Indeks 71,57
(IPM)
2. Pertumbuhan Ekonomi % 3,73
3. Tingkat Kemiskinan % 6,15
Tingkat Pengangguran Terbuka
4. % 3,46
(TPT)
5. Indeks Gini Indeks 28
Sumber : (Peraturan Bupati Kepulauan Anambas Nomor 13 Tahun 2021 Tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2022)
FENOMENA YANG DITEMUKAN IDENTIFIKASI MASALAH PERTANYAAN PENELITIAN
1. Proses perencanaan pembangunan hanya 1. Peran leadership (political will) 1. Bagaimana hasil evaluasi kebijakan
dimaknai sebagai agenda pemerintah perencanaan pembangunan
semata. tanpa melalui tahapan dalam menerapkan konsistensi
Kabupaten Kepulauan Anambas
konsultasi publik sebagaimana yang perencanaan dan penganggaran
tahun 2022?
diatur dalam Pasal 179 Peraturan (APBD) belum terlihat;
Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2. Apa saja dimensi-dimensi dalam
2017. 2. Masyarakat yang skeptis dan evaluasi kebijakan perencanaan
2. Belum adanya alternatif pendanaan
menjadi apatis sehingga enggan pembangunan Kabupaten Kepulauan
pembangunan daerah selain APBD. terlibat aktif dalam perencanaan Anambas tahun 2022 menurut
Ketiadaan mekanisme pembahasan pembangunan daerah karena kriteria evaluasi William N. Dunn?
dalam desk/sidang kelompok yang usulan masyarakat seringkali 3. Apa saja faktor penghambat dan
membahas tentang sumber pendanaan tidak terakomodir; pendorong dalam kebijakan
alternatif untuk membiayai usulan
rencana proyek, program maupun 3. Kapabilitas aparatur perencana perencanaan pembangunan
kegiatan. yang belum optimal; dan Kabupaten Kepulauan Anambas
tahun 2022?
3. Belum adanya alternatif pendanaan 4. Belum adanya sistem creative
pembangunan daerah selain APBD. 4. Bagaimana upaya yang dilakukan
Hanya 6 (enam) usulan masyarakat yang
financing pembangunan sehingga pasca evaluasi kebijakan
terakmodir dalam P-APBD 2022 dengan pendanaan pembangunan hanya perencanaan pembangunan
alokasi anggaran sebesar dibebankan kepada APBD. Kabupaten Kepulauan Anambas
Rp.6.987.274.966, atau sebesar 20,25% tahun 2022?
dari total anggaran usulan awal.
BAB II
PENELITIAN
TERDAHULU, KAJIAN
PUSTAKA, DAN
KERANGKA
PEMIKIRAN
EVALUASI KEBIJAKAN

PENDEKATAN EVALUASI
Pendekatan Tujuan Asumsi Metodologi
Evaluasi Formal Menggunakan metode Tujuan dan sasaran dari 1. Evaluasi
deskriptif untuk pengambilan kebijakan perkembangan
menghasilkan informasi dan administrator yang 2. Evaluasi
yang terpercaya dan valid secara resmi diumumkan eksperimental
mengenai hasil kebijakan merupakan ukuran yang 3. Evaluasi proses
yang secara formal tepat dari manfaat atau retrospektif
diumumkan sebagai nilai 4. Evaluasi hasil
sasaran program retrospektif
kebijakan
KERANGKA
PEMIKIRAN
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
Paradigma Penelitian Desain Penelitian
Post positivisme. Post positivisme sependapat Studi kasus. Untuk menyelidiki dan memahami
dengan positivisme bahwa realitas itu sebuah kejadian atau masalah yang telah
memang nyata, ada sesuai hukum alam. terjadi dengan mengumpulkan berbagai macam
Tetapi pada sisi lain, post positivisme informasi yang kemudian diolah untuk
mendapatkan sebuah solusi agar masalah yang
berpendapat bahwa manusia tidak mungkin diungkap dapat terselesaikan.
mendapatkan kebenaran dari realitas apabila
peneliti membuat jarak dengan realitas atau
tidak terlibat secara langsung dengan
realitas.
Subjek dan Objek Penelitian

No. Informan Kunci/Informan Jumlah (Orang)


Informan Kunci
1. Sekretaris Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas 1 Orang
Informan Pendukung
2. Anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas 1 Orang
3. Kepala Bappeda Kabupaten Kepulauan Anambas 1 Orang
4. Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah (BPKPD) Kabupaten Kepulauan Anambas 1 Orang

5. Kepala Bidang Perekonomian dan SDA Bappeda Provinsi Kepulauan Riau 1 Orang
6. Kepala Program Perencanaan dan Pengembangan Komunitas pada Pusat Pengkajian Perencanaan dan 1 Orang
Pengembangan Wilayah (P4W) Institut Pertanian Bogor (IPB)

7. Direktur Non Governmental Organization (NGO) Seni Budaya dan Olahraga (Sebora) 1 Orang
8. Tokoh Masyarakat 2 Orang
Total 9 Orang
TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Observasi : Observasi partisipatif yaitu peneliti terlibat TEKNIK ANALISIS DATA


dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati
atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian

Menggunakan teknik pengumpulan data


Wawancara : Dengan mengemukakan pertanyaan- yang bermacam-macam (triangulasi).
pertanyaan terstruktur jika dilakukan secara formal, dan
pertanyaan tidak terstruktur jika dilakukan secara tidak Analisis data kualitatif mencakup proses
formal. mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data
Dokumentasi, : Studi dokumen merupakan pelengkap dari kedalam kategori, menjabarkan kedalam
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif. unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting
dan mana yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan
Studi Literatur : sumber-sumber pustaka diperoleh dari
buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan
disertasi) dan sumber-sumber lainnya yang memiliki
relevansi dengan evaluasi kebijakan.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Capaian Indikator Kinerja Makro Kabupaten
Kepulauan Anambas tahun 2022
Target dan Realisasi Indikator Kinerja Makro Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2022

No Indikator Satuan Target Realisasi Tingkat Ketercapaian Interpretasi


1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indeks 71,57 69,61 97,26 Tidak tercapai

2. Pertumbuhan Ekonomi % 3,73 3,62 97,05 Tidak tercapai


3. Tingkat Kemiskinan % 6,15 7,51 -15,96 Tidak tercapai
4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) % 3,46 2,15 41,32 Tercapai

5. Indeks Gini Indeks 28 31 -10,43 Tidak tercapai


Pada tahun 2011 IPM Kabupaten Kepulauan Anambas sebesar 63,71 dan meningkat

menjadi 69,61 di tahun 2022 atau termasuk ke dalam kategori IPM menengah tinggi

(IPM antara 65-70). Hingga tahun 2022, Kabupaten Kepulauan Anambas belum

berhasil mengejar ketertinggalan terhadap Provinsi Kepulauan Riau yang berhasil

mencapai nilai sebesar 76,46 dan Nasional sebesar 72,91. Kabupaten Kepulauan

IPM Anambas menempati peringkat terendah ke-2 dalam pencapaian indikator IPM di

tingkat Provinsi Kepulauan Riau. Sementara itu, capaian IPM tahun 2022 pada posisi

pertama berhasil ditempati oleh Kota Batam dengan raihan sebesar 81,87, Kota

Tanjungpinang sebesar 79,64 dan Kabupaten Bintan sebesar 74,99, sedangkan

diposisi terendah adalah Kabupaten Lingga sebesar 66,57.


a. Harapan Lama Sekolah

Nilai angka harapan lama sekolah di


Kabupaten Kepulauan Anambas yang
meningkat dari tahun 2011 yaitu 11,27
tahun hingga 2022 menjadi 12,89 tahun. Di
tingkat Provinsi, Kota Tanjungpinang dan
Kabupaten Natuna berhasil menempati
peringkat ke-1 dan ke-2 pada indikator
harapan lama sekolah yaitu masing-masing
mencapai 14,14 tahun dan 13,92 tahun di
tahun 2022. Sementara Kabupaten
Kepulauan Anambas terpaut cukup jauh
dan hanya menempati peringkat kelima,
sedikit berada di atas Kabupaten Karimun
dan Lingga di posisi terakhir.
b. Rata-rata Lama Sekolah

Indikator rata-rata lama sekolah menggambarkan


jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk usia 15
tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal.
Semula sebesar 6,11 tahun di tahun 2011, kemudian
terus meningkat menjadi 7,38 tahun pada 2022.
Belum berhasil mengentaskan program wajib belajar
12 tahun dilihat dari rata-rata lama sekolah
penduduknya yang masih kurang dari 12 tahun. Di
tingkat Provinsi Kepulauan Riau, Kota Batam dan Kota
Tanjungpinang kembali menempati peringkat pertama
dan kedua pada indikator harapan lama sekolah yaitu
masing-masing mencapai 11,17 tahun dan 10,49
tahun di tahun 2022. Sementara Kabupaten
Kepulauan Anambas terpaut cukup jauh dan
menempati peringkat ke-6, 1 (satu) tingkat berada di
atas Kabupaten Lingga yang berada di posisi terakhir.
c. Angka Harapan Hidup

Dimensi umur panjang dan sehat diwakili oleh


Angka Harapan Hidup (AHH). AHH merupakan
rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat
ditempuh oleh seseorang selama hidup. tahun
2011 angka harapan hidup penduduk
Kepulauan Anambas yaitu 65,65 tahun,
kemudian meningkat menjadi 67,73 tahun pada
tahun 2022. Di tingkat Provinsi, Kabupaten
Kepulauan Anambas kembali tertinggal dengan
hanya menempati peringkat ke-5 pada indikator
angka harapan hidup. Kota Batam dan Kota
Tanjungpinang kembali berhasil menempati
peringkat pertama dan ke-2 yaitu masing-
masing mencapai 73,62 tahun dan 72,49 tahun
di tahun 2022. Sementara peringkat terendah
ada pada Kabupaten Natuna dan Kabupaten
Lingga.
d. Pengeluaran per Kapita

Pengeluaran per kapita Kabupaten Kepulauan


Anambas mengalami pertumbuhan dari tahun
2010 hingga tahun 2022 sebesar 16,90%.
Pengeluaran per kapita Kabupaten Kepulauan
Anambas tertinggi terjadi pada tahun 2022
yaitu sebesar Rp.12.137/orang/tahun, angka
tersebut masih dibawah rata-rata pengeluaran
per kapita Provinsi Kepulauan Riau dan diatas
angka Nasional. Rata-rata pengeluaran per
Kapita Kabupaten Kepulauan Anambas
menempati posisi ke-2 terbawah setelah
Kabupaten Lingga yang memiliki rata-rata
pengeluaran sebesar Rp.12.134/orang/tahun.
Sementara Kota Batam menjadi yang tertinggi,
dengan rata-rata pengeluaran per kapita
sebesar Rp.18.506/orang/tahun.
Pertumbuhan Ekonomi
Dari tabel IV.7 seluruh sektor ekonomi (lapangan usaha) mengalami
peningkatan nilai tambah. Sektor pertambangan dan penggalian menjadi sektor
dengan nilai tambah terbesar pada tahun 2022, sedangkan di urutan ke-2
ditempati oleh sektor konstruksi, sementara sektor administrasi pemerintahan,
pertahanan dan jaminan sosial wajib di berada di urutan ke-3. Kondisi
extraordinary membuat perekonomian Kabupaten Kepulauan Anambas
terkontraksi sehingga mengalami perlambatan dan tumbuh di angka minus
yakni sebesar -3,30%. Kondisi yang sama juga terjadi kepada pertumbuhan
ekonomi Provinsi Kepulauan Riau sebesar -3,80% dan Nasional sebesar -2,07%.
Pada tahun 2022, perekonomian tumbuh sebesar 3,62% atau mengalami
peningkatan sebesar 0,87 dari tahun 2021 yakni sebesar 2,75%. Namun capaian
ini masih lebih rendah jika dibandingkan capaian Provinsi Kepulauan Riau
maupun Nasional yang tumbuh di angka 5%. Masih belum cukup memuaskan,
karena menjadi daerah dengan pertumbuhan ekonomi terendah ke-2 setelah
Kabupaten Natuna, yang perekonomiannya tumbuh sebesar 2,80%.
Tingkat Kemiskinan

Hingga pada pada tahun 2022 garis kemiskinan terus meningkat hingga mencapai Rp.452.220/kapita/bulan. Tercatat
penurunan jumlah penduduk miskin hanya terjadi pada tahun 2019 yang berhasil turun mencapai 2.7 ribu jiwa dari kondisi
semula yang mencapai 2.9 ribu jiwa. Belakangan kondisi kesejahteraan masyarakat justru semakin parah, sebagaimana
diketahui bersama bahwa tahun 2022 merupakan tahun dengan jumlah penduduk miskin tertinggi, yang mencapai 3,2 ribu
jiwa. Persentase penduduk miskin di Kabupaten Kepulauan Anambas mengalami peningkatan pada 12 tahun terakhir. Bahkan
pada tahun 2022 persentase penduduk miskin mencapai angka tertinggi, yakni sebesar 7,51%. Fenomena ini bersamaan
dengan tingkat PDRB dan pertumbuhan ekonomi yang semakin menurun. Hal tersebut yang menjelaskan bahwa
perkembangan sektor ekonomi yang lesu dapat menambah angka kemiskinan. tingkat kemiskinan Kabupaten Kepulauan
Anambas cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau dan selalu lebih rendah
dibandingkan dengan tingkat kemiskinan Nasional. Tahun 2022 di tingkat Provinsi Kepulauan Riau pun, Kabupaten Kepulauan
Anambas juga mencatatkan hasil yang kurang memuaskan karena menempati posisi ke-3 terbawah dengan tingkat
kemiskinan tertinggi. Kabupaten Lingga menjadi daerah dengan tingkat kemiskinan tertinggi sebesar 14,05%, disusul Kota
Tanjungpinang sebesar 9,85%. Sementara itu, Kota Batam dan Kabupaten Natuna menjadi daerah yang berhasil menempati
posisi pertama dan kedua dengan tingkat kemiskinan terendah yakni sebesar 5%. Capaian kabupaten/kota ini bahkan
melampaui capaian Provinsi Kepulauan Riau yang berada pada angka 6%.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah persentase jumlah pengangguran


terhadap jumlah angkatan kerja. Pada tahun 2011 TPT Kabupaten Kepulauan
Anambas bernilai 6,12% dan berhasil ditekan menjadi 2,15%. Kondisi ini jauh
lebih baik jika dibandingkan dengan TPT Provinsi Kepulauan Riau maupun
capaian Nasional. Capaian TPT yang kurang baik justru diperoleh Provinsi
Kepulauan Riau menjadi yang paling tinggi yang mencapai sebesar 8,23%.
Capaian tahun 2022 menunjukkan
bahwa nilai indeks gini Kabupaten
Kepulauan Anambas yakni sebesar 0,31.
Hal ini berarti bahwa Kepulauan
Anambas memiliki ketimpangan wilayah
yang rendah. Hal ini menunjukkan
pemerataan pendapatan Kabupaten
Indeks Gini Kepulauan Anambas semakin merata.
Meskipun masih berada pada kriteria
ketimpangan yang rendah indikasi
meningkatnya ketimpangan pendapatan
harus menjadi perhatian serius.
Evaluasi Kebijakan Perencanaan Pembangunan Kabupaten
Kepulauan Anambas Tahun 2022 Menggunakan Indikator William
N. Dunn
a. Efektivitas
Dari total 5 (lima) indikator kinerja makro Kabupaten Kepulauan Anambas terdapat 2 (dua) indikator
yang capaiannya melebihi dari target normal sebesar 40% terhadap capaian akhir RPJMD. Sebagai contoh
adalah pertumbuhan ekonomi yang memperoleh kinerja mencapai 93.64% dari total kinerja RPJMD atau 3,62%
pada capaiannya di tahun 2022. Meskipun capaian pertumbuhan ekonomi tahun 2022 jika dibandingkan
terhadap target yang ditetapkan yakni sebesar 3,73% belum tercapai, namun secara umum dalam upaya
mencapai target akhir RPJMD, Kabupaten Kepulauan Anambas telah mendapatkan surplus kinerja yang sangat
signifikan.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang memperoleh capaian kinerja mencapai 127,55% atau 2,15%
pada capaiannya di tahun 2022. Jika dilihat kembali pada indikator TPT maka dapat disimpulkan bahwa capaian
tahun 2022 sebenarnya telah melampaui target akhir RPJMD sebesar 2,42%. Namun dibalik keberhasilan
perolehan kedua indikator tersebut yang capaiannya telah melebihi 80% pada tahun kedua pelaksanaan
RPJMD, membuat penulis berkeyakinan bahwa Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas sebenarnya
memiliki kelemahan dalam penetapan target perencanaan atau dengan kata lain target yang ditetapkan adalah
target moderat dan secara tidak langsung dengan kinerja ini menimbulkan anggapan bahwa upaya peningkatan
ekonomi dan permasalahan pengangguran tidak lagi merupakan isu penting di daerah. Upaya tindak lanjut
yang harus dilakukan ialah dengan review target perencanaan, sehingga pemerintah tidak terkesan tanpa
kinerja untuk mencapai tahun 2025.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang capaian kinerjanya hanya mencapai 12,11% atau sebesar 69,61 pada
tahun 2022. Capaian ini tentunya akan mempersulit kondisi dalam mencapai target akhir RPJMD yang ditargetkan
sebesar 75,49. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa setiap indikator pada tahun 2022 setidaknya harus
berkinerja minimal sebesar 40% terhadap kinerja akhir RPJMD. Maka pada indikator IPM dapat disimpulkan bahwa
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas tidak berkinerja/tidak mampu dalam upayanya meningkatkan
kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakatnya.
Kondisi yang lebih memperihatinkan justru terjadi pada 2 (dua) indikator lainnya, yaitu tingkat kemiskinan dan
indeks gini yang mengalami kondisi minus kinerja. Pertama, pada indikator tingkat kemiskinan yang mengalami minus
kinerja mencapai -110,47% atau sebesar 7,51% capaiannya pada tahun 2022. Dengan adanya minus kinerja ini memiliki
arti bahwa kinerja pada tahun 2022 yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas justru lebih buruk
dari kondisi awal pada tahun 2020 sehingga bukannya berkinerja, malah justru terkesan defisit kinerja. Sebagai contoh
yakni tingkat kemiskinan Kabupaten Kepulauan Anambas yang mencapai 6,56% pada tahun 2020 justru merosot hingga
mencapai 7,51% dari target sebesar 6,15% pada tahun 2022. Melalui penelitian ini pula diketahui bahwa indikator
tingkat kemiskinan dikriteriakan sebagai indikator dengan kontribusi terburuk. Kedua, indikator indeks gini yang juga
mengalami minus kinerja mencapai -20,00% atau sebesar 0,31 capaiannya pada tahun 2022. Untuk itu hal yang perlu
diperhatikan dengan kedua indikator kinerja makro ini adalah dengan menyiapkan strategi akseleratif dalam mengejar
defisit kinerja hingga tahun 2025.
b. Efisiensi

Melalui perhitungan REKD tahun anggaran di atas diketahui bahwa rasio


efisiensi keuangan Kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun anggaran 2022
ialah sebesar 105% atau dapat dikategorikan tidak efisien karena hasil ini
melebihi dari 100%. Dari perhitungan ini dapat disimpulkan bahwa biaya yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas untuk
memperoleh pendapatannya masih cukup besar. Dapat dikatakan kinerja
keuangan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas masih belum cukup
baik karena belum mampu menekan jumlah belanja daerahnya. Untuk itu
kedepannya diharapkan pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas dapat
meminimalisir jumlah belanjanya dengan melakukan penyesuaian terhadap
pendapatan, sehingga kedepannya dapat terjadi efisiensi belanja daerah.
c. Kecukupan

1). IPM :
Dimensi Pendidikan. Harapan selama 12,89 tahun (hampir setara dengan Diploma I) lebih lama 1,62 tahun jika dibandingkan dengan kondisi awal ketika daerah ini
terbentuk yang hanya mencapai 11,27 tahun, atau dapat dikategorikan belum berhasil dalam mengimplementasikan program wajib belajar 12 tahun. Penduduk usia 15
tahun ke atas secara rata-rata pada tahun 2022 telah menempuh pendidikan selama 7,38 tahun atau setara dengan jenjang pendidikan kelas VIII. Angka rata-rata lama
sekolah di Kabupaten Kepulauan Anambas meningkat sebesar 1,27 tahun jika dibandingkan dengan angka tahun 2011. Peningkatan rata-rata lama sekolah merupakan
sebuah capaian sekaligus sebuah ironi bagi Kabupaten Kepulauan Anambas karena angka 7,38 tahun menggambarkan sebagian besar kualitas tenaga kerja saat ini.
Dimensi Kesehatan. Setiap bayi yang lahir di tahun 2022 memiliki harapan untuk hidup hingga 67,73 tahun. Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan segala
permasalahan layanan dan keuangan yang dihadapi telah berkontribusi besar terhadap peningkatan angka harapan hidup. Mesti diakui bahwa program JKN telah
memperbaiki akses, terutama pada masyarakat miskin terhadap layanan kesehatan, yang pada akhirnya meningkatkan derajat kesehatan dan menurunkan angka kematian.
Hal ini ditunjukkan dengan komitmen terhadap cakupan jangkauan Universal Health Coverage (UHC) Kabupaten Kepulauan Anambas yang hampir mencapai 100% pada
tahun 2022, sehingga membuat daerah ini kembali meraih penghargaan UHC awards. Untuk itu sejumlah kebijakan pencegahan dan penurunan prevalensi stunting telah
dialokasikan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas dengan total anggaran sebesar Rp.33,063,388,036. Kebijakan ini dilaksanakan oleh 3 (tiga) perangkat daerah,
yaitu Dinas Kesehatan, Dinas PU, dan Dinas Pangan. Adapun kebijakan dalam upaya pencegahan dan penurunan prevalensi stunting berupa: i).pengelolaan pelayanan
kesehatan ibu hamil, ii).pengelolaan pelayanan kesehatan gizi masyarakat, iii).pengelolaan pelayanan kesehatan balita, iv).pengelolaan pelayanan kesehatan lingkungan, v).
pengelolaan jaminan kesehatan masyarakat, vi).pengelolaan surveilans kesehatan, pembangunan dan peningkatan SPAM jaringan perpipaan di kawasan perdesaan,
vii).pembangunan/penyediaan sistem pengelolaan air limbah terpusat skala permukiman, ix).pembangunan/penyediaan sistem pengelolaan air limbah terpusat skala
permukiman, dan x). peningkatan ketahanan pangan keluarga. Berkat sejumlah kebijakan tersebut Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun 2022 berhasil
menurunkan angka stunting menjadi 6,46% dari periode sebelumnya yang mencapai 9,67%.
Dimensi ekonomi. pada tahun 2022 rata-rata pengeluaran perkapita yang disesuaikan (purchasing power parity) sebesar Rp.12,13 juta per tahun, meningkat sebesar
Rp.1,75 juta (setara 16,90%) jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2011. Peningkatan pengeluaran yang signifikan mengindikasikan meningkatnya pendapatan dan
kemampuan masyarakat dalam memenuhi standar hidup layak.
Dengan capaian tahun 2022 yang dianggap belum opimal, maka Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas harus menyusun strategi dalam upaya meningkatkan
capaian IPM di masa mendatang. Dengan peningkatan capaian IPM diharapkan mampu meningkatkan kapasitas fiskal daerah dalam pembiayaan pembangunan. Seperti
diketahui bersama IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja Pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi
Umum (DAU).
2). Pertumbuhan ekonomi:
Capaian perekonomian daerah yang tumbuh mencapai 3,62% atau mengalami peningkatan sebesar 0,87% jika dibandingkan dengan tahun 2021. sektor konstruksi
dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 7,07%, disusul dengan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 6,53%,
selanjutnya sektor informasi dan komunikasi dengan laju pertumbuhan sebesar 6,26%, kemudian sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor
dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 5,45%, dan terakhir sektor penyediaan akomodasi dan makan minum dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 5,32%.
Nilai LQ >1, yaitu pada sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai LQ sebesar 6.68, dan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan nilai LQ sebesar
2.20. Hasil analisis ini ternyata selaras dengan Perda Kabupaten Kepulauan Anambas Nomor 6 Tahun 2021 Tentang RPJMD Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2021-
2026 yang menjadikan sub sektor perikanan sebagai salah sektor unggulan daerah guna melepaskan ketergantungan daerah terhadap migas, sementara sektor pariwisata
yang juga digadang-gadang sebagai sektor unggulan daerah belum mampu menunjukkan kinerja positif.
NTP subsektor tanaman pangan tercatat sebesar 99.20 NTP subsektor hortikultura sebesar 107.68, NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 93.90, NTP
subsektor peternakan sebesar 101.43, dan NTP subsektor perikanan sebesar 110.33. NTP subsektor perikanan memiliki nilai tertinggi jika dibandingkan dengan subsektor
yang lainnya. Sub sektor perikanan mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik bagi para petani di Provinsi Kepulauan Riau, termasuk Kabupaten Kepulauan
Anambas, jika dibandingkan dengan subsektor lainnya.
Sementara itu, kinerja sektor pariwsata yang diharapkan menjadi salah satu sektor unggulan dalam peningkatan perekonomian daerah dilakukan dengan menarik
kunjungan wisatawan ke daerah. Berdasarkan LKjIP Kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun 2022 menunjukkan kontribusi positif dengan peningkatan jumlah
kunjungan wisata yang mencapai 27.717 wisatawan. Capaian ini tinggi jika dibandingkan capaian tahun 2021 yakni sebanyak 24.210 wisatawan. Namun upaya ini juga
masih belum mampu menobatkan posisi sektor pariwisata sebagai sektor unggulan daerah karena berdasarkan pehitungan LQ tahun 2022 sektor penyediaan akomodasi
dan makan minum hanya mencapai 0,06 (masih bernilai <1) atau dapat dikategorikan berarti bukan sektor unggulan.
3). Tingkat kemiskinan.
Tercatat pada tahun 2022 tingkat kemiskinan di Kabupaten Kepulauan Anambas
mencapai 7,51% dan menjadi tahun dengan tingkat kemiskinan tertinggi. Hal ini juga
diperparah dengan fenomena yang ditemukan bahwa sebagian besar masyarakat Kabupaten
Kepulauan Anambas sangat bergantung pada pekerjaan di sektor pemerintahan yakni
sebagai Pegawai Tidak Tetap (PTT) dengan upah yang relatif rendah. Upaya meningkatkan
perekonomian masyarakat, menurunkan angka pengangguran, dan mengentaskan
kemiskinan dapat dilakukan dengan pengembangan sektor kewirausahaan yang berbasis
UMKM dan inovatif. Penciptaan produk wirausaha yang inovatif diperoleh melalui
pemanfaatan sumber daya lokal yang ada. Kegiatan wirausaha dapat difokuskan pada
penciptaan nilai tambah produk pada sektor-sektor unggulan seperti perikanan dan
pariwisata. Salah satu kendala yang dihadapi masyarakat di Kabupaten Kepulauan Anambas
dalam memulai usaha adalah akses permodalan.
4). TPT.
Meskipun secara statistik capaian tahun 2022 memperoleh hasil yang memuaskan dengan
capaian 2,15%, namun dari hasil penelitian penulis menemukan fenomena bahwa intervensi
kebijakan yang digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas dalam menekan
pengangguran ternyata dilalui tanpa memperhatikan regulasi yang berlaku. Fenomena
menjamurnya rekrutment/penerimaan tenaga kerja honorer/Pegawai Tidak Tetap (PTT) di
lingkungan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas. Tercatat jumlah tenaga kerja honorer/PTT
pada tahun 2022 adalah sebanyak 3.992 orang yang tersebar di 34 perangkat daerah. Dengan
jumlah tersebut maka Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun 2022
mengalokasikan anggaran sebesar Rp.108,981,600,000 atau 11,89% dari total APBD tahun
anggaran 2022. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 49 Tahun 2018 Tentang Manajemen Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Sebagaimana diketahui bahwa PP ini mengatur bahwa
tenaga honorer harus dihapuskan seluruhnya pada tanggal 28 November 2023 dan digantikan
oleh PPPK yang merupakan pegawai pemerintah dengan status non-PNS.
5). Indeks gini.
Pada tahun 2022 mencapai 0,31 atau dalam kategori rendah. Dari
hasil penelitian diperoleh informasi bahwa ketimpangan yang dialami
oleh Kabupaten Kepulauan Anambas setidaknya bersumber dari 3
(tiga) aspek, pertama dari tingginya ketergantungan perekonomian
pada sektor migas, kedua dari kurang berkembangnya sektor-sektor
berpotensi, dan ketiga dipengaruhi oleh kebijakan populis
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas dengan rekrutment
honorer/PTT secara masif sehingga pendapatan masyarakat berada
pada standar yang sama.
1.Belum adanya sinkronisasi data hasil pengendalian dan Penilaian dan pengidentifikasian masalah yang ditemukan pada
evaluasi pembangunan daerah. proses ini menjadi bahan rekomendasi perbaikan kebijakan
lanjutan.

2.Penyusunan program/kegiatan/sub kegiatan tidak disusun Dalam hal ini, metode penyelerasan (casecading) pada
melalui penyelerasan sasaran strategis daerah. penyusunan perencanaan pembangunan juga belum menjadi
alat guna menjamin distribusi kinerja berdasarkan porsi masing-
masing perangkat daerah. Padahal seperti yang diketahui
bersama bahwa paradigma pembangunan yang saat ini
berkembang lebih mengedepankan “joint outcome” yang tidak
memberikan ruang bagi terciptanya silo-silo menuntut
kontribusi masing-masing perangkat daerah dalam mencapai
sasaran strategis daerah.

3. Belum tersedianya Standar Satuan Harga (SSH) dan Analisa Fenomena yang terjadi, diantaranya: i). memunculkan potensi
Standar Belanja (ASB) sebagai pembentuk belanja dalam ketidakwajaran beban kerja dan biaya yang digunakan antar
penyusunan renja perangkat daerah. perangkat daerah dalam melakukan kegiatan sejenis, ii).belum

d. Perataan
tersusunnya anggaran daerah yang efektif dan efisien karena
anggaran yang disusun tidak terbentuk secara objektif atau
tidak wajar, dan iii). anggaran yang disusun belum berdasarkan
pada tolok ukur kinerja yang jelas. Oleh karenanya dengan
ketiadaan hal tersebut otomatis konsep money follow program
juga belum dapat terimplementasi dengan baik.

4.Belum adanya mekanisme kebijakan penyusunan perencanaan beberapa inisiatif evaluasi seperti LKjIP, audit BPK, audit BPKP,
berbasis bukti (based evidence). evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), dan
evaluasi Reformasi Birokrasi (RB) oleh Kemenpan RB, hingga
evaluasi penyelenggaraan pelayanan publik oleh Ombudsman.

5. Belum adanya dampak dari penyederhaan birokrasi untuk Jumlah struktur yang semula berjumlah 370 dan kini telah
mewujudkan birokrasi yang lincah disederhanakan menjadi 170, ternyata tidak berdampak kepada
kemudahan, efektifitas dan efisiensi pembuatan kebijakan,
secara khusus kebijakan perencanaan pembangunan.
Pada penyelenggaraan Musrenbang RKPD Kabupaten
Kepulauan Anambas tahun 2022 jumlah usulan masyarakat
yang termuat dalam berita acara adalah sejumlah 54 usulan
dan tersebar di 10 kecamatan, dengan anggaran sebesar
Rp.34,509,364,000. Namun ternyata usulan masyarakat
tersebut hanya terakomodir sejumlah 6 (enam) usulan yang
dilaksanakan oleh 2 (dua) perangkat daerah dengan alokasi
anggaran sebesar Rp.6.987.274.966, atau sebesar 20,25% dari

e. Responsivitas
total anggaran usulan awal. Mengingat terlalu besarnya gap
antara jumlah usulan masyarakat dengan jumlah yang
diakomodir dalam dokumen anggaran, membuat penulis
berkesimpulan bahwa implementasi kebijakan perencanaan
pembangunan yang diambil oleh pemerintah daerah
Kabupaten Kepulauan Anambas belum responsif terhadap
preferensi atau masukan dari “akar rumput” sehingga
berdampak kepada keengganan masyarakat untuk turut
terlibat dalam proses perencanaan pembangunan.
f. Ketepatan
Kedua, hasil evaluasi AKIP tahun 2022.
60,11 atau dengan predikat “B”.
Kurang merepresentasikan isu strategis
Pertama, hasil evaluasi Ranperda dari perangkat daerah, antara lain
Kabupaten Kepulauan Anambas pada Dinas Pendidikan berupa
tentang Perubahan APBD T.A 2022 dan indikator persentase pembangunan
Ranperbup Kepulauan Anambas yang dilakukan serta persentase
Ketiga, hasil evaluasi pelaksanaan
tentang Penjabaran Perubahan APBD renovasi/rehabilitasi yang dilakukan,
Reformasi Birokrasi (RB) tahun 2022. Keempat, hasil Monitoring Center for
T.A 2022. Pada tahap ini penulis Dinas PU berupa indikator persentase
Pertama, peta proses bisnis yang Prevention (MCP) Komisi
menemukan inkonsistensi di dalam pemukiman yang tertata dan Dinas
disusun belum sepenuhnya Pemberantasan Korupsi (KPK) tahun
proses penyusunan perencanaan dan Kesehatan berupa indikator
menggambarkan proses pencapaian 2022. Belum maksimal yang terutama
penganggaran. Membiayai 119 persentase pembinaan keluarga
kinerja utama organisasi, sehingga pada komponen SSH dan
program yang dilaksanakan oleh 34 berencana yang dilaksanakan. kurang
keterkaitan kinerja antar perangkat penganggaran APBD. bahwa
perangkat daerah. Ternyata jumlah merepresentasikan isu strategis dari
daerah dalam mendukung capaian komponen SSH tentu memiliki peran
program yang ditetapkan lebih sedikit perangkat daerah, antara lain pada
kinerja organisasi belum terlihat. krusial sama halnya dengan ASB yakni
jika dibandingkan dengan jumlah total Dinas Pendidikan berupa indikator
Kedua, monitoring dan evaluasi tindak sebagai pembentuk belanja secara
program tahun 2022 yang persentase pembangunan yang
lanjut hasil survei kepuasan objektif dan mendorong terciptanya
diamanatkan oleh RPJMD Kabupaten dilakukan serta persentase
masyarakat belum maksimal. Atas efektivitas dan efisiensi. Sementara
Kepulauan Anambas Tahun 2021-2026, renovasi/rehabilitasi yang dilakukan,
catatan mendasar tadi sehingga wajar penganggaran APBD yang telah
yakni sejumlah 141 program. Dinas PU berupa indikator persentase
saja jika Kemenpan RB hanya disusun belum mempedomani
Inkonsistensi juga terjadi pada sub pemukiman yang tertata dan Dinas
memberikan nilai 57,01 atau kategotri tahapan dan estimasi waktu yang
kegiatan yang ditetapkan, yakni Kesehatan berupa indikator
“CC” untuk Kabupaten Kepulauan ditentukan.
sejumlah 703 sub kegiatan. Jumlah ini persentase pembinaan keluarga
Anambas.
ternyata lebih banyak dari jumlah sub berencana yang dilaksanakan.
kegiatan yang ditetapkan pada RKPD penetapan program dan kegiatan
Kepulauan Anambas Tahun 2022, yakni tahun 2022 dianggap belum
sejumlah 701 sub kegiatan. sepenuhnya berfokus pada pencapaian
sasaran strategis dan tidak
sepenuhnya relevan untuk mencapai
prioritas pembangunan daerah.
Faktor Penghambat dan Pendorong Kebijakan
Perencanaan Pembangunan Kabupaten
Kepulauan Anambas Tahun 2022

Sementara untuk faktor pendorong diantaranya adalah


Faktor penghambat kinerja pembangunan daerah
potensi sumber daya alam yang tersedia sangat besar
Kabupaten Kepulauan Anambas diantaranya adalah
dan melimpah, komitmen dalam peningkatan jumlah
ketergantungan pada sektor tertentu, keterbatasan
infrastruktur, penguatan potensi kualitas SDM,
akses ke pembiayaan, keterbatasan pasar dan jaringan
peningkatan diversifikasi ekonomi, peningkatan akses
distribusi, budaya dan tradisi, tingkat kemiskinan,
pembiayaan, peran serta dan kesadaran masyarakat,
tingginya biaya hidup, tingkat pengangguran yang tinggi,
kerja sama dan pelibatan antar stakeholders, penetrasi
faktor geografis dan perbatasan, kerentanan terhadap
teknologi sistem informasi dalam pelayanan publik,
bencana alam, perubahan iklim dan kerusakan
kesadaran akan kebutuhan akan perubahan, dukungan
lingkungan, kondisi politik dan regulasi yang tidak stabil,
politik yang kuat, promosi etika dan integritas, serta
dan resistensi dari birokrasi yang ada.
sistem penghargaan dan pengakuan.
Upaya yang Dilakukan Pasca Evaluasi Kebijakan Perencanaan
pembangunan Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2022

Melakukan Penguatan Peran


a. c. Menyesuaikan proses kerja yang
Bappeda tidak sinkron

Melakukan redesign perencanaan b. d.


dan penganggaran
Membuat kebijakan, panduan, dan pendampingan
penyusunan perencanaan berbasis bukti
a. Melakukan Penguatan
Peran Bappeda

1). Pengambil kebijakan/keputusan


(policy/decision maker);

2). Koordinator;

3). Think-tank; dan

4). Administrator.
b. Melakukan redesign
perencanaan dan
penganggaran

Redesign perencanaan dan


penganggaran dilakukan dengan
perubahan paradigma semula dari
input base menjadi output base
dengan memastikan rumusan
output, kualitas output, dan
hubungan output dengan outcome.
Selain itu, pengukuran kinerja
penganggaran juga perlu
disempurnakan dengan penerapan
anggaran berbasis kinerja.
c. Menyesuaikan proses
kerja yang tidak
sinkron.

Cascading kinerja di tingkat Kabupaten


Kepulauan Anambas yang telah disusun
nantinya akan mencerminkan pentingnya
koordinasi antar tingkatan pemerintah dan
hubungan vertikal yang kuat dalam sistem
pemerintahan. Hal ini juga menekankan
perlunya sistem perencanaan dan
penganggaran yang terkoordinasi dengan baik
antara tingkat pemerintah yang berbeda, serta
pemantauan dan evaluasi kinerja yang
berkelanjutan untuk memastikan pencapaian
tujuan bersama dan efisiensi dalam
penggunaan sumber daya publik.
Penerapan perencanaan berbasis
data lewat integrasi antara sistem
d. Membuat perencanaan, penganggaran dan
kebijakan, monitoring-evaluasi. Mengingat
panduan, dan sumber daya yang terbatas dan
pendampingan kompleksnya permasalahan
penyusunan daerah, maka dari hasil monitoring
perencanaan dan evaluasi menjadi dasar dalam
berbasis bukti. pembuatan kebijakan pemberian
reward dan punishment bagi
perangkat daerah.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai