Anda di halaman 1dari 5

KONSTRUKSI HUKUM YANG BERSUMBER DARI REALITAS

SOSIAL (Suatu Implikasi Terhadap Sosiologikal Jurisprudensi)

Andi Kasmawati*

Abstract

Responsiveness Law which has been developed by Nonet and Selznick is the main idea of Law of Realism
which developed by Holmes and friends in Realism of American and Realism of Skandinavian, which has
been developed by Ross and friends. Their opinion about law of realism is a law which start from the
empirical reality, re/ism is shown as the fight against logical theory, who seen the law as what's on the
ammandement. In this theory, the judge isnY free to form the law but just finding the law. This opinion been
the focus of Teubneras the basic to construct the law as the implication of ·sociological Jurisprudence n.

Kata kunci: Konstruksi Hukum, Realitas Sosial

Penganut realisme hukum (legal realism) adalah yaitu ajaran Formalisme atau Formal Rationality.
untuk membuat hukum menjadi "lebih responsif Aliran Sosiological Jurisprudence melakukan
terhadap kebutuhan sosial." untuk mencapai tujuan serangan yang Frontal terhadap Faham Formalisme,
ini mereka mendorong periuasan ·bidang-bidang" dan aliran realisme hukum meneruskan serangan
yang memiliki keterkaitan secara hukum.2 agar pola- tersebut dengan cara kritis.5 Namun sosialisme yang
pola atau nalar hukum dapat mencakup pengetahuan, lahir untuk mengatasi kekurangan dari formalisme,
di dalam konteks sosial, dan memiliki pengaruh oleh Wiber dipandang hanya akan berarti pada
terhadap tindakan resmi para aparat hukum. Seperti kemenangan sepenuhnya bagi birokrasi. Realisasi
halnya realisme hukum, sosiological jurisprudence rasio yang diramalkan para filosuf abad ke 19 sebagai
(pendekatan filosofis terhadap hukum, yang Kerajaan Tuhan dimuka bumi telah berubah menjadi
menekankan pada dampak sosial yang nyata dari •kerangkeng besi" (iron cage) dan kita terkutuk untuk
institusi, doktrin, dan praktek hukum) juga ditujukan hidup didalamnya. Pembebasan belenggu dan
untuk memberi kemampuan bagi institusi hukum rasionalisasi tidak dapat diputar balik, sebagaimana
"untuk secara lebih menyeluruh dan cerdas hilangnya makna dan hilangnya kebebasan yang
mempertimbangkan fakta-fakta sosial di mana hukum menyertainya6
itu diproses dan diaplikasikan3 Mencermati perkembangan pendekatan hukum
Aliran Sosiological jurisprudence dalam ilmu sebagaiman diuraiakan terdahulu oleh Nonet &
hukum banyak melibatkan dasar bagi aliran realisme Selznick yang melakuakan pendekatan melalui tiga
hukum, sedangkan aliran realisme hukum banyak ta hap yaitu hukum refresif, hukum otonom dan hukum
melibatkan dasar pada aliran "Critical legal Sudies" responsif. Pandangannya ini bermuara pad a suatu
dengan demikian, ajaran-ajaran sosiological keinginan untuk melihat hukum itu bermanfaat bagi
Jurisprudence yang dipelopori Roscoe Pound banyak masyarakat dan kajiannya menjadi perhatian
memengaruhi aliran "Critical legal Sudies,.. sosiologi hukum.
Munculnya aliran Sosiological Jurisprudence Tipe hukum menurut pandangan nonet &
antara Tahun 1900 - 1920 an merupakan anti tesis Selzmick merupakan suatu gerakan evolusi, di mana
dari ajaran yang telah berkembang sejak abad ke 19 pada setiap tahap terjadi perkembangan sesuai

Ooktor Bidang Hukum Tata Negara, Dosen Jurusan Pendldikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakul1as llmu Sos!al Unrversllas Negeri Makassar
1 Jerome Fran dilrubp Phftippe None! & Philip Selznicll. Hukum Responsif, Fort Fooodation dan Huma. 2003 him 59
2 Lon L Fuller bd him. 59
3 Roscoe Pound, ibid him 59
4 Ibid him. 19
5 Ibid him 19
6 Jurgen Habennas.Teori Tirldallan Komunikabf, Rasio dan Ras,onahsasi Masayaraka~ 2006, him XlO

34
Andi Kasmawati,Realitas sosial sebagai lmplikasiSosiologica/Jurisprudensi

kondisi yang ada dalam masyarakat dan kehidupan sehari-hari. Reproduksi masyarakat
pemerintahan yaitu: berjalan terus yang dilihat sebagai hasil tindakan yang
1. Hukum sebagai hukum represif adalah dilakukan oleh anggota kehidupan dunia untuk
keberadaan hukum tidak menjamin keadilan, mempertahankan simboliknya (identitasnya).
apalagi keadilan substantif, sebaliknya setiap Masyarakat hanya dilihat dari pandangan mereka.
tatanan hukum memiliki potensi refresif sebab Jadi yang hilang dalam pendekatan Hermeunetika
hingga tingkat tertentu ia akan selalu terikat pada adalah pandangan orang luar maupun pengertian
status quo dan dengan memberi baju otoritas tentang proses reproduksi yang terjadi ditingkat
kepada penguasa, hukum membuat kekuasaan slstem"
1
makin efektif. lntegritas Sistem dan integritas sosial memiliki
2. lipe hukum otonom sebagai bentuk tertib hukum kelemahan dalam mengintegrasikan kedua orientasi
menjadi sumber daya untuk menjinakkan hukum itu, Habermas menawarkan dua alternatif yaitu:
refresif atau disebut Rule of law (pemerintahan 1. Masyarakat sebagai sistem yang harus
berdasarkan hukum). 8 memahami persyaratan untuk memelihara
3. Tipe hukum responsif lahir sebagai suatu gejala kehidupan dunia secara sosiokultur.
krisis formalisme hukum. Penerapan lebih lanjut 2. Masyarakat secara sistematis harus
menganai hukum responsif sebagai hukum yang menstabilkan kerumitan tindakan yang
diharapkan mampu mengatasi persoalan hukum terintegrasi secara sosial. ..... [Saya] memihak
dalam masyarakat dan masyarakat dapat pada pandangan Heuristik bahwa kita harus
dijadikan sumber materi dari hukum yang berlaku, memandang masyarakat sebagai sebuah entitas,
inilah yang melatar belakangi munculnya kajian yang dalam evolusi sosialnya mengalami
Sosiological jurisprudence yang dipelopori oleh deferensiasi, baik sebagai sistem maupun
Roscoe Pound pada Tahun 1900 an. sebagai kehidupan dunia. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa walaupun ada hubungan dialektika antara
lntegritas Sosial Dan lntegritas Sistem sistem dan kehidupan sehari-hari (baik itu saling
Pandangan Nonet & Selznick dalam hukum membatasi, maupun saling membuka diri
responsif melalui ajaran sosiological jurisprudence, terhadap kemungkinan baru satu sama lain)
sebagai dukungan Roscoe Pound terhadap upanya namun perhatian utama tertuju pada cara sistem
memberi kontribusi terhadap integritas sosial. dalam kehidupan moderen mengendalikan
Dikembangkan secara terperinsi oleh Habermas, kehidupan dunia dan bertambahnya kekuasaan
dengan menambahkan bahwa integritas sosial sistem atas kehidupan dunia 11
merupakan masalah fundamental teori sosial yaitu
bagaimana menghubungkan antara kedua strategi lntegritas sosial dalam sebuah sistem dalam
konseptual yang ditunjukkan oleh gagasan tentang kehidupan dunia berkaitan erat dengan rasionalisasi
'sistern" dan "kehidupan dunia" itu secara kehidupan dunia, menurut Habermas rasionalisasi
memuaskan (1987: 151). Habermas menamai kedua kehidupan dunia meliputi pertumbuhan rasionalitas
strategis konseptual itu sebagai "lntegritas Sosial" tindakan komulatif. Lebih jauh lagi, tindakan yang
dan "lntegritas Sistem" 9 ditujukan dalam upanya mencari saling pengertian
lntegritas sosial menekankan pada kehidupan dan semakin bebes dari pengendalian normatif dan
dunia dan cara sistem tindakan diintegarasikan makin tergantung pada bahasa sehari-hari. Dengan
melalui jaminan normatif atau pencapaian konsensus kata lain lntegritas sosial makin lama-makin tercapai
secara komunikatif, adanya kenyakinan bagi melalui proses pembentukan konsensus bahasa.
teoritisasi bahwa masyarakat dapat diintegrasikan
melalui integrasi sosial, yaitu dimulai dengan tindakan
komunikasi dan memandang masyarakat sebagai

7 None! & Setznic op cit him 23


8 Ibid him. 43
9 George Ritzer & Douglas J. Goodman, Tewon Sos!Ologl Moderen Ed1si keenam. 2004. hlm.537.
10 Ibid him. 537
11 Habermas Ibid him. 537

35
MMH, Ji/id 40 No. 1 Maret 2011

Pandangan Max Weber Tentang Rasionalitas Dan menurut Habermas. rasional sistem lebih unggul dari
Kekuasaan Oalam Pembentukan Hukum pada rasionalitas kehidupan dunia, sebagai akibat
Max Weber memiliki pandangan tersendiri kehidupan dunia dijajah oleh sistem.
tentang rasionalitas dalam melakukan pentahapan Selain ranah tingat rasional Max Weber juga
perkembangan hukum, Max Weber berbeda dengan menggunakan tipe otoritas "model kekuasaan,·
pandangan Marx, Maine, dan Durkheim yang sebagai basis teorinya mengenai hukum, la membagi
cenderung bertolak dari basis material (ekonomi) tiga tipe otoritas yang niscaya terdapat dalam
sebagai dasar mengkonstruksi teori. Weber justru masyarakat dunia.
menempuh arah lain. la menggunakan ukuran 1. Tipe Kharismatik, ototritas ini bertumpu pada
"tingkat rasionalitas" dan "Kekuasaan" untuk kesetiaan terhadap orang-orang yang dianggap
mengkonstruksi teorinya tentang hukum. memiliki kesaetiaan terhadap orang-orang yang
Max Weber membagi ranah tingkat rasional dianggap memiliki keistimewaan spiritual dan
sebuah masyarkat akan menentukan warna hukum transendental.
dalam masyarakt itu, la membagi tiga tingkatan 2. Tipe Tradisional yang bertumpu pada
rasionalitas yakni : pertama, Subtantif - kepercanyaan menurut tradisi terhadap orang
irasionalitas, kedua, Subtantif, dan ketiga, yang dianggap lanyak memimpin masyarakat.
Rasional Penuh. 3. Tipe Otoritas yang rasional. Otoritas ini bertumpu
1. Tipe Substantif-irasionalitas, melekat pada pada kekuasaan formal untuk berkuasa
masyarakat yang masih dikuasi oleh alam pikiran berdasarkan kualitas dan kemampuan teknis
13
mistis yang serba alamiah dan naluriah. yang dikukuhkan secara formal oleh negara.
2. Tipe Subtantif, dimiliki oleh masyarakat tradisi
yang bertopang pada adat dan kebiasaan Tipe otoritas ini menentukan model
tradisionil. penyelenggararaan hukum (baik law-making, /aw-
3. Tipe Rasional penuh, menjadi ciri masyarakat finding, maupun law-enforsement). Dalam resim
maju dan moderen sebagaimana didunia bearat otoritas karismatik, tidak terdapat "pembuatan
sekarang ini. hukum". Yang ada hanya "penemuan hukum". ltu pun
hanya lewat intuisi dan bisikan supranatural.
Masing -masing tingkat rasionalitas itu, memberi Akibatnya penerapan hukum hanya mengandalkan
ciri pada hukumnya,sebagaimana di kemukanan "kebijaksanaan" etis-moral yang unik dari tokoh
berikut ini : kharismatik.
1. Pada Tipe rasionalitas yang subtantif- irasional ,
hukum tampil dalam wujud yang informal- Tatanan Sosial Sebagai Konstruksi
irasional. Hukum hanya berupa intuisi tanpa Hukum
aturan. Leon Duguit menempatkan solidaritas sosial
2. Pada Tipe rasionalitas subtantif dengan sedikit sebagai dasar konstruksi teori tentang hukum,
kandungan rasionalitas, hukum mewajah dalam solidaritas membangkitkan dua rasa yakni rasa
bentuk informal-rasional (berupa aturan umum keharusan sosial (sentiment de la sosialite) dan rasa
yang serba informal). keadilan (sentiment de la justice). Rasa keharusan
3. Pada Tipe Formal rasional, hukum sudah sosial, tampil dalam wujud kenyakinan akan perlunya
mengambil sosok dalam bentuk aturan-aturan pedoman-pedoman bersama yang sesuai dengan
rinci, khusus dan terkodifikasi12 kebutuhan masyarakat. Sedangkan rasa keharusan
keadilan, menunjuk pada kepekaan tentang cara
Pembagian tipe rasionalitas yang dilakukan membagi beban dan imbalan yang proporsional. Dari
oleh Weber ditanggapi oleh Habermas, bahwa antara kedua rasa keharusan inilah, hukum itu lahir. Namun
rasionalitas substantif dengan rasionalitas formal bila hukum itu, adalah hukum karya sosial. Hukum ini
terjadi konflik maka kemenangan rasionalitas formal merupakan hukum fundamental masyarakat-hukum
atas rasionalias substantif dalam masyarakat barat, yang menguasai seluruh hidup bersama. la tidak

12 Bernard l. Tanya, Yoan N. S1manjuntak, dan Mar1<us Y. Hage. Teori Hukum, Strategi Tertlb Manusia Untas Ruang dan Generas1, 2006 Nm.110.
13 Ibid

36
Andi Kasmawati, Realitas sosial sebagai lmplikasi Sosiological Jurisprudensi

dibuat tapi muncul spontan dari pergulatan internal dalam semua sistem masyarakat yang meliputi.16
masyarakat. isinya, berupa kaidah-kaidah yang Masyarakat mendeskrupsikan dirinya melalui,
bermuatan nilai-nilai ekonomis dan moral yang legenda dan mitos di masa kuno dan pengeatahuan di
dipandang hakiki dalam masyarakat karya. u masa moderen.
Teori pembentukan hukum lainnya
sebagaimmana yang dibangun oleh Eugen Ehrlich lmpilikasi Sosiologikal Yurisprudensi
yang berhubungan dengan masyarakat sebagai Pada dasarnya kehidupan dunia makin
sumber pembentukan hukum didasari bahwa hukum digersangkan oleh sistem, dan aksi komunikasi makin
bukanlah sebuah konsep intelektual. Sebagaimana kurang diarahkan pada pencapaian kesepakatan.
keberadaan masyarakat sebagai institusi Komunikasi semakin lama semakin kaku, miskin, dan
interaksionalitas manusia, laki-laki dan perempuan terfragmentasi dan kehidupan hampir hancur.
yang saling berbagi dalam makna dan pengalaman Serangan terhadap kehidupan dunia dan tindakan
hidup, maka hukum pun tidak kurang dari realitas komunikatif yang terjadi di dalmnya, inilah yang
hubungan antarmanusia. la bukan sesuatu yang sangat dirisaukan Habermas.
formal. la merupakan sesuatu yang eksistensial. Pandangan Habermas merupakan perlawanan
Karenanya Ehrlich membangun teorinya tentang dari teori Legis yang memandang hukum adalah apa
hukum dengan beranjak dari ide masyarakat, hukum yang terdapat dalam undang-undang, kepercanyaan
itu terbentuk lewat kebiasaan, kebiasaan itu lambat sepenuhnya dialihkan kepada undang-undang yang
laun mengikat dan menjadi tatanan yang efektif. mengatasi ketidak pastian dari hukum yang tidak
Disamping hukum yang hidup (rechtsnormen), Ehrlich tertulis. Kepastian hukum memang terwujud dengan
juga mengintrodusir norma lain yaitu norma undang-undang, tetapi dipihak lain muncul
keputusan (Entscheidung snormen) yang merupakan kelemahan undang-undang, khususnya karena
pedoman bagi pengadilan. Dan hukum yang merujuk sifatnya yang statis dan kaku."
pada peraturan-peraturan hukum yang telah Aliran Legis yang memandang hukum hanya
dirumuskan dalam bentuk peraturan perundang- pada undang-undang menempatkan hakim pada
undangan (Rechtssatze) meskipun hukum mendapat posisi sebagai "corong yang hanya mengucapkan
penambahan dari luar tapi telah menjadi bagian teks undang-undang. Jika teks itu tidak berjiwa dan
integral dari kehidupan masyarakat, maka ia akan tidak manusiawi, para hakim tidak boleh
beralih status sebagai hukum yang hidup.15 mengubahnya, baik tentang kekuatannya maupun
Kajian mengenai hukum sebagi keharusan sosial tentang keketatannva'"
dan hukum yang hidup dalam masyarakat merupakan Dalam proses pengadilan hakim tidak mungkin
kajian sosiologi sebagai pengetahua (sosiological mampu menyelesaikan persengketaan, jika hakim
kogneti~ yang dipelopori Luhmann. hanya berfungsi sebagai berfungsi sebagai 'terompet
Sosiologi, sebagai ilmu tentang masyarakat, undang-undang belaka", Hakim masih harus
hanya mungkin terwujud apabila ada konsep tentang melakukan kreasi-kreasi. lnilah yang kemudian
masyarakat yang didefinisikan dengan jelas. Teori membolehkan hakim melakukan penemuan hukum
sistem Luhmann mendefinisikan masyarakat sebagai melalui putusannya, penemuan hukum oleh hakim
"Semua yang mencakup sistem sosial termasuk yang disebut Jurisfrudensi.
semua sistem kemasyarakatan lainnya" (Luhmann, Sosiologikal Jurisprudensi merupakan
1997:78) ini mengimplikasikan bahwa masyarakat pembentukan hukum bagi hakim yang bersumber dari
identik dengan masyarakat dunia, hanya ada satu fakta-fakta kehidupan masyarakat yang dijadikan
konsep komunikasi sebagai elemen-elemen aturan atau norma untuk menyelesaikan tindak
dasamya untuk mereproduksi dirinya sendiri. kejahatan dalam masyarakat.
Sistem kemasyarakatan (societa~ adalah sistem Pandangan ini oleh Habermas dikenal dengan
fungsional seperti ekonomi, sains, dan hukum di hukum reflektif yaitu hukum yang dapat mengatur

14 Theo Huijbers. dalam Bernard. Teon Hukum Strategi Tert1b Manus1a Untas Ruang •.. him. 113
15 Ibid hlm.117-118
16 Luhman dalam George Ritzer & Douglas J. Goodman, Teon Sosiolog1 Moderen, 2004.hlm.25&-260
17 Ahmad A11, Menguak Tabtr Hukum (suatu kajian filosofos dan soslOlog1s. 1996, him 143
18 Montesquieu dalam Paul Scolten. ibid

37
MMH, Ji/id 40 No. 1 Maret 2011

dirinya sendiri melalui lembaga-lembaga atau sturktur DAFTAR PUSTAKA


dengan cara mengkomunikasikannya sebagai sarana
integritas sosial (mempertahankan kehidupan sosial). Achmad Ali, 1996, Menguak Tabir Hukum (suatu
Bagian akhir tulisan Gunther Teubner, kajian filosofis dan Sosiologi), Candra
menjelaskan bahwa: Dalam perkembangan Pratama, Jakarta.
revolusioner hukum diper1ukan ilmu pengetahuan Bernard L. Tanya dkk, 2006, Teori Hukum, Strategi
melalui sistem legal yang sangat spesifik yang Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi,
direncanakan secara komprehensif, model-model CV.Kita, Surabaya.
polis sosial digatikan dengan model-model yang George Ritzer-Douglas J.Goodman, 2004, Teori
menggabungkan wawasan pada analisis sosiolegal Sosiologi Moderen, edisi 6, Predana Media,
dan dinamika pada proses interaksi bagi pemecahan Jakarta.
masalah sosial. Gunther Teubner, 1984, Subtantif and Reflexive
Elements in Moderen Law. Law and Society
Penutup Review, Vol.17, No. 2. :278-281.
Terwujudnya hukum Reflektif yang cita-citakan Jurgen Habermas, 2006, Teori lindakan Komunikatif,
oleh Habermas, menjadi pembahasan Gunther Rasia dan Rasionalitas Masyarakat, Kreasi
Teubner, dengan mengkompilasi beberapa ajaran Wacana, Yogyakarta.
atau aliran dalam pembentukan hukum. Munir Fuadi, 2007, Sosiologi Hukum Kontemporer,
Konsep konstruksi hukum yang bersumber dart lnteraksi hukum dan Masyarakat, Citra Aditya
masyarakat dalam menciptkan integritas sosial, Bakti, Bandung.
diawali dengan adanya tiga tipe hukum yang Otje Salman, 2005, Teori Hukum, Mengingat,
dikemukakan oleh Nonet dan Selznick, dari ketiga tipe Mengumpulkan dan Membuka Kembali,
hukum tersebut yang paling sesuai dengan sosiologi RafikaAditama, Bandung.
hukum adalah hukum responsif. Philippe Nonet & Philip Selznick, 2003, Hukum
Masyarakat sebagai agen perubahan, Responsif, Huma Jakarta.
membutuhkan hukum sesuai perkembangannya Saifullah, 2007, Refleksi Sosiologi Hukum, Rafiks
sehingga dalam penerapan hukum memer1ukan Aditama, Bandung.
penyesuaian, dalam konteks ini peranan hakim
sangat penting dalam memberikan keputusan yang
kreatip dalam memenuhi rasa keadilan dalam
masyarakat melalui "sosiological jurisfrudence".

38

Anda mungkin juga menyukai