Pedoman Pelayanan Lab MHMT
Pedoman Pelayanan Lab MHMT
INSTALASI LABORATORIUM
RUMAH SAKIT
METRO HOSPITALS M.Toha
TAHUN 2022
PERATURAN DIREKTUR METRO HOSPITALS M. TOHA
NOMOR : 0012/PERDIR/MHMT/II/2022
TENTANG
PENETAPAN BUKU PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI LABORATORIUM METRO HOSPITALS M. TOHA
2
tentang Kewajiban Pemeriksaan HIV pada Donor Darah;
14. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 432 Tahun 2007
tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) di Rumah Sakit;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pelayanan
Darah;
16. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
17.Keputusan Mentri Kesehatan NO. 631/MENKES/SK/IV/2005
tentang Pedoman Peraturan Internal Staf Medis;
18.Keputusan Mentri Kesehatan NO. 298/MENKES/SK/III/2008
tentang Pedoman Akreditasi Laboratorium Kesehatan;
MEMUTUSKAN
Menetapkan
KESATU Pedoman Pelayanan Instalasi Laboratorium Metro Hospitals M. Toha
KEDUA Buku Pedoman ini menjadi acuan bagi Instalasi laboratorium dalam
melaksanakan tugas;
KETIGA Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan bahwa
segala sesuatunya akan ditinjau lagi dan diperbaiki kembali
sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini;
Ditetapkan di Tangerang
Pada Tanggal
Direktur
3
KATA PENGANTAR
Ditetapkan di Tangerang
Pada Tanggal
Direktur
4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................4
DAFTAR ISI.............................................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................6
A. Latar Belakang..............................................................................................................6
B. Tujuan Pedoman.............................................................................................................8
D. Batasan Operasional.......................................................................................................9
E. Landasan Hukum..........................................................................................................10
B. Distribusi Ketenagaan..................................................................................................15
C. Pengaturan Jaga............................................................................................................16
A. Denah Ruangan............................................................................................................18
B. Standar Fasilitias..........................................................................................................18
C. Tata Laksana…………………………………………………………………………24
BAB V LOGISTIK.................................................................................................................40
BAB IX PENUTUP................................................................................................................99
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................100
5
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR
METRO HOSPITALS M. TOHA
NOMOR : 0012/PERDIR/MHMT/II/2022
TANGGAL : 25 FEBRUARI 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi yang
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Peningkatan derajat
kesehatan yang optimal merupakan salah satu unsur dari pada kesejahteraan umum.
Kementerian kesehatan berupaya meningkatkan kemampuan semua sarana kesehatan agar
mampu memberikan pelayanan kesehatan maupun pelayanan medik secara terpadu, merata,
berhasil guna dan berdayaguna.
Pelayanan laboratorium di Rumah Sakit merupakan bagian dari pelayanan kesehatan
yang mampu melaksanakan pemeriksaan dalam arti kualitatif dan kuantitatif dan harus
memberikan hasil pemeriksaan yang bermutu sehingga dapat dipercaya. Pelayanan yang
bermutu, cepat, tepat dan cermat hanya dapat terwujud apabila laboratorium didukung oleh
sarana dan prasarana yang memadai dan berfungsi dengan baik, serta didukung pula oleh
petugas yang professional dan pelaksanaan yang terdidik dan sadar akan tanggung jawab yang
dipikulnya.
Pelayanan kesehatan Rumah Sakit merupakan bagian integral yang tidak dapat
dipisahkan dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Tuntutan akan pelayanan kesehatan
yang bermutu semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya tingkat pendidikan dan
kesejahteraan masyarakat. Semakin pesat laju pembangunan, semakin besar pula tuntutan
masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Dengan demikian, pelayanan Rumah Sakit yang memadai, baik di bidang diagnostik
maupun pengobatan semakin dibutuhkan. Sejalan dengan itu maka pelayanan diagnostik yang
diselenggarakan oleh laboratorium klinik Rumah Sakit sangat perlu untuk ditingkatkan baik dari
segi kuantitas jenis pemeriksaan maupun kualitas pemeriksaan dan pelayanan.
Laboratorium klinik RS Metro Hospitals M. Toha menjalankan pelayanan terintegrasi
meliputi Laboratorium Patologi Klinik, Patologi Anatomi, Mikrobiologi Klinik dan Bank Darah
Rumah Sakit. Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik adalah laboratorium kesehatan yang
melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik, imunologi dan
6
serologi yang menunjang upaya diagnostik penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan. Laboratorium Patologi Anatomi berfungsi untuk membantu dokter dalam penegakkan
diagnosis, sebagai standar baku emas / “gold standard” dan untuk penatalaksanaan penderita
selanjutnya, yang terdiri dari pemeriksaan histologi dan sitologi. Pelayanan Laboratorium
Mikrobiologi Klinik berfungsi untuk mencegah kejadian peningkatan resistensi mikroba
terhadap berbagai antibiotik di rumah sakit, selai dapat menentukan diagnosa secara tepat peran
Laboratorium Mikrobiologi Klinik juga dapat mengetahui jenis mikroba yang paling sering
terlibat sebagai penyebab infeksi, dapat memilih antibiotik yang paling tepat untuk pengobatan,
dapat mengetahui jenis antibiotik yang paling sensitif terhadap bakteri serta dapat menegakkan
diagnosis multidrug resistant tuberculosis (MDR-TB). Pelayanan Bank Darah Metro Hospitals
M. Toha memberikan pelayanan atas tersedianya darah untuk transfusi yang aman, berkualitas
dan dalam jumlah yang cukup.
Akan tetapi dalam hal ini, ada beberapa parameter pemeriksaan yang tidak dapat
dikerjakan di laboratorium Metro Hospitals M. Toha atau jika dalam kondisi alat – alat Instalasi
Laboratorium sedang mengalami kendala maka pemeriksaan dirujuk ke Laboratorium di luar
rumah sakit (Laboratorium rujukan) yang bekerja sama dengan Laboratorium Metro Hospitals
M. Toha, yang dipilih berdasarkan rekomendasi dari kepala Instalasi Laboratorium dengan
pemilihan berdasarkan reputasi yang baik, memiliki izin klinik sesuai dengan perundang –
undangan yang berlaku, terakreditasi dan memiliki program pemantapan mutu secara
berkesinambungan.
Dalam melaksanakan kegiatannya, laboratorium klinik harus berlandaskan pada undang–
undang dan peraturan yang berlaku. Peraturan menteri kesehatan nomor
441/Menkes/Per/III/2010 tentang laboratorium klinik merupakan salah satu peraturan
pemerintah yang mengatur tentang semua aspek laboratorium klinik dan dapat dijadikan sebagai
salah satu pedoman dalam menyelenggarakan pelayanan laboratorium.
Untuk dapat melakukan fungsinya, Instalasi Laboratorium membutuhkan banyak jenis
tenaga dengan kompetensi khusus, berbagai teknologi pemeriksaan dan alat–alat mulai dari yang
paling sederhana sampai yang tercanggih, membutuhkan berbagai jenis reagensia untuk semua
jenis pemeriksaan, bekerjasama dengan berbagai pihak yang mendukung kegiatan laboratorium
seperti perawat, farmasi, logistik dan distributor alat laboratorium.
Instalasi Laboratorium mempunyai dua pelanggan utama yaitu pasien sebagai pelanggan
eksternal dan dokter sebagai pelanggan internal. Merupakan kewajiban bagi Instalasi
Laboratorium untuk memberikan pelayanan yang bermutu, adekuat, teratur, baik dan terus
menerus kepada setiap pelanggannya. Untuk meningkatkan mutu pelayanan, Instalasi
Laboratorium yang terdapat di seluruh rumah sakit perlu dikelola dengan menggunakan prinsip–
prinsip manajemen yang tepat. Dipimpin dan diarahkan olehorang– orang yang sesuai
kualifikasinya, berkompeten dan profesional.
Upaya meningkatkan mutu pelayanan Instalasi Laboratorium merupakan serangkaian
kegiatan yang komprehensif dan integral yang menyangkut struktur, proses dan outcome secara
objektif, sistematik dan berlanjut, memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan
terhadap pasien, dan memecahkan masalah–masalah yang terjadi sehingga pelayanan Instalasi
Laboratorium yang diberikan berdaya guna dan berhasil guna.
Sasaran upaya meningkatkan mutu pelayanan Instalasi Laboratorium di rumah sakit
adalah meningkatkan kepuasan pelanggan (pasien, dokter dan pemakai jasa laboratorium
lainnya), meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan laboratorium, dan efisiensi
7
penggunaan sumber daya yangdimiliki.
Cakupan kegiatan peningkatan mutu meliputi seluruh kegiatan teknis Instalasi
Laboratorium. Kegiatan teknis laboratorium meliputi seluruh kegiatan pra-analitik, analitik dan
pasca-analitik. Kegiatan yang berkaitan dengan administrasi meliputi pendaftaran
pasien/spesimen, dan pelayanan hasil pemeriksaan. Sedangkan kegiatan yang bersifat manajerial
meliputi pemberdayaan sumber daya yang ada, termasuk didalam nya adalah penatalaksanaan
logistik dan pemberdayaan sumber daya manusia (SDM).
Instalasi Laboratorium klinik juga harus menerapkan prinsip–prinsip keselamatan dalam
memberikan pelayanannya. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (Safety) yang
ada di rumah sakit, yaitu: keselamatan pasien (Patient safety), keselamatan pekerja dan petugas
kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak
terhadap pencemaran lingkungan. Instalasi Laboratorium sangat berkepentingan dengan kelima
isu keselamatan ini karena laboratorium bekerja menggunakan bahan dan alat yang dapa
tmenyebabkan kecelakaan baik terhadap pasien maupun petugas, mengolah spesimen infeksius
dan menghasilkan berbagai bahan limbah berbahaya.
Dengan melihat kompleksitas kerja laboratorium yang sarat dengan risiko bahaya dan
keselamatan di satu sisi, sementara laboratorium harus memberikan pelayanan laboratorium
yang baik kepada pengguna jasa laboratorium di sisi lainnya, maka perlu disusun pedoman
dalam pelaksanaan pelayanan laboratorium yang sesuai dengan standar nasional, undang –
undang dan pelayanan yang berlaku yang menjadi rambu – rambu bagi semua yang terlibat
dalam pelayanan laboratorium secara langsung maupun tidak langsung sehingga tujuan yang
diinginkan tercapai.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perlu dibuat standar pelayanan di laboratorium
yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan pelayanan yang
diberikan ke pasien di luar RS Metro Hospitals M. Toha pada umumnya dan pasien Rumah Sakit
Metro Hospitals M. Toha itu sendiri pada khususnya.
Dalam pedoman ini, terdapat pedoman tentang pembentukan laboratorium klinik, standar
ketenagaan, keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium klinik, pengadaan dan
pemeliharaan alat – alat dan reagensia, pemeriksaan dan pengolahan laboratorium, serta
pemeriksaan sampel rujukan dan kontrol mutu laboratorium. Berkaitan dengan hal tersebut
diatas, maka dalam melakukan pelayanan laboratorium di RS Metro Hospitals M. Toha harus
berdasarkan pedoman pelayanan laboratorium RS Metro Hospitals M. Toha.
B. Tujuan Pedoman
1. Umum
Pedoman Pelayanan Instalasi Laboratorium digunakan sebagai acuan dalam
melaksanakan pelayanan Instalasi Laboratorium terintegrasi yang berkualitas sehingga
pelayanan dapat berjalan dengan baik dan berstandar dan dapat memberikan hasil diagnosis
secepat mungkin kepada dokter pengirim.
2. Khusus
D. Batasan Operasional
Batasan operasional pedoman pelayanan Instalasi Laboratorium adalah:
1. Pedoman disusun menurut undang – undang, peraturan, pedoman dan kebijakan yang
berlaku.
9
2. Isi pedoman disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan rumah sakit.
3. Pedoman diberlakukan di lingkungan RS Metro Hospitals M. Toha
4. Semua petugas yang memberikan pelayanan laboratorium secara langsung maupun tidak
langsung harus berpedoman kepada buku pedoman ini.
5. Dapat dilakukan perubahan pada buku pedoman apabila diperlukan di kemudian hari.
Definisi Operasional
1. Laboratorium Patologi Klinik
Adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan
spesimen klinik untuk hematologi, hemostasis, kimi klinik dan rutin serta imunoserologi.
Pelayanan laboratorium patologi klinik dapat memberikan informasi tentang kesehatan
perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnostik penyakit, penyembuhan penyakit,
pemantauan terapi dan pemulihan kesehatan.
2. Laboratorium Mikrobiologi Klinik
Adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan
spesimen klinik untuk pemeriksaan BTA, Gram, Jamur KOH, Kultur dan Resistensi, serta
Tes Cepat Molekuler untuk MDR-TB. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang
kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnostik penyakit, penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan.
3. Laboratorium Patologi Anatomi
Adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan
jarimgan dan cairan untuk histologi dan sitologi. Pemeriksaan PA ini dapat memberikan
informasi tentang keganasan, degeneratif, kelainan non tumor, respon terapi, pasien pasca
kemo terapi (tumor payudara).
4. Bank Darah Rumah Sakit
Adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan
spesimen klinik berupa pemeriksaan golongan darah, Rhesus dan uji silang serasi.
Pemberian transfusi darah dapat membantu penyembuhan dan pemulihan kesehatan.
E. Landasan Hukum
1 Undang – undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;
2 Undang – undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
3 Undang – undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4 Undang – undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
5 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1980 tentang Transfusi Darah;
6 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269 Tahun 2008 tentang Laboratorium;
7 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 657 Tahun 2009 tentang Pengiriman dan
penggunaan spesimen Klinik, Materi biologik dan Muatan Informasinya;
8 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara Penyelenggaraan
Laboratorium Klinik yang Baik;
9 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 83 Tahun 2014 tentang Unit Transfusi Darah,
Bank Darah Rumah Sakit dan Jejaring Pelayanan Transfusi Darah;
10 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 91 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan
Transfusi Darah;
11 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja;
10
12 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit;
13 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 622 Tahun 1992 tentang Kewajiban Pemeriksaan
HIV pada Donor Darah;
14 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 432 Tahun 2007 tentang Pedoman Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit;
15 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pelayanan Darah;
16 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun;
17 Keputusan Mentri Kesehatan NO. 631/MENKES/SK/IV/2005 tentang Pedoman Peraturan
Internal Staf Medis;
18 Keputusan Mentri Kesehatan NO. 298/MENKES/SK/III/2008 tentang Pedoman Akreditasi
Laboratorium Kesehatan
11
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Patologi Anatomi
NO Nama Jabatan Kualifikasi Keterangan
1. Dokter Penanggung Dokter Spesialis Selalu mengikuti Countinuing
jawab Laboratorium Patologi Anatomi Medikal Education (EMC)/
Patologi Anatomi (SpPA) Pendidikan Kedokteran
Berkesinambungan (PKB)
2. Analis/ Ahli D III/ D IV Analis Mengikuti pelatihan
Teknologi Kesehatan/ Ahli laboratorium
Laboratorium Medik Teknologi
Penanggung jawab Laboratorium Medik
Patologi Anatomi
3 Analis/ Ahli D III/ D IV Analis Mengikuti Pelatihan Patologi
Teknologi Kesehatan/ Ahli Anatomi
Laboratorium Medik Teknologi
Pelaksana Laboratorium Medik
Laboratorium yang bersertifikat
Patologi Anatomi Patologi Anatomi
13
-Tabel 2.2-
BDRS
NO Nama Jabatan Kualifikasi Keterangan
1. Dokter Penanggung Dokter Spesialis Selalu mengikuti Countinuing
jawab Bank Darah Patologi Klinik Medikal Education (EMC)/
Rumah Sakit (SpPK) Pendidikan Kedokteran
Berkesinambungan (PKB)
2. Analis/ Ahli D III/ D IV Analis Mengikuti pelatihan Bank
Teknologi Kesehatan/ Ahli Darah
Laboratorium Medik Teknologi
Penanggung jawab Laboratorium Medik
Bank Darah
3 Analis/ Ahli D III/ D IV Analis Mengikuti Pelatihan Bank
Teknologi Kesehatan/ Ahli Darah
Laboratorium Medik Teknologi
Pelaksana Bank Laboratorium Medik
Darah yang bersertifikat
Bank Darah
-Tabel 2.3-
Mikrobiologi
NO Nama Jabatan Kualifikasi Keterangan
1. Dokter Penanggung Dokter Spesialis Selalu mengikuti Countinuing
jawab Laboratorium Patologi Klinik Medikal Education (EMC)/
Mikrobiologi Klinik (SpPK) Pendidikan Kedokteran
Berkesinambungan (PKB)
2. Analis/ Ahli D III/ D IV Analis Mengikuti pelatihan
Teknologi Kesehatan/ Ahli Mikrobiologi
Laboratorium Medik Teknologi
Penanggung jawab Laboratorium Medik
Mikrobiologi
3 Analis/ Ahli D III/ D IV Analis Mengikuti Pelatihan
Teknologi Kesehatan/ Ahli Mikrobiologi Klinik
Laboratorium Medik Teknologi
Pelaksana Laboratorium Medik
Laboratorium yang bersertifikat
Mikrobiologi Klinik Mikrobiologi Klinik
-Tabel 2.4-
14
B. Distribusi Ketenagaan
Instalasi Laboratorium melakukan pelayanan di lantai 2 Metro Hospitals M. Toha.
Lokasi laboratorium dekat dengan ruangan Radiologi, Farmasi, Fisioterapi dan Poli Klinik
rawat jalan.
Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik RS Metro Hospitals M. Toha didistribusikan
menjadi 3 shift yaitu shift pagi (07.00 – 14.30 WIB), shift siang (13.30 – 21.00 WIB), shift
malam (20.30 – 07.30 WIB) karena pelayanan laboratorium harus tersedia selama 24 jam.
Pelayanan Bank Darah Rumah Sakit dilakukan 3 shift yaitu shift pagi (07.00 – 14.30
WIB), shift siang (13.30 – 21.00 WIB), shift malam (20.30 – 07.30 WIB) karena pelayanan
BDRS harus tersedia selama 24 jam.
Pelayanan Patologi Anatomi setiap hari Senin sampai Jum’at dengan penerimaan
sampel 24 jam dan dikerjakan di jam pelayanan.
Pelayanan Mikrobiologi Klinik setiap hari dan jam kerja dari hari Senin sampai Sabtu,
dengan penerimaan sampel 24 jam dan dikerjakan di jam pelayanan.
Laboratorium RS Metro Hospitals M. Toha dikepalai oleh seorang dokter SpPK, yang
merangkap sebagai Dokter Penanggung Jawab Laboratorium Patologi Klinik, yang membawahi
langsung dokter Penanggung Jawab Laboratorium Patologi Anatomi, Dokter Penanggung Jawab
Laboratorium Mikrobiologi Klinik, Dokter Penanggung Jawab Bank Darah Rumah Sakit,
koordinator teknis pelayanan laboratorium dan koordinasi administrasi laboratorium serta para
analis/ATLM penanggung jawab alat, analis/ ATLM penanggung jawab mikrobiologi,
analis/ATLM penanggung jawab Patologi Anatomi, analis/ATLM penanggung jawab Bank
Darah Rumah Sakit, analis/ATLM penanggung jawab Mutu Laboratorium, analis/ATLM
penanggung jawab sarana dan prasarana, analis/ATLM penanggung jawab sampling,
analis/ATLM pelaksana dan staf administrasi, yang memberikan pelayanan pada pagi hari (non
shift) pada pukul 07.00 – 14.30 WIB (Senin – Sabtu) dan on call di luar jam kerja.
C. Pengaturan Jaga
- Pengaturan jadwal dinas petugas laboratorium dibuat dan dipertanggung jawabkan oleh
koordinator administrasi instalasi laboratorium dan disetujui oleh Kabid. Penunjang Medik
dan diketahui oleh Kepala Instalasi Laboratorium.
- Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan mulai dari tanggal 1 sampai tanggal 30
atau 31 dan direalisasikan ke petugas laboratorium setiap satu bulan.
- Untuk analis/ATLM pelaksana yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
analis/ATLM tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada form permintaan.
Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apabila tenaga cukup
dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui).
- Setiap tugas jaga/ shift harus ada analis/ATLM penanggung jawab shift (PJ shift) dengan
syarat pendidikan minimal DIII Analis Kesehatan/Ahli Tenaga Laboratorium Medis dan
masa kerja minimal 1 tahun di RS Metro Hospitals M. Toha.
- Jadwal dinas terbagi menjadi 3 shift yaitu shft pagi, shift siang, shift malam. Tiap kali ada
pertukaran jaga shift, maka antara petugas shift harus ada operan shift. Operan shift
diawali dengan membaca do’a dan dilanjutkan dengan operan shift hasil – hasil
laboratorium yang belum selesai. Hasil laboratorium yang dapat dioperkan adalah
pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan sampel < 1 jam sebelum operan shift.
Operan shift pemeriksaan yang diterima > 1 jam sebelum operan shift hanya dapat
16
dilakukan jika ada alasan khusus (Ispecial case). Operan shift dicatat di buku operan shift
dan diparaf oleh yang menyerahkan dan menerima operan shift. Operan shift akan dibuat
dalam bentuk laporan jaga selama 24 jam (laporan harian) yang disampaikan oleh petugas
shift malam dihadiri oleh petugas shift malam, petugas shift pagi, Kepala Instalasi, Dokter
Penanggung Jawab Patologi Anatomi, Dokter Penanggung Jawab Mikrobiologi Klinik,
Dokter Penanggung Jawab Bank Darah, koordinator teknis, koordinator administrasi dan
petugas administrasi pagi yang dilaksanakan pada jam 07.00 WIB setiap hari kerja Senin –
Sabtu.
- Petugas jaga malam mendapatkan libur lepas malam, ada juga petugas libur dan petugas
yang cuti.
- Apabila analis pelaksana karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai jadwal yang
telah ditetapkan (terencana), maka analis/ATLM yang bersangkutan harus
menginformasikan kepada koordinator administrasi laboratorium dengan ketentuan
sebagai berikut: 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas siang dan malam.
Sebelum menginformasikan koordinator administrasi laboratorium diharapkan
analis/ATLM yang bersangkutan sudah mencari analis/ATLM pengganti (kecuali kasus
sakit). Apabila analis/ATLM yang bersangkutan tidak mendapatkan analis/ ATLM
pengganti, maka koordinator administrasi laboratorium akan mencari tenaga analis/ATLM
pengganti yaitu diutamakan analis/ATLM yang hari itu libur malam kedua atau
analis/ATLM lain dijadikan lembur dan digantikan dengan hari libur.
- Apabila analis/ATLM pelaksana tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan (tidak terencana), maka koordinator administrasi laboratorium akan mencari
analis/ATLM pengganti yang hari itu libur atau analis/ATLM yang lain memungkinkan.
Apabila pengganti tidak ada, maka analis/ATLM yang dinas pada shift sebelumnya wajib
untuk menggantikan.
17
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
B. Standar fasilitas
No Jenis Kelengkapan Jenis/ Jumlah yang tersedia
1. Bangunan Bata
2. Ventilasi Blower
3. Penerangan/ Lampu LED
4. Air mengalir/ Bersih Air Tanah / PAM
5. Daya listrik 555 KUA
6. Tata Ruang:
- Ruang tunggu Tersedia
- Ruang Administrasi Tersedia
- Ruang Pengambilan spesimen Tersedia
- Ruang Bank Darah Rumah Sakit Tersedia
- Ruang Patologi Anatomi Tersedia
- Ruang Mikrobiologi Tersedia
- Ruang Teknis Laboratorium Tersedia
- Ruang penyimpanan BHP dan Reagen Tersedia
- Toilet Tersedia
- Ruang Teknis Laboratorium Tersedia
-Tabel 3.1-
Lokasi laboratorium sebaiknya terletak di daerah yang mudah dicapai dari dalam maupun
dari luar Rumah Sakit.
18
1. Ruangan
Semua ruangan terutama yang dipakai untuk pemeriksaan spesimen perlu
mempunyai ventilasi yang baik dan mendapat sinar matahari yang cukup atau AC1PK/20
M2 atau temperatur memenuhi syarat.
Ruangan penerimaan spesimen atau pengambilan spesimen, sebaiknya terpisah dari
ruangan pemeriksaan untuk mencegah kontaminasi.
Menurut fungsinya, ada garis besar dibagi dalam :
1. Ruangan Penerimaan
2. Ruangan Pemeriksaan
3. Ruang Pengolahan hasil/ administrasi
Untuk memudahkan pengawasan, ruangan pemeriksaan dibagi menurut teknik
pemeriksaan atau sesuai dengan disiplin ilmu patologi, yaitu:
1. Unit Hematologi
2. Unit Kimia klinik dan Imunoserologi
3. Unit Klinik Rutin
4. Ruang Mikrobiologi klinik
5. Ruang Patologi Anatomi
6. Ruang Bank Darah Rumah Sakit
Ditambah lagi ruang penyimpanan reagensia, lemari pendingin untuk menyimpan
reagen tertentu, toilet serta ruang kotor sebagai tempat pencucian dan sebagai pembuangan
sisa–sisa bahan pemeriksaan.
2. Sumber Listrik
Untuk dapat memberikan pelayanan laboratorium yang baik dan aman, diperlukan
aliran listrik yang cukup dengan tegangan yang konstan dan tidak ada giliran listrik terputus.
Hal ini perlu bukan saja supaya pemeriksaan tidak terhenti, tetapi mengingat beberapa jenis
alat, reagensia dan spesimen memerlukan perawatan dan penyimpanan pada suhu tertentu
dan tetap. Idealnya selain sumber listrik PLN, juga disediakan cadangan sumber listrik dari
generator, mengingat laboratorium rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan selama
24 jam dan voltage yang stabil dan dapat di monitor setiap harinya. Selain itu di
Laboratorium Metro Hospitals M. Toha juga harus tersedia UPS sesuai dengan peralatan
yang ada.
3. Sumber Air
Pengadaan air bersih yang mengalir secara terus menerus adalah mutlak bagi sebuah
laboratorium, oleh karena itu RS Metro Hospitals M. Toha juga memiliki sumur pompa
sebagai cadangan selain PAM.
4. Peralatan
Perkembangan teknologi dalam dunia kedokteran umumnya dan di bidang
laboratorium klinik khususnya, akhir – akhir ini semakin pesat. Produsen peralatan
19
laboratorium berlomba meningkatkan kualitas dan kecanggihan alat untuk memenuhi
kebutuhan/ keinginan masyarakat dan pemberi jasa laboratorium.
Namun demikian, penerapan teknologi tanpa penyesuaian dengan situasi dan kondisi
serta kebutuhan akan membawa akibat yang tidak diinginkan, antara lain membumbungnya
biaya pemeriksaan laboratorium. Untuk memberikan pelayanan laboratorium yang berhasil
guna dan berdaya guna, pemilihan jenis dan jumlah alat laboratorium harus disesuaikan
dengan pelayanan medik yang dibutuhkan untuk pemeriksaan rutin yang jumlahnya bannyak
dalam satu hari, dilakukan otomatisasi pekerjaan.
Faktor – faktor penting yang perlu diperhatikan dalam memilih alat laboratorium
adalah:
1. Kemampuan alat mengikuti perkembangan teknologi
2. Kemudahan penyediaan reagen yang dipakai dengan lat tersebut
3. Kemampuan operasional
4. Ketelitian dan ketepatan
5. Kemudahan pemeliharaan
Mengabaikan salah satu faktor di atas dapat mengakibatkan pelayanan dengan
menggunakan alat tersebut tidak memberikan hasil yang diharapkan.
Rumah Sakit harus menyediakan fasilitas untuk mendukung kegiatan laboratorium
dan pemeliharaan dalam suatu fungsi yang optimal. Desain ruangan harus efisien untuk
kegiatan operasional, nyaman dan meminimalisir risiko kecelakaan dan penyakit akibat
hubungan kerja. Area kerja harus bersih dan terpelihara.
21
Peralatan yang terdapat di Instalasi Laboratorium
RS Metro Hospitals M. Toha
ASAL/ CARA
PEROLEHAN
MERK/
NO NAMA ALAT NO SERI BARANG & KONDISI
TYPE
TAHUN
ANGGARAN
PERALATAN UMUM
1 Komputer yang tersambung HOPE - 2022 Baik
dengan Hospital Information
System (HIS)
2 Printer EPSON L3110 2022 Baik
LAB PK
1 Hematologi Analyzer Sysmex XN-550 2022 Baik
2 Kimia Klinik Analyzer Cobas C111 2022 Baik
3 Urine Analyzer Cobas U411 2022 Baik
4 Elektrolit Analyzer Cobas ISE 9180 2022 Baik
5 Hemostasis Sysmex CA660 2022
6 Eye Washer - - 2022 Baik
7 Emergency Shower - - 2022 Baik
8 Rotator Kang Jian KJ-201BD 2022 Baik
Orbital
Shaker
9 Mikroskop Olympus CX 23 2022 Baik
10 Centrifuge Zentrifugen Rotofix 32A 2022 Baik
11 Centrifuge Zentrifugen Rotofix 32A
12 Centrifuge - KJLC-1
Centrifuge
13 Kulkas Reagen Sharp J-Tech 2022 Baik
Inverter
14 Mikropipet DLAB 5µ 2022 Baik
15 Mikropipet DLAB 5 – 50 µ 2022 Baik
16 Mikropipet DLAB 50 - 200 µ 2022 Baik
17 Mikropipet DLAB 100 - 1000 µ 2022 Baik
18 Mikropipet DLAB 500 µ 2022 Baik
19 Mikropipet DLAB 1000 µ 2022 Baik
20 Pipet Westergren (LED Greiner Bio- Vacuette 2022 Baik
Manual) One
21 Rak Westergren - - 2022 Baik
22 Penyanggah Pipet Westergren - - 2022 Baik
23 Gula darah POCT Free Style - 2022 Baik
22
Optium Neo
24 Roll Mixer Kang Jian KJMR-11 2022 Baik
Roller Mixer
25 Box Sampling - - 2022 Baik
-Tabel 3.3-
23
BAB IV
B. Tata Laksana
1. Pendaftaran dari Poli Klinik Rawat Jalan/Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Pasien dari poliklinik rawat jalan/Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang terdaftar
sebagai pasien Metro Hospitals M. Toha dapat langsung membawa formulir permintaan
laboratorium ke laboratorium untuk dilakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan
sampel. Petugas administrasi laboratorium akan memasukkan jenis pemeriksaan yang
diminta ke dalam HIS/SIMRS dan selanjutnya pasien atau keluarga pasien diarahkan ke
kasir untuk melakukan pembayaran dan cetak billing, kemuadian pasien atau keluarga
24
pasien kembali ke laboratorium untuk menyerahkan bukti lunas berupa struk pembayaran
kepada petugas adiministrasi laboratorium selanjutnya petugas administrasi akan mencetak
barcode identitas pasien. Setelah petugas menerima bukti lunas maka peserta sampling
dapat melakukan sampling sesuai jenis pemeriksaan yang diminta dokter. Untuk pasien
berasal dari IGD pengambilan darah diambil oleh perawat IGD, dan sampel diantar disertai
stiker identitas pasien yang sebelumnya sudah dilakukan order permintaan pemeriksaan
laboratorium melalui SIM RS oleh petugas keperawatan di IGD.
2. Pasien dari ruang rawat inap
Pengambilan sampel pasien dari ruangan rawat inap dilakukan petugas
laboratorium (ATLM) dijam tertentu (jam sampling) yaitu: jam 05:00 wib, jam 14:00 wib
dan jam 18:00 wib, diluar jam tersebut pengambilan sampel dilakukan oleh petugas
keperawatan.
Sebelum dilakukan pengambilan sampel oleh petugas laboratorium (ATLM) atau
sebelum sampel diturunkan ke laboratorium, petugas ruangan setempat harus melakukan
order permintaan pemeriksaan laboratorium melalui SIM RS
3. Pasien dari laboratorium luar/Rumah Sakit luar/Pasien Atas Permintaan Sendiri
25
Alur Pelayanan Laboratorium Metro Hospitals M. Toha
Laboratorium KASIR
PengambilanSampel Laboratorium
PengambilanSampel
C. Pengelolahan Sampel
Semua spesimen pemeriksaan yang terdiri dari bahan klinis di laboratorium
dikategorikan sebagai spesimen infeksius dan diperlakukan dengan cara yang benar sehingga
tidak menularkan agen infeksius kepada petugas laboratorium. Jenis spesimen klinis yang dapat
diperiksa di laboratorium Metro Hospitals M. Toha, adalah:
1. Serum
2. Plasma (EDTA, Heparin, Sitrat)
3. Darah Utuh (Whole Blood)
4. Urine
5. Feses
6. Dahak/ Sputum
7. Sekret (uretra, vagina, mata, telinga, hidung)
8. Cairan tubuh (cairan pleura, asites, cairan otak)
9. Kerokan kulit
26
Oleh karena semua specimen laboratorium dianggap sebagai bahan infeksius, maka
harus dilakukan pengelolaan spesimen dengan baik dan benar. Ikuti langkah-langkah berikut:
Apabila telah diperoleh serum/ plasma, segera lakukan pemeriksaan pada serum/
plasma tersebut. Pisahkan dan masukkan sampel ke dalam cup sampel dalam jumlah yang
cukup menggunakan mikropipet, jangan terjadi gelembung, tempelkan stiker/ label yang berisi
nama, nomor barcode pasien pada masing-masing cup sampel kemudian baru lakukan
pemeriksaan pada alat sesuai dengan prosedur pemeriksaan masing-masing alat. Hasil akan
terintergrasi secara otomatis ke dalam komputer namun harus dilakukan verifikasi dan validasi
secara manual oleh petugas laboratorium yang kompeten, hasil yang telah melalui proses
verifikasi dan validasi selanjutnya akan dicetak/ di print dan diparaf sebagai tanda bahwa hasil
sudah terverifikasi dan tervalidasi. Sisa specimen disimpan sesuai dengan kriteria penyimpanan
untuk masing-masing spesimen (darah EDTA 24 jam pada suhu kamar suhu 21–25 ℃, serum 1
minggu dalam kulkas pendingin pada suhu 2–8 ℃). Sisa sampel dapat dibuang apabila waktu
27
simpan yang diizinkan telah terlewati, pembuangan spesimen dilakukan tempat sampah
infeksius.
Sebelum melakukan pemeriksaan, pastikan hal-hal berikut telah dilakukan dengan baik, yaitu:
1. Alat-alat pemeriksaan dalam kondisibaik
2. Reagensia dalam kondisi baik, jumlah cukup, belum kadaluarsa
3. Lakukan control kualitas setiap pagi sebelum memulai pemeriksaan
4. Lakukan pemeriksaan sesuai Standar Prosedur Operasional
5. Lakukan verifikasi terhadap semua hasil pemeriksaan dan waspada terhadap hasil
laboratorium yang ekstrim.
D. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis dan parameter pemeriksaan yang terdapat di laboratorium patologi klinik Metro
Hospitals M. Toha, adalah:
1. Pemeriksaan Hematologi dan Hemostasis
2. Pemeriksaan Kimia Klinik
3. Pemeriksaan Urine dan Feses
4. Pemeriksaan Imunoserologi
5. Pemeriksaan Elektrolit
28
Daftar pemeriksaan laboratorium Metro Hospitals M. Toha
Jenis Pemeriksaan Jadwal Pemeriksaan Janji Penyerahan Hasil
Darah Rutin Setiap Hari
30 menit setelah sampel diterima (tanpa
crosscheck manual, tanpa LED dan
pemeriksaan lain). Dapat diminta CITO
(hasil keluar dalam waktu < 30 menit)
LED Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
IT Ratio Setiap Hari 2 jam setelah sampel diterima
(kecuali dokter patologi klinik tidak
berada di tempat / di luar jam kerja
hasil dibaca 3 x 24 jam)
Golongan darah ABO Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima.
Rhesus Dapat diminta CITO
Morfologi darah tepi Setiap Hari 2 jam setelah sampel diterima (kecuali
dokter patologi klinik tidak
berada ditempat/ di luar jam kerja
hasil dibaca 3 x 24 jam)
Urine rutin Setiap Hari 45 menit setelah sampel diterima
Tes kehamilan Setiap Hari 45 menit setelah sampel diterima.
Dapat diminta CITO
Tes skrining narkoba Setiap Hari 45 menit setelah sampel diterima.
Dapat diminta CITO
Elektrolit urin Setiap Hari 1 jam setelah sampel diterima
Feses lengkap Setiap Hari 45 menit setelah sampel diterima
PT Setiap Hari 1 jam setelah sampel diterima
29
Dapat diminta CITO
Glukosa darah 2 jam Setiap Hari 90 menit setelah sampel 2 jam PP
PP Diterima
SGOT Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima.
Dapat diminta CITO
SGPT Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima.
Dapat diminta CITO
Albumin Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
Diterima
Total protein Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
Globulin Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
Analisa gas darah Setiap Hari 30 menit setelah sampel diterima
Elektrolit darah Setiap Hari 1 jam setelah sampel diterima. Dapat
diminta CITO
Ureum Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima.
Dapat diminta CITO
Kreatinin Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima.
Dapat diminta CITO
Asam urat Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
Bilirubin total Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
Bilirubin direk Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
Bilirubin indirek Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
Kolestrol Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
LDL kolestrol Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
HDL kolesterol Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
Trigliserida Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
HBsAg rapid Setiap Hari 90 jam setelah sampel diterima.
Dapat diminta CITO
HIV rapid penyaring Setiap Hari 90 jam setelah sampel diterima.
Dapat diminta CITO
Anti HCV rapid Senin – Sabtu (Hari Sesuai janji hasil dengan lab rujukan
kerja)
Troponin T Senin – Sabtu (Hari Sesuai janji hasil dengan lab rujukan
30
kerja)
Widal Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
Salmonella IgM Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
Anti dengue IgG/IgM Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
Dengu NS1 Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
Pewarnaan gram Setiap Hari 2 jam setelah sampel diterima
Pewarnaan BTA Setiap Hari 2 jam setelah sampel diterima
Analisa sekret vagina Senin – Sabtu (Hari 2-7 Hari kerja
kerja)
E. Pelayanan Darah
Pelayanan darah di laboratorium Metro Hospitals M. Toha yaitu melayani permintaan
labu darah dari klinisi. Labu darah yang sudah tersedia dari Bank Darah Rumah Sakit lalu
didistribusikan ke ruangan yang meminta sesuai dengan kebutuhan lab darah yang belum
digunakan, akan disimpan di blood refrigerator khusus labu darah Metro Hospitals M. Toha
dengans uhu yang terpantau. Pelayanan darah lainnya yaituberupa penyimpanan labu darah
yang dititip karena belum digunakan, Pemusnahan labu darah yang tidak terpakai atau tersisa
dan pencatatan, pelaporan serta tindak lanjut bila ada reaksi transfusi.
LABORATORIUM
1. Petugas menginput ke dalam
komputer
2. Konfirmasi laboratorium rujukan
3. Persiapans ampel dan formulir
LABORATORIUM RUJUKAN
F. Pengelolahan Limbah
Limbah laboratorium adalah bahan bekas pakai dalam pekerjaan di laboratorium yang
dapat berupa limbah cair, padat atau gas. Laboratorium kesehatan dapat menjadi salah satu
sumber penghasilan limbah cair, padat dan gas yang berbahaya bila tidak ditangani secara
benar. Karena itu pengelolaan limbah harus dilakukan dengan semestinya agar tidak
menimbulkan bahaya bagi petugas laboratorium, pasien lain ataupun masyarakat disekitar
lingkungan laboratorium Rumah Sakit.
3. Sisa Spesimen
2. Limbah laboratorium klinik dapat dibedakan berdasarkan sifat limbah dan bentuk
limbah
1. Limbah laboratorium berdasarkan sifatnya dapat dibagi atas:
Limbah infeksius
Limbah umum
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
32
2. Limbah laboratorium berdasarkan bentuknya dapat dibagi atas:
Limbah cair
Pelarut organik bahan kimia untuk pengujian, air bekas cucian alat, sisa
spesimen
Limbah padat
Peralatan habis pakai seperti alat suntik, sarungtangan, kapas, botol spesimen,
kemasan reagen, dll
1. Pemisahan limbah
Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuang
adalah dengan cara menggunakan kantong berkode (kode warna). Kode warna yang
digunakan untuk kantong limbah klinis adalah sebagai berikut:
a. Hitam
Untuk sampah/limbah rumah tangga biasa. TIDAK digunakan untuk
menyimpan atau mengangkat limbah klinis
b. Kuning
Untuk semua jenis limbah yang akan dibakar. Untuk limbah infeksius
dimasukkan ke kantong berwarna kuning dengan simbol biohazard yang telah
dikenal secara internasional berwarna hitam
c. Limbah cair
- Limbah cair dikumpulkan dalam wadah yang kuat, tidak mudah pecah,
tidak bocor dan bisa ditutup dengan rapat
- Setelah wadah terisi ¾ volume wadah, kemudian di tutup dengan rapat dan
33
diberi label “LIMBAH CAIR LABORATORIUM”
- Kemudian berkoordinasi dengan petugas kebersihan untuk mengambil
limbah cair tersebut
- Petugas kebersihan kemudian mengumpulkan limbah tersebut di tempat
yang aman sebelum diambil oleh PT Wastec. Semua saluran pembuangan
yang ada di laboratorium terhubung ke IPAL (Instalasi Pembuangan Air
Limbah) Rumah Sakit, baik washtafel atau kamar mandi.
d. Limbah padat
- Limbah padat harus dikumpulkan dalam kotak yang tutupnya dapat dibuka
dengan kaki dan bagian dalamnya dilapisi kantong keras atau plastik
- Lakukan insenerasi jika limbah padat dapat dibakar, antara lain kertas
34
Tabel jenis warna dan label limbah medis padat sesuai bentuknya
Warna
No Ketegori Lambang Keterangan
container/kantong
1 Radioaktif Merah Kantong boks
timbal dengan
simbolradioaktif
2 Sangat infeksius Kuning Kantong plastik
kuat, anti bocor,
atau kontainer
yang dapat
disterilkan dengan
otoklaf
3 Limbah infeksius Kuning Kantong plastik
patologi kuat dan anti
bocor, atau
kontainer
4 Sitotoksik Ungu Kontainer plastik
kuat dan anti
bocor
1. No Laboratorium
3. Ruangan
4. Identitas pasien (No Rekam Medik/ No. RM, nama dan tanggal lahir)
35
7. Satuan hasil
2. Hasil pemeriksaan
Semua hasil pemeriksaan sebagai data yang tersimpan dalam komputer berlaku
sebagai arsip. Berkas lembaran permintaan laboratorium dikumpulkan pershift dan digabung
menjadi bundelan perhari kemudian digabungkan kembali nmenjadi bundelan lembaran
permintaan perbulan. Tanggal dan bulan tercatat di masing – masing bundelan untuk
kemudahan pengarsipan, lalu disusun serta disimpan di dalam lemari arsip sesuai dengan
urutan bulan dan tahun pencatatan. Lama penyimpanan 3 (tiga) bulan di laboratorium lalu
dipindahkan ke gudang dan disimpan selama 5 (lima) tahun. Arsip dapat dimusnahkan dengan
pembuatan berita acara
Hasil pemeriksaan laboratorium rujukan disusun dan dibundel lalu disimpan di lemari
arsip selama 5 (lima) tahun untuk kemudian dapat dimusnahkan. Demikian pembuatan juga
hasil pemantapan mutu internal dan eksternal disimpan sesuai urutan bulan, tahun pelaksanaan
dan berlaku sebagai arsip selama 5 tahun
36
undang Rumah Sakit Tahun 2009 telah mewajibkan bahwa setiap peralatan medik di rumahs
akit harus dilakukan pengujian dan kalibrasi.
Kalibrasi merupakan proses verifikasi suatu akurasi alat ukur sesuai dengan
rancangannya. Kalibrasi pada umumnya merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran atau
indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang
digunakan dalam akurasitertentu.
Bukti kalibrasi berupa sertifikat disimpan di laboratorium dan dievaluasi hasilnya oleh
kepala instalasi laboratorium bersama–sama dengan koordinator laboratorium
Perawatan alat/ instrument analitik dilakukan secara rutin, dan sudah menjadi prosedur
tetap, diantaranya dengan berbagai langkah berikut:
a. Pengecekan kinerja alat harian, yang dilakukan setiap hari sebelum alat digunakan
b. Kalibrasi untuk memastikan alat mengukur secara akurat nilai sebelumnya dari suatu
sampel
38
c. Perawatan pencegahan (preventive maintenance), yang dilakukan minimal 1-2 kali
dalam setahun untuk menghindari down time, dimana alat tidak beroperasi karena
dalam tahap perbaikan
BAB V
39
LOGISTIK
A. Pemeliharaan
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di
rumah sakit, identifikasi pemilihan pemeriksaan laboratorium, jumlah dan jenis, menentukan
kriteria pemilihan dengan memprioritaskan pemeriksaan yang sering diminta dokter,
standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui jenis dan metode pemeriksaan.
B. Perencanaan
Merupakan proses kegiatan dalam pemeliharaan jenis, jumlah, dan harga perbekalan
laboratorium yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan
reagen dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode
konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan:
1. Data catatan medik
2. Anggaran yang tersedia
3. Penetapan prioritas
4. Siklus penyakit
5. Sisa persediaan
6. Data pemakaian periode yang lalu
7. Rencana pengembangan
C. Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan
disetujui, melalui bagian logistik rumah sakit berdasarkan permintaan laboratorium.
Penanggung jawab masing-masing sub bagian setiap awal bulan menyusun daftar kebutuhan
reagen untuk satu bulan yang disesuaikan dengan sisa stok reagen yang masih dan kemudian
direkap oleh koordinator administrasi menjadi daftar kebutuhan semua reagen dan alat tulis
kantor laboratorium. Semua kebutuhan dituliskan pada lembar permintaan reagen atau barang
dan disampaikan ke bagian farmasi untuk diadakan. Seksi farmasi menyiapkan semua
40
kebutuhan laboratorium apabila reagen/barang sudah ada pada stok atau kemudian melakukan
permintaan reagen/barang kepada distributor apabila reagen/barang tidak ada pada stok di
gudang.
D. Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan laboratorium yang telah diadakan
oleh farmasi melalui pembelian langsung. Pedoman dalam penerimaan reagen/ barang
laboratorium.
1. Reagen/ barang sesuai dengan jenis/ merek dan jumlah yang diminta
2. Reagen/ barang dalam kondisi baik
3. Expired date minimal 1 (satu) tahun
E. Penyimpanan reagen
Merupakan kegiatan penyimpanan perbekalan laboratorium menurut persyaratan yang
ditetapkan:
1. Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya
2. Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya
3. Mudah tidaknya meledak/ terbakar
4. Tahan/ tidaknya terhadap cahaya
Disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin perbekalan laboratorium sesuai
kebutuhan
F. Pendistribusian
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan laboratorium ke masing-masing sub
bagian pemeriksaan. Jumlah dan jenis reagen dalam pendistribusiannya sesuai dengan
kebutuhan di tiap bagian logistik laboratorium dapat dibedakan menjadi 2 (dua) bagian:
1. Logistik umum
Terdiri dari alat dan bahan non medis seperti tissue, alat tulis kantor, kertas printer dan
lain-lain. Diminta sesuai kebutuhan berdasarkan laporan stok opname ke bagian logistic
umum.
2. Logistik medis
Terdiri dari reagen, alat-alat kesehatan seperti tabung vakum, poturine, dan lain-lain
yang diminta ke bagian logistic medis berdasarkan kebutuhan bulanan sesuai laporan stok
opname yang dilakukan 1 (satu) kali seminggu.
a. Reagen
41
Adalah zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi untuk mendeteksi,
mengukur, memeriksa dan menghasilkan zat lain.
Menurut cara pembuatannya dibagi menjadi:
1. Reagen buatan sendiri
2. Reagen jadi (komersial)
Adalah reagen yang dibuat oleh pabrik / produsen
b. Standar
adalah zat-zat yang konsentrasi atau kemurnian diketahui dan diperoleh dengan
cara penimbangan. Ada 2 (dua) macam standar yaitu:
1. Standar primer
2. Standar sekunder
c. Bahan kontrol
Adalah bahan yang digunakan untuk memantau ketepatan suatu pemeriksaan di
laboratorium atau untuk mengawasi kualitas hasil pemeriksaan sehari-hari. Bahan
kontrol dapat dibedakan berdasarkan:
1. Sumber bahan kontrol
Ditinjau dari sumbernya bahan control dapat berasal dari manusia, binatang
atau merupakan bahan kimia murni
2. Bentuk bahan kontrol
Menurut bentuknya bahan kontrol ada bermacam – macam yaitu bentuk cair,
bentuk padat, bentuk bubuk (liofilisat) dan bentuk strip. Bahan kontrol
berbentuk padat, bentuk bubuk atau bentuk strip harus dilarutkan terlebih
dahulu sebelum digunakan
3. Cara pembuatan
Bahan kontrol dapat dibuat sendiri atau dapat dibeli dalam bentuk sudah jadi.
Ada beberapa macam bahan kontrol yang dibuat sendiri, yaitu:
a. Bahan kontrol yang dibuat dari serum disebut juga serum kumpulan (pooled
sera). Pooled sera merupakan campuran dari bahan sisa serum pasien yang
sehari–hari dikirim ke laboratorium. Keuntungan dari serum kumpulan ini
adalah mudah didapat.
b. Bahan kontrol komersial
BAB VI
42
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Laboratorium klink mempunyai peranan dalam keselamatan pasien WHO (World Health
Organization) sebagai badan kesehatan internasional, memiliki inisiatif untuk menciptakan
suatu upaya di berbagai bidang, termasuk pemberian hasil laboratorium dan bantuan dalam
penafsiran data laboratorium. Tindakan dan aturan yang harus diterapkan di laboratorium dalam
menangani pasien atau pengunjung yang melakukan pemeriksaan di laboratorium.
B. Tujuan
Agar pasien/pengunjung yang datang ke laboratorium terhindar dari hal–hal yang
membahayakan, seperti risiko tertular penyakit infeksi, risiko jatuh atau risiko mengalami
komplikasi saat pengambilan sampel dilakukan.
4. Penggunaan jarum suntik dan benda tajam sesuai standar prosedur operasional yang
berlaku. Selain keselamatan pasien pada saat melakukan pemeriksaan laboratorium,
perlu juga diperhatikan keselamatan pasien pada saat berada di lingkungan rumah sakit
dan di lingkungan laboratorium. Dalam hal ini termasuk tindakan yang harus dilakukan
untuk menghindari pasien dari risiko jatuh. Skrining awal risiko jatuh dilakukan pada
semua pasien. Semua pasien berisiko jatuh menjadi tanggung jawab semua personal
rumah sakit selama pasien tersebut berada di lingkungan rumah sakit.
5. Pasien rawat jalan memiliki risiko tinggi untuk jatuh jika memiliki salah satu dari
beberapa faktor risiko jatuh di bawah ini:
Usia > 65 Tahun
Memakai alat bantu mobilisasi
Riwayat jatuh 3 bulan terakhir
44
Pada pasien rawat jalan dengan risiko jatuh yang tinggi seperti ini harus dilakukan
tindakan sebagai berikut:
Untuk pasien anak penilaian risiko jatuh dilakukan menggunakan skala humpty dumpty.
Untuk pasien dewasa, penilaian risiko jatuh dilakukan menggunakan skala morse.
Penilaian neonates < 28 hari yang dirawat: tidak perlu dilakukan pengkajian risiko jatuh,
pencegahan risiko jatuh yang standar tetap dilakukan.
45
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Definisi
Keselamatan kerja adalah upaya untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan,
kebakaran, bahaya peledakan, penyakit akibat kerja, pencemaran lingkungan yang pada
umumnya menimbulkan kerugian nyawa, waktu dan harta benda bagi pekerja dan masyarakat
yang berada di lingkungannya (UU no. 1 tahun 1970, tentang keselamatan kerja).
Mengingat besarnya risiko kecelakaan dan gangguan kesehatan yang dapat terjadi akibat
kegiatan laboratorium maka seluruh petugas di laboratorium harus mengenal berbagai bahaya
dan risiko kesehatan di laboratorium sehingga petugas dapat melakukan tindakan pencegahan
dan dapat menangani secara benar bila terjadi kecelakaan kerja di laboratorium.
B. Tujuan
Acuan dalam melaksanakan tugas dilaboratorium
Meningkatkan pengetahuan petugas terhadap risiko terjadinya kecelakaan dan gangguan
kesehatan akibat kegiatan laboratorium
Menjamin mutu pekerjaan laboratorium
C. Ruang lingkup
Ruang lingkup kesehatan dan keselamatan kerja meliputi upaya peningkatan kesehatan
dan pencegahan kecelakaan atau gangguan kesehatan petugas laboratorium termasuk
pengunjung atau pasien dan lingkungannya pada semua jenis dan jenjang pelayanan
laboratorium.
D. Kegiatan
Pengenalan dari berbagai bahaya dan risiko kesehatan di tempat dan lingkungan kerja sebagai
berikut:
Mengenal zat kimia berbahaya di laboratorium dan cara pecegahannya
Daftar zat kimia yang ada di laboratorium Metro Hospitals M. Toha dapat dilihat pada tabel
berikut
46
Tabel daftar zat kimia berbahaya di laboratorium
Untuk pencegahan B3 setiap petugas harus memahami buku MSDS Rumah Sakit dan buku
MSDS laboratorium
1. Mengenal gangguan kesehatan yang disebabkan oleh mikro organisme yang infeksius
2. Mengenal bahaya radiasi dari peralatan laboratorium. Radiasi dari peralatan laboratorium
kesehatan adalah menggunakan radiasi non pengion yaitu radiasi tanpa pelepasan elektron
seperti dari sinar ultra violet
3. Mengenal bahaya stress akibat keadaan di tempat kerja
4. Mengenal bahaya stress akibat peralatan yang tidak ergonomis
5. Udara dalam ruangan harus dibuat mengalir searah (dari ruang bersih ke ruang kotor)
6. Dinding hendaknya dicat dengan bahan epoksi, permukaannya harus rata, mudah
dibersihkan, tidak tembus cairan dan tahan terhadap desinfektan
8. Pintu laboratorium harus selalu tertutup jika petugas sedang bekerja, mereka yang tidak
berkepentingan dilarang masuk
E. Peralatan
1. Sarung tangan harus dilepaskan jika menerima telepon atau sedang menggunakan
komputer
2. Penggunaan pipet dengan mulut tidak diperbolehkan
3. Penyimpanan jas laboratorium tidak boleh dalam satu lemari dengan pakaian lain
yang dipakai di luar laboratorium
4. Diwajibkan memakai sarung tangan plastik karet tipis selama bekerja, dengan
ketentuan pada saat pengambilan sampel, satu sarung tangan untuk satu pasien
5. Setelah dipakai sarung tangan harus dibuang bersama limbah laboratorium lainnya,
kemudian petugas mencuci tangan sampai bersih
6. Penyimpanan harus sesuai prosedur kerja
F. Prosedur/ Sistem
1. Penggunaan bahan-bahan harus sesuai dengan ukuran
2. Semua prosedur tetap yang tersedia harus dilaksanakan dan diperhatikan untuk
mencegah atau meminimalisir terbentuknya aerosol atau tetesan
3. Semua prosedur tetap harus dilakukan untuk mencegah atau meminimalisir bahaya atau
kecelakaan akibat kerja
4. Semua limbah atau bahan yang terkontaminasi, specimen dan kultur harus dilakukan
dekontaminasi sebelum dibuang atau akan digunakan kembali
5. Limbah infeksius hendaknya dimasukkan ke dalam kantong plastik sesuai dengan kode
48
dan warnanya untuk dikelola
6. Seluru petugas laboratorium harus selalu mencuci tangan setelah menangani bahan
infeksius, setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien, setelah menyentuh pasien,
sebelum mengambil darah pasien dan sebelum meninggalkan laboratorium. Mencuci
tangan dapat dilakukan dengan memakai sabun jikan tangan terlihat kotor dan memakai
handsrub jika tangan terlihat bersih
7. Jas laboratorium hanya boleh dipakai di ruangan laboratorium dan pada saat
pengambilan sampel pasien
8. Penyimpanan pakaian pelindung diri tidak boleh dalam satu lemari dengan pakaian yang
dipakai di luar ruang kerja laboratorium
G. Petugas
1. Dilarang makan, minum, merokok, menyimpan makanan serta menggunakan kosmetik di
dalam ruangan laboratorium
2. Cincin dan gelang/perhiasan lainnya tidak boleh digunakan selama bekerja
3. Rambut panjang harus diikat selama bekerja
4. Tidak diperbolehkan menggunakan pipet isap dengan mulut
5. Seluruh petugas laboratorium harus selalu mencuci tangan setelah menangani bahan
infeksius dan sebelum meninggalkan laboratorium
6. Jangan menggunakan ludah untuk merekatkan label
7. Pakailah kaca mata pelindung, kaca pelindung wajah (visors) atau alat pelindung diri
lainnya jika menangani objek yang mudah menyemprot atau memantul ke tubuh kita, atau
jika tidak diperlukan
8. Seluruh petugas yang menangani bahan infeksius harus memakai sarung tangan untuk
menghindari kontak langsung dengan specimen
9. Jangan memakai sandal terbuka di laboratorium
10. Petugas harus melapor semua kejadian baik berupa tumpahan, kecelakaan kerja, ataupun
terpapar dengan bahan potensial berbahaya atau infeksius lainnya kepada kepala ruangan
secara tertulis
49
a. Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang terdapat di
laboratorium harus tersedia di tempat kerja dan diketahui seluruh petugas laboratorium
b. Bahan kimia tidak diisap melalui pipet dengan mulut tetapi dengan menggunakan karet
isap (rubber bulb), atau alat vakum untuk mencegah tertelannya bahan berbahaya dan
terhirupnya aerosol
c. Gunakan peralatan pelindung seperti mata dan muka, sarung tangan karet, celemek
(apron), jas laboratorium yang tepat pada saat menangani bahan kimia terutama pelarut
organic
d. Gunakan pelindunga mata yang tepat jika bekerja dengan bahan atau alat yang dapat
menimbulkan bahan pecahan, percikkan atau radiasi gelombang perusak mata.
Pelindung mata harus dapat menutup rapat daerah sekitar mata dan tahan terhadap
percikkan zat kimia
e. Hindari pemakaian lensa kontak pada waktu menangani bahan kimia karena dapat
melekat antara mata dan lensa
2. Biologi
Upaya pencegahan bahaya didasarkan klasifikasi tingkat keamanan biologi laboratorium
yang bersangkutan. Hal–hal umum yang penting diperhatikan adalah:
a. Lakukan pekerjaan laboratorium dengan menerapkan praktek laboratorium yang benar
(good laboratory practice)
b. Penggunaan desinfektan yang sesuai dengan cara penggunaan yang benar
c. Lakukan sterilisasi dan desinfektan terhadap sisa bahan infeksius dan spesimen secara
benar
d. Pengelolaan limbah infeksius diterapkan dengan benar
e. Gunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai
3. Fisika
Pencegahan terhadap panas dilakukan dengan pemasangan AC, pengaturan ventilasi
4. Psikososial / Stres
a. Menjaga keseragaman jasmani petugas
b. Mengenali stres melalui buku bacaan, seminar
c. Mengadakan kegiatan yang menimbulkan rasa betah dalam bekerja misalnya makan
siang bersama, musik, mengadakan kegiatan piknik bersama
d. Membudayakan budaya safety, berani menegur atau meningkatkan untuk memakai alat
50
pelindung diri
5. Ergonomi
51
Cara menggunakan apar
2. Khusus
Tumpahan dan kebocoran bahan kimia
a. Cucilah mata atau kulit di pancuran air (shower) terdekat bila terkena zat kimia
b. Ikuti semua petunjuk material safety data sheet (MSDS), tentang proses netralisasi
bahan kimia yang bocor atau tumpahan sebaik-baiknya
c. Bila tumpahan diperkirakan dapat menimbulkan kebakaran dan peledakan,
tinggalkan segeraruangan
d. Semua petugas laboratorium wajib mengetahui bahan B3 yang ada di laboratorium
e. Staf harus mengetahui buku B3/ MSDS
f. Spillkit harus ada diletakkan di tempat yang mudah dijangkau oleh siapapun
52
b. Keluarkan lensa kontak jika memakai
c. Cucilah mata yang terkena dengan semprotan air
d. Jangan menggunakan salep mata atau bahan netralisasi
2. Bila kena kulit
a. Cuci tangan hingga bersih jika bahan kimia menganai kulit, siram air mengalir
selama 15 menit
b. Mandikan korban dipancuran dan pakailah apron dan sarung tangan
c. Bersihkan dengan teliti lipatan atau rongga tubuh korban. Posisi kepala harus
lebih tinggi dari tubuh untuk menghindari cipratan ke mata korban
d. Semprot air ke tubuh dan cuci mata, ini bisa dilakukan dengan posisi korban
duduk dengan kepala mengadah
3. Bila terminum
Bila terminum segera berkumur-kumur, selanjutnya bawa ke IGD
4. Bila terhirup
Bila terhirup longgarkan pakaian, bawa ketempat yang segar, beri nafas bantuan (bila
diperlukan)
5. Bila tertumpah (lihat gambar)
53
4. Lokalisir are bekas tumpahan cairan tubuh tadi dengan cairan deterjen, diamkan 5 menit,
kemudian bersihkan
5. Beri klorin yang sudah diencerkan, diamkan selama 5 menit, kemudian bersihkan
6. Bilas dengan lap basah yang bersih sehingga larutan klorin terangkat
7. Lepaskan sarung tangan sesuai prosedur, kemudian buang ke tempat sampah infeksius
8. Cuci tangan sampai bersih
Pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi dana atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi
pekerja dan perusahaan, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh,
merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyrakat luas.
Penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan
dan non kesehatan, kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka
kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan)
menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi
karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang
memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat
pengaman walaupun sudah tersedia.
Petugas laboratorium merupakan orang pertama yang terpajan terhadap bahan kimia yang
merupakan bahan toksik korosif, mudah meledak dan terbakar serta bahan biologis. Selain itu
54
dalam pekerjaannya menggunakan alat-alat yang mudah pecah, berionisasi dan radiasi serta alat-
alat elektronik dengan voltase yang mematikan.
Oleh karena itu penerapan budaya aman dan sehat dalam bekerja hendaknya dilaksanakan
pada semua institusi di sector kesehatan termasuk laboratorium kesehatan.
J. Fasilitas laboratorium
1. Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran,
penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan yang
bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit,
kondisi kesehatan dan faktor yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan perorangan
dan masyarakat.
2. Desain laboratorium harus mempunyai sistem ventilasi yang memadai dengan
sirkulasi udara yang adekuat
3. Desain laboratorium harus mempunyai pemadam api yang tepat terhadap bahan
kimia yang berbahaya yang dipakai
4. Kesiapan menghindari panas sejauh mungkin dengan memakai alat pembakar gas
yang terbuka untuk menghindari bahaya kebakaran.
5. Untuk menahan tumpahan larutan yang mudah terbakar dan melindungi tempat yang
aman dari bahaya kebakaran dapat disesuaikan bendung-bendung tajam
6. Dua buah jalan keluar harus disediakan untuk keluar dari kebakaran dan terpisah
sajauh mungkin
7. Tempat penyimpanan didesain untuk mengurangi sekecil mungkin risiko oleh bahan-
bahan berbahaya dalam jumlah besar.
2. Beban kerja
3. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi
kesehatan kerja, dapat menimbulkan kecelakaan kerja (occupational accident),
penyakit akibat kerja dan penyakit akibat hubungan kerja (occupational disease and
workrelated diseases).
M. Kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya
kecelakaan menyebabkan kerugian material dari yang paling ringan sampai kepada yang
paling berat. Kecelakaan di laboratorium dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kecelakaan medis jika yang menjadi korban pasien
2. Kecelakaan kerja jika yang menjadi korban petugas laboratorium itu sendiri
56
Penyebab kecelakaan kerja dapa tdibagi dalam kelompok:
1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu keadaan yang tidak aman dari:
a. Mesin, peralatan, bahan lain-lain
b. Lingkungan kerja
c. Proseskerja
d. Sifat pekerjaan
e. Cara kerja
2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia yang dapat
terjadi antara lain karena:
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
b. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
c. Keletihan dan kelemahan daya tahan tubuh
d. Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik
Pencegahannya:
a. Beban jangan terlalu berat
b. Jangan berdiri terlalu jauh dari beban
c. Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi pergunakan lah
tungkai bawah sambal berjongkok
57
d. Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakkan terhambat.
3. Mengambil sampel darah/cairan tubuh lainnya. Hal ini merupakan pekerjaan sehari-
hari di laboratorium
Risikonya:
a. Tertusuk jarum suntik
b. Tertular virus HIV, hepatitis B, hepatitis C
Pencegahannya:
a. Gunakan alat suntik sekali pakai
b. Jangan tutup kembali atau menyentuh jarum suntik yang telah dipakai tapi
langsung dibuang ke tempat yang telah disediakan (sebaiknya gunakan
destruction clip)
c. Bekerja di bawah pencahayaan yangcukup
4. Risiko terjadinya kebakaran (sumber: bahan kimia) bahan desinfektan yang mungkin
mudah menyala (flammable) dan beracun. Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur
bersama-sama yaitu: oksigen, bahan yang mudah terbakar dan panas.
Akibatnya:
a. Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari mulai ringan sampai berat
bahkan kematian
b. Timbul keracunan akibat kurang hati - hati
Pencegahannya:
a. Konstruksi bangunan yang tahan api
b. Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan–bahan yang mudah terbakar
c. Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran
d. Sistem tanda kebakaran
1. Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya dengan
segera
2. Otomatis yang menentukan kebakaran dan member tanda secara otomatis
e. Jalan untuk menyelamatkan diri
f. Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran
g. Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman
N. Penyakit akibat kerja dan penyakit akibat hubungan keja di laboratorium kesehatan
Penyakit akibat kerja adala penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik
58
ataupun asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, pada umumnya terdiri dari suatu agen
penyebab, harus ada hubungan sebab akibat antara proses penyakit dan hazard di tempat
kerja. Faktor lingkungan kerja sangat berpengaruh dan berperan sebagai penyebab
timbulnya penyakit akibat kerja. Sebagai contoh antara lain debu silica dan silikosis, uap
timbale dan keracunan timah. Akan tetapi penyebab terjadinya akibat kesalahan faktor
manusia juga (WHO)
Berbeda dengan penyakit akibat kerja, penyakit akibat hubungan kerja (PAHK)
sangat luas ruang lingkupnya. Menurut komite ahli WHO (1973), penyakit akibat hubungan
kerja adalah penyakit dengan penyebab multi faktorial, dengan kemungkinan besar
berhubungan dengan pekerjaan dan kondisi tempat kerja. Pajanan di tempat kerja tersebut
memperberat, mempercepat terjadinya serta menyebabkan kekambuhan penyakit.
1. Faktor biologis
Pencegahan:
59
a. Seluruh pekerja harus mendapatkan pelatihan dasar tentang kebersihan,
epidemiologi dandesinfeksi.
b. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan dalam
keadaan sehat, punya cukup kekebalan alami untuk bekerja dengan bahan
infeksius, dan dilakukan imunisasi.
c. Menerapkan bekerja di laboratorium dengan praktek yang benar (good
laboratory practice).
d. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar
e. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infek sius dan
spesimen secara benar.
f. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar.
g. Menggunakan cabinet keamanan biologis yang sesuai.
h. Kebersihan diri dari petugas
2. Faktor kimia
Petugas di laboratorium kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan kimia
dan obat-obatan seperti antibiotik, demikian pula dengan solvent yang banyak digunakan
dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling karsinogenik.
Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negative terhadap kesehatan
mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering adalah dermatitis kontak akibat kerja
yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja
oleh karena alergi (keton). Bahan toksik (trichloro ethane, tetra chloro methane) jika
tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau
kronik, bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan
jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.
Pencegahan:
a. Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk
diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.
b. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah
tertelannya bahan kimia dan terhirup nya aerosol.
c. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, jas
laboratorium) yang benar.
d. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa.
e. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar
60
3. Faktor ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu teknologi dan seni berupa menyerasikan alat, cara,
proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia
untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai
efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomis bersifat konseptual dan kuratif,
secara popular kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai to fit he job to themanand to
fittheman to the job.
4. Faktor fisik
Pencegahan:
5. Faktor psikososial
61
Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapat menyebabkan
stress:
a. Pelayanan kesehatan seringkali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati
seseorang, untuk itu pekerja di laboratorium kesehatan dituntut untuk
memberikan pelayanan yang tepat, cepat dan akurat disertai dengan keramah-
tamahan.
b. Pekerja pada instalasi - instalasi tertentu yang sangat monoton.
c. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama
teman kerja.
d. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal
ataupun informal.
O. Pengendalian penyakit akibat kerja dan kecelakaan melalui penerapan kesehatan dan
keselamatan kerja
64
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pemantapan mutu laboratorium kesehatan adalah semua kegiatan yang ditunjuk untuk
menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium, dilaksanakan melalui berbagai
kegiatan antara lain pemilihan metode yang tepat, pengambilan spesimen yang benar, pelaksanaan
pemeriksaan laboratorium oleh petugas yang memiliki kompetensi dan pelaksanaan kegiatan
pemantapan mutu internal serta pemantapan mutu eksternal.
Mutu laboratorium secara garis besar dapat dibedakan atas mutu pemeriksaan dan mutu
pelayanan. Dalam meningkatkan mutu pemeriksaan, laboratorium Metro Hospitals M. Toha wajib
melakukan pemantapan mutu internal dan pemantapan mutu eksternal untuk menjamin kualitas
hasil pemeriksaan yang dikeluarkan oleh laboratorium. Pelaksanaan pemantapan mutu internal dan
pemantapan mutu eksternal dikoordinir oleh koordinator administrasi dan koordinator teknis yang
akan dilaporkan ke penanggung jawab laboratorium. Adapun pemantapan mutu pemeriksaan yang
harus dilakukan adalah sebagai berikut:
Orang yang terlibat dalam proses pra analitik yaitu pasien, dokter, para medis/perawat,
petugas layanan transportasi, analis dan dokter laboratorium, mereka semua
bagiantanggungjawabterhadapmutubahanspesimendanharusmemahamipentingnya tahap pra
analitik, serta mengenali kemungkinan penyebab kesalahan dan konskuensi kesalahan mereka
terhadap hasil pemeriksaan
Pemantapan mutu tahap analitik meliputi kontrol kualitas, pemeliharaan dan kalibrasi
alat, uji kualitas reagen, metode pemeriksaan dan lainnya. Sementara kontrol mutu pasca
analitik meliputi pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan
65
Mengendalikan hasil pemeriksaan laboratorium setiap hari dan untuk mengetahui
adanya penyimpangan hasil laboratorium untuk segera diambil tindakan perbaikan segera.
A. Tahap Pra–analitik
66
tindakan tersebut dan persyaratan apa yang harus dilakukan oleh pasien. Informasi
yang diberikan harus jelas agar tidak menimbulkan ketakutan atau persepsi yang
keliru bagi pasien. Beberapa jenis pemeriksaan yang memerlukan persiapan khusus
sebelumnya adalah:
67
2. Tahap persiapan pengumpulan spesimen
Spesimen yang akan diperiksa laboratorium harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan
b. Volume mencukupi
c. Kondisi baik: serum (tidak lisis, tidak ikterik dan tidak lipemik) segar / tidak
kadaluarsa, tidak berwarna merah, tidak berubah bentuk, steril (untuk kultur
kuman).
d. Pemakaian antikoagulan atau pengawettepat
1. Pemeriksaan hematologi: K3 EDTA
2. Pemeriksaan hemostasis: sodium citrate
3. Urine 24 jam: thimol 1 g/L
e. Identitas benar sesuai dengan data pasien
Sebelum pengambilan spesimen, periksa formulir permintaan laboratorium.
Identitas pasien harus ditulis dengan benar (nama, umur, jenis kelamin,
nomor rekam medis, dsb) disertai diagnosa atau keterangan klinis. Periksa
apakah identitas ditulis dengan benar sesuai dengan pasien yang akan
diambil spesimen. Tanyakan persiapan yang telah dilakukan oleh analis,
misalnya diet, puasa. Tanyakan juga mengenai obat – obatan yang
dikonsumsi, minum alkohol, merokok, dll. Catat apabila pasien telah
mengkonsumsi obat-obatan tertentu, merokok, minum alkohol, pasca
tranfusi, dsb. Catatan ini nantinya harus disertai pada lembar hasil
laboratorium. Faktor–faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
antara lain:
1. Makan dan minum
Makan dan minum dapat memengaruhi hasil pemeriksaan pada
beberapa jenis pemeriksaan, baik secara langsung maupun tidak
langsung, misalnya pemeriksaan gula darah puasa (GDP) dan trigliserida,
pemeriksaan LED, aktifitas enzim, besi dan trace element. Pemeriksaan
ini dipengaruhi secara tidak langsung oleh makanan dan minuman karena
makanan dan minuman akan memengaruhi reaksi dalam proses
pemeriksaan sehingga hasilnya menjadi tidak benar. Obat-obatan yang
diberikan baik secara oral maupun cara lainnya akan menyebabkan
terjadinya respon tubuh terhadap obat tersebut. Obat-obatan yang sering
68
digunakan dan dapat memengaruhi pemeriksaan dapat dilihat pada table.
Tabel daftar obat–obatan yang berpengaruh terhadap pemeriksaan laboratorium.
2. Aktifitas fisik
Aktifitas fisik dapat menyebabkan antara lain terjadinya:
a. Peningkatan penggunaan glukosa oleh jaringan mengakibatkan
meningkatnya kadar gula darah dan perbedaan yang besar antara
kadar gula darah arteri dan vena
b. Perubahan kadar substrat dan enzim
Contoh: konsentrasi gas darah, kadar asam urat, kreatinin, CK,
69
LED, Hb, hitung sel darah dan produksi urine
3. Demam
Pada waktu demam, akan terjadi:
a. Peningkatan gula darah sebagai akibat meningkatnya pelepasan
insulin.
b. Penurunan kadar kolesterol dan trigliserida. Pada awal demam
terjadinya peningkatan metabolism dan terjadiny apeningkatan
asam lemak bebas dan benda-benda keton karena penggunaan
lemak yang meningkat pada demam yang sudah lama.
c. Lebih mudah menemukan parasite malaria dalam darah.
d. Terjadi reaksi yang akan menyebabkan kenaikan titerwidal.
e. Kemungkinan hasil positif kultur darah lebih besar.
4. Trauma
Trauma dengan luka perdarahan akan menyebabkan antara lain
terjadinya penurunan kadar substrat maupun aktifitas enzim yang diukur
termasuk Hb, hematokrit, dan produksi urine, hal ini disebabkan karena
terjadinya pemindahan cairan tubuh ke dalam pembuluh darah sehingga
mengakibatkan terjadinya pengenceran darah. Pada tingkat lanjut akan
terjadi peningkatan kadar ureum dan kreatinin serta enzim-enzim yang
berasal dariotot
6. Umur
Umur berpengaruh terhadap kadar dan aktifitas zat dalam darah.
Hitung eritrosit dan kadar Hb jauh lebih tinggi pada neonatus daripada
dewasa. Fosfatase alkali, kolesterol total dan kolesterol LDL akan
berubah dengan pola tertentu sesuai dengan pertambahan umur.
7. Ras
Jumlah leukosit orang kulit hitam Amerika lebih rendah dari pada
orang kulit putihnya. Demikian juga dengan aktifitas CK. Keadaan serupa
dijumpai pada ras bangsa lain seperti perbedaan aktifitas amilase kadar
vitamin B12 dan lipoprotein
9. Kehamilan
Bila pemeriksaan dilakukan pada pasien hamil, sewaktu
interpretasi hasil perlu mempertimbangkan masa kehamilan wanita
tersebut. Pada kehamilan akan terjadi hemodilusi (pengenceran darah)
yang dimulai pada minggu ke- 10 kehamilan dan terus meningkat sampai
minggu ke-35 kehamilan. Volume urine akan meningkat 25% pada
71
trimester ke-3. Selama kehamilan akan terjadi perubahan kadar hormon
kelenjar tiroid, elektrolit, besi feritin, protein total, albumin, lemak,
aktifitas fosfatase alkali dan faktor koagulasi serta laju endap darah.
a. Pemberian identitas
Pemberianidentitaspasiendanatauspesimenmerupakanhalyangpenting
baik pada saat pengisian surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan,
pendaftaran, pengisian label wadah spesimen maupun pada formulir hasil
pemeriksaan. Pada waktu pemberian identitas ini dapat terjadi kekeliruan,
terutama pada laboratorium dengan jumlah pasien atau spesimen yang
banyak. Pada surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
sebaiknya memuat secara lengkap:
1. Tanggal permintaan
2. Tanggal dan jam pengambilan
b. Penerimaan spesimen
Bagian penerimaan specimen harus memeriksa kesesuaian antara
spesimen yang diterima dengan permintaan formulir pemeriksaan dan
mencatat kondisi specimen tersebut pada saat diterima. Hal-hal yang perlu
dicatat yaitu, warna, kekeruhan, bau, konsistensi dan lain-lain. Spesimen
yang tidak sesuai atau tidak memenuhi syarat hendaknya ditolak.
c. Pengambilan spesimen
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Waktu pengambilan
73
2. Volume spesimen
3. Cara pengambilan spesimen
4. Lokasi pengambilan spesimen
5. Peralatan untuk pengambilan spesimen
d. Antikoagulan
Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah
pembekuan darah. Jenis anti koagulan yang digunakan harus disesuaikan
dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Volume darah yang ditambah juga
harus tepat.
Table penggunaan tabung antikoagulan
Jenis
Spesimen Pemeriksaan
antikoagulan/ pengawet
K3 EDTA Darah Hematologi, Hba1c,
Dll
Sodium citrate Darah Hemostasis (PT,
APTT)
Lithium heparin Darah AGD, D-Dimer
Thymol Urin Elektrolit urin, CCT
NaF Darah Glukosa darah
75
3. Menampung spesimen dahak penting untuk mendapatkan sekret
bronkial dan bukan ludah atau secret hidung Sediakan wadah yang
bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun, mudah
dibuka, mudah ditutup, dan bermulut lebar. Untuk pewarnaan BTA,
jangan gunakan wadah yang mengandung bercak lilin atau minyak,
sebab zat ini dapat dilihat sebagai bitnik-bintik tahan asam dan
dapat menyulitkan penafsiran. Sebelum mengambil spesimen,
penderita diminta berkumur dengan air, bila mungkin gosok gigi
terlebih dahulu. Bila memakai gigi palsu, sebaiknya dilepas dulu.
Pada saat pengambilan spesimen, penderita berdiri tegak atau
duduk tegak.
76
1. Natrium meningkat pada infussaline
2. Kalium meningkat pada infus K, Cl
3. Glukosa meningkat pada infus dextrose
4. PT, APTT memanjang pada infus heparin
5. Kreatinin, fosfat, LDH, SGOT, SGPT, hemoglobin, hematokrit,
leukosit, trombosit, eritrosit menurun pada semua jenis infus
e. Homogenisasi darah dengan anti koagulan yang tidak sempurna atau
keterlambatan hemogenisasi menyebabkan terbentuknya bekuan darah
Pemeriksaan identitas pasien dan atau spesimen adalah tahapan yang harus
dilakukan karena merupakan hal yang sangat penting. Pemberian identitas meliputi
pengisian data untuk barcode yang akan ditempel pada formulir permintaan
pemeriksaan laboratorium dan pemberian label barcode pada wadah spesimen.
Keduanya harus cocok. Pemberian identitas ini setidaknya memuat nama pasien,
78
nomor rekam medis, tanggal lahir pasien, serta tanggal pengambilan. Kesalahan
pemberian identitas dapat merugikan dan membahayakan keselamatan pasien.
Prosedur identifikasi pasien sadar / pasien rawat jalan adalah dengan menanyakan
nama dan umur / tanggal lahir pasien sambal dicocokkan dengan MR yang ada
pada barcode pasien. Pada pasien rawat inap/tidak sadar identifikasi dilakukan
dengan cara melihat nama, tanggal lahir dan MR yang ada pada gelang identitas
pasien. Tidak boleh melakukan identifikasi pasien dengan melihat identitas pada
bed atau identitas pada kantong infus.
1. Menyimpan specimen dalam lemari es dengan suhu 2-8 oC, suhu kamar,
suhu -20 oC, suhu -70 oC atau suhu -120 oC jangan sampai terjadi beku
ulang
2. Untuk jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma atau serum,
maka plasma atau serum dipisahkan dulu baru kemudian disimpan
3. Penyimpanan dalam wadah tertutup, dilapisi kertas parafilm, diberi label
yang jelas dan disusun dengan rapi sesuai tanggal pemeriksaan di dalam
kulkas sampel
4. Apabila stabilitas sampel telah dilewati maka sampel yang disimpan wajib
dikeluarkan dan dibuang sesuai prosedur pembuangan limbah infeksius
5. Memberi bahan pengawet pada spesimen
6. Menyimpan formulir permintaan laboratorium ditempat tersendiri. Waktu
penyimpanan spesimen dan suhu yang disarankan:
a. Kimia klinik : 1 minggu dalam refrigerator
b. Immunoserologi : 1 minggu dalam refrigerator
80
c. Hematologi : 1 hari pada suhu kamar
d. Koagulasi : 1 hari dalam refrigerator
Tahap analitik
Tahap dimana bahan pemeriksaan siap untuk diproses di laboratorium.
Terdapat 4 faktor yang memengaruhi hasil pemeriksaan yaitu:
a. Pemeriksaan
1. Pemeriksa harusterlatih
2. Pemeriksa bekerja harus sesuai standar prosedur pemeriksaan yang telah
ditetapkan laboratorium
3. Tidak boleh butawarna
81
b. Reagen
1. Perhatikan tanggal pembuatan, tanggal pemakaian pertama kali dan
kadaluarsa, tanggal pembelian dan penggunaan reagen
2. Reagen disimpan pada suhu yang sesuai dengan petunjuk penyimpanan
dari pabrik masing-masing reagen
3. Pada saat akan digunakan reagen sesuai jumlah yang dibutuhkan
c. Alat baca
1. Untuk mengurangi kesalahan pembacaan hasil pemeriksaan gunakan alat
baca semi otomatik/full automatic untuk meningkatkan ketelitian,
ketepatan dan hasil yang dikeluarkan lebih cepat
2. Gunakan stabilizer untuk mengurangi kesalahan yang mungkin terjadi
akibat perubahan tegangan listrik yang akan memengaruhi pembacaan
3. Pemeliharaan alat harian, mingguan, dan bulanan atau berkala lainnya
4. Kalibrasi alat
5. Kalibrasi dilakukan pada:
a. Pertama kali alat akan dipakai
b. Setelah alat diperbaiki
c. Bila pada pengontrolan tidak didapatkan hasil yang sesuai walaupun
telah digunakan reagen dan kontrol yang baru.
d. Penggunaan bahan kontrol
Untuk menjamin ketepatan hasil pemeriksaan kimia urine pada tahap
analitik perlu pengontrolan menggunakan bahan kontrol urine yang dilakukan
setiap hari sebelum pemeriksaan dimulai. Bahan kontrol digunakan:
1. Setiap hari pada shift malam
2. Pertama kali reagen baru digunakan
3. Pertama kali alat baca digunakan atau setelah diperbaiki
Jenis bahan kontrol: bahan kontrol abnormal rendah, normal, dan abnormal
tinggi
2–8 oC, tutup dengan parafilm jika akan digunakan, diamkan dahulu
pada suhu kamar sampai tercapai suhu yangdiinginkan
4. Stabilitas bahan kontrol setelah dilarutkan bervariasi, umumnya jika
B. Analitik
Tahap analitik yaitu tahap mulai dari mengelola spesimen, mengkalibrasi
peralatan laboratorium sampai dengan menguji ketelitian ketepatan menggunakan
bahan kontrol. Tindakan pemantapan mutu internal yang harus dilaksanakan pada
tahap analitik adalah sebagai berikut:
85
a. Etiket/label wadah reagen
Umumnya pada reagen komersial sudah tercantum nama atau kode bahan,
tanggal produksi dan batas kadaluarsa serta nomor batch reagen tersebut.
b. Batas kadaluarsa
Perhatikan batas kadaluarsanya. Masa kadaluarsa yang tercantum pada
kemasan reagen yang disimpan pada kondisi baik dan belum pernah dibuka.
Reagen yang sudah pernah dibuka mempunyai masa kadaluarsa lebih pendek
dari reagen yang belum dibuka.
c. Keadaan fisik reagen
Kemasan harus dalam keadaan utuh, tidak mengeras dan tidak ada perubahan
warna.
d. Kesesuaian antara reagen yang dipesan dengan jenis reagen yang datang.
1. Penyimpanan reagen
Penyimpanan reagen padad asarnya harus mengikuti ketentuan
yangberlaku untuk tiap jenis reagen antara lain:
a. Tutuplah botol waktu penyimpanan
b. Tidak boleh terkena sinar matahari langsung
c. Beberapa reagen ada yang harus disimpan dalam botol berwarna gelap
d. Beberapa reagen tidak boleh diletakkan pada tempat yang tidak
berdekatan satu sama lainnya.
e. Bahan–bahan yang berbahaya diletakkan di bagian bawah/lantai dengan
label tanda bahaya.
2. Pencampuran
Beberapa reagen memerlukan pencampuran satu dengan yang lain
atau pengenceran dengan aquadest sebelum digunakan. Reagen yang belum
dilarutkan sifatnya lebih stabil.
3. Cara pemakaian
Umumnyasetiapreagenkomersialdilengkapipetunjukcarapemakaiany
ang dibuat oleh produsen. Cara pemakaian ini biasanya berbeda dari satu
produsen denganprodusenlaindantidakbolehdiubahataudimodifikasi.
86
larutan pewarna ziehl nelseen)
b. Jika reagen sudah mendekati kadaluarsa
c. Bila ditemukan atau terlihat tanda–tanda kerukasan (timbul
kekeruhan, perubahan warna, timbul endapan, dll)
d. Bila terdapat kecurigaan terhadap hasil pemeriksaan
e. Setiap kali batch larutan kerja dibuat
Pengujian kualitas dapat dilakukan dengan:
87
b. Serum reaktif yang lemah (kontrol sensitifitas)
c. Serum reaktif yang kuat (kontrol titrasi)
d. Titer seluruh serum control harus selalu dicatat uji kualitas
antigen dan Uji kualitas antibodi:
1. Uji kualitas antigen
a. Uji biokimia
b. Uji fisika–kimia
c. Uji aglutinasi
d. Uji titrasi
e. Uji kemurnian
2. Uji kualitas antibodi
a. Uji aglutinasi
b. Uji titrasi
c. Uji dengan berbagai antigen atau larutan NaCl
Penilaian hasil pemeriksaan bahan kontrol sehari-hari memakai aturan Westgard
(Westgard multirules quality control).
88
b. Hasil control level lainnya pada saat dikerjakan hasil berbarengan (with
in run). Jika kontrol level yang lain berada dalam batas 2SD, maka kita
dapat menggunakan instrument untuk pelayanan pasien. Jika control
level yang lain berada di luar batas 2SD yang sama (sama-sama 2SD
atau sama-sama -2SD) maka kita harus menyelesaikan masalah tersebut
sebelum menggunakannya. Terjadi penyimpangan hasil pemeriksaan
bahan control sehingga perlu diteliti lagi prosedur pemeriksaannya
tetapi tetap belum perlu dilakukan pemeriksaan ulang. Kita tidak
menggunakan aturan 1–2S sendirian untuk menolak suatu run. Kita
harus mengkombinasikannya dengan aturan lain misalnya 2-2S.
2. Aturan 1-3S
Bila ini adalah aturan–aturan dari Westgard Multirules apabila menggunakan tiga
level control.
2. Aturan 31S
Apabila 3 kontrol berturut–turut melewati batas 1SD yang sama, kita
menyatakan kontrol tidak masuk. Kita perlu membenahinya sebelum instrumen
dapat kita gunakan untuk pelayanan pasien.
90
3. Aturan 6x
Apabila 6 kali kontrol berturut-turut selalu berada pada sisi yang sama terhadap
rerata, kita menyatakan kontrol tidak masuk. Kita perlu membenahinya
sebelum instrument dapat kita gunakan untuk pelayanan pasien. Aturan ini pun
dapat kita modifikasi menjadi aturan 9x sehingga dibutuhkan lebih banyak
control sebelum kita menolak suatu run.
4. Aturan 7T
Apabila 7 (tujuh) kontrol berturut–turut memiliki tren untuk menjauhi rerata
kearah yang sama, kita menyatakan kontrol tidak masuk. Kita perlu
membenahinya sebelum instrument dapat kita gunakan untuk pelayanan pasien.
I. Tindakan Harian
Kecenderungan atau pola harus diperiksa tiap hari. Jika hasil pada hari yang
bersangkutan menunjukkan ada pola tertentu atau ada di luar batas kontrol maka
pengujian harus di ulang dan dilakukan investigasi.
C. Pasca Analitik
Tahap pasca analitik yaitu tahap mulai dari mencatat hasil pemeriksaan, interpretasi
hasil sampai dengan palaporan. Tindakan pemantapan mutu internal yang harus
dilaksanakan pada tahap pasca analitik adalah sebagai berikut:
a. Tahap Pencatatan Dan Pelaporan Hasil
Kegiatan pencatatan dan pelaporan harus dilaksanakan dengan cermat dan
teliti karena dapa tmemengaruhi hasil pemeriksaan dan dapat mengakibatkan
kesalahan dalam penyampaian hasil pemeriksaan. Pemakaian Laboratory
Information System (LIS) untuk pemeriksaan yang dilakukan pada alat otomatis
sangat dianjurkan karena dapat mengurangi kesalahan pelaporan hasil karena
kesalahan identifikasi sampel atau kesalahan dalam penyampaian hasil
pemeriksaan. Hal–hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Kesesuaian aturan pencatatan dan pelaporan hasil dengan pasien/spesimen
yang sesuai.
2. Penulisan angka dan satuan yang digunakan.
3. Umumnya hasil pemeriksaan berupa kalimat–kalimat singkat. Khusus
mengenai angka, pada pelaporannya perlu disesuaikan mengenai desimal
angka dan satuan yang digunakan terhadap keperluan pasien maupun
terhadap nilai normal. Bila diperlukan suatu angka bulat, cukup dilaporkan
91
dalam angka bulat, tanpa desimal di belakang koma. Satuan yang digunakan
sebaiknya adalah satuan Internasional.
Nilai normal untuk setiap tes pemeriksaan harus dicantumkan pada setiap
lembaran hasil tes yang diminta, nilai normal ini dapat digunakan sebagai acuan
untuk menentukan hasil yang dilaporkan dari pemeriksaan berada dalam batas
normal atau di luar batas normal dan dianggap kritis untuk dapat segera
dilaporkan kepada klinisi. Petugas laboratorium yang bertugas melaporkan hasil
kritis kepada dokter yang meminta tes laboratorium/dokter umum yang bertugas
jaga pada saat itu / perawat yang sedang berdinas saat itu. Petugas yang
melaporkan adalah analis laboratorium yang jaga pada shift tersebut dengan
berkoordinasi dengan penanggung jawab shift. Apabila nilai kritis dilaporkan ke
dokter umum atau perawat yang bertugas pada saat itu, maka dokter tersebut harus
mendokumentasikan hasil pelaporan tersebut dalam rekam medis pasien dalam
catatan terintegrasi pasien. Petugas laboratorium harus mencatat pelaporan hasil
kritis pemeriksaan, mencakup nama petugas laboratorium yang melaporkan, jam
dan tanggal pelaporan, nama dokter yang meminta laporan dan stempel readback
pada formulir pemeriksaan. Petugas laboratorium yang akan melaporkan nilai
kritis kepada dokter yang meminta pemeriksaan terlebih dahulu harus melakukan
verifikasi terhadap hasil pemeriksaan tersebut antara lain dengan mengecek
kelayakan/ kondisi sampel, melihat keterangan klinis pasien, hasil pemeriksaan
sebelumnya, pengerjaan in duplo bila diperlukan, konfirmasi manual atau
konsultasi dengan dokter penanggung jawab laboratorium (SpPK). Setelah proses
verifikasi selesai dilakukan, maka petugas laboratorium yang melakukan
pemeriksaan wajib melaporkan nilai kritis tersebut kepada dokter yang meminta
atau kepada dokter jaga dalam waktu segera mungkin dengan menggunakan
93
“SBAR” situation, background, assesment and recommendation. Pelaporan nilai
kritis oleh petugas laboratorium diawali dengan menyebutkan salam dan
menyebutkan identitasdiri petugas (nama, jabatan, dari bagian laboratorium) dan
menyebutkan nama tes laboratorium yang akan dilaporkan. Petugas laboratorium
menyebutkan nama pasien, umur, MR, asal/bangsal, keterangan klinis pasien yang
signifikan secara singkat dan jelas dan dilanjutkan dengan pembacaan hasil tes,
lengkap dengan satuan dan nilai rujukan. Petugas laboratorium dan dokter atau
perawat yang menerima laporan melaksanakan prosedur read back. Read back
yaitu membacakan kembali hasil kritis laboratorium yang memengaruhi suatu
pengobatan. Lakukan stempel read back yang diisi lengkap dan telah diparaf oleh
yang melakukanread back pada formulir permintaan laboratorium. Petugas
laboratorium wajib mencatat saran atau rekomendasi yang diberikan oleh dokter
yang menerima laporan di formulir permintaan seperti permintaan pengulangan
pemeriksaan dengan sampel baru, pemeriksaan tambahan sebagai lanjutan hasil
pemeriksaan atau permintaan konfirmasi ke laboratorium rujukan.
94
DAFTAR NILAI KRITIS LABORATORIUM METRO HOSPITALS M. TOHA
Hasil laboratorium dengan nilai kritis adalah hasil pemeriksaan laboratorium
pasien yang nilainya kurang dari batas bawah atau lebih dari batas atas nilai
rujukan.
KRITIS KRITIS
NAMA TEST BAWAH ATAS SATUAN SAMPEL
(Kurang dari) (Lebih dari)
HEMATOLOGI
Hemoglobin 7.03 20.03 g/dl Vena EDTA
Hemoglobin (Neonatus) 6.04 24.04 g/dl Vena EDTA
Natrium Serum/
1205 1605 mEq/L
plasma
Serum/
Kalium 3.05 6.15 mEq/L
plasma
Kalium (Neonatus/ CKD) 3.33 7.13 mEq/L Serum/
95
plasma
Magnesium 1.53 5.03 mEq/L Serum
Billirubin - 176 mg/dl Serum
Troponin T - 1003 ng/Ml Heparin
PH 7.24 7.64 Tidak ada Arteri
PCO2 204 704 mm Hg Arteri
PO2 404 - mm Hg Arteri
Sumber:
1. Torres C, allergo L, Silva Cd, Junior M, Barros S, Villacham R, et al. Imlementation, validation and
review of a critical values list in a cardiac emergency room. J Bras Patol Med Lab. 2014;50(50):332-8
2. Mangukiya SJ, tailor PB, Patel SM, Patel R, Soni K. Analysis of Laboratory Critical Value Reporting
Pattern at clinical biochemistry laboratory of Tertiary health care Center. Int Jof Bio Adv
Res.2015;6(8):617-22.
3. Parrish Medical Center. Clinical Laboratory Critical value list, Revised January 2017
Daftar nilai kritis di atas adalah hasil rapat bagian laboratorium dengan
klinisi (dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis anak, dokter spesialis
paru, dokter spesialis anastesi, dokter spesialis bedah, dokter spesialis saraf,
dokter spesialis kebidanan). Evaluasi nilai kritis dilakukan 1 (satu) tahun sekali.
96
DEKOMENTASI/ARSIP
Setiap laboratorium harus mempunyai sistem dokumentasi yang lengkap.
Hasil suatu kegiatan pencatatan dan pelaporan haruslah berupa dokumen yang
sifatnya lengkap, jelas dan mudah dimengerti serta tidak melupakan efisiensi
waktu penyimpanan dokumen tersebut kepada peminta pemeriksaan. Perlu pula
disediakan buku ekspedisi di dalam dan di luar laboratorium. Kasus tertukar dan
hilangnya specimen dapat terjadi baik dalam transportasi di dalam maupun di luar
laboratorium sehingga hal ini harus dihindari.
Prinsip kegiatan PME sendiri untuk menilai kemampuan alat dalam memberikan hasil yang
teliti dan akurat dengan mengirimkan bahan kontrol secara priodik ke laboratorium –
laboratorium yang menggunakan alat tersebut.
97
C. Sasaran Mutu Laboratorium
Sasaran mutu laboratorium Metro Hospitals M. Toha adalah:
1. Pelaporan nilai kritis ≤ 30 menit. Target pencapaian 100%.
2. Turn around time (TAT) Analisa Gas Darah ≤ 30menit. Target pencapaian 100%.
3. Turn around time (TAT) hematologi rutin ≤ 30 menit. Target pencapaian 100%.
4. Turn around time (TAT) hematologi dan kimia klinik ≤ 140 menit. Target pencapaian
100%.
Sasaran mutu laboratorium dihitung setiap bulannya dan dievaluasi setiap triwulan melalui rapat
mutu.
98
BAB IX
PENUTUP
Pedoman pelayanan laboratorium Metro Hospitals M. Toha ini memuat uraian mengenai
aspek–aspek yang harus diperhatikan dan dilaksanakan di setiap pelayanan laboratorium.
Pelaksanaan pelayanan laboratorium secara benar dan konsisten akan meningkatkan mutu
pelayanan dan mutu pemeriksaan. Peningkatan mutu pelayanan laboratorium secara langsung akan
meningkatkan mutu pelayanan laboratorium kesehatan. Pedoman pelayanan instalasi laboratorium
Metro Hospitals M. Toha ini dibuat supaya dapat dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan
pelayanan laboratorium. Pedoman ini sangat penting artinya karena semua standar dari aspek yang
ada di laboratorium yaitu aspek sarana dan prasarana serta standar mutu. Dengan demikian
laboratorium klinik akan dapat memberikan pelayanan yang lebih efisien, sistematis, dan benar
sehingga kualitas fungsinya yaitu fungsi pelayanan, pendidikan dan pelatihan menjadi optimal.
Optimalisasi fungsi laboratorium klinik sangat erat hubungannya dengan keputusan pengguna jasa,
kesejahteraan karyawan, pengembangan rumah sakit sehingga tercapai apa yang dicita–citakan.
Ditetapkan di Tangerang
Pada Tanggal
Direktur
99
DAFTAR PUSTAKA
1. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, Dirjen PPM & PL dan Dirgen Pelayanan
Medik 2002
2. Pedoman Praktis Laboratorium Kesehatan yang benar (Good Laboratory Practice), dirjen
Bina Pelayanan Medik tahun2008
3. Materi Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, Diklat tingkat dasar PPI tahun 2012
4. Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Klinik 2010, Bagian Patologi Klinik Fakultas
Kedokteran UGM
5. Petunjuk Pelaksanaan Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Kesehatan Depkes RI 1997
6. Pedoman Pengelolaan Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) Dirjen Bina Pelayanan Medik
Depkes RI 2008
100