Anda di halaman 1dari 24

187

METODE MASHLAHAH MURSALAH DAN ISTISHLAH


(STUDI TENTANG PENETAPAN HUKUM EKONOMI ISLAM)

M. Syakroni
IAIN Bengkulu
Email: muhammadsyakroni57@gmail.com
Abstract: Marshlahah mursalah and istishlah is a harmonious consideration of ijtihad for the necessities of life
today, in accordance with the purpose of syara ', as well as to strengthen the truth, and the universality
of Islamic shari'ah, although the text of the Shari'ah itself does not specify. The benefit of human life is
the goal of the Shari'ah and all the laws it contains can bring goodness and happiness, whereas the
Shari'a rejects all that corrupts creatures.
Keywords: Maslahlah mursalah and istishlah, determination, Islamic economic law.

Abstrak : Marshlahah mursalah dan istishlah merupakan suatu pertimbangan ijtihad yang serasi untuk kebutuhan
hidup masa kini, sesuai dengan maksud syara’, sekaligus dapat memperkokoh kebenaran, dan
keuniversalan syari’at Islam, meskipun teks syari’at sendiri tidak menyebutkan secara khusus.
Kemaslahatan hidup manusia merupakan tujuan diturunkan syari’at dan semua hukum yang
dikandungnya dapat memberikan kebaikan dan kebahagiaan, sebaliknya syari’at menolak semua yang
merusak makhluk..
Kata kunci : Mashlahah mursalah dan istishlah, penetapan, hukum ekonomi Islam
A. PENDAHULUAN mujtahid, tentulah syari’at Islam itu akan
Situasi dan kondisi lingkungan dan
menjadi sempit, sulit untuk mencapai
kehidupan menuntut perubahan dan
kemaslahatan hidup manusia, kebutuhan
penyesuaian hukum fikih, supaya selalu
mereka akan sangat terbatas, dan tentu ia
baru dan laku, sesuai dengan
tidak pantas berlaku di setiap zaman,
keunivesrsalan syari’at.
tempat, lingkungan yang berbeda.
Marshlahah mursalah merupakan
Padahal syari’at yang umum seluruh
suatu pertimbangan ijtihad yang serasi
umat manusia dan penutup semua syari’at
dengan kebutuhan hidup masa kini, sesuai
yang diturunkan oleh Allah.2
dengan maksud-maksud syari’at,
Pada dasarnya kemaslahatan hidup
sekalipun dapat memperkokoh kebenaran
manusia merupakan tujuan diturunkan
dan keuniversalan syari’at Islam,
syari’at dan semua hukum yang
meskipun teks syari’at sendiri tidak
dikandungnya, sehingga memberikan
menyebutkan secara khusus. 1
kebaikan dan kebahagiaan. Sebaliknya
Menurut Abdul Wahab Khallaf andai
kata pintu pengembangan hukum syari’at
dengan istilah itu tidak terbuka bagi para

1
Muardi Chatib, ”Mashlahah Mursalah
sebagai suatu Pertimbangan Ijtihad Diajukan Sebagai Bahan Diskusi Dalam Mata
Mengembangkan Hukum Fikih yang Relevan Kuliah Fiqh Muqarran II, PPs.IAIN Ar-Raniry,
dengan Kebutuhan Masa Kini, “ (Disertasi, PPs. Darussalam Banda Aceh, 1998), h.1
IAIN Syahid, Jakarta, 1989), h. 48; M.Syakroni,
2
Abdul Wahab Khallaf, Mashadir al-
“Mashalih Mursalah dan Istilah (Pengertian, Tasyri’ Al- Islamiy, (Kuwait: Dār al-Qalam,
Kehujjahan, dan Persyaratannya”), Makalah 1972), Cet. ke-3. h.148; M.Syakroni,
“Mashalih...”,h.1.
AL-INTAJ Vol. 3, No. 1, Maret 2017
Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-668X
M. 1
Syakroni Metode Mashlahah Mursalah

syari’at juga menolak segala yang “banyak” maksudnya, yang


merusak makhluk. 3
ditunjukkan oleh arti asalnya banyak
Untuk itu salah satu metode yang terjadi atau banyak terdapat.
dikembangkan oleh ulama ushul fiqh Dalam bahasa Arab, mashlahat itu
dalam mengistimbatkan hukum dari nash lawan kata dari mafsadat yang berarti
adalah Mashlahah mursalah, yaitu suatu kerusakkan atau kebinasaan. Shalih
kemaslahatan yang tidak ada nash juz’i lawannya fasid yang berarti orang
(rinci) yang mendukungnya, dan tidak yang merusak atau membinasakan.
ada pula yang menolaknya dan tidak ada Istishlah yang berarti mencari yang
pula ijma’ yang mendukungnya, tetapi maslahat, lawannya istifad yang
kemaslahatan ini didukung oleh sejumlah berarti sesuatu yang mengakibatkan
nash melalui istiqra’ (induksi dari kebaikan atau keuntungan. Suatu
sejumlah nash). 4
pekerjaan yang mendatangkan manfaat
Pada makalah yang singkat ini untuk diri dan kelompoknya yang
penulis membahas mashalih mursalah. dilakukan oleh seseorang.
Hal-hal yang akan dibahas meliputi Secara terminologi, terdapat
pengertian, kehujjahan, dan persyaratan. beberapa definisi mashlahah yang
B. PEMBAHASAN dikemukakan ulama ushul fiqh, yang
1. Pengertian Mashlahah Mursalah dan pada prinsipnya hampir sama dengan
Istishlah Imam Al-Ghazali, mengemukakan
Mashalih adalah jamak dari bahwa pada prinsipnya mashlahah
mashlahah, dalam bahasa Indonesia adalah mengambil manfaat dan
menjadi maslahat, yang berarti : menolak kemudharatan dalam rangka
sesuatu yang mendatangkan memelihara tujuan-tujuan syara’.6
kebaikan”.5 Kemudian, Abdul Wahab Khallaf,
Maslahat wazannya adalah Mashlahah mursalah, adalah suatu
maf’alat yang mengandung arti kemaslahatan yang tidak ditetapkan

3
Mustafa Sa’id al-Khin, Atsar al-Ikhtilaf fi
al-Qawaid al-Fuqaha’, (Kairo: Muassasah al- Mukhtar Yahya, Dasar-Dasar Pembinaan
Risalah, t.t.), h. 550, Amir Starifuddin, Ushul Hukum Fiqh Islami, (Bandung: Al- Ma’arif,
Fiqh, Jilid 2 (Jakarta: Kencana, 2009), h. 343- 1993), h.105- 106.
344. 4Nasrun Haroen, Ushul Fiqh, (Jakarta:
5
W.J.S. Poewadarminta, Kamus Umum
Logos Publishing House, 1966), h. 113; Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
M.Syakroni,”Mahalih...”, h.2. Duski Ibrahim, 1978), h. 635.
Metode Penetapan Hukum Islam: Membongkar
6
Abu Hamid al- Ghazali, Al- Mustashfa fi
Konsep al- Istiqra’ al-Ma’nawi Asy-Syatibi, Ilmi al- Ushul, Jilid 1, (Beirut: Dar al- Kutub al-
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), h. 160-161; Islamiyyah, 1983), h. 286.

AL-INTAJ Vol. 3, No. 1, Maret 2017


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-
M. 1
Syakroni Metode Mashlahah Mursalah

oleh syara’ untuk mewujudkan suatu (Kairo: Dar al- Fikr al- Arabi, 1958), h. 221.

hukum yang tidak pula terdapat suatu


dalil syara’ yang memerintahkan
untuk memperhatikannya atau
mengabaikannya.7 selanjutnya,
Muhammad Abu Zahrah, Mashlahah
mursalahsama dengan istishlah, yaitu
maslahat-maslahat yang bersesuaian
dengan tujuan-tujuan syari’at Islam
dan tidak ditopang oleh sumber dalil
yang khusus, baik bersifat
melegitimasi atau membatalkan
maslahat tersebut.8 Sebagian ulama,
seperti Imam Al- Ghazali, manamai
mashlahah mursalah dengan istishlah,
maksudnya beramal dengan maslahah
musrsalah. Imam Malik adalah sebagai
tokoh yang mempelopori dan
menggunakan mashlahah mursalah.9
2. Kehujjahan Mashlahah mursalah
Pada prinsipnya jumhur ulama
menerima Mashlahah
mursalahsebagai salah satu alasan
dalam menetapkan hukum syara’,
sekalipun dalam penerapan dan
penempatan syaratnya mereka berbeda
pendapat.
Berikut ini akan diuraikan
pendapat Imam Hanafi dan ulama
Hanafiyah, Ahmad bin Hambali dan

7
Abu Whab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh,
(Kuwait : Maktabah al- Dakwah al- Islamiyyah,
1956), h. 84.
8
Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh,

AL-INTAJ Vol. 3, No. 1, Maret 2017


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-
M. 1
Syakroni Metode Mashlahah Mursalah
ulama Hanabilah, Najm al- Din al-
Thufi, ulama zhahiriyah, dan Syi’ah.
a. Imam Hanafi dan Ulama
Hanafiyah. Imam Hanafi tidak
pernah menyusun kaidah pokok
untuk digunakan dalam berijtihad.
Beliau hanya berfatwa, dari fatwa
inilah para tokoh aliran mazhab ini
merumuskan kaidah istimbath
untuk digunakan dalam ijtihad.
Menurut Sa’id Ramadhan al-
Buthiy dikutip dari disertasi
Muardi Chatib, Imam Abu Hanifah
itu tidak pernah menyebut-nyebut
Mashlahah mursalah itu dalam
kaidah ushulnya.10
Para ulama Hanafiyah berpegang
pada dalil mereka yang disebut
istihsan. Berbagai macam ijtihad
yang mereka lakukan
menggunakan istihsan yang
sandarannya kebiasaan (adat-
istiadat), darurat dan maslahat.
Kegiatan ini tidak lain dari
bersandar pada al-manasib al-
mursal, dengan mengambil yang
maslahat (istishlah). Menurut
kenyataannya para ulama
Hanafiyah itu adalah mereka yang

9
Wahbah Zuhaili, Ushul Fiqh al-Islamiy,
(Beirut: Dar al- Fikr al- Ma’asir, 1986), h.752-
755.
10
Muardi Chatib, “Mashlahah...”, h. 37.

AL-INTAJ Vol. 3, No. 1, Maret 2017


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-
M. 1
Syakroni Metode Mashlahah Mursalah

menggunakan dalil istishlah sebagai dalil disyaratkan mashlahah


(mashlahah mursalah). 11
tersebut berpengaruh pada hukum.
Para ulama Hanafiyah Artinya, ada ayat, hadits atau ijma’
mensyaratkan suatu sifat yang yang menunjukkan bahwa sifat
pantas dan lebih sesuai dijadikan yang dianggap sebagai
‘illat dalam suatu hukum yang kemaslahatan itu merupakan ‘illat
dalam istilah ushul disebut (motivasi hukum) dalam penetapan
muatstsir, dalam memberikan suatu hukum, atau jenis sifat yang
pengertian muatstsir itu, mereka dijadikan motivasi hukum tersebut
masukkan mashlahah mursalah dipergunakan oleh nash sebagai
dalam pengertian al-munasib al- motivasi suatu hukum. Misalnya
muatstsir. Dengan demikian berarti jenis sifat yang dijadikan motivasi
bahwa Mashlahah mursalah dalam suatu hukum adalah,
mereka gunakan dalam beristidlal Rasulullah SAW. melarang
meskipun mereka tidak pedagang menghambat para petani
menyebutkan istilah itu dalam dalil di perbatasan kota dengan maksud
mereka. 12
membeli barang mereka, sebelum
Menurut Mustafa Zaid Muhammad para petani memasuki pasar.
ibn Hasan, seorang tokoh Larangan ini dimaksud untuk
terkemuka ulama Hanafiyah menghindari kemudharatan bagi
menetapkan bahwa hukum-hukum petani dengan terjadinya penipuan
muamalat berlaku beserta harga oleh para pedagang yang
mashlahat, dalam keadaan ada membeli barang petani di batas
tidaknya maslahat itu. Ini berarti kota. Menolak kemudharatan itu
pula bahwa istihsan dengan termasuk dalam konsep mashlahah
maslahat itu adalah semacam mursalah. Dengan demikian, ulama
istihsan menurut pandangan Abu Hanafiyah menerima mashlahah
Hanifah. 13
mursalah sebagai dalil dalam
Ibn Amir al- Haj, seperti yang menetapkan hukum: dengan syarat
dikutip oleh Nasrun Haroen, ulama sifat kemaslahatan itu terdapat
Hanafiyah mengatakan bahwa dalam nash atau ijma’ dan jenis
untuk menjadikan Mashlahah
mursalah

AL-INTAJ Vol. 3, No. 1, Maret 2017


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-
M. 1
Syakroni Metode Mashlahah Mursalah
Abdul Wahab Khallaf, Mashadir..., h.
11
Muardi Chatib, “Mashlahah...”, h.382;
13

89-90 Amir Syarifuddin, Ushul..., h. 358


Muardi Chatib, “Mashlahah...”, h. 318;
12

Amir Syarifuddin, Ushul...., h. 351

AL-INTAJ Vol. 3, No. 1, Maret 2017


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-
M. 1
Syakroni Metode Mashlahah Mursalah

kemaslahatan itu sama dengan jenis jadikan pedoman yang akan mereka
sifat yang didukung oleh nash atau pegang dalam berijtihad. Merekalah
ijma’. yang mengatakan bahwa dalam
Penerapan konsep mashlahah berijtihad Imam Malik berpegang
mursalah dikalanagan Hanafiyah kepada mashlahah mursalah dan
terlihat secara luas dalam metode menggunakan istihsan. Beliau
istihsan (Pemalingan hukum dari menentukan maslahat atau ‘illat
kehendak qiyas atau kaidah umum yang tidak ditegaskan nash syari’at
kepada hukum lain disebabkan dengan jalan ijtihad; padahal Imam
beberapa indikasi). 14
Malik sendiri tidak menjelaskan
b. Imam Malik dan Ulama yang demikian.15
Malikiyah Sementara ulama Malikiyah
Imam Malik tidak menyusun dianggap sebagai ulama fiqh yang
ushul (kaidah) yang akan beliau paling banyak dan luas
gunakan sendiri untuk berijtihad menerapkannya. Bahkan dikatakan
dan akan digunakan orang untuk Imam Malik adalah pelopor dalam
merumuskan hukum fiqih yang menggunakan mashlahah mursalah.
akan digunakan ke dalam mazhab Menurut mereka mashlahah
beliau, dan kepada fatwa yang mursalah merupakan induksi dari
diriwiyatkan dari beliau. logika sekumpulan nash, bukan dari
Hanya para fuqaha’ dan guru- nash yang rinci seperti yang
guru pembawa mazhab beliau ini berlaku qiyas.
datang membawa fatwa dan Imam Syathibi mengatakan
pengembangan hukum yang bahwa keberadaan dan kualitas
diriwayatkan dari beliaulah yang mashlahah mursalah itu bersifat
menggali dan merumuskan kaidah (qath’i), sekalipun dalam
dari fatwa dan pengembangan penerapannya bisa bersifat zanni
hukum itu. Kaidah inilah yang (relatif).16
dijadikan pedoman dalam berijtihad Mengenai kehujjahan
menurut ini. Kaidah ini mereka mashlahah mursalah, golongan
butuhkan; selanjutnya mereka Malikiyah mengemukakan tiga

Nasrun Haroen, Ushul..., h. 120-121.


14 16
Nasrun Haroen, Ushul ..., h. 121-122.
Muardi Chatib, “Mashlahah...”, h. 382-
15

383.

AL-INTAJ Vol. 3, No. 1, Maret 2017


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-
M. 1
Syakroni Metode Mashlahah Mursalah

alasan pertama, praktek para Muhammad Abu Zahrah, Ushul..., h.


17

322-323.
sahabat dalam menggunakan
mashlahah mursalah. Misalnya
kebijkasanaan yang dilakukan Abu
Bakar dalam mengumpulan al-
Qur’an dan menuliskannya pada
lembaran- lembaran atas saran
Umar, memerangi orang-orang
yang membangkang membayar
zakat, dan menunjuk Umar bin
Khattab untuk menjadi khalifah
sesudah beliau. Kedua, Putusan
Umar bin Khattab mengenai
pengesahan talak tiga yang
diucapkan sekaligus dengan
maksud agar orang tidak mudah
saja menjatuhkan talak. Ketiga,
usaha Utsman bin Affan
menyatukan kaum muslimin
mempergunakan satu mushaf, dan
lain-lain.
Adanya mashlahah mursalah
sesuai dengan maqasidas-syar’i,
artinya dengan mengambil maslahat
berarti sama dengan melaksanakan
maqasid as-syar’i adalah batal.
Kehidupan manusia itu berkembang
dan kebutuhan manusia
berkembang sesuai zamannya.
Maka seandainya mashlahah
mursalah tidak diambil pada setiap
kasus yang jelas mengandung
mashlahah as-

AL-INTAJ Vol. 3, No. 1, Maret 2017


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-
M. 1
Syakroni Metode Mashlahah Mursalah
syar’iyah, maka orang-orang mukallaf
akan mengalami kesulitan dan
kesempitan.17
c. Imam Syafi’i dan Syafi’iyah
Imam Syafi’i merupakan imam
mazhab yang berijtihad mengambil
jalan tengah antara jalan yang
ditempuh oleh Imam Abu Hanifah
sebagai imam ahli ra’yu dan Imam
Malih sebagai imam ahli hadits.
Beliau telah menyusun kaidah
istimbath dan istidlal sendiri yang
beliau muat dalam kitab al-
Risalahnya. Dalam kitab itu beliau
tidak menyebut mashlahah mursalah.
Bahkan Imam Syafi’i menegaskan
bahwa yang benar dalam apa yang
diperintahkan oleh Allah dan Rasul-
Nya untuk diikuti ialah perintah itu
ditunjukkan sendiri oleh nash atau hasil
istimbath.18
Menurut Mustahafa Sa’id al-
Khin, Imam Syafi’i, tidak menerima
istishlah sebagai dalil yang mustaqil,
tidak seperti halnya ijma’ dan qiyas.
Oleh karena itu menurut sebagian besar
ulama, dia tidak menggunakan
mashlahah mursalah dalam proses
istimbath hukum.19

Muardi Chatib, “Mashlahah...”, h. 388.


18

Musthafa Said al- Khin, Atsar..., h. 553.


19

AL-INTAJ Vol. 3, No. 1, Maret 2017


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-
M. 1
Syakroni Metode Mashlahah Mursalah

Beliau dalam memahami hal- baik menyangkut kemaslahatan


hal yang tidak disebut dalam nash orang banyak dan universal, yaitu
al- Qur’an dan as- Sunnah, Imam berlaku sama untuk semua orang.22
Syafi’i memasukkannya ke dalam d. Imam Ahmad bin Hanbal dan
Qiyas. Misalnya ia mengqiyaskan
20
Ulama Hanabilah
hukuman bagi peminum keras Ahmad ibn Hanbal dikenal
kepada orang yang menuduh zina, ulama sebagai seorang Imam
yaitu dera sebanyak 80 kali, karena mazhab Hanbali. Beliau juga
orang yang mabuk akan mengigau dikenal sebagai imam ahli hadits.
dan dalam pengigauannya diduga Beliau lebih senang mengamalkan
keras akan menuduh orang lain hadits, meskipun hadits mursal.
berbuat zina. Akan tetapi menurut Beliau berkata bahwa hadits dha’if
Wahbah Zuhaili, Imam Syafi’i dan lebih utama dari fikiran (ra’yu)
ulama Syafi’i pada dasarnya seseorang.23 Akan tetapi menurut
menggunakan mashlahah mursalah Abdul Halim al- Jundiy, yang
dalam porsi yang paling kecil jika dikutip oleh Muardi Chatib, bila
dibandingkan dalam tiga imam beliau tidak menemukan nash,
lainnya. 21
beliau berijtihad dan berfatwa
Sementara itu al- Ghazali, seperti para sahabat nabi, tabi’in
dalam kitab Ushul Fiqhnya dan pengikut mereka berijtihad dan
membahas persoalan mashlahah berfatwa. Karena para sahabat nabi,
mursalah. Ia mengatakan ada tabi’in dan atba’ut tabi’in banyak
beberapa syarat yang dapat berijtihad menggunakan
dijadikan hujjah dalam pertimbangan mashlahah mursalah
mengistimbathkan hukum, yaitu meskipun istilah ini belum dikenal
mahlahah itu sejalan dengan jenis ketika itu Imam Ahmad mengikuti
tindakan-tindakan syara’; cara mereka dalam berijtihad.
Mashlahah itu tidak meninggalkan Beliau beramal dengan mashlahah
atau bertentangan dengan nash sebagaimana mereka beramal.24
syara’.; Mashlahah itu termasuk ke
dalam kategori mashlahah dharuri,

Abu Hamid al- Ghazali, Al- Mustashfa...,


20
22
Nasrun Haroen, Ushul..., h.123.
h. 286.
Wahbah Zuhaili, Ushul..., h. 677.
21

AL-INTAJ Vol. 3, No. 1, Maret 2017


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-
M. 1
Syakroni Metode Mashlahah Mursalah
2
lahah...”, h. 393.
3

M
u
a
r
d
i
C
h
a
t
i
b
,

M
a
s
h
l
a
h
a
h
.
.
.

,
h
.
3
9
3
;
Amir
Syarif
uddin,
Ushul.
.., h.
359.
2
4

M
u
a
r
d
i
C
h
a
t
i
b
,

M
a
s
h

AL-INTAJ Vol. 3, No. 1, Maret 2017


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-
M. 1
Syakroni Metode Mashlahah Mursalah

Menurut ulama ushul fiqh dalam mengistimbathkan hukum


Imam Ahmad bin Hanbal Islam.
menggunakan mashlahah mursalah, Alasan Jumhur Ulama dalam
meskipun tidak semashur Imam menetapkan mashlahah mursalah
Malik. 25
dapat dijadikan hujjah dalam
Ulama Hanabilah menerima menetapkan hukum, antara lain
mashlahah mursalah sebagai dalil adalah hasil induksi terhadap ayat
dalam menetapkan hukum, bahkan atau hadits menunjukkan
mereka dianggap sebagai ulama kemaslahatan bagi umat manusia.
fiqh yang sering menggunakan Dalam hubungan ini, Allah
mashlahah mursalah sebagaimana berfirman :
yang dilakukan ulama Malikiyah. ‫وﻣﺎارﺳﻠﻨﺎك إ رﺣﻤﺔ ﻟﻠﻌﺎﻟﻤﯿﻦ‬
Menurut mereka mashlahah
Kemudian, kemaslahatan
mursalah merupakan induksi dari
manusia akan senantiasa
logika sekumpulan nash, bukan dari
dipengaruhi perkembangan tempat,
nash yang rinci seperti yang
zaman dan lingkungan mereka
berlaku dalam qiyas.26
sendiri. Apabila syari’at Islam
Berikut ini contoh fatwa ulama
terbatas pada hukum-hukum yang
Hanabilah yang berdasarkan
ada saja, membawa kesulitan.
mashlahah mursalah, di antaranya
Jumhur Ulama juga beralasan
adalah orang yang menghindari dari
dengan merujuk kepada beberapa
kewajiban zakat dengan cara
perbuatan sahabat, seperti Umar bin
mengurangi jumlah nisab dengan
Khatab tidak memberi bagian zakat
mengeluarkan sebagian harta, atau
kepada para muallaf (orang yang
menbagi-bagikan itu sebelum tiba
baru masuk Islam), karena menurut
waktu wajib membayarkannya
Umar, kemaslahatanorang banyak
(haul), tetap dikenakan wajib
menuntut untuk hal itu. Abu Bakar
zakat.27Pada dasarnya Jumhur
mengumpulkan al- Qur’an atas
Ulama menerima mashlahah
saran Umar ibn Khattab, sebagai
mursalah sebagai salah satu metode
salah satu kemaslahatan untuk
melestarikan al- Qur’an pada satu

Wahbah Zuhaili, Ushul..., h. 783


25
27
Muardi Chatib, “Mashlahah...”, h. 397-
Nasrun Haroen, Ushul..., h.12.
26
398.
AL-INTAJ Vol. 3, No. 1, Maret 2017
Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-
M. 1
Syakroni Metode Mashlahah Mursalah

logat bahasa di zaman Utsman ibn 29


Nasrun Haroen, Ushul..., h. 124-125.

Affan demi memelihara tidak


terjadinya perbedaan bacaan al-
Qur’an itu sendiri.28
e. Najm al- Din al- Thufi
Najm al- Din al- Thufi (675-
716/1276-1316) adalah seseorang
ulama fiqh dan ushul fiqh mazhab
Hanbali yang dilahirkan di Desa
Thufi, Sharshar, Irak. Ia adalah
seorang ilmuwan yang haus
terhadap berbagai ilmu
pengetahuan, sehingga dalam
sejarah tercatat ia belajar fiqh,
ushul fiqh, bahasa Arab, ilmu
mantiq, ilmu kalam, hadits, tafsir,
sejarah, dan ilmu jadal (cara
berijtihad).
Pada tahun 691 H, ia telah
menghapal buku al-Muharrarfi al-
Fiqh al-Hanbali (kitab Fiqh
rujukan dalam mazhab Hanbali )
dan mendiskusikannya dengan
Syaikh Taqiy al- Din al- Zarzirati,
ulama besar mazhab Hanbali ketika
itu. Kebanyakan gurunya adalah
ulama- ulama besar mazhab
Hanbali di zamannya, sehingga
tidak mengherankan al- Thufi
dianggap sebagai penganut mazhab
tersebut.29

Nasrun Haroen, Ushul..., h. 123-124.


28

AL-INTAJ Vol. 3, No. 1, Maret 2017


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-
M. 2
Syakroni Metode Mashlahah Mursalah
Pendapatnya bentuk ibadah mahdlah sebagai
materi ijtihad. Al-Thifi
tentang mashlahah mursalah menggunakan mashlahah mursalah
dianggap ekstrim, bahkan dalam bidang mu’amalah dan
ada yang menganggap semua

sesat.30 Pembahasannya
30
Muhammad Hashim Kamali, Principles
of Islamic Jurisprudence, (Selangor : Pelanduk
tentang konsep mashlahah Publiccation, 1989), h. 348.
31
Harun Nasroen, Ushul..., h. 125-126.
bertolak belakang dari hadits
Rasulullah yang berbunyi :
‫ﻻ ﺿﺮر وﻻﺿﺮارﻓﻰ‬
‫اﻻﺳ م‬

Menurutnya, inti dari


seluruh ajaran Islam yang
termuat dalam nash adalah
mashlahah mursalah
(kemaslahatan) bagi umat
manusia. Karenanya, seluruh
bentuk kemaslahatan
disyar’iatkan dan
kemaslahatan itu tidak perlu
mendapat dukungan nash,
baik oleh nash tertentu
maupun oleh makna yang
terkandung pada sejumlah
nash. Mashllahah
menurutnya merupakan dalil
paling kuat yang secara
mandiri dapat dijadikan
alasan dalam menentukan
hukum syara’.31
Namun demikian, al-
Thufi dalam menerapkan
pendapatnya itu terlebih
dahulu menghindari bentuk-
AL-INTAJ Vol. 3, No. 1, Maret 2017
Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-
M. 2
Syakroni Metode Mashlahah Mursalah

hukum yang lain di luar ibadah (Beirut: Al-Maktabah al- Islamiy, t.t.), h. 84.

muqaddarah.32
Ada empat prinsip yang dianut
al- Thufi dalam menerapkan
pendapatnya itu terlebih dahulu
menghindari bentuk-bentuk ibadah
mahdlah sebagai materi ijtihad. Al-
Thufi menggunakan mashlahah
mursalah yang menyebabkan
pandangannya berbeda dengan
jumhur ulama, yaitu :33Akal bebas
menentukan kemaslahatan dan
kemafsadatan (kemudharatan),
khusunya dalam bidang mu’amalah
dan adat. Untuk menentukan
sesuatu termasuk mengenai
kemaslahatan atau kemudharatan
cukup dengan akal. Mashlahah
merupakan dalil dalam menetapkan
hukum. Oleh sebab itu, untuk
kehujjahan mashlahah tidak
diperlukan dalil pendukung, karena
mashlahah itu didasarkan kepada
pendapat akal semata. Mashlahah
merupakan dalil yang paling kuat.
Oleh sebab itu ia juga mengatakan
apabila nash atau ijma’
bertentangan dengan mashlahah
mursalah maka didahulukan
mashlahah dengan cara

32
Muhammad Hashim Kamali,
Principles..., h. 349.
33
Nasrun Harun, Ushul..., h.126
34
Ibn Hazm al- Andalusi, Malakhash
Ibthal al-Qiyas wa al-Ra’yi wa al-Istihsan,

AL-INTAJ Vol. 3, No. 1, Maret 2017


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-
M. 2
Syakroni Metode Mashlahah Mursalah
takhsish nash Khawarij Dalam Perspektif Sejarah,
(Yogyakarta: PLP2M, 1985), h. 62.
tersebut
(pengkhususan hukum) dan bayyan
(perincian/penjelasan).

f. Ulama Zhahiriyah dan Syi’ah


Penolakan

kehujjahan mashlahah mursalah


datang dari ulama Zhahiriyyah34
dan Syi’ah. Kalangan Zhahiriyyah
dalam memahami nash sangat
tekstual. Sehingga bila mereka
menemukan suatu permasalahan
yang belum diatur oleh nash,
mereka mengabaikannya dengan
begitu saja (tawaquf), Mereka
berpendapat tidak boleh menerima
sesuatu tanpa dalil atau bukti.35
Bagi Kalangan Syi’ah,
pertimbangan mashlahah mursalah
ada dalam otoritas Imam. 36Ijtihad
Imam tersebut landasannya adalah
mashlahah. Akal dan ijtihad dapat
digunakan menentukan hukum bila
yang menentukannya imam
mereka. Hasil ijtihad imam
dipandang terjamin kebenaranyya,
karena mempunyai sifat ma’sum,
suci dari dosa.37
Bagi golongan yang menolak
mashlahah mursalah beralasan

Muardi Chatib, “Mashlahah...”,h. 409


35

Muardi Chatib, “Mashlahah...”, h.


36

4015- 416; Amir Syarifuddin, Ushul..., h. 362.


37
Nourrouzzam Shiddieqi, Syi’ah dan

AL-INTAJ Vol. 3, No. 1, Maret 2017


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-
M. 2
Syakroni Metode Mashlahah Mursalah

bahwa mashlahah yang tidak 323- 324.

didukung oleh dalil khusus akan


mengarah pada salah satu bentuk
pelampiasan dari keinginan hawa
nafsu yang cenderung mencari
keenakan, mashlahah andaikata
dapat diterima, ia termasuk ke
dalam kategori qiyas dalam arti
luas. Dan jika ia tidak mu’tabarah
maka ia tidak termasuk qiyas,
mengambil dalil mashlahah tanpa
berpegang pada nash terkadang
akan berakibat kepada sesuatu
penyimpangan dari hukum syari’at
dan tindakan kedzaliman,
seandainya kita memakai
mashlahah sebagai sumber hukum
pokok yang berdiri sendiri, niscaya
hal ini akan menimbulkan
perbedaan hukum.38
3. Persyaratan Mashlahah
Mursalah Untuk bisa
menjadikan mashlahah mursalah
sebagai dalil dalam menetapkan
hukum, ulama Malikiyah dan
Hanabilah
mensyaratkan tiga syarat, yaitu
kemaslahatan itu sejalan dengan
kehendak syara’ dan termasuk
dalam jenis kemashlahatan yang
didukung nash secara umum,
kemaslahatan itu bersifat rasional

Muhammad
38
Hahim Kamali,
Principles..., h. 122; Abu Zahrah, Ushul..., h.

AL-INTAJ Vol. 3, No. 1, Maret 2017


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-
M. 2
Syakroni Metode Mashlahah Mursalah
dan pasti, bukan sekedar perkiraan, tidak meninggalkan atau
sehingga hukum yang ditetapkan bertentangan dengan nash syara’.
melalui mashlahah benar-benar Sedangkan menurut Abdul
menghasilkan manfaat dan Wahab Khallaf Maslahah mursalah
menghindari atau menolak dapat dijadikan sebagai legislasi
kemudharatan dan kemaslahatan hukum Islam bila memenuhi syarat
itu menyangkut kepentingan orang yang diantaranya adalah berupa
banyak, bukan kepentingan pribadi maslahah yang sebenarnya (secara
atau kelompok kecil tertentu.39 haqiqi) bukan maslahah yang
Sementara menurut al- sifatnya dugaan, tetapi yang
Ghazali40 ada beberapa syarat yang berdasarkan penelitian, kehati-
harus dipenuhi hatian dan pembahasan mendalam
terhadap kemaslahatan serta benar-benar menarik manfa’at
yang dapat dijadikan hukum, yaitu dan menolak kerusakan, berupa
mashlahah itu sejalan dengan jenis
tindakan syara’ dan mashlahah itu Abu
40
Hamid al- Ghazali, Al-
Mustashfa...,h. 322-323.
39
Muhammad Hasim Kamali, Principles...,
h. 349-347.

AL-INTAJ Vol. 3, No. 1, Maret 2017


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-
M. 2
Syakroni Metode Mashlahah Mursalah

maslahah yang bersifat umum, adalah 43

bukan untuk kepentingan


‫ا ﺻ ﻔ ﺎﻟﻤﻌﺎﻣﻠﺔإﻻﺑﺎﺣﺔإﻻٲﻧﯿﺪﻟﺪﻟﯿﻠﻌ ﺘﺤﺮ‬
perorangan, tetapi untuk orang
‫ﯾﻤﮭﺎ‬
banyak dan tidak bertentangan
Hukum asal dalam semua
dengan hukum yang telah
bentuk muamalah adalah boleh
ditetapkan oleh nash (alQur’an dan
dilakukan kecuali ada dalil yang
al-Hadits) serta ijma’ ulama.41
mengharamkannya.44
4. Metode Mashlahah Mursalah
Sejalan dengan kaidah tersebut
Dalam Penetapan Hukum
di atas, maka dapat dikemukakan
Ekonomi Islam
bahwa bisnis kontemporer itu
Dalam bisnis kontemporer,
adalah boleh, sepanjang tidak
misalnya maraknya aktivitas bisnis
bertentangan dengan prinsip-prinsip
saham, umat Islam banyak
umum dalam muamalah. Apalagi
menghadapi keraguan hukum
jika aktifitas bisnis kontemporer
terhadap bisnis ini. Sementara nash
tersebut mengandung maslahah
al- Qur’an dan hadits sebagai
baik secara individual maupun
sumber utama hukum Islam tidak
komunal.45
menjelaskan bisnis saham ini secara
Metode mashlahah mursalah
eksplisit. Dengan demikian,
diterapkan pada penetapan:
mashlahah bisnis saham ini
Larangan spekulasi46 valas karena
merupakan masalah ijtihadiyah
mashlahah’ammah, penerapan
yaitu perlu dicari solusi
dinar dan dirham karena
hukumnya.42
mashlahah’ammah, larangan
Di antara kaidah khusus di bidang
dumping47 (Siyasah Ighraq) dalam
muamalah yang akan diterapkan
penjualan suatu produk karena
41
Abdullah Wahab Khallaf, Ilmu Ushulul
Fiqh, terj. Noer Iskandar al-Bansany, Kaidah- Menyelesaikan Masalah-Masalah Yang Praktis,
kaidah Hukum Islam, (Jakarta: PT. Raja (Jakarta: Kencana, 2007), h. 130.
Grafindo Persada), Cet-8, 2002, h. 125. 44
Dewan Syari’ah Nasional (DSN) selalu
42
Abd, Salam Arif, ”Ushul Fiqh Dalam menggunakan Kaidah ini dalam Keputusan-
Kajian Bisnis Kontemporer”, dalam Ainurrofiq Keputusannya. Lihat A. Djazuli, Kaidah-
(ed.), Mazhab Jogja Menggagas Paradigma Kaidah..., h. 130.
UshulFiqh Kontemporer, (Djogjakarta: Ar-Ruzz, 45
Abd. Salam Arif, Ushul..., h. 209.
2002), h. 208. 46
Spekulasi adalah bentuk usaha yang
43
Jalaludin Abd. al- Rahman al- Sayuti, pada hakikatnya merupakan gejala untuk
Al- Asybah wa al- Naza’ir, (Beirut: Dar al- Fikr, membeli sesuatu komoditi dengan harga yang
1996), h. 82; A. Djazuli, Kaidah-sKaidah Fikih: murah pada suatu waktu dan menjualnya dengan
Kaidah-Kaidah Hukum Islam Dalam harga yang mahal pada waktu yang lain
47
Menurut kamus istilah perdagangan
internasional, dumping merupakan praktek
AL-INTAJ Vol. 3, No. 1, Maret 2017
Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-
M. 2
Syakroni Metode Mashlahah Mursalah

mashlahah produsen, larangan Kemudian mengenai dumping,


kartel dan monopoli karena untuk
48
sesuai peraturan perdagangan
kemaslahatan konsumen dan lain- internasional, praktek dumping
lain. 49
dianggap sebagai praktek
Menurut Ahmad Qorib dan perdagangan yang tidak jujur dan
Isnaini Harahap, dalam ekonomi dapat merugikan produsen produk
Islam uang bukan komoditas, saingan serta mengacaukan sistem
sementara dalam perdagangan valas pasar internasional. Praktek
uang menjadi komoditas sehingga dumping dalam menimbulkan kalah
yang terjadi adalah transaksi maya, bersaingnya produk sejenis dalam
karena dalam kegiatan bisnis ini negeri akibat harga produk impor
terjadi perputaran arus uang dalam tersebut jauh lebih murah
jumlah besar, tetapi tidak ada dibandingkan harga produk sejenis
kegiatan sektor riilnya (barang dan yang ada dalam negara domestik,
jasa). Dalam ekonomi Islam, segala sehingga bukan saja potensial untuk
bentuk transaksi maya dilarang, menutup industry sejenis di dalam
karena jika dibolehkan pasar uang negeri tetapi juga pemutusan
akan tumbuh jauh lebih cepat hubungan kerja (PHK) secara
daripada pertumbuhan pasar barang besar- besaran karena perusahaan
dan jasa. Pertumbuhan yang tidak dalam negeri harus menghemat
seimbang ini akan menjadi sumber biaya operasionalnya agar dapat
krisis ekonomi. Oleh karena itu bersaing dengan barang-barang
praktik spekulasi valas harus impor yang harganya sangat
dilarang, demi menjaga murah.51
kemaslahatan perekonomian secara Selanjutnya, mengenai kartel
menyeluruh. 50
berdasarkan hukum anti monopoli,
kartel dilarang di hampir semua
penjualan produk di negara tujuan ekspor dengan
harga di bawah harga normal atau harga
produsennya yang bertujuan untuk menguasai
Ekonomi Islam, Analytica Islamica, Vol. 5, No.
pasar di luar negeri. (Eddie Rinaldy. Kamus
1, 2016, h. 72))
Istilah Perdagangan Internasional. (Jakarta: PT. 49
Agustianto Mingka (Frainer), Materi
Raja Grafindo Persada, 2000), h. 74))
Training Eksekutif Certifikat Ushul Fiqh
48
Kartel adalah kesepakatan di antara
Keuangan dan Perbankan Syari’ah, (Bengkulu:
produsen-produsen yang independen untuk
Hotel Madelin, 4-5 November 2013), h.19.
mengkoordinasi keputusan, sehingga masing- 50
Ahmad, Qorib dan Isnaini Harahap,
masing dari anggota kartel dapat memperoleh
Penerapan Maslahah Mursalah dala Ekonomi
keuntungan monopoli. (Ahmad, Qorib dan
Islam, Analytica Islamica, Vol. 5, No. 1, 2016, h.
Isnaini Harahap, Penerapan Maslahah Mursalah
74
dala
AL-INTAJ Vol. 3, No. 1, Maret 2017
Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-
M. 2
Syakroni Metode Mashlahah Mursalah
51
Ibid, h. 72

AL-INTAJ Vol. 3, No. 1, Maret 2017


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-
M. 2
Syakroni Metode Mashlahah Mursalah

negara. Walaupun demikian, kartel mashlahah mursalahsebagai dalil


tetap ada baik dalam lingkup syari’at, namun kenyataannya mereka
nasional maupun internasional, tidak berbeda dalam menjadikan
formal maupun informal. Dalam mashlahah sebagai pertimbangan
pasal 11 Undang-Undang Nomor 5 memahami teks syari’at dan berbagai
Tahun 1999 tentang Antimonopoli peristiwa atau kasus yang mereka jumpai
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, dalam kehidupan sehari-hari, bahkan
disebutkan bahwa perjanjian kartel telah digunakan oleh para ulama
dikategorikan termasuk sebagai semenjak zaman sahabat nabi sebagai
perjanjian yang dilarang. Dalam pertimbangan ijtihad, meskipun dengan
Pasal 11 disebutkan: “Pelaku usaha istilah lain yang isinya sama dengan
dilarang membuat perjanjian, mashlahah mursalah.
dengan pelaku usaha pesaingnya, Mashlahat mursalah ada yang
yang bermaksud untuk bersifat untuk membaguskan manfaat dan
mempengaruhi harga dengan ada yang bersifat untuk menghilangkan
mengatur produksi dan atau kemudharatan.
pemasaran suatu barang dan atau
DAFTAR PUSTAKA
jasa, yang dapat mengakibatkan
Abu Zahrah, Muhammad,Ushul Fiqh Kairo:
terjadinya praktek monopoli dan
Dar al- Fikr al- Arabi, 1958
atau persaingan usaha tidak
Ahmad, Qorib dan Isnaini Harahap,
sehat.”52
Penerapan Maslahah Mursalah dala
C. PENUTUP
Ekonomi Islam, Analytica Islamica,
Mashlahah mursalah ialah sesuatu
Vol. 5, No. 1, 2016
yang dapat membawa manfaat yang
Al- Ghazali, Abu Hamid, Al-Mustashfa
dibutuhkan dalam kehidupan manusia
fi’ilmi al- Ushul, jilid 1, Beirut: Dar
secara umum, termasuk di dalamnya
al- Kutub al-Islamiyyah, 1983
sesuatu yang dapat menghalangi
Al- Khin, Mustafa Said, Atsar al-Ikhtilaf fi
mudharat: sedang teks syari’at tidak ada
al-Qawaid al-Fuqaha’, Kairo:
yang khusus membenarkan atau
Muassasah al-Risalah, t.t.
membatalkannya.
Al- Sayuthi, Jalaluddin Abd. Rahman, Al-
Meskipun para ulama berbeda
Asybah wa al- Nazair, Beirut: Dar
tentang pengertian istilah dan
al- Fikr, 1996
penggunaan

AL-INTAJ Vol. 3, No. 1, Maret 2017


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-
M. 2
Syakroni Metode Mashlahah Mursalah
Lihat UU No 5 Tahun 1999 tentang
52

Antimonopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

AL-INTAJ Vol. 3, No. 1, Maret 2017


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-
M. 2
Syakroni Metode Mashlahah Mursalah

Al-Andalusi, Ibnu Hazm, Malakhash Ibthal Khallaf, Abu Wahab, Ilmu Ushul Fiqh,
al-Qiyas wa al-Ra’yi wa al- Kuwait: Maktabah al- Dakwah al-
Istihsan, Beirut: Al- Maktabah al- Islamiyyah, 1956
Islamiy, t.t Mingka, Agustianto (Trainer), Materi
Arif, Abd. Salam, “Ushul Fiqh Dalam Training Eksekutif Certified Ushul
Kajian Bisnis Kontemporer: dalam Fiqh Keuangan dan Perbankan
Ainurrofiq (ed.), Mazhab Jogja Syari’ah, Bengkulu: Hotel Madelin,
Menggagas Paradigma Ushul Fiqh 4-5 November 2013
Kontemporer, Djogjakarta: Ar- Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum
Ruzz, 2002 Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Chatib, Muardi, ”Mashlahah Mursalah Pustaka, 1978
Sebagai Suatu Pertimbangan Ijtihad Shiddieqi, Nourrouzzaman, Syiah dan
Mengembangkan Hukum Fikih Khawarij Dalam Perspektif Sejarah,
yang Relevan Dengan Kebutuhan Yogyakarta: PLP2M, 1985 Syakroni, M,
masa kini,” Disertasi, PPS. IAIN “Mashhalih Mursalah dan Istishlah :
SYAHID, Jakarta, 1989 Pengertian, Kehujjahan,
Djazuli, A, Kaidah-Kaidah Fikih: Kaidah- dan ”, (Makalah Diajukan Sebagai
Kaidah Hukum Islam Dalam Bahan Diskusi Dalam Mata Kuliah
Menyelesaikan Masalah-Masalah Fiqh Muqarran II), PPS.IAIN Ar-
yang Praktis, Jakarta: Kencana, Raniry, Darussalam Banda Aceh,
2007 1989
Haroen, Nasrun, Ushul Fiqh, Jakarta: Logos Syarifuddin, Amir, Ushul Fiqh, Jilid 2,
Publishing House, 1996 Jakarta: Kencana, 2009
Ibrahim, Duski, Metode Penetapan Hukum UU No 5 Tahun 1999 tentang Antimonopoli
Islam: Membongkar Konsep al- dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
Istiqra’ al-Ma’nawi Asy-Syatibi,
Yahya, Mukhtar dan Fachturrahman, Dasar-
Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2008
Dasar Pembinaan Hukum Fiqh
Kamali, Muhammad Hashim, Principle of
Islami, Bandung: Al- Ma’arif, 1993
Islamic Jurisprudence, Selangor:
Zuhaili, Wahbah, Ushul Fiqh al-Islamiy,
Pelanduk Publication, 1989
Beirut: Dar al- Fikr al- Ma’asir,
Khallaf, Abdul Wahab, Mashadir al-
1986
Tasyri’al-Islamiy, Kuwait: Dar al-
Qalam, 1972

AL-INTAJ Vol. 3, No. 1, Maret 2017


Fakultas Ekoomi dan Bisnis Islam
P-ISSN : 2476-8774/E-ISS : 2621-

Anda mungkin juga menyukai