Laporan Komunitas Kelompok Kls A
Laporan Komunitas Kelompok Kls A
Disusun Oleh
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. v
DAFTAR SINGKATAN........................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK .................................................................. viii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Tujuan .........................................................................................................5
C. Manfaat........................................................................................................ 5
D. Waktu dan Tempat .................................................................................... 6
BAB II ....................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................7
A. Telah Pustaka..............................................................................................7
1. Kehamilan ...............................................................................................7
2. Status Gizi Ibu Hamil dan Kehamilan dengan KEK .......................... 7
3. Nutrisi yang di perlukan bagi ibu hamil ..............................................10
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nutrisi Ibu Hamil .................. 16
5. Pengertian Ibu Hamil Beresiko ........................................................... 19
6. Pentingnya Gizi Ibu Hamil .................................................................. 20
7. Prinsip Gizi untuk ibu hamil .............................................................. 21
8. Kebutuhan Energi Ibu Hamil .............................................................. 22
9. Bayi Baru Lahir Berat Rendah (BBLR) ............................................. 22
10. Stunting pada Bayi Baru Lahir ........................................................... 24
11. Pelayanan Kesehatan pada ibu Hamil ................................................ 25
12. Implemetasi Pelayanan Komplementer dalam Asuhan Kehamilan. 27
BAB III ................................................................................................................. 29
HASIL PENGUMPULAN DATA DAN TINJAUAN KASUS ........................ 29
A. Pengkajian ................................................................................................. 29
B. Analisis Data ............................................................................................. 44
C. Perumusan MAsalah ................................................................................45
iii
D. Prioritas MAsalah ....................................................................................46
E. Asuhan Kebidanan ................................................................................... 48
BAB IV .................................................................................................................50
PEMBAHASAN ..................................................................................................50
A. Data Kependudukan ................................................................................50
B. Pemabahsan ..............................................................................................52
BAB IV PENUTUP..............................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................51
Kesimpulan .......................................................................................................... 61
Saran ..................................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 64
Lampiran 1 Kripik daun kelor (Produk Inovasi)............................................. 67
Lampiran 2 Daftar Hadir Penyuluhan ..............................................................70
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) KEK DAN DAMPAKNYA PADA
IBU HAMIL DAN JANIN
................................................................................................................................
71
LEAFLET IBU HAMIL DAN KEK .................................................................. 86
DOKUMENTASI KEGIATAN ......................................................................... 92
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR SINGKATAN
Hb : Haemoglobin
KB : Keluarga Berencana
KK : Kepala Keluarga
vi
PSG : Penentuan Status Gizi
vii
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK
vii
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses fisiologi normal yang dialami wanita.
Kehamilan bidan sebagai tenaga kesehataan yang memfasilitasi ibu hamil
harus paham tentang konsep kehamilannya dan asuhannya, sehingga dapat
memberikan asuhan sesuai dengan batas kewenangan nya (Yuliani et al.
2021)
Kehamilan didefenisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila
dihitung dari saat fertilisasi hingga akhirnya lahirlah bayi, kehamilan normal
akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan
menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi 3 trimester, dimana
trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester ke dua 15 minggu
(Minggu ke-13 hingga ke-27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28
hingga ke-40 ) (Yuliani et al. 2021)
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi. Karena itu,
kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan.
Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, serta
perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat
gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh
tidak sempurna.
Kekurangan Energi Kronis merupakan suatu keadaan di mana status gizi
seseorang buruk yang disebabkan karena kurangnya konsumsi pangan sumber
energi yang mengandung zat gizi makro. Kebutuhan wanita hamil akan
meningkat dari biasanya dimana pertukaran dari hampir semua bahan itu
terjadi sangat aktif terutama pada trimester III. Karena peningkatan jumlah
konsumsi makan perlu ditambah terutama konsumsi pangan sumber energi
untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin, maka kurang mengkonsumsi kalori
akan menyebabkan malnutrisi atau biasa disebut KEK (Supariasa, 2016).
Menurut Kemenkes RI (2018), organisasi kesehatan dunia (WHO)
melaporkan bahwa prevalensi anemia dan KEK pada kehamilan secara global
1
32-73% dimana secara signifikan angka kejadian tertinggi terjadi pada
kehamilan trimester ketiga bila dibandingkan dengan kehamilan trimester
pertama dan kedua. WHO juga mencatat lebih dari 35% kematian ibu di
negara berkembang sangat berkaitan dengan anemia dan KEK dengan
prevalensi terbanyak dari kasus tersebut terjadi karena ibu KEK).
Di Indonesia banyak terjadi kasus KEK terutama yang kemungkinan
disebabkan karena adanya ketidak seimbangan asupan gizi, sehingga zat gizi
yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Hal tersebut mengakibatkan
pertumbuhan tubuh baik fisik ataupun mental tidak sempurna seperti yang
seharusnya. Banyak anak yang bertubuh sangat kurus akibat kekurangan gizi
atau sering disebut gizi buruk. Jika sudah terlalu lama maka akan terjadi
(KEK).
Hal tersebut sangat memprihatinkan, mengingat pemilihan jenis, dan
jumlah makanan yang dikomsumsi (Suhardjo, 2016) ndonesia adalah negara
yang kaya akan SDA (Sumber Daya Alam). Salah satu ciri bangsa maju
adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan
produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi.
Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi
keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan
minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi asupan gizi sehingga akan
mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat (PMK RI No. 41, 2014).
Ibu hamil harus memenuhi kebutuhan zat gizi dan mendapatkan makanan
yang cukup gizi agar janin yang dikandungnya bertumbuh kembang dengan
baik sehingga terhindar dari berat badan lahir rendah (BBLR), BBLR dapat
mengakibatkan bayi lahir stunting (MCA Indonesia, 2014). Kepatuhan ibu
hamil untuk Mengkonsumsi tablet zat besi atau Fe pada masa kehamilan
berjumlah 90 tablet minimal yang perlu dikonsumsi di masa kehamilan
(Susiloningtyas, 2012). kekurangan zat gizi tertentu dapat mengakibatkan ibu
mengalami anemia pada saat kehamilan sehingga suplai darah yang
seharusnya diantarkan ke oksigen sebagai sumber makanan janin terhambat
itulah penyebab tumbuh kembang janin tak normal (Nurhidayati Rohmah
Dyah and Irdawati, 2013).
Mengkonsumsi Gizi seimbang untuk ibu hamil berpengaruh langsung
untuk metabolisme janin yang dikandungnya Asupan gizi yang seragam
2
sangat baik seperti karbohidrat, protein, lemak dan mineral (Dewantari,
2013). Ibu hamil harus banyak mengkonsumsi sayur dan buah agar tidak
mengalami anemia yang dapat beresiko ketuban pecah dini dan hipokalsemia
(Hanani, Suyatno and P, 2016). Masalah anemia pada ibu hamil di indonesia
masih tinggi diakarnakan ibu kurang mengkonsumsi makanan yang cukup
kalor protein, vitamin, mineral dan cairan untuk mencukupkan kebutuhan gizi
ibu, janin serta plasenta (Lina Marlina, 2018).
Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta
perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh kelompok
umur. Gizi baik membuat berat badan normal atau sehat, tubuh tidak mudah
terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja meningkat serta terlindung dari
penyakit kronis dan kematian dini. Agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari
berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular terkait gizi, maka pola
makan masyarakat perlu ditingkatkan kearah konsumsi gizi seimbang.
Keadaan gizi yang baik dapat meningkatkan kesehatan individu dan
masyarakat. Gizi yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang buruk,
dan meningkatkan risiko penyakit infeksi, dan penyakit tidak menular seperti
penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi
dan stroke), diabetes serta kanker yang merupakan penyebab utama kematian
di Indonesia. Lebih separuh dari semua kematian di Indonesia merupakan
akibat penyakit tidak menular (Pusdatin Kemenkes RI, 2018).
Sebagian besar penyakit tidak menular terkait-gizi di atas berasosiasi
dengan kelebihan berat badan dan kegemukan yang disebabkan oleh
kelebihan gizi. Data Riskesdas 2007, 2010, 2013 memperlihatkan
kecenderungan prevalensi obese (IMT > 27) semua kelompok umur. Anak
balita 12,2%, 14% dan 11,9%; usia 6-19 tahun (Riskesdas 2007, 2010) naik
dari 5,2% menjadi
5,9%; orang dewasa dan usia lanjut (Riskesdas 2007, 2010) naik dari 21,3%
menjadi 22,8%. Pada Riskesdas 2013 laki-laki obese 19,7% dan perempuan
32,9% (Depkes, 2008; Kemenkes, 2010, 2013). Kelebihan gizi ini timbul
akibat kelebihan asupan makanan dan minuman kaya energi, kaya lemak
jenuh, gula dan garam; tetapi kekurangan asupan pangan bergizi seperti
sayuran, buah-buahan dan serealia utuh, serta kurang melakukan aktivitas
fisik (PMK RI No. 41, 2014).
3
Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh
banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan
pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang
akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik
dan kognitif yang optimal. Survei PSG diselenggarakan sebagai monitoring
dan evaluasi kegiatan dan capaian program. Berdasarkan hasil PSG tahun
2015, prevalensi balita pendek di Indonesia adalah 29%. Angka ini
mengalami penurunan pada tahun 2016 menjadi 27,5%. Namun prevalensi
balita pendek kembali meningkat menjadi 29,6% pada tahun 2017 (Pusdatin
Kemenkes RI, 2018).
Dari sisi asupan gizi, 32% remaja putri di Indonesia pada tahun 2017
berisiko kekurangan energi kronik (KEK). Sekitar 15 provinsi memiliki
persentase di atas rata-rata nasional. Jika gizi remaja putri tidak diperbaiki,
maka di masa yang akan datang akan semakin banyak calon ibu hamil yang
memiliki postur tubuh pendek dan/atau kekurangan energi kronik. Hal ini
akan berdampak pada meningkatnya prevalensi stunting di Indonesia.
Persentase Wanita Usia Subur (WUS) yang berisiko KEK di Indonesia tahun
2017 adalah 10,7%, sedangkan persentase ibu hamil berisiko KEK adalah
14,8%. Asupan gizi WUS yang berisiko KEK harus ditingkatkan sehingga
dapat memiliki berat badan yang ideal saat hamil. Sedangkan untuk ibu hamil
KEK sudah ada program perbaikan gizi yang ditetapkan pemerintah yaitu
dengan pemberian makanan tambahan berupa biskuit yang mengandung
protein, asam linoleat, karbohidrat, dan diperkaya dengan 11 vitamin dan 7
mineral sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 51 Tahun 2016
tentang Standar Produk Suplementasi Gizi (Pusdatin Kemenkes RI, 2018).
Masalah terbesar di Indonesia saat ini iyalah BBLR pada bayi yang
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan rendahnya pendidikan ibu
tentang asupan gizi yang baik pada saat kehamilan (Yulianti and Hargiono,
2016). Bukan cuaman asupan gizi kebanyakan ibu hamil tidak mengetahui
dirinya terjangkit penyakit HIV, oleh karna itu sebelum hamil ibu di anjurkan
untuk memeriksakan kesehatannya terlebih dahulu agar tidak menular ke
anaknya kelak (Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Ditjen Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak and Kementerian Kesehatan RI, 2011). Menurut
4
ststistik kematian bayi di Indonesia sanggat tinggi iyalah 90% diakibatkan
oleh BBLR angka ini sanggat tinggi dibandingakan dengan negara-negara
tetangga kita yg berkembang salah satu faktornya iyalah usia ibu yang terlalu
mudah untuk hamil (Fabella dkk, 2015).
Masalah inilah yang menjadi dasar penulis untuk memberikan asuhan
kebidanan penyuluhan pada Masyarakat di Wilayah Puskesmas Kampung
Baru Kecamatan Luwuk Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah, agar tidak
terjadi kasus ibu hamil dengan KEK dan dapat mencegah BBLR dan Stunting
pada Bayi Baru Lahir.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan komunitas pada
keluarga yang mempunyai masalah kesehatan khusunya pelayanan
kesehatan yang berhubungan dengan bidang kebidanan secara
menyeluruh.
2. Tujuan Khusus
Dengan melaksanakan praktek kebidanan komunitas, mahasiswa
diharapkan mampu dalam:
a. Melakukan pengkajian data keluarga.
b. Mengidentifikasi masalah pada keluarga.
c. Mengembangkan rencana tindakan pada keluarga.
d. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana pada keluarga.
e. Melaksanakan evaluasi pada keluarga.
C. Manfaat
Manfaat Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas diarahkan untuk
kepentingan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan kepentingannya bagi
lembaga terkait.
1. Teoritis; antara lain: Hasil studi kasus ini dapat sebagai pertimbangan
masukan untuk menambah wawasan tentang kasus yang diambil.
2. Aplikatif; antara lain:
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telah Pustaka
1. Kehamilan
Kehamilan didefenisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga akhirnya lahirlah bayi, kehamilan
normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9
bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi 3 trimester,
dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester ke dua
15 minggu (Minggu ke-13 hingga ke-27) dan trimester ketiga 13 minggu
(minggu ke-28 hingga ke-40 ) (Yuliani et al. 2021)
Kehamilan adalah proses pemerliharaan janin dalam kandungan
yang disebabkan pembuahan sel telur oleh sel sperma. Pada saat hamil
akan terjadi perubahan fisik dan hormon yang sangat berubah drastis.
Proses kehamilan adalah mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri
atas ovulasi pelepasan ovum, terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot,
terjadi implantasi pada rahim, pembentukan plasenta, tumbuh kembang
hasil konsepsi sampai kehamilan matur/atern (Susilowati dan
Kuspriyanto, 2016).
Kehamilan merupakan masa yang sangat penting karena sangat
menentukan kualitas dari anak yang akan dilahirkan dan mempengaruhi
perkembangan anak dimasa depan (Irianto, 2014). Usia kehamilan
dikelompokan menjadi 3 trimester yaitu, trimester pertama (0-3 bulan),
trimester dua (4-6 bulan), dan trimester tiga (7-9 bulan).
2. Status Gizi Ibu Hamil dan kehamilan dengan KEK (Kurang Energi
Status gizi ibu hamil sangat penting untuk tercapainya kesejahteraan
ibu dan janin. Seorang ibu yang sehat akan menghasilkan anak yang
sehat. Status gizi menjadi faktor penentu utama kualitas kehidupan, pada
masa kehamilan sampai usia bayi 2 tahun (Ariyani dkk, 2012). Status gizi
dapat diukur melalui penambahan berat badan selama hamil berdasarkan
indek Masa Tubuh Pra hamil (Karima dkk, 2012).
7
Status gizi ibu hamil dapat diukur melalui pertambahan berat badan
selama kehamilan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT) prahamil,
dan Lingkar Lengan Atas (LILA). Hal ini akan berdampak jangka
panjang dalam perkembangan janin yang ada dalam kandungan, sehingga
akan menghasilkan outcame yang kurang memuaskan (Wahyu dan
Cahayaningrum).
Status gizi ibu hamil sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu
normalpada masa sebelum dan selama hamil, kemungkinan besar akan
melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal.
Dengan kata lain, kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada
keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil (Adriani dan Bambang,
2016). Salah satu cara untuk menilai kualitas bayi adalah dengan
mengukur berat badan bayi pada saat lahir. Seorang ibu hamil yang
memiliki tingkat kesehatan dan gizi yang baik akan melahirkan bayi
yang sehat. Namun sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang
mengalami masalah gizi khususnya gizi kurang, seperti KEK (Adriani
dan Bambang, 2016).
Teori menyatakan bahwa kehamilan dengan kekurangan energi
kronik (KEK) merupakan keadaan dimana ibu menderita keadaan
kekurangan kalori dan protein (malnutrisi) yang berlangsung menahun
(kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu
hamil. Seorang ibu yang mengalami kekurangan energi kronik (KEK) di
ukur dengan Pita LILA. Pengukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau
dibagian merah pita LILA maka ibu menderita KEK, jika LILA ibu lebih
dari 23,5 maka tidak beresiko menderita KEK (Adriyani, 2019).
Ukuran lingkar lengan atas digunakan untuk mengetahui risiko KEK
pada wanita usia subur. Ukuran lingkar lengan atas tidak dapat digunakan
untuk mengetahui perubahan status gizi dalam jangka pendek. Pita
meteran kain yang terdapat di masyarakat dapat digunakan untuk
mengukur lingkar lengan atas. Batas imbang lingkar lengan atas untuk
menentukan KEK pada wanita usia subur adalah:
Jika ukuran LLA sama atau lebih dari 23,5 cm, wanita tergolong
normal atau tidak menderita KEK. Jika ukuran LLA kurang dari 23,5 cm,
8
wanita tergolong menderita KEK. Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang
mengalami kekurangan energy kronik dalam waktu yang lama. Kurang
Energi Kronik pada ibu hamil di mulai sebelum hamil, dari pra nikah,
bahkan usia remaja. Dampak dari KEK pada kehamilan remaja tersebut
dapat mempengaruhi pertumbuhan janin, pertumbuhan bayi dan anak
yang sudah dilahirkannya (Kemenkes RI, 2016).
Akibat KEK pada wanita usia subur adalah wanita mempunyai risiko
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Par’i, 2017).
Penilaian status gizi ibu hamil meliputi evaluasi terhadap faktor risiko
diet, pengukuran antropometri dan biokimia. Penilaian tentang asupan
pangan dapat diperoleh memalui ingatan 24 jam (recall-24 hour). Faktor
risiko diet dibagi dalam dua kelompok, yaitu risiko selama hamil dan
risiko selama perawatan (antenatal).
Risiko yang pertama adalah
a. Usia dibawah 18 tahun
b. Berat badan 120% dari berat badan baku
c. Terlalu sering hamil dengan selang waktu 1 kg/bulan), hemoglobin
(Hb) 140/90 mmHg, edema, dan albumin >2+
d. Janin kembar (Arisman, 2010).
Pada trimester I pertumbuhan dan perkembangan janin masih
berlangsung lambat dan kebutuhan gizi ibu hamil pada trimester pertama
sama dengan wanita dewasa biasanya. Keluhan yang timbul pada
trimester satu diantaranya nafsu makan kurang, mual, pusing, halusinasi
ingin makan yang aneh-aneh atau ngidam, mual, muntah dan lainnya
(Marmi, 2013). Keluhan tersebut dapat menyebabkan nafsu makan
menurun dan berakibat asupan nutrisi menjadi berkurang. Kekurangan
asupan pada trimester pertama dapat menyebabkan meningkatkan risiko
hipermis gravidarum, kelahiran prematur, keguguran, dan kelainan pada
sistem saraf (Waryana, 2010).
9
(Marmi, 2013).
Pada trimester II keluhan ibu berupa mual dan muntah mulai
berkurang. Tubuh janin sudah menunjukan perkembangan dan juga
susunan saraf otak berkembang sampai 90% (Marmi, 2013). Berat janin
kurang lebih mencapai 30 gram. Lengan, tangan, kaki, jari dan telinga
mulai terbentuk dan denyut jantung janin mulai terdengar. Pada trimester
kedua terjadi penumpukan lemak sebagai persiapan pembentukan Air
Susu Ibu (ASI) yang menyebabkan pembesaran payudara ibu hamil
sekitar 30% (Almatsier, 2011). Kekurangan gizi pada trimester kedua ini
baik secara kuantitas maupun kualitas dapat mengganggu perkembangan
dan pertumbuhan janin yang menyebabkan bayi lahir cacat.
Pada trimester III merupakan titik kritis pembentukan janin.
Panjang janin menjadi dua kali panjang semula, sedangkan berat
bertambah kurang lebih hingga lima kali berat semula (Almatsier, 2011).
Nafsu makan pada trimester ketiga sudah baik cenderung merasa lapar
terus-menerus Konsumsi makanan bergizi sangat dianjurkan sebagai
persiapan kesehatan ibu menjelang kelahiran (Irianto, 2014).
Kenaikan berat badan yang dianjurkan selama hamil bila badan
sebelum hamil normal atau ideal maka penambahan berat badan
sebaiknya 9-12 kg, bila berat badan sebelum hamil lebih maka
pertambahan berat sebaiknya 6-9 kg sedangkan bila mengandung bayi
kembar dua atau lebih maka kemungkinan berat badan akan bertambah
lebih banyak. Kekurangan gizi pada masa kehamilan dapat menyebabkan
meningkatnya risiko gangguan kekuatan rahim saat persalinan dan
pendarahan post partum (Irianto, 2014).
14
15
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nutrisi Ibu Hamil
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi
untuk ibu hamil. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan
yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan
nutrient. Gizi ibu hamil adalah makanan sehat dan seimbang yag harus
dikonsumsi ibu selama masa kehamilannya, dengan porsi dua kali makan
orang yang tidak hamil (Sitanggang, 2013).
Kesehatan ibu hamil dapat terwujud dengan berperilaku hidup sehat
selama kehamilan yaitu merawat kehamilan dengan baik melalui asupan
gizi yang baik, memakan tablet zat besi, melakukan senam hamil,
perawatan jalan lahir, menghindari merokok dan makan obat tanpa resep.
Melakukan kunjungan minimal empat kali untuk mendapat informasi dari
petugas kesehatan tentang perawatan yang harus dilakukan (Gulardi H,
2006 dalam Sitanggang, 2013).
Beberapa faktor yang mempengaruhi nutrisi ibu hamil adalah
(Sitanggang, 2013):
16
a. Faktor Langsung
1) Keterbatasan ekonomi, yang berarti tidak mampu membeli
bahan makanan yang berkualitas baik, sehingga mengganggu
pemenuhan gizi
2) Produk pangan, dimana jenis dan jumlah makanan di negara
tertentu atau daerah tertentu biasanya berkembang dari pangan
setempat untuk jangka waktu yang panjang sehingga menjadi
sebuah kebiasaan turun-temurun.
3) Sanitasi makanan (penyiapan, penyajian, penyimpanan)
hendaknya jangan sampai membuat kadar gizi yang terkandung
dalam bahan makanan menjadi tercemar atau tidak higienis dan
mengandung kuman penyakit.
4) Pembagian makanan dan pangan masyarakat Indonesia
umumnya masih dipengaruhi oleh adat atau tradisi. Misalnya,
masih ada kepercayaan bahwa ayah adalah orang yang harus
diutamakan dalam segala hal termasuk pembagian makanan
keluarga.
5) Pengetahuan gizi yang kurang, prasangka buruk pada bahan
makanan tertentu, salah persepsi tentang kebutuhan dan nilai
gizisuatu makanan dapat mempengaruhi status gizi seseorang.
6) Pemenuhan makanan berdasarkan pada makanan kesukaan saja
akan berakibat pemenuhan gizi menurun atau berlebih.
7) Pantangan pada makanan tertentu, sehubungan dengan makanan
yang dipandang pantas atau tidak untuk dimakan. Tahayul dan
larangan yang beragam didasarkan pada kebudayaan daerah
yang berlainan. Misalnya, ada sebagian masyarakat yang masih
percaya ibu hamil tidak boleh makan ikan.
8) Selera makan juga akan mempengaruhi dalam pemenuhan
kebutuhan gizi. Selera makan dipicu oleh sistem tubuh (misal
dalam keadaan lapar) ataupun dipicu oleh pengolahan serta
penyajian makanan
17
9) Suplemen Makanan.
18
b. Faktor tidak langsung
1) Pendidikan keluarga. Faktor pendidikan dapat mempengaruhi
kemampuan menyerap pengetahuan tentang gizi yang
diperolehnya melalui berbagai informasi
2) Faktor budaya. Masih ada kepercayaan untuk melarang
memakan makanan tertentu yang jika dipandang dari segi gizi,
sebenarnya sangat baik bagi ibu hamil.
3) Faktor fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan sangat penting
untuk menyokong status kesehatan dan gizi ibu hamil, dimana
sebagai tempat masyarakat memperoleh informasi tentang gizi
dan informasi kesehatan lainnya, bukan hanya dari segi kuratif,
tetapi juga preventif dan rehabilitatif.
5. Pengenalan Ibu Hamil Beresiko
Ibu hamil berisiko adalah suatu keadaan pada ibu hamil yang perlu
diwaspadai karena terdapat salah satu atau lebih faktor risiko yang
berpengaruh terhadap timbulnya kesulitan pada kehamilan atau
persalinan. Faktor risiko tersebut antara lain:
a. Usia ibu kurang dari 18 tahun atau kehamilan usia remaja
Kehamilan usia remaja adalah kehamilan yang berlangsung pada
usia 11-18 tahun. Kehamilan yang terjadi pada termasuk dalam
kehamilan yang berisiko karena kematangan fisik dan psikis yang
belum sempurna, pendidikan rendah, sosialisasi kurang, kecemasan,
dan masalah ekonomi akibat lari dari rumah. Menurut NCHS tahun
1986 dalam Arisman tahun 2010, remaja putri yang mulai hamil
ketika kondisi gizinya buruk berisiko melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah sebesar 2-3 kali lebih besar disbanding mereka
yang berstatus gizi baik, dan kemungkinan bayi mati sebesar 1,5
kali.
b. Usia ibu lebih dari 35 tahun dan jumlah anak lebih dari 4.
Wanita yang berumur 35 tahun atau ibu yang telah melahirkan
empat kali atau lebih mengalami perdarahan akibat cedera pada saat
19
persalinan (accidental haemorrage) yang terjadi pada plasenta
(Maulany, 1994).
c. Jarak persalinan terakhir kurang dari 2 tahun (Depkes RI, 1998).
d. Tinggi badan wanita kurang dari 150 cm.
Wanita dengan tinggi badan kurang dari 150 cm memiliki risiko
mengalami persalinan macet yang disebabkan karena panggul
sempit, sehingga tidak mudah dilintasi kepala bayi pada saat
persalinan.
e. LiLA kurang dari 23,5 cm. Akibat lanjutan dari LLA kurang dari
23,5 cm : dalam hal ini ibu masuk dalam kategori risiko KEK.
Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai risiko kesakitan
yang lebih besar terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan
dengan ibu hamil normal. Ibu hamil dengan LLA kurang dari 23,5
cm, mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi
dengan BBLR, kematian saat persalinan, pendarahan, pasca
persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan
kesehatan. Bayi yang dilahirkan dengan BBLR (1500-2500 gram)
umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru,
sehingga dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan, bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya
(Irianto, 2014).
f. Ibu pernah mengalami kesulitan dalam kehamilan dan persalinan
terdahulu (persalinan >12 jam)
Kehamilan berisiko menurut Arisman tahun 2010 adalah
kehamilan yang disertai oleh penyakit atau kondisi seperti diabetes,
penyakit jantung, anemia, usia remaja, vegetarian. Tulisan ini hanya
membahas mengenai kehamilan dengan anemia, usia remaja dan
vegetarian. Kehamilan dengan hipertensi, diabetes mellitus, dan
penyakit jantung hanya disinggung sedikit.
6. Pentingnya Gizi Ibu Hamil
Kehamilan merupakan proses pemeliharaan janin dalam kandungan
yang disebabkan pembuahan sel telur oleh sperma. Pada saat hamil, ibu
20
akan mengalami perubahan fisik dan hormon. Proses kehamilan adalah
mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri atas ovulasi pelepasan
ovum, terjadi migrasi spermatozoa dan ovum, terjadi pertumbuhan zigot,
terjadi pelekatan embrio pada dinding rahim (nidasi), pembentukan
plasenta, tumbuh kembang hasil konsepsi sampai kehamilan usia tua
(trimester III) (Susilowati, 2016).
Kenaikan berat badan pada masa kehamilan adalah tanda kehamilan
yang sehat. Kenaikan berat badan akan membantu untuk mencegah risiko
pada bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan mengurangi
risiko penyakit yang dapat terjadi di masa dewasa, seperti: jantung,
hipertensi, dan diabetes mellitus (Susilowati, 2016).
Menurut Aritonang (2015:177), kenaikan berat badan ibu hamil
terjadi karena adanya pertambahan bagian organ tubuh bayi, yaitu berat
badan janin 3½ - 4 kg, plasenta ½-1 kg, cairan amnii 1 kg, payudara ½
kg, uterus 1 kg, penambahan volume darah 1½ kg, lemak tubuh > 2½ kg,
penambahan jaringan otot dan cairan sebanyak 2-3½ kg, sehingga jumlah
penambahan totalnya rata-rata 12½ kg.
Kenaikan berat badan terjadi karena adanya peningkatan asupan
makanan ibu hamil seiring dengan pertambahan usia kehamilan.
Kegunaan asupan makan yang dikonsumsi ibu hamil adalah : a.
Pertumbuhan dan perkembangan janin; b. Mengganti sel-sel tubuh yang
rusak atau mati; c. Sumber tenaga; d. Mengatur suhu tubuh; e. Cadangan
makanan.
7. Prinsip Gizi untuk Ibu Hamil
Makanan ibu hamil harus disesuaikan dengan kebutuhan yaitu
makanan yang seimbang dengan perkembangan masa kehamilan.
Pertumbuhan janin pada trimester I masih lambat sehingga kebutuhan
energi untuk pertumbuhan janin belum begitu besar, tetapi ibu
mengalami ketidaknyamanan, seperti mual, muntah, dan ngidam.
Pertumbuhan janin pada trimester II dan III berlangsung dengan cepat
sehingga perlu memperhatikan kebutuhan gizinya.
21
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan tentang makanan sehat
bagi ibu hamil : a. Menyediakan energi yang cukup (kalori) untuk
kebutuhan kesehatan tubuh ibu dan pertumbuhan bayi; b. Menyediakan
semua kebutuhan ibu dan bayi (meliputi karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, dan mineral); c. Dapat menghindarkan pengaruh buruh bagi
bayi; d. Mendukung metabolisme tubuh ibu dalam memelihara berat
badan sehat, kadar gula darah, dan tekanan darah (Marmi, 2013).
8. Kebutuhan Energi Ibu Hamil
Kebutuhan energi ibu selama hamil meningkat dari kebutuhan energi
normal karena terjadi peningkatan laju metabolik basal dan peningkatan
berat badan. Energi yang diperlukan ibu hamil ±80.000 kkal (±300 kkal
ekstra per hari) selama 9 bulan kehamilan untuk dapat melahirkan bayi
yang sehat (Susilowati, 2016).
Kebutuhan energi pada trimester I sampai trimester III meningkat
secara bertahap. Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2013,
jumlah penambahan energi pada trimester I adalah 180 kkal, sedangkan
pada trimester II dan III adalah 300 kkal. Jika mengacu pada AKG 2013
yang menyebutkan wanita tidak hamil pada usia 19-29 tahun
membutuhkan energi sebanyak 2250 kkal/hari, maka wanita hamil
membutuhkan 2430 kkal pada masa kehamilan trimester I, dan pada
trimester II dan III membutuhkan 2550 kkal (Fikawati, 2015).
9. Bayi Lahir Berat Rendah (BBLR)
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017
angka kejadian Berat BadanLahir Rendah (BBLR) di Indonesia mencapai
6,2%. Provinsi Sulawesi Tengah menduduki peringkat pertama kejadian
BBLR yaitu 8,9%, sedangkan provinsi yang memiliki persentase angka
kejadian BBLR paling rendah adalah Provinsi Jambi (2,6%) (Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Statistik, Kesehatan,
& USAID, 2018)
. Seorang bayi yang baru lahir memerlukan masa beradaptasi dengan
lingkungannya atau masa pertama fase kehidupan. Prevalensi
diperkirakan 15,5% bayi lahir rendah kurang dari 2500 gram. Hal ini
akan berisiko dimasa mendatang saat dewasa menderita penyakit
22
degeneratif yang dapat menyebabkan beban ekonomi individu dan
masyarakat.
BBLR merupakan salah satu masalah kesehatan yang memerlukan
perhatian khusus di berbagai negara terutama pada negara berkembang
atau negara dengan sosio-ekonomi rendah(Thomas, Raine, Reddy, &
Belteki, 2017). DefinisiWHOtahun 2017terkait BBLR yaitu sebagai bayi
yang lahir dengan berat ≤2500 gr. WHO mengelompokkan BBLR
menjadi 3 macam, yaitu BBLR (1500–2499 gram), BBLR (1000-1499
gram), BBLR (< 1000 gram). (WHO, 2017)
Menjelaskan bahwa sebesar 60–80% dari Angka Kematian Bayi
(AKB) yang terjadi, disebabkan karena BBLR. BBLR mempunyai risiko
lebih besar untuk mengalami morbiditas dan mortalitas daripada bayi
lahir yang memiliki berat badan normal. Masa kehamilan yang kurang
dari 37 minggu dapat menyebabkan terjadinya komplikasi pada bayi
karena pertumbuhan organ-organ yang berada dalam tubuhnya kurang
sempurna.(F, E, & D, n.d.)Kemungkinan yang terjadi akan lebih buruk
bila berat bayi semakin rendah (WHO, 2014).
Semakin rendah berat badan bayi, maka semakin penting untuk
memantau perkembangannya di minggu-minggu setelah kelahiran. Ibu
yang selalu menjaga kesehatannya dengan mengkonsumsi makanan
bergizi dan menerapkan gaya hidup yang baik akan melahirkan bayi yang
sehat, sebaliknya ibu yang mengalami defisiensi gizi memiliki risiko
untuk melahirkan BBLR (Nussbaumer-Streit et al., 2020).
Menurut Rajashree dalam Hartiningrum (Hartiningrum & Fitriyah,
2019)BBLR tidak hanya menggambarkan situasi kesehatan dan gizi,
tetapi juga menunjukkan tingkat kelangsungan hidup, dan perkembangan
psiko sosialnya (Luyckx et al., 2017).
10. Stunting pada Bayi Baru Lahir
Keadaan tubuh manusia yang tingginya kurang dan sangat
pendek hingga melampaui defisit -2 SD di bawah median panjang atau
tinggi badan anak disebut Stunting. Secara keseluruhanl prevalensi
22,9% atau 154,8 juta anak di bawah usia 5 tahun menderita stunting.
Masalah stutus gizi pada balita atau stunting dialami oleh sebagian
besar anak di negara miskin dan berkembang seperti Indonesia.
23
Prevalensi stunting negara Indonesia 30,8%, banyak faktor yang
mempengaruhi kejadian stunting yaitu faktor ibu dan faktor bayi itu
sendiri (febriana, 2016)
Faktor ibu meliputi banyak hal diantaranya pengaruh nutrisi pada
masa remaja, kehamilan dan laktasi, ibu pendek < 150 cm, gangguan
mental pada ibu, kehamilan dengan hipertensi kronik, kehamilan remaja.
Pada gizi ibu dipengaruhi oleh rendahnya intake mikronutrien, buruknya
keragaman pangan dan sumber protein, praktik feeding yang kurang
maksimal, gagal pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan, dan
gagal IMD karena penyulit dalam persalinan. Faktor infeksi pada bayi bisa
saja terjadi. Misalnya infeksi saluran pencernaan, infeksi saluran nafas,
malaria, HIV/AIDS, Tuberculosa dan infeksi penurunan nafsu makan.
Faktor lingkunan dan pola asuh. Lingkungan sangat mempengaruhi
kesehatan bayi dan balita, misalnya stimulasi bayi dan balita yang kurang,
pola asuh yang jelek, sanitasi yang jelek, ketahanan pangan yang jelek
serta pengaruh pendidikan ibu yang rendah ( Hartanto, 20201)
Stunting ini dapat juga terjadi sebelum kelahiran dan disebabkan
oleh asupan gizi yang sangat kurang saat masa kehamilan, pola asuh
makan yang sangat kurang, rendahnya kualitas makanan sejalan dengan
frekuensi infeksi sehingga dapat menghambat pertumbuhan [3]. Kehamilan
dengan hipertensi kronis juga dapat mempengaruhi keadaan stunting pada
bayi. Hal ini disebabkan pada kehamilan hipertensi kronik akan mengalami
fasokontriksi pada pembuluh darah sehingga asupan gizi dari ibu ke bayi,
melalui plasenta berkurang, menimbulkan pertumbuhan janin terhambat,
dan menimbulkan IUGR pada bayi setelah dilahirkan (Nurrohim (2015)..
Panjang lahir menggambarkan pertumbuhan linier bayi selama
dalam kandungan. Ukuran linier yang rendah biasanya menunjukkan
keadaan gizi yang kurang akibat kekurangan energi dan protein yang
diderita waktu lampau. Kategori panjang bayi baru lahir berdasarkan
Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020
tentang standar antropometri Anak. Penilaian status gizi anak, panjang
bayi laki-laki dikatakan pendek (stunting) jika < 46 cm dan dikatakan
tinggi jika > 53,7 cm. Sedangkan panjang bayi perempuan dikategorikan
pendek (stunting) jika < 45,4 cm dan dikatakan tinggi jika > 52,9 cm.
Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu sebelum usia enam
24
bulan, akan mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua tahun [5].
25
Kronis) atau kekurangan gizi.
d) Ukur TFU
Menggunakan pita sentimeter, letakkan titik nol pada tepi atas
sympisis dan rentangkan sampai fundus uteri (fundus tidak boleh
ditekan).
e) Tentukan presentasi janin dan DJJ
Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu
hamil. Denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia
kehamilan 16 minggu/4 bulan.
f) Skring status imunisasi dan beririkan imunisasi TT jika diperlukan
Untuk melindungi dari tetanus neonatorum. Efek samping TT
yaitu nyeri, kemerah-merahan dan bengkak untuk 1-2 hari pada
tempat penyuntikan.
g) Beri tablet Fe
Untuk memenuhi kebutuhan volume darah pada ibu hamil dan
nifas, karena masa kehamilan kebutuhan meningkat seiring dengan
pertumbuhan janin.
h) Periksa laboraturiom rutin GO, Hb, Protein urine, Gula darah,
pemeriksaan darah malaria, tes sifilis, HIV.
i) Tatalaksana / penanganan khusus
Memberikan asuhan kebidanan tatalaksana keluhan sesuai
dengan kebutuhan klien.
j) Temu wicara / konseling
Merupakan wawancara (tatap muka) untuk menolong orang lain
memahami dan mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya
(KIA, 2020)
c. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil
26
Berikut perbandingan jadwal kunjungan ANC menurut WHO
tahun 2002 dan 2016 serta menurut kemenkes RI 2020.
Tabel 2.3
Perbandingan Jadwal Kunjungan ANC menurut WHO dan Buku KIA
2002 WHO Focused 2016 WHO ANC KIA 2020
ANC MODEL MODEL
Trimester 1 Trimester 1 Trimester 1
Kunjungan 1 : Kontak 1 : s/d 12 K 1 : UK <12
8 – 12 minggu minggu minggu (dokter)
Trimester 2 Trimester 2 : K 2 : UK <20
Kunjungan 2 : Kontak 2 : 20 minggu minggu
24 – 26 minggu Kontak 3 : 26 minggu Trimester 2 :
Trimester 3 Trimester 3 K 3 : UK 13 –
Kontak 4 : 30 minggu 27 minggu
Kunjungan 3 :
Kontak 5 : 34 minggu Trimester 3
32 minggu
Kontak 6 : 36 minggu K 4 : 37
Kunjungan 4 :
minggu
36 – 38 minggu Kontak 7 : 38 minggu
K 5 : 38
Kontak 8 : 40 minggu
minggu (dokter)
K 6 : < 40
minggu
Sumber : (Priyanti, Irawati, & Syalfina, 2020), ( Kementrian Kesehataan
Republik Indonesia)
28
BAB III
A. Pengkajian
1. DATA KEPENDUDUKAN
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada 10 KK di Wilayah
Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Luwuk Kabupaten Banggai
Sulawesi Tengah didapatikan hasil demografi sebagai berikut :
a. Jumlah Anggota Keluarga : 25 Jiwa
b. Jenis Kelamin
Perempuan : 16 Jiwa
Laki-laki : 9 Jiwa
Jumlah : 25 Jiwa
c. Jumlah KK : 10 Kepala Keluarga
d. Mata Pencaharian
PNS :1
Wiraswasta :2
Buruh :3
Petani :5
Pensiun : 0
Tidak Bekerja : 14
Jumlah : 25
e. Tingkat Pendidikan
Perguruan Tinggi :2
SLTA :5
SLTP :5
SD :2
Belum Sekolah :8
Jumlah : 25
2. STATUS SOSIAL EKONOMI
a. Jumlah Penghasilan Keluarga Sebulan
29
1) Kurang Dari Rp. 500.000,- 0
30
e. Penerangan yang digunakan
1) Listrik : 10 KK
2) Non listrik : 0
f. Kondisi kebersihan rumah
1) Bersih : 10 KK
2) Tidak bersih 0
g. Membersihkan penampungan air
1) 1 minggu sekali : 6 KK
2) > dari 1 minggu sekali : 4 KK
5. SUMBER AIR
a. Asal sumber air yang digunakan keluarga
1) Sumur gali : 10 KK
2) Sungai 0
3) Mata air 0
4) PDAM : 15 KK
b. Tempat penyimpanan air
1) Ember/gentong terbuka : 5 KK
2) Ember/gentong tertutup : 5 kk
3) Tidak ada 0
c. Kualitas sumber air yang digunakan
1) Berbau 0
2) Berwarna 0
3) Berasa 0
4) Tidak berbau, berasa, berwarna : 10 kk
6. PEMBUANGAN SAMPAH
a. Tempat pembuangan sampah
1) Ada, terbuka : 7 KK
2) Ada, tertutup : 3 KK
3) Tidak ada 0
b. Cara pembuangan sampah
1) Dibakar/ ditimbun : 4 KK
31
2) Dibuang ke sungai : 0
3) Diambil petugas : 6 KK
7. PEMBUANGAN AIR LIMBAH
a. Jarak sumber air dengan pembuangan air limbah
1) > 10 meter : 10 KK
2) < 10 meter : 0
b. Jenis pembuangan air limbah
1) Got/selokan terbuka : 1 KK
2) Got/selokan tertutup : 9 KK
3) Bak penampungan 0
4) Langsung dialirkan ke sungai 0
5) Dibuang sembarangan 0
c. Kondisi saluran air limbah
1) Saluran tertutup lancar : 9 KK
2) Saluran tertutup tidak lancar 0
3) Saluran terbuka lancar 1
4) Saluran terbuka tidak lancar 0
d. Kepemilikan WC
1) Milik sendiri : 10 KK
2) Umum 0
e. Kondisi WC
1) Terpelihara : 10 KK
2) Tidak terpelihara 0
f. Tempat pembuangan tinja
1) Septik tank : 10 KK
2) Kolam 0
3) Sungai 0
g. Jarak sumber air dengan pembuangan tinja
1) > 10 meter : 10 KK
2) < 10 meter 0
32
8. TRANSPORTASI DAN JARAK KE PELAYANAN KESEHATAN
a. Sarana transportasi yang digunakan
1) Sepeda 0
2) Sepeda motor : 8 KK
3) Mobil : 2 KK
4) Kendaraan umum 0
b. Jarak rumah ke sarana pelayanan kesehatan
1) < 5 km : 4 KK
2) > 5 km : 6 KK
9. SISTEM NILAI
a. Keyakinan yang mendukung kesehatan keluarga
1) Ada 0
2) Tidak ada : 10 kk
10. DERAJAT KESEHATAN
a. Sakit yang dialami anggota keluarga
1) Asma 0
2) TBC 0
3) Hipertensi 1
4) Kencing manis 0
5) Gangguan jiwa 0
b. Bila ada anggota keluarga sakit, dimanakah mencari pertolongan
1) Pelayanan kesehatan : 10 KK
2) Tenaga non kesehatan (dukun, alternatif) : 0
3) Diobati sendiri 0
4) Tidak periksa 0
11. KESEHATAN IBU HAMIL
a. Usia ibu hamil
1) Risiko tinggi 0
2) Tidak risiko tinggi : 3 Orang
b. Umur kehamilan ibu
1) Trimester I : 1 Orang
2) Trimester II : 0 Orang
33
3) Trimester III 2 Orang
c. Kehamilan yang ke
1) Pertama : 1 Orang
2) Kedua : 2 Orang
3) Ketiga :0
4) > dari ke-3/ 4 :0
d. Pemeriksaan kehamilan
1) < 4 kali : 3 Orang
2) > 4 kali : 0 Orang
3) Tidak pernah :
e. Ibu memeriksakan kehamilan ke
1) Bidan : 2 Orang
2) Dokter 0
3) Dukun 0
4) Tidak periksa 1 Orang
f. Alasan ibu tidak memeriksakan kehamilan
1) Tidak tahu : 1 Orang (TMT I)
2) Tidak mempunyai biaya :
3) Tidak mempunyai waktu :
4) Tidak penting :
g. Apakah ibu mendapat immunisasi TT
1) Ya : 2 Orang
2) Tidak : 0 Orang
h. Alasan tidak mendapatkan immunisasi
1) Tidak diberi 0
2) Tidak tahu manfaatnya 0
3) Takut efek sampingnya 0
4) Tidak penting 0
i. Apakah ibu minum tablet besi (Fe)
1) Ya : 2 Orang
2) Tidak : 1 Orang
34
j. Alasan ibu tidak minum tablet besi (Fe)
1) Tidak diberi 0
2) Tidak tahu manfaatnya 0
3) Takut efek sampingnya 1 Orang (TMT I)
k. Apakah ibu mengkonsumsi gizi yang seimbang
1) Ya : 3 orang
2) Tidak : 0 Orang
l. Alasan ibu tidak mengkonsumsi gizi yang seimbang
1) Tidak tahu manfaatnya : 0 orang
2) Tidak ada biaya : 0 orang
m. Apakah ibu mengikuti kelas ibu
1) Ya : 2 Orang
2) Tidak : 1 orang
n. Alasan ibu tidak mengikuti kelas ibu
1) Tidak tahu manfaatnya 0
2) Tidak sempat 0
3) Tidak ada program kelas ibu 0
4) Hamil Muda 1 orang
o. Penempelan stiker P4K dirumah
1) Ya : 2 orang
2) Tidak : 1 orang
3) Jenis Pend.Kes yang sudah didapatkan ibu : (Pentingnya pemeriksaan Ibu
hamil selama kehamilan)
12. KESEHATAN IBU MENETEKI ( Tidak Ada)
a. Apakah ibu meneteki anaknya
1) Ya : 2 orang
2) Tidak 0
b. Alasan ibu tidak meneteki anaknya
1) ASI tidak keluar :
2) Papilla mamae masuk kedalam :
3) Sibuk bekerja :
4) Menderita sakit :
35
5) Lain-lain, sebutkan :
36
c. Ibu meneteki anak usia
1) 0-6 bulan : 2 orang
2) 6-12 bulan 0
3) 1-2 tahun 0
4) > 2 tahun 0
d. Berapa kali ibu meneteki anaknya
1) Setiap saat : 2 orang
2) Terpancang waktu 0
e. Apakah ibu melakukan perawatan payudara
1) Ya : 2 orang
2) Tidak 0
13. KB BAGI PASANGAN USIA SUBUR
a. Apakah ibu mengikuti KB
1) Ya : 7 orang
2) Tidak 0
b. Alasan ibu tidak mengikuti KB
1) Adat dan agama 0
2) Tidak boleh suami 0
3) Tidak tahu 0
4) Ingin punya anak 0
c. Jenis kontrasepsi yang digunakan
1) Suntik : 5 orang
2) Pil : 2 orang
3) IUD :0
4) Implant : 0
5) Pantang berkala :0
6) MOW/MOP :0
7) System kalender :0
d. Keluhan dari jenis alat kontrasepsi yang digunakan
1) Ada : 0 orang
2) Tidak : 0 orang
37
14. KESEHATAN BAYI DAN BALITA
a. Jenis persalinan
1) Spontan : 8 orang
2) Operasi 0
b. Yang menolong persalinan
1) Tenaga kesehatan ( Perawat/ ) Dokter/ Bidan) : 8 orang
2) Bukan tenaga kesehatan (Dukun bayi) 0
c. Berat badan anak waktu lahir
1) > 2500 gr : 8 orang
2) > 2500 gr : 0
d. Immunisasi dasar yang diberikan pada anak
1) BCG : 8 orang
2) DPT I/II/III : 8 orang
3) Polio I/II/III/IV : 8 orang
4) Hepatitis I/II/III : 8 orang
5) Campak : 7 orang
e. Alasan tidak diberikan Immunisasi dasar yang pada anak
1) Tidak tahu manfaat 0
2) Takut akibat immunisasi 0
3) Tidak tersedia yankes 0
4) Anak sakit 0
5) Lain-lain, sebutkan.... 0
f. Jenis makanan yang diberikan pada anak < 6 bulan
1) ASI : 1 orang
2) PASI 0
3) ASI + makanan tambahan : 1 orang
g. Alasan pemberian PASI pada anak < 6 bulan
1) ASI tidak mencukupi 0
2) Adat kebiasaan 0
h. Apakah anak ibu mendapatkan vitamin A
1) Ya : 8 orang
2) Tidak 0
38
i. Apa alasan anak tidak mendapatkan vitamin A
1) Belum cukup umur 0
2) Tidak tahu manfaatnya 0
j. Apakah anak ibu mempunyai KMS
1) Ya : 8 orang
2) Tidak 0
k. Berapa kali anak dibawa ke Posyandu Balita ?
1) Setiap bulan : 4 orang
2) Tidak teratur : 4 orang
l. Berada pada titik mana berat badan anak ?
1) Garis hijau : 6 orang
2) Garis kuning : 2 Jiwa
3) Garis merah 0
4) Bawah garis merah 0
m. Apakah anak menderita penyakit ?
1) Batuk pilek : 1 orang
2) Diare 0
3) Kulit 0
4) Batuk > 2 minggu 0
5) Tidak : 7 orang
15. KESEHATAN ANAK USIA SEKOLAH (6-12 TAHUN)
a. Bagaimanakah pola makan anak ?
1) Teratur : 4 orang
2) Tidak teratur : 1 orang
b. Berat badan anak
1) Normal : 4 orang
2) Kurang : 1 orang
3) Lebih 0
c. Apakah anak menderita penyakit ?
1) Batuk pilek :
2) Diare :
39
3) Kulit :
4) Batuk > 2 minggu :
5) Tidak : 5 orang
d. Apa yang dilakukan keluarga ketika anak sakit ?
1) Dibawa ke pelayanan kesehatan : 5 orang
2) Dibawa ke tenaga non kesehatan (dukun, alternatif) : 0
3) Diobati sendiri 0
4) Tidak periksa 0
e. Immunisasi tambahan yang diberikan pada anak
1) DT 0
2) MMR : 4 orang
3) Tipoid : 2 orang
4) Meningitis 0
5) Belum diberikan : 1 orang
f. Alasan tidak diberikan immunisasi tambahan yang pada anak
1) Tidak tahu manfaat : 1 orang
2) Takut akibat immunisasi 0
3) Tidak tersedia yankes 0
4) Anak sakit 0
5) Lain-lain, sebutkan 0
16. KESEHATAN REMAJA
a. Bagaimanakah pola makan remaja ?
1) Teratur : 3 orang
2) Tidak teratur 0
b. Berat badan remaja
1) Normal : 3 orang
2) Kurang 0
3) Lebih 0
c. Apakah remaja menderita penyakit ?
1) Batuk pilek 0
2) Diare 0
40
3) Kulit 0
4) Batuk > 2 minggu 0
5) Kurang darah 0
6) Tidak 0
d. Apakah remaja mengetahui tentang fungsi reproduksi ?
1) Ya : 2 orang
2) Tidak : 1 orang
e. Apakah remaja mengetahui tentang Penyakit Hubungan Seksual
(PMS) ?
1) Ya : 1 orang
2) Tidak : 2 orang
f. Apakah remaja mengetahui tentang alat kontrasepsi ?
1) Ya 0
2) Tidak : 3 orang
g. Apakah remaja mempunyai kebiasaan dibawah ini ?
1) Merokok 0
2) Minum minuman keras 0
3) Narkoba 0
4) Seks bebas 0
5) Tidak ada 0
17. KESEHATAN LANSIA ( Tidak Ada )
a. Apakah lansia sakit ?
1) TBC
2) hipertensi
3) kencing manis
4) gangguan jiwa
5) katarak
6) rematik
7) pikun
8) stroke
9) tidak
41
b. Apa yang dilakukan keluarga ketika lansia sakit ?
1) dibawa ke pelayanan kesehatan
2) dibawa ke tenaga non kesehatan (dukun, alternatif)
3) diobati sendiri
4) tidak periksa
c. Apakah lansia melakukan olahraga?
1) ya teratur
2) tidak teratur
3) tidak pernah
d. Bagaimanakah pola makan lansia?
1) teratur
2) tidak teratur
e. Berat badan lansia
1) normal
2) kurang
3) lebih
f. Kategori dalam pemenuhan kebutuhan lansia
1) tergantung pada orang lain(kategori A)
2) dibantu (kategori B)
3) mandiri (kategori C)
g. Kebiasaan buruk yang mengganggu kesehatan lansia
1) merokok
2) minum kopi
3) minum alkohol
4) lain-lain, sebutkan....
h. Keadaan lingkungan lansia
1) lantai licin
2) rumah gelap
3) selokan terbuka
4) tidak membahayakan
5) lain-lain,sebutkan.....
42
i. Apakah lansia mengikuti kegiatan sosial ?
1) ya
2) tidak
j. Apakah lansia mengikuti Posyandu Lansia ?
1) ya
2) tidak
k. Apakah lansia mempunyai KMS ?
1) ya
2) ( ) tidak
18. DESA SIAGA
a. Apa yang dilakukan bila ada keluarga yang sakit ?
1) ke dokter : 2 KK
2) ke bidan : 5 KK
3) ke mantri 0
4) ke Puskesmas : 3 KK
5) ke Rumah Sakit 0
6) lain-lain,sebutkan 0
b. Apakah ada fasilitas pelayanan kesehatan di desa ?
1) Ada : 10 KK
2) Tidak : 0
c. Bagaimana cara keluarga membawa anggota keluarga yang sakit ke
tempat pelayanan kesehatan ?
1) Kendaraan pribadi : 10 KK
2) Kendaraan umum 0
3) Ambulance 0
4) Lain-lain, sebutkan 0
d. Apakah perlu adanya transportasi bagi orang sakit di desa ?
1) Ya : 10 KK
2) Tidak 0
e. Dimanakah perlu disiapkan kendaraan tersebut?
1) Balai desa : 10 KK
43
2) Setiap RW : 0
3) lain-lain, sebutkan Rumah Warga
f. Apakah perlu adanya tenaga terlatih bila ada bencana di masyarakat ?
1) Ya : 10 KK
2) Tidak 0
g. Apakah salah satu anggota keluarga bersedia menjadi petugas
penanggulangan gawat darurat ?
1) Ya : 8 KK
2) Tidak : 2 KK
h. Kemana keluarga mencari donor darah bila membutuhkan ?
1) PMI : 6 KK
2) Saudara : 4 KK
3) Tetangga 0
4) lain-lain, sebutkan : 0
i. Apakah perlu adanya bank darah di desa ?
1) Ya : 7 KK
2) Tidak : 3 KK
j. Apakah bersedia menjadi donor darah bila anggota masyarakat sedang
membutuhkan ?
1) Ya : 10 KK
2) Tidak 0
PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat)
Hasil Strata PHBS keluarga adalah
a. Sehat Pratama 0
b. Sehat Madya 0
c. Sehat Utama : 9 KK
Sehat Purnama : 1 KK
44
B. Analisis Data
1. Penjajakan Kesehatan Tahap I
a. Ancaman Kesehatan
No Data Masalah
1 Kurangnya kesadaran dan Kurangnya kesadaran pentingnya
motivasi untuk pemeriksaan pemeriksaan selama kehamilan
kehamilan agar jika ada komplikasi selama
kehamilan bisa diintifikasi dan
ditangani sejak dini
2 Kurangnya pengetahuan Kurangnya pengatahuan tentang
tentang KEK pada ibu hamil KEK. Kurang Energi Kronik pada
ibu hamil di mulai sebelum hamil,
dari pra nikah, bahkan usia remaja.
Dampak dari KEK pada kehamilan
tersebut dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin, pertumbuhan
bayi dan anak yang sudah
dilahirkannya. Akibat KEK
mempunyai risiko melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah
(BBLR
3 Kurangnya pengetahuan Kurang tahunya gizi seimbang
tentang gizi seimbang pada ibu pada ibu hamil dapat
hamil mempengaruhi kesehatan,
meningkatkan angka kesakitan,
mudah terkena penyakit dan
kemungkinan terjadinya stunting
pada anaknya dimasa depan
4 Kurangnya pengetahuan Status gizi kurang pada ibu sejak
tentang stunting dan BBLR kehamilan akan berdampak pada
janin dan dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan
balita sehingga berpengaruh
terhadap masa depan balita serta
berpotensi menimbulkan stunting
45
C. Perumusan Masalah
1. Kurangnya kesadaran dan motivasi untuk pemeriksaan kehamilan
Tidak termotivasi untuk melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai
anjuran WHO harus periksa selama 6 kali guna deteksi dini komplikasi
selama kehamilan jika ada komplikasi segera akan ditangani.
2. Kurangnya pengetahuan tentang KEK pada ibu hamil
Ibu tidak mengetahui dampak KEK pada ibu dan bayi dan
kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi.
Dimana keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung
menahun (Kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan
pada ibu secara relative atau absolut satu atau lebih zat gizi. Kekurangan
Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya
pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu.
Kekurangan asupan energi selama kehamilan juga akan mempengaruhi
kebutuhan protein. Jika ibu kekurangan zat energi maka fungsi protein
untuk membentuk glukosa akan didahulukan. Pemecahan protein tubuh
ini pada akhirnya akan menyebabkan melemahnya otot-otot dan jika hal
ini terjadi secara terus menerus, akan terjadi deplesi masa otot karena
salah satu fungsi dari protein adalah untuk pertumbuhan dan
pemeliharaan sel-sel
3. Kurangnya pengetahuan tentang gizi seimbang pada ibu hamil
Pengetahuan yang kurang tentang gizi seimbang pada ibu hamil
dapat mempengaruhi kesehatan ibu hamil, sehingga diperlukan konseling
dan pendidikan kesehatan tentang gizi seimbang pada ibu hamil.
4. Kurang Pengetahuan tentang stunting dan BBLR
Status gizi kurang pada balita dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan balita sehingga dapat berpengaruh terhadap masa
depan balita dan berpotensi menimbulkan stunting.
Stunting ini dapat juga terjadi sebelum kelahiran dan disebabkan
oleh asupan gizi yang sangat kurang saat masa kehamilan, pola asuh
makan yang sangat kurang, rendahnya kualitas makanan sejalan dengan
frekuensi infeksi sehingga dapat menghambat pertumbuhan [3].
46
Kehamilan dengan hipertensi kronis juga dapat mempengaruhi keadaan
stunting pada bayi. Hal ini disebabkan pada kehamilan hipertensi kronik
akan mengalami fasokontriksi pada pembuluh darah sehingga asupan gizi
dari ibu ke bayi, melalui plasenta berkurang, menimbulkan pertumbuhan
janin terhambat, dan menimbulkan IUGR pada bayi setelah dilahirkan .
D. Prioritas Masalah
Dalam menetapkan prioritas masalah menjadi bagian penting dalam proses
pemecahan amsalah dikarenakan dua alas an
1. Terbatasnya sumber daya yang tersedia (Karena itu tidak mungkin
menyelesaikan semua masalah)
2. Adanya hubungan antara satu masalah dengan masalah lainnya (Karena
itu tidak perlu semua masalah diselesaikan
Skor tertinggi akan diurutkan menjadi periorotas pertama untuk
implementasi dan pemecahan masalah yang ditemui dalam asuhan komunitas
ini. Sesuai data yang diperoleh pengkajian terhadap beberapa masalah sebagai
berikut :
1. Kurangnya kesadaran dan motivasi untuk pemeriksaan kehamilan
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
Kurang memiliki Tidak termotivasi untuk
Kesadaran dan Motivasi melakukan pemeriksaan
untuk memeriksakan kehamilan sesuai anjuran
Kehamilan dengan WHO harus periksa selama 6
Nakes kali guna deteksi dini
1 Sifat masalah ancaman 2/3 x 1 2/3 komplikasi selama kehamilan
kesehatan jika ada komplikasi segera
2 Kemungkinan masalah 2/2 x 2 2 akan ditangani.
untuk diubah hanya
sebagian
3 Potensi masalah untuk 3/3 x 1 1
diubah tinggi
4 Menonjolkan masalah 2/2 x 1 1
dapat dirasakan
Total 4 2/3
47
2. Kurangnya pengetahuan tentang KEK pada ibu hamil
No Kriteria Perhitung Skor Pembenaran
an
Pengetahuan tentang Ibu tidak mengetahui tentang
KEK pada ibu hamil KEK dan dampak KEK pada
1 Sifat masalah ancaman 2/3 x 1 2/3 ibu dan bayi. KEK
kesehatan mengakibatkan timbulnya
2 Kemungkinan masalah 2/2 x 2 2 gangguan kesehatan pada ibu
untuk diubah hanya dan janin. KEK pada ibu
sebagian hamil menjadi penyebab utama
3 Potensi masalah untuk 3/3 x 1 1 terjadinya pendarahan dan
diubah tinggi infeksi yang merupakan faktor
4 Menonjolkan masalah 2/2 x 1 2 kematian utama ibu dan resiko
dapat dirasakan BBLR dan stunting.
Total 5/ 2/3
3 Asuhan Kebidanan
No Data Masalah Tujuan Penatalaksanaa Evaluasi
n
1 Ibu hamil Ibu hamil tidak Diperlukan Menjelaskan Ibu
yang Kurang mengetahui KEK konseling tentang KEK dan memahami
pengetahuan dan dampak KEK dan dampaknya penejelasan
tentang KEK pada ibu dan bayi. pendidikan dengan yang
Akibat KEK kesehatan menggunakan diberikan
berisiko melahirkan tentang leaflet dan dan bersedia
bayi dengan berat KEK pada menjelaskan melakukan
badan lahir rendah ibu hamil Terapi anjuran yang
(BBLR) dan agar bisa komplementer diberikan.
menjadi penyebab mengatasi dengan sentuhan
utama terjadinya masalah yang memberikan
pendarahan, infeksi yang rasa nyaman
dan kematian. dialami dengan
memberikan
tekanan dan
melakukan
pergerakan
ditubuh dan
aroma terapi
membuat ibu
merasa rileks dan
bisa mengalihkan
rasa seperti mual
atau pusing yang
ibu alami.
2 Ibu hamil Tidak terdeteksi Diperlukan Menjelaskan pada Ibu
yang Kurang secara dini jika konseling ibu penting memahami
kesadaran dan kondisi ibu dalam dan memeriksakan tentang
motivasi keadaan fatologis pendidikan diri mulai dari : pemeriksaan
untuk dalam Buku KIA kesehatan Trimester 1 kehamilan
memeriksakan (2020) dianjurkan pentingnya K1 : UK <12 yang
diri untuk pemeriksaa minggu (dokter) dijelaskan
memeriksakan diri n K2 : UK <20 dan bersedia
6 kali selama kehamilan. minggu melakukan
kehamilan anjuran yang
Trimester 2 :
dijelaskan
K 3 : UK 13 – 27
49
minggu bidan.
Trimester 3
K 4 : 37 minggu
K 5 : 38 minggu
(dokter)
K6 : < 40 minggu
3 Kurangnya Mengakibatkan Diperlukan Menjelaskan Ibu
pengetahuan terganggunya konseling tentang gizi pada memahami
tentang gizi pertumbuhan serta dan ibu hamil dan tentang gizi
seimbang perkembangan pendidikan aktif mengikuti pada ibu
pada ibu janin dan kesehatan kesehatan kelas ibu hamil hamil dan
hamil ibu hamil. tentang gizi untuk bersedia
seimbang mendapatkan melakukan
pada ibu konseling tentang anjuran yang
hamil agar kesejahteraan dijelaskan
kesejahteraa kehamilannya. bidan.
n ibu hamil
meningkat
4 Kurang KEK yang dialami Diperlukan Menjelaskan Ibu
Pengetahuan Mengakibatkan konseling tentang gizi pada memahami
tentang terganggunya dan balita dan aktif tentang gizi
stunting dan pertumbuhan serta pendidikan mengikuti balita dan
BBLR perkembangan kesehatan posyandu untuk bersedia
janin ditambah lagi tentang gizi memantau melakukan
pengetahuan yang pada balita pertumbuhan dan anjuran yang
kurang akan agar perkembangan dijelaskan
mempengaruhi kualitas balita. bidan.
masa depan anak, hidup balita
serta meningkakan meningkat.
potensi terjadinya
stunting.
50
BAB IV
PEMBAHASAN
Praktik komunitas dilakukan pada tanggal 21-26 November 2022. Mulai dari
pengkajian wilayah komunitas sebanyak 10 KK, melakukan tabulasi data, Survei
Mawas Diri (SMD), diagnosis komunitas, perencanaan dan implementasi
pelayanan kebidanan komunitas bersama masyarakat, serta melakukan kegiatan
monitoring dan evaluasi kegiatan dikomunitas di Wilayah Puskesmas Kampung
Baru Kecamatan Luwuk Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang asuhan kebidanan
dilaksanakan di Wilayah Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Luwuk
Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Dengan memperhatikan tahap proses
kebidanan keluarga mulai dari pengkajian, diagnose kebidanan, pelaksanaan dan
evaluasi.
A. Data Kependudukan
1. Gambaran Umum Tempat Praktik Komunitas
Kecamatan Luwuk terletak di wilayah kabupaten Banggai Sulawesi
Tengah, Kecamatan Luwuk Perlu meningkatkan potensi wilayah di
segala bidng sehingga dapat menunjukkan citra Kabupaten Banggai
sebagai Smart Regency, dengan jumlah penduduk 31.704 Jiwa. Batas
wilayah sebagai berikut:
Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Pagimana
Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Luwuk Timur
Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Luwuk Selatan.
Barat : Berbatasan dengan Puskesmas Simpong
Puskesmas Kampung Baru dipimpin oleh ibu Indra ati Laamiri.SKM selaku
kepala puskesmas Kampung Baru Kabupaten Banggai. Puskesmas kampung baru
merupakan puskesmas Rawat Inap (UGD 24 Jam) dan Rawat Jalan yang melayani
10 Kelurahan/Desa Puskesmas Kampung Baru didirikan sejak tahun 1993 yang
bertempat di Kelurahan Baru Kecamatan Luwuk Kabupaten Banggai.
Dalam proses kegiatannya dapat dibuktikan bahwa keberadaan Puskesmas
Kampung Baru ini dikatakan berhasil dilihat dari jumlah pasien yang datang
berobat kurang lebih 50 – 80 orang/hari yang sebagian besar dari tingkatan
51
masyarakat prasejahtera.
52
Jenis asuransi yang dimiliki keluarga yaitu 15 KK memiliki BPJS, 3 KK
memiliki BPJS PBI, dan 7 KK tidak memiliki asuransi kesehatan.
B. Pembahasan
1. Kurangnya pengetahuan tentang KEK pada ibu hamil
Penyebab terbesar kematian ibu selama tahun 2010 sampai
2013 adalah pendarahan, hipertensi, infeksi, partus lama, dan abortus
(Kemenkes RI, 2014b). Pendarahan menempati persentase tertinggi
penyebab kematian ibu (28%), anemia dan Kekurangan Energi Kronis
(KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan
dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu (Apriyanti, 2017)
Pada pengkajian Survei Mawas Diri (SMD) ditemukan hasil lingkar
lengan atas 1 orang 22 cm, 1 orang 21,3 cm dan 1 orang 23, Hasil
Penelitian Kurniasari dan Rosmiyati (2021) ekurangan Energi Kronik
(KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi. Dimana keadaan ibu
menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (Kronis)
yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara
relative atau absolut satu atau lebih zat gizi. Kekurangan Energi Kronis
(KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan
dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu. Permasalahan
KEK ini telah dialami oleh negara-negara berkembang salah satunya
Indonesia. Di Indonesia tahun 2016, terdapat sebanyak 79,3 % ibu hamil
berisiko kurang gizi. Sedangkan di provinsi Lampung pada tahun 2014,
53
angka kecukupan energi dalam kategori kurang sebanyak 58,3%. Kurang
gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan
dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian
neonatal, cacat bawaan, asfiksia intra partum, lahir dengan berat badan
rendah (BBLR)
Salah satu faktor penyebab KEK adalah konsumsi makan yang tidak
cukup mengandung energi dan protein. Kehamilan menyebabkan
meningkatnya metabolisme energi, sehingga kebutuhan energi dan zat
gizi lainnya meningkat. Selama kehamilan, diperlukan tambahan energi
ekstra sebesar 340-450 Kalori setiap hari pada trimester II dan III.
Kekurangan asupan energi selama kehamilan juga akan mempengaruhi
kebutuhan protein. Jika ibu kekurangan zat energi maka fungsi protein
untuk membentuk glukosa akan didahulukan. Pemecahan protein tubuh
ini pada akhirnya akan menyebabkan melemahnya otot-otot dan jika hal
ini terjadi secara terus menerus, akan terjadi deplesi masa otot karena
salah satu fungsi dari protein adalah untuk pertumbuhan dan
pemeliharaan sel-sel.
Salah satu dampak yang dapat dialami ibu hamil jika asupan zat gizi
kurang yaitu akan mengalami KEK yang dilihat berdasarkan pengukuran
lingkar lengan atas (LILA). Pengukuran LILA merupakan salah satu
pengukuran antropometri untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita
KEK atau tidak. Salah satu bentuk faktor risiko pada ibu hamil adalah
Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari
23,5 cm, atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan
menandakan telah terjadi penurunan massa otot akibat kurangnya protein
di dalam tubuh dan menandakan bahwa telah terjadi kekurangan energi
secara kronis (Kurniasari & Rosmiyati, 2021)
Perkembangan janin didalam rahim berlangsung 9 bulan dan masa
perkembangannya bertahap mulai dari pembentukan otak, tulang
belakang, jantung, organ tubuh hingga alat gerak indra. Makanya ibu
hamil membutuhkan zat-zat gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, zat
besi, kalsium, asam folat,kolin, vitamin E, vitamin A, vitamin B1,
yodium, dan zink untuk pertumbuhan janinnya. Tak banyak juga karena
keterbatasan ekonomi atau rendahnya ekonomi yang membuat ibu tidak
54
bisa mengkonsumsi makanan yang cukup nutrisi untuk ibu dan janinnya.
Dampak Negatif Yang Ditimbulkan KEK antara lain : Pada ibu :
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi
pada ibu antara lain: Anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak
bertambah secara normal dan terkena penyakit infeksi. Sehingga akan
meningkatkan kematian ibu. Saat Persalinan : Pengaruh gizi kurang
terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan
lama, persalinan prematur atau sebelum waktunya, perdarahan post
partum, serta persalinan dengan tindakan operasi cesar cenderung
meningkat dan pada janin Kurang gizi pada ibu hamil dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan
keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan,
asfiksia intra partum, lahir dengan berat badan rendah (BBLR) (Helena,
2013 dalam Kurniasari & Rosmiyati, 2021)
Terapi komplementer dalam asuhan kebidanan dapat digunakan
sebagai sarana untuk mendukung proses normal kehamilan dan kelahiran
dan untuk menghormati otonomi perempuan. Pengobatan komplementer
dan alternatif termasuk kedalam paradigma asuhan kebidanan.
Pengetahuan tentang penggunaan terapi komplementer untuk kehamilan
dan kelahiran terus dikembangkan (Dewi, S, et al., 2020). Asuhan
kebidanan komplementer yang dapat diimplementasikan kepada ibu hamil
antara lain : yoga, aromaterapi, brain booster, massase.Terapi masase
merupakan terapi komplementer yang paling banyak dan aman digunakan
pada kehamilan. Terapi komplementer dengan sentuhan yang memberikan
rasa nyaman dengan memberikan tekanan dan melakukan pergerakan
ditubuh( Sembiring &Purba, 2021)
2. Kurangnya kesadaran dan motivasi untuk pemeriksaan kehamilan
Pada pengkajian Survei Mawas Diri (SMD) ditemukan 2 orang terimester III
dan baru dua kali memeriksakan diri selama kehamilan sedangkan 1 orang ibu
hamil trimester I belum pernah sama sekali memeriksakan diri hanya tau dari
hasil pemeriksaan urine yang dilakukannya sendiri dengan bantuan saudara
iparnya dengan alasan setelah kandungannya agak besar (5 atau 7 bulan) baru
mau periksa dan USG.
Tentu ini bertolak belakang dengan suhan pada ibu hamil dengan 10 T dan
55
jadwal kunjungan WHO yang ada dalam buku KIA tahun 2020 yaitu : Trimester
1 K 1 : UK <12 minggu (dokter), K 2 : UK <20 minggu. Trimester 2 :K 3 :
UK 13 – 27 minggu. Trimester 3 : K 4 : 37 minggu, K 5 : 38 minggu
(dokter) dan K 6 : < 40 minggu
56
untuk ibu hamil sanggatberpengaruh terhadap air susu ibu (ASI) pada
saat janinnya lahir itu sebabnya status gizi ibu hamil harus terpenuhi
dengan baik (Hardinsyah, Riyadi and Napitupulu, 2016).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati (2018), yang
mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi ibu
hamil berdasarkan LILA dengan kejadian stunting pada usia 06-36 bulan
di wilayah kerja Puskesmas Bontoa Kabupaten Maros. Penelitian
tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Madiun oleh
Ismi Trihardiani (2011) , yang mengatakan bahwa ibu hamil yang
mengalami Kurang Energi Kronik (KEK) mempunyai risiko 8,24 kali
lebih besar melahirkan bayi dengan BBLR yang akan berdampak
stunting pada anak dimasa akan datang.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi dipengaruhi kondisi sejak
dalam kandungan ibu. Ibu hamil KEK merupakan penyebab 25-30 %
Intrauterine Growth Retardation (IUGR) pada janin dan keadaan ini
akan diturunkan dari satu generasi ke generasi dan pertumbuhan anak
tidak maksimal di tahun-tahun berikutnya. Anak lahir BBLR akan
beresiko mengalami stunting di masa yang akan datang. Kemungkinan
yang menyebabkan stunting adalah adanya faktor lain yang dialami bayi
setelah lahir yaitu pola asuh ibu yang salah, pada saat bayi mulai
mendapatkan MP-ASI adalah ketahanan pangan rumah tangga yang
kurang, jenis makanan MP-ASI yang tidak berkualitas, dan frekuensi
pemberian tidak tepat. Hal ini akan berpengaruh juga terhadap asupan zat
gizi pada bayi sehingga anak akan menderita stunting (PERSAGI, 2009).
4. Kurang Pengetahuan tentang stunting dan BBLR
Pada pengkajian Survei Mawas Diri (SMD) ditemukan 3 balita pada
buku KMS dengan hasil timbangan BB berada di titik garis kuning. Gizi
kurang pada balita, membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan
fisik maupun mental yang selanjutnya akan menghambat prestasi belajar.
Akibat lainnya adalah penurunan daya tahan, menyebabkan hilangnya
masa hidup sehat balita, serta dampak yang lebih serius adalah timbulnya
kecacatan, stunting, tingginya angka kesakitan dan percepatan kematian
(Rahim, 2014).
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau
57
tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini
diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua
standar deviasi media standar pertumbuhan anak dari WHO.
Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang
mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau
variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal
(Koalisi Fortifikasi Indonesia, 2011). Bahan makanan yang dikonsumsi
anak sejak usia dini merupakan fondasi penting bagi kesehatan dan
kesejahteraannya dimasa depan. Dengan kata lain, kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM).
Stunting ini dapat juga terjadi sebelum kelahiran dan disebabkan
oleh asupan gizi yang sangat kurang saat masa kehamilan, pola asuh
makan yang sangat kurang, rendahnya kualitas makanan sejalan dengan
frekuensi infeksi sehingga dapat menghambat pertumbuhan [3]. Kehamilan
dengan hipertensi kronis juga dapat mempengaruhi keadaan stunting pada
bayi. Hal ini disebabkan pada kehamilan hipertensi kronik akan mengalami
fasokontriksi pada pembuluh darah sehingga asupan gizi dari ibu ke bayi,
melalui plasenta berkurang, menimbulkan pertumbuhan janin terhambat,
dan menimbulkan IUGR pada bayi setelah dilahirkan [4].
Panjang lahir menggambarkan pertumbuhan linier bayi selama
dalam kandungan. Ukuran linier yang rendah biasanya menunjukkan
keadaan gizi yang kurang akibat kekurangan energi dan protein yang
diderita waktu lampau. Kategori panjang bayi baru lahir berdasarkan
Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020
tentang standar antropometri Anak. Penilaian status gizi anak, panjang
bayi laki-laki dikatakan pendek (stunting) jika < 46 cm dan dikatakan
tinggi jika > 53,7 cm. Sedangkan panjang bayi perempuan dikategorikan
pendek (stunting) jika < 45,4 cm dan dikatakan tinggi jika > 52,9 cm.
Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu sebelum usia enam
bulan, akan mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua tahun [5].
59
b. Menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) untuk balita;
c. Menyelenggarakan stimulasi dini perkembangan anak; dan
d. Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.
3. Anak Usia Sekolah
a. Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS);
b. Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS;
c. Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS); dan
d. Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan narkoba
4. Remaja
a. Meningkatkan penyuluhan untuk perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS), pola gizi seimbang, tidak merokok, dan
mengonsumsi narkoba; dan
b. Pendidikan kesehatan reproduksi.
5. Dewasa Muda
a. Penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana (KB);
b. Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular); dan
c. Meningkatkan penyuluhan untuk PHBS, pola gizi seimbang,
tidak merokok/mengonsumsi narkoba.
f. Pemberantasan kecacingan;
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ibu hamil dengan KEK berdampak negatif yang ditimbulkan KEK Pada
ibu : Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi
pada ibu antara lain: Anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah
secara normal dan terkena penyakit infeksi. Sehingga akan meningkatkan
kematian ibu. Saat Persalinan : Pengaruh gizi kurang terhadap proses
persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan
prematur atau sebelum waktunya, perdarahan post partum, serta persalinan
dengan tindakan operasi cesar cenderung meningkat dan pada janin Kurang
gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat
bawaan, asfiksia intra partum, lahir dengan berat badan rendah (BBLR).
Asuhan komplementer di beberapa komunitas kebidanan sudah menjadi
bagian penting dari praktik kebidanan. Salah satu alasan asuhan kebidanan
komplementer saat ini banyak digunakan adalah adanya keinginan untuk
menghindari efek samping dari obat-obatan. Terapi komplementer telah
terbukti dapat mendukung proses kehamilan dan persalinan sehingga berjalan
dengan nyaman dan menyenangkan. Asuhan kebidanan komplementer yang
dapat diimplementasikan kepada ibu hamil antara lain : yoga, aromaterapi,
massase brain booster, massase.Terapi masase merupakan terapi
komplementer yang paling banyak dan aman digunakan pada kehamilan.
Terapi komplementer dengan sentuhan yang memberikan rasa nyaman
dengan memberikan tekanan dan melakukan pergerakan ditubuh.
Selama kehamilan kecukupan gizi pada ibu sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan janinnya. Beberapa contoh akibat defisiensi
gizi pada janin diantaranya Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), kematian janin
di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, janin diresorpsi, lahir mati, bayi
lahir lemah, hambatan pada pertumbuhan janin, kehamilan serotinus, partus
lama, prematuritas dan reterdasi janin, beri-beri congenital, serta kelainan
62
struktur tulang secara menyeluruh pada bayi dan mencegah stunting.
B. Saran
1. Ibu Hamil
Bersedia menerima informasi dari petugas kesehatan terutama terkait
masalah kesehatan kehamilannya dan selalu berupaya untuk melakukan
pencegahan terhadap faktor risiko terjadinya kekurangan energi kronik
(KEK) dengan meningkatkan asupan zat gizi (terutama protein) selama
masa kehamilannya agar tidak terjadinya stunting dikemudian hari pada
bayinya dan harus mengutamakan pemeriksaan selama kehamilan agar
bisa terdeksi dengan nakes jika ada komplikasi selama kehamilan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
a. Memberikan bimbingan tentang praktik pelayanan kebidanan
sehingga diharapkan mahasiswa dapat memperbanyak pengalaman
dalam menangani berbagai kasus dalam kebidanan.
b. Diharapkan institusi dapat memfasilitasi mahasiswa dalam
melakukan asuhan kebidanan komunitas pada suatu komunitas atau
keluarga yang telah berkerjasama dengan institusi.
c. Diharapkan institusi juga memfasilitasi buku referensi di
perpustakaan sehingga mahasiswa dapat lebih mudah mengakses
wawasan baru dari sumber-sumber buku sesuai yang dibutuhkan
3. Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan agar penulis selanjutnya dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan saat mendapat pengetahuan dari
pendidikan agar dapat mengaplikasikan sesuai dengan asuhan
kebidanan secara baik dan benar khususnya asuhan kebidan
komplementer dan produk inovatif sehingga bisa menangani masalah
yang terjadi dengan berbagai upaya yang maksimal.
4. Bagi Puskesmas Kampung Baru
Perlu tindak lanjut terhadap ibu hamil yang mengalami maupun
yang tidak mengalami kekurangan energi kronik yaitu dengan
kerjasama lintas program dalam peningkatan program sosialisasi
melalui informasi, komunikasi, dan edukasi guna penyebarluasan
informasi kesehatan mengenai gizi ibu hamil dan faktor-faktor yang
63
berhubungan dengan permasalahan kesehatan terutama bagi ibu hamil
yang mengalami kekurangan energi kronik selama masa kehamilannya
dengan didamping asuhan kebidanna komplementer
64
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, Irianton. 2015. Memantau dan Menilai Status Gizi Anak, Aplikasi
Standar WHO-Antro 2005. Yogyakarta: Leutika Books.
Hendarto, A. and Pringgadini, K. 2013. Nilai Nutrisi Air Susu Ibu. Ikatan Dokter
Anak Indonesia.
Karima, Khaula, Endang L Achadi. (2012).Status Gizi Ibu dan Berat Badan Lahir Bayi. Kesmas:
National Public Health Journal,7(3), 111-119
Kemenkes RI, (2016). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini dan Tumbuh
Kembang Anak
Kemenkes RI. 2018. Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Tahun 2018. Biro
Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat.
Kurniasari Devi Dan Rosmiyati, 2021, Inovasi Kegiatan Mencegah Ibu Hamil KEK
(BULAT BRONIS) di Kampung Madiun Kel. Rajabasa Raya Kec. Bandar
Lampung Lampung Tahun 2021, JPM (Jurnal Perak Malahayati), Vol 3, No.
2. November 2021,E:ISSN2684-8899 (Online) P:ISSN 2685-547X (Cetak),
Hal 113-11
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/PERAKMALAHAYATI/article/vie
w/5270/pdf
KIA. 2020. Buku Kesehatan Ibu Dan Anak, Jakarta: Kemenkes dan JICA.
Priyanti, Irawati, & Syalfina, 2020), Buku KIA Kementrian Kesehataan Republik
Indonesia
Lestari, 2013, Asuhan Pada Kehamilan. 1st ed. yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Marmi. 2013. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Prawita, A., Susanti, A. I. and Sari, P. 2018. Survei Intervensi Ibu HamilKurang
Energi Kronik (Kek) Di Kecamatan Jatinangor Tahun 2015. Jurnal Sistem
Kesehatan. doi: 10.24198/jsk.v2i4.12492.
PMK RI No. 41, 2014, Dak Fisk Bidang Kesehatan Dlam Mendukung Traget
Penurunan Angka Kematian Ibu dan Anak. Badan Keahlian Sekretariat
Jendral.
Yulianti, I. and Hargiono, R. A. 2016. Hubungan Status Gizi Ibu Hamil Dengan
Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RSUD dr Wahidin
Sudirohusodo Kota Mojokerto.
Yuliani, Diki Retno, Elfirayani Saragih, Astuti Anjar, wahyuni Murti Ani, Yanik
Muyassaroh, and Evita Aurilia Nardina. 2021. “Asuhan_Kehamilan.”
1(September):2–3
67
LAMPIRAN 1 : Kripik Daun Kelor
68
Cara Pembuatan :
a. Siapkan bahan utama daun kelor, daun kelor yang dipilih masih
segar, berwarna hijau terang. Pisahkan daun kelor dari tangkainya.
Kemudian cuci bersih.
b. Siapkan bumbu rempah, kupas bawang merah dan bawang putih serta
kencur dan kunyit. Kemudian cuci bersih. Campurkan dengan kemiri
dan ketumbar. Selanjutnya blender sampai halus semua bumbu yang
telah disiapkan.
c. Cuci bersih daun bawang kemudian potong menjadi irisan kecil.
d. Siapkan adonan tepung beras dan tepung tapioka yang telah
dicampurkan. Masukkan satu butir telur dan santan. Tambahkan air
secukupnya, aduk merata hingga adonan dirasa encer.
e. Kemudian campurkan bumbu yang telah dihaluskan beserta garam 5
sendok teh atau lebih hingga dirasa sudah pas dan gurih. Selanjutnya
masukkan daun kelor yang sudah bersih dan irisan daun bawang
kedalam adonan.
69
dibentuk setipis mungkin agar lebih renyah.
70
Gambar 3. Pengemasan keripik kelo
Hari :
Tanggal/Jam :
Tempat :
TANDA
NO NAMA ALAMAT
TANGAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
71
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) KEK DAN DAMPAKNYA
PADA IBU HAMIL DAN JANIN
Topik : KEHAMILAN
Pokok bahasan : KEK Pada Ibu Hamil dan Dampaknya pada ibu dan Janin
yang dikandung
Target /sasaran : Ibu Hamil
Hari / Tanggal : 25 November 2022
Waktu : 30 menit
Tempat : Kampung Baru, Luwuk
1 5 Menit Pembukaan:
1. Memperkenalkan diri Menyambut salam dan
2. Menjelaskan tujuan dari mendengarkan
penyuluhan. Mendengarkan
3. Melakukan kontrak waktu. Mendengarkan
4. Menyebutkan materi penyuluhan Mendengarkan
yang akan diberi kan
2 15 Menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan KEK dan Memperhatikan dan
menyimak
Dampaknya
2. Menjelaskan
73
pentingnya
pemeriksaan kehamilan
pada nakes
3. Memahami nutrisi yang
diperlukan Ibu Hamil
3 5 Menit Evaluasi :
Menanyakan pada peserta tentang Menjawab dan menjelaskan
materi yang diberikan dan pertanyaan
reinforcement kepada peserta bila
dapat menjawab dan menjelas kan
kem bali pertanyaan/materi
4 5 Menit Teriminasi :
1. Mengucapkan terimakasih
kepada peserta
2. Mengucapkan salam
Strategi dan penanggulangan anemia pada ibu hamil yang harus diketahui
74
antara lain makananan yang mengandung asupan gizi, mengkonsumsi tablet
penabah darah (Fe), dan mengkonsumsi vitain dan mineral (Herawati and
Astuti, 2010).
Kekurangan energi kronik (KEK) pada ibu hamil disebabkan karena
kurangnya asupan energi pada ibu yang berlangsung lama, sehingga
menimbulkan gangguan kesehatan (Prawita, Susanti and Sari, 2018). Asupan
gizi ibu hamil berpengaruh sanggat penting dengan pertumbuhan janin selama
kehamilan, dan kejadian BBLR (berat badan lahir rendah) pada saat
persalinan maupun tumbuh kembang bayi (Rukmana and Kartasurya, 2014).
Ibu hamil membutuhkan asupan zat gizi yang baik untuk tumbuh
kembang janinya, untuk itu dibutuhkan asupan gizi yang beragam untuk
mencukupi zat giziyang terkandung dalam makanan tersebut (Hasanah and
Febrianti, 2012). Penentuan status gizi (PSG) sangat penting pada tumbuh
kemang bayi balita, tujuan dari penentuan status gizi itu sebagai awal
perbaikan gizi di suatu masyarakat kususnya ibu hamil agar kebutuhan gizi
bayi balita terpenuhi (Kemenkes RI, 2017). Adapun penyebab kekurangan
energi kronis yang paling sering didapatkan pada ibu hamil ialah kebiasaan
makan ataupun memilih- milih makanan (Hendarto and Pringgadini, 2013).
Status gizi ibu hamil sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada
masa sebelum dan selama hamil, kemungkinan besar akan melahirkan bayi
yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain,
kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu
sebelum dan selama hamil (Adriani dan Bambang, 2016).
Salah satu cara untuk menilai kualitas bayi adalah dengan mengukur
berat badan bayi pada saat lahir. Seorang ibu hamil yang memiliki tingkat
kesehatan dan gizi yang baik akan melahirkan bayi yang sehat. Namun
sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi
khususnya gizi kurang, seperti KEK (Adriani dan Bambang, 2016).
76
30 gram. Lengan, tangan, kaki, jari dan telinga mulai terbentuk dan denyut
jantung janin mulai terdengar. Pada trimester kedua terjadi penumpukan
lemak sebagai persiapan pembentukan Air Susu Ibu (ASI) yang menyebabkan
pembesaran payudara ibu hamil sekitar 30% (Almatsier, 2011). Kekurangan
gizi pada trimester kedua ini baik secara kuantitas maupun kualitas dapat
mengganggu perkembangan dan pertumbuhan janin yang menyebabkan bayi
lahir cacat (Purwitasari, 2009).
Pada trimester III merupakan titik kritis pembentukan janin. Panjang
janin menjadi dua kali panjang semula, sedangkan berat bertambah kurang
lebih hingga lima kali berat semula (Almatsier, 2011). Nafsu makan pada
trimester ketiga sudah baik cenderung merasa lapar terus-menerus Konsumsi
makanan bergizi sangat dianjurkan sebagai persiapan kesehatan ibu
menjelang kelahiran (Irianto, 2014).
Kenaikan berat badan yang dianjurkan selama hamil bila badan sebelum
hamil normal atau ideal maka penambahan berat badan sebaiknya 9-12 kg,
bila berat badan sebelum hamil lebih maka pertambahan berat sebaiknya 6-9
kg sedangkan bila mengandung bayi kembar dua atau lebih maka
kemungkinan berat badan akan bertambah lebih banyak. Kekurangan gizi
pada masa kehamilan dapat menyebabkan meningkatnya risiko gangguan
kekuatan rahim saat persalinan dan pendarahan postpartum (Irianto, 2014).
B. Pemeriksaan Kehamilan
Untuk memberikan pelayanan ANC yang optimal, baik WHO dan
pemerintah Indonesia telah menetapakan jadwal kunjungan untuk
pemeriksaan ibu hamil. Untuk mengoptimalkan pelayanan tersebut, ada
beberapa kali terjadi perubahan jadwal kunjungan ANC dengan rincian
yaitu :Trimester 1 K 1 : UK <12 minggu (dokter), K 2 : UK <20 minggu.
Trimester 2 :K 3 : UK 13 – 27 minggu. Trimester 3 : K 4 : 37 minggu, K 5 :
38 minggu (dokter) dan K 6 : < 40 minggu. Dengan pemeriksaan kehamilan
yang teratur mampu mendeteksi secara dini komplikasi yang mungkin timbul
selama kehamilan dan sebagai tolak ukur bidan dalam pemantau kesehatan
dan kesejahtran ibu dan janin.
C. Nutrisi yang Diperlukan Bagi Ibu Hamil
Asupan gizi sangat menentukan kesehatan ibu hamil dan janin yang
77
dikandungnya. Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar
15% dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini
dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim (uterus), payudara (mammae), volume
darah, plasenta, air ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan yang
dikonsumsi oleh ibu hamil akan digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar
40% dan sisanya 60% digunakan untuk pertumbuhan ibunya (Sitanggang,
2013).
Makanan dengan gizi seimbang adalah makanan yang cukup
mengandung karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga, protein
sebagai sumber zat pembangun, serta vitamin dan mineral sebagai zat
pengatur. Kebutuhan nutrien akan meningkat selama hamil, namun tidak
semua kebutuhan nutrien meningkat secara proporsional (Lestari, 2013).
a. Protein
Protein berguna untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
sel atau jaringan, termasuk sel otak pada janin. Protein juga membantu
pertumbuhan jaringan payudara ibu hamil, serta berperan penting dalam
meningkatkan suplai darah dalam tubuh. Para ahli merekomendasikan 75
sampai 100 gram protein per hari. Adapun sumber protein terbaik untuk
ibu hamil meliputi daging sapi tanpa lemak, ikan, boga bahari, daging
ayam, daging domba, tahu, dan kacang-kacangan (kacang merah, kacang
polong).
b. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber kalori yang penting bagi ibu hamil.
Makanan sumber karbohidrat terbaik yang bisa anda konsumsi antara lain
nasi, kentang, sereal, pasta, sayuran dan buah.
c. Kalsium
78
Tak hanya menguatkan tulang dan gigi Anda, kalsium juga berguna
untuk membangun tulang dan gigi janin. Selain itu, kalsium membantu
tubuh mengatur cairan, membantu kerja fungsi saraf dan kontraksi otot.
Kebutuhan kalsium harian sekitar 1000 miligram selama kehamilan.
Sumber kalsium terbaik ada di susu, keju, yoghurt, ikan sarden atau
salmon, dan bayam.
d. Lemak
Selama hamil, terdapat lemak sebanyak 2-2,5 kg dan peningkatan
terjadi mulai bulan ke-3 kehamilan. Penambahan lemak tidak diketahui,
namun kemungkinan dibutuhkan untuk proses laktasi yang akan datang.
Sebagian besar dari 500 gr lemak tubuh janin ditimbun antara minggu
35-
40 kehamilan. Pada stadium awal kehamilan tidak ada lemak yang
ditimbun kecuali lipid esensial dan fosfolipid untuk pertumbuhan
susunan saraf pusat (SSP) dan dinding sel saraf. Sampai pertengahan
kehamilan hanya sekitar 0,5% lemak dalam tubuh janin, setelah itu
jumlahnya meningkat, mencapai 7,8% pada minggu ke-34 dan 16%
sebelum lahir. Pada bulan terakhir kehamilan sekitar 14 gr emak per hari
ditimbun. Transport asam lemak melalui plasenta sekitar 40% dari lemak
ibu, sisanya disintesa oleh janin. Baik lemak maupun protein meningkat
dengan cepat pada tiga bulan terakhir kehamilan bersamaan dengan
meningkatnya BB janin. Sebagian besar lemak ditimbun pada daerah
subkutan, oleh karena itu pada bayi atern 80% jaringan lemak tubuh
terdapat pada jaringan subkutan.
e. Folat
Kandungan nutrisi yang dikenal sebagai asam folat ini berperan
penting dalam mengurangi risiko cacat lahir, termasuk cacat tabung saraf
pada janin yang memengaruhi otak serta sumsum tulang belakang janin.
Contoh cacat lahir lainnya seperti spina bifida dan anencephaly.
Kebutuhan asam folat harian di masa kehamilan adalah 600 sampai 800
mikrogram. Adapun sumber asam folat bisa Anda dapatkan pada sayuran
79
hijau, kacang-kacangan, telur, hati sapi, buah jeruk, stroberi, lemon,
mangga, dan tomat.
f. Zat Besi
Zat besi membantu meningkatkan volume darah dan mencegah
anemia. Asupan harian yang ideal di masa kehamilan adalah 27
miligram. Sumber zat besi bisa didapatkan pada lobak, sayuran hijau
seperti bayam, selada, kubis, biji-bijian, roti, sereal, dan havermut.
Kandungan zat besi pada daging sapi dan boga bahari juga baik untuk
gizi ibu hamil.
Zat gizi secara makro adalah:
d. Kabihidrat
e. Protein
f. Lemak
Zat gizi secara mikro adalah Zat gizi mikro adalah zat-zat gizi yang
dibutuhkan tubuh dalam jumlah kurang dari 100 mg per hari, terdiri dari
vitamin dan mineral.Vitamin dibedakan atas vitamin larut lemak (terdiri dari
vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin K), dan vitamin larut air
(vitamin B dan vitamin C).
Mineral dikelompokkan menjadi mineral makro (diperlukan tubuh ≥100
mg/hr) dan mineral mikro (diperlukan tubuh < 100 mg/hari). Mineral makro
di antaranya: Kalsium (Ca), Fosfor (P), Sulfur (S) Magnesium (Mg), Kalium
(K), Mineral mikro di antaranya: Besi(Fe), Seng (Zn), Yodium (I), Selenium
(Se), Tembaga (Cu).
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nutrisi Ibu Hamil
Beberapa faktor yang mempengaruhi nutrisi ibu hamil adalah
(Sitanggang, 2013):
1. Faktor Langsung
a. Keterbatasan ekonomi, yang berarti tidak mampu membeli bahan
makanan yang berkualitas baik, sehingga mengganggu pemenuhan
gizi
b. Produk pangan, dimana jenis dan jumlah makanan di negara tertentu
atau daerah tertentu biasanya berkembang dari pangan setempat
80
untuk jangka waktu yang panjang sehingga menjadi sebuah
kebiasaan turun- temurun.
c. Sanitasi makanan (penyiapan, penyajian, penyimpanan) hendaknya
jangan sampai membuat kadar gizi yang terkandung dalam bahan
makanan menjadi tercemar atau tidak higienis dan mengandung
kuman penyakit.
d. Pembagian makanan dan pangan masyarakat Indonesia umumnya
masih dipengaruhi oleh adat atau tradisi. Misalnya, masih ada
kepercayaan bahwa ayah adalah orang yang harus diutamakan dalam
segala hal termasuk pembagian makanan keluarga.
e. Pengetahuan gizi yang kurang, prasangka buruk pada bahan
makanan tertentu, salah persepsi tentang kebutuhan dan nilai
gizisuatu makanan dapat mempengaruhi status gizi seseorang.
f. Pemenuhan makanan berdasarkan pada makanan kesukaan saja akan
berakibat pemenuhan gizi menurun atau berlebih.
g. Pantangan pada makanan tertentu, sehubungan dengan makanan
yang dipandang pantas atau tidak untuk dimakan. Tahayul dan
larangan yang beragam didasarkan pada kebudayaan daerah yang
berlainan. Misalnya, ada sebagian masyarakat yang masih percaya
ibu hamil tidak boleh makan ikan.
h. Selera makan juga akan mempengaruhi dalam pemenuhan kebutuhan
gizi. Selera makan dipicu oleh sistem tubuh (misal dalam keadaan
lapar) ataupun dipicu oleh pengolahan serta penyajian makanan
i. Suplemen Makanan.
Ada beberapa suplemen makanan yang biasanya diberikan untuk ibu
hamil, antara lain:
1) Tablet Tambah Darah (TTD) yang mengandung zat besi (Fe)
yang dapat membantu pembentukan sel darah merah yang
berfungsi sebagai pengangkut oksigen dan zat nutrisi makanan
bagi ibu dan janin. TTD mengandung 200 mg ferrosulfat yang
setara dengan 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat.
Tablet Tambah Darah diminum satu tablet tiap hari di malam
hari selama 90 hari berturut-turut, karena pada sebagian ibu
yang hamil merasakan mual, muntah, nyeri pada lambung, diare,
81
dan susah buang air besar. Usaha lain untuk menambah asupan
zat besi adalah daging segar, ikan, telur, kacangkacangan, dan
sayuran segar yang berwarna hijau tua.
2) Kalsium merupakan zat yang dibutuhkan untuk perkembangan
tulang dan gigi bayi, jika asupan kalsium kurang maka
kebutuhan kalsiun diambil dari tulang ibu. Kebutuhan akan 6
kalsium bagi ibu hamil adalah 950 mg tiap harinya. Asupan
Kalsium bisa didapat dari minum susu, ikan, udang, rumput laut,
keju, yoghurt, sereal, jus jeruk, ikan sarden, kacangkacangan, biji-
bijian, dan sayur yang berwarna hijau gelap.
3) Vitamin juga diperlukan untuk menjaga kesehatan ibu yang
hamil. Beberapa vitamin ibu hamil yang dibutuhkan adalah
vitamin C (80 mg) yang berfungsi untuk membantu penyerapan
zat besi, vitamin A (6000 IU), vitamin D (4 mcg). Vitamin ini
dapt diperoleh dari cabe merah, mangga, pepaya, wortel, ubi,
aprikot, dan tomat.
2. Faktor Tidak Langsung
a. Pendidikan keluarga.
Faktor pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan menyerap
pengetahuan tentang gizi yang diperolehnya melalui berbagai
informasi
b. Faktor budaya.
Masih ada kepercayaan untuk melarang memakan makanan tertentu
yang jika dipandang dari segi gizi, sebenarnya sangat baik bagi ibu
hamil.
c. Faktor fasilitas kesehatan.
Fasilitas kesehatan sangat penting untuk menyokong status
kesehatan dan gizi ibu hamil, dimana sebagai tempat masyarakat
memperoleh informasi tentang gizi dan informasi kesehatan lainnya,
bukan hanya dari segi kuratif, tetapi juga preventif dan rehabilitatif.
E. Pengenalan Ibu Hamil Beresiko
Ibu hamil berisiko adalah suatu keadaan pada ibu hamil yang perlu
diwaspadai karena terdapat salah satu atau lebih faktor risiko yang
berpengaruh terhadap timbulnya kesulitan pada kehamilan atau persalinan.
82
Faktor risiko tersebut antara lain:
1. Usia ibu kurang dari 18 tahun atau kehamilan usia remaja
Kehamilan usia remaja adalah kehamilan yang berlangsung pada
usia 11-18 tahun. Kehamilan yang terjadi pada termasuk dalam
kehamilan yang berisiko karena kematangan fisik dan psikis yang belum
sempurna, pendidikan rendah, sosialisasi kurang, kecemasan, dan
masalah ekonomi akibat lari dari rumah. Menurut NCHS tahun 1986
dalam Arisman tahun 2010, remaja putri yang mulai hamil ketika kondisi
gizinya buruk berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah
sebesar 2-3 kali lebih besar disbanding mereka yang berstatus gizi baik,
dan kemungkinan bayi mati sebesar 1,5 kali.
2. Usia ibu lebih dari 35 tahun dan jumlah anak lebih dari 4.
Wanita yang berumur 35 tahun atau ibu yang telah melahirkan empat
kali atau lebih mengalami perdarahan akibat cedera pada saat persalinan
(accidental haemorrage) yang terjadi pada plasenta (Maulany, 1994).
3. Jarak persalinan terakhir kurang dari 2 tahun (Depkes RI, 1998).
4. Tinggi badan wanita kurang dari 150 cm.
Wanita dengan tinggi badan kurang dari 150 cm memiliki risiko
mengalami persalinan macet yang disebabkan karena panggul sempit,
sehingga tidak mudah dilintasi kepala bayi pada saat persalinan
(Maulany, 1994).
5. LiLA kurang dari 23,5 cm. Akibat lanjutan dari LLA kurang dari 23,5 cm
: dalam hal ini ibu masuk dalam kategori risiko KEK.
Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai risiko kesakitan yang
lebih besar terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan
ibu hamil normal. Ibu hamil dengan LLA kurang dari 23,5 cm,
mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan
BBLR, kematian saat persalinan, pendarahan, pasca persalinan yang sulit
karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan. Bayi yang
dilahirkan dengan BBLR (1500-2500 gram) umumnya kurang mampu
meredam tekanan lingkungan yang baru, sehingga dapat berakibat pada
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat
mengganggu kelangsungan hidupnya (Irianto, 2014).
6. Ibu pernah mengalami kesulitan dalam kehamilan dan persalinan
83
terdahulu (persalinan >12 jam) (Depkes RI, 1998).
84
Kehamilan berisiko menurut Arisman tahun 2010 adalah kehamilan
yang disertai oleh penyakit atau kondisi seperti diabetes, penyakit
jantung, anemia, usia remaja dan vegetarian. Tulisan ini hanya
membahas mengenai kehamilan dengan anemia, usia remaja dan
vegetarian. Kehamilan dengan hipertensi, diabetes mellitus, dan penyakit
jantung hanya disinggung sedikit.
F. Pentingnya Gizi Ibu Hamil
Kehamilan merupakan proses pemeliharaan janin dalam kandungan yang
disebabkan pembuahan sel telur oleh sperma. Pada saat hamil, ibu akan
mengalami perubahan fisik dan hormon. Proses kehamilan adalah mata rantai
yang berkesinambungan dan terdiri atas ovulasi pelepasan ovum, terjadi
migrasi spermatozoa dan ovum, terjadi pertumbuhan zigot, terjadi pelekatan
embrio pada dinding rahim (nidasi), pembentukan plasenta, tumbuh kembang
hasil konsepsi sampai kehamilan usia tua (trimester III) (Susilowati, 2016).
Kenaikan berat badan pada masa kehamilan adalah tanda kehamilan yang
sehat. Kenaikan berat badan akan membantu untuk mencegah risiko pada
bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan mengurangi risiko
penyakit yang dapat terjadi di masa dewasa, seperti: jantung, hipertensi, dan
diabetes mellitus (Susilowati, 2016).
Menurut Aritonang (2015), kenaikan berat badan ibu hamil terjadi karena
adanya pertambahan bagian organ tubuh bayi, yaitu berat badan janin 3½ - 4
kg, plasenta ½-1 kg, cairan amnii 1 kg, payudara ½ kg, uterus 1 kg,
penambahan volume darah 1½ kg, lemak tubuh > 2½ kg, penambahan
jaringan otot dan cairan sebanyak 2-3½ kg, sehingga jumlah penambahan
totalnya rata- rata 12½ kg.
Kenaikan berat badan terjadi karena adanya peningkatan asupan makanan ibu
hamil seiring dengan pertambahan usia kehamilan. Kegunaan asupan makan
yang dikonsumsi ibu hamil adalah:
1. Pertumbuhan dan perkembangan janin
2. Mengganti sel-sel tubuh yang rusak atau mati
85
3. Sumber tenaga
4. Mengatur suhu tubuh
5. Cadangan makanan.
86
wanita tidak hamil pada usia 19-29 tahun membutuhkan energi sebanyak
2250 kkal/hari, maka wanita hamil membutuhkan 2430 kkal pada masa
kehamilan trimester I, dan pada trimester II dan III membutuhkan 2550 kkal
(Fikawati, 2015).
87
Mahasiswi Profesi Bidan
STIKES Guna Bangsa
88
89
Booklet Gizi Seimbang pada Ibu Hamil
90
91
92
DOKUMENTASI KEGIATAN
PEMERIKSAAN LILA
93
PENGKAJIAN IBU HAMIL DIKOMUNITAS DAN EVALUASI KUNJUNGAN
94
IMPLEMENTASI PENYULUHAN KEK
95
PRODUK INOVATIF PADA IBU HAMIL DENGAN KEK
(KRIPIK DAUN KELOR)
ADONAN
Penggorengan kripik
96
PENGEMASAN
97