Anda di halaman 1dari 100

PEDOMAN PELAYANAN

INSTALASI LABORATORIUM

RUMAH SAKIT
METRO HOSPITALS M.Toha
TAHUN 2022
PERATURAN DIREKTUR METRO HOSPITALS M. TOHA
NOMOR : 0012/PERDIR/MHMT/II/2022

TENTANG
PENETAPAN BUKU PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI LABORATORIUM METRO HOSPITALS M. TOHA

DIREKTUR METRO HOSPITALS M. TOHA

MENIMBANG : a. Dalam rangka menyelenggarakan pelayanan laboratorium yang


bermutu dan mengutamakan keselamatan pasien, perlu
ditetapkan pedoman pelayanan Instalasi laboratorium
b. Bahwa sehubung dengan hal tersebut diatas, maka perlu adanya
penetapan terhadap pedoman pelayanan Instalsi Laboratorium

MENGINGAT : 1. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009


tentang Pelayanan Publik;
2. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan;
3. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
4. Undang – undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1980 tentang Transfusi
Darah;
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269 Tahun 2008
tentang Laboratorium;
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 657 Tahun 2009
tentang Pengiriman dan penggunaan spesimen Klinik, Materi
biologik dan Muatan Informasinya;
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 Tahun 2013 tentang
Cara Penyelenggaraan Laboratorium Klinik yang Baik;
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 83 Tahun 2014 tentang
Unit Transfusi Darah, Bank Darah Rumah Sakit dan Jejaring
Pelayanan Transfusi Darah;
10. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 91 Tahun 2015 tentang
Standar Pelayanan Transfusi Darah;
11. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 66 Tahun 2016 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
12. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
13. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 622 Tahun 1992

2
tentang Kewajiban Pemeriksaan HIV pada Donor Darah;
14. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 432 Tahun 2007
tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) di Rumah Sakit;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pelayanan
Darah;
16. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
17.Keputusan Mentri Kesehatan NO. 631/MENKES/SK/IV/2005
tentang Pedoman Peraturan Internal Staf Medis;
18.Keputusan Mentri Kesehatan NO. 298/MENKES/SK/III/2008
tentang Pedoman Akreditasi Laboratorium Kesehatan;

MEMUTUSKAN
Menetapkan
KESATU Pedoman Pelayanan Instalasi Laboratorium Metro Hospitals M. Toha
KEDUA Buku Pedoman ini menjadi acuan bagi Instalasi laboratorium dalam
melaksanakan tugas;
KETIGA Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan bahwa
segala sesuatunya akan ditinjau lagi dan diperbaiki kembali
sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini;

Ditetapkan di Tangerang
Pada Tanggal
Direktur

dr Feirlita Kuswandi, MPH

3
KATA PENGANTAR

Pedoman Pelayanan Instalasi Laboratoriumini memuat acuan dan ketentuan untuk


operasional Instalasi Laboratorium dalam menjalankan tugasnya. Pedoman ini diharapkan dapat
membantu anggota Instalasi Laboratorium dalam menyiapkan dan melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya.
Seiring dengan berkembangnya pengetahuan di bidang laboratorium kesehatandan
standarisasi peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang senantiasa mengalami perubahan yang
begitu cepat, tentunya buku pedoman ini akan memerlukan penyesuaian dan perbaikan terus
menerus.
Kami sebagai penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan pedoman
ini. Untuk itu kami sangat mengharapkan masukan atau kritikan serta saran untuk penyempurnaan
pedoman ini.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih bagi semua pihak terkait yang telah memberikan
banyak masukan dalam penyusunan pedoman ini.

Ditetapkan di Tangerang
Pada Tanggal
Direktur

dr Feirlita Kuswandi, MPH

4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................4

DAFTAR ISI.............................................................................................................................5

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................6

A. Latar Belakang..............................................................................................................6

B. Tujuan Pedoman.............................................................................................................8

C. Ruang Lingkup Pelayanan.............................................................................................8

D. Batasan Operasional.......................................................................................................9

E. Landasan Hukum..........................................................................................................10

BAB II STANDAR KETENAGAAN....................................................................................12

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia..............................................................................12

B. Distribusi Ketenagaan..................................................................................................15

C. Pengaturan Jaga............................................................................................................16

BAB III STANDAR FASILITAS..........................................................................................18

A. Denah Ruangan............................................................................................................18

B. Standar Fasilitias..........................................................................................................18

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN.........................................................................24

A. Kebijakan Pelayanan Insatalasi.…...…………………………………………….…...24

C. Tata Laksana…………………………………………………………………………24

BAB V LOGISTIK.................................................................................................................40

BAB VI KESELAMATAN PASIEN....................................................................................43

BAB VII KESELAMATAN KERJA....................................................................................46

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU..................................................................................65

BAB IX PENUTUP................................................................................................................99

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................100

5
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR
METRO HOSPITALS M. TOHA
NOMOR : 0012/PERDIR/MHMT/II/2022
TANGGAL : 25 FEBRUARI 2022

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI LABORATORIUM

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi yang
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Peningkatan derajat
kesehatan yang optimal merupakan salah satu unsur dari pada kesejahteraan umum.
Kementerian kesehatan berupaya meningkatkan kemampuan semua sarana kesehatan agar
mampu memberikan pelayanan kesehatan maupun pelayanan medik secara terpadu, merata,
berhasil guna dan berdayaguna.
Pelayanan laboratorium di Rumah Sakit merupakan bagian dari pelayanan kesehatan
yang mampu melaksanakan pemeriksaan dalam arti kualitatif dan kuantitatif dan harus
memberikan hasil pemeriksaan yang bermutu sehingga dapat dipercaya. Pelayanan yang
bermutu, cepat, tepat dan cermat hanya dapat terwujud apabila laboratorium didukung oleh
sarana dan prasarana yang memadai dan berfungsi dengan baik, serta didukung pula oleh
petugas yang professional dan pelaksanaan yang terdidik dan sadar akan tanggung jawab yang
dipikulnya.
Pelayanan kesehatan Rumah Sakit merupakan bagian integral yang tidak dapat
dipisahkan dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Tuntutan akan pelayanan kesehatan
yang bermutu semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya tingkat pendidikan dan
kesejahteraan masyarakat. Semakin pesat laju pembangunan, semakin besar pula tuntutan
masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Dengan demikian, pelayanan Rumah Sakit yang memadai, baik di bidang diagnostik
maupun pengobatan semakin dibutuhkan. Sejalan dengan itu maka pelayanan diagnostik yang
diselenggarakan oleh laboratorium klinik Rumah Sakit sangat perlu untuk ditingkatkan baik dari
segi kuantitas jenis pemeriksaan maupun kualitas pemeriksaan dan pelayanan.
Laboratorium klinik RS Metro Hospitals M. Toha menjalankan pelayanan terintegrasi
meliputi Laboratorium Patologi Klinik, Patologi Anatomi, Mikrobiologi Klinik dan Bank Darah
Rumah Sakit. Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik adalah laboratorium kesehatan yang
melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik, imunologi dan

6
serologi yang menunjang upaya diagnostik penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan. Laboratorium Patologi Anatomi berfungsi untuk membantu dokter dalam penegakkan
diagnosis, sebagai standar baku emas / “gold standard” dan untuk penatalaksanaan penderita
selanjutnya, yang terdiri dari pemeriksaan histologi dan sitologi. Pelayanan Laboratorium
Mikrobiologi Klinik berfungsi untuk mencegah kejadian peningkatan resistensi mikroba
terhadap berbagai antibiotik di rumah sakit, selai dapat menentukan diagnosa secara tepat peran
Laboratorium Mikrobiologi Klinik juga dapat mengetahui jenis mikroba yang paling sering
terlibat sebagai penyebab infeksi, dapat memilih antibiotik yang paling tepat untuk pengobatan,
dapat mengetahui jenis antibiotik yang paling sensitif terhadap bakteri serta dapat menegakkan
diagnosis multidrug resistant tuberculosis (MDR-TB). Pelayanan Bank Darah Metro Hospitals
M. Toha memberikan pelayanan atas tersedianya darah untuk transfusi yang aman, berkualitas
dan dalam jumlah yang cukup.
Akan tetapi dalam hal ini, ada beberapa parameter pemeriksaan yang tidak dapat
dikerjakan di laboratorium Metro Hospitals M. Toha atau jika dalam kondisi alat – alat Instalasi
Laboratorium sedang mengalami kendala maka pemeriksaan dirujuk ke Laboratorium di luar
rumah sakit (Laboratorium rujukan) yang bekerja sama dengan Laboratorium Metro Hospitals
M. Toha, yang dipilih berdasarkan rekomendasi dari kepala Instalasi Laboratorium dengan
pemilihan berdasarkan reputasi yang baik, memiliki izin klinik sesuai dengan perundang –
undangan yang berlaku, terakreditasi dan memiliki program pemantapan mutu secara
berkesinambungan.
Dalam melaksanakan kegiatannya, laboratorium klinik harus berlandaskan pada undang–
undang dan peraturan yang berlaku. Peraturan menteri kesehatan nomor
441/Menkes/Per/III/2010 tentang laboratorium klinik merupakan salah satu peraturan
pemerintah yang mengatur tentang semua aspek laboratorium klinik dan dapat dijadikan sebagai
salah satu pedoman dalam menyelenggarakan pelayanan laboratorium.
Untuk dapat melakukan fungsinya, Instalasi Laboratorium membutuhkan banyak jenis
tenaga dengan kompetensi khusus, berbagai teknologi pemeriksaan dan alat–alat mulai dari yang
paling sederhana sampai yang tercanggih, membutuhkan berbagai jenis reagensia untuk semua
jenis pemeriksaan, bekerjasama dengan berbagai pihak yang mendukung kegiatan laboratorium
seperti perawat, farmasi, logistik dan distributor alat laboratorium.
Instalasi Laboratorium mempunyai dua pelanggan utama yaitu pasien sebagai pelanggan
eksternal dan dokter sebagai pelanggan internal. Merupakan kewajiban bagi Instalasi
Laboratorium untuk memberikan pelayanan yang bermutu, adekuat, teratur, baik dan terus
menerus kepada setiap pelanggannya. Untuk meningkatkan mutu pelayanan, Instalasi
Laboratorium yang terdapat di seluruh rumah sakit perlu dikelola dengan menggunakan prinsip–
prinsip manajemen yang tepat. Dipimpin dan diarahkan olehorang– orang yang sesuai
kualifikasinya, berkompeten dan profesional.
Upaya meningkatkan mutu pelayanan Instalasi Laboratorium merupakan serangkaian
kegiatan yang komprehensif dan integral yang menyangkut struktur, proses dan outcome secara
objektif, sistematik dan berlanjut, memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan
terhadap pasien, dan memecahkan masalah–masalah yang terjadi sehingga pelayanan Instalasi
Laboratorium yang diberikan berdaya guna dan berhasil guna.
Sasaran upaya meningkatkan mutu pelayanan Instalasi Laboratorium di rumah sakit
adalah meningkatkan kepuasan pelanggan (pasien, dokter dan pemakai jasa laboratorium
lainnya), meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan laboratorium, dan efisiensi
7
penggunaan sumber daya yangdimiliki.
Cakupan kegiatan peningkatan mutu meliputi seluruh kegiatan teknis Instalasi
Laboratorium. Kegiatan teknis laboratorium meliputi seluruh kegiatan pra-analitik, analitik dan
pasca-analitik. Kegiatan yang berkaitan dengan administrasi meliputi pendaftaran
pasien/spesimen, dan pelayanan hasil pemeriksaan. Sedangkan kegiatan yang bersifat manajerial
meliputi pemberdayaan sumber daya yang ada, termasuk didalam nya adalah penatalaksanaan
logistik dan pemberdayaan sumber daya manusia (SDM).
Instalasi Laboratorium klinik juga harus menerapkan prinsip–prinsip keselamatan dalam
memberikan pelayanannya. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (Safety) yang
ada di rumah sakit, yaitu: keselamatan pasien (Patient safety), keselamatan pekerja dan petugas
kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak
terhadap pencemaran lingkungan. Instalasi Laboratorium sangat berkepentingan dengan kelima
isu keselamatan ini karena laboratorium bekerja menggunakan bahan dan alat yang dapa
tmenyebabkan kecelakaan baik terhadap pasien maupun petugas, mengolah spesimen infeksius
dan menghasilkan berbagai bahan limbah berbahaya.
Dengan melihat kompleksitas kerja laboratorium yang sarat dengan risiko bahaya dan
keselamatan di satu sisi, sementara laboratorium harus memberikan pelayanan laboratorium
yang baik kepada pengguna jasa laboratorium di sisi lainnya, maka perlu disusun pedoman
dalam pelaksanaan pelayanan laboratorium yang sesuai dengan standar nasional, undang –
undang dan pelayanan yang berlaku yang menjadi rambu – rambu bagi semua yang terlibat
dalam pelayanan laboratorium secara langsung maupun tidak langsung sehingga tujuan yang
diinginkan tercapai.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perlu dibuat standar pelayanan di laboratorium
yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan pelayanan yang
diberikan ke pasien di luar RS Metro Hospitals M. Toha pada umumnya dan pasien Rumah Sakit
Metro Hospitals M. Toha itu sendiri pada khususnya.
Dalam pedoman ini, terdapat pedoman tentang pembentukan laboratorium klinik, standar
ketenagaan, keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium klinik, pengadaan dan
pemeliharaan alat – alat dan reagensia, pemeriksaan dan pengolahan laboratorium, serta
pemeriksaan sampel rujukan dan kontrol mutu laboratorium. Berkaitan dengan hal tersebut
diatas, maka dalam melakukan pelayanan laboratorium di RS Metro Hospitals M. Toha harus
berdasarkan pedoman pelayanan laboratorium RS Metro Hospitals M. Toha.

B. Tujuan Pedoman
1. Umum
Pedoman Pelayanan Instalasi Laboratorium digunakan sebagai acuan dalam
melaksanakan pelayanan Instalasi Laboratorium terintegrasi yang berkualitas sehingga
pelayanan dapat berjalan dengan baik dan berstandar dan dapat memberikan hasil diagnosis
secepat mungkin kepada dokter pengirim.
2. Khusus

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan Instalasi Laboratorium adalah kegiatan di laboratorium sendiri
8
maupun kegiatan di unit – unit lain yang berhubungan dengan laboratorium. Unit tersebut adalah
unit yang menunjang kegiatan laboratorium seperti manajemen, komite medik, komite
penunjang, komite keperawatan, bagian logistik, farmasi, rumah tangga, sistem informasi rumah
sakit dan unit – unit yang memerlukan pelayanan laboratorium seperti unit gawat darurat dan
perawatan intensif, unit rawat inap dan rawat jalan. Bentuk kegiatan yang berkaitan dengan unit
yang menunjang kegiatan laboratorium adalah:
1. Perencanaan pemeriksaan laboratorium yang akan diberikan yang disesuaikan dengan
permintaan dokter (kebutuhan pasien) dan kemampuan rumah sakit.
2. Pengadaan sumber daya manusia yang kompeten dan peningkatan kemampuan petugas.
3. Pengadaan bahan pemeriksaan dan bahan habis pakai lainnya.
4. Pengadaan alat – alat pemeriksaan dan sistem informasi yang digunakan di laboratorium
5. Pemeliharaan dan kalibrasi alat
Ruang lingkup kegiatan laboratorium dan instalasi yang membutuhkan pelayanan
laboratorium adalah:
1. Pemberian pelayanan pemeriksaan laboratorium yang sesuai dengan prosedur /
kebijakan yang ditetapkan
2. Keamanan dan keselamatan kerja bagi petugas
3. Pengelolaan limbah
4. Kontrol mutu pemeriksaan laboratorium
5. Pelayanan laboratorium di luar rumah sakit (rujukan)
6. Pencatatan dan pelaporan

Ruang lingkup pemeriksaan laboratorium patologi klinik, meliputi:


Pemeriksaan hematologi, kimia klinik, imunoserologi, urinalisa, analisa feses, analisa
cairan tubuh, pemeriksaan penyaring hemostasis, parasit sederhana yang melayani pasien yang
berasal dari RS Metro Hospitals M. Toha dan pasien rujukan dari rumah sakit lain.

Ruang lingkup pemeriksaan Mikrobiologi Klinik, meliputi:


Melakukan pemeriksaan mikroskopis Bakteri Tahan Asam (BTA), Gram, jamur KOH,
pemeriksaan kultur dan resistensi, Pemeriksaan Tes Cepat Molekular, yang melayani pasien
yang berasal dari RS Metro Hospitals M. Toha dan pasien rujukan dari luar rumah sakit.
Ruang lingkup pemeriksaan Patologi Anatomi, meliputi:
Melakukan pemeriksaan Histologi, sitologi jaringan dan cairan yang melayani pasien
yang berasal dari RS Metro Hospitals M. Toha dan pasien rujukan dari luar rumah sakit.
Ruang lingkup pemeriksaan Bank Darah Rumah Sakit (BDRS), meliputi:
Melakukan manajemen bank darah berupa ketersediaan labu darah beserta komponennya,
pencatatan dan pelaporan permintaan labu darah, penyimpanan labu darah sesuai komponennya
dan penelusuran bila terjadi reaksi transfusi darah. Pemeriksaan yang dilakukan di BDRS adalah
golongan darah serta rhesus dan uji silang serasi. Bank Darah Rumah Sakit hanya melayani
pasien yang berasal dari RS Metro Hospitals M. Toha.

D. Batasan Operasional
Batasan operasional pedoman pelayanan Instalasi Laboratorium adalah:
1. Pedoman disusun menurut undang – undang, peraturan, pedoman dan kebijakan yang
berlaku.
9
2. Isi pedoman disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan rumah sakit.
3. Pedoman diberlakukan di lingkungan RS Metro Hospitals M. Toha
4. Semua petugas yang memberikan pelayanan laboratorium secara langsung maupun tidak
langsung harus berpedoman kepada buku pedoman ini.
5. Dapat dilakukan perubahan pada buku pedoman apabila diperlukan di kemudian hari.
Definisi Operasional
1. Laboratorium Patologi Klinik
Adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan
spesimen klinik untuk hematologi, hemostasis, kimi klinik dan rutin serta imunoserologi.
Pelayanan laboratorium patologi klinik dapat memberikan informasi tentang kesehatan
perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnostik penyakit, penyembuhan penyakit,
pemantauan terapi dan pemulihan kesehatan.
2. Laboratorium Mikrobiologi Klinik
Adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan
spesimen klinik untuk pemeriksaan BTA, Gram, Jamur KOH, Kultur dan Resistensi, serta
Tes Cepat Molekuler untuk MDR-TB. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang
kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnostik penyakit, penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan.
3. Laboratorium Patologi Anatomi
Adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan
jarimgan dan cairan untuk histologi dan sitologi. Pemeriksaan PA ini dapat memberikan
informasi tentang keganasan, degeneratif, kelainan non tumor, respon terapi, pasien pasca
kemo terapi (tumor payudara).
4. Bank Darah Rumah Sakit
Adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan
spesimen klinik berupa pemeriksaan golongan darah, Rhesus dan uji silang serasi.
Pemberian transfusi darah dapat membantu penyembuhan dan pemulihan kesehatan.

E. Landasan Hukum
1 Undang – undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;
2 Undang – undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
3 Undang – undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4 Undang – undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
5 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1980 tentang Transfusi Darah;
6 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269 Tahun 2008 tentang Laboratorium;
7 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 657 Tahun 2009 tentang Pengiriman dan
penggunaan spesimen Klinik, Materi biologik dan Muatan Informasinya;
8 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara Penyelenggaraan
Laboratorium Klinik yang Baik;
9 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 83 Tahun 2014 tentang Unit Transfusi Darah,
Bank Darah Rumah Sakit dan Jejaring Pelayanan Transfusi Darah;
10 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 91 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan
Transfusi Darah;
11 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja;
10
12 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit;
13 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 622 Tahun 1992 tentang Kewajiban Pemeriksaan
HIV pada Donor Darah;
14 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 432 Tahun 2007 tentang Pedoman Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit;
15 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pelayanan Darah;
16 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun;
17 Keputusan Mentri Kesehatan NO. 631/MENKES/SK/IV/2005 tentang Pedoman Peraturan
Internal Staf Medis;
18 Keputusan Mentri Kesehatan NO. 298/MENKES/SK/III/2008 tentang Pedoman Akreditasi
Laboratorium Kesehatan

11
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia dan Uraian Tugas


Kualifikasi dan tenaga yang tersedia di Laboratorium Rumah Sakit Metro Hospitals M. Toha
adalah sebagai berikut:
Patologi Klinik
NO Nama Jabatan Kualifikasi Keterangan
1. Kepala Instalasi/ Dokter Spesialis Selalu mengikuti Continuing
Penanggung Jawab Patologi Klinik Medikal Education (CME)/
Laboratorium (SpPK) Pendidikan Kedokteran
Patologi Klinik Berkesinambungan (PKB)
2. Koordinator D III/ D IV Analis Pengalaman minimal 3 tahun
Pelayanan Teknis Kesehatan/ Ahli dan mengikuti pelatihan
Instalasi Teknologi manajemen laboratorium
Laboratorium Laboratorium Medik
3 Koordinator D III/ D IV Analis Pengalaman minimal 3 tahun
Administrasi Instalasi Kesehatan/ Ahli dan mengikuti pelatihan
Laboratorium Teknologi manajemen laboratorium
Laboratorium Medik
4. Analis/ Ahli D III/ D IV Analis Mengikuti pelatihan
Teknologi Kesehatan/ Ahli laboratorium
Laboratorium Medik Teknologi
Pelaksana Laboratorium Medik
Laboratorium
Patologi Klinik
5. Analis/ Ahli D III/ D IV Analis Mengikuti pelatihan
Teknologi Kesehatan/ Ahli laboratorium
Laboratorium Medik Teknologi
Penanggung Jawab Laboratorium Medik
Mutu Laboratorium
6. Analis/ Ahli D III/ D IV Analis Mengikuti pelatihan
Teknologi Kesehatan/ Ahli laboratorium
Laboratorium Medik Teknologi
Penanggung Jawab Laboratorium Medik
Sarana dan Prasana
7. Analis/ Ahli D III/ D IV Analis Mengikuti pelatihan
Teknologi Kesehatan/ Ahli laboratorium
Laboratorium Medik Teknologi
Penanggung Jawab Laboratorium Medik
12
Alat Elektrolit
8. Analis/ Ahli D III/ D IV Analis Mengikuti pelatihan
Teknologi Kesehatan/ Ahli laboratorium
Laboratorium Medik Teknologi
Penanggung Jawab Laboratorium Medik
Sampling
9. Analis/ Ahli D III/ D IV Analis Mengikuti pelatihan
Teknologi Kesehatan/ Ahli laboratorium
Laboratorium Medik Teknologi
Penanggung Jawab Laboratorium Medik
Alat Hematologi
10. Analis/ Ahli D III/ D IV Analis Mengikuti pelatihan
Teknologi Kesehatan/ Ahli laboratorium
Laboratorium Medik Teknologi
Penanggung Jawab Laboratorium Medik
Alat Kimia Klinik
11. Analis/ Ahli D III/ D IV Analis Mengikuti pelatihan
Teknologi Kesehatan/ Ahli laboratorium
Laboratorium Medik Teknologi
Penanggung Jawab Laboratorium Medik
Klinik Rutin
12. Analis/ Ahli D III/ D IV Analis Mengikuti pelatihan
Teknologi Kesehatan/ Ahli laboratorium
Laboratorium Medik Teknologi
Penanggung Jawab Laboratorium Medik
Shift
-Tabel 2.1-

Patologi Anatomi
NO Nama Jabatan Kualifikasi Keterangan
1. Dokter Penanggung Dokter Spesialis Selalu mengikuti Countinuing
jawab Laboratorium Patologi Anatomi Medikal Education (EMC)/
Patologi Anatomi (SpPA) Pendidikan Kedokteran
Berkesinambungan (PKB)
2. Analis/ Ahli D III/ D IV Analis Mengikuti pelatihan
Teknologi Kesehatan/ Ahli laboratorium
Laboratorium Medik Teknologi
Penanggung jawab Laboratorium Medik
Patologi Anatomi
3 Analis/ Ahli D III/ D IV Analis Mengikuti Pelatihan Patologi
Teknologi Kesehatan/ Ahli Anatomi
Laboratorium Medik Teknologi
Pelaksana Laboratorium Medik
Laboratorium yang bersertifikat
Patologi Anatomi Patologi Anatomi
13
-Tabel 2.2-

BDRS
NO Nama Jabatan Kualifikasi Keterangan
1. Dokter Penanggung Dokter Spesialis Selalu mengikuti Countinuing
jawab Bank Darah Patologi Klinik Medikal Education (EMC)/
Rumah Sakit (SpPK) Pendidikan Kedokteran
Berkesinambungan (PKB)
2. Analis/ Ahli D III/ D IV Analis Mengikuti pelatihan Bank
Teknologi Kesehatan/ Ahli Darah
Laboratorium Medik Teknologi
Penanggung jawab Laboratorium Medik
Bank Darah
3 Analis/ Ahli D III/ D IV Analis Mengikuti Pelatihan Bank
Teknologi Kesehatan/ Ahli Darah
Laboratorium Medik Teknologi
Pelaksana Bank Laboratorium Medik
Darah yang bersertifikat
Bank Darah
-Tabel 2.3-
Mikrobiologi
NO Nama Jabatan Kualifikasi Keterangan
1. Dokter Penanggung Dokter Spesialis Selalu mengikuti Countinuing
jawab Laboratorium Patologi Klinik Medikal Education (EMC)/
Mikrobiologi Klinik (SpPK) Pendidikan Kedokteran
Berkesinambungan (PKB)
2. Analis/ Ahli D III/ D IV Analis Mengikuti pelatihan
Teknologi Kesehatan/ Ahli Mikrobiologi
Laboratorium Medik Teknologi
Penanggung jawab Laboratorium Medik
Mikrobiologi
3 Analis/ Ahli D III/ D IV Analis Mengikuti Pelatihan
Teknologi Kesehatan/ Ahli Mikrobiologi Klinik
Laboratorium Medik Teknologi
Pelaksana Laboratorium Medik
Laboratorium yang bersertifikat
Mikrobiologi Klinik Mikrobiologi Klinik
-Tabel 2.4-

14
B. Distribusi Ketenagaan
Instalasi Laboratorium melakukan pelayanan di lantai 2 Metro Hospitals M. Toha.
Lokasi laboratorium dekat dengan ruangan Radiologi, Farmasi, Fisioterapi dan Poli Klinik
rawat jalan.
Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik RS Metro Hospitals M. Toha didistribusikan
menjadi 3 shift yaitu shift pagi (07.00 – 14.30 WIB), shift siang (13.30 – 21.00 WIB), shift
malam (20.30 – 07.30 WIB) karena pelayanan laboratorium harus tersedia selama 24 jam.
Pelayanan Bank Darah Rumah Sakit dilakukan 3 shift yaitu shift pagi (07.00 – 14.30
WIB), shift siang (13.30 – 21.00 WIB), shift malam (20.30 – 07.30 WIB) karena pelayanan
BDRS harus tersedia selama 24 jam.
Pelayanan Patologi Anatomi setiap hari Senin sampai Jum’at dengan penerimaan
sampel 24 jam dan dikerjakan di jam pelayanan.
Pelayanan Mikrobiologi Klinik setiap hari dan jam kerja dari hari Senin sampai Sabtu,
dengan penerimaan sampel 24 jam dan dikerjakan di jam pelayanan.
Laboratorium RS Metro Hospitals M. Toha dikepalai oleh seorang dokter SpPK, yang
merangkap sebagai Dokter Penanggung Jawab Laboratorium Patologi Klinik, yang membawahi
langsung dokter Penanggung Jawab Laboratorium Patologi Anatomi, Dokter Penanggung Jawab
Laboratorium Mikrobiologi Klinik, Dokter Penanggung Jawab Bank Darah Rumah Sakit,
koordinator teknis pelayanan laboratorium dan koordinasi administrasi laboratorium serta para
analis/ATLM penanggung jawab alat, analis/ ATLM penanggung jawab mikrobiologi,
analis/ATLM penanggung jawab Patologi Anatomi, analis/ATLM penanggung jawab Bank
Darah Rumah Sakit, analis/ATLM penanggung jawab Mutu Laboratorium, analis/ATLM
penanggung jawab sarana dan prasarana, analis/ATLM penanggung jawab sampling,
analis/ATLM pelaksana dan staf administrasi, yang memberikan pelayanan pada pagi hari (non
shift) pada pukul 07.00 – 14.30 WIB (Senin – Sabtu) dan on call di luar jam kerja.

Pengaturan pola ketenagaan Pelayanan Patologi Klinik, yaitu:


a. Dinas Pagi
Yang bertugas 3 (tiga) orang dengan kategori sebagai berikut :
- 1 (satu) orang koordinator Teknis laboratorium
- 1 (satu) orang analis/ ATLM sebagai PJ shift merangkap analis/ ATLM pelaksana
teknis.
- 1 (satu) orang analis/ ATLM Pelaksana teknis (merangkap sebagai administrasi)
b. Dinas Siang
Yang bertugas 2 (dua) orang dengan kategori sebagai berikut :
- 1 (satu) orang analis/ ATLM sebagai PJ shift merangkap analis/ ATLM pelaksana
teknis.
- 1 (satu) orang analis/ ATLM Pelaksana teknis (merangkap sebagai administrasi)
c. Dinas Malam
Yang bertugas 2 (dua) orang dengan kategori sebagai berikut :
15
- 1 (satu) orang analis/ ATLM sebagai PJ shift merangkap analis/ ATLM pelaksana
teknis.
- 1 (satu) orang analis/ ATLM Pelaksana teknis (merangkap sebagai administrasi)

Pengaturan pola ketenagaan Pelayanan Patologi Anatomi, yaitu:


Yang bertugas sejumlah 1 (satu) orang analis/ ATLM sebagai PJ shift merangkap pelaksana
teknis.

Pengaturan pola ketenagaan Pelayanan Mikrobiologi Klinik, yaitu:


Yang bertugas sejumlah 2 (dua) orang dengan kategori sebagai berikut:
- 1 (satu) orang analis/ ATLM sebagai PJ shift merangkap pelaksana teknis
- 1 (satu) orang analis/ ATLM pelaksana

Pengaturan pola ketenagaan Pelayanan Bank Darah Rumah Sakit, yaitu:


a. Dinas Pagi
Yang bertugas sejumlah 1 (satu) orang analis/ATLM sebagai PJ shift merangkap pelaksana
teknis.
b. Dinas Siang
Yang yang bertugas sejumlah 1 (satu) orang analis/ATLM sebagai PJ shift merangkap
pelaksana teknis.
c. Dinas Malam
Yang bertugas sejumlah 1 (satu) orang analis/ATLM sebagai PJ shift yang merangkap
pelaksana teksnis.

C. Pengaturan Jaga
- Pengaturan jadwal dinas petugas laboratorium dibuat dan dipertanggung jawabkan oleh
koordinator administrasi instalasi laboratorium dan disetujui oleh Kabid. Penunjang Medik
dan diketahui oleh Kepala Instalasi Laboratorium.
- Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan mulai dari tanggal 1 sampai tanggal 30
atau 31 dan direalisasikan ke petugas laboratorium setiap satu bulan.
- Untuk analis/ATLM pelaksana yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
analis/ATLM tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada form permintaan.
Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apabila tenaga cukup
dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui).
- Setiap tugas jaga/ shift harus ada analis/ATLM penanggung jawab shift (PJ shift) dengan
syarat pendidikan minimal DIII Analis Kesehatan/Ahli Tenaga Laboratorium Medis dan
masa kerja minimal 1 tahun di RS Metro Hospitals M. Toha.
- Jadwal dinas terbagi menjadi 3 shift yaitu shft pagi, shift siang, shift malam. Tiap kali ada
pertukaran jaga shift, maka antara petugas shift harus ada operan shift. Operan shift
diawali dengan membaca do’a dan dilanjutkan dengan operan shift hasil – hasil
laboratorium yang belum selesai. Hasil laboratorium yang dapat dioperkan adalah
pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan sampel < 1 jam sebelum operan shift.
Operan shift pemeriksaan yang diterima > 1 jam sebelum operan shift hanya dapat

16
dilakukan jika ada alasan khusus (Ispecial case). Operan shift dicatat di buku operan shift
dan diparaf oleh yang menyerahkan dan menerima operan shift. Operan shift akan dibuat
dalam bentuk laporan jaga selama 24 jam (laporan harian) yang disampaikan oleh petugas
shift malam dihadiri oleh petugas shift malam, petugas shift pagi, Kepala Instalasi, Dokter
Penanggung Jawab Patologi Anatomi, Dokter Penanggung Jawab Mikrobiologi Klinik,
Dokter Penanggung Jawab Bank Darah, koordinator teknis, koordinator administrasi dan
petugas administrasi pagi yang dilaksanakan pada jam 07.00 WIB setiap hari kerja Senin –
Sabtu.
- Petugas jaga malam mendapatkan libur lepas malam, ada juga petugas libur dan petugas
yang cuti.
- Apabila analis pelaksana karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai jadwal yang
telah ditetapkan (terencana), maka analis/ATLM yang bersangkutan harus
menginformasikan kepada koordinator administrasi laboratorium dengan ketentuan
sebagai berikut: 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas siang dan malam.
Sebelum menginformasikan koordinator administrasi laboratorium diharapkan
analis/ATLM yang bersangkutan sudah mencari analis/ATLM pengganti (kecuali kasus
sakit). Apabila analis/ATLM yang bersangkutan tidak mendapatkan analis/ ATLM
pengganti, maka koordinator administrasi laboratorium akan mencari tenaga analis/ATLM
pengganti yaitu diutamakan analis/ATLM yang hari itu libur malam kedua atau
analis/ATLM lain dijadikan lembur dan digantikan dengan hari libur.
- Apabila analis/ATLM pelaksana tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan (tidak terencana), maka koordinator administrasi laboratorium akan mencari
analis/ATLM pengganti yang hari itu libur atau analis/ATLM yang lain memungkinkan.
Apabila pengganti tidak ada, maka analis/ATLM yang dinas pada shift sebelumnya wajib
untuk menggantikan.

17
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan

B. Standar fasilitas
No Jenis Kelengkapan Jenis/ Jumlah yang tersedia
1. Bangunan Bata
2. Ventilasi Blower
3. Penerangan/ Lampu LED
4. Air mengalir/ Bersih Air Tanah / PAM
5. Daya listrik 555 KUA
6. Tata Ruang:
- Ruang tunggu Tersedia
- Ruang Administrasi Tersedia
- Ruang Pengambilan spesimen Tersedia
- Ruang Bank Darah Rumah Sakit Tersedia
- Ruang Patologi Anatomi Tersedia
- Ruang Mikrobiologi Tersedia
- Ruang Teknis Laboratorium Tersedia
- Ruang penyimpanan BHP dan Reagen Tersedia
- Toilet Tersedia
- Ruang Teknis Laboratorium Tersedia
-Tabel 3.1-

Lokasi laboratorium sebaiknya terletak di daerah yang mudah dicapai dari dalam maupun
dari luar Rumah Sakit.

18
1. Ruangan
Semua ruangan terutama yang dipakai untuk pemeriksaan spesimen perlu
mempunyai ventilasi yang baik dan mendapat sinar matahari yang cukup atau AC1PK/20
M2 atau temperatur memenuhi syarat.
Ruangan penerimaan spesimen atau pengambilan spesimen, sebaiknya terpisah dari
ruangan pemeriksaan untuk mencegah kontaminasi.
Menurut fungsinya, ada garis besar dibagi dalam :
1. Ruangan Penerimaan
2. Ruangan Pemeriksaan
3. Ruang Pengolahan hasil/ administrasi
Untuk memudahkan pengawasan, ruangan pemeriksaan dibagi menurut teknik
pemeriksaan atau sesuai dengan disiplin ilmu patologi, yaitu:
1. Unit Hematologi
2. Unit Kimia klinik dan Imunoserologi
3. Unit Klinik Rutin
4. Ruang Mikrobiologi klinik
5. Ruang Patologi Anatomi
6. Ruang Bank Darah Rumah Sakit
Ditambah lagi ruang penyimpanan reagensia, lemari pendingin untuk menyimpan
reagen tertentu, toilet serta ruang kotor sebagai tempat pencucian dan sebagai pembuangan
sisa–sisa bahan pemeriksaan.

2. Sumber Listrik
Untuk dapat memberikan pelayanan laboratorium yang baik dan aman, diperlukan
aliran listrik yang cukup dengan tegangan yang konstan dan tidak ada giliran listrik terputus.
Hal ini perlu bukan saja supaya pemeriksaan tidak terhenti, tetapi mengingat beberapa jenis
alat, reagensia dan spesimen memerlukan perawatan dan penyimpanan pada suhu tertentu
dan tetap. Idealnya selain sumber listrik PLN, juga disediakan cadangan sumber listrik dari
generator, mengingat laboratorium rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan selama
24 jam dan voltage yang stabil dan dapat di monitor setiap harinya. Selain itu di
Laboratorium Metro Hospitals M. Toha juga harus tersedia UPS sesuai dengan peralatan
yang ada.

3. Sumber Air
Pengadaan air bersih yang mengalir secara terus menerus adalah mutlak bagi sebuah
laboratorium, oleh karena itu RS Metro Hospitals M. Toha juga memiliki sumur pompa
sebagai cadangan selain PAM.

4. Peralatan
Perkembangan teknologi dalam dunia kedokteran umumnya dan di bidang
laboratorium klinik khususnya, akhir – akhir ini semakin pesat. Produsen peralatan

19
laboratorium berlomba meningkatkan kualitas dan kecanggihan alat untuk memenuhi
kebutuhan/ keinginan masyarakat dan pemberi jasa laboratorium.
Namun demikian, penerapan teknologi tanpa penyesuaian dengan situasi dan kondisi
serta kebutuhan akan membawa akibat yang tidak diinginkan, antara lain membumbungnya
biaya pemeriksaan laboratorium. Untuk memberikan pelayanan laboratorium yang berhasil
guna dan berdaya guna, pemilihan jenis dan jumlah alat laboratorium harus disesuaikan
dengan pelayanan medik yang dibutuhkan untuk pemeriksaan rutin yang jumlahnya bannyak
dalam satu hari, dilakukan otomatisasi pekerjaan.
Faktor – faktor penting yang perlu diperhatikan dalam memilih alat laboratorium
adalah:
1. Kemampuan alat mengikuti perkembangan teknologi
2. Kemudahan penyediaan reagen yang dipakai dengan lat tersebut
3. Kemampuan operasional
4. Ketelitian dan ketepatan
5. Kemudahan pemeliharaan
Mengabaikan salah satu faktor di atas dapat mengakibatkan pelayanan dengan
menggunakan alat tersebut tidak memberikan hasil yang diharapkan.
Rumah Sakit harus menyediakan fasilitas untuk mendukung kegiatan laboratorium
dan pemeliharaan dalam suatu fungsi yang optimal. Desain ruangan harus efisien untuk
kegiatan operasional, nyaman dan meminimalisir risiko kecelakaan dan penyakit akibat
hubungan kerja. Area kerja harus bersih dan terpelihara.

Laboratorium harus dilengkapi dengan peralatan yang dipersyaratkan untuk


pelayanan. Peralatan mempunyai spesifikasi yang relevan dan menunjang kinerja sesuai
dengan yang dipersyaratkan. Peralatan harus dioperasikan oleh personal yang berwenang,
prosedur penggunaan alat harus tersedia dan mudah ditemukan termasuk prosedur
penanganan, pemeliharaan, pemindahan dan penyimpanan. Peralatan harus terpelihara.
Peralatan yang rusak tidak boleh digunakan dan diberi label “rusak”. Alat yang memerlukan
kalibrasi harus teridentifikasikan dengan jelas. Peralatan termasuk software nya harus
diamankan dari penyetelan atau pengrusakan yang tidak disediakan oleh personal yang tidak
berwenang.

Ruangan laboratorium dikelompokkan sesuai dengan fungsinya yaitu, kelompok


fungsi administrasi, teknis dan penunjang. Karena laboratorium klinik dalam kegiatannya
mempunyai risiko ancaman bahaya (biohazard) yang akan menimbulkan gangguan
kesehatan yang merugikan baik bagi karyawan, petugas dan masyarakat
sekitarnyamakaadapembatasanbagimasyarakatumum (pasien, pengunjung lain) untuk
memasuki area laboratorium. Ruangan – ruangan yang berada di area publik boleh dimasuki
oleh pasien dan ruangan yang berada di area tertutup hanya boleh dimasuki oleh petugas
laboratorium. Laboratorium memiliki accesscontrol yang digunakan oleh petugas
labortorium.
Laboratorium RS Metro Hospitals M. Toha berlokasi di lantai dua dan memiliki
ruangan yang terpisah antara satu ruangan dengan ruangan lainnya yang terdiri dari ruangan
administrasi, ruangan sampling (phlebotomy), toilet pasien dan karyawan, ruangan
20
Mikrobiologi klinik, ruangan Bank Darah Rumah Sakit, ruangan Patologi Anatomi, ruangan
teknis laboratorium (kimia klinik, imunoserologi, hematologi, kimia rutin, ruangan kotor),
ruangan reagen serta penyimpanan BHP bulanan, ruangan Pantri dan ruangan Ka. Instalasi
Laboratorium.
Ruangan laboratorium dibuat dari tembok non permanen warna terang, menggunakan
cat yang tidak luntur, permukaan dinding yang rata sehingga mudah dibersihkan, tidak
tembus cairan dan tahan terhadap desinfektan. Langit-langit, pintu, ukuran dan tinggi
jendela, lantai dan meja disesuaikan dengan standar. Air yang digunakan di laboratorium
adalah air kran, mengalir terus menerus dan bersih, ventilasi, AC, penerangan, listrik
tersedia sesuai standar kementerian kesehatan.

Tabel Ruangan Laboratorium Metro Hospitals M. Toha


NO Kelompok Fungsi Nama Ruangan Area
1. Fungsi administrasi - Ruang Tunggu Terbuka bagi Pasien
- Loket Pendaftaran Terbuka bagi Pasien
2. Ruang Sampling - Ruang pengambilan Terbuka bagi Pasien
spesimen
3. Ruang Mikrobiologi Klinik - Ruang teknis Tertutup bagi pasien
pemeriksaan
4. Ruang Patologi Anatomi - Ruang teknis Tertutup bagi pasien
pemeriksaan
5. Ruang Bank Darah Rumah - Ruang teknis Tertutup bagi pasien
Sakit pemeriksaan
6. Ruang Teknis Pemeriksaan - Ruang Hematologi Tertutup bagi pasien
Patologi Klinik - Ruang Kimia Klinik Tertutup bagi pasien
- Ruang Kimia Rutin Tertutup bagi pasien
dan Imunoserologi
7. Ruang Penunjang - Ruang Reagen Tertutup bagi pasien
- Ruang BHP
- Ruang Dokter
- Ruang
Administrasi/Arsip
-Tabel 3.2-

Peralatan yang tersedia di laboratorium mengacu kepada buku pedoman good


laboratory practice Departemen Kesehatan RI tahun 2008 dan mengacu kepada jenis
pemeriksaan yang tersedia di laboratorium untuk menunjang kegiatan pelayanan terhadap
pasien laboratorium.

21
Peralatan yang terdapat di Instalasi Laboratorium
RS Metro Hospitals M. Toha

ASAL/ CARA
PEROLEHAN
MERK/
NO NAMA ALAT NO SERI BARANG & KONDISI
TYPE
TAHUN
ANGGARAN
PERALATAN UMUM
1 Komputer yang tersambung HOPE - 2022 Baik
dengan Hospital Information
System (HIS)
2 Printer EPSON L3110 2022 Baik
LAB PK
1 Hematologi Analyzer Sysmex XN-550 2022 Baik
2 Kimia Klinik Analyzer Cobas C111 2022 Baik
3 Urine Analyzer Cobas U411 2022 Baik
4 Elektrolit Analyzer Cobas ISE 9180 2022 Baik
5 Hemostasis Sysmex CA660 2022
6 Eye Washer - - 2022 Baik
7 Emergency Shower - - 2022 Baik
8 Rotator Kang Jian KJ-201BD 2022 Baik
Orbital
Shaker
9 Mikroskop Olympus CX 23 2022 Baik
10 Centrifuge Zentrifugen Rotofix 32A 2022 Baik
11 Centrifuge Zentrifugen Rotofix 32A
12 Centrifuge - KJLC-1
Centrifuge
13 Kulkas Reagen Sharp J-Tech 2022 Baik
Inverter
14 Mikropipet DLAB 5µ 2022 Baik
15 Mikropipet DLAB 5 – 50 µ 2022 Baik
16 Mikropipet DLAB 50 - 200 µ 2022 Baik
17 Mikropipet DLAB 100 - 1000 µ 2022 Baik
18 Mikropipet DLAB 500 µ 2022 Baik
19 Mikropipet DLAB 1000 µ 2022 Baik
20 Pipet Westergren (LED Greiner Bio- Vacuette 2022 Baik
Manual) One
21 Rak Westergren - - 2022 Baik
22 Penyanggah Pipet Westergren - - 2022 Baik
23 Gula darah POCT Free Style - 2022 Baik
22
Optium Neo
24 Roll Mixer Kang Jian KJMR-11 2022 Baik
Roller Mixer
25 Box Sampling - - 2022 Baik
-Tabel 3.3-

23
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pelayana Patologi Klinik, Patologi Anatomi dan Mikrobiologi


Prosedur pelayanan pasien yang melakukan pemeriksaan di laboratorium Metro
Hospitals M. Toha dapat dikategorikan atas 4 bagian:
1. Pendaftaran Dari Poli Klinik
Pasien Umum
Pasien dari poli klinik rawat jalan yang telah terdaftar sebagai pasien Metrospitals
M. Toha dapat langsung membawa formulir permintaan ke laboratorium untuk
dilakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel. Pasien atau keluarga pasien
menyerahkan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium kepada petugas
administrasi laboratorium di loket pendaftaran laboratorium, petugas administrasi
laboratorium akan menginput jenis pemeriksaan yang diminta ke dalam SIM RS,
informasikan perihal biaya pemeriksaan laboratorium yang diminta kepada pasien atau
keluarga pasien. Pasien atau keluarga pasien selanjutnya diarahkan ke kasir rawat jalan
dengan membawa pengantar biaya untuk ke kasir dan kembali ke laboratorium dengan
menyerahkan bukti lunas kepada petugas administrasi laboratorium. Kemudian petugas
administrasi laboratorium mencetak barcode dan menyerahkan kepada petugas
sampling. Pasien atau keluarga pasien menunggu panggilan untuk pengambilan sampel
sesuai jenis pemeriksaan yang diminta dokter untuk pasien rawat jalan.
2. Pasien dari ruang IGD
3. Pasien dari ruang rawat inap
4. Permintaan pemeriksaan TCM-TB

B. Tata Laksana
1. Pendaftaran dari Poli Klinik Rawat Jalan/Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Pasien dari poliklinik rawat jalan/Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang terdaftar
sebagai pasien Metro Hospitals M. Toha dapat langsung membawa formulir permintaan
laboratorium ke laboratorium untuk dilakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan
sampel. Petugas administrasi laboratorium akan memasukkan jenis pemeriksaan yang
diminta ke dalam HIS/SIMRS dan selanjutnya pasien atau keluarga pasien diarahkan ke
kasir untuk melakukan pembayaran dan cetak billing, kemuadian pasien atau keluarga
24
pasien kembali ke laboratorium untuk menyerahkan bukti lunas berupa struk pembayaran
kepada petugas adiministrasi laboratorium selanjutnya petugas administrasi akan mencetak
barcode identitas pasien. Setelah petugas menerima bukti lunas maka peserta sampling
dapat melakukan sampling sesuai jenis pemeriksaan yang diminta dokter. Untuk pasien
berasal dari IGD pengambilan darah diambil oleh perawat IGD, dan sampel diantar disertai
stiker identitas pasien yang sebelumnya sudah dilakukan order permintaan pemeriksaan
laboratorium melalui SIM RS oleh petugas keperawatan di IGD.
2. Pasien dari ruang rawat inap
Pengambilan sampel pasien dari ruangan rawat inap dilakukan petugas
laboratorium (ATLM) dijam tertentu (jam sampling) yaitu: jam 05:00 wib, jam 14:00 wib
dan jam 18:00 wib, diluar jam tersebut pengambilan sampel dilakukan oleh petugas
keperawatan.
Sebelum dilakukan pengambilan sampel oleh petugas laboratorium (ATLM) atau
sebelum sampel diturunkan ke laboratorium, petugas ruangan setempat harus melakukan
order permintaan pemeriksaan laboratorium melalui SIM RS
3. Pasien dari laboratorium luar/Rumah Sakit luar/Pasien Atas Permintaan Sendiri

Pasien dari luar dapat didaftarkan langsung di laboratorium dengan mendaftarkan


di loket laboratorium. Petugas administrasi laboratorium mendaftarkan/input ke
HIS/SIMRS dan selanjutnya pasien atau keluarga pasien diarahkan ke kasir rawat jalan
untuk melakukan pembayaran dan cetak billing, kemudian pasien atau keluarga pasien
kembali ke laboratorium untuk menyerahkan bukti lunas berupa struk pembayaran kepada
petugas administrasi laboratorium selanjutnya petugas administrasi akan mencetak barcode
identitaspasien. Setelah petugas menerima bukti lunas maka peserta sampling dapat
melakukan sampling sesuai jenis pemeriksaan yang diminta.

25
Alur Pelayanan Laboratorium Metro Hospitals M. Toha

Pasien RWJ/ UGD/ APS

Asuransi/ Perusahaan Perorangan

Kasir ADM Laboratorium

Laboratorium KASIR

PengambilanSampel Laboratorium

PengambilanSampel

C. Pengelolahan Sampel
Semua spesimen pemeriksaan yang terdiri dari bahan klinis di laboratorium
dikategorikan sebagai spesimen infeksius dan diperlakukan dengan cara yang benar sehingga
tidak menularkan agen infeksius kepada petugas laboratorium. Jenis spesimen klinis yang dapat
diperiksa di laboratorium Metro Hospitals M. Toha, adalah:
1. Serum
2. Plasma (EDTA, Heparin, Sitrat)
3. Darah Utuh (Whole Blood)
4. Urine
5. Feses
6. Dahak/ Sputum
7. Sekret (uretra, vagina, mata, telinga, hidung)
8. Cairan tubuh (cairan pleura, asites, cairan otak)
9. Kerokan kulit

26
Oleh karena semua specimen laboratorium dianggap sebagai bahan infeksius, maka
harus dilakukan pengelolaan spesimen dengan baik dan benar. Ikuti langkah-langkah berikut:

1. Cek spesimen yang akan diperiksa apakah sudah memenuhi syarat


2. Sesuaikan data pasien pada wadah specimen dengan formulir permintaan
3. Tangani spesimen denganhati-hati
4. Tempatkan spesimen dalam wadah yang tertutup rapat untuk mencegah tumpah nya
spesimen
5. Gunakan sarung tangan (Handschoen) dan jas lab atau APD yang lengkap sewaktu
memeriksaan spesimen tergantung tingkat bahaya spesimen dari jenis pemeriksaan
yangdilakukan
6. Meja kerja atau tempat spesimen diterima dibersihkan dengan desinfektan (alkohol 70%)
setiap hari
7. Cuci tangan dengan sabun dan beri desinfektan setiap selesai bekerja dengan spesimen
8. Spesimen yang harus disimpan, dapat disimpan dalam refrigerator atau freezer
dalam wadah tertutup dan diberi label yang jelas.
9. Spesimen yang selesai diperiksa dan tidak diperlukan lagi dibuang ke kantong limbah
rumah sakit (lihat penanganan limbah laboratorium).

Spesimen untuk pemeriksaan hematologi, langsung diperiksa pada alat hematologi,


sementara untuk pemeriksaan kimia klinik dan imunoserologi yang memerlukan serum atau
pemeriksaan hemostasis yang memerlukan plasma dilakukan sentrifus terlebih dahulu dengan
kecepatan dan lama sentrifus yang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

Apabila telah diperoleh serum/ plasma, segera lakukan pemeriksaan pada serum/
plasma tersebut. Pisahkan dan masukkan sampel ke dalam cup sampel dalam jumlah yang
cukup menggunakan mikropipet, jangan terjadi gelembung, tempelkan stiker/ label yang berisi
nama, nomor barcode pasien pada masing-masing cup sampel kemudian baru lakukan
pemeriksaan pada alat sesuai dengan prosedur pemeriksaan masing-masing alat. Hasil akan
terintergrasi secara otomatis ke dalam komputer namun harus dilakukan verifikasi dan validasi
secara manual oleh petugas laboratorium yang kompeten, hasil yang telah melalui proses
verifikasi dan validasi selanjutnya akan dicetak/ di print dan diparaf sebagai tanda bahwa hasil
sudah terverifikasi dan tervalidasi. Sisa specimen disimpan sesuai dengan kriteria penyimpanan
untuk masing-masing spesimen (darah EDTA 24 jam pada suhu kamar suhu 21–25 ℃, serum 1
minggu dalam kulkas pendingin pada suhu 2–8 ℃). Sisa sampel dapat dibuang apabila waktu

27
simpan yang diizinkan telah terlewati, pembuangan spesimen dilakukan tempat sampah
infeksius.

Sebelum melakukan pemeriksaan, pastikan hal-hal berikut telah dilakukan dengan baik, yaitu:
1. Alat-alat pemeriksaan dalam kondisibaik
2. Reagensia dalam kondisi baik, jumlah cukup, belum kadaluarsa
3. Lakukan control kualitas setiap pagi sebelum memulai pemeriksaan
4. Lakukan pemeriksaan sesuai Standar Prosedur Operasional
5. Lakukan verifikasi terhadap semua hasil pemeriksaan dan waspada terhadap hasil
laboratorium yang ekstrim.

D. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis dan parameter pemeriksaan yang terdapat di laboratorium patologi klinik Metro
Hospitals M. Toha, adalah:
1. Pemeriksaan Hematologi dan Hemostasis
2. Pemeriksaan Kimia Klinik
3. Pemeriksaan Urine dan Feses
4. Pemeriksaan Imunoserologi
5. Pemeriksaan Elektrolit

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan di laboratorium Metro Hospitals M.


Toha dapat dilihat pada tabel daftar pemeriksaan laboratorium Metro Hospitals M. Toha dan
daftar nilai rujukan berikut:

28
Daftar pemeriksaan laboratorium Metro Hospitals M. Toha
Jenis Pemeriksaan Jadwal Pemeriksaan Janji Penyerahan Hasil
Darah Rutin Setiap Hari
30 menit setelah sampel diterima (tanpa
crosscheck manual, tanpa LED dan
pemeriksaan lain). Dapat diminta CITO
(hasil keluar dalam waktu < 30 menit)
LED Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
IT Ratio Setiap Hari 2 jam setelah sampel diterima
(kecuali dokter patologi klinik tidak
berada di tempat / di luar jam kerja
hasil dibaca 3 x 24 jam)
Golongan darah ABO Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima.
Rhesus Dapat diminta CITO
Morfologi darah tepi Setiap Hari 2 jam setelah sampel diterima (kecuali
dokter patologi klinik tidak
berada ditempat/ di luar jam kerja
hasil dibaca 3 x 24 jam)
Urine rutin Setiap Hari 45 menit setelah sampel diterima
Tes kehamilan Setiap Hari 45 menit setelah sampel diterima.
Dapat diminta CITO
Tes skrining narkoba Setiap Hari 45 menit setelah sampel diterima.
Dapat diminta CITO
Elektrolit urin Setiap Hari 1 jam setelah sampel diterima
Feses lengkap Setiap Hari 45 menit setelah sampel diterima
PT Setiap Hari 1 jam setelah sampel diterima

APTT Setiap Hari 1 jam setelah sampel diterima

INR Setiap Hari Sesuai janji hasil dengan lab rujukan


CT Setiap Hari 30 menit setelah sampel diterima
BT Setiap Hari 45 menit setelah sampel diterima
Glukosa darah sewaktu Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima.
Dapat diminta CITO
Glukosa darah puasa Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima.

29
Dapat diminta CITO
Glukosa darah 2 jam Setiap Hari 90 menit setelah sampel 2 jam PP
PP Diterima
SGOT Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima.
Dapat diminta CITO
SGPT Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima.
Dapat diminta CITO
Albumin Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
Diterima
Total protein Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
Globulin Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
Analisa gas darah Setiap Hari 30 menit setelah sampel diterima
Elektrolit darah Setiap Hari 1 jam setelah sampel diterima. Dapat
diminta CITO
Ureum Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima.
Dapat diminta CITO
Kreatinin Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima.
Dapat diminta CITO
Asam urat Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
Bilirubin total Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
Bilirubin direk Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
Bilirubin indirek Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
Kolestrol Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
LDL kolestrol Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
HDL kolesterol Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
Trigliserida Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
HBsAg rapid Setiap Hari 90 jam setelah sampel diterima.
Dapat diminta CITO
HIV rapid penyaring Setiap Hari 90 jam setelah sampel diterima.
Dapat diminta CITO
Anti HCV rapid Senin – Sabtu (Hari Sesuai janji hasil dengan lab rujukan
kerja)
Troponin T Senin – Sabtu (Hari Sesuai janji hasil dengan lab rujukan
30
kerja)
Widal Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
Salmonella IgM Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
Anti dengue IgG/IgM Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
Dengu NS1 Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
Pewarnaan gram Setiap Hari 2 jam setelah sampel diterima
Pewarnaan BTA Setiap Hari 2 jam setelah sampel diterima
Analisa sekret vagina Senin – Sabtu (Hari 2-7 Hari kerja
kerja)

E. Pelayanan Darah
Pelayanan darah di laboratorium Metro Hospitals M. Toha yaitu melayani permintaan
labu darah dari klinisi. Labu darah yang sudah tersedia dari Bank Darah Rumah Sakit lalu
didistribusikan ke ruangan yang meminta sesuai dengan kebutuhan lab darah yang belum
digunakan, akan disimpan di blood refrigerator khusus labu darah Metro Hospitals M. Toha
dengans uhu yang terpantau. Pelayanan darah lainnya yaituberupa penyimpanan labu darah
yang dititip karena belum digunakan, Pemusnahan labu darah yang tidak terpakai atau tersisa
dan pencatatan, pelaporan serta tindak lanjut bila ada reaksi transfusi.

Pemeriksaan laboratorium di luar Rumah Sakit/Rujukan


a. Pemilihan pelayanan pemeriksaan laboratorium di luar rumah sakit (Rujukan). Pemilihan
laboratorium rujukan di laboratorium Metro Hospitals M. Toha, berdasarkan:
 Klinik/ laboratorium harus memiliki izin sesuai dengan perundang undangan
 Klinik/ laboratorium harus sudah terakreditasi
 Klinik/ laboratorium harus di kepalai oleh seorang dokter SpPK/ SpPA
 Klinik/ laboratorium harus melakukan program pemantapan mutu
 Melakukan kerja sama operasional yang dituangkan dalam bentuk MOU
b. Pelayanan pemeriksaan laboratorium di luar rumah sakit (Rujukan)
Pelayanan pemeriksaan laboratorium di luar rumah sakit (Rujukan) dilakukan ketika
pemeriksaan tidak dapat dilakukan di laboratorium Metro Hospitals M. Toha

Alur pemeriksaan laboratorium di luar Rumah Sakit (Rujukan)

Formulir permintaan pemeriksaan 31


Pasien Rawat Jalan
laboratorium diserahkan ke
laboratorium
Pasien Rawat Jalan

LABORATORIUM
1. Petugas menginput ke dalam
komputer
2. Konfirmasi laboratorium rujukan
3. Persiapans ampel dan formulir

LABORATORIUM RUJUKAN

F. Pengelolahan Limbah

Limbah laboratorium adalah bahan bekas pakai dalam pekerjaan di laboratorium yang
dapat berupa limbah cair, padat atau gas. Laboratorium kesehatan dapat menjadi salah satu
sumber penghasilan limbah cair, padat dan gas yang berbahaya bila tidak ditangani secara
benar. Karena itu pengelolaan limbah harus dilakukan dengan semestinya agar tidak
menimbulkan bahaya bagi petugas laboratorium, pasien lain ataupun masyarakat disekitar
lingkungan laboratorium Rumah Sakit.

1. Sumber limbah laboratorium dapat berasal dari:

1. Bahan baku yang sudah kadaluarsa

2. Bahan habis pakai

3. Sisa Spesimen

4. Peralatan sekali pakai seperti sarung tangan, spuit, dll.

2. Limbah laboratorium klinik dapat dibedakan berdasarkan sifat limbah dan bentuk
limbah
1. Limbah laboratorium berdasarkan sifatnya dapat dibagi atas:
 Limbah infeksius
 Limbah umum
 Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
32
2. Limbah laboratorium berdasarkan bentuknya dapat dibagi atas:
 Limbah cair

Pelarut organik bahan kimia untuk pengujian, air bekas cucian alat, sisa
spesimen
 Limbah padat
Peralatan habis pakai seperti alat suntik, sarungtangan, kapas, botol spesimen,
kemasan reagen, dll

3. Penanganan dan penampungan limbah

1. Pemisahan limbah
Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuang
adalah dengan cara menggunakan kantong berkode (kode warna). Kode warna yang
digunakan untuk kantong limbah klinis adalah sebagai berikut:
a. Hitam
Untuk sampah/limbah rumah tangga biasa. TIDAK digunakan untuk
menyimpan atau mengangkat limbah klinis
b. Kuning
Untuk semua jenis limbah yang akan dibakar. Untuk limbah infeksius
dimasukkan ke kantong berwarna kuning dengan simbol biohazard yang telah
dikenal secara internasional berwarna hitam

2. Pengelohan limbah infeksius


Semua limbah infeksius harus diolah dengan cara desinfektan,
dekontaminasi, sterilisasi dan insinerasi. Desinfektan adalah tindakan yang
bertujuan untuk membunuh mikroorganisme penyebab infeksi menggunakan
desinfektan. Sterilisasi adalah inaktivasi total semua bentuk kehidupan
mikroorganisme untuk berkembang biak. Insenerasi adalah metode yang berguna
untuk membuang limbah laboratorium (cair/padat) sebelum atau sesudah di otoklaf.
Caranya dengan membakar limbah tersebut dalam insenerator

3. Pengelohan limbah berdasarkan bentuk

c. Limbah cair
- Limbah cair dikumpulkan dalam wadah yang kuat, tidak mudah pecah,
tidak bocor dan bisa ditutup dengan rapat
- Setelah wadah terisi ¾ volume wadah, kemudian di tutup dengan rapat dan

33
diberi label “LIMBAH CAIR LABORATORIUM”
- Kemudian berkoordinasi dengan petugas kebersihan untuk mengambil
limbah cair tersebut
- Petugas kebersihan kemudian mengumpulkan limbah tersebut di tempat
yang aman sebelum diambil oleh PT Wastec. Semua saluran pembuangan
yang ada di laboratorium terhubung ke IPAL (Instalasi Pembuangan Air
Limbah) Rumah Sakit, baik washtafel atau kamar mandi.

d. Limbah padat

- Limbah padat harus dikumpulkan dalam kotak yang tutupnya dapat dibuka
dengan kaki dan bagian dalamnya dilapisi kantong keras atau plastik

- Kantong harus diikat sebelum diangkat dari dalam kotaknya

- Lakukan insenerasi jika limbah padat dapat dibakar, antara lain kertas

34
Tabel jenis warna dan label limbah medis padat sesuai bentuknya

Warna
No Ketegori Lambang Keterangan
container/kantong
1 Radioaktif Merah Kantong boks
timbal dengan
simbolradioaktif
2 Sangat infeksius Kuning Kantong plastik
kuat, anti bocor,
atau kontainer
yang dapat
disterilkan dengan
otoklaf
3 Limbah infeksius Kuning Kantong plastik
patologi kuat dan anti
bocor, atau
kontainer
4 Sitotoksik Ungu Kontainer plastik
kuat dan anti
bocor

5 Limbah kimia Cokelat Kantong plastik


atau kontainer

G. Laporan hasil dan arsip

Laporan hasil laboratorium dicetak menggunakan Hospital Information System (HIS),


lembar hasil laboratorium membuat data tentang tersebut dibawah ini (contoh terlampir):

1. No Laboratorium

2. Tanggal dan jam transaksi pemeriksaan

3. Ruangan

4. Identitas pasien (No Rekam Medik/ No. RM, nama dan tanggal lahir)

5. Nilai atau hasil tes

6. Nilai rujukan/ nilai normal masing–masing

35
7. Satuan hasil

8. Ekspertise (catatan laboratorium), jika diperlukan

Semua hasil pemeriksaan laboratorium disimpan dalam bentuk softcopy di dalam


komputer yang secara reguler akan di back-up.

Laboratorium melakukan pencatatan dan pelaksanaan kegiatan laboratorium dan menyimpan


arsip mengenai:

1. Surat permintaan pemeriksaan laboratorium

2. Hasil pemeriksaan

3. Hasil pemantapan mutu

4. Hasil laboratorium rujukan

Semua hasil pemeriksaan sebagai data yang tersimpan dalam komputer berlaku
sebagai arsip. Berkas lembaran permintaan laboratorium dikumpulkan pershift dan digabung
menjadi bundelan perhari kemudian digabungkan kembali nmenjadi bundelan lembaran
permintaan perbulan. Tanggal dan bulan tercatat di masing – masing bundelan untuk
kemudahan pengarsipan, lalu disusun serta disimpan di dalam lemari arsip sesuai dengan
urutan bulan dan tahun pencatatan. Lama penyimpanan 3 (tiga) bulan di laboratorium lalu
dipindahkan ke gudang dan disimpan selama 5 (lima) tahun. Arsip dapat dimusnahkan dengan
pembuatan berita acara

Hasil pemeriksaan laboratorium rujukan disusun dan dibundel lalu disimpan di lemari
arsip selama 5 (lima) tahun untuk kemudian dapat dimusnahkan. Demikian pembuatan juga
hasil pemantapan mutu internal dan eksternal disimpan sesuai urutan bulan, tahun pelaksanaan
dan berlaku sebagai arsip selama 5 tahun

H. Pemeliharaan dan Kalibrasi alat


Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor penunjang yang penting dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, baik di rumah sakit maupun di
sarana pelayanan kesehatan lainnya. Peralatan kesehatan harus memiliki performance yang
ketat antara lain ketelitian (accuracy), kepekaan (sensitivity), reproduksibilitas dan aspek
keselamatan (safetyaspect) sehingga dalam penggunaannya akan selalu siap pakai dan
memenuhi standar teknis pemakaian peralatan kedokteran. Seiring dengan perkembangan
teknologi khususnya peralatan kesehatan dan semakin beraneka ragam jenis peralatan
kesehatan, guna meningkatkan keamanan dan keakurasian peralatan kesehatan tersebut maka
dipandang perlu untuk mengadakan pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan. Undang-

36
undang Rumah Sakit Tahun 2009 telah mewajibkan bahwa setiap peralatan medik di rumahs
akit harus dilakukan pengujian dan kalibrasi.

Kalibrasi merupakan proses verifikasi suatu akurasi alat ukur sesuai dengan
rancangannya. Kalibrasi pada umumnya merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran atau
indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang
digunakan dalam akurasitertentu.

Peralatan yang digunakan di laboratorium wajib dilakukan pemeliharaan


(maintenance) secara berkala dan terus menerus, baik pemeliharaan harian, mingguan, bulanan
dan tahunan sesuai spesifikasi yang diberikan oleh produsen alat. Setiap maintenance yang
dilakukan harus dicatat dalam buku maintenance masing-masing alat. Pemeliharaan dan
kalibrasi dikerjakan sesuai program pemeliharaan dan kalibrasi peralatan. Formulir
maintenance dan kalibrasi alat secara rutin setiap hari dilihat dan dievaluasi dan pelaksanaan
maintenance serta kalibrasi peralatan oleh analis pelaksana. Kalibrasi peralatan umum
dilakukan 1 (satu) kali setiap tahun oleh PT. ASTAMA MEDIKA sedangkan peralatan utama/
analyzer dilakukan kalibrasi oleh produsen alat. Untuk kelompok alat utama/ analyzer,
kalibrasi dilakukan pada:

1. Alat baru akan digunakan

2. Alat selesai diperbaiki

3. Hasil kontrol kualitas tidak masuk

4. Penggantian spare part alat yang mengharuskan kalibrasi

Bukti kalibrasi berupa sertifikat disimpan di laboratorium dan dievaluasi hasilnya oleh
kepala instalasi laboratorium bersama–sama dengan koordinator laboratorium

I. Regenerasi Peralatan laboratorium


Salah satu faktor penting yang dikendalikan dalam pengendalian mutu laboratorium
adalah alat atau instrumen analitik yang sering ditujukan sebagai penyebab jika terjadi
kesalahan pemeriksaan. Hal ini terjadi kerena mutu pemeriksaan sangat tergantung pada mutu
hasil instrumen yang digunakan.
Beberapa kebijakan dan komitmen laboratorium Metro Hospitals M. Toha dalam mengelola
alat/instrument analitik yang digunakan diantaranya:

1. Regenerasi peralatan secara berkala


Untuk analyzer ditetapkan bahwa alat yang dipakai dikondisikan berumur < 5 tahun.
Beberapa alasan penggantian alat:
37
a. Alat/ instrumen analitik memasuki masa kadaluarsa
Alat / instrument analitik terdiri dari komponen mekanik, optic alat atau
elektronik, yang kinerjanya cenderung berubah jika komponen tersebut manual atau
aus. Perubahan ini terjadi secara lambat laun dalam pengoperasian hari ke hari atau
bahkan minggu keminggu, dan karena kebanyakan pengukuran dilakukan dengan
membandingkan respons sampel dengan respons suatu standar/ bakuan, bukti
perubahan ini tidak terlalu terlihat, dan cenderung diabaikan. Jika perubahan yang
tidak kentara ini tidak dipantau, masalah akan terjadi pada akhirnya.
Secara umum, penyusutan suatu alat/instrumen analitik secara keuangan
diperkirakan 5 tahun. Usia penyusutan ini dapat berbeda dengan usia pakai
sebenarnya.
b. Alat rusak atau bermasalah
Meski masih dalam usia pakai yang normal, jika dalam pengoperasian sehari
– hari sering ditemukan masalah, seperti rusak atau hasil quality control tidak sesuai
persyaratan, maka alat/instrument analitik tersebut harus diganti.
c. Perkembangan teknologi
Perkembangan teknologi mendorong ditemukannya alat baru dengan kinerja
yang lebih baik. Selama beberapa dekade terakhir, peralatan laboratorium
berkembang dan berubah dengan sangat pesat. Perubahan dari segi elektronik yang
menyebabkan perubahan pada alat menjadi lebih kecil dan mudah dioperasikan, atau
bahkan perubahan pada metode yang memunculkan alat dengan kinerja lebih baik,
dari segi presisi, akurasi dan kecepatannya.
d. Jumlah permintaan pemeriksaan yang meningkat
Berbagai jenis alat dengan metode dan kapasitas yang berbeda tersedia di
pasaran. Saat jumlah permintaan bertambah, laboratorium juga dituntut untuk
mengganti alat dengan kapasitas yang lebih besar, sehingga hasil pemeriksaan yang
dikeluarkan bias memenuhi waktu tunggu hasil yang optimal bagi pasien dan dokter.

2. Perawatan alat secara berkala

Perawatan alat/ instrument analitik dilakukan secara rutin, dan sudah menjadi prosedur
tetap, diantaranya dengan berbagai langkah berikut:

a. Pengecekan kinerja alat harian, yang dilakukan setiap hari sebelum alat digunakan

b. Kalibrasi untuk memastikan alat mengukur secara akurat nilai sebelumnya dari suatu
sampel
38
c. Perawatan pencegahan (preventive maintenance), yang dilakukan minimal 1-2 kali
dalam setahun untuk menghindari down time, dimana alat tidak beroperasi karena
dalam tahap perbaikan

3. Perbaikan alat yang rusak


Kerusakan pada alat yang tidak didasari dan tetap dipakai akan mengakibatkan
ketidak akuratan hasil. Operator alat/instrumen yang berpengalaman, diharapkan dapat
mengamati dan mengidentifikasi hal ini. Secara logis urutan pemecahan masalah adalah
mendaftar berbagai kemungkinan penyebab, dan memastikan satu persatu kemungkinan
tersebut. Semua bukti servis dan maintenance terhadap alat- alat yang digunakan harus
didokumentasikan.

BAB V

39
LOGISTIK

Pengelolaan perbekalan/logistik laboratorium merupakan suatu siklus kegiatan dimulai dari


pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
Tujuannya adalah untuk mengelola perbekalan laboratorium yang efektif dan efisien dan secara
tidak langsung melaksanakan pengendalian mutu pelayanan laboratorium klinik.

A. Pemeliharaan
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di
rumah sakit, identifikasi pemilihan pemeriksaan laboratorium, jumlah dan jenis, menentukan
kriteria pemilihan dengan memprioritaskan pemeriksaan yang sering diminta dokter,
standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui jenis dan metode pemeriksaan.

B. Perencanaan
Merupakan proses kegiatan dalam pemeliharaan jenis, jumlah, dan harga perbekalan
laboratorium yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan
reagen dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode
konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan:
1. Data catatan medik
2. Anggaran yang tersedia
3. Penetapan prioritas
4. Siklus penyakit
5. Sisa persediaan
6. Data pemakaian periode yang lalu
7. Rencana pengembangan

C. Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan
disetujui, melalui bagian logistik rumah sakit berdasarkan permintaan laboratorium.
Penanggung jawab masing-masing sub bagian setiap awal bulan menyusun daftar kebutuhan
reagen untuk satu bulan yang disesuaikan dengan sisa stok reagen yang masih dan kemudian
direkap oleh koordinator administrasi menjadi daftar kebutuhan semua reagen dan alat tulis
kantor laboratorium. Semua kebutuhan dituliskan pada lembar permintaan reagen atau barang
dan disampaikan ke bagian farmasi untuk diadakan. Seksi farmasi menyiapkan semua

40
kebutuhan laboratorium apabila reagen/barang sudah ada pada stok atau kemudian melakukan
permintaan reagen/barang kepada distributor apabila reagen/barang tidak ada pada stok di
gudang.

D. Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan laboratorium yang telah diadakan
oleh farmasi melalui pembelian langsung. Pedoman dalam penerimaan reagen/ barang
laboratorium.
1. Reagen/ barang sesuai dengan jenis/ merek dan jumlah yang diminta
2. Reagen/ barang dalam kondisi baik
3. Expired date minimal 1 (satu) tahun

E. Penyimpanan reagen
Merupakan kegiatan penyimpanan perbekalan laboratorium menurut persyaratan yang
ditetapkan:
1. Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya
2. Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya
3. Mudah tidaknya meledak/ terbakar
4. Tahan/ tidaknya terhadap cahaya

Disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin perbekalan laboratorium sesuai
kebutuhan

F. Pendistribusian
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan laboratorium ke masing-masing sub
bagian pemeriksaan. Jumlah dan jenis reagen dalam pendistribusiannya sesuai dengan
kebutuhan di tiap bagian logistik laboratorium dapat dibedakan menjadi 2 (dua) bagian:
1. Logistik umum
Terdiri dari alat dan bahan non medis seperti tissue, alat tulis kantor, kertas printer dan
lain-lain. Diminta sesuai kebutuhan berdasarkan laporan stok opname ke bagian logistic
umum.
2. Logistik medis
Terdiri dari reagen, alat-alat kesehatan seperti tabung vakum, poturine, dan lain-lain
yang diminta ke bagian logistic medis berdasarkan kebutuhan bulanan sesuai laporan stok
opname yang dilakukan 1 (satu) kali seminggu.

a. Reagen

41
Adalah zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi untuk mendeteksi,
mengukur, memeriksa dan menghasilkan zat lain.
Menurut cara pembuatannya dibagi menjadi:
1. Reagen buatan sendiri
2. Reagen jadi (komersial)
Adalah reagen yang dibuat oleh pabrik / produsen

b. Standar

adalah zat-zat yang konsentrasi atau kemurnian diketahui dan diperoleh dengan
cara penimbangan. Ada 2 (dua) macam standar yaitu:

1. Standar primer

2. Standar sekunder

c. Bahan kontrol
Adalah bahan yang digunakan untuk memantau ketepatan suatu pemeriksaan di
laboratorium atau untuk mengawasi kualitas hasil pemeriksaan sehari-hari. Bahan
kontrol dapat dibedakan berdasarkan:
1. Sumber bahan kontrol
Ditinjau dari sumbernya bahan control dapat berasal dari manusia, binatang
atau merupakan bahan kimia murni
2. Bentuk bahan kontrol
Menurut bentuknya bahan kontrol ada bermacam – macam yaitu bentuk cair,
bentuk padat, bentuk bubuk (liofilisat) dan bentuk strip. Bahan kontrol
berbentuk padat, bentuk bubuk atau bentuk strip harus dilarutkan terlebih
dahulu sebelum digunakan
3. Cara pembuatan
Bahan kontrol dapat dibuat sendiri atau dapat dibeli dalam bentuk sudah jadi.
Ada beberapa macam bahan kontrol yang dibuat sendiri, yaitu:
a. Bahan kontrol yang dibuat dari serum disebut juga serum kumpulan (pooled
sera). Pooled sera merupakan campuran dari bahan sisa serum pasien yang
sehari–hari dikirim ke laboratorium. Keuntungan dari serum kumpulan ini
adalah mudah didapat.
b. Bahan kontrol komersial
BAB VI
42
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Laboratorium klink mempunyai peranan dalam keselamatan pasien WHO (World Health
Organization) sebagai badan kesehatan internasional, memiliki inisiatif untuk menciptakan
suatu upaya di berbagai bidang, termasuk pemberian hasil laboratorium dan bantuan dalam
penafsiran data laboratorium. Tindakan dan aturan yang harus diterapkan di laboratorium dalam
menangani pasien atau pengunjung yang melakukan pemeriksaan di laboratorium.

B. Tujuan
Agar pasien/pengunjung yang datang ke laboratorium terhindar dari hal–hal yang
membahayakan, seperti risiko tertular penyakit infeksi, risiko jatuh atau risiko mengalami
komplikasi saat pengambilan sampel dilakukan.

C. Tata laksana keselamatan pasien


Kebersihan di dalam laboratorium sangat diperhatikan, petugas harus menggunakan jas
laboratorium dan sarung tangan, sebelum memakai sarung tangan, tangan harus dalam keadaan
bersih, minimal petugas harus cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan
sampel, reagen tidak boleh berceceran, harus sesuai label dan tempatnya. Setelah hasilnya
keluar, dilakukan pengecekan ulang, cocok atau tidak antara data dan jenis pemeriksaan pasien.
Setelah divalidasi hasil diserahkan ke bagian pengolahan hasil untuk diberikan kepada pasien.
Sampah – sampah seperti tempat sampel atau tempat reagen yang sudah habis dibuang ke
tempat sampah yang sudah disediakan dan akan ada petugas yang mengambil, biasanya
dikumpulkan di tempat pembuangan yang telah ditetapkan lalu dimusnahkan sesuai dengan
jenis sampahnya, harus seuai antara sampah pasien dengan jenis pemeriksaan, dan seminimal
mungkin tidak melakukan kesalahan dan selalu menjaga kebersihan selama di laboratorium.

1. Menjaga kebersihan tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan untuk


mencegah HAIs (Healthcare Associated Infections).
Kebersihan di dalam laboratorium harus diperhatikan. Petugas harus
menggunakan jas laboratorium dan handscoen, sebelum memakai handscoen tangan harus
dalam keadaan bersih minimal petugas harus cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan pemeriksaan sampel dengan sabun atau handsrub sesuai standar prosedur
yang berlaku, reagen tidak boleh berceceran, harus sesuai label dan tempatnya. Sampah-
sampah seperti tempat sampel atau tempat reagen yang sudah habis dibuang ke tempat
43
sampah yang sudah disediakan sesuai sampah medis dan non medis, selanjutnya sampah
akan diambil oleh petugas kebersihan dikumpulkan dan dibawa ke tempat pembuangan.

2. Identifikasi data dan jenis pemeriksaan pasien


Setelah sampel sampai di laboratorium, petugas melakukan pengecekan ulang
data pasien, jenis pemeriksaan dan sampel pasien pada saat serah terima antar petugas.
Harus sesuai antara sampel pasien dengan jenis pemeriksaan, dan seminimal mungkin
tidak melakukan kesalahan. Setelah semua cocok, baru dilakukan pemeriksaan sesuai
yang diminta. Setelah hasilnya keluar, lakukan pengecekan ulang, cocok atau tidak
antara data dan jenis pemeriksaan pasien. Baru setelah itu hasil dapat diserahkan ke
bagian pengolahan administrasi untuk diserahkan kepada pasien.

3. Pemeriksaan harus dilakukan sesuai prosedur


Pemeriksaan harus dilakukan sesuai prosedur pemeriksaan dan penggunaan nama
reagen yang terdengar mirip dan bentuk mirip. Cara pemeriksaan pasien dilakukan
sesuai prosedur pemeriksaan, jika ada penggunaan reagen yang mirip harus dipastikan
dengan teliti sehingga mengurangi kesalahan, terutama pada reagen yang warna dan
namanya mirip. Reagen sudah ada tempatnya masing-masing sesuai labelnya, supaya
petugas mudah mengambilnya dan tidak tertukar.

4. Penggunaan jarum suntik dan benda tajam sesuai standar prosedur operasional yang
berlaku. Selain keselamatan pasien pada saat melakukan pemeriksaan laboratorium,
perlu juga diperhatikan keselamatan pasien pada saat berada di lingkungan rumah sakit
dan di lingkungan laboratorium. Dalam hal ini termasuk tindakan yang harus dilakukan
untuk menghindari pasien dari risiko jatuh. Skrining awal risiko jatuh dilakukan pada
semua pasien. Semua pasien berisiko jatuh menjadi tanggung jawab semua personal
rumah sakit selama pasien tersebut berada di lingkungan rumah sakit.

5. Pasien rawat jalan memiliki risiko tinggi untuk jatuh jika memiliki salah satu dari
beberapa faktor risiko jatuh di bawah ini:
 Usia > 65 Tahun
 Memakai alat bantu mobilisasi
 Riwayat jatuh 3 bulan terakhir

44
Pada pasien rawat jalan dengan risiko jatuh yang tinggi seperti ini harus dilakukan
tindakan sebagai berikut:

 Pasang gelang kuning


 Dekatkan ke nurse station
 Bantu saat mobilisasi
 Edukasi pasien dan keluarga
 Informasikan ke petugas instalasi berikutnya

Untuk pasien anak penilaian risiko jatuh dilakukan menggunakan skala humpty dumpty.
Untuk pasien dewasa, penilaian risiko jatuh dilakukan menggunakan skala morse.
Penilaian neonates < 28 hari yang dirawat: tidak perlu dilakukan pengkajian risiko jatuh,
pencegahan risiko jatuh yang standar tetap dilakukan.

45
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

A. Definisi
Keselamatan kerja adalah upaya untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan,
kebakaran, bahaya peledakan, penyakit akibat kerja, pencemaran lingkungan yang pada
umumnya menimbulkan kerugian nyawa, waktu dan harta benda bagi pekerja dan masyarakat
yang berada di lingkungannya (UU no. 1 tahun 1970, tentang keselamatan kerja).
Mengingat besarnya risiko kecelakaan dan gangguan kesehatan yang dapat terjadi akibat
kegiatan laboratorium maka seluruh petugas di laboratorium harus mengenal berbagai bahaya
dan risiko kesehatan di laboratorium sehingga petugas dapat melakukan tindakan pencegahan
dan dapat menangani secara benar bila terjadi kecelakaan kerja di laboratorium.

B. Tujuan
 Acuan dalam melaksanakan tugas dilaboratorium
 Meningkatkan pengetahuan petugas terhadap risiko terjadinya kecelakaan dan gangguan
kesehatan akibat kegiatan laboratorium
 Menjamin mutu pekerjaan laboratorium

C. Ruang lingkup

Ruang lingkup kesehatan dan keselamatan kerja meliputi upaya peningkatan kesehatan
dan pencegahan kecelakaan atau gangguan kesehatan petugas laboratorium termasuk
pengunjung atau pasien dan lingkungannya pada semua jenis dan jenjang pelayanan
laboratorium.

D. Kegiatan
Pengenalan dari berbagai bahaya dan risiko kesehatan di tempat dan lingkungan kerja sebagai
berikut:
Mengenal zat kimia berbahaya di laboratorium dan cara pecegahannya
Daftar zat kimia yang ada di laboratorium Metro Hospitals M. Toha dapat dilihat pada tabel
berikut

46
Tabel daftar zat kimia berbahaya di laboratorium

Cara pencegah dan


Nama zat kimia Bahaya (Kode)
penanganan bila terpapar
Asam Asetat Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Alkohol Absolute Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Chlorine Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Methanol Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Lugol Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Giemsa Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Metilen Biru Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Karbol Fuchsin Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Sulfolyser Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Fluorocell Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Lysercell Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Cellpack Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
e-Check Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
EightCheck Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Bionorm N Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Bionorm L Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Reagen Elektrolit Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Reagen Biolyte 2000 Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Mission Control Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS

Untuk pencegahan B3 setiap petugas harus memahami buku MSDS Rumah Sakit dan buku
MSDS laboratorium
1. Mengenal gangguan kesehatan yang disebabkan oleh mikro organisme yang infeksius
2. Mengenal bahaya radiasi dari peralatan laboratorium. Radiasi dari peralatan laboratorium
kesehatan adalah menggunakan radiasi non pengion yaitu radiasi tanpa pelepasan elektron
seperti dari sinar ultra violet
3. Mengenal bahaya stress akibat keadaan di tempat kerja
4. Mengenal bahaya stress akibat peralatan yang tidak ergonomis

Pencegahan bahaya di laboratorium secara umum yaitu ruangan:


1. Kebersihan ruangan laboratorium harus selalu terjaga
47
2. Permukaan meja kerja harus selalu dibersihkan setelah selesai bekerja dan jika terjadi
bahan yang potensial berbahaya
3. Lantai harus bersih, kering, tidak licin dan ada saluran pembuangan

4. Suhu ruang anantara 15 - 25 oC dengan kelembaban 35 – 60 %

5. Udara dalam ruangan harus dibuat mengalir searah (dari ruang bersih ke ruang kotor)
6. Dinding hendaknya dicat dengan bahan epoksi, permukaannya harus rata, mudah
dibersihkan, tidak tembus cairan dan tahan terhadap desinfektan

7. Label internasional untuk BIOHAZARD/ LABEL BAHAYA harus terpasang di pintu


masuk laboratorium yang menangani kelompok mikro organisme risiko 2, 3 dan 4

8. Pintu laboratorium harus selalu tertutup jika petugas sedang bekerja, mereka yang tidak
berkepentingan dilarang masuk

E. Peralatan
1. Sarung tangan harus dilepaskan jika menerima telepon atau sedang menggunakan
komputer
2. Penggunaan pipet dengan mulut tidak diperbolehkan
3. Penyimpanan jas laboratorium tidak boleh dalam satu lemari dengan pakaian lain
yang dipakai di luar laboratorium
4. Diwajibkan memakai sarung tangan plastik karet tipis selama bekerja, dengan
ketentuan pada saat pengambilan sampel, satu sarung tangan untuk satu pasien
5. Setelah dipakai sarung tangan harus dibuang bersama limbah laboratorium lainnya,
kemudian petugas mencuci tangan sampai bersih
6. Penyimpanan harus sesuai prosedur kerja

F. Prosedur/ Sistem
1. Penggunaan bahan-bahan harus sesuai dengan ukuran
2. Semua prosedur tetap yang tersedia harus dilaksanakan dan diperhatikan untuk
mencegah atau meminimalisir terbentuknya aerosol atau tetesan
3. Semua prosedur tetap harus dilakukan untuk mencegah atau meminimalisir bahaya atau
kecelakaan akibat kerja
4. Semua limbah atau bahan yang terkontaminasi, specimen dan kultur harus dilakukan
dekontaminasi sebelum dibuang atau akan digunakan kembali
5. Limbah infeksius hendaknya dimasukkan ke dalam kantong plastik sesuai dengan kode
48
dan warnanya untuk dikelola
6. Seluru petugas laboratorium harus selalu mencuci tangan setelah menangani bahan
infeksius, setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien, setelah menyentuh pasien,
sebelum mengambil darah pasien dan sebelum meninggalkan laboratorium. Mencuci
tangan dapat dilakukan dengan memakai sabun jikan tangan terlihat kotor dan memakai
handsrub jika tangan terlihat bersih
7. Jas laboratorium hanya boleh dipakai di ruangan laboratorium dan pada saat
pengambilan sampel pasien
8. Penyimpanan pakaian pelindung diri tidak boleh dalam satu lemari dengan pakaian yang
dipakai di luar ruang kerja laboratorium

G. Petugas
1. Dilarang makan, minum, merokok, menyimpan makanan serta menggunakan kosmetik di
dalam ruangan laboratorium
2. Cincin dan gelang/perhiasan lainnya tidak boleh digunakan selama bekerja
3. Rambut panjang harus diikat selama bekerja
4. Tidak diperbolehkan menggunakan pipet isap dengan mulut
5. Seluruh petugas laboratorium harus selalu mencuci tangan setelah menangani bahan
infeksius dan sebelum meninggalkan laboratorium
6. Jangan menggunakan ludah untuk merekatkan label
7. Pakailah kaca mata pelindung, kaca pelindung wajah (visors) atau alat pelindung diri
lainnya jika menangani objek yang mudah menyemprot atau memantul ke tubuh kita, atau
jika tidak diperlukan
8. Seluruh petugas yang menangani bahan infeksius harus memakai sarung tangan untuk
menghindari kontak langsung dengan specimen
9. Jangan memakai sandal terbuka di laboratorium
10. Petugas harus melapor semua kejadian baik berupa tumpahan, kecelakaan kerja, ataupun
terpapar dengan bahan potensial berbahaya atau infeksius lainnya kepada kepala ruangan
secara tertulis

H. Pencegahan bahaya di laboratorium secara khusus


1. Kimia

49
a. Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang terdapat di
laboratorium harus tersedia di tempat kerja dan diketahui seluruh petugas laboratorium
b. Bahan kimia tidak diisap melalui pipet dengan mulut tetapi dengan menggunakan karet
isap (rubber bulb), atau alat vakum untuk mencegah tertelannya bahan berbahaya dan
terhirupnya aerosol
c. Gunakan peralatan pelindung seperti mata dan muka, sarung tangan karet, celemek
(apron), jas laboratorium yang tepat pada saat menangani bahan kimia terutama pelarut
organic
d. Gunakan pelindunga mata yang tepat jika bekerja dengan bahan atau alat yang dapat
menimbulkan bahan pecahan, percikkan atau radiasi gelombang perusak mata.
Pelindung mata harus dapat menutup rapat daerah sekitar mata dan tahan terhadap
percikkan zat kimia
e. Hindari pemakaian lensa kontak pada waktu menangani bahan kimia karena dapat
melekat antara mata dan lensa

2. Biologi
Upaya pencegahan bahaya didasarkan klasifikasi tingkat keamanan biologi laboratorium
yang bersangkutan. Hal–hal umum yang penting diperhatikan adalah:
a. Lakukan pekerjaan laboratorium dengan menerapkan praktek laboratorium yang benar
(good laboratory practice)
b. Penggunaan desinfektan yang sesuai dengan cara penggunaan yang benar
c. Lakukan sterilisasi dan desinfektan terhadap sisa bahan infeksius dan spesimen secara
benar
d. Pengelolaan limbah infeksius diterapkan dengan benar
e. Gunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai

3. Fisika
Pencegahan terhadap panas dilakukan dengan pemasangan AC, pengaturan ventilasi
4. Psikososial / Stres
a. Menjaga keseragaman jasmani petugas
b. Mengenali stres melalui buku bacaan, seminar
c. Mengadakan kegiatan yang menimbulkan rasa betah dalam bekerja misalnya makan
siang bersama, musik, mengadakan kegiatan piknik bersama
d. Membudayakan budaya safety, berani menegur atau meningkatkan untuk memakai alat
50
pelindung diri

5. Ergonomi

Pemakaian komputer harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:


a. Jangan terus menerus bekerja dengan komputer
b. Pencegahan kelelahan mata
c. Menghindari hal-hal yang menimbulkan kecelakaan seperti
- Jangan makan minum di dekat computer dan jagalah computer tetap bersih
- Dilarang merokok di setiap instalasi kerja

6. Tindakan segera jika terjadi bahaya di laboratorium


1. Umum
a. Jika terjadi kebakaran, beritahu kepada seluruh petugas, lakukan dengan tenang
b. Informasikan kepada tim/ petugas K3RS. Kalau perlu kepada petugas pemadam
kebakaran, polisi, kelurahan, RS
c. Ikuti prosedur yang berlaku, hubungi organisasi tim penanggulangan bencana
1. Dokter IGD: Pusat komando bencana (bersama direktur, manajer umum, ketua
K3).
2. Dokter bangsal: Tim medis (bersama MOD).
3. Tim lain: Pemadam kebakaran ruangan, petugas keamanan, maitenance,
komunikasi.
4. Tim komando penanganan bencana saat kebakaran di ruangan:
a. Merah : Pemadam kebakaran
b. Kuning : Komando jalannya evakuasi pasien atau orang
c. Biru : Informasi, pencatatan, penandaan ruangan kosong
d. Putih : Evakuasi dokumen

51
Cara menggunakan apar

2. Khusus
Tumpahan dan kebocoran bahan kimia
a. Cucilah mata atau kulit di pancuran air (shower) terdekat bila terkena zat kimia
b. Ikuti semua petunjuk material safety data sheet (MSDS), tentang proses netralisasi
bahan kimia yang bocor atau tumpahan sebaik-baiknya
c. Bila tumpahan diperkirakan dapat menimbulkan kebakaran dan peledakan,
tinggalkan segeraruangan
d. Semua petugas laboratorium wajib mengetahui bahan B3 yang ada di laboratorium
e. Staf harus mengetahui buku B3/ MSDS
f. Spillkit harus ada diletakkan di tempat yang mudah dijangkau oleh siapapun

7. Keracunan bahan kimia melalui kontak langsung


1. Bila kena mata

52
b. Keluarkan lensa kontak jika memakai
c. Cucilah mata yang terkena dengan semprotan air
d. Jangan menggunakan salep mata atau bahan netralisasi
2. Bila kena kulit
a. Cuci tangan hingga bersih jika bahan kimia menganai kulit, siram air mengalir
selama 15 menit
b. Mandikan korban dipancuran dan pakailah apron dan sarung tangan
c. Bersihkan dengan teliti lipatan atau rongga tubuh korban. Posisi kepala harus
lebih tinggi dari tubuh untuk menghindari cipratan ke mata korban
d. Semprot air ke tubuh dan cuci mata, ini bisa dilakukan dengan posisi korban
duduk dengan kepala mengadah
3. Bila terminum
Bila terminum segera berkumur-kumur, selanjutnya bawa ke IGD
4. Bila terhirup
Bila terhirup longgarkan pakaian, bawa ketempat yang segar, beri nafas bantuan (bila
diperlukan)
5. Bila tertumpah (lihat gambar)

I. Penanganan cairan tubuh yang tumpah di lantai


1. Gunakan APD (sarung tangan, masker)
2. Serap cairan tubuh yang berada di lantai sebanyak–banyaknya dengan kertas penyerap/
koran/ tissue
3. Buang kertas penyerap ke dalam kantong sampah infeksius

53
4. Lokalisir are bekas tumpahan cairan tubuh tadi dengan cairan deterjen, diamkan 5 menit,
kemudian bersihkan
5. Beri klorin yang sudah diencerkan, diamkan selama 5 menit, kemudian bersihkan
6. Bilas dengan lap basah yang bersih sehingga larutan klorin terangkat
7. Lepaskan sarung tangan sesuai prosedur, kemudian buang ke tempat sampah infeksius
8. Cuci tangan sampai bersih

Pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi dana atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi
pekerja dan perusahaan, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh,
merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyrakat luas.

Penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan
dan non kesehatan, kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka
kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan)
menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi
karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang
memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat
pengaman walaupun sudah tersedia.

Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan telah


mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja,
agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan di
sekitarnya.
Diantara sarana kesehatan, laboratorium kesehatan merupakan suatu institusi dengan
jumlah petugas kesehatan dan non kesehatan yang cukup besar. Kegiatan laboratorium
kesehatan mempunyai risiko berasal dari factor fisik, kimia, ergonomis dan psikososial. Variasi,
ukuran, tipe, dan kelengkapan laboratorium menentukan kesehatan dan keselamatan kerja.
Seiring dengan kemajuan IPTEK, khususnya kemajuan teknologi laboratorium, maka risiko
yang dihindari petugas laboratorium semakin meningkat.

Petugas laboratorium merupakan orang pertama yang terpajan terhadap bahan kimia yang
merupakan bahan toksik korosif, mudah meledak dan terbakar serta bahan biologis. Selain itu
54
dalam pekerjaannya menggunakan alat-alat yang mudah pecah, berionisasi dan radiasi serta alat-
alat elektronik dengan voltase yang mematikan.

Oleh karena itu penerapan budaya aman dan sehat dalam bekerja hendaknya dilaksanakan
pada semua institusi di sector kesehatan termasuk laboratorium kesehatan.

J. Fasilitas laboratorium
1. Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran,
penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan yang
bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit,
kondisi kesehatan dan faktor yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan perorangan
dan masyarakat.
2. Desain laboratorium harus mempunyai sistem ventilasi yang memadai dengan
sirkulasi udara yang adekuat
3. Desain laboratorium harus mempunyai pemadam api yang tepat terhadap bahan
kimia yang berbahaya yang dipakai
4. Kesiapan menghindari panas sejauh mungkin dengan memakai alat pembakar gas
yang terbuka untuk menghindari bahaya kebakaran.
5. Untuk menahan tumpahan larutan yang mudah terbakar dan melindungi tempat yang
aman dari bahaya kebakaran dapat disesuaikan bendung-bendung tajam
6. Dua buah jalan keluar harus disediakan untuk keluar dari kebakaran dan terpisah
sajauh mungkin
7. Tempat penyimpanan didesain untuk mengurangi sekecil mungkin risiko oleh bahan-
bahan berbahaya dalam jumlah besar.

K. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja


Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga
komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang
dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka
bias dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas.
Sebaliknya bila terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja
berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan
produktivitas kerja.
1. Kapasitas kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di indonesia pada umumnya belum
55
memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30–40 %
masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35%
kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi seperti ini tidak memungkinkan bagi para
pekerja untuk bekerja dengan produktifitas yang optimal. Hal ini diperberat lagi
dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada sebagian besar masih diisi oleh
petugas kesehatan dan non kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga
dalam melakukan tugasnya mungkin sering mendapatkan kendala terutama
menyangkut masalah kecelakaan kerja.

2. Beban kerja

Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis


beroperasi 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan di
laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilir dan tugas/jaga malam. Pola kerja
yang berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya
perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban
kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah,
yang berdampak pekerjaan terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan.
Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.

3. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi
kesehatan kerja, dapat menimbulkan kecelakaan kerja (occupational accident),
penyakit akibat kerja dan penyakit akibat hubungan kerja (occupational disease and
workrelated diseases).

L. Identifikasi masalah kesehatan, keselamatan kerja laboratorium, kesehatan dan


pencegahan

M. Kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya
kecelakaan menyebabkan kerugian material dari yang paling ringan sampai kepada yang
paling berat. Kecelakaan di laboratorium dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kecelakaan medis jika yang menjadi korban pasien
2. Kecelakaan kerja jika yang menjadi korban petugas laboratorium itu sendiri

56
Penyebab kecelakaan kerja dapa tdibagi dalam kelompok:
1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu keadaan yang tidak aman dari:
a. Mesin, peralatan, bahan lain-lain
b. Lingkungan kerja
c. Proseskerja
d. Sifat pekerjaan
e. Cara kerja
2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia yang dapat
terjadi antara lain karena:
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
b. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
c. Keletihan dan kelemahan daya tahan tubuh
d. Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik

Kecelakaan kerja yang dapat terjadi di laboratorium:


1. Terpeleset, biasanya karena lantai licin. Terpeleset dan jatuh adalah bentuk kecelakaan
kerja yang dapat terjadi di laboratorium.
Akibatnya: Memar (ringan), fraktur, dislokasi, memar otak (berat)
Pencegahannya:
a. Pakai sepatu anti slip
b. Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar
c. Hati – hati bila berjalan pada lantai yang sedang di pel (basah dan licin) atau
tidak rata konstruksinya
d. Pemeliharaan lantai dan tangga

2. Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat, terutama bila


mengabaikan kaidah ergonomis

Akibatnya: Cedera pada punggung

Pencegahannya:
a. Beban jangan terlalu berat
b. Jangan berdiri terlalu jauh dari beban
c. Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi pergunakan lah
tungkai bawah sambal berjongkok

57
d. Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakkan terhambat.
3. Mengambil sampel darah/cairan tubuh lainnya. Hal ini merupakan pekerjaan sehari-
hari di laboratorium
Risikonya:
a. Tertusuk jarum suntik
b. Tertular virus HIV, hepatitis B, hepatitis C

Pencegahannya:
a. Gunakan alat suntik sekali pakai
b. Jangan tutup kembali atau menyentuh jarum suntik yang telah dipakai tapi
langsung dibuang ke tempat yang telah disediakan (sebaiknya gunakan
destruction clip)
c. Bekerja di bawah pencahayaan yangcukup
4. Risiko terjadinya kebakaran (sumber: bahan kimia) bahan desinfektan yang mungkin
mudah menyala (flammable) dan beracun. Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur
bersama-sama yaitu: oksigen, bahan yang mudah terbakar dan panas.
Akibatnya:
a. Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari mulai ringan sampai berat
bahkan kematian
b. Timbul keracunan akibat kurang hati - hati
Pencegahannya:
a. Konstruksi bangunan yang tahan api
b. Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan–bahan yang mudah terbakar
c. Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran
d. Sistem tanda kebakaran
1. Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya dengan
segera
2. Otomatis yang menentukan kebakaran dan member tanda secara otomatis
e. Jalan untuk menyelamatkan diri
f. Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran
g. Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman

N. Penyakit akibat kerja dan penyakit akibat hubungan keja di laboratorium kesehatan

Penyakit akibat kerja adala penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik
58
ataupun asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, pada umumnya terdiri dari suatu agen
penyebab, harus ada hubungan sebab akibat antara proses penyakit dan hazard di tempat
kerja. Faktor lingkungan kerja sangat berpengaruh dan berperan sebagai penyebab
timbulnya penyakit akibat kerja. Sebagai contoh antara lain debu silica dan silikosis, uap
timbale dan keracunan timah. Akan tetapi penyebab terjadinya akibat kesalahan faktor
manusia juga (WHO)

Berbeda dengan penyakit akibat kerja, penyakit akibat hubungan kerja (PAHK)
sangat luas ruang lingkupnya. Menurut komite ahli WHO (1973), penyakit akibat hubungan
kerja adalah penyakit dengan penyebab multi faktorial, dengan kemungkinan besar
berhubungan dengan pekerjaan dan kondisi tempat kerja. Pajanan di tempat kerja tersebut
memperberat, mempercepat terjadinya serta menyebabkan kekambuhan penyakit.

Penyakit akibat kerja di laboratorium kesehatan umumnya berkaitan dengan faktor


biologis (kuman pathogen yang berasal umumnya dari pasien), faktorkimia (pemaparan
dalam dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptic pada kulit, zat kimia/solvent yang
menyebabkan kerusakan hati), faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien
salah), faktor fisika dalam dosis kecil yang terus-menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi,
radiasi, dll), faktor psikologis (ketegangan di kamar penerimaan pasien, gawat darurat,
karantina, dll).

1. Faktor biologis

Lingkungan kerja pada pelayanan kesehatan merupakan tempat bagi


berkembang biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman–kuman Pyogenic
colli, bacilli dan Staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-benda yang
terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar melalui kontak dengan darah dan sekret
(misalnya HIV dan hepatitis B) dapat menginfeksi pekerja hanya akibat kecelakaan kecil
pada pekerjaan. Misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus.

Angka kejadian infeksi nosokomial di instalasi pelayanan kesehatan cukup


tinggi. Secara teoritis kemungkinan kontaminasi pekerja laboratorium sangat besar,
sebagai contoh dokter di rumah sakit mempunyai risiko terkena infeksi 2 sampai 3 kali
lebih besar dari pada dokter yang praktek pribadi atau swasta, dan bagi petugas
kebersihan menangani limbah yang infeksius senantiasa kontak dengan bahan yang
tercemar kuman patogen, debu beracun mempunyai peluang terkena infeksi

Pencegahan:

59
a. Seluruh pekerja harus mendapatkan pelatihan dasar tentang kebersihan,
epidemiologi dandesinfeksi.
b. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan dalam
keadaan sehat, punya cukup kekebalan alami untuk bekerja dengan bahan
infeksius, dan dilakukan imunisasi.
c. Menerapkan bekerja di laboratorium dengan praktek yang benar (good
laboratory practice).
d. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar

e. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infek sius dan
spesimen secara benar.
f. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar.
g. Menggunakan cabinet keamanan biologis yang sesuai.
h. Kebersihan diri dari petugas

2. Faktor kimia
Petugas di laboratorium kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan kimia
dan obat-obatan seperti antibiotik, demikian pula dengan solvent yang banyak digunakan
dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling karsinogenik.
Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negative terhadap kesehatan
mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering adalah dermatitis kontak akibat kerja
yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja
oleh karena alergi (keton). Bahan toksik (trichloro ethane, tetra chloro methane) jika
tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau
kronik, bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan
jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.

Pencegahan:
a. Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk
diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.
b. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah
tertelannya bahan kimia dan terhirup nya aerosol.
c. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, jas
laboratorium) yang benar.
d. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa.
e. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar

60
3. Faktor ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu teknologi dan seni berupa menyerasikan alat, cara,
proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia
untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai
efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomis bersifat konseptual dan kuratif,
secara popular kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai to fit he job to themanand to
fittheman to the job.

Sebagian besar pekerja di perkantoran atau pelayanan kesehatan, bekerja dalam


posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga operator, peralatan, hal ini
disebabkanperalatanyangdigunakanpadaumumnyabarangimporyangDesainya tidak
sesuai dengan ukuran pekerja indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat
menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka
panjang dapat menyebabkan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang
paling sering adalah nyeri pinggang bawah (lowback pain).

4. Faktor fisik

Faktor fisik di laboratorium kesehatan dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja,


meliputi:

a. Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress dan ketulian

b. Pencahayaan yang kurang di ruangan kamar pemeriksaan laboratorium, ruang


perawatan dan kantor administrasi dapat menyebabkan gangguan penglihatan
dan kecelakaan kerja

c. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja

d. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar

Pencegahan:

a. Pengendalian cahaya di ruang laboratorium

b. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai

c. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi

d. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai

e. Filter untuk mikroskop

5. Faktor psikososial
61
Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapat menyebabkan
stress:
a. Pelayanan kesehatan seringkali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati
seseorang, untuk itu pekerja di laboratorium kesehatan dituntut untuk
memberikan pelayanan yang tepat, cepat dan akurat disertai dengan keramah-
tamahan.
b. Pekerja pada instalasi - instalasi tertentu yang sangat monoton.
c. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama
teman kerja.
d. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal
ataupun informal.

O. Pengendalian penyakit akibat kerja dan kecelakaan melalui penerapan kesehatan dan
keselamatan kerja

P. Pengendalian melalui perundang–undangan (kontrol legislatif) antara lain:


1. UU No. 14 Tahun 1969 tentang ketentuan–ketentuan pokok mengenai tenaga kerja
2. Petugas kesehatan dan non kesehatan 1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja
3. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Peraturan menteri kesehatan tentang kebersihan dan sanitasi lingkungan
5. Pengaturan penggunaan bahan–bahan berbahaya
6. Peraturan/ persyaratan pembuangan limbah, dll

Q. Pengendalian melalui administrasi/ organisasi (kontrol administratif) antara lain:


1. Pesyaratan penerimaan tenaga medis, para medis, dan tenaga non medis yang meliputi
batas umur, jenis kelamin dan syarat kesehatan
2. Pengaturan jadwal kerja dan shift
3. Menyusun prosedur kerja tetap (standard operating procedure) untuk masing-masing
instalasi dan melakukan pengawasan terhadap pelaksananya
4. Melaksankan prosedur keselamatan kerja (safety procedures) terutama untuk
pengoperasian alat–alat yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan melakukan
pengawasan agar prosedur tersebut dilaksanakan
5. Melaksanakan pemeriksaan secara seksama penyebab kecelakaan kerja dan
pengupayaan pencegahannya
R. Pengendalian secara teknis (engineering control)
62
1. Subsitusi dari bahan kimia, alat kerja atau proses kerja
2. Isolasi dari bahan–bahan kimia, alat kerja, proses kerja, dan petugas kesehatan dan non
kesehatan (penggunaan alat pelindung)
3. Perbaiki sistem ventilasi danlain-lain

S. Pengendalian mengelalui jalur kesehatan (medical control)


Yaitu upaya untuk menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal
(recognition) kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap jenis
pekerjaan di instalasi pelayanan kesehatan dan pencegahan meluasnya gangguan yang sudah
ada baik terhadap pekerja itu sendiri maupun terhadap orang di sekitarnya. Dengan deteksi
dini, maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat, mengurangi penderita dan
mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas masyarakat pekerja. Disini diperlukan
sistem rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja secara cepat dan tepat
(prompt-treatment).

Pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang


meliputi:
1. Pemeriksaan awal
adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum seorang calon/pekerja
(petugas kesehatan dan non kesehatan) mulai melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan
ini bertujuan memperolehgambaran tentang status kesehatan calon pekerja dan
mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari segi kesehatannya sesuai dengan
pekerjaan yang akan ditugaskan kepadanya. Pemeriksaan kesehatan awal ini meliputi:
a. Anamnesa pekerjaan
b. Penyakit yang pernah diderita
c. Alergi
d. Imunisasi yang pernah didapat
e. Pemeriksaan badan
f. Pemeriksaan laboratorium rutin
g. Pemeriksaan tertentu:
1. Test Tuberkulin
2. Psikologi
2. Pemeriksaan berkala
adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara berkala dengan jarak
waktu tertentu yang disesuaikan dengan besarnya risiko kesehatan yang dihadapi.
63
Semakin besar risiko kerja, makin kecil jarak waktu antar pemeriksaan berkala. Ruang
lingkup pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus seperti
pada pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambahkan dengan pemeriksaan lainnya,
sesuai dengan risiko kesehatan yang dihadapi dalam pekerjaan

Pemeriksaan khusus yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan khusus di


luar waktu pemeriksaan berkala yaitu pada keadaan dimana atau diduga terdapat
keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja.

Sebagai instalasi di sektor kesehatan pengembangan K3 tidak hanya untuk


intern laboratorium kesehatan, dalam hal memberikan pelayanan paripurna juga harus
merambah dan memberi panutan pada masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya
pelayanan promotif dan preventif. Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak
berdampak kesehatan bagi pekerja atau masyarakat di sekitarnya, meningkatkan
kepekaan dalam mengenali unsafe act dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan
dan sebagainya.
Kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium kesehatan bertujuan agar
petugas, masyarakat dan lingkungan laboratorium kesehatan saat bekerja selalu dalam
keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan
tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak.
Keterlibatan dan komitmen yang tinggi dari pihak manajemen atau pengelola
laboratorium kesehatan mempunyai peran sentral dalam pelaksanaan program ini.
Demikian pula dengan pihak petugas kesehatan dan non kesehatan yang menjadi sasaran
program K3 ini harus berpartisipasi secara aktif, bukan hanya sebagai obyek tetapi juga
berperan sebagai subyek dari upaya mulia ini. Melalui kegiatan kesehatan dan
keselamatan kerja, diharapkan petugas kesehatan dan non kesehatan yang bekerja di
laboratorium kesehatan dapat bekerja dengan lebih produktif.

64
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Pemantapan mutu laboratorium kesehatan adalah semua kegiatan yang ditunjuk untuk
menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium, dilaksanakan melalui berbagai
kegiatan antara lain pemilihan metode yang tepat, pengambilan spesimen yang benar, pelaksanaan
pemeriksaan laboratorium oleh petugas yang memiliki kompetensi dan pelaksanaan kegiatan
pemantapan mutu internal serta pemantapan mutu eksternal.

Mutu laboratorium secara garis besar dapat dibedakan atas mutu pemeriksaan dan mutu
pelayanan. Dalam meningkatkan mutu pemeriksaan, laboratorium Metro Hospitals M. Toha wajib
melakukan pemantapan mutu internal dan pemantapan mutu eksternal untuk menjamin kualitas
hasil pemeriksaan yang dikeluarkan oleh laboratorium. Pelaksanaan pemantapan mutu internal dan
pemantapan mutu eksternal dikoordinir oleh koordinator administrasi dan koordinator teknis yang
akan dilaporkan ke penanggung jawab laboratorium. Adapun pemantapan mutu pemeriksaan yang
harus dilakukan adalah sebagai berikut:

A. Pemantapan Mutu Internal (PMI)


Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang
dilakukan oleh masing-masing laboratorium secara terus menerus agar diperoleh hasil
pemeriksaan yang teliti. Pemantapan mutu internal dilaksanakan mulai dari pada tahap
praanalitik, analitik dan pasca analitik. Proses pra-analitik dibagi menjadi dua kelompok yaitu
pra-analitik ekstra laboratorium dan pra analitik intra laboratorium. Proses - proses tersebut
meliputi persiapan pasien, pengambilan spesimen, pengiriman spesimen ke laboratorium,
penanganan spesimen, dan penyimpanan spesimen

Orang yang terlibat dalam proses pra analitik yaitu pasien, dokter, para medis/perawat,
petugas layanan transportasi, analis dan dokter laboratorium, mereka semua
bagiantanggungjawabterhadapmutubahanspesimendanharusmemahamipentingnya tahap pra
analitik, serta mengenali kemungkinan penyebab kesalahan dan konskuensi kesalahan mereka
terhadap hasil pemeriksaan

Pemantapan mutu tahap analitik meliputi kontrol kualitas, pemeliharaan dan kalibrasi
alat, uji kualitas reagen, metode pemeriksaan dan lainnya. Sementara kontrol mutu pasca
analitik meliputi pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan

1. Tujuan pelaksanaan Pemantapan Mutu Internal

65
Mengendalikan hasil pemeriksaan laboratorium setiap hari dan untuk mengetahui
adanya penyimpangan hasil laboratorium untuk segera diambil tindakan perbaikan segera.

2. Manfaat pelaksanaan Pemantapan Mutu Internal

a. Mutu presisi maupun akurasi hasil pemeriksaan laboratorium akan meningkat

b. Kepercayaan dokter terhadap hasil laboratorium akan meningkat. Hasil laboratorium


yang kurang tepat akan menyebabkan kesalahan dalam penatalaksanaan pasien yang
ditangani dokter

c. Pimpinan akan mudah melakukan pengawasan terhadap hasil laboratorium

d. Tingkat kepercayaan tinggi terhadap hasil laboratorium

3. Tahap–tahap yang dilakukan

A. Tahap Pra–analitik

1. Tahap persiapan pasien


Pemeriksaan untuk spesimen yang berasal dari manusia sering
memerlukan persiapan pasien terlebih dahulu. Banyak faktor pada pasien yang
dapat memengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium sehingga persiapan pasien
perlu diperhatikan. Pengirim pasien (dokter yang meminta pemeriksaan
laboratorium) wajib memberi tahu kepada pasien mengenai persiapan yang perlu
dilakukan sebelum dating ke laboratorium. Petugas yang memint apasien di
laboratorium harus menanyakan kesiapan yang telah dilakukan oleh pasien
sehubungan dengan pemeriksaan yang akan dilakukan. Petugas laboratorium
WAJIB menolak pasien apabila persiapan tidak memenuhi syarat. Hal–hal yang
belum dipahami atau dipenuhi pasien hendaknya diinformasikan kepada pasien dan
pasien kembali harus mempersiapkan pemeriksaan tersebut. Untuk persiapan yang
tidak mungkin dilakukan oleh pasien perlu dicatat pada formulir permintaan
pemeriksaan, buku penerimaan pasien dan di formulir hasil pemeriksaan agar
pemeriksaan di laboratorium dan dokter yang mengirim pasien dapat memahami
adanya ketidak sesuaian atau kondisi pada pasien yang dapat memengaruhi hasil
pemeriksaan.

Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter merencanakan pemeriksaan


laboratorium bagi pasien. Dokter dibantu oleh paramedis diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai tindakan apa yang akan dilakukan, manfaat dari

66
tindakan tersebut dan persyaratan apa yang harus dilakukan oleh pasien. Informasi
yang diberikan harus jelas agar tidak menimbulkan ketakutan atau persepsi yang
keliru bagi pasien. Beberapa jenis pemeriksaan yang memerlukan persiapan khusus
sebelumnya adalah:

Table beberapa pemeriksaan laboratorium yang memerlukan persiapan sebelumnya

No Pemeriksaan Persiapan Keterangan


1. Gula darah puasa Puasa 10-12 jam 1. Boleh minum air putih
sebelumnya 2. Selama puasa istirahat
3. Obat-obat yang di
anjurkan dokter tetap
diminum (lapor ke
petugas laboratorium)
2. Profil lipid Puasa 10-12 jam 1. Boleh minum air putih
sebelumnya 2. Selama puasa istirahat
3. Obat–obat yang
dianjurkan dokter tetap
diminum (lapor ke
petugas laboratorium)
3. Gula darah 2 jam PP Puasa 2 jam setelah Selama puasa harus duduk
makan istirahat dan tidak boleh
merokok
4. Tes agregasi Puasa 8-10 jam Laporkan obat – obat yang
trombosit sebelumnya dikonsumsi 2 hari sebelum
pemeriksaan kepada
petugas laboratorium
5. Tes toleransi glukosa Puasa 8-10 jam 1. Bolehminumairputih
oral sebelumnya 2. Selamapuasaistirahat

6. Analisa sekret uretra 2 jam sebelum


pemeriksaan tidak
boleh berkemih

67
2. Tahap persiapan pengumpulan spesimen
Spesimen yang akan diperiksa laboratorium harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan
b. Volume mencukupi
c. Kondisi baik: serum (tidak lisis, tidak ikterik dan tidak lipemik) segar / tidak
kadaluarsa, tidak berwarna merah, tidak berubah bentuk, steril (untuk kultur
kuman).
d. Pemakaian antikoagulan atau pengawettepat
1. Pemeriksaan hematologi: K3 EDTA
2. Pemeriksaan hemostasis: sodium citrate
3. Urine 24 jam: thimol 1 g/L
e. Identitas benar sesuai dengan data pasien
Sebelum pengambilan spesimen, periksa formulir permintaan laboratorium.
Identitas pasien harus ditulis dengan benar (nama, umur, jenis kelamin,
nomor rekam medis, dsb) disertai diagnosa atau keterangan klinis. Periksa
apakah identitas ditulis dengan benar sesuai dengan pasien yang akan
diambil spesimen. Tanyakan persiapan yang telah dilakukan oleh analis,
misalnya diet, puasa. Tanyakan juga mengenai obat – obatan yang
dikonsumsi, minum alkohol, merokok, dll. Catat apabila pasien telah
mengkonsumsi obat-obatan tertentu, merokok, minum alkohol, pasca
tranfusi, dsb. Catatan ini nantinya harus disertai pada lembar hasil
laboratorium. Faktor–faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
antara lain:
1. Makan dan minum
Makan dan minum dapat memengaruhi hasil pemeriksaan pada
beberapa jenis pemeriksaan, baik secara langsung maupun tidak
langsung, misalnya pemeriksaan gula darah puasa (GDP) dan trigliserida,
pemeriksaan LED, aktifitas enzim, besi dan trace element. Pemeriksaan
ini dipengaruhi secara tidak langsung oleh makanan dan minuman karena
makanan dan minuman akan memengaruhi reaksi dalam proses
pemeriksaan sehingga hasilnya menjadi tidak benar. Obat-obatan yang
diberikan baik secara oral maupun cara lainnya akan menyebabkan
terjadinya respon tubuh terhadap obat tersebut. Obat-obatan yang sering

68
digunakan dan dapat memengaruhi pemeriksaan dapat dilihat pada table.
Tabel daftar obat–obatan yang berpengaruh terhadap pemeriksaan laboratorium.

Jenis obat Pemeriksaan yang dipengaruhi


Hampir seluruh hasil
pemeriksaan substrat dan enzim
dalam darah akan meningkat
karena terjadinya
Diuretik
hemokonsentrasi, terutama
pemeriksaan Hb, hitung seldarah,
hematokrit, elektrolit. Pada urin
akan terjadi pengernceran
Kafein Sama dengan diuretic
Thiazid Glukosa darah, tes toleransi
glukosa, ureum
Pil KB (hormon) LED, kadar hormone
Morfin Enzim hati (SGOT dan SGPT)
Phenobarbital GGT
Asetosal Uji hemostasis
Vitamin C Reduksi urine
Obat antidiabetik Glukosa darah dan glukosa urine
Kortikosteroid Hitung eosinofil, tes toleransi
glukosa, hitung leukosit
Aspirin dan obat anti Tes agregrasi trombosit
trombosit lain, NSAID
Antikoagulan oral PT, INR
(warfarin, simarc)

2. Aktifitas fisik
Aktifitas fisik dapat menyebabkan antara lain terjadinya:
a. Peningkatan penggunaan glukosa oleh jaringan mengakibatkan
meningkatnya kadar gula darah dan perbedaan yang besar antara
kadar gula darah arteri dan vena
b. Perubahan kadar substrat dan enzim
Contoh: konsentrasi gas darah, kadar asam urat, kreatinin, CK,
69
LED, Hb, hitung sel darah dan produksi urine

3. Demam
Pada waktu demam, akan terjadi:
a. Peningkatan gula darah sebagai akibat meningkatnya pelepasan
insulin.
b. Penurunan kadar kolesterol dan trigliserida. Pada awal demam
terjadinya peningkatan metabolism dan terjadiny apeningkatan
asam lemak bebas dan benda-benda keton karena penggunaan
lemak yang meningkat pada demam yang sudah lama.
c. Lebih mudah menemukan parasite malaria dalam darah.
d. Terjadi reaksi yang akan menyebabkan kenaikan titerwidal.
e. Kemungkinan hasil positif kultur darah lebih besar.

4. Trauma
Trauma dengan luka perdarahan akan menyebabkan antara lain
terjadinya penurunan kadar substrat maupun aktifitas enzim yang diukur
termasuk Hb, hematokrit, dan produksi urine, hal ini disebabkan karena
terjadinya pemindahan cairan tubuh ke dalam pembuluh darah sehingga
mengakibatkan terjadinya pengenceran darah. Pada tingkat lanjut akan
terjadi peningkatan kadar ureum dan kreatinin serta enzim-enzim yang
berasal dariotot

5. Variasi harian (circadian rythme)


Pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu dalam tubuh
dari waktu ke waktu yang disebabkan oleh fluktuasi (variasi diurnal)
seperti:
a. Besi serum yang diambil pada sore hari akan lebih tinggi daripada
pagi hari
b. Glukosa, kadar insulin akan mencapai puncaknya pada pagi hari,
sehingga apabila tes toleransi glukosa dilakukan pada siang hari maka
hasilnya akan lebih rendah dari pada bila dilakukan pada pagi hari
c. Enzim, aktifitas enzim yang diukur akan berfluktuasi disebabkan oleh
kadar hormone yang berbeda dari waktu ke waktu
70
d. Eosinofil, jumlah eosinofil akan menunjukkan variasi diurnal.
Jumlahnya akan lebih rendah pada malam dibandingkan pada siang
hari
e. Kortisol, kadarnya lebih tinggi pagi hari dibandingkan malam hari.
f. Kalium, pada pagi hari lebih tinggi dari pada siang hari

6. Umur
Umur berpengaruh terhadap kadar dan aktifitas zat dalam darah.
Hitung eritrosit dan kadar Hb jauh lebih tinggi pada neonatus daripada
dewasa. Fosfatase alkali, kolesterol total dan kolesterol LDL akan
berubah dengan pola tertentu sesuai dengan pertambahan umur.

7. Ras
Jumlah leukosit orang kulit hitam Amerika lebih rendah dari pada
orang kulit putihnya. Demikian juga dengan aktifitas CK. Keadaan serupa
dijumpai pada ras bangsa lain seperti perbedaan aktifitas amilase kadar
vitamin B12 dan lipoprotein

8. Jenis kelamin (gender)


Berbagai kadar dan aktifitas zat dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Kadar besi serum dan kadar Hb berbeda pada wanita dan pria dewasa.
Perbedaan ini akan menjadi tidak bermakna lagi setelah umur > 65 tahun.
Perbedaan akibat gender lainnya adalah aktifitas CK dan kreatinin.
Perbedaan ini lebih disebabkan karena massa otot pria relatif lebih besar
daripada wanita. Sebaliknya kadar hormon seks wanita yaitu prolaktin
dan kolesterol HDL akan dijumpai lebih tinggi pada wanita dari pada
pria.

9. Kehamilan
Bila pemeriksaan dilakukan pada pasien hamil, sewaktu
interpretasi hasil perlu mempertimbangkan masa kehamilan wanita
tersebut. Pada kehamilan akan terjadi hemodilusi (pengenceran darah)
yang dimulai pada minggu ke- 10 kehamilan dan terus meningkat sampai
minggu ke-35 kehamilan. Volume urine akan meningkat 25% pada

71
trimester ke-3. Selama kehamilan akan terjadi perubahan kadar hormon
kelenjar tiroid, elektrolit, besi feritin, protein total, albumin, lemak,
aktifitas fosfatase alkali dan faktor koagulasi serta laju endap darah.

3. Tahap pengambilan dan pengelolaan spesimen

a. Pemberian identitas
Pemberianidentitaspasiendanatauspesimenmerupakanhalyangpenting
baik pada saat pengisian surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan,
pendaftaran, pengisian label wadah spesimen maupun pada formulir hasil
pemeriksaan. Pada waktu pemberian identitas ini dapat terjadi kekeliruan,
terutama pada laboratorium dengan jumlah pasien atau spesimen yang
banyak. Pada surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
sebaiknya memuat secara lengkap:
1. Tanggal permintaan
2. Tanggal dan jam pengambilan

3. Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat) atau identitas


spesimen
4. Identitas pengirim (nama, alamat nomor telepon) atau spesimen
5. Diagnosis/ keterangan klinis
6. Obat-obatan yang telah diberikan dan lama pemberian
7. Jenis spesimen
8. Lokasi pengambilan spesimen
9. Volume spesimen
10. Pemeriksaan laboratorium yang diminta
11. Nama pengambilan spesimen
12. Media transport atau pengawet yang digunakan

Label wadah spesimen yang akan dikirimkan harus memuat:


1. Tanggal pengambilan spesimen
2. Identitas pasien atau identitas spesimen
3. Jenis specimen

Label wadah spesimen yang akan dikirim ke laboratorium harus memuat:


72
1. Tanggal pengambilan spesimen
2. Nomor / kode spesimen
3. Umur pasien
4. MR pasien
Formulir hasil harus memuat:
1. Tanggal pemeriksaan
2. Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat) atau identitas
spesimen
3. Nomor/kode laboratorium
4. Jam sampel diterima
5. Jam hasil selesai dikerjakan
6. Hasil pemeriksaan
7. Satuan nilai hasil pemeriksaan
- Nilai rentang parameter
- Keterangan lain yang dianggap perlu, misal:
 Penjelasan mengenai persiapan pasien yang tidak mungkin
dilaksanakan
 Penjelasan hasil pemeriksaan banyak berlaku untuk spesimen tersebut
 Tindakan yang diambil pada saat proses otorisasi seperti: keterangan
hasil duplo, hasil pengenceran, hasil sampel baru, saran pemeriksaan
lanjutan dan lain-lain
- Tanggal hasil pemeriksaan laboratorium dikeluarkan
- Tanda tangan/buku verifikasi penanggung jawab laboratorium

b. Penerimaan spesimen
Bagian penerimaan specimen harus memeriksa kesesuaian antara
spesimen yang diterima dengan permintaan formulir pemeriksaan dan
mencatat kondisi specimen tersebut pada saat diterima. Hal-hal yang perlu
dicatat yaitu, warna, kekeruhan, bau, konsistensi dan lain-lain. Spesimen
yang tidak sesuai atau tidak memenuhi syarat hendaknya ditolak.

c. Pengambilan spesimen
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Waktu pengambilan
73
2. Volume spesimen
3. Cara pengambilan spesimen
4. Lokasi pengambilan spesimen
5. Peralatan untuk pengambilan spesimen

d. Antikoagulan
Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah
pembekuan darah. Jenis anti koagulan yang digunakan harus disesuaikan
dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Volume darah yang ditambah juga
harus tepat.
Table penggunaan tabung antikoagulan
Jenis
Spesimen Pemeriksaan
antikoagulan/ pengawet
K3 EDTA Darah Hematologi, Hba1c,
Dll
Sodium citrate Darah Hemostasis (PT,
APTT)
Lithium heparin Darah AGD, D-Dimer
Thymol Urin Elektrolit urin, CCT
NaF Darah Glukosa darah

Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen adalah:


1. Teknik dan cara pengambilan. Pengambilan spesimen harus dilakukan
dengan benar sesuai dengan standard procedure operation (SPO) yang ada.
2. Cara menampung specimen dalam wadah/penampung
a. Seluruh sampel harus masuk ke dalam wadah (sesuai kapasitas), jangan
ada yang menempel pada bagian luar tabung untuk menghindari
bahayainfeksi.
b. Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi berdiri
untuk mencegah specimen tumpah.
c. Memindahkan specimen darah dari syringe harus memperhatikan hal-
hal seperti berikut:
1. Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah sampling
2. Lepaskan jarum, alirkan darah lewat dinding tabung perlahan-
74
lahan agar tidak terjadi hemolisis
3. Pastikan jenis anti koagulan dan volume darah yang ditambahkan
sudah sesuai
4. Homogenisasi segera darah yang menggunakan antikoagulan
dengan lembut perlahan-lahan. Jangan mengocok tabung keras-
keras agar tidak hemolisis
d. Menampung spesimen urine
1. Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh
bahan apapun, mudah dibuka, mudah ditutup, dan bermulut lebar.
2. Sebaiknya pasien diinstruksikan membuang urine yang pertama
keluar, sebelum mengumpulkan urin untuk diperiksa (midstream
urine/clean catch urine)
3. Untuk mendapatkan spesimen clean catch diperlukan cara
pembersihan lebih sempurna:
a. Mulut uretra dibersihkan dengan sabun dan kemudian
membersihkan sampai bersih
b. Penderita wanita harus lebih dulu membersihkan labia
minora, lalu harus merenggangkannya pada waktu bermiksi
4. Perempuan yang sedang menstruasi atau yang mengeluarkan banyak
sekret vagina, sebaiknya memakai tampon sebelum mengumpulkan
spesimen. Pasien menstruasi sebaiknya ditunda pemeriksaan
urinalisis rutin. Pada keadaan dimana pemeriksaan tidak dapat
ditunda maka pada lembaran hasil laboratorium harus diberikan
catatan bahwa pasien sedang haid.
5. Bagian luar wadah urine harus dibilas dan dikeringkan setelah
specimen didapat dan keterangan tentang pemeriksaan harus jelas
dicantumkan.
e. Menampung spesimen tinja
1. Sampel tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan. Jika sangat
diperlukan, sampel tinja juga dapat diperoleh dari pemeriksaan
colok dubur (rectal toucher).
2. Masukkan sampel ke dalam wadah yang bersih, kering, tidak
terkontaminasi oleh bahan apapun, dapat ditutup rapat, dapat
dibuka dengan mudah dan bermulut lebar

75
3. Menampung spesimen dahak penting untuk mendapatkan sekret
bronkial dan bukan ludah atau secret hidung Sediakan wadah yang
bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun, mudah
dibuka, mudah ditutup, dan bermulut lebar. Untuk pewarnaan BTA,
jangan gunakan wadah yang mengandung bercak lilin atau minyak,
sebab zat ini dapat dilihat sebagai bitnik-bintik tahan asam dan
dapat menyulitkan penafsiran. Sebelum mengambil spesimen,
penderita diminta berkumur dengan air, bila mungkin gosok gigi
terlebih dahulu. Bila memakai gigi palsu, sebaiknya dilepas dulu.
Pada saat pengambilan spesimen, penderita berdiri tegak atau
duduk tegak.

4. Penderita diminta untuk menarik nafas dalam 2–3 kali kemudian


keluarkan nafas bersama dengan batuk yang kuat dan berulang kali
sampai dahak keluar.
5. Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung dalam wadah dengan
cara mendekatkan wadah ke mulut.
6. Amati keadaan dahak. Dahak yang memenuhi syarat pemeriksaan
akan tampak kental purulent dengan volume cukup (3–5 ml).
7. Tutup wadah dengan rapat untuk menghindari kontaminasi dari
udara dan secepatnya dikirim ke laboratorium.
3. Sumber-sumber kesalahan pada pengambilan specimen darah:
a. Pemasangantourniquetterlalulamadapatmenyebabkan:

1. Protein (termasuk enzim), Ca2+, laktat, fosfat, dan Mg2+ meningkat

2. PH menurun, hemo konsentrasi


3. PT dan APTT mungkin memendek karena pelepasan tromboplastin
jaringan ke dalam sirkulasi darah
b. Pemompaan menyebabkan kalium, laktat, fosfat dam Mg2+ meningkat,
sedangkan Ph menurun
c. Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena) dapat
menyebabkan:
1. Trombosit dan fibrinogen menurun, PT dan APTT memanjang
2. Kalium, LDH, dan SGOT / SGPT meningkat
d. Pengambilan darah pada jalur infus dapat menyebabkan:

76
1. Natrium meningkat pada infussaline
2. Kalium meningkat pada infus K, Cl
3. Glukosa meningkat pada infus dextrose
4. PT, APTT memanjang pada infus heparin
5. Kreatinin, fosfat, LDH, SGOT, SGPT, hemoglobin, hematokrit,
leukosit, trombosit, eritrosit menurun pada semua jenis infus
e. Homogenisasi darah dengan anti koagulan yang tidak sempurna atau
keterlambatan hemogenisasi menyebabkan terbentuknya bekuan darah

f. Hemolisis dapat menyebabkan peningkatan K+, Mg2+, fosfat, amino


transferase, LDH, fosfatase asam total
4. Pemilihan lokasi pengambilan spesimen
Tentukan lokasi pengambilan spesimen sesuai dengan jenis spesimen
yang diperlukan seperti:
a. Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (media cubiti, vena
cephalica, atau vena bacilica)
b. Tempat pengambilan tidak boleh pada jalur infus atau transfusi, bekas
luka, hematoma, oedema, canula, fistula
c. Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis (pergelangan tangan),
arteri brachialis (lengan), atau arteri femoralis (lipat paha)
d. Darah kapiler umum nya diambil dari ujung jari III dan IV tangan atau
pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kakipada bayi. Tempat yang
dipilih untuk pengambilan tidak boleh memperlihatkan gangguan
peredaran darah seperti sianosis atau pucat
e. Spesimen untuk pemeriksaan biakan kuman diambil darit empat yang
sedang mengalami infeksi, kecuali darah dan cairan otak.
5. Waktu pengambilan
a. Penentuan waktu pengambilan specimen penting untuk diperhatikan:
1. Umumnyapengambilandilakukanpadawaktupagi(ideal)
2. Spesimen untuk kultur kuman diambil sebelum pemberian
antibiotik atau sebelum pemberian antibiotik berikutnya apabila
telah mendapat antibiotika
3. Spesimen untuk pemeriksaan GO diambil 2 jam setelah buang air
yang terakhir
4. Spesimen untuk malaria diambil pada waktu demam
77
5. Spesimen untuk mikrofilaria diambil pada tengah malam
6. Spesimen dahaku ntuk pemeriksaan BTA diambil pagi hari setelah
bangun tidur
7. Spesimen darah untuk pemeriksaan profil besi diambil pada pagi
hari dan setelah puasa 10 - 12jam
b. Wadah spesimen
Wadah spesimen harus memenuhi syarat:
1. Terbuat dari gelas atau plastik
2. Tidak bocor atau tidak merembes
3. Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir
4. Besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen
5. Bersih
6. Kering
7. Tidak memengaruhi sifat zat dalam spesimen
8. Untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau
terurai karena pengaruh sinar matahari, maka perlu digunakan botol
berwarna coklat (aktinis)
9. Untuk pemeriksaan biakan dan zat uji kepekaan kuman, wadah
harus steril
10. Untuk wadah spesimen urine, sputum, tinja sebaiknya
menggunakan wadah yang bermulut lebar
c. Pengawet spesimen
Beberapa spesimen memerlukan bahan tambahan berupa bahan pengawat
atau antikoagulan. Kesalahan dalam pemberin bahan tambahan tersebut dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan. Bahan tambahan yang dipakai harus
memenuhi persyaratan yaitu tidak mengganggu atau mengubah kadar zat yang
akan diperiksa.

4. Tahap identifikasi untuk pemeriksaan analisa

Pemeriksaan identitas pasien dan atau spesimen adalah tahapan yang harus
dilakukan karena merupakan hal yang sangat penting. Pemberian identitas meliputi
pengisian data untuk barcode yang akan ditempel pada formulir permintaan
pemeriksaan laboratorium dan pemberian label barcode pada wadah spesimen.
Keduanya harus cocok. Pemberian identitas ini setidaknya memuat nama pasien,

78
nomor rekam medis, tanggal lahir pasien, serta tanggal pengambilan. Kesalahan
pemberian identitas dapat merugikan dan membahayakan keselamatan pasien.
Prosedur identifikasi pasien sadar / pasien rawat jalan adalah dengan menanyakan
nama dan umur / tanggal lahir pasien sambal dicocokkan dengan MR yang ada
pada barcode pasien. Pada pasien rawat inap/tidak sadar identifikasi dilakukan
dengan cara melihat nama, tanggal lahir dan MR yang ada pada gelang identitas
pasien. Tidak boleh melakukan identifikasi pasien dengan melihat identitas pada
bed atau identitas pada kantong infus.

Pada keadaan KLB, identifikasi pasien dilakukan dengan cara menanyakan


pasien dengan huruf abjad dari A-Z, jika kurang dilanjutkan menjadi A1-Z1,
demikian seterusnya dengan masing–masing nomor rekam medis. Bila identitas
pasien sudah jelas, maka segera dilakukan perbaikan data sesuai identitas yang
benar. Pada saat menempelkan stiker pada tabung spesimen harus dilakukan cross
check antara nama yang ada di tabung spesimen dengan nama yang ada pada
barcode harus cocok dan pada saat menempelkan barcode tidak boleh tumpang
tindih dengan label nama yang sudah ada pada tabung sebelumnya. Untuk
specimen berisiko tinggi (HIV, Hepatitis) sebaiknya disertai tanda khusus pada
label dan formulir permintaan laboratorium.

5. Tahap pengiriman spesimen


Spesimen yang akan dikirim ke laboratorium lain sebaiknya dikirim dalam
bentuk yang relatif stabil. Misalnya untuk pemeriksaan kimia klinik atau
imunoserologi yang dikirim adalah sampel serum/plasma, untuk itu perlu
diperhatikan persyaratan pengiriman spesimen:
a. Kecepatan
b. Tidak terkena sinar matahari secara langsung.
c. Kemasan harus sesuai dengan syarat keselamatan kerja.
d. Kemasan diberi label yang bertuliskan “bahan pemeriksaan
infeksius/biohazard” atau “bahan pemeriksaan berbahaya”.
e. Suhu spesimen yang memerlukan suhu dingin dapat menggunakan es,
sedangkan yang memerlukan beku dapat menggunakan es kering.
f. Pada beberapa jenis pemeriksaan mikrobiologi perlu menggunakan media
transport terutama jika memerlukan waktu yang lama. Untuk pemeriksaan
79
swab atau pus harus memakai media transport amies.

Kualitas transport media perlu diperhatikan. Untuk mencegah agar transport


media tidak cepat rusak, maka sebaiknya transport media disimpan di dalam
lemari es, kecuali alkalis air pepton paket dan kaldu empedu. Media transport
yang telah rusak akan mengalami perubahan sebagai berikut:
1. Volume menjadi susut
2. Mengering/mengkerut

3. Terjadi perubahan warna


4. Terjadi kekeruhan
Apabila ada sampel yang akan dirujuk maka perhatikan media transport
terlebih dahulu.

6. Tahap penyimpanan spesimen


Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen
akan dikirim ke laboratorium lain. Lama penyimpanan harus diperhatikan, jenis
pemeriksaan, wadah dan stabilitasnya. Hindari penyimpanan whole blood di
refrigerator. Sampel yang dicairkan (telah dibekukan) harus dibolak-balik
beberapa kali dan terlarut sempurna. Hindari terjadinya busa. Simpan sampel untuk
keperluan pemeriksaan konfirmasi/pengulangan. Hal-hal yang harus diperhatikan:

1. Menyimpan specimen dalam lemari es dengan suhu 2-8 oC, suhu kamar,

suhu -20 oC, suhu -70 oC atau suhu -120 oC jangan sampai terjadi beku
ulang
2. Untuk jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma atau serum,
maka plasma atau serum dipisahkan dulu baru kemudian disimpan
3. Penyimpanan dalam wadah tertutup, dilapisi kertas parafilm, diberi label
yang jelas dan disusun dengan rapi sesuai tanggal pemeriksaan di dalam
kulkas sampel
4. Apabila stabilitas sampel telah dilewati maka sampel yang disimpan wajib
dikeluarkan dan dibuang sesuai prosedur pembuangan limbah infeksius
5. Memberi bahan pengawet pada spesimen
6. Menyimpan formulir permintaan laboratorium ditempat tersendiri. Waktu
penyimpanan spesimen dan suhu yang disarankan:
a. Kimia klinik : 1 minggu dalam refrigerator
b. Immunoserologi : 1 minggu dalam refrigerator
80
c. Hematologi : 1 hari pada suhu kamar
d. Koagulasi : 1 hari dalam refrigerator

Spesimen yang sudah diambil harus segera dikirim ke laboratorium untuk


diperiksa karena stabilitas spesimen dapat berubah

Faktor-faktor yang memengaruhi stabilitas spesimen, antara lain:

a. Terjadinya kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia


b. Terjadinya metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen
c. Terjadinya penguapan
d. Pengaruh suhu
e. Terkena paparan sinar matahari

Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan


memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa. Beberapa cara
penyimpanan spesimen, antara lain:

a. Disimpan pada suhu kamar: penyimpanan rectal swab dalam media


Carry Blair untuk pemeriksaan Vibro cholera, darah EDTA selama 24
jam

b. Disimpan dalam lemari es dengan suhu 2 – 8 oC: serum/plasma selama


7 hari
c. Penyimpanan spesimen lebih dari sehari dalam lemari es dengan suhu -

20 oC dapat diberikan bahan pengawet seperti thymol 1 gr/l untuk urine


d. Penyimpanan specimen darah sebaiknya dalam bentuk serum

Tahap analitik
Tahap dimana bahan pemeriksaan siap untuk diproses di laboratorium.
Terdapat 4 faktor yang memengaruhi hasil pemeriksaan yaitu:
a. Pemeriksaan
1. Pemeriksa harusterlatih
2. Pemeriksa bekerja harus sesuai standar prosedur pemeriksaan yang telah
ditetapkan laboratorium
3. Tidak boleh butawarna

81
b. Reagen
1. Perhatikan tanggal pembuatan, tanggal pemakaian pertama kali dan
kadaluarsa, tanggal pembelian dan penggunaan reagen
2. Reagen disimpan pada suhu yang sesuai dengan petunjuk penyimpanan
dari pabrik masing-masing reagen
3. Pada saat akan digunakan reagen sesuai jumlah yang dibutuhkan

c. Alat baca
1. Untuk mengurangi kesalahan pembacaan hasil pemeriksaan gunakan alat
baca semi otomatik/full automatic untuk meningkatkan ketelitian,
ketepatan dan hasil yang dikeluarkan lebih cepat
2. Gunakan stabilizer untuk mengurangi kesalahan yang mungkin terjadi
akibat perubahan tegangan listrik yang akan memengaruhi pembacaan
3. Pemeliharaan alat harian, mingguan, dan bulanan atau berkala lainnya
4. Kalibrasi alat
5. Kalibrasi dilakukan pada:
a. Pertama kali alat akan dipakai
b. Setelah alat diperbaiki
c. Bila pada pengontrolan tidak didapatkan hasil yang sesuai walaupun
telah digunakan reagen dan kontrol yang baru.
d. Penggunaan bahan kontrol
Untuk menjamin ketepatan hasil pemeriksaan kimia urine pada tahap
analitik perlu pengontrolan menggunakan bahan kontrol urine yang dilakukan
setiap hari sebelum pemeriksaan dimulai. Bahan kontrol digunakan:
1. Setiap hari pada shift malam
2. Pertama kali reagen baru digunakan
3. Pertama kali alat baca digunakan atau setelah diperbaiki

Jenis bahan kontrol: bahan kontrol abnormal rendah, normal, dan abnormal
tinggi

Catat hasil pemeriksan bahan kontrol masing-masing parameter setiap hari,


kalau hasil sesuai dengan nilai yang telah ditetapkan pabrik untuk bahan
kontrol tersebut sesuai nilai masing-masing parameter, masukkan dalam
kurva kontrol (manual) atau lihat hasil kontrol pada ± 2 SD, baru dilakukan
82
pemeriksaan sampel pasien pada hari itu. Kurva kontrol kualitas diarsipkan
setiap bulan untuk masing-masing parameter pemeriksaan.
Cara menggunakan bahan kontrol (kimia)
1. Larutan bahan control dengan air suling (ph 5-7)
2. Putar perlahan sampa iseluruh isi botol tercampur dengan baik, bahan
kontrol siap digunakan
3. Simpan bahan control yang telah dilarutkan dalam lemari es pada suhu

2–8 oC, tutup dengan parafilm jika akan digunakan, diamkan dahulu
pada suhu kamar sampai tercapai suhu yangdiinginkan
4. Stabilitas bahan kontrol setelah dilarutkan bervariasi, umumnya jika

disimpan pada suhu 2 – 8 oC stabil selama 7 hari


5. Untuk bahan kontrol parameter lain yaitu cairan yang langsung bisa
digunakan

B. Analitik
Tahap analitik yaitu tahap mulai dari mengelola spesimen, mengkalibrasi
peralatan laboratorium sampai dengan menguji ketelitian ketepatan menggunakan
bahan kontrol. Tindakan pemantapan mutu internal yang harus dilaksanakan pada
tahap analitik adalah sebagai berikut:

1. Tahap pengolahan spesimen


Beberapa jenis pemeriksaan memelukan pengolahan terlebih dahulu.
Pengolahan spesimen antara lain sentrifugasi, destruksi atau homogenisasi dsb.
Pengetahuan mengenai teknik pengolahan harus dikuasai benar, karena
pengolahan yang kurang baik akan memengaruhi kualitas spesimen yang
selanjutnya akan memengaruhi pula hasil pemeriksaan. Seperti untuk
memperoleh serum, darah harus dibiarkan membeku dulu selama 30 menit baru
dapat dilakukan sentrifus untuk memperoleh serum. Jangan langsung memutar
darah yang baru saja diambil. Khusus untuk pasien yang mengalami
hemodialisis, sampel darah beku harus dibiarkan 90 menit sebelum diputar. Hal
ini untuk memberi kesempatan kepada sampel darah untuk membeku sempurna
sebelum sampel darah dapat diputar untuk mendapatkan serum untuk
pemeriksaan kimia klinik karena proses pembekuan darah pada pasien HD
sering terganggu oleh penggunaan heparin selama HD berlangsung. Untuk
pemeriksaan sedimen urine, urine harus diputar pada kecepatan 1500 rpm
83
selama 5 menit, tidak seperti sentrifus untuk serum yang diputar pada kecepatan
3000 rpm selama 15 menit. Untuk memisahkan serum dan plasma harus
dalam waktu < 1jam.

3. Tahap pemeliharaan dan kalibrasi peralatan


Peralatan laboratorium merupakan salah satu factor yang dapat
memengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Peralatan yang digunakan harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Bersih, kering
b. Tidak mengandung deterjen atau bahan kimia
c. Terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat–zat dalam spesimen
d. Sekali pakai buang (disposable)
e. Steril (terutama untuk kultur kuman)
f. Tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan
volume spesimen.
Selain itu peralatan yang digunakan di laboratorium perlu dipelihara dan
dikalibrasi secara teratur. Untuk meningkatkan mutu laboratorium juga perlu
memilih alat yang tepat. Pemilihan peralatan perlu memperhatikan hal–hal
sebagai berikut:
a. Produksi pabrik yang sudah dikenal
b. Memiliki ketelitian dan ketepatan yang tinggi
c. Tersedia teknisi dan suku cadang yang mudah didapat
d. Tersedia fasilitas pelayanan purnajual
e. Sedapat mungkin tidak tergantung pada reagen dari jenis/merek tertentu
f. Pengoperasian mudah dan praktis
g. Batas deteksi jelas
Setiap peralatan yang ada harus dibuat protap pengoperasiannya serta dipantau
penggunaannya dan diuji mutu secara berkala.

4. Tahap uji kualitas air


Air di dalam laboratorium digunakan untuk berbagai keperluan antara
lain pengenceran reagen (air deterjen reagen), analisa blanko, pencucian alat
dan lain- lain. Bermacam-macam air yang digunakan di laboratorium anatara
lain:
84
1. Air suling
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi:
a. Pemeriksaan fisik: cairan harus jernih, tidak berbau, tidak mempunyai
rasa
b. Pemeriksaan keasaman dan kebasaan
c. Pemeriksaan ammonium, besi, tembaga, timbale, kalsium, klorida, nitrat,
sulfat, karbondioksida, zat teroksidasi
d. Pemeriksaan sisa penguapan
2. Air demineralisasi
Pengujian air demineralisasi meliputi: pengujian seperti yang dilakukan untuk
air suling ditambah dengan pemeriksaan di bawah ini
a. Pemeriksaan ammonia albuminoid
b. Pemeriksaan daya tahan listrik
3. Air bersih

Pemeriksaan air bersih mencakup pemeriksaan kimia, fisik, dan mikrobiologi


sesuai dengan permenkes no 416/permenkes/peraturan/IX/1990 tentang syarat-
syarat dan pengawasan kualitas air

5. Tahap uji kualitas reagen


Reagen yang digunakan di laboratorium ada yang dapat dibuat sendiri dan
ada yang sudah jadi/komersial. Baik reagen yang dibuat sendiri maupun yang
komersial mempunyai persyaratan-persyaratan tertentu:
a. Reagen buatan sendiri
b. Reagen komersial
Ada bernacam-macam reagen komersial. Pemilihan reagen harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Produksi pabrik yang telah dikenal
b. Sedapat mungkin dipilih reagen yang dipakai dalam metode yang
direkomendasikan oleh lembaga yang berwenang
c. Isi kemasan/volume sesuai dengan kebutuhan
d. Mempunyai kadaluarsa yang panjang
e. Mudah diperoleh dipasaran
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

85
a. Etiket/label wadah reagen
Umumnya pada reagen komersial sudah tercantum nama atau kode bahan,
tanggal produksi dan batas kadaluarsa serta nomor batch reagen tersebut.
b. Batas kadaluarsa
Perhatikan batas kadaluarsanya. Masa kadaluarsa yang tercantum pada
kemasan reagen yang disimpan pada kondisi baik dan belum pernah dibuka.
Reagen yang sudah pernah dibuka mempunyai masa kadaluarsa lebih pendek
dari reagen yang belum dibuka.
c. Keadaan fisik reagen
Kemasan harus dalam keadaan utuh, tidak mengeras dan tidak ada perubahan
warna.
d. Kesesuaian antara reagen yang dipesan dengan jenis reagen yang datang.
1. Penyimpanan reagen
Penyimpanan reagen padad asarnya harus mengikuti ketentuan
yangberlaku untuk tiap jenis reagen antara lain:
a. Tutuplah botol waktu penyimpanan
b. Tidak boleh terkena sinar matahari langsung
c. Beberapa reagen ada yang harus disimpan dalam botol berwarna gelap
d. Beberapa reagen tidak boleh diletakkan pada tempat yang tidak
berdekatan satu sama lainnya.
e. Bahan–bahan yang berbahaya diletakkan di bagian bawah/lantai dengan
label tanda bahaya.

2. Pencampuran
Beberapa reagen memerlukan pencampuran satu dengan yang lain
atau pengenceran dengan aquadest sebelum digunakan. Reagen yang belum
dilarutkan sifatnya lebih stabil.

3. Cara pemakaian
Umumnyasetiapreagenkomersialdilengkapipetunjukcarapemakaiany
ang dibuat oleh produsen. Cara pemakaian ini biasanya berbeda dari satu
produsen denganprodusenlaindantidakbolehdiubahataudimodifikasi.

4. Uji kualitas reagen


a. Uji kualitas harus dilakukan setiap minggu (sangat penting untuk

86
larutan pewarna ziehl nelseen)
b. Jika reagen sudah mendekati kadaluarsa
c. Bila ditemukan atau terlihat tanda–tanda kerukasan (timbul
kekeruhan, perubahan warna, timbul endapan, dll)
d. Bila terdapat kecurigaan terhadap hasil pemeriksaan
e. Setiap kali batch larutan kerja dibuat
Pengujian kualitas dapat dilakukan dengan:

a. Melakukan pemeriksaan bahan kontrol yang telah dilakukan nilainya


dengan menggunakan reagen tersebut
b. Menggunakan strain kuman
c. Uji berbagai jenis larutan pewarna dan reagen dengan menggunakan
kuman strain
d. uji kualitas antigen antisera (reagen imunologi). Dalam penggunaan
antigen antisera dalam diagnostic perlu memperhatikan hal–hal sebagai
berikut:
1. Penggunan harus mengikuti petunjuk pabriknya
2. Setiap akan digunakan antigen atau antibodi dalam botol harus
dikocok dahulu dan disesuaikan suhunya dengan suhu kamar
3. Simpan pada suhu yang dianjurkan
4. Ada beberapa reagen serologik yang tidak boleh dibekukan.
Hindari pembekuan dan pencairan berulang - ulang
5. Periksa masa kadaluarsanya, jangan memakai reagen atau
antisera/antigen jika masa kadaluarsanya terlampaui
6. Untuk menguji aglutinasi anti sera gunakan kultur kuman segar dan
murni yang diketahui reaktifitasnya
7. Jika memungkinkan nyatakan kekuatan serum control dengan
IU/ml
8. Pasangan serum fase akut dan konvalesen dari penderita yang sama
harus diperiksa dengan nomor batch yang sama
9. Untuk diagnosis serologik sifilis hanya digunakan prosedur baku
nasional atau internasional
10. Setiap batch pemeriksaan serologi harus diikuti
a. Serum kontrol negatif (kontrol spesifisitas)

87
b. Serum reaktif yang lemah (kontrol sensitifitas)
c. Serum reaktif yang kuat (kontrol titrasi)
d. Titer seluruh serum control harus selalu dicatat uji kualitas
antigen dan Uji kualitas antibodi:
1. Uji kualitas antigen
a. Uji biokimia
b. Uji fisika–kimia
c. Uji aglutinasi
d. Uji titrasi
e. Uji kemurnian
2. Uji kualitas antibodi
a. Uji aglutinasi
b. Uji titrasi
c. Uji dengan berbagai antigen atau larutan NaCl
Penilaian hasil pemeriksaan bahan kontrol sehari-hari memakai aturan Westgard
(Westgard multirules quality control).

Apabila hasil pemeriksaan terletak didalam batas perhitungan (mean ± 2SD),


maka hasil pemeriksaan bahan kontrol dinyatakan terkontrol baik sehingga
pemeriksaan spesimen pada hari pemeriksaan tersebut dianggap dapat diterima
hasilnya.
1. Aturan 1
Merupakan aturan PERINGATAN. Aturan ini menyatakan bahwa
apabila satu nilai kontrol berada di luar batas 2SD, tetapi masih di dalam
batas 3SD, kita perlu waspada. Ini merupakan peringatan dan mungkin
adanya masalah pada instrumen atau malfungsi metode. Yang harus
dilakukan adalah melihat performa hasil kontrol lainnya, yaitu:
a. Hasil control yang sebelumnya dalam level yang sama (accrosrum).
Jika hasil kontrol sebelumnya dalam level yang sama berada dalam
batas 2SD maka kita dapat menggunkan instrument untuk pelayanan
pasien. Jika control harian/run sebelumnya berada di luar batas 2SD,
maka kita harus menyelesaikan masalah tersebut sebelum
menggunakannya untuk pelayanan pasien.

88
b. Hasil control level lainnya pada saat dikerjakan hasil berbarengan (with
in run). Jika kontrol level yang lain berada dalam batas 2SD, maka kita
dapat menggunakan instrument untuk pelayanan pasien. Jika control
level yang lain berada di luar batas 2SD yang sama (sama-sama 2SD
atau sama-sama -2SD) maka kita harus menyelesaikan masalah tersebut
sebelum menggunakannya. Terjadi penyimpangan hasil pemeriksaan
bahan control sehingga perlu diteliti lagi prosedur pemeriksaannya
tetapi tetap belum perlu dilakukan pemeriksaan ulang. Kita tidak
menggunakan aturan 1–2S sendirian untuk menolak suatu run. Kita
harus mengkombinasikannya dengan aturan lain misalnya 2-2S.
2. Aturan 1-3S

Merupakan PENOLAKAN yaitu 1 (satu) hasil control keluar dari


batasan baik 3SD (di atas) atau -3 SD (di bawah). 1-3S merupakan ciri
kesalahan acak dan merupakan awal dari kesalahan sistematik yang besar.
Satu saja nilai kontrol berada di luar batas 3SD kita harus mengevaluasi
instrument kita akan adanya kesalahan acak.

Instrumen tidak boleh digunakan untuk pelayanan sampai masalah


yang mendasari bisa teratasi. Aturan ini dapat diberikan untuk menolak run,
walaupun kita hanya menggunakan 1 level control saja.
3. Aturan 22S
Merupakan PENOLAKAN, menggambarkan kesalahan sistematik
yaitu:
2 (dua) hasil control terakhir dari level control yang sama keluar di sisi yang
sama baik 2SD di atas atau -2SD di bawah (accros run), 2 (dua) hasil kontrol
dari level kontrol yang berada keluar di sisi yang sama baik 2SD di atas atau
-2SD dibawah (within run). Bila hal ini terjadi berturut-turut pada bahan
kontrol dengan level yang sama kemungkinan permasalahan ada pada bahan
kontrol yang dipergunakan.
4. Aturan 34S
Merupakan PENOLAKAN, aturan ini hanya dapat digunakan apabila
kita menggunakan dua level kontrol. Menggambarkan kesalahan random
yaitu: 2 (dua) hasil kontrol terakhir dari level kontrol yang sama (accros run)
atau berbeda (within run) keluar dari 2SD di sisi yang berseberangan
sehingga perbedaan nilainya menjadi 4SD. Jika 3 (tiga) level yang dikerjakan
89
dan 2 (dua) hasil diantaranya berbeda 4SD. Bila ditemukan keadaan ini,
instrumen tidak boleh digunakan untuk pelayanan sebelum masalah teratasi.
5. Aturan 41S
Merupakan PENOLAKAN, menggambarkan kesalahan sistematis
yaitu: 4 (empat) hasil kontrol terakhir dari level kontrol yang sama (accros
run) atau berbeda (within run) berada pada sisi yang sama di atas nilai 1SD
atau di bawah -1SD. Aturan ini dapat digunakan pada 1 level kontrol saja
maupun pada lebih dari 1 level kontrol saja. Kita dapat tetap menggunakan
intrumen untuk pelayanan namun sebaiknya kita melakukan maintenance
terhadap instrumen atau melakukan kalibrasi kit/instrumen.
6. Aturan 10(X)
Jika hasil pemeriksaan bahan kontrol didapatkan IN KONTROL.
Aturan ini menyatakan bahwa apabila sepuluh nilai kontrol pada level yang
sama maupun berbeda secara berturut-turut berada disatu sisi yang sama
terhadap rerata, kita perlu melakukan maintenance terhadap instrument atau
melakukan kalibrasi kit/instrumen. Aturan ini mendeteksi adanya kesalahan
sistematik. Bukan PENOLAKAN namun mengidentifikasikan harus
memelihara kinerja alatd engan maintenance atau kalibrasi instrumen
(PERINGATAN). Aturan ini dapat dimodifikasi menjadi aturan 8x, atau
aturan 12x. Modifikasi ini dapat dipertimbangkan sesuai kondisi yang
dihadapi di laboratorium kita.

Bila ini adalah aturan–aturan dari Westgard Multirules apabila menggunakan tiga
level control.

1. Aturan (2 dari 3)2s


Apabila 2 dari 3 kontrol melewati batas 2SD yang sama, kita menyatakan
bahwa kontrol tidak masuk. Kita perlu membenahinya sebelum instrumen
dapat kita gunakan untuk pelayanan pasien.

2. Aturan 31S
Apabila 3 kontrol berturut–turut melewati batas 1SD yang sama, kita
menyatakan kontrol tidak masuk. Kita perlu membenahinya sebelum instrumen
dapat kita gunakan untuk pelayanan pasien.

90
3. Aturan 6x
Apabila 6 kali kontrol berturut-turut selalu berada pada sisi yang sama terhadap
rerata, kita menyatakan kontrol tidak masuk. Kita perlu membenahinya
sebelum instrument dapat kita gunakan untuk pelayanan pasien. Aturan ini pun
dapat kita modifikasi menjadi aturan 9x sehingga dibutuhkan lebih banyak
control sebelum kita menolak suatu run.
4. Aturan 7T
Apabila 7 (tujuh) kontrol berturut–turut memiliki tren untuk menjauhi rerata
kearah yang sama, kita menyatakan kontrol tidak masuk. Kita perlu
membenahinya sebelum instrument dapat kita gunakan untuk pelayanan pasien.
I. Tindakan Harian
Kecenderungan atau pola harus diperiksa tiap hari. Jika hasil pada hari yang
bersangkutan menunjukkan ada pola tertentu atau ada di luar batas kontrol maka
pengujian harus di ulang dan dilakukan investigasi.

C. Pasca Analitik
Tahap pasca analitik yaitu tahap mulai dari mencatat hasil pemeriksaan, interpretasi
hasil sampai dengan palaporan. Tindakan pemantapan mutu internal yang harus
dilaksanakan pada tahap pasca analitik adalah sebagai berikut:
a. Tahap Pencatatan Dan Pelaporan Hasil
Kegiatan pencatatan dan pelaporan harus dilaksanakan dengan cermat dan
teliti karena dapa tmemengaruhi hasil pemeriksaan dan dapat mengakibatkan
kesalahan dalam penyampaian hasil pemeriksaan. Pemakaian Laboratory
Information System (LIS) untuk pemeriksaan yang dilakukan pada alat otomatis
sangat dianjurkan karena dapat mengurangi kesalahan pelaporan hasil karena
kesalahan identifikasi sampel atau kesalahan dalam penyampaian hasil
pemeriksaan. Hal–hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Kesesuaian aturan pencatatan dan pelaporan hasil dengan pasien/spesimen
yang sesuai.
2. Penulisan angka dan satuan yang digunakan.
3. Umumnya hasil pemeriksaan berupa kalimat–kalimat singkat. Khusus
mengenai angka, pada pelaporannya perlu disesuaikan mengenai desimal
angka dan satuan yang digunakan terhadap keperluan pasien maupun
terhadap nilai normal. Bila diperlukan suatu angka bulat, cukup dilaporkan
91
dalam angka bulat, tanpa desimal di belakang koma. Satuan yang digunakan
sebaiknya adalah satuan Internasional.

b. Pencantuman Nilai Normal


Pada pelaporan juga perlu dicantumkan nilai normal, yaitu rentang nilai
yang dianggap merupakan hasil pemeriksaan orang-orang normal. Pada
pencantuman hasil normal perlu dicantumkan metode pemeriksaan serta kondisi-
kondisi lain yang harus diinformasikan seperti batas usia dan jenis kelamin.
Satuan pelaporan juga harus sama antara hasil pemeriksaan dengan hasil normal.
c. Pencantuman Keterangan Yang Penting
Pencantuman keterangan yang penting biasanya ditulis pada catatan
tambahan pada hasil, misalnya bila pemeriksaan dilakukan dua kali, keadaan
sampel seperti lisis, ikterik atau lipemik atau kondisi lain yang diperkirakan dapat
memengaruhi hasil dan sebagainya.
d. Penyampaian Hasil
Hasil yang boleh dikeluarkan oleh laboratorium adalah hasil yang telah
diverifikasi dan divalidasi oleh kepala instalasi atau kordinator atau PJ shift
laboratorium, ditandai dengan adanya paraf pada bagian bawah lembaran hasil.
Hasil laboratorium yang memerlukan konsul dengan kepala instalasi laboratorium
harus dikonsultasikan dengan menggunakan buku konsul seperti terlampir. Buku
konsul tersebut harus ditandatangani oleh dokter kepala instalasi dalam waktu
1x24 jam. Buku konsul direkapitulasi setiap bulannya sebagai bagian dari audit
internal pemantapan mutu internal tahap pasca analitik.

Waktu pemeriksaan sangat menentukan manfaat laporan tersebut untuk


kepentingan diagnosis penyakit dan pengobatan pasien, oleh karena itu hasil
pemeriksaan perlu disampaikan secepat mungkin segera setelah pemeriksaan
selesai dilaksanakan.
Petugas laboratorium harus memberitahukan segera kepada dokter atau
laboratorium petunjuk untuk hasil yang berada dalam nilai kritis sesuai standar
prosedur yang berlaku. Setiap pemberitahuan yang dilakukan harus
didokumentasikan. Untuk hasil yang dikirim sebagai suatu laporan sementara
akhir harus selalu disampaikan kepada peminta pemeriksaan. Petugas
laboratorium harus menghubungi dokter yang meminta pemeriksaan apabila
terjadi penundaan penyerahan hasil terutama jika penundaan berdampak kepada
perawatan pasien. Hasil dapat diberitahukan melalui telepon atau saran
92
aelektronik lain, diterima oleh yang berwenang dan hasil lisan diikuti dengan hasil
tertulis.

PELAPORAN NILAI KRITIS (CRITICAL VALUE) LABORATORIUM


Sebagai bagian dari International Patient Safety Goal (IPSG) yang
berhubungan dengan komunikasi efektif, maka pelaporan hasil dari tes diagnostik
yang kritis adalah bagian dari pokok persoalan keselamatan pasien. Setiap hasil
tes yang secara signifikan berada di luar batas nilai normal atau terjadinya
perubahan ekstrim dari nilai laboratorium sebelumnya sehingga memberi indikasi
risiko tinggi atau kondisi yang membahayakan kehidupan pasien harus segera
dilaporkan.

Nilai normal untuk setiap tes pemeriksaan harus dicantumkan pada setiap
lembaran hasil tes yang diminta, nilai normal ini dapat digunakan sebagai acuan
untuk menentukan hasil yang dilaporkan dari pemeriksaan berada dalam batas
normal atau di luar batas normal dan dianggap kritis untuk dapat segera
dilaporkan kepada klinisi. Petugas laboratorium yang bertugas melaporkan hasil
kritis kepada dokter yang meminta tes laboratorium/dokter umum yang bertugas
jaga pada saat itu / perawat yang sedang berdinas saat itu. Petugas yang
melaporkan adalah analis laboratorium yang jaga pada shift tersebut dengan
berkoordinasi dengan penanggung jawab shift. Apabila nilai kritis dilaporkan ke
dokter umum atau perawat yang bertugas pada saat itu, maka dokter tersebut harus
mendokumentasikan hasil pelaporan tersebut dalam rekam medis pasien dalam
catatan terintegrasi pasien. Petugas laboratorium harus mencatat pelaporan hasil
kritis pemeriksaan, mencakup nama petugas laboratorium yang melaporkan, jam
dan tanggal pelaporan, nama dokter yang meminta laporan dan stempel readback
pada formulir pemeriksaan. Petugas laboratorium yang akan melaporkan nilai
kritis kepada dokter yang meminta pemeriksaan terlebih dahulu harus melakukan
verifikasi terhadap hasil pemeriksaan tersebut antara lain dengan mengecek
kelayakan/ kondisi sampel, melihat keterangan klinis pasien, hasil pemeriksaan
sebelumnya, pengerjaan in duplo bila diperlukan, konfirmasi manual atau
konsultasi dengan dokter penanggung jawab laboratorium (SpPK). Setelah proses
verifikasi selesai dilakukan, maka petugas laboratorium yang melakukan
pemeriksaan wajib melaporkan nilai kritis tersebut kepada dokter yang meminta
atau kepada dokter jaga dalam waktu segera mungkin dengan menggunakan

93
“SBAR” situation, background, assesment and recommendation. Pelaporan nilai
kritis oleh petugas laboratorium diawali dengan menyebutkan salam dan
menyebutkan identitasdiri petugas (nama, jabatan, dari bagian laboratorium) dan
menyebutkan nama tes laboratorium yang akan dilaporkan. Petugas laboratorium
menyebutkan nama pasien, umur, MR, asal/bangsal, keterangan klinis pasien yang
signifikan secara singkat dan jelas dan dilanjutkan dengan pembacaan hasil tes,
lengkap dengan satuan dan nilai rujukan. Petugas laboratorium dan dokter atau
perawat yang menerima laporan melaksanakan prosedur read back. Read back
yaitu membacakan kembali hasil kritis laboratorium yang memengaruhi suatu
pengobatan. Lakukan stempel read back yang diisi lengkap dan telah diparaf oleh
yang melakukanread back pada formulir permintaan laboratorium. Petugas
laboratorium wajib mencatat saran atau rekomendasi yang diberikan oleh dokter
yang menerima laporan di formulir permintaan seperti permintaan pengulangan
pemeriksaan dengan sampel baru, pemeriksaan tambahan sebagai lanjutan hasil
pemeriksaan atau permintaan konfirmasi ke laboratorium rujukan.

94
DAFTAR NILAI KRITIS LABORATORIUM METRO HOSPITALS M. TOHA
Hasil laboratorium dengan nilai kritis adalah hasil pemeriksaan laboratorium
pasien yang nilainya kurang dari batas bawah atau lebih dari batas atas nilai
rujukan.
KRITIS KRITIS
NAMA TEST BAWAH ATAS SATUAN SAMPEL
(Kurang dari) (Lebih dari)
HEMATOLOGI
Hemoglobin 7.03 20.03 g/dl Vena EDTA
Hemoglobin (Neonatus) 6.04 24.04 g/dl Vena EDTA

Hematokrit 203 603 % Vena EDTA

Jumlah Leukosit 2.0005 40.0005 /mm3 Vena EDTA

Trombosit 40.0004 1.000.0004 /mm3 Vena EDTA

INR (International Normalizing Vena Citrat


- > 55 Detik
Ratio)
Protombine Time (PT) - > 46.35 Detik Vena Citrat

Activated Partial Tromboplastin Vena Citrat


- > 855 Detik
Time (APTT)
KIMIA
Glucosa 555 4505 mg/dl Serum
Glucosa (Neonatus) 405 2005 mg/dl Serum

Ureum - 2101 mg/dl Serum

Creatinin - 42 mg/dl Serum

Natrium Serum/
1205 1605 mEq/L
plasma

Serum/
Kalium 3.05 6.15 mEq/L
plasma
Kalium (Neonatus/ CKD) 3.33 7.13 mEq/L Serum/

95
plasma
Magnesium 1.53 5.03 mEq/L Serum
Billirubin - 176 mg/dl Serum
Troponin T - 1003 ng/Ml Heparin
PH 7.24 7.64 Tidak ada Arteri
PCO2 204 704 mm Hg Arteri
PO2 404 - mm Hg Arteri

Sumber:
1. Torres C, allergo L, Silva Cd, Junior M, Barros S, Villacham R, et al. Imlementation, validation and
review of a critical values list in a cardiac emergency room. J Bras Patol Med Lab. 2014;50(50):332-8

2. Mangukiya SJ, tailor PB, Patel SM, Patel R, Soni K. Analysis of Laboratory Critical Value Reporting
Pattern at clinical biochemistry laboratory of Tertiary health care Center. Int Jof Bio Adv
Res.2015;6(8):617-22.

3. Parrish Medical Center. Clinical Laboratory Critical value list, Revised January 2017

4. Mayo Clinic laboratories: CL 041647, 010: 2017

5. Arup Laboratories. National Reference Laboratory. CORP-APPEND-104a Rev. 31 Oktober


2018/www.aruplab.com

6. Labcorp 2018, critical (panic) values.www,Labcorp.com

Daftar nilai kritis di atas adalah hasil rapat bagian laboratorium dengan
klinisi (dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis anak, dokter spesialis
paru, dokter spesialis anastesi, dokter spesialis bedah, dokter spesialis saraf,
dokter spesialis kebidanan). Evaluasi nilai kritis dilakukan 1 (satu) tahun sekali.

PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN CITO


Pemeriksaan cito adalah jenis pemeriksaan dimana hasil pemeriksaan harus
segera karena berhubungan dengan kebutuhan penatalaksanaan pasien yang
bersifat urgent/gawat darurat. Pemeriksaan yang termasuk permintaan cito adalah
pemeriksaan laboratorium yang berasal dari IGD, ICU, HCU, PICU/NICU serta
pemeriksaan dari ruangan perawatan inap adalah: Hematologi rutin, Analisa Gas
Darah, gula darah. Setiap kali melaporkan hasil cito harus dicatat jam sampel
diterima dan jam hasil dilaporkan untuk evaluasi pelaporan hasil cito berlangsung
dalam waktu kurang dari 30 menit.

96
DEKOMENTASI/ARSIP
Setiap laboratorium harus mempunyai sistem dokumentasi yang lengkap.
Hasil suatu kegiatan pencatatan dan pelaporan haruslah berupa dokumen yang
sifatnya lengkap, jelas dan mudah dimengerti serta tidak melupakan efisiensi
waktu penyimpanan dokumen tersebut kepada peminta pemeriksaan. Perlu pula
disediakan buku ekspedisi di dalam dan di luar laboratorium. Kasus tertukar dan
hilangnya specimen dapat terjadi baik dalam transportasi di dalam maupun di luar
laboratorium sehingga hal ini harus dihindari.

B. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)


Pemantapan mutu eksternal atau Proficiency Test (PT) adalah sebuah tipe prosedur QC
dimana laboratorium mendapatkan specimen secara periodic untuk analisis yang juga
dikirimkan ke seluruh kelompok laboratorium yang ikut berpartisipasi dalam program
proficiency test. Tujuan dari proficiency test adalah untuk mengawasi kualitas tes dalam sebuah
laboratorium, mengidentifikasi masalah dan membuat langkah koreksi terhadap masalah apapun
yang teridentifikasi.
Langkah - langkah pemantapan mutu eksternal adalah:
1. Pemberitahuan jadwal PME oleh instansi atau organisasi profesi yang mengadakan
kegiatan PME seperti Kemenkes, PDS Patklin, dll.
2. Pendaftaran sebagai peserta PME sesuai parameter pemeriksaan yang diinginkan
(hematologi, kimia klinik, imunoserologi, urinalisis, narkoba, dan hemostasis).
3. Pembayaran biaya keikutsertaan PME.
4. Pengiriman spesimen yang akan diperiksa oleh instansi atau organisasi profesi ke
laboratorium yang dinilai.
5. Pemeriksaan spesimen PME oleh laboratorium sesuai jadwal yang ditetapkan dari
instansi/organisasi tersebut.
6. Pengiriman hasil pemeriksaan oleh laboratorium ke instansi/organisasi profesi yang
mengadakan kegiatan PME.
7. Pengolahan hasil oleh penyelenggara PME.
8. Pelaporan hasil PME oleh instansi penyelenggara PME ke laboratorium.
9. Evaluasi hasil PME oleh laboratorium.

Prinsip kegiatan PME sendiri untuk menilai kemampuan alat dalam memberikan hasil yang
teliti dan akurat dengan mengirimkan bahan kontrol secara priodik ke laboratorium –
laboratorium yang menggunakan alat tersebut.
97
C. Sasaran Mutu Laboratorium
Sasaran mutu laboratorium Metro Hospitals M. Toha adalah:
1. Pelaporan nilai kritis ≤ 30 menit. Target pencapaian 100%.
2. Turn around time (TAT) Analisa Gas Darah ≤ 30menit. Target pencapaian 100%.
3. Turn around time (TAT) hematologi rutin ≤ 30 menit. Target pencapaian 100%.
4. Turn around time (TAT) hematologi dan kimia klinik ≤ 140 menit. Target pencapaian
100%.
Sasaran mutu laboratorium dihitung setiap bulannya dan dievaluasi setiap triwulan melalui rapat
mutu.

98
BAB IX

PENUTUP

Pedoman pelayanan laboratorium Metro Hospitals M. Toha ini memuat uraian mengenai
aspek–aspek yang harus diperhatikan dan dilaksanakan di setiap pelayanan laboratorium.
Pelaksanaan pelayanan laboratorium secara benar dan konsisten akan meningkatkan mutu
pelayanan dan mutu pemeriksaan. Peningkatan mutu pelayanan laboratorium secara langsung akan
meningkatkan mutu pelayanan laboratorium kesehatan. Pedoman pelayanan instalasi laboratorium
Metro Hospitals M. Toha ini dibuat supaya dapat dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan
pelayanan laboratorium. Pedoman ini sangat penting artinya karena semua standar dari aspek yang
ada di laboratorium yaitu aspek sarana dan prasarana serta standar mutu. Dengan demikian
laboratorium klinik akan dapat memberikan pelayanan yang lebih efisien, sistematis, dan benar
sehingga kualitas fungsinya yaitu fungsi pelayanan, pendidikan dan pelatihan menjadi optimal.
Optimalisasi fungsi laboratorium klinik sangat erat hubungannya dengan keputusan pengguna jasa,
kesejahteraan karyawan, pengembangan rumah sakit sehingga tercapai apa yang dicita–citakan.

Ditetapkan di Tangerang
Pada Tanggal
Direktur

dr Feirlita Kuswandi, MPH

99
DAFTAR PUSTAKA
1. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, Dirjen PPM & PL dan Dirgen Pelayanan
Medik 2002
2. Pedoman Praktis Laboratorium Kesehatan yang benar (Good Laboratory Practice), dirjen
Bina Pelayanan Medik tahun2008
3. Materi Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, Diklat tingkat dasar PPI tahun 2012
4. Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Klinik 2010, Bagian Patologi Klinik Fakultas
Kedokteran UGM
5. Petunjuk Pelaksanaan Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Kesehatan Depkes RI 1997
6. Pedoman Pengelolaan Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) Dirjen Bina Pelayanan Medik
Depkes RI 2008

100

Anda mungkin juga menyukai