LP BP (Nurajijah)
LP BP (Nurajijah)
BRONKOPNEUMONIA
DISUSUN OLEH :
Nurajijah
J.0105.22.007
KOTA CIMAHI
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
BRONKOPNEUMONIA PADA ANAK
A. Pengertian
Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia yang memiliki pola penyebaran
berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi & meluas ke
parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 ).
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda asing ( Ngastiyah,2005).
Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau
dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran langsung
melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus.(Riyadi
sujono&Sukarmin,2009).
B. Klasifikasi
Berikut merupakan klasifikasi pneumonia :
1. Community Acquired Pneunomia dimulai juga sebagai penyakit pernafasan umum & dapat
berkembang menjadi sebuah pneumonia. Pneumonia Streptococal ialah suatu organisme
penyebab umum. Tipe pneumonia ini umumnya menimpa kalangan anak-anak atau
kalangan orang lanjut usia.
3. Lobar & Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi. Saat Ini ini
pneumonia diklasifikasikan berdasarkan organisme, bukan cuma menurut lokasi
anatominya.
4. Pneumonia viral, bakterial & fungi dikategorikan berdasarkan dari agen penyebabnya, kultur
sensifitas dilakukan untuk dapat mengidentifikasikan organisme perusak.( Reeves, 2001).
C. Etiologi
Umumnya individu yg terserang bronchopneumonia diakibatkan karena adanya penurunan
mekanisme pertahanan daya tahan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yg normal
dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yg terdiri atas :
reflek glotis & batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yg menggerakkan kuman ke arah
keluar dari organ, & sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia biasanya disebabkan oleh virus, jamur, protozoa, bakteri,
mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain:
1. Virus : Legionella pneumoniae
D. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur, bakter,
virus) & sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (bensin, minyak tanah, &
sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnmya
mikroorganisme dapat masuk melalui percikan ludah ( droplet) infasi ini dapat masuk ke saluran
pernapasan atas & menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan
peradangan, di mana ketika terjadi peradangan ini tubuh dapat menyesuaikan diri maka timbulah
gejala demam pada penderita. Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan secret. Semakin lama
secret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit & pasien
dapat merasa sesak. Tidak Hanya terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret dapat sampai ke
alveolus paru & mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak Hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat juga menginfeksi saluran cerna ketika
ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam usus menjadi agen
pathogen sehingga timbul masalah GI tract.
E. Pathway
F. Manifestasi Klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris bagian atas selama
beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat celcius dan kadang disertai
kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispenea pernafasan cepat dan dangkal
disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang juga disertai
muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah
beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif. Pada stadium permulaan sukar
dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya nafas dangkal dan cepat,
pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia.
Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi sering tidak
ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus
dan sedang. (Ngastiyah, 2005)
1. Pnemonia bakteri
Gejala :
a. Anoreksi
b. Rinitis ringan
c. Gelisah
Berlanjut sampai :
a. Nafas cepat dan dangkal
b. Demam
c. Malaise (tidak nyaman)
d. Ekspirasi berbunyi
e. Leukositosis
f. Foto thorak pneumonia lebar
g. Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
h. Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
2. Pnemonia Virus
Gejala awal :
a. Rhinitis
b. Batuk
Berkembang sampai :
a. Ronkhi basah
b. Emfisema obstruktif
c. Demam ringan, batuk ringan dan malaise sampai demam tinggi batuk hebat dan lesu
3. Pneumonia mikroplasma
Gejala :
a. Anoreksia
b. Menggigil
c. Sakit kepala
d. Demam
Berkembang sampai :
a. Rhinitis alergi
b. Sakit tenggorokan batuk kering berdarah
c. Area konsolidasi pada penatalaksanaan pemeriksa thorak
G. Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis ( meningkatnya
jumlah neutrofil) ( Sandra M,Nettina 2001: 684).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk
pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensifitas untuk mendeteksi agen
infeksius (Barbara C, Long, 1996 : 435).
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa (Sandra
M, Nettina, 2001 : 684).
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba
(Sandra M, Nettina 2001 : 684).
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal
atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan
haemofilus (Barbara C, Long, 1996 : 435).
b. Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda
padat (Sandra M, Nettina, 2001).
H. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru yang
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang.
2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga pleura yang
terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang.
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
(WhaleyWong, 2006)
I. Penatalaksanaan
1. Oksigen 1-2 liter per menit.
2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melaui selang
nasogastrik dengan feeding drip.
3. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis
untuk transport muskusilier.
4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit (Arief Mansjoer, 2000).
J. Pencegahan Pada Anak
1. Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, polusi dan tempat keramaian yang berpotensi
terjadinya penularan.
2. Hindari kontak langsung anak dengan penderita ISPA.
3. Membiasakan melakukan pemberian ASI.
4. Segera berobat apabila terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai suara sesak dan
sesak pada anak.
5. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian Fokus
a. Demografi meliputi;nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak nafas, disertai
batuk ada secret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk menetap dengan
produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi selama minimum 3 bulan
berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum (hijau, putih/ kuning) dan
banyak sekali. Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat
hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi nnafas krekels, warna kulit pucat
dengan sianosis bibir, dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah menderita kasus
yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat memicu terjadinya
bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi kima dalam jangka panjang
misalnya debu/ asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan faktor
keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti merokok.
2. Sirkulasi
Gejala :
Pembengkakan ekstremitas bawah.
Tanda :
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung / takikardi berat, disritmia, distensi vena leher (penyakit
berat) edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung. Bunyi jantung
redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP dada). Warna kulit /
membrane mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis perifer. Pucat dapat menunjukan
anemia.
3. Makanan / cairan
Gejala :
Mual / muntah.
Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema).
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.
Tanda :
Turgor kulit buruk.
Berkeringat.
Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali.
4. Aktifitas / istirahat
Gejala :
Keletihan, keletihan, malaise.
Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari- hari
karena sulit bernafas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam
posisi duduk tinggi.
Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau istirahat.
Tanda :
Keletihan.
Gelisah/ insomnia.
Kelemahan umum / kehilangan masa otot.
5. Integritas ego
Gejala :
Peningkatan faktor resiko.
Tanda :
Perubahan pola hidup.
Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
6. Hygiene
Gejala :
Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan
melakukan aktifitas sehari- hari.
Tanda :
Kebersihan buruk, bau badan.
7. Keamanan
Gejala :
Riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / faktor
lingkungan.
Adanya infeksi berulang.
B. Analisa Data
Masalah
Data Senjang Etiologi
Keperawatan
DS : Penyebab (virus, bakteri, jamur) Bersihan Jalan Napas
Klien mengeluh dispnea, sulit bicara, ↓
dan ortopnea Invasi saluran napas atas
↓
DO : Kuman berlebih di bronkus
- Sputum berlebih ↓
- Tidak mampu batuk Proses peradangan
- Batuk tidak efektif ↓
- Sianosis ↓
Bersihan jalan napas tidak efektif
- Adanya bunyi napas tambahan ronki
- Frekuensi napas berubah
- Bunyi napas ↓
- Pola napas berubah.
DS : Penyebab (virus, bakteri, jamur) Gangguan Pertukaran
Klien mengeluh dispnea, pusing ↓ Gas
Invasi saluran napas atas
DO : ↓
- PCO2 ↑ / ↓ Infeksi saluran napas bawah
- PO2 ↓ ↓
- Takikardia Dilatasi pembuluh darah
c. Edukasi
1) Untuk memberikan pengetahuan kepada
1) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif. pasien dan untuk memastikan seberapa
2) Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung jauh pengetahuan pasien.
selama 4 detik ditahan selama 2 detik, 2) untuk mengetahui pernafasan melalui
kemudian keluarkan dari mulut dengan perut atau dada
bibir memucu (dibulatkan) selama 8 detik. 3) untuk mengetahui apakah lancar atau
3) Anjurkan meluangi tarik nafas dalam tidaknya jalan nafas.
hingga 3 kali. 4) untuk mengeluarkan sputum secara
4) Anjurkan batuk dengan kuat langsung spontan.
setelah tarik nafas dalam yang ketiga.
d. Kolaborasi.
1) Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya
untuk pemberian terapi obat.
a. Observasi
1) Monitor Kecepatan aliran oksigen
2) Monitor posisi alat terapi oksigen
1) Untuk mencegah pasien terlalu banyak
3) Monitor aliran oksigen secara periodic dan
pastikan fraksi yang diberikan cukup atau sedikit dalam mendapatkan oksigen
4) Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. 2) Untuk memberi rasa aman dan nyaman
Oksimetri, AGD), jika perlu kepada pasien
5) Monitor kemampuan melepaskan oksigen 3) Untuk memastikan aliran oksigen yang
saat makan diberikan kepada pasien tidak dalam
6) Monitor tanda-tanda hipoventilasi jumlah yang kurang
7) Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen 4) Untuk mengetahui kadar oksigen dalam
atelectasis tubuh tercukupi atau tidak
8) Monitor tingkat kecemasan akibat terapi 5) Untuk mengetahui seberapa kemampuan
oksigen pasien
9) Monitor integritas mukosa hidung akibat 6) Untuk mencegah dan segera
pemasangan oksigen dilakukannya tindakan agar tidak terjadi
dan dapat tertangani
7) Untuk memastikan ada atau tidaknya
akibat dari tekanan oksigen yang tinggi
8) Untuk mengetahui seberapa jauh
pengetahuan terhadap terapi oksigen
9) Untuk mengetahui ada atau tidaknya dan
untuk mencegah adanya iritasi
b. Terapeutik
1) Bersihkan secret pada mulut, hidung, dan
trakea, jika perlu
1) Untuk mempermudah proses jalannya
2) Pertahankan kepatenan jalan napas nafas
3) Siapkan dan atur peralatan pemberian 2) Untuk mencegah adanya
oksigen ketidakefektifan jalan nafas
4) Berikan oksigen tambahan, jika perlu 3) Untuk mencegah terjadinya pemberian
5) Tetap berikan oksigen saat pasien oksigen dengan kadar yang berlebih
ditransportasi 4) Untuk mempermudah pasien dalam
6) Gunakan perangkat oksigen yang sesuai bernafas
dengan tingkat mobilitas pasien 5) Untuk memberi kepatenan jalan napas
saat pasien saat di transportasi
c. Edukasi 6) Untuk memberi kenyamanan dan
1) Ajarkan pasien dan keluarga cara kemudahan bagi pasien
menggunakan oksigen di rumah
1. Sediakan lingkungan yang dingin 1. Agar kulit tetap terjaga baik dan tidak
menimbulkan kemerahan
Edukasi Edukasi
1. Agar tidak terjadinya dikubitus
1. Anjurkan tirah baring Kolaborasi
Kolaborasi 1. Untuk memenuhi suplai 02 didalam tubuh
1. Kolaborasi pemberian cairan dan eliktrolit di
IV
5 Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan keperawatan Manajemen energy
ketidakseimbangan suplai selama 3 jam, maka toleransi Observasi
a. Observasi
1. untuk menentukan intervensi
dan kebutuhan oksigen meningkat, dengan kriteria hasil : 1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang selanjutnya
- Frekuensi nadi meningkat 2. agar tidak memperparah keadaan
mengakibatkan kelelahan
3. pola tidur dan istirahat yang tepat
- Frekuensi napas membaik
2) Monitor kelelahan fisik dan emosional dapat mempengaruhinperkembangan
- Warna kulit membaik anak
3) Monitor pola dan jam tidur
terapeutik
- Tekana darah membaik
4) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan 1. untuk kenyamanan anak untuk
- Sianosis menurun beristirahat
selama melakukan aktivitas agar anak melupakan rasa kelelahannya
b. Terapeutik
1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus (mis. Cahaya, suara, kunjungan)
2) Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
3) Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
4) Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau berjalan
c. Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
2) Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
3) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidaak bberkurang
4) Ajarkaan strategi kopingg untuk
mengurangi kelelahan
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan