6-Article Text-14-1-10-20190320
6-Article Text-14-1-10-20190320
ini, akan
tetapi
dalam
Teori
dimensi
agama,
amaliahny
a di
D
alam kitab-kitab fikih tradisional, para pakar terkadang
hukum Islam tidak mempergunakan kata dianggap
hukum Islam dalam literatur yang ditulisnya. sakral.2
Yang biasa digunakan adalah istilah syari’at Di
Islam, hukum syara’, fiqh, dan syara’. Kata hukum Islam Indonesia,
sejak
baru muncul ketika para orientalis Barat mulai masuknya
mengadakan penelitian terhadap ketentuan syari’at Islam agama
Islam,
dengan term Islamic Law yang secara harfiah dapat disebut hukum
dengan hukum Islam. Hukum Islam merupakan rangkaian Islam
telah
dari kata “hukum” dan “Islam”, secara terpisah merupakan
kata yang digunakan dalam bahasa Arab dan juga berlaku
dalam bahasa Indonesia yang hidup dan terpakai,
meskipun tidak ditemukan artinya secara definitif.1
1
banyak g-undangan ini masih sedikit dibandingkan dengan ide dan
ijtihād materi hukum Islam itu sendiri.
dalam Dengan demikian, hukum Islam dengan sifatnya yang
berbagai dinamis, bergerak dari prinsip dan nilai-nilai aqīdah (tauhid)
variasi dengan berdasarkan wahyu dan diinterpretasikan dengan
kelembag ijtihād (akal sehat manusia) menuju kemaslahatan dunia
aan dan dan akhirat, serta keridhaan dari Allah), maka benarlah
pasang
semboyan yang mengatakan “al-aqlu al-salīm lā yunāfī al-
surutnya
dalīl al-şaḥīh” (akal yang sehat tidak akan bertentangan
situasi
dengan dalil yang benar). Maka, fungsi hukum Islam adalah
dan
sebagai pengatur, pembina, dan pendorong dalam
kondisi,
perubahan-perubahan di dalam masyarakat untuk maju,
dalam
dan juga berfungsi sebagai kontrol sosial.
bentuk
Jika dilihat dari penerapan hukum fikih, maka mażhab
adat
Syāfi’iyyah memang lebih banyak dan dekat pada
istiadat
kepribadian Indonesia, misalnya pada masalah wali dalam
dan
pernikahan. Sedangkan di Eropa lebih cocok mażhab ḤḤanafī
hukum
sebab individualismenya sangat kuat. Misalnya dalam pernikahan, Imām
adat, juga
ḤḤanafī sangat bergantung pada orangnya, jika sudah dewasa, maka itu
dalam
merupakan tanggung jawab sendiri dan orang tua tidak ikut campur lagi.
bentuk
Oleh karenanya, salah satu alasan mengapa di Indonesia orang lebih
jurisprude
banyak memilih paham Syāfi’iyyah dan lebih memberlakukannya, yaitu
nsi dan
karena sikap kebersamaan dan gotong-royong lebih menonjol di Indonesia.
dalam
perundan Seiring dengan kemajuan zaman, yang sangat berpengaruh dalam
undangan fikih, maka dalam aplikasinya, tidak semua penerapan hukum Islam atau
walaupun ajaran Imām Syāfi’ī walaupun masih banyak yang mengaku bermażhab
Syāfi’iyyah. Sebabnya beragam, faktor kemajuan dalam berfikir secara
dalam
fikih, atau karena pengaruh kondisi masyarakat, pengaruh adat istiadat,
perundan
NUKHBATUL ‘ULUM, Volume 1,atau bahkan
Tahun kejahilan
I 1434 H/ terhadap substansi
NUKHBATUL nilai-nilai
‘ULUM, Volume 1,fikih itu sendiri.
Tahun I 1434 H /
2013 M 2013 M
B. Batasan Masalah sub
Berdasarkan latar belakang di atas dan untuk lebih memfokuskan
pembahasan
pembahasan ini, olehnya itu penulis membatasi permasalahan pada sub-
berikut:
2
1. Teori-teori keberlakuan hukum Islam di Indonesia. Pa
da masa
2. Aplikasi hukum Islam pada adat istiadat di Indonesia.
sebelum
Indonesi
a
KAJIAN TEORI
merdeka
Lodewijk Willem Christian Van Den Berg (1845-1927), serta Carel masa
mengikuti agama yang dianut seseorang, jika orang tersebut beragama kan
3
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka pada tahun 1845-1927, adalah
oleh Van Den Berg, mengemukakan bahwa di Indonesia berlaku hukum
hukum Islam walaupun dengan sedikit penyimpangan. Untuk itu Van Islam.4
Den Berg memunculkan sebuah teori hukum di Indonesia dengan
sebutan Teori Receptie in Complexu. Teori ini menyatakan bahwa
hukum yang berlaku adalah hukum agama yang mereka anut.
Munculnya teori seperti ini adalah karena menurut penelitian Van Den
Berg bahwa kehidupan masyarakat Islam Indonesia memberlakukan
hukum agama Islam. Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa
politik hukum yang berlaku untuk kepentingan penduduk Indonesia
Teori ini adalah teori yang sangat bertentangan dengan substansi tkan
ajaran Islam yang bersumber pada ayat-ayat suci al-Qur’ān, sehingga secara
penulis memandang sangat wajar jika Prof. Ḥazairin yang merupakan turun
5
n dengan ajaran Islam dan ada pula yang bertentangan,
maka ajaran Islam-lah yang menjadi filter bagi
pemeluknya untuk mengakomodir adat istiadat
tersebut. Para ulama telah menyebutkan suatu kaidah
fiqhiyyah dalam rangka mengadakan komparasi antara
Kementrian6.
oven
3.
Teori Receptie Exit Fiqhi al-Islā-mī:
(seorang
Teori Receptie Exit ini lahir sebagai reaksi atas teori yang
ahli adat
dipelopori oleh Snouck Ḥurgronye dengan teori Receptie-nya. Teori
Indonesi
Receptie Exit ini pertama kali dikemukakan oleh Ḥazairin pada tahun
a dan
1950 di Salatiga. Dalam konferensi Departemen Kehakiman, beliau
diberi
mengemukakan suatu analisa dan pandangan agar hukum Islam
gelar
diberlakukan kembali di Indonesia sebagaimana teori Receptie in
sebagai
Complexu.
peletak
dasar Pada awalnya, para pakar hukum tidak begitu tertarik dengan
pembuat teori Receptie Exit ini, namun karena konsep teori ini sesuai dengan
sistem cita-cita hukum yang dikehendaki oleh masyarakat Indonesia, maka
ilmu pada akhirnya teori ini sedikit demi sedikit berpengaruh di dalam
hukum pembentukan hukum nasional di masa-masa berikutnya. Dan teori ini
11
adat), pun diikuti dan dikembangkan oleh murid-murid Ḥazairin. Di antara
Ter Ḥar, yang mengembangkan teori ini adalah : Muhammad Daud Ali, Sajuti
dan J. J. Thalib, Bustanul Arifin dari pakar hukum, dan Ḥasbi Ash-Shiddieqi,
NUKHBATUL ‘ULUM, Volume 1, Tahun I 1434 H / NUKHBATUL ‘ULUM, Volume 1, Tahun I 1434 H /
2013 MVan serta Mukti Ali dari ilmuan Islam
2013 M di luar sarjana Ḥukum Islam.
Teori Receptie ini mengemukakan bahwa sebenarnya yang berlak
Pada tahun 1963, pandangan Ḥazairin terhadap teori Receptie bahwa
maka olehSnouck
karena itu hukum Islam akan memiliki
Ḥurgronye itu dipertegas dan dipertajam dengan menyebut
kekuatan
teori itu
hukum
11. H. Muchsin, Masa
Depan Hukum
Islam di
Indonesia, (Cet.
I; Jakarta: BP. 6
IBLAM, 2004), h.
24.
adalah “teori iblis”. Karena munculnya teori Receptie Exit yang hukum
dikemukakan oleh Ḥazairin tersebut, walaupun tidak begitu besar Islam
pengaruhnya pada masa itu, akan tetapi nampaknya membuahkan dan
hasil yang besar. Ḥal ini dapat dilihat pada masa Orde Lama, yaitu politik
sejak berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, politik hukum hukum
pemerintah terhadap hukum Islam tampak lebih maju. Unsur-unsur penjajah
agama termasuk hukum Islam mulai diindahkan, sebagaimana politik an
hukum Belanda pada tahun 1919, kenyataan itu dapat terlihat dari isi Belanda.
14
pasal 5 UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria,
yang menyatakan bahwa hukum agama harus diperhatikan di dalam Di
setiap peraturan yang berkaitan dengan masalah ke-agraria-an di dalam
Indonesia. Walaupun hal ini masih setitik kecil dibandingkan dengan pandang
substansi keseluruhan ajaran Islam yang bersifat universal dan integral an teori
yang semestinya diterapkan pada seluruh aspek kehidupan ummat Receptie
manusia pada umumnya dan kaum muslimin pada khususnya. a
Contrar
4. Teori Receptie a Contrario
io yang
Teori Receptie a Contrario adalah pengembangan dari teori dikemuk
Receptie Exit yang dikemukakan oleh Ḥazairin. Teori ini adalah akan
kebalikan dari teori Receptie, karena teori Receptie a Contrario ini oleh
berpendapat bahwa bagi orang Islam berlaku hukum Islam, dan hal ini Sayuti
sesuai dengan cita-cita hukum dan cita-cita moral bagi pemeluknya. Thalib
Lebih lanjut teori ini mengemukakan bahwa di Negara Kesatuan ini,
Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, hukum
semestinya orang-orang yang beragama Islam harus taat kepada Islam
hukum agamanya, sedangkan hukum adat baru berlaku kalau tidak tidak
bertentangan dengan hukum Islam.13 13. H. Amiur
dapat
Nuruddin, dan
Azhari Akmal
Teori ini dikemukakan oleh Ḥ. Sayuti Thalib, pengajar luar biasa Tarigan, Hukum
Per-data Islam di
Indo-nesia: Studi
pada Fakultas Ḥukum Universitas Indonesia. Ia menulis buku “Teori Kritis
Perkembangan
Receptie a Contrario” yang berisi tentang hubungan hukum adat dan dari Fikih, UU
No.1/1947
sampai KHI, (Cet.
NUKHBATUL ‘ULUM, Volume 1, Tahun I 1434 H / NUKHBATUL ‘ULUM, Volume 1, Tahun II;I 1434 HJakarta:
/
2013 M dipisahk Islam.Ḥukum Islam dan agama
2013 M Islam harus selalu sejalan
PrenadadanMe-dia,
tidak
2004), h. 18.
an dari boleh saling berbenturan, sebab hukum Islam merupakan 14. Abdul pegangan
Mannan,
Ha-kim Peradilan
Agama Di Mata
agama mutlak dan absolute bagi umat Islam. Apabila mereka sudah
7
mengiku ajaran agama seyogyanya adalah untuk diejawantahkan, bukan hanya
ti Islam sekadar dianut secara formal belaka tanpa disertai dengan aplikasi
sebagai yang riil dalam pengamalannya. Allah berfirman dalam al-Qur’ān :
agama
﴿
yang ﴾15
dipelukn “Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan
ya maka (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum)
Allah bagi orang-orang yang yakin ?”.16
konseku
ensinya 5. Teori Eksistensi
mereka
Teori ini dikemukakan oleh Ḥ. Ichtianto SA. Beliau
harus
mengemukakan bahwa hukum Islam sesungguhnya ada pada hukum
selalu
nasional, walaupun tidak disebut bahwa peraturan tersebut adalah
tunduk
berdasarkan hukum Islam. Ḥal ini dapat diliat di dalam setiap
dan
peraturan tersebut adalah hukum Islam atau paling tidak aturan itu
meneri
tidak bertentangan dengan hukum Islam. Namun pada kenyataannya,
ma
teori ini tidak dapat dipertanggungjawabkan secara umum, sebab
segala
banyak diantara peraturan-peraturan pemerintah sejak zaman Orde
perintah
lama, Orde baru, bahkan Orde reformasi saat ini yang tidak selaras
dari
dan sejalan dengan substansi hukum Islam, apalagi bila dipadankan
agama
dengan dalil-dalil syara’ yang qat’īṣ absolute.
tersebut
dengan Menurut teori ini, keberadaan hukum Islam dalam tata hukum
semaksi nasional menjadi suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri
kemamp Teori ini merupakan kelanjutan dari teori Receptie Exit dan Receptie a
uannya. Contrario dengan melihat dari hubungan antara hukum Islam dan
suatu
8
Teori pembaharuan ini dipelopori oleh Bustanul di dalam
Arifin, Ismail Sunny, dan Tahir Azhari. Mereka bentuk
berpendapat bahwa sebenarnya hukum adat itu tidak perundan
ada, yang ada hanyalah adat. Sedangkan hukum adat g-
yang sudah banyak diistilahkan orang adalah undangan
merupakan rekayasa pemerintah Hindia Belanda.18 Republik
Indonesia
Maksud dari teori ini adalah bahwa apa yang telah dan di
dikemukakan oleh pemerintah Hindia Belanda melalui sana sini
pakar-pakar hukumnya bahwa di Indonesia terdapat mengand
daerah hukum adat yang dibagi pada 19 daerah hukum ung unsur
adat adalah merupakan rekayasa pemerintah Hindia agama”.20
Belanda, sebab sesungguhnya di Indonesia memang
Penda
memiliki adat istiadat yang berbeda-beda antara satu 18. Abdul Mannan,
patKuliahyang
Sari Politik
daerah dengan daerah lainnya, tapi hal itu bukan Hukum , tanggal
berkemba
20 Juli 2003 pada
berarti bahwa di setiap daerah memiliki hukum adat.19 Program Pasca-
ng UMSU.
sarjana dalam
19. Darmansyah
Hsb, Pe-ngaruh
B. Aplikasi Hukum Islam pada Adat Istiadat di seminar
Teori Resepsi
dalam Politik
Indonesia tersebut
Pene-rapan
Hukum Islam di
menunjukk
Indonesia, dalam
Menurut seminar hukum adat yang diselenggarakan di Mimbar Hukum:
an
Ak-tualisasi
Yogyakarta pada tahun 1975, hukum adat didefinisikan Hukum Is-lam,
(No. 64., Thn. XV;
Jakarta: al-Hik-
sebagai: “Hukum asli Indonesia yang tidak tertulis/tertuang mah dan
DITBINPE-RA,
2004), h. 35.
adanya diterima (gerecepteerd) oleh hukum adat. Sumber
20. Abdul formal
Mutholib,
Ke-dudukan
pengaruh teori resepsi ini adalah pasal 134 ayat (2) Indische
teori Staatsregeling (IS) tahun 1929 yang berbunyi: “Evenwel
Receptie staan de burgerlijke rechzaken Mohammedanen, indien
yang hun adatrecht dat mede brengt, terkennisneming van den
21. Ibid.
mengatak 22. Sayuti godsdienstigen
Thalib, rechter, voor zoover niet bij oronantie
Recep-tio a
an bahwa anders is
Contrario: Hu-bepaald” (“Apabila terjadi perkara perdata antara
bungan Hukum
Adat dengan
hukum sesama
Hukum orang muslim maka akan diselesaikan oleh hakim
Islam,
(Cet. III; Jakarta:
Islam agama
Bi-na Islam jika telah diterima oleh hukum adat mereka
Aksara,
NUKHBATUL ‘ULUM, Volume 1, Tahun
1982), h. 66I .1434 H / NUKHBATUL ‘ULUM, Volume 1, Tahun I 1434 H /
berlaku
2013 M sejauh
23. Ibid., h. 47-53.tidak ditentukan 2013
lain oleh
M ordonansi”).21
24. M. Muchlas,
apabila tentang Hasil
Penelitian Hazairin
Har-ta berpendapat, bahwa dengan
Warisan di Kabu-
telah diproklamasikannya
paten Magetan, kemerdekaan Republik Indonesia pada
tahun 1984.
25. H. Rachmat
Djatnika,
Sosialisasi
Hukum Is-lam, 9
dalm Tim PPI-
LPPM,
tanggal hukum berpendapat bahwa teori Receptie ini masih tetap
17 berlaku berdasarkan Aturan Peralihan pasal II UUD 1945,
Agustus yang berbunyi: “Segala Badan Negara dan Peraturan yang
1945, ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang
maka baru menurut Undang-Undang Dasar ini”.22
pasal 134 Di Pengadilan-pengadilan Negeri di Jawa terdapat
(2) beberapa kasus yang keputusan perdatanya untuk orang
tersebut Islam didasarkan atas teori Receptie (seperti pada pasal
di atas 134 ayat (2) IS tersebut), yaitu bahwa perkara perdata
tidak orang-orang Islam diputuskan bukan dengan hukum Islam,
berlaku melainkan dengan hukum adat, akan tetapi keputusannya
lagi, sama dengan hukum Islam.23
perndapat
Misalnya, pelaksanaan hukum waris di Jawa Timur
ini
berdasarkan penelitian,24 yang didasarkan atas adat,
didasarka
ternyata sama dengan hukum Islam, dengan beberapa
n atas
variasi, yang pada dasarnya melaksanakan hukum Islam
Pembukaa
dengan penyesuaian hukum adat, dan dibenarkan oleh
n UUD
hukum Islam melalui lembaga-lembaga hukum yang ada
1945 dan
dalam hukum Islam, seperti al-istih ṣsān (untuk menjaga rasa
pasal 29
adilnya perasaan secara Indonesia), lembaga hibah setelah
UUD
dibagi secara hukum farā’id ala mażhab syāfi’iyyah,
1945.
lembaga tasāluh ṣ (al-istislāh
ṣ ṣ) dengan was ṣiyyah al-wājibah, dan
Akan
lain-lain. Problemanya, lembaga-lembaga tersebut belum dipopulerkan di
tetapi,
dalam masyarakat sehingga bagi yang belum memahaminya, ketentuan
sebagian
adat tersebut seakan-akan bertentangan atau berbeda dengan hukum
ahli
Islam.25
10
berdasarkan hukum Islam. Ada upacara-upacara hukum adat yang dalam bab
dilaksanakan (seperti dalam perkawinan) selama hukum adat tersebut tidak pernikahan.
bertentangan dengan hukum Islam. Walaupun demikian, tetap saja Adapu
dijumpai dalam aplikasinya masih banyak terjadi hal-hal yang bukan n di Riau,
merupakan representasi dari hukum Islam yang murni, seperti adanya Jambi,26. Ibid., h. 245.
ikhtilāt dalam
ṣ pesta pernikahan, dan lain-lain. 27. Sayuti Thalib, op.
Palembang,
cit. h. 68-69.
Apa yang kita saksikan dan kita lihat dalam praktik fikih di dalam
NUKHBATUL ‘ULUM, Volume 1, Tahun I 1434 H / NUKHBATUL ‘ULUM, Volume 1, Tahun I 1434 H /
2013 M 2013 M
28. Ibid., h. 69.
29. Ibid.
30. H. Muh. Kusno, dibenarkan atau sekurang-kurangnya tidak bertentangan dengan agama
Hu-kum Fikih
dan Pene-
rapannya di
Islam dapat mereka jalankan.28
Indone-sia,
Makalah pada
Seminar Nasional
tentang
11
Pembangu-nan
Hukum dan Per-
Demik juga para alim ulama) menyatakan, “ Inilah hukum Islam”. Pada
ian juga umumnya, masyarakat di Banten dan Bogor apabila ada masalah
kalau kita keperdataan di antara mereka, maka mereka mendatangi alim ulama untuk
melihat adat meminta petunjuk bagi penyelesaian masalah mereka.29
di Banten, Inilah yang dikatakan oleh Sayuti Thalib bahwa yang ada ialah
mereka tidak Receptie a Contrario “hukum adat akan dapat berlaku kalau tidak
dapat bertentangan dengan hukum Islam”. Kenyataan tersebut menurut Sayuti,
memisahkan menunjukkan bahwa UUD 1945 Pasal 29 telah mengalahkan Pasal 134
mana yang ayat (2) IS.
hukum Islam
Apa yang kita saksikan dan kita lihat dalam praktik fikih di dalam
dan mana
masyarakat Indonesia dalam hubungannya dengan adat, terlihat kenyataan
yang hukum
bahwa yang melatarbelakanginya adalah budaya kita (bangsa Indonesia), 30
adat, sebab
faktor budaya bangsa inilah yang merupakan persoalan di dalam
mereka
penerapan dan pelaksanaan hukum Islam dan fikih. Dalam pelaksanaan
(sesepuh
31. Dalam berbagai
fikih, yang merupakan hasil ijtihād para ulama dari negeri-negeri yang
adat, yang lite-ratur fikih,
khususnya yang
berbeda budayanya dengan budaya Indonesia, terdapat banyak persoalan
berkaitan lang-
sung dengan
pemba-hasan al-
yang berlainan antara kondisi masyarakat Indonesia dan masyarakat Qawā’idu » لم al-
Fiqhiyyah, terda-
mereka di negara-negara lain tersebut. Karena penerapan fikih pat sebuah
kaidah جت تمهداد م
yang ا ل
memerlukan penyesuaian atau sama sekali tidak dapat dilakukan. berbunyi: ل م ي من لك مممممر
كممدام ت ب تت مغمييممرتح مت مغمييمممر ال م ل
مك تمنمممممةت م ي
فت ل
ممنمممممةت موال ل ال ملز ت
Sebenarnya hasil ijtihād para ulama di Timur Tengah, Arab Saudi, لوا ت
حممممم م “ وال م لTidak
قداب مل مةت
dipungkiri
Mesir, Yaman, Jordan, dan lain sebagainya, telah memberikan solusi bahwasa-nya م م
م
perubahan hu-
terbaik dan mumpuni dalam mengatasi berbagai macam permasalahan, kum-hukum
disebab-kan »ص
الن ك ص
adanya peruba-
terdapat banyak alternatif yang diberikan dalam penerapan fikih hasil han waktu,
tempat,“Tidak ada dan
ijtihād mereka di negara manapun, yang pada aplikasinya tetap berdasar keadaan/kondi-
si”. ijtihād
pada pertimbangan faktor kemaslahatan, kondisi sosial masyarakat dan sisi Makna/maksud-
nya ketika adalah,
psikologisnya, serta waktu dan tempat, di mana fikih tersebut akan adanya
bertentanga
perubahan
kondisi, keadaan,
diterapkan. waktu,
tempat,
n dengandan
Untuk itu diperlukan ijtihād yang dilaksanakan oleh ulama berpengaruh
sangatnas” ṣ besar
terhadap
Indonesia, baik dalam masyarakat (adat), yurisprudensi, ataupun dalam perubahan
atau
hukum-hukum ber-
perundang-undangan. Namun ijtihād yang dimaksudkan tersebut dalam syari’at yang
NUKHBATUL ‘ULUM, Volume 1, Tahun I 1434 H / NUKHBATUL ‘ULUM, Volume 1, Tahun bersifat
I ijtihād
1434 H /pada
konteks
2013 M ke-Indonesia-an perlu pengawasan serta 2013kajian
M kritis yang ijtihādiyyah, bila
saja adat dan
mendalam dan komprehensif, agar tidak terjadi ijtihād yang kebablasan kebiasaan
masyarakat
yang justru bertentangan dengan substansi nus ṣūs ṣ al-syar’iyyah dapat menjadi
sebuah
argumentasi
hukum, yang
kemudian hu-
kum tersebut
12 berubah
disebabkan
faktor a-dat dan
masalah-masalah yang bukan merupakan wilayah untuk ber-ijtihād di
dalamnya.
NUKHBATUL ‘ULUM, Volume 1, Tahun I 1434 H / NUKHBATUL ‘ULUM, Volume 1, Tahun I 1434 H /
2013 M 2013 M
13
PENUTU bernegara pada periode yang berbeda-beda, teori-teori
P tersebut di antaranya:
a) Teori Receptie in Complexu
b) Teori Receptie
Berdasar c) Teori Receptie Exit
kan d) Teori Receptie a Contrario
e) Teori Eksistensi
pembahasan
singkat di f) Teori Pembaharuan
atas, maka
2. Apa yang kita saksikan dan kita lihat dalam praktik fikih di dalam
dapat
masyarakat Indonesia dalam hubungannya dengan adat, terlihat kenyataan
disimpulkan
bahwa yang melatarbelakanginya adalah budaya kita (bangsa Indonesia),
beberapa hal,
faktor budaya bangsa inilah yang merupakan persoalan di dalam
antara lain:
penerapan dan pelaksanaan hukum Islam dan fikih. Dalam pelaksanaan
1. Teori-teori
fikih, yang merupakan hasil ijtihād para ulama dari negeri-negeri yang
keberlaku
berbeda budayanya dengan budaya Indonesia, terdapat banyak persoalan
an hukum
yang berlainan antara kondisi masyarakat Indonesia dan masyarakat
Islam di
mereka di negara-negara lain tersebut. Untuk itu diperlukan ijtihād yang
Indonesia
dilaksanakan oleh ulama Indonesia, baik dalam masyarakat (adat),
terbagi
yurisprudensi, ataupun dalam perundang-undangan. Namun ijtihād yang
dalam
dimaksudkan tersebut dalam konteks ke-Indonesia-an perlu pengawasan
beberapa
serta kajian kritis yang mendalam dan komprehensif, agar tidak terjadi
teori yang
ijtihād yang kebablasan yang justru bertentangan dengan substansi nus ṣūs ṣ
pernah
al-syar’iyyah atau ber-ijtihād pada masalah-masalah yang bukan
berlaku
merupakan wilayah untuk ber-ijtihād di dalamnya. Ḥasilnya, apa yang
dalam
dipraktikkan masyarakat Indonesia dalam adat, yurisprudensi, dan
kehidupan
perundang-undangan terdapat banyak perbedaan dengan praktik konsepsi
bermasya
hukum Islam di negeri-negeri muslim yang lain meskipun mengklaim
rakat dan
mengikuti mażhab yang sama.
14
10. 26. _______
11. Djatnika, Rachmat. Sosialisasi Hukum Islam. dalam Tim _,
PPI-LPPM. Kontro-versi Pemikiran Islam di Indonesia. Abdul.
Cet. I; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990. Sari
12. Kuliah
13. Halim, Abdul. Politik Hukum Islam di Indonesia. Cet. I; Politik
Jakarta: Ciputat Press, 2005. Huku
14. m.
15. Hsb, Darmansyah. Pengaruh Teori Resepsi dalam Politik Tangg
Penerapan Hukum Islam di Indonesia. Dalam Mimbar al 20
Hukum: Aktualisasi Hukum Islam. No. 64., Thn. XV; Juli
Jakarta: al-Hikmah dan DITBINPERA, 2004. 2003
16. pada
17. Kementrian Urusan Agama Islam, Wakaf, Da’wah, dan Pro-
Irsyad Kerajaan Saudi Arabiah. Al-Qur’ān dan gram
Terjemahnya. t. Cet; Madinah: Percetakan al-Qur’ān al- Pascas
Karīm Raja Fahd, 1426 H. arjana
18. UMSU.
19. Kusno, Muh. Hukum Fikih dan Penerapannya di 27.
Indonesia. Makalah pada Se-minar Nasional tentang 28. Muchl
Pembangunan Hukum dan Perkembangan Fikih di as, M.
Indonesia, tanggal 4-5 Februari 1985. Tentan
20. g Hasil
21. Mannan, Abdul. Hakim Peradilan Agama Di Mata Hukum
Penelit
Ulama Di Mata Umat. t. Cet; Jakarta: Pustaka Bangsa
ian
Press, 2003.
Harta
22. Warisa
23. ________, Abdul. Hukum Islam dalam Berbagai Wacana. n di
t. Cet; Jakarta: Pustaka Bangsa, 2003. Kabup
24. aten
25. ________, Abdul. Reformasi Hukum Islam di Maget
an,
Indonesia. Ed. 1., Cet. I; Jakarta: PT. RajaGrafindo
tahun
Persada, 2006. 1984.
29. Muchsi Hukum Islam di Indonesia. Cet. I; Jakarta: BP. IBLAM,
n. 2004.
Masa 30.
Depan 31. Mutholib, Abdul. Kedudukan Hukum Islam Dewasa Ini di
Indonesia. t. Cet; Surabaya: Bina Ilmu, t. Th.
32.
33.
NUKHBATUL ‘ULUM, Volume Nuruddin,
1, Tahun I 1434 H / Amiur. dan Azhari
NUKHBATUL Akmal1, Tahun
‘ULUM, Volume Tarigan. Hukum
I 1434 H/
2013 M 2013 M
Perdata Islam di Indo-nesia: Studi Kritis Perkembangan
dari Fikih, UU No.1/1947 sampai KHI. Cet. II; Jakarta:
Prenada Media, 2004.
34.
15
35. Thalib, rio: Hubungan Hukum Adat dengan Hukum Islam. Cet.
Sayuti. III; Jakarta: Bina Aksara, 1982.
Recep 36.
tio a 37. Wahid, Marzuki. dan Rumadi. Fikih Mazhab Negara. Cet.
Contra I; Yogyakarta: LKIS, 2000.
38.
NUKHBATUL ‘ULUM, Volume 1, Tahun I 1434 H / NUKHBATUL ‘ULUM, Volume 1, Tahun I 1434 H /
2013 M 2013 M
16