Anda di halaman 1dari 90

KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA

SALINAN
PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
NOMOR 77 TAHUN 2O2O
TENTANG
STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETUA KONSIL KtrDOKTERAN INDONESIA,

Menimbang a bahwa untuk menghasilkan dokter spesialis yang


mempunyai kompetensi profesional sebagai seorang
dokter spesialis yang mampu memberikan pelayanan
kesehatan kedokteran fisik dan rehabilitasi secara
paripurna dalam tingkat spesialialistik bertaraf
internasional sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
diperlukan standar pendidikan profesi bagi dokter
spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi;
b bahwa Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi telah disusun oleh
Kolegium Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
Indonesia berkoordinasi dengan kementerian dan
pemangku kepentingan terkait serta telah diusulkan
kepada Konsil Kedokteran Indonesia untuk disahkan;
-2

c. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (1) huruf b


dan Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Nomor 29 Tahun
2OO4 tentang Praktik Kedokteran, Konsil Kedolrteran
Indonesia memiliki tugas untuk mengesahkan Standar
Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi sebagai salah satu standar pendidikan di
bidang ilmu kedokteran;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia
tentang Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi;

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2Ol3 tentang
Pendidikan Kedokteran (lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 132, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5434);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2Ol7 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2013 tentang Pendidikan Kedokteran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 303, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6171);
4. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 1 Tahun
20ll tentang Organisasi dan Tata Kerja Konsil
Kedokteran Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 351) sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Peraturan Konsil Kedokteran
Indonesia Nomor 36 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia
Nomor 1 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Konsil Kedokteran Indonesia (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1681);
3-

5 Peraturan Menteri Riset, Teknologl, da.rr Pendidikan Tinggi


Nomor 18 Tahun 2018 tentang Standar Nasional
Pendidikan Kedokteran (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 693);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA TENTANG
STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER SPESI,ALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI.

Pasal 1

Konsil Kedokteran Indonesia mengesahkan Standar


Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi.

Pasal 2
(1) Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi disusun berdasarkan Standar
Nasional Pendidikan Kedokteran.
(21 Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) memuat:
a. Standar Kompetensi Dolirter Spesialis Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi;
b. Standar Isi;
c. Standar Proses Pencapaian Kompetensi Berdasarkan
Tahap Pendidikan Profesi Dokter Spesialis
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi;
d. Standar Rumah Sakit Pendidikan;
e. Standar Wahana Pendidikan Kedokteran;
f. Standar Dosen;
g. Standar Tenaga Kependidikan;
h. Standar Penerimaan Calon Mahasiswa;
i. Standar Sarana dan Prasarana;
j. StandarPengelolaan;
k. Standar Pembiayaan;
-4-

I. Standar Penilaian Program Pendidikan Kedokteran


Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi;
m. Standar Penelitian Dokter Spesialis Kedokteran Fisik
dan Rehabilitasi;
n. Standar Pengabdian kepada Masyarakat;
o. Standar Kontrak Kerja Sama Rumah Sakit
Pendidikan dan/atau Wahana Pendidikan
Kedokteran dengan Perguruan Tinggi Penyelenggara
Pendidikan Kedokteran;
p. Standar Pemantauan dan Pelaporan Pencapaian
Program Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi; dan
q. Standar Pola Pemberian Insentif untuk Mahasiswa
Program Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi.
(3) Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi yang disahkan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagran tidak terpisahkan dari Peraturan
Konsil Kedokteran Indonesia ini.

Pasal 3
(1) Perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
profesi dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi
harus menerapkan Standar Pendidikan Profesi Dokter
Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, termasuk
dalam mengembangkan kurikulum.
(21 Perguruan tinggi yang akan mengembangkan kurikulum
pendidikan profesi dokter spesialis kedokteran fisik dan
rehabilitasi harus mengacu pada Standar Pendidikan
Profesi Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
untuk menjamin mutu program pendidikan dokter
spesialis kedokteran lisik dan rehabilitasi.

Pasal 4
Perguruan tinggi harus memenuhi Standar Pendidikan Profesi
Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi sebagai
5-

kriteria minimal pada penyelenggaraan pendidikan profesi


dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi.

Pasal 5
(1) Konsil Kedokteran Indonesia melakukan pemantauan
dan evaluasi terhadap penerapan Standar Pendidikan
Profesi Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
pada penyelenggaraan pendidikan profesi dokter spesialis
kedokteran lisik dan rehabilitasi.
(21 Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Konsil Kedokteran
Indonesia dapat memberikan rekomendasi kepada
perguruan tinggr untuk mengembangkan sistem
penjaminan mutu internal sebagai proses penjaminan
mutu pendidikan profesi dokter spesialis kedokteran fisik
dan rehabilitasi.
(3) Pemantauan dan evaluasi terhadap penerapan Standar
Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 6
Pada saat Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia ini mulai
berlaku, Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor
45lKKllKEPlIV|2OOS tentang Pengesahan Standar
Pendidikan dan Standar Kompetensi Dokter Spesialis Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.

Pasal 7
Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia ini mulai berlaku pada
tanggal diundangkan.
-6-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 Mei 2O2O

KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

ttd

BAMBANG SUPRIYATNO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 20 Mei 2O2O

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2O2O NOMOR 508

Salinan sesuai dengan aslinya


KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
Sekretaris Konsil Kedokteran Indonesia,

ttd
Gema Asiani
NrP. 196209041989102001
7-

LAMPIRAN
PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
NOMOR 77 TAHVN 2O2O
TENTANG
STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
SPESIALIS KEDOKTERAN FISIK DAN
REHABILITASI

BAB I PENDAHULUAN
A. LATARBELAKANG
B. SBJARAH
C. VISI, MISI, NILAI DAN TUJUAN PENDIDIKAN
D. MANFAAT STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
SPESIALIS KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI

BAB II STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER SPESIALIS


KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI
A. STANDARKOMPETENSI
B. STANDARISI
C. STANDARPROSES
D. STANDAR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN
E. STANDAR WAHANA PENDIDIKAN KEDOKTERAN
F. STANDARDOSEN
G. STANDARTENAGAKEPENDIDIKAN
H. STANDAR PENERIMAAN CALON MAHASISWA
I. STANDARSARANADANPRASARANA
J. STANDARPENGELOLAAN
K. STANDAR PEMBIAYAAN
L. STANDAR PENII,AIAN
M. STANDAR PENELITIAN
N. STANDAR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
O. STANDAR KONTRAK KERJA SAMA RUMAH SAKIT PENDIDIKAN
DAN/ATAU WAT{ANA PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN
PERGURUAN TINGGI PET{YELENGGARA PENDIDIKAN
KEDOKTERAN;
-8-

P. STANDAR PEMANTAUAN DAN PELAPORAN PENCAPAIAN


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI; DAN
A. STANDAR POI,A PEMBERIAN INSENTIF UNTUK MAHASISWA
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI.
BAB III PENUTUP
-9-

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional Pasal 35 ayat (1) menyebutkan bahwa Standar Nasional
Pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
pendidikan, sarana dan prasErrana, pengelolaan, pembiayaan dan
penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan
berkala. Dalam penjelasan Pasal itu disebutkan bahwa standar isi
mencakup ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan
ke dalam persyaratan tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan
kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus
dipenuhi oleh mahasiswa pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Standar Pendidikan Profesi dan Standar Kompetensi Dokter Spesialis


Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi merupakan acuan dalam
menyelenggarakan pendidikan dokter spesialis kedokteran ftsik dan
rehabilitasi di pusat pendidikan kedokteran lisik dan rehablitasi di
seluruh Indonesia. Standar Pendidikan Profesi dan Standar Kompetensi
Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi telah disusun oleh
Kolegium Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia dan disahkan
melalui Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor
34IKKJ/KE,P/IV/2OO8. Setelah itu telah dilakukan revisi internal Standar
Kompetensi pada tahun 2Ol2 dan tahun 2016. Sehubungan dengan
adanya Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor
44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, maka telah
dilakukan revisi dari Standar Pendidikan Profesi dan Standar Kompetensi
Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi yang mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan Kedokteran.
- l0-

B. SLIARAH

Layanan Kedokteran Rehabilitasi di Indonesia dikenal sejak tahun


1947, saat Prof. Dr. R. Soeharso mendirikan pusat rehabilitasi untuk
penyandang disabilitas yang merupakan korban perang kemerdekaan.
Oleh karena tuntutan kebutuhan yang meningkat, maka pada tahun
1977, Menteri Kesehatan mendirikan layanan rehabilitasi di Rumah Sakit
Dr. Kariadi Semarang sebagai pilot project yang disebut Preuentiue
Retwbilitation Unit (PRU). Keberadaan PRU menunjukkan keberhasilan
dalam peningkatan layanan kesehatan, mempersingkat masa perawatan
di rumah sakit, dan mengurangi beban kerja Pusat Rehabilitasi di
Surakarta. Pada masa PELITA II, tahun 1978 diterbitkan Surat
Keputusan (SK) Menteri Kesehatan Nomor 134/Yan.Kes/SK/IV/1978
yang menyatakan bahwa semua rumah sakit kelas A, B, dan C harus
mengembangkan PRU. Istilah PRU kemudian berubah menjadi Unit
Rehabiltasi Medik (URM). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
pemerintah dalan hal ini Menteri Kesehatan menaruh perhatian untuk
memajukan layanan kedokteran rehabilitasi. Sejalan dengan itu, maka
dipikirkan perlunya seorang dokter dengan kemampuan spesialisasi
rehabilitasi medik untuk memimpin Unit Rehabilitasi Medik (URM).
Datam rangka meningkatkan layanan kedokteran rehabilitasi,
Menteri Kesehatan mulai mengirim dokter umum dari Indonesia untuk
mengikuti pendidikan menjadi dokter spesialis rehabilitasi medik di
Department of Phgsical Medicine and Rehabilitation, Universitas Santo
Tomas di Manila, Filipina. Ada 11 (sebelas) orang dokter Indonesia yang
berhasil menjadi spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi dari
Universitas tersebut. Beberapa dokter juga telah dikirim untuk mengikuti
pendidikan di Praha dan di Belanda.
Setelah kembali dari pendidikan, para dokter yang dikenal dengan
dokter spesialis rehabilitasi medik dengan dukungan beberapa spesialis
yang lain sepakat untuk membentuk Ikatan Dokter Ahli Rehabilitasi
Medik Indonesia (IDARI) pada tahun 1982, kemudian mempe{uangkan
eksistensi adanya dokter spesialis rehabilitasi medik serta pendidikan
keahliannya di Indonesia yang diakui melalui Sr.rrat Keputusan Dirjen
DIKTI, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 16/DIKTI/Kep/L987. Ditunjuk 3 (tiga) pusat pendidikan, yaitu:
Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Diponegoro.
- 11-

Kemudian mendapat pengakuan oleh Ikatan Kedokteran Indonesia (IDI)


pada tahun 1990. Nama IDARI mengalami perubahan menjadi
Perhimpunan Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik Indonesia (PERDOSRI).
Sejak Kongres Nasional IV diadakan pada tahun 1998 di Jakarta,
Ketua PERDOSRI terpilih (alm) Dr. Thamrinsyam, SpRM membentuk
Kolegium Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia sesuai instruksi
dari IDI dengan tugas mengawal atau mengampu Pendidikan Dokter
Spesialis Rehabilitasi Medik. Mulai bulan Juli 2009, berdasarkan Surat
Nomor 006/KoI.IKPRU L2lV l2OO9 gelar lulusan berubah menjadi Dokter
Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (SpKFR). Sesuai dengan hasil
Muktamar IDI XXUII tahun 2009 di Palembang perubahan gelar disetujui
oleh IDI yang tertuang dalam Surat Nomor ll77 lPBlBl09 l2OlO tanggal
2 September 2010 tentang Perubahan Gelar SpRM menjadi SpKFR.

C. VISI, MISI, NILAI DAN TUJUAN PENDIDIKAN

1 Visi
Program Studi Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi yang selanjutnya
disingkat KFR mempunyai visi untuk menghasilkan dokter spesialis
dan sub-spesialis kedokteran frsik dan rehabilitasi bertaraf
internasional pada tahun 2025.

2 Misi
a. Menyelenggarakan pendidikan kedokteran frsik dan rehabilitasi
yang bertaraf internasional berbasis kompetensi yang berdaya
saing baik di tingkat nasional maupun internasional.
b Melaksanakan penelitian, pengembangan ilmu dan teknologi
kedokteran di bidang kedokteran fisik dan rehabilitasi yang
berkualitas Internasional.
c Menyelenggarakan pelayanan kedokteran fisik dan rehabilitasi
dalam menunjang kegiatan rumah sakit yang berfungsi sebagai
pusat pendidikan tertinggi berdasarkan standar nasional dan
internasional.
d Berpartisipasi aktif dalam pengabdian masyarakat sesuai
dengan kebijakan pemerintah
-L2-

J Nilai
Falsafah Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi adalah
meningkatJ<an kemampuan fungsional seseorang sesuai dengan
potensi yang dimiliki untuk mempertahankan dan atau
meningkatkan kualitas hidup dengan cara mencegah atau
mengurangi hendaya, disabilitas dan gangguan partisipasi di
lingkungan semaksimal mungkin.
Manusia merupakan makhluk aktif yang perkembangannya
dipengaruhi oleh aktivitas fungsional. Manusia murmpu
mempengaruhi kesehatan fisik dan mentalnya serta lingkungan fisik
dan sosialnya melalui aktivitas fungsional, dengan menggunakan
kapasitasnya untuk motivasi intrinsik. Kehidupan manusia
mencakup serangkaian proses adaptasi berkelanjutan. Adaptasi
merupakan perubahan fungsi yang menyongkong kelangsungan
hidup dan aktualisasi diri. Faktor biologis, psikologis, dan
lingkungan dapat mengganggu proses adaptasi kapan pun selama
siklus hidup. Disfungsi dapat terjadi ketika terdapat gangguan pada
proses adaptasi. Aktivitas fungsional dapat membantu proses
adaptasi.
Pemahaman tentang konsep rehabilitasi memerlukan
pemahaman konsep disabilitas terlebih dahulu. Konsep disabilitas
telah mengalami perkembangan dalam beberapa dekade terakhir
dengan tujuan mendapatkan kerangka kerja konseptual yang
menyeluruh baik dari aspek individual maupun aspek sosial.
Berbagai model disabilitas telah berkembang dari sejak model
individual, model sosial, dan model integratif.

4 T\rjuan Pendidikan
a. T\.rjuan Umum
Pendidikan dokter spesialis KFR ialah bagran dari
pendidikan dokter spesialis yang dengan melalui tujuan
pendidikan dokter spesialis tersebut akan menghasilkan Dokter
Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (SpKFR) yang
rnempunyai:
1) Kompetensi profesional sebagai seorang dokter spesialis
dan sub spesialis yang mampu memberikan pelayanan
kesehatan kedokteran fisik dan rehabilitasi secara
-13-

paripurna dalam tingkat spesialistik bertaraf internasional


sesuai dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat.
2l Kompetensi akademik yang mampu menyerap, meneliti,
mengembangkan dan menyebarkan ilmu kesehatan
khususnya ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi sesuai
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

b 'I\rjuan Khusus
l) Mewujudkan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi (SpKFR) yang mempunyai proftl yang telah
ditetapkan dalam Standar Pendidikan Nasional Kolegium
IKFRI yang berlaku.
2l Menyelenggarakan modul pendidikan yang bersinergi
dengan pelayanan rehabilitasi medik sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
3) Mewujudkan penelitian berbasis iptek yang unggul
ditingkat nasional dan internasional yang menghasilkan
bukti ilmiah sebagai dasar pelayanan kesehatan di bidang
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi.
4l Memberikan sumbangsih dalam usaha-usaha untuk
mengatasi masalah-masalah atau risiko terjadinya
gangguan fungsional secara komprehensif dengan
menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi Kedokteran
fisik dan rehabilitasi yang bermanfaat untuk meningkatlan
kualitas hidup masyarakat Indonesia.
-t4-

D. MANFAAT STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER SPESIALIS


KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI

Standar pendidikan profesi dokter spesialis Kedokteran hsik dan


rehabilitasi ini bertujuan untuk menghasilkan seorang dokter spesialis
kedokteran fisik dan rehabilitasi dengan kemampuan akademik dan
ketrampilan kedokteran klinik di bidang ilmu kedokteran fisik dan
rehabilitasi yang sama di semua universitas penyelengara program studi
sesuai dengan persyaratan kolegium yang bercirikan:
1. Berkesinambungan
Pendidikan dokter spesialis kedokteran frsik dan rehabilitasi
merupakan lanjutan pendidikan sa{ana kedokteran (stratum I)
dapat dilanjutkan ke pendidikan doktor (stratum II) dan pendidikan
dokter spesialis ilmu rehabilitasi medik.
2. Akademikprofessional
Pendidikan dokter spesialis kedokteran frsik dan rehabilitasi
merupakan perpaduan pendidikan akademik yang bercirikan
pendalaman ilmu (akademik) melalui berbagai kegiatan akademik
dan pendidikan keprofesian yang bercirikan pencapaian ketrampilan
profesi (dokter spesialis) melalui serangkaian kegiatan pelatihan
keprofesian.
3. Belajar aktif
Pendidikan dokter spesialis ilmu kedokteran lisik dan rehabilitasi di
Indonesia memakai kaidah pendidikan ttnggi lhiglar educationl yang
bersifat pendidikan aktif dan mandiri dengan kreativitas, motivasi,
dan integritas peserta yang tinggi. Proses pendidikan terutama
ditekankan pada pendekatan student centered, problem solving
oriented dan self directed leaming, sehingga staf pengajar lebih
berperan sebagai fasilitator.
Berdasarkan pencapaian kemampuan Pendidikan Dokter Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi bertujuan mencapai kemampuan dan
ketrampilan profesional yang didukung oleh dasar akademik yang
kuat.
4. Sekuensial
Strategi proses pembelajaran, supervisi, dan evaluasi disusun
sekuensial dan berjenjang melalui berbagai tahapan.
-15-

5. Prasyarat
Setiap tahap merupakan prasyarat yang harus dicapai lebih dahulu
untuk dapat mengikuti tahapan berikutnya.
6. Terpadu dan terintegrasi
Proses kegiatan pelatihan keprofesian dilaksanakan secara
komprehensif (integrated teactangl dengan cara pengelompokan
berbagai subdisiplin ke dalam unit.
7. Sistim matriks
Setiap kemampuan (akademik dan pelatihan keprofesian) dan setiap
tugas dalam proses pembelajaran diatur dalam matriks sehingga
jenis, distribusi dan variasi kegiatan untuk setiap peserta sama.
8. Kemampuan berbahasa Inggris
Kemampuan berbahasa Inggris aktif setiap individu peserta mutlak
dimiliki dalam rangka globalisasi.
9. Jaringan sumber pembelajaran
Sumber daya manusia dan fasilitas pendidikan dalam proses
pembelajaran yang digunakan terutama dari lingkungan Fakultas
Kedokteran dan diperluas dengan pusat pendidikan dan pusat
rehabilitasi lain, misalnya Rumah Sakit Pendidikan.
-16-

BAB II
STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI

A. STANDAR KOMPETENSI

Standar kompetensi dokter merupakan kriteria minimal tentang


kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran
lulusan pendidikan dokter.
Kolegium Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia telah
melakukan revisi Standar Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik
dan Rehabilitasi dan Standar Kompetensi Dokter Spesialis Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Standar Nasional Pendidikan Kedokteran (SNPK) berdasarkan Peraturan
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2O15.
Standar Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi ini disusun sebagai panduan bagi semua stakeholder dalam
penyelenggaraan pendidikan dokter spesialis kedokteran fisik dan
rehabilitasi di berbagai program studi di Indonesia sehingga kurikulum di
berbagai pusat pendidikan memiliki kurikulum inti yang sama dengan
penambahan kurikulum lokal tidak lebih dari 1O% (sepuluh persen).
Capaian Pembelajaran disusun sesuai level Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI) meliputi:
1. Sikap;
2. Keterampilan Umum;
3. Pengetahuan; dan
4. KeterampilanKhusus.

Angka I dan angka 2 diambil dari lampiran Permenristekdikti Nomor


44 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi sesuai
levelnya. Angka 3 dan angka 4 disusun oleh Kolegium sesuai dengan
UUPK Pasal 26 ayat (3) dan (a).
Kompetensi Inti/ Capaian Pembelajaran
-17-

Tabel l. Rumusan kompetensi/capaian pembelajaran sesuai KKNI/ SN


Dikti
No Uraian Kemampuan Uraian Keterampilan Rumusan
Kerja, Wewenang Umum sesuai SN Dikti Kompetensi
dan Tanggung Jawab Inti/Capaian
sesuai KKNI Pembelajaran
1 Mampu bekerja di Mampu bekerja di Mempunyai
bidang keahlian bidang keahlian pengetahuan dan
pokok/profesi untuk pokok/profesi untuk keterampilan
jenis pekerjaan yang jenis pekerjaan yang untuk bertindak
spesifik dan spesifik dan kompleks, secara professional
kompleks, dan dan memiliki sesuai standar
memiliki kompleks, kompetensi kerja yang profesi kedokteran
dan memiliki minimal setara dengan Iisik dan
kompleks, dan standar kompetensi rehabilitasi dan
memiliki kompetensi profesi tersebut yang mampu bersikap
kerja yang minimal berlaku secara dan berperilaku
setara dengan nasional / internasional sesuai dengan etika
standar kompetensi profesi serta
profesi tersebut yang menjaga identitas
berlaku secara dan integritas
nasional/ profesi.
Internasional
2 Mampu membuat Mampu membuat Mampu
keputusan yang keputusan yang merumuskan dan
independen dalam independen dalam mengelola
menjalankan menjalankan pekerjaan gangguan fungsi
pekerjaan profesinya profesinya berdasarkan (disabilitas)
berdasarkan pemikiran logis, kritis, individu, dan
pemikiran logis, kreatif, dan dampaknya pada
kritis, kreatif, dan komprehensif keluarga maupun
komprehensif masyarakat secara
komprehensif,
holistik,
koordinatif,
kolaboratif dan
berkesinambungan
dalam konteks
pelayanan
spesialistik KFR
Mampu
menunjukkan
peran sebagai
manaier pelayanan
-18-

No Uraian Kemampuan Uraian Keterampilan Rumusan


Kerja, Wewenang Umum sesuai SN Dikti Kompetensi
dan Tanggung Jawab Inti/Capaian
sesuai KKNI Pembelajaran
rehabilitasi medik
dengan
menerapkan
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan dan
penilaian dengan
memperhatikan
berbagai faktor
yang
mempengaruhi
kesehatan individu
dan masyarakat
(sosial, budaya,
ekonomi,
lingkungan dan
kebijakan
pemerintah)
berdasarkan
konsep dan
falsafah
Kedokteran Fisik
dan Rehabilitasi
3 Mampu menyusun Mampu menyusun
laporan hasil studi laporan dan
setara tesis yang mempublikasikan
hasilnya disusun dalam jurnal ilmiah
dalam bentuk profesi yang
publikasi pada jurnal teralreditasi sesuai
ilmiah profesi yang dengan kaidah
terakreditasi, atau kode etik profesi
menghasilkan karya yang diakui oleh
desain yang spesifik masyarakat profesi
beserta deskripsinya pada tingkat
berdasarkan metoda nasional atau
atau kaidah desain internasional yang
dan kode etik profesi didahului oleh
yang diakui oleh proses menganalisa
masyarakat profesi permasalahan dan
pada tingkat regional tatalaksana
-19-

No Uraian Kemampuan Uraian Keterampilan Rumusan


Kerja, Wewenang Umum sesuai SN Dikti Kompetensi
dan Tanggung Jawab Inti/Capaian
sesuai KKNI Pembelajaran

atau internasional gangguan fungsi


(disabilitas) dengan
cara melakukan
riset atau problem
soluing cgcle
melalui tahap-
tahap identifikasi
masalah, membuat
rencana solusi,
melaksanakan dan
menilai hasil
solusi.
4 Mampu Mampu Mampu berempati
mengkomunikasikan mengkomunikasikan dan terampil
hasil hasil berkomunikasi
kajian/ kritik/ apresia kajian / kritik/ apresiasi/ dalam memberikan
si/argumen, atau argumen, atau karya edukasi secara
karya inovasi yang inovasi yang bermanfaat efektif,
bermanfaat bagi bagr pengembangan menyampaikan
pengembangan profesi, analisis dan solusi
profesi, kewirausahaan,dan secara utuh
kewirausahaan, dan kemaslahatan manusia, berdasarkan
kemaslahatan yang dapat kondisi medis dan
manusia, yang dapat dipertan ggungj awabkan fungsi kepada
dipertanggungjawab secara ilmiah dan etika pasien dan
kan secara ilmiah profesi, kepada keluarga sesuai
dan etika profesi, masyarakat umum dengan kondisi
kepada masyarakat melalui berbagai bentuk psikososialkultural
umum melalui media nya. Selain itu,
berbagai bentuk terampil
media berkomunikasi
dengan sesarna
tenaga kesehatan
dan pengambil
kebijakan dalam
menyampaikan
kajian/ kritik/ apres
iasi/argumen, atau
karya inovasi ya.tg
bermanfaat b
-20-

No Uraian Kemampuan Uraian Keterampilan Rumusan


Kerja, Wewenang Umum sesuai SN Dikti Kompetensi
dan Tanggung Jawab Inti/Capaian
sesuai KKNI Pembelajaran
pengembangan
profesi, dan
kemaslahatan
manusia, yang
dapat
dipertanggunglawa
bkan secara ilmiah
dan sesuai etika
profesi.
5 Mampu Mampu meningkatkan Mampu untuk
meningkatkan mutu mutu sumber daya mengembangkan
sumber daya untuk untuk program kompetensi dirinya
pengembangan pengembangan strategis dan timnya yang
program strategis orgartisasi menunjang
organisasi pengembangan
layanan maupun
keilmuan
kedokteran fisik
dan rehabilitasi
yang sejalan
dengan rencana
strategis
perhimpunan
profesi maupun
kolegium
6 Mampu Mampu meningkatkan Mampu memadukan
meningkatkan keahlian keprofesiannya prinsip praktik
keahlian pada bidang yang kedokteran dengan
keprofesiannya pada khusus melalui mawas diri dan
bidang yang khusus pelatihan dan belajar sepanjang
melalui pelatihan pengalaman ke{a hayat demi
dan pengalaman dengan keselamatan pasien
kerja dengan mempertimbangkan melalui pelatihan
mempertimbangkan kemutakhiran bidang dan pengalaman
kemutakhiran profesinya di tingkat kerja dengan
bidang profesinya di nasional, regional, dan mempertimbangkan
tingkat nasional, internasional kemutakhiran
regional, dan bidang profesinya di
internasional tingkat nasional,
regional, dan
-2r-

No Uraian Kemampuan Uraian Keterampilan Rumusan


Kerja, Wewenang Umum sesuai SN Dikti Kompetensi
dan Tanggung Jawab Inti/Capaian
sesuai KKNI Pembelajaran

internasional.
7 Mampu Mampu Mampu
bertanggungiawab bertanggungjawab atas memberikan
atas pekerjaan di pekerjaan profesinya di pelayanan
bidang profesinya bidang profesinya; promotif, preventif,
sesuai dengan kode sesuai dengan kode etik kuratif dan
etik profesinya rehabilitatif
terhadap individu
yang berpotensi
atau telah
mengalami
gangguan fungsi
secara rasional dan
profesional pada
pasien rawat inap
dan rawat jalan
sesuai dengan
kompetensinya,
serta sistem
perundangan dan
peraturan yang
berlaku.
8 Mampu melakukan Mampu melakukan Mampu melakukan
evaluasi secara kritis eva-luasi secara kritis monitoring dan
terhadap hasil kerja terhadap hasil ke{a dan evaluasi internal
dan keputusan yang keputusan yang dibuat maupun eksternal
dibuat dalam dalam melaksanakan secara
melaksanakan pekerjaan profesinya berkesinambungan
pekerjaan profesinya baik oleh dirinya dan menyeluruh
baik oleh dirinya sendiri, sejawat, atau terhadap proses
sendiri, sejawat, atau sistem institusinya layanan
sistem institusinya Kedokteran Fisik
dan Rehablitasi di
institusi tempat
bekerja.
9 Mampu memimpin Mampu memimpin Kedokteran Flsik
suatu tim kerja suatu tim kerja untuk dan Rehablitasi
untuk memecahkan memecahkan masalah dalam menangani
masalah baik pada baik pada bidang kasus-kasus yang
bidang profesinya, profesinya, maupun berpotensi atau
-22-

No Uraian Kemampuan Uraian Keterampilan Rumusan


Kerja, Wewenang Umum sesuai SN Dikti Kompetensi
dan Tanggung Jawab Inti/Capaian
sesuai KKNI Pembelajaran

maupun masalah masalah yang lebih luas telah mengalami


yang lebih luas dari dari bidang profesinya gangguan fungsi.
bidane profesinya
10 Mampu bekerja Mampu bekerja s€una Mampu bekerja
sama dengan profesi dengan profesi lain yang sarna dan
lain yang sebidang sebidang maupun yang berkoordinasi
maupun yang tidak tidak sebidang dalam dengan dokter/
sebidang dalam menyelesaikan masalah dokter spesialis
menyelesaikan pekerjaan yang lain, anggota tim
masalah pekerjaan kompleks yang terkait kedokteran fisik
yang kompleks yang dengan bidang dan rehablitasi,
terkait dengan profesinya profesi non medik
bidang profesinya lain yang terkait,
serta kelompok
atau organisasi
pemerintah/masya
rakat.
1l Mampu Mampu Memiliki
mengembangkan mengembangkan dan pengetahuan
dan memelihara memelihara jaringan praktis mengenai
jaringan kerja kerja dengan berbagai sistem
dengan masyarakat masyarakat profesi dan yang berperan
profesi dan kliennya. kliennya dalam pelayanan
kesehatan dan
rehabilitasi dengan
bekerjasama dan
memanfaatkan
berbagai fasilitas,
organisasi, sistiem
pelayanan lain
yang ada di
masyarakat untuk
meningkatkan
kemampuan
fungsional dan
kualitas hidup
pasien secara
optimal.
t2 Mampu Mampu meningkatkan Mampu
meningkatkan kapasitas pembelaiaran meningkatkan
-23-

No Uraian Kemampuan Uraian Keterampilan Rumusan


Kerja, Wewenang Umum sesuai SN Dikti Kompetensi
dan Tanggung Jawab Inti/Capaian
sesuai KKNI Pembelajaran

kapasitas secara mandiri dan tim kemandirian dalam


pembelajaran yang berada di bawah proses
mandiri dan tim tanggungiawabnya pembelajaran,
yang berada di pengetahuan, dan
bawah keterampilan diri
tanggunglawabnya. dalam bidang
medis dan
teknologi
kedokteran fisik
dan rehabilitasi,
serta mendorong
pengembangan diri
anggota Tim
Kedokteran Fisik
dan Rehablitasi
yang berada
dibawah tanggung
iawabnya.
13 Mampu berkontribusi Mampu menJrusun
dalam evaluasi atau laporan dan
pengembangan mempublikasikan
kebijakan nasional dalam jurnal ilmiah
dalam rangka profesi yang
peningkatal mutu terakreditasi sesuai
pendidikan profesi atau dengan kaidah
pengembangan kode etik profesi
kebijakan nasional pada yang diakui oleh
bidang profesinya masyarakat profesi
pada tingkat
nasional atau
internasional yang
didahului oleh
proses menganalisa
permasalahan dan
tatalaksana
gangguan fungsi
(disabilitas) dengan
cara melakukan
riset atau problem
solutg cucle
-24-

No Uraian Kemampuan Uraian Keterampilan Rumusan


Kerja, Wewenang Umum sesuai SN Dikti Kompetensi
dan Tanggung Jawab Inti/Capaian
sesuai KKNI Pembelajaran
melalui tahap
identifikasi
masalah, membuat
rencana
solusi,
melaksanakan dan
menilai hasil solusi
t4 Mampu Mampu Mampu membuat,
mendokumentasika, mendokumentasikan, mengaudit,
menyimpan, menyimpan, mengaudit, mengamankan, dan
mengaudit, mengamankan, dan menemukan
mengamankan, dan menemukan kembali kembali data dan
menemukan kembali data serta informasi informasi medical
data dan informasi untuk keperluan record untuk
untuk keperluan pengembangan kerja keperluan
pengembangan hasil profesinya pengembangan
keria profesinya. hasil layanan KFR

2 Area Kompetensi
Pada akhir pendidikan diharapkan seorang dokter spesialis
kedokteran lisik dan rehabilitasi harus memenuhi kompetensi yang
tercantum dalam kurikulum nasional untuk disiplin KFR.
Kompetensi tersebut mencakup 7 (tqjuh) area kompetensi yaitu:
a. Komunikasi efektif;
b. Ketrampilan klinis;
c. Penerapan ilmu biologi molekular, ilmu klinik, ilmu perilaku
dan epidemiologi pada praktik kedokteran;
d. Pengelolaan masalah kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat;
e. Kemampuan memanfaatkan informasi dan menilainya secara
klinis;
f. Mampu mawas diri dan melakukan pengembangan diri dan
profesi serta belajar sepanjang hayat;
1) Menerapkan etika, rnoral dan profesionalisme dalam praktik
kedokteran.
a) Area Komunikasi Efektif
-25-

1 Mampu berkomunikasi dan berkoordinasi dengan


dokter atau dokter spesialis lain, anggota tim
Kedokteran Fisik dan Rehablitasi, profesi non
medik terkait, serta kelompok atau organisasi
pemerintah atau masyarakat.
2 Mampu berkomunikasi dengan pengambil
kebijakan dalam menyampaikan
kajian/kritik/apresiasi/argumen, atau karya
inovasi yang bermanfaat bagi pengembangan
profesi KFR, dan kemaslahatan manusia, yang
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan
sesuai etika profesi.
J Mampu berempati dan terampil berkomunikasi
dalam memberikan edukasi secara efektif,
menyampaikan analisis dan solusi secara utuh
berdasarkan kondisi medis dan fungsi kepada
pasien dan keluarga sesuai dengan kondisi
psikososial kulturalnya.

b) Area Keterampilan Klinis


1. Mampu menegakkan diagnosis dan mengelola
gangguan fungsi (disabilitas) individu, dan
dampaknya pada keluarga maupun masyarakat
secara komprehensif, holistik, koordinatif,
kolaboratif dan berkesinambungan dalam konteks
pelayanan spesialistik Kedokteran Fisik dan
Rehablitasi.
2. Mampu berperan aktif sebagai pemimpin tim
Kedokteran Fisik dan Rehablitasi dalam
pelayanan Kedokteran Fisik dan Rehablitasi
dengan menerapkan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan monitoring
serta evaluasi dengan memperhatikan berbagai
faktor yang mempengaruhi kesehatan individu
dan masyarakat (sosial, budaya, ekonomi,
lingkungan dan kebijakan pemerintah)
-26-

berdasarkan konsep dan falsafah Kedokteran


Fisik dan Rehabilitasi.
J Mampu memberikan pelayanan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif terhadap
individu yang berpotensi atau telah mengalami
gangguan fungsi secara rasional dan profesional
pada pasien rawat inap dan rawat jalan sesuai
dengan kompetensinya, serta sistem
perundangan dan peraturan yang berlaku.
4 Mampu memberikan pendidikan dan pelatihan
dalam bidang KFR kepada tim rehabilitasi, tenaga
kesehatan terkait, dan masyarakat.

c) Area Euidene Based Medicine


1. Mampu memberikan pelayanan sesuai Euidence
Based Medicine.
2. Mampu men5rusun dan mempublikasikan karya
ilmiah dalam jurnal ilmiah terakreditasi sesuai
dengan kaidah kode etik profesi yang diakui pada
tingkat nasional atau internasional.

d) Area Pengelolaan Masalah Kesehatan


Memiliki pengetahuan praktis mengenai berbagai
sistem yang berperan dalam pelayanan kesehatan dan
rehabilitasi dengan bekerjasama dan memanfaatkan
berbagai fasilitas, organisasi, sistiem pelayanan lain
yang ada di masyarakat untuk meningkatkan
kemampuan fungsional dan kualitas hidup pasien
secara optimal.

e) Area Pengelolaan Informasi


l. Mampu membuat rekam medik yang benar dan
menjaga kerahasiaan informasi.
2. Mampu melakukan audit medik serta tindak
lanjutnya.
3. Mampu melakukan monitoring dan evaluasi
internal maupun eksternal secara
-27 -

berkesinambungan dan menyeluruh terhadap


proses layanan Kedokteran Fisik dan Rehablitasi
di institusi tempat bekerja.

f) Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri


1. Mempunyai kemampuan tilik diri atas
keterbatasan dalam ilmu pengetahuan dal
keterampilan KFR untuk selanjutnya
meningkatkan potensi diri secara terus menerus
demi keselamatan pasien.
2. Mempunyai kemampuan tilik diri dalam
kemutakhiran bidang profesinya.
3. Mampu meningkatkan kemandirian dalam proses
pembelajaran, pengetahuan, dan keterampilan
diri dalam bidang medis dan teknologi kedokteran
fisik dan rehabilitasi, serta mendorong
pengembangan diri anggota tim Kedokteran Fisik
dan Rehablitasi yang berada dibawah tanggung
jawabnya.
4. Mampu melakukan penelitian untuk
pengembangan keilmuan KFR.

g) Area Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme


serta Keselamatan Pasien
1. Mempunyai pengetahuan dan keterampilan
untuk bertindak secara professional sesuai
standar etik kedokteran dan standar etik Dokter
Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
Indonesia.
2. Mampu bersikap dan berperilaku sesuai dengan
etika profesi serta menjaga identitas dan
integritas profesi.
3. Mampu melakukan pelayanan KFR secara
profesional sesuai panduan keselarnatan pasien.
-28-

a Capaian Kompetensi Umum


Tabel 2. Kompetensi Umum
Kompetensi Umum
Etika
Etika profesionalisme peserta didik adalah untuk menjadi dokter
spesialis KFR yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat yang
mempunyai kemampuan yang baik.
Sikap terhadap penderita
Sikap terhadap Staf pendidik dan Kolega
Kompetensi Umum
Sikap terhadap paramedis dan non paramedic
Disiplin dan tanggung jawab
Ketaatan pengisian dokumen medik
Ketaatan pada tugas yang diberikan
Ketaatan melaksanakan pedoman penggunaan obat dan alat/
modalitas
Komunikasl
Komunikasi yang efektif
Terhadap penderita
Terhadap Staf pendidik dan Kolega
Terhadap paramedis dan non paramedis
Tim
KerJasama
Hubungan yang baik antara dokter, perawat dan kar5rawan
kesehatan, dan Pasien dan keluarga pasien
Bisa bekerjasama dalam bentuk tim secara harmonis untuk
pelayanan optimal

4 Capaian Kompetensi Khusus


Pada setiap kompetensi ditetapkan tingkat kemampuan yang harus
dicapai di akhir Program Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi dengan menggunakan Piramid Miller ftnorls,
knotas taw, shorus, does). Gambar di bawah ini menunjukkan
pembagian tingkat kemampuan menurut Piramida Miller dan
alternatif cara mengujinya pada mahasiswa.
a. Tingkat Kemampuan yang Harus Dicapai
Tingkat kemampuan I (Knorus): Mengetahui dan menjelaskan
Lulusan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
-29-

marnpu menguasai pengetahuan teoritis termasuk aspek


biomedik dan psikososial keterampilan tersebut sehingga dapat
menjelaskan kepada pasien/klien dan keluarganya, teman
sejawat, serta profesi lainnya tentang prinsip, indikasi, dan
komplikasi yang mungkin timbul. Keterampilan ini dapat
dicapai mahasiswa melalui perkuliahan, diskusi, penugas.rn,
dan belajar mandiri, sedangkan penilaiannya dapat
menggunakan ujian tulis.

b Tingkat kemampuan 2 (Knous Horu): Pernah melihat atau


didemonstrasikan
Lulusan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
menguasai pengetahuan teoritis dari keterampilan ini dengan
penekanan pada clinical reasoning dan problem soluing serta
berkesempatan untuk melihat dan mengamati keterampilan
tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung
pada pasien/masyarakat. Pengujianketerampilan tingkat
kemampuan 2 dengan menggunakan ujian tulis pilihan
berganda atau penyelesaian kasus secara tertulis dan/atau
lisan (oral test).

c Tingkat kemampuan 3 (Shows): Pernah melakukan atau pernah


menerapkan di bawah supervisi
Lulusan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
menguasai pengetahuan teori keterampilan ini termasuk latar
belakang biomedik dan dampak psikososial keterampilan
tersebut, berkesempatan untuk melihat dan mengamati
keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau
pelaksanaan langsung padapasien/masyarakat, serta berlatih
keterampilan tersebut pada alat peraga dal/atau standardized
patient.

Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 3 dengan


menggtrnakan Objectiue Sttttctured Clinical Examination (OSCE)
alau Objectiue Structured Assessment of Teclatical Skills (OSATS).
-30-

d Tingkat kemampuan 4 (Does): Mampu melakukan secara


mandiri
Lulusan Dokter Spesialisl lmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
dapat memperlihatkan keterampilannya tersebut dengan
menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah
cara melakukan, adanya komplikasi, dan pengendalian
komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi,
pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan
menggunakan Workbased Assessment misalnga mini-CE)L
portfolio, logbook, dan sebagainya.

wo.lFb.aad .racallral-
c,a. poarofiilb, lolboda, ntlrlai.a.rEc tElb.clq
Door
Cllalg.t rad FEc&rl rtrar.Ea.l
e.9 OSCE. !o.g c.rc
Sltotrt
lvilIl..t r.t6trtErl
€,& McQ. EMt

\A/rlltln rrr.rtfi*trt
l(60wr

Tingkat kemampuan menurut Piramida Miller dan altematif cara mengujinya


pada mahasiswa. Dikutip dari Miller (1990), Shumway dan Harden (2003).

Tabel 3. Kompetensi Khusus

No. ICD X ICD X


Jenls tlndaken Lcvel
Fungsiotral Kompetensl
Mampu melakukan manajemen KFR pada kasus-kasus musculoskeletal pada anak, dewasa,

l' Fraktur/ fraktur 'tt2 . R26.8 . Asesmen Kedokaeran Fisik dan 4


dislokasi/fraktur . M79.6 Rehabilitasi Komprehensii
subluksasi
ekstremitas
o 256 . Evatuasi fungsi otot
o 274.1 r Pemeriksaan fleksibilitas dan lingkup
. R29.3 gerak sendr
. R26.9 . Evaluasi fungsional
. R53.I . r,va lrJAsl r)rr4sls
. R20.8 . Laiihan arnbulasi dan polajalan
. R53.1 . Latihan terapeurik
2. Fraktur vertebra TO8 o L89 o Asesmen Kedokteran Fisik dan 4
. R26.8 Rehabilitasi Komprehensil
o M79.6 . Evaiuasi iungsi otot
. 256 . Peme.iksaan fleksibilitas dan lingkup
.274.1 gerak senclr
. R29.3 r Evaluasi fungsional
. R26.9 . Evaiuasi ortosis dan alat bantu iaitrr-r
. R53.1 . Larihan terapeutik
. R2O.8
. R53.1
-31-

No. ICD X ICD X Jeais tlndakan Level


Fungsioaal KoEpeteasi
3. Nyeri punggung M54.5 . R26.8 . Asesmen liedokteran Fisik dan 4
akibat masalah Rehabiiitasi Xomprehensif
musculoskeletal . M79.6 . E!,aluasi tungsi oiot
. 256 . Pemedksaan Jleksibilitas Can irngkuo
Certrk sendi
o 274.1 . Evaluasi fungsional
o R29.3 . Ev;Lluasi crtosis
. R26.9 . L!!!ihan lerapeutik
. Hlcirorerapi
. l{i:nual naaipuLasi
. Terapi modalitas llsik

No. ICD X ICD X Jeais tindakan Level


Funcslonal KoaDetelsl
t Dnt needlino 4
Panduan USG untuk tatalaksana 2
inieksi lacet
4. Skoliosis M41 . R26.8 . Asesmen l(edokteran Fisik dan 4
o M25.6 Rehabilitasi ltomprehensif
o M79.6 . Evaluasi iungsi otot
o R29.3 . Pemeriksaan fleksibilitas dan iingkup
o R26.9 gerak sendi
o Z5O.O . Llaluasl tungsrona i
. Evaluasi ortosis
. Larihan terapeutik
. I'lanual manipulasi
. Terapi modalitas tsik
. Larihan pemapasan
5. Osteoporosis M81 o M79.6 .{sesmen i(edokteran Fisik dan 4
(tanpa fraktur o R29.3 Rehabilitasi Komprehensif
patologis) . 256 Ladhan terapeutik
t 274.1
6. Metq,stq,si,s Bone c79.5 o R26.8 . Asesmen Kedokteran Fisik dan 4
Di.seo.se r M25.6 Rehabiiitasi Komprehensif
o M79.6 r Evaluasi iungsi otot
o 256 o Pemerlksaalr fleksibiLitas darl lingkup
o 274.1 gerak sendi
o R53.1 . Evaluasi fungsional
r R26.9 . Evaluasi srtosis darl alat bantu jalan
c Z5O.O o Latihan ambulasi dan pola jdan
. Latihan te.apeulik
. TeraDi m0dalitas llsik
Panduan USG unruk Injeksi blok 2
saraf perifer
7. Keganasan pada c40 - . R26.8 . Asesmen Kedoktetan Fisik dan 4
tulang, otot dan c41 o M25.6 RehabiLirasi liomprehensit
persendian c49.9 . M79.6 . Evaluasr fungsi otot
.256 . Perneriksaan fleksibiLitas dan Lingkup
.274.1 gerak sendi
r R53.1 . Eraluasi fungsionai
r R26.9 . Evaluasi ortosis dan alat bantu jalan
t z5O.O . Larihan ambulasi dan pola jalan
. Lcrihln Lerapeurik
. TeraDi modalitas iisik
P,urduan USC untuk lnj,.k:i bi, k 2
saraf perifer
8. Kaki diabetes E10.4- . R26.8 . Asesmen Kedokteran F:isik dan 4
E10.6 . M25.6 Reha brlrtasl l\omprehellsLl
811.4- . M79.6 . Evaluasi fungsi otor
E11.6 . 256 r Pemeriksaan fleksibilitas dai linskuo
_ a.o

No. ICD X ICD X Jetris titrdakaa L,evet


Fuagsioual Kompetetrsi
.274.1 gcrak sendi
o R53.1 r Evaluasi fungslonal
. R26.9 . Evaiuasi qrrosis, alas kaki dan alat
o R20.8 bantu jalan
. Latihan anbulasi dan pola jalan
. L-atihan :erapeutik
. Terapi modalitas ilsik

9. Amputasi Y83.5 r R26.8 . Asesmen Kedokteran Fisik darr 4


s58 o M25.6 Reh r.bilrtasi Komp c lLensil
L

s68 o M79.6 r Eyaluasi fungsi otot


s78 c 2'56 r Pen.reriksaan fleksibilitas dan iingkup
s88 .274.1 gerai< sendr
s98 . R20.8 r Evaluasi fucgsional
o R29.3 r Evaluasi ortosis, alas kaki dan alat
c Z5O.O bdil r u jJsn
o Latihan ambulasi dan polajalan
e Larihan terapeutik
. Tcrr, pi modalitas [isik
. Terrpi kehidupan sehar:-
"kriuit.:s
hari
. Rehabiliiasi !-okasional
10. Penyakit M 19.9 r M79.6 . Asesmen liedokteran Fisik dan 4
degeneratif o R26.8 Rehabilitasi Komprehensii
sendi. . M25.6 r Evaluasi lungsi otot
(Osteoarthritis) .274.1 . Pemeriksaan Ileksibilitas dan lingkup
gerak sendi
. Evaluasi fungsional
. Evaluasi ortosis, alas kaki dan alat
banru jalan
. Latihan ambulasi dan polajalan
. La:ihan rerapeu lik
. Hldroterapi
. Terapi modalitas fisik
. Terapi.kLiviLaskehidup.Ln schar:-
hari
Injeksi intaa.aicula. tanpa panduan 4
aiar fiandmark slided)
. Panduan USG untuk injeksi 3
intraartikular
I l.Cedera dan s86 . R26.8 . Asesmen l(edokteran Fisik darr 4
Inflamasi s46 o M25.6 Rehabilitasi Komprehensii
jaringan lunak: s76 . M79.6 o Eva:Li.rsilungs'oror
- Otot s56 o 256 . Pemeriksaan fleksibiliias dan linglc;p
- Tendon s66 .274.I geiak sendl
- Ligamen s96
. R53.1 . Lt aiuasr I u Egsronal
. R26.9 r Er,zluasi ortosis, alas kaki dan alat
bantu jalan
. Latihan ambulasi dan polajalan
I Ladhai: terapeutik
. Terapi modalitas fisik
. Terapi ak'.ivitas kehidupan sehari-
hari
. Splinting dan raping
. Casrine
Injeksi soit tissue tanpa panduan alat 4
llLuldtnark aLL;decl
Panduan USG untuk injeksi soll 3
tissue
l2.Firbromyalgia/ M79.7 . M79.6 . .{sesmen iiedokteran Fisik dan 4
Mg ofascial . R29.3 Rehzbrlllasl Kt)mnr.hcilsrl
Trigger point r Evaluasi fur'rg"i otot
-33-

No, ICD X ICD X Jeais tiadakan Lcvel


FungsloEal Kompetensi
sgndrom.e . Pemeriksaan fleksibilitas dan lingkup
(MrPs) gerak sendi
. Evaluasi iulgsional
. Latihan terapeutik
. Terapi modaiiias fisik
. Taping

Dr]'needling 4
13. Luka bakar T20- o R26.8 o Asesmen Kedokteran Fisik dan 3
T32 o M25.6 Rehabilitasi Komprehensif
. M79.6 . Evaluasi fungsi otot
.274.1 o Pemeriksaan fleksibilitas dan lingkup
o R53.1
gerat sendi
o R20.8
r Evaluasi fungsional
o Evaluasi ortosis, alas kaki dan alat
bantu jalan
. Latihan ambulasi dan polajalan
. Latihan terapeutik
. Terapi modalitas fisik
o Terapi aktivitas kehidupan sehari-
hari

l4.Komplikasi M06.9 r R26.8 Asesmen Kedokteran Fisik dan 3


muskuloskeletal M45.9 o M25.6 Rehabilitasi Komprehensif
akibat penyakit M32.9 . M79.6 Evaluasi fungsi otot
Autoimun: . 256 Pemeriksaan fleksibilitas dan lingkup
- Reumatoid o 274.1 gerak sendi
artritis r R53.1 o Evaluasi fungsional
- Anlrylosing o R26.9
. Evaluasi ortosis, alas kaki dan alat
Spondilitis bantu jalan
. ZSO.Q
. Larihan ambulasi dan pola jalan
- Sistemik
. Latihan terapeutik
Lupus
. Terapi modalitas Iisik
Eritematous
. Terapi aktivitas kehidupan sehari-
hari
l5.Deformitas/ A30 . R26.8 Asesmen Kedokteran Fisik dan 3
ganggu an fungs o M25.6 Rehabilitasi Komprehensif
akibat Kusta o M79.6 Evaluasi fungsional
o 256 Evaluasi fungsi otot
c 274.1 Pemeriksaan fleksibilitas dan lingkup
. R53.1 gerak sendi
o R26.9 Uji sensibilitas
. R2O.8 Uji keseimbangan statis dan dinamis

o Uji fungsi lokomotor


. Uji poia jalan
. Uji dekondisi
. Uji kemampuan fungsio[al dan
pei:awatan
. Uji fungsi kardiorespirasi
. Latihan terapeutik
. Latihan ambulasi dan polajalan
. Terapi aktivitas kehidupan sehari-
hari
. Rehabilitasivokasional
II 1. Stroke t64 . F.80.O
. F.80.1
. F.80.2
. F.80.3
-34-

No. ICD X ICD X Jerds tindakan L€vel


Fulgslonal KoEpetetrsi
. F.93.4 Bera k send i

. F.98.5 . Uji sensibilitas


. F.98.6 . LLi lungsi kognisi (evaluasi klhis)
. R.47 . L'ji iungsr kcmunrkasi Ibicdrar
. R.47.0 ' Uji fungsi menelan {evaluasi klinis
dan BSST)
. R.47.1 . Uji fungsi integrasi sensori motor
. R.47.8 o Uji keseimbangan stads dan dinamis
. R.47.9 . Ujl kontrol pos:ur
. R.48.1 . LJr {ungsi eksekusr gerak
. R.48.2 . Uji fungsi berkemitr (evaluasi klinisl
. R.48.3 . Uji iungsi defekasi
. R.48.8 . Evaluasi ortosis
. R.48.9 r t;ji mororik ha-1us
. R.49 . Uji fungsi lokomotor
. R.49.0 . Uji pola jalan
. R.49.1 o U.ii dekondisi
. R.49.8 . L,ii kemampuan fungsional dan
. R.49.9 perarl.atan
. G.81.9 . fungsi kaldiorespirasi
U.ii
. R.26
. Larihan terapeurik
. Latihan arnbulasi dan pola jalan
. R.26.0 . Terapi a]<tivitas kehidupan sehari-
. R.26.1 hari
. R.26.2 . Rehabilitasivokasional
. R.26.3 . Tatalaksana gangguan proses bicara
. R.26.8 pada kelainan kranio-fasial
. R.29.6 . Tatalaksana gangguan fonasi atau
.2.99.3 produksi suara
. M.62 . Td:a Iaksana gangguan r,nikulasi
. M.62.O . Uji lungsi komunikasi (berbahasa) 3
. M.62.3 o Uji fungsi berkemih (interpretasi
. M.62.5 urodinamik)
. R.94 . Uji fungsi menelan (interpretasi FES
. R.94.1 dan flouroskopi)
. K.59.0 . Uji fungsi luhur
. K.59.2 . Tatalaksana gangguan Bahasa
. F.98.0 o Tatalaksana disfagia
. N.31 . Penanganan persepsi- kognisi
. N.31.0 . Tatalaksana gangguan sensasi somatc
Sensori
. N.3i.1 lnjeksi Botolinum toxin unauk 2
. N.31.2 tatalaksana spastisitas
. N.31.8
. N.31.9
. N.39.3
. N.39.4
. N.39.8
. N.39.9
. R.33.O
. R.33.8
. R.33.9
. R.39
. R.39.0
. R.39.1
. R.39.8
.2.74.O
.2.74.1
. 2.74.2
.2.74.8
.2.74.9
. H.93.2
. F.44
-35-

No. ICD X ICD X Jenis tindakatt Level


Fuaqsioaat Kompetensi
r F.44.6
. R.20.0
. R.20. i
. R.20.2
. R.20.3
. R.41
. R.41.0
. R.41.1
. R.41.2
o R.41.3
o R.41.8
. L.89
. Y80.0
. Y80. 1
. Y80.2
r Y80.8
. 244
o 2.71.9
. 2.72.3
.2.72.9
e 2.73
.2.73.6
c 2.74
.2.74.O
.2.7 4.3
. 2.97.L
.2.99
.2.99.4
.2.92.5
2. Cedera Medula s14 . G.81.9 . Asesmen l(edokteran Fisik dan 4
Spinalis (Spinal s25 . R.26 Rehabilitasi Komprehensii
Cord Injury) s34 . R.26.0 o Evaluasi fungsional
. R.26.1 . Eraluasi lungsi orot
. R.26.2 . Pemeriksaan lleksibiiilas d;ur lingkup
. R.26.3 gerak sendi
. R.26.8 o Lji sensibilttas
. R.29.6 r L'ji keseimbangan staris dan dinamis
. 2.99.3 . Uji konrol postlir
.M.62 . Evaluasi ortosis
. M.62.0 . l:ji mororik halus
. M.62.3 . Uji fungsi lokomotor
.M.62.5 . U,.ii pola jalan
o R.94 . Lli dekondisi
. R.94.1 . L:ii kemampuan tungsional dan
. K.59.O peraawatan
. K.59.2 . U,ji fungsi kardiorespilasi
. F.98.O r Elekrrodiagnostik
. N.31 r Larihan terapeutik
. Larihar.r ambulasi dan pola jalan
. Terapi aktivitas kei.ridupan sehari-
hari
. Rehabilitasivokasional
. N.31.O Uji fungsi berkemih (interpretasi 3
. N.31.1 urodinamik)
. N.31.2
. N.31.8
r N.31.9
. N.39.3 Injeksi Botolinum toxin untuk 2
. N.39.4 tatalaksana spastisitas
. N.39.8
-36-

No. ICD X ICD X Jeris tiBdakan Level


Fungsional Kompetensi
. N.39.9
. R.33.0
. R.33.8
. R.33.9
. R.39
. R.39.0
. R.39.1
. R.39.8
. 2.74.O
.2.74.L
.2.74.2
.2.74.8
.2.74.9
. H.93.2
. F.44
. F.44.6
. R.20.0
. R.20.1
. R.20.2
. R.20.3
. L.89
. Y80.0
. Y80.1
. Y80.2
. Y80.8
. 744
.2.7L.9
.2.72.3
. 2.72.9
. 2.73
. 2.73.6
. 2.74
. 2.74.O
. 2.74.3
. 2.97.1
. 2.99
. 2.99.8
. 2.92.5
3. Neuropati: . G.81.9
r Demielinisasi o R.26
- Focal: CTS . R.26.0
- General: . R.26.1
GBS, . R.26.2
autoimmun, . R.26.3
kusta, Polio o R.26.8
o R.29.6
. Axonal . 2.99.3
- Focal: . M.62
Trauma o M.62.0
(kompresi, o M.62.3
traksi dan . M.62.5
transeksi) . R.94
- General: . R.94.1
Toksik,Metab . K.59.O
olik . K.59.2
. F.98.O
. Campuran . N.31
. N.31.0
. N.31.1
o N.31.2
. N.31.8
. N.31.9
-37 -

No. ICD X ICD X JeEls tlndakan Level


Fungsional KoBDetersi
o N.39.3
. N.39.4
o N.39.8
o N.39.9
. R.33.0
. R.33.8
. R.33.9
r R.39
o R.39.0
r R.39.1
o R.39.8
.2.74.0
c 2.74.L
.2.74.2
o 2.74.8
.2.74.9
. H.93.2
. F.44
o F.44.6
o R.20.0
. R.20.1
c R.2O.2
. R.20.3
. L.89
o Y80.0
. Y80.1
o Y80.2
o Y80.8
. 744
. 2.71.9
t 2.72.3
o 2.72.9
. 2.73
c 2.73.6
. 2.74
o 2.74.0
c 2.74.3
o 2.97.1
o 2.99
t 2.99.a
o 2.92.5
4. Keganasan pada c7t r F.80.0 . Asesmen l(edokteran Fisik dan 4
neuromuscular c72 Rehabiiitasi Komprehensil
e F.80.1 r Evaluasi fungsional
o F.80.2 . Evalu.rsi lungsi otot
. F.80.3 . Pemeriksaan ieksibiiitas dan lingkup
gerak sendi
. F.93.4 . L ll SenSrilllltas
o F.98.5 . Uji fungsi kognisi (evaLuasi kiinisi
. F.98.6 . . Uji fungsi komunikasi (bicara)
. R.47 . Uji fungsi aenelan {evaluasi klinis
dan
o R.47.0 . Uji fungsi inlegrasi senso.i rnotor
. R.47.1 . Uji keseimbanga$ statis dan dinamis
o R.47.8 . Uji konirol postur
r R.47.9 . Uji tungsr ekse'rusi gerak
. R-48.1 . Uji iungsi berke.nih (evaluasi klinisl
. R.48.2 . Uji fungsi defekasi
o R.48.3 . Evaluasi ortosis
. R.48.8 . L:ji mororik halus
. R.48.9 . Uji lungsi lokomotor
. R.49 . Uti pola t"lan
-38-

No. ICD X ICD X Jenls tlndakan Lcvel


Fu[cslouel Kompetcnai
. R.49.0 r Lli dckondisi
. R.49. 1 . Uji kemampuan fungsional dan
. R.49.8 peaalvatan
. R.49.9 . L,ji fringsi kardiorespirasi
. G.81.9 . Latlhan terapeutik
. R.26
. Lat'han ambulasi don pola jalan
. R.26.0
r Terapi ak-ti\,itas kehiduparr sehari-
hari
. R.26.1
. Rehabilitasil.okasionai
. R.26.2 . Tatalaksana gangguan proses bicara
. R.26.3 pada kelainan kranio-iasral
. R.26.8 . Tatalaksana gangguan fonasi alau
. R.29.6 . Tatalaksana gangguan arlii<uiasi
. 2.99.3 . Uji fungsi komunikasi fberbahasa) 3
. M.62 . Uji fungsi berkemih (interpretasi
. M.62.0 urodinamik)
. M.62.3 . Uji fungsi menelan (interpretasi FES
. M.62.5 dan flouroskopi)
. R.94 o Uji fungsi luhur
. R.94.1 . Tatalaksana gangguan Bahasa
. K.59.0 . Tatalaksana disfagia
. K.59.2 . Penanganan persepsi- kognisi
. F.98.0 . Tatalaksana gangguan sensasi
. N.31 somato sensori
. N.31.0
. N.31.1
. N.31.2
. N.31.8
. N.31.9
. N.39.3
. N.39.4
. N.39.8
. N.39.9
. R.33.0
. R.33.8
. R.33.9
. R.39
. R.39.O
. R.39.1
. R.39.8
.2.74.0
.2.74.1
. 2.74.2
. 2.7 4.8
.2.74.9
. H.93.2
. F.44
. F.44.6
. R.20.0
. R.20.1
. R.20.2
. R.20.3
. R.41
. R.41.0
. R.41.1
. R.4L.2
. R.41.3
. R.41.8
. L.89
. Y80.0
. Y80.1
. Y80.2
-39-

No. ICD X ICD X Jenls tlndakaa Level


Funcslonal KomDeteBsl
. Y80.8
. 244
c 2.71.9
.2.72.3
t 2.72.9
o 2.73
.2.73.6
.2.74
.2.74.O
.2.74.3
o 2.97.1
c 2.99
c 2.99.4
c 2.92.5
5. Cedera Otak s06 o F.80.0 . Asesmen Kedokteran Fisik dan 3
Traumatik o F.8O.1 Rehabilitasi Komprehensif
(Traumatb . F.80.2 . Evaluasi fungsional
Brain Injury) o F.8O.3 . Evaluasi fungsi otot
. F.93.4 . Pemeriksaan fleksibilitas dan lingkup
o F.98.5 gerak sendi
. F.98.6 . Uji sensibiiitas
. R.47 . Uji fungsi kognisi (evaluasi klinis)
o R.47.0 . Uji tungsi komunikasi (bicara)
o R.47.1 r Uji fungsi menelan {evaluasi klinis
r R.47.8 dan BSST)
e R.47.9 . Uji fungsi integrasi sensori motor
r R.48.1 . Uji keseimbangan statis dan dinamis
o R.48.2 . Uji kontrol postur
r R.48.3 . Uji fungsi eksekusi gerak
. R.48.8 . Uji fungsi berkernih {evaluasi klinisi
o R.48.9 . Uji fungsi defekasi
. R.49 . Evaluasi onosis
. R.49.0 . Uji motorik halus
. R.49.1 . Uji fungsi lokomotor
o R.49.8 . Uji pola jalan
o R.49.9 . Uji dekondisi
o G.81.9 . Uji kemampuan fungsional dan
. R.26 pera\r'atan
. R.26.O . Uji lungsi kardiorespirasi
o R.26.1 . Latihan terapeutik
. R.26.2 . Latihal ambulasi dan polajalan
o R.26.3 o Terapi aktivitas kehidupan sehari-
o R.26.8 hari
o R.29.6 o Rehabilitasivokasional
. Tatalaksana gangguan proses bicara
pada kelainan kra;rio-fasial
. Tatalaksana gangguan fonasi atau
produksi suara
. Tatalaksana gangguan artikulasi
.2.99.3 Uji fungsi komunikasi (berbahasa) 3
. M.62 Uji fungsi berkemih (interpretasi
o M.62.0 urodinamik)
. M.62.3 Uji fungsi menela! (interpretasi FES
o M.62.5 dan flouroskopil
. R.94 Uji tungsi luhur
. R.94.1 Tatalaksana gangguan Bahasa
o K.59.O Tatalaksana disfagia
c K.59.2 Penangarran persepsi- kognisi
. F.98.O Tatalaksana gangguan sensasi
somato sensore
. N.31 lnjeksi Botolinurrr toxin uDtuk 2
. N.31.O tatalaksana soastisitas
-40-

No. ICD X ICD X Jeais tinda&aa Level


Fungslollal I(o![DeteDsi
o N.31.1
. N.31.2
r N.31.8
r N.31.9
. N.39.3
r N.39.4
. N.39.8
. N.39.9
. R.33.0
o R.33.8
. R.33.9
. R.39
o R.39.0
. R.39.1
o R.39.8
c 2.74.0
c 2.74.1
c 2.74.2
o 2.74.4
o 2.74.9
r H.93.2
. F.44
. F.44.6
o R.20.0
e R.20.1
o R.2O.2
o R.20.3
. R.41
o R.41.0
o R.41.1
o R.41.2
. R.41.3
. R.41.8
o L.89
o Y80.0
r Y80.1
. Y80.2
. Y8O.8
. 744
o 2.71.9
c 2.72.3
c 2.72.9
. 2.73
e 2.73.6
.2.74
c 2.74.0
c 2.74.3
. 2.97.L
. 2.99
. 2.99-a
o 2.92.5
6. Penyakit G20 r R.25 . Asesmen Kedokteran Fisik dan 3
Parkinson/ o R.25.0 . Rehabi.litasiKomprehensif
Parkinsonism o 2.25.1 r Evaluasi fungsional
termasuk e R.25.2 . Evaluasi fungsi otot
Degeneratiue
o R.25.8 . Pemeriksaan fleksibilitas dan lingkup
o R.25.9 gerak sendi
mouenenl
. R.27 . Uji sensibilitas
disorder of CNS
yang lain
o R.27.O . Uji sensibilitas
. R.27.8 . Uji keseimbangan statis da! dinamis
. Uji kontrol postur
o Uii funssi eksekusi seral
-4t-

No. ICD X ICD X Jeris tiDdakaE Lcvel


Funsslollal KoEDeteEsl
. Uji motorik halus
. Uji fungsi lokomotor
. Uji pola jalan
o Uji dekondisi
. Uji kemampuan fungsional dan
perawatan
o latjhan terapeutik
. Latfian ambulasi dan pola jalan
. Terapi aktivitas kehidupan sehari-
hari
7. Motor neuron Gt2.2 r L.89 . Asesmen Kedokteran Fisik dan 3
disease (MND) o R.25.3 Rehabilitasi Komprehensif
. Amyotrophic o M.25 . Evaluasi fungsional
lateral o M.25.5 . Evaluasi fungsi otot
Sclerosis
o F.98.4 o Pemeriksaan fleksibilitas dan lingkup
o F.98.6 gerak sendi
(ALs)
. o R.26 . Uji sensibilitas
Progressive
o R.26.3 . Uji keseimbangan statis dan dinamis
Bulbar Palsy .
o M.62.5 Uji kontrol postur
. Progressive o 2.74.0 . Evaluasi ortosis
MuscuLar .2.74.1 . Uji motorik halus
AtIophy c 2.74.2 . Uji fungsi lokomotor
. primary o 2.74.9 . Uji pola jalan
Lateral o R.20.0 . Uji dekondisi
Sclerosis o R.20.1 o Uji kemampuan fungsional dan
. Spinal t R.2O.2 perawatarr
Muscular o R.2O.3 . Uji fungsi kardiorespirasi
Atrophy . G.57.1 r Uji fungsi menelaa (evaluasi klinis
dan BSST)
. Eleltrodiagnostik
o Latihan terapeutik
o l^atihan ambulasi dan pola jalan
. Latihan alctivitas kehidupan sehari-
hari
r Tatalaksana disfagia
o Rehabilitasivokasional
Uji fungsi menelan (interpretasi FES dan 3
flouroskoDi)
Miopati G71 o R.25.3 o Asesmen Kedoliteran Fisik dan 3
. Miopati o M.25 r RehabilitasiKomprehensif
inherediter . M.25.5 . Evaluasi fungsiona)
o Polimiositis r F.98.4 . Evaluasi fungsi otot
. Muscular o F.98.6 o Pemeriksaan fleksibilitas dal lingkup
Dystrophy
o R.26 e gerak sendi
. o R.26.3 o Uji sensibilitas
Myotonic o
. M.62.5 Uji keseimbangan statis dan dinamis
Dystrophy o Uji kontrol postur
c 2.74.0
e 2.74.1 . Evaluasi ortosis
o 2.74.2 . Uji motorik halus
o 2.74.9 . Uji fungsi lokomotor
o R.20.0 . Uji pola jatan
o R.20.1 o Uji dekondisi
o R.2O.2 o Uji kemampuan fungsional dan
r R.2O.3 perawatan
. G.57.1 . Uji funCsi kardiorespirasi
. Elektrodiagnostik
. Latihan terapeutik
o Latihan ambulasi dan polajalan
. Latihan aktivitas kehidupan sehari-
hari
o Rehabilitasivokasional
-42-

No. ICD X tcD x JeDis thdakan Level


Fungsiotlal KoEpeteDsl
llt Mampu meLakuka-n manajemen KFR pada karur-tasue Lardlorcrplnsi pada anak, dewasa, dan
seriatric dencan :
l. Gangguan paru J40- . 2.50 Asesmcn Kedokteran Fisik dan 4
obstruktif J47 o R26.8 Rehabilitasi I{omprehensif
PPOK o 274.1 Evaluasi fungsional
Bronkielctasis t 2.56 l-'ji fun gsi kardiorespirasi
Kronis
. R29.3 Uji kekuata! otot respirasi
c 274.9 Uji fleksibilitas otot dada
Fibrosis paru
o 265.9 Evaluasi Iiemampuan batuk
Asma
Latihan pemapasan
Sindrom
Terapi inhalasi l
obstruksi Posturql (lrainage I
pasca TB Non-invasivemecharticalventilation l

Latihan aktiviras kehidupar sehari- i

hari i
Ladhan terapeutjk i

Latihanketahanankardiopulmonal j

Uji Latih kardiorespirasi (CPET, ergocyle. 3


treadmilU
2. Penyakit paru A31 o Z.5O Asesmen Kedokteran Fisik dan 4
restriktif A15 . R26.8 Rehabilitasi Komprehensif
. lnfeksi paru M95 .274.1 Evaiuasi fungsional
o penyakit Q67.8 . 2.56 Utji fungsi kardiorespirasi
pleura o 274.9 Uji kekuatan otot respirasi
o reseksi dinding . R29.3 Uji fleksibilitas otot dada
dada Evaluasi Iiemampuan baii-1k
. deformitas Latihan pernapasan
dinding thorax Terapi inhalasi
Postulal drainage
Non-invasive mechanical ventilation
Latihan aktivitas kehidupan seha:^i-
hari
Latihan terapeutik
a Lalihan ketahalan kardiopulmonar

uji (CPE"r, ergocyle. 3

3. Pasca operatif T82.0 o Z-5O . Asesmen Kedokteran Fisik dan 4


CABG, PTCA
295.4 r R26.8 r RehabilitasiKomprehensii
atal.] ualue c 274.1 o Evaluasi fungsional
replaefiLent o 2.56 r Uji fungsi kardiorespirasi
c 274.9 . Uji kekuatan otot respirasi
e M79.6 . Uji fleksibilitas otot dada
c 5.9 . Evaluasi Kemampuan bahrk
o R26.89 . Latihan pernapasan
o Terapi inhalasi
. Norr-invasivemechanicalventilarion
. Larihan akrivitas kehidupan sehari-
hari
. ladhan terapeutik
. Latihan ketahanan kard iopu lmonar

(CPET, ergocyle. 3

4. MCt G31.84 o Z.5O . Asesmen Kedoktet'an Fisik dan 4


. R26.8 . Rehabi[!asiliomprehensil
c 274.1 r Eyaluasi fungsional
o 2.56 . Lli fungsi kardiorespirasi
. M79.6 . Larihan akrivitas kehidupan sehari-
hari
Latihan terapeutik I
-43-

No. ICD X ICD X Jcn18 tindakan Level


FuDgslolal KompeteBsl
Iatihan ketahanan kardiopulmonar

Uji Latih kardiorespirasi (CPET, ergocyle. 3


tIeadmill)
5. Penyakit Q24.9 . Z.5O r Asesmen Kedokteran Fisik dan 4
jantung bawaan o R26.8 Rehabilitasi I(omprehensif
c 274.1 . Evalui6i fungsionat
o 2.56 . Uji fungsi kardiorespirasi
.274.9 . Latihan aktivitas kehidupan sel:ari-
o 5.9 hari
o R26.89 . Latihan terapeutik
r Latihanketahanall kardiopulmonar

Uji Latih kardiorespkasi (CPET, ergocyle. 3


treadmill)
6. Gagal ja-ntung I50.0 o Z.3O . Asesmen Kedokteran Fisik dan 4
kongestif . R26.8 . RehabilitasiKomprehensif
r. 27 4.1 e Evaluasi fungsional
r Uji fungsi kardiorespirasi
c 274.9 o Larihan aktivitas kehidupan sehari-
o R29.3 hari
o R26.89 . Latihan terapeutik
. Latihan ketahanan kardiopulmonar

Uji Latih kardiorespirasi (CPET, ergocyle.


treadmill)
Penyakit M41.4 o z.5O Asesmen Kedokteran Fisik dan
neuromuskular N3l . R26.8 Rehabilitasi Komprehensif
G70.9 . 274.1 Evaluasi fungsional
M79.2 . 2.56 Uji fungsi kardiorespirasi
670. t o 274.9 Uji kekuatan otot respirasi
670.8 r R47.8 Uji fleksibilitas otot dada
67 t.9 . R29.3 Evaluasi Kemampuan batuk
c 265.9 Uji kontrol postur
. R26.89 Iatihan pemapasal
Terapi inhalasi
Poshral drainage
Non-invasive mechanical ventilation
Latihan aktivitas kehidupan sehari-
hari
tatihan terapeutik
Latihan ketahanan kardiopulmonar

Keganasan pada 034 c Z.5O . Asesmen Kedokteran Fisik dan 3


paru . R26.8 . RehabiiitasiKomprehensif
o 274.1 o Evaluasi fungsional
t 2.56 . Uji fungsi kardioresptasi
o 274.9 . Uji kekuatan otot respirasi
. R47.8 . Uji fleksibilitas otot dada
o R29.3 r Evaluasi Kemampuan batuk
c M79.6 o latihan pernapasan
. 5.9 . Terapi inhalasi
. Posduol drainage
r Non-invasivemechanicalventilation
o latihan aktivitas kehidupan sehari-
hari
. Latihan terapeutik
. Latihan ketahalan kardiopu lmonar

9. Respiratory J96 . z.5O . Asesmen Kedokteran Fisik dart


fai\tre . R26.8 . RehabilitasiKomprehensil
-44-

No. ICD X ICD X Jelia tildaka! Lcvel


Funcslonal Kolrpete!sl
.274.L
o 2.56
r G31.84
o 274.9
. Q96
o R47.8
c 5.9
o R26.89 ventilation
o R44.8

hari

IV Mampu metakukan manajemen KFR pada anak dengan :

1 Gangguan c60 o R26.9


perkembangan R62 . G31.84
pada anak F80.9 r R47.8
. Sensori- F82 r R20.9
o.9 o R29.3
persepsi
. .274.L
Koenitif
o R53.1
r Berbahasa- o M25.6
bicara . M24.5
. Motorik
(oromotor,
respiromotor,
motorik
kasar,
motorik
halus)
. Personal-
sosial

2. Gangguan fungsi A85- o R26.9


akibat cedera A89 . G31.84
susunan saraf G80 o R47.8
pusat o R20.9
(Ensefalitis, o R29.3
Cerebral Palsgl . z7 4.1
.P92.9
o M25.6
. M24.5
o R53.1
. M62.49
-45-

No. ICD X ICD X Jeuis tlndekau Level


Funcsional KomDetenai
. Lauhan ambulasi dan poiajalan j
r Tcrapi aktiviras kehidupan schari-,
hari
.
1

Tatalaksana gangguan proses bicariri


pirdlr kclainan kt.rnio fasial '

. Tatalaksana gangguan anikuiasi i

o R47.8 . Uji fungsi komunikasi (berbahasa)


e R63.3 . Uji fungsi menelan (interpretasi FES
c82.9 dan flouroskopi)
o G31.84 r Tatalaksana gangguan Bahasa
. R2O.9 o Tatalaksana disfagia
o R53.1 . Penanganan persepsi- kognisi
. Tatalaksana gangguan sensas
somato sensori

. R26_8 Injeksi Botolinum toxin untuk 2


o M25.6 tatalaksana spastisitas
. M24.5
3. Gangguan s14.3 o R26.9 . Asesmen Kedokreran F:sik d.rn 4
Fungsi terkait . G31.84 . Rehabiirtasi liomprehensif
I

cedera susunan o R47.8 r Evaluasi fungsional l

saraf perifer e R20.9 . Evaluasi fungsi otot


(Pleksus o R29.3 . Pemeril<saan fleksibilitas dan Iingkup
i
i

e 274.1 gerak sendi


Brakhialis)
o R26.8 . Uji sensibilitas
o M25.6 . Evaluasi o.tosis
o M24.5 r Lrji motorik ha-lus
o R53.1 . Uji kemampuan fungsional dan
. M62.49 . perawatan
. Elektrodiagnostik
. Latihan terapeutik
. Terapi akri'"itas kehidupan seh.r.ri-
hari
o Terapi modalitas fisik

4. CTEV Q66.0 . R26.9 . Asesmen. Kedokteran Fisik dan I


4
r R29.3 Rehabilirasi Komprehcnsif l

c 274.1 . Evaluasi iungsi otot ]

. R26.8 . Pemeriksaan fleksibilitas dar.r lingkup ]

r M25.6 gerak sendi


. M24.5 . Evaluasi fungsional
o R53.1 . Ev,rluasi ortosis, alas kaki dan alat
o M79.6 bantu jalan
c M62.49 . Latihan ambulasi dan pola -jalan i
. Lalihan terapeutik l

. Terapi modalitas fisik ]

5. Galggual F84.O- o P27.9 3


Neurodevelopme F84.1 o G31.8a
ntal F90.O o R47.8
. o R20.9
Gangguan
fungsi terkait
. R29.3
kasus
o 274.1
o R26.8
Spektrum
o M25.6
autistic r M24.5
. Gangguan . R53_ I
fungsi c P27
terkait kasus
Pemusatar!
perhatian dan
-46-

No, ICD X ICD X Jenis tladakan l,evel


Fungslonal KoEDetelsl
hiperaktilitas

6. Kesulitan makan R.63 o R63.3 Asesmen Kedokteran Fisik dan 3


oP92.9 Rehabilitasi Komprehensif
. R29.3 Evaluasi fungsi oromotor
o R20.9 Uji kontol postur
. R27.9 Uji fungsi integrasi sensori motor
oM7 Tatalaksana kesulitan makan pada
anal<

7. Spina bifrda QOs .274.L . Asesmen Kedokteran Fisik dan


o R26.8 . Rehabi.litasiKomprehensif
o R53.1 r Evaluasi fungsional
. R26.9 . Evaluasi fungsi otot
o M25.6 o Pemeriksaan fleksibilitas dan lingkup
o M24.5 gerak sendi
c R27.9 . Uji sensibilitas
o R29.3 . Uji keseimbangan statis dan dinamis
o N31.9 . Uji kontrol postur
r K59.2 . Uji fungsi berkemih (evaluasi klinis)
o F82 . Uji fungsi defekasi
o Z5O . Evaluasi ortosis
. M62.49 . Uji motorik halus
. Uji fungsi lokomotor
. Uji pola jalan
o Uji dekondisi
. Uji kemampuan fungsional dan
Perawatan
. Uji fungsi kaidiorespirasi
. Latihan terapeutik
o L:.tihan ambulasi dan pola jalan
. Terapi aktivitas kehidupan sehari-hari

N31.9 Uji fungsi berkemih (interpretasi J


urodinamik)
. R26.8 Injeksi BotoLinum toxin untuk 2
r M25 tatalaksana spastisitas
c M62.49
8. Sindrom down I Q90 . R53.1 . Asesmen Kedokteran Fisik dan 3
. R26.8 RehabiLitasi Komprehensif
o M25.6 r Evaluasi fungsional
o M24.5 . Evaluasi fungsi otot
. G31.84 . Pemeriksaan fleksibilitas dan lingkup
. R47.8 gerak sendi
o R20.9 . Uji fungsi kognisi (evaluasi klinis)
c R27.9 . Uji fungsi komunikasi
o R29.3 . Uji fungsi integrasi sensori motor
r R26.9 . Uji keseiEbangan statis dan dinamis
c 274.1 . Uji kontrol postur
e Uji fungsi eksekusi gerak
o Uji motorik ha.lus
. Uji fungsi lokomotor
. Uji pola jala-n
. Uji kemampua.n fungsional dal
perawatan
. Latihan terapeutik
. l,atihan ambulasi dan poLa jalan
. Terapi aktivitas kehidupan sehari-
hari

9. Kelainan Q6s- . R53.1 . Asesmen Kedokteran Fisik dan


kongenital Q79 . R26.8 . RehabititasiKomprehensif
-47-

No. lcD x ICD X Jenls titrdakan L€vel


Funssional Kompetellsl
ekstremitas o M25.6 Evaluasi fungsional
o M24.5 Evaluasi fungsi otot
o R20.9 o Pemeriksaan fleksibilitas dar lingkup
. R27.9 gerak sendi
. R29.3 . Uji sensibilitas
. R26.9 . Uji keseimbangan statis dan dinamis
t 274,1 . Uji kontol postur
. z,50 . Evaluasi ortosis
. Uji motorik halus
. Uji fungsi lokomotor
. Uji pola jalaa
. Uji dekondisi
. Uji kemampuan fungsional dan
perawatan
. Uji fungsi kardiorespirasi
. Latihan terapeutik
o Latihan ambulasi dan pola jalan
o Terapi aktivitas kehidupan sehari-
hari

10. Cangguan M00- o R53.1 Asesmen Kedokteran Fisik dan 3


fungsi akibat M25 o R26.8 Rehabilitasi Komprehensif
kelainan sendi o M25.6 Evaluasi fungsi otot
(JIA) M20- o M24.5 Pemeriksaan fleksibilitas dan lingkup
M25 t R27.9 gerak sendi
. R29.3 Evaluasi fungsional
. R26.9 Evaluasi ortosis, alas kaki dan alat
.274.1 bantu jalan
Latihan ambulasi dan pola jalan
Latihan terapeutik
Terapi modalitas fisik
Terapi aktivitas kehidupan sehari-
hari

11. Gangguan E00- . R53.1 . Asesmen Kedokteran Fisik darr 3


fungsi akibat E90 o R26.8 Rehabilitasi Komprehensif
Kasus Kelainan . M25.6 r Evaluasi fungsional
Metabolik . M24.5 . Uji Fungsi Kognisi
. G3 r.84 . Uji dekondisi
o R20.9 . Iatihan terapeutik
oM7.9 . TeEpi akivitas kehidupan sehari-
o R29.3 hari
. R26.9
c 274.1
.250

Mampu melakukan manajemen KFR pada pasien geriatri yang mengalami


1. Sindroma
geiattic (geriatric
oinfi
. Instabilitas dan M25.3 o R.26.3
Jatuh 0 c 2.74.1
c 2.74.0
o 2.74.8
o 2.56
.2.72.9
c M.79.6
-48-

No, ICD X ICD X Jeals thdaksn Level


I.uugeloDal KouDeteDal
Tatalaksana gangguan seiisasi
sor:ato scnsori
terapi aklivitas kehidupan sehari-hari

. Gangguan F00- .2.74.L . Asesmen Kedokter;rn Fisik d.u1 4


Intelelirtual F09 c 2.74.O Rehabiltasi Komprehensif
(Demensia) o 2.74.8 . Evaluasi fungsional
r R.26.3 . Uji funcsi kognisi (evaluasi kiinis)
t 2.56 . Uji kemampuan fungsional dan
perarvatan
. Latihan Terapeutik
. terapi aktivitas kehidupan sehari-hari

. Ulkus 189 o R.52 Asesmen Kedokteran Fisik dart 4


Dekubitus o M.79.6 Rehabilitasi I(omprehensif
. 2.74.1 Evaluasi fungsional
. 2.74.O Uji Sensibilitas
o 2.56 l-iji dekondisi
UJi Kemampuan fungsional dan
Perarratan
Larihan Terapeutik
terapi aktivitas kehidupan sehari-hari

. Gangguan G47 .O o 2.56 Asesmen Kedokteran Fisik da:r 4


Tidur o 2.74.1 Rehabilitasi I(omprehensif
(lnsomnia) c 2.74.0 Ei;aluasi Iungsional
UJi Kemampuan fungsional dan
Perag'atal
Latihafl Terapeutik
terapi akLiviLas kehidupan sehari-hari l

. Gangguan H90- . 2.56 . Assesment Iiedokteran Fisik dan 4


Pendengaran H95 c 2.72.9 Rehabilitasi Komprehensif
dan H49- o 2.74.1 . Evaluasi Fungsional
Penglihatsn H52 o 2.74.O . Liji fungsi komunikasi
o 2.74.8 . Uji fungsi luhur
. Tatalaksana gangguan Bahasa
. Pen.rnga nan persepsi- kognisi
. Taralaksana gangguan sensasi
somato sensod
. RehabilitasiVokasional
. terapi aktivitas kehidupan sehari-hari

. Inkontinesia R32 o R.52


urin R15 o 2.56
. Inkontinensia o 2.72.9
alvi . z-74-1

. Inanisi E40- . R.26.3


(malnutrisi) Br6 . 2.56
o 2.72.9
.2.74.1
.2.74.O
-49-

No. ICD X ICD X Jells tltrdakaD Level


Fulgslonel KomDetensl
o M.62.5 r LJi seasibiiitas l
. Uii fungsi defekasi l
. i-rji.ekandisi i
. LIii kerlampuar tungsion*l dan l
. Perc,llJtun ,

. Latihan terapeudk i

. lerapi aktivitas kelidupan schzrri-hari;

. Imobfisasi R26.3 .2.74.1 Asesmen Kedokteraa Fisik dan 4


.2.74.0 Rehabititasi Komprehensif
.2.56 Evaiuasi fungsional
. 2.72.9 Evaluasi fungsi otot
Pemedksaan fl eksibilitas dan lingkup
gerak sendi
Uji sensibilitas
Uji fungsi kognisi {evaluasi klinis)
Uji fungsi komunikasi (bicara)
Lji fungsi menelart (evaiuasi klinis
dan BSST)
Uji fungsi integrasi sensod motor
U1i kescimbangan statis ddn dini,rr:is
lrji kontrol postur
Uji fungsi eksckusi gerak
Uji fungsi lokomotor
Uji dekondisi
Uji kemampuan lungsional dan
perawatan
Uji fungsi kardiorespirasi
Latihan rcrapeutik
?erapi aktilitas kehidup.rn
hari
Rehe.billtasi vokasional
o Infeksi A00- . 2.74.L . Asesmen l(edokteran Fisik dan 4
899 . R.26.3 . RehabilitasiKomprehensif
. 2.56 . Evaiuasi fungsional
. 2.72.9 . Evaluasi fungsi otot
c 2.74.0 . Pemeriksaan fleksibilitas dan lingkup
.2.74.8 r gerak sendi
. LJi sensibilitas
. Uji fungsi kognisi ievaiuasi klinisJ
r Uji dekondisi
r Ll-ii kemampuan fungsional dan
. Perarvatan
. Latihan rcrapeutik
. terapi aktiviras kehidupan seharihari

. Depresi F32 o 2.74.1 . Asesmen Kedokteran Fisik dan 4


. R.26.3 Rehabilitasi Komprehensif
. 2.56 . Evaluasi fungsional
c 2.72.9 . L:ji fungsi kognisi (evrlu.rsi kiinisr
c 2.74.O . Uji dekondisi
. Uji kemampuan fungsional dan
pe.arvatan
. Latihan terapeutik
. RehabilitasiVokasional
. terapi akrivitas kehidupan sehari-hari

2. Sindroma 53.81 c 274.1 . Asesmen Kedokteran Fisik dar-r 4


dekondisi . R26.3 Rehabilitasi
.2,56 r Evaluasi fungsional
. 272.9 . Evaluasi fungsi otot
. 2.74.O . Uii Funesi l(ardiorespi
-50-

l{o, ICD X ICD X Jenis tindakan Level


Fungslonal KoEpeteBsl
. z-74-8 . Pemeriksaan fleksibilitas dan lingkup j

ger.rk sendi I

. Uji iurgsi lokomotor l

. Uji fungsi kognisi {evaluasi klinis} l


. Lj'. Iungsi dckondrsi
. Latihan ierapeutik l

. Terapi aktivitas kehidupan sehari-l


ha-ri

3. Abnormal Postur R29.3 o 2.74.1 Asesmen Kedoktelan Fisik dal 4


(I(foskoliotik) o R.26.3 Rehabiiiusi l(omprehensrf
c 2.56 . Evaluasi Iur.rgsi otor
:

.
:

c 2.72.9 Pemedksaan fleksibilitas dan Lingkrip I

o R.52 gerak sendi ]

. M.79.6 . Evaluasi fungsional


. Evaluasi onosis I

. Latihan terapeuLik
. Terapi modalitas fisik I

. Latihan pernapasan I

. terapi aktivitas kehidupan sehari-hari]

4. Osteoporosis M80.0 o 274.1 . Asesmen Iiedokteran Fisik dan ,i


(terkait usia: age . R26.3 Rehabiiita$i Komprehensif
rel@ted . 7.56 . Evaluasi lungsi otot
osteolnrosis tlith o 272.9 . Perneriksaan fleksibilitas dan lingkup
o 2.74.0 gerak sendi
dnrent
patlabglel o 2.74.8 . Evaiuasi fungsional
. M.79.6 . Evaluasi ortosis dan alat bantu jalan
fradrcl . R.52 . Latihan ambulasi dan pola Jalan
. Larihan terapeutik
. Terapi modalitas fisik
. terapi aktivitas kehidupan sehari-had

5. A&te F05 c 274.1 . Asesmen Kedokteran Fisik dan 4


Confisional . R26.3 . Rehabiiitasi iiomprehensif
S[are ( Delidum) . 256 . Evaluasi fungsional
. 272.9 . Uji Fungsi l(ognisi
.2.74.0 r Uji dekondisi
.2.74-8 . Latihan terapeutik
. terapi aktivitas kehidupan seheLri-hari

6. Totol Hip 296.64 .274.L . Asesinen Kedokteran Fisik dan i


4
Replaement .2.74.O . Reha brLitasi I(omprehensif
(Presene of . R26.3 . Er,aluasi fungsi orot
artificial hip.joint) . 716 r Pemedksaan fleksibilitas dan lingklip i

o 272.9 gerak sendi


o M.79.6 . Uji keseimbangan statis dan dinamis
o R.52 Evaluasi fungsional
. M.62.4 . Llji Fungsi liognisi {evaluasi klhis)
. M.25.6 . Latihan ambulasi dan pola jalan
. Latihan terapeu Lik
. terapi aktiEtas kehidupan sehari-hari

7. Degeneratiue M51 o 2.74.1 . Asesrnen Kedokteran Fisik dan 4


o 2.74.O RebabiiitasiKomprehensif
Disc Drlsease
. '.
R.26.3 Evaiuasi fungsi otot
. 2.56 o Perneriksaan fleksibilitas dan lingkup
. 2.72.9 gerak sendi
. M.79.6 Evaluasl iungsionai
. R.52 Evaiuasi ortosis -
Uii Funesi
-51 -

No. ICD X ICD X Jenis tindakan Level


Funssional KompctenEi
. Latihan terapeutik
. Terapi modalitas fisik
o terapi aktivitas kehidupan sehari-hari

8. Spinal Stenosis M48.0 c Zi74.L . Asesmen Iiedokteran Fisik dan l


4
. 2.74.Q Rehabilirasi Komprehensif :

. R26.3 . Evaluasi fungsi otot ]

t 256 . Pcmeriksaan fleksibilitas dan )ingkup


. 272.9 gertrk sendi
. M.79.6 . Evaluasi fungsional
. R.52 . Evaluasi ortosis
. Uji Fungsi l(ognisi (evaluasi klinis)
. Latihan terapeutik
. Terapi modalitas tisik
. terapi aktivitas kehidupan sehari-hari

9.Total Knee 296.65 o 2.74.1 . Asesmen Kedoktelan Fisik dan 4


ArtroplastV t 2.74.0 Rehabilitasi I(omprehensif Evaluasi
(Presene of o R.26.3 fungsi otot
artificial bee . 2.56 . Pemeriksaan fleksibiliras darr Iingkup
joitt) e 272.9 gerak sendi
o M.25.6 r Uii keseimbangan statis dan dinamis
. M.62.4 . Evaluasi fungsional
o Uji Fungsi liognisi (evaluasi klinis)
. Lrltihan ambulasi dan pola jalan
. Larihan terap€utik
. terapi aktivitas kehidupan schari-hari

lO. Fatiqte R53.83 o 274-l Asesmen Kedolderan Fisik dan 3


c 2.74.O Rehabilitasi
o R26.3 Evaluasi fungsional
o 256 Evaluasi fungsi otot
.272.9 Uji Fungsi Ikrdiorespi
Uji fungsi kognisi (evaluasi klinis)
Latihan terapeutik
Latihan Ketahanan Kardiopulmonale
Terapi aktivitas kehidupar sehari-
hari

I l.Perawatan 251.5 t 274.1 Asesrtren Kedokteran Fisik dan 3


Paliatif dan o R26.3 Rehabilitasi
Akhk Kehidupan . 256 Evaluasi fungsional
o 272.9 Evaluasi fungsi otot
o 2.74.0 Uji Fungsi Kardiorespi
. 2.7 4.8 Pemeriksaan fl eksibilitas
gerak sendi
Uji fungsi lokomotor
Uji fungsi kognisi (evaluasi klinis)
Uji fungsi dekondisi
Iatihan terapeutik
Terapi aktivitas kehiduparr sehari-
hari
Prosedur atau tindakan yang
berhubungan dengan kejiwaan

l2.Age- Related R54 .274.1 Asesmen Kedokteran Fisik dan 3


Physical Debility c Z-74-O Rehabilitasi Komprehensif Evaluasi
(Frailty) . R.26.3 fungsi otot
.2.56 Pemeriksaan fleksibilitas dan lingkup
e 2.72.9 gerak sendi
. z-74.8 Uji keseimbangan statis dan dinamis
-52-

}{o. ICD X ICD X JeEls thdakan Level


Fuogsiolral KoEpeteBsi
o Evaluasi fuagsional
. Uji Pungsi Kognisi (evaluasi klinis)
. Latihan terapeutik
r terapi aktivitas kehidupan sehari-hari

13. Muscle M62.5 c 2.74.1 Asesmen Kedokteran Fisik dan


wasting(Sarkope 0 e 2.74.0 Rehabilitasi Komprehensif
nia) o R.26.3 Evaluasi fungsi otot
o 2.56 Pemeriksaan fleksibilitas dan lingkup
. 2.72.9 gerak sendi
.2.74.8 Uji keseimbangan statis dan dinamis
Evaluasi fungsiona.l
Uji Fungsi Kognisi (evaluasi klinis)
Latihan terapeutik
terapi aktivitas kehidupan sehari-hari

IV berbasis masyarakat
membuat program untuk meningkatkan kualitas hidup orang dengan disabilitas

Keterbatasan 273.6 . 2.56 . Terapl edukasi 4


aktivitas e 2.74.8 . Rehabilitasi berbasis keluarga (/aarily
karena disabilitas o 2.74.0 therapy) dan rehabiLitasi berbasis
.2.74.1 masl'arakat
. Terapi okupasi
o RehabiLitasivokasional

e Tingkat kemampuan / kompetensi dibagi menjadi 4, yakni:


1) Tingkat 1: mengetahui dan menjelaskan
2l Tingkat 2: pernah melihat atau pernah didemonstrasikan
3) Tingkat 3: pernah melakukan atau pernah menerapkan di
bawah supervise
4) Tingkat 4: mampu melakukan secara mandiri

I€vel kompetensi 4

L€vel kompetensi 3

Level kompetensi 2
-53-

B. STANDARISI

I Standar isipendidikan dokter spesialis kedokteran lisik dan


rehabilitasi merupakan kriteria minimal tingkat kedalaman dan
keluasan materi pembelajaran yang dijabarkan dalam Standar
Kompetensi Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi yang
mencakup pengetahuan dasar meliputi pengetahuan biomedik dan
klinik terkait dengan kebutuhan pelayanan kedokteran ftsik dan
rehablitasi serta pemahaman dan penerapan ilmu sosial, perilaku
dan etika; keterampilan menajemen kasus rehabilitasi medik atas
dasar kemampuan kognitif, intelektual, dan psikomotor.

2 Kedalaman dan keluasan materi pembelajaran pada Program


Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi juga
ditentukan dengan memanfaatkan hasil penelitian dan pengabdian
masyarakat bidang kedokteran lisik dan rehablitasi yang bersifat
kumulatif, integratif, dan dituangkan pada bahan kajian yang
terstruktur dalam bentuk modul yang dilengkapi dengan buku
acuan, buku panduan mahasiswa, dan buku pegangan staf pendidik.

No Modul SKS

1 Filsafat ilmu pengetahuan & Etika Profesi 1,00


2 Metodologi pene litian 3,00
3. Biostatistik dan komputer statistik 3,00
4 Biologi molekuler 2,OO

Farmakologi klinik 2,OO

6 Epidemiologi klinik dan Euidence Based Medicine 3,00


(EBM)
7. Modul dasar IKFRI 2,50
8 Modul pengantar IKFRI 4,75
9 Modul anatomi, kinesiologi dan fisiologi rehabilitasr 4,00
10. Modul elektrodiagnosis dalam II(FRI 1,5

11. Modul terapi modalitas dalam IKFRI 6,75


L2. Modul latihan terapeutik 6,OO

13. Modul prostetik-orthotik dan alat bantu 5,25


14. Modul terapi remedial 2,75
-54-

15. Modul habilitasi / rehabilitasi anak 14,50


t6. Modul IKFRI Muskuloskeletal 15,50
17. Modul IKFRI Neuromuskuler 15,00
18. Modul IKFRI Kardiorespirasi 10,00

19. Modul IKFRI Geriatri 2

20. Modul IKFRI Spinal Cord Injury 2

21. Modul IKFRI Nyeri (pain) 0 5

22. Modul tatalaksana IKFRI di ruang rawat inap dan 2,OO

rawat intensif
23. Modul tatalaksana IKFRI rawat jalan 2,OO

24. Modul prosedur IKFRI spesialistik dan subspesialistik 4,00


25. Modul Muatan lokal (tergantung pusat pendidikan 1,50
o,25- 1,5 SKS)
Modul IKFRI kanker/perawatan paliatif (0,50)
Modul cedera olahraga (0,50)
Modul RBM (0,50)
Modul IKFRI HIV / AIDS (0,50)
Total tt7

C. STANDAR PROSES

1 Standar proses pendidikan kedokteran merupakan kriteria minimal


tentang pelaksanaan pembelajaran untuk memperoleh capaian hasil
akhir pembelajaran.
2 Standar proses mencakup karakteristik pembelajaran, perenczrnaan'
pelaksanaan proses pembelajaran dan beban belajar mahasiswa.
J Karakteristik proses pembelajaran adalah interaktif, holistik,
integratif, saintifik, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif' dan
berpusat pada mahasiswa serta dilaksanakan di Fakultas, Rumah
Sakit Pendidikan, wahana pendidikan, dan/ atau masyarakat.
4 Proses pendidikan kedokteran dilaksanakan dengan strategi
pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa, berdasarkan masalah
kesehatan perorangan dan masyarakat serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, terintegrasi secara horizontal dan
vertikal, etektif, serta terstruktur dan sistematik.
-55-

5 Proses pendidikan profesi dilakukan berbasis praktik yang


komprehensif dan terintegrasi dengan akademik, melibatkan
mahasiswa pada kegiatan pelayanan kesehatan di bawah supervisi.
6 Pelaksanaan proses pembelajaran berlangsung dalam bentuk
interaksi antara dosen, mahasiswa, pasien, masyarakat dan sumber
betajar lainnya dalam lingkungan belajar tertentu sesuai kurikulum.
7 Proses pendidikan kedokteran harus memperhatikan keselamatan
pasien, masyarakat, mahasiswa dan dosen.
8 Beban belqjar mahasiswa dan capaian pembelajaran lulusan pada
proses pendidikan kedokteran dinyatakan dalam besaran satuan
kredit semester (sks) yang mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan Tinggi.
9 Froses pendidikan dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi
meliputi:
a. Pendidikan yang sistematik dengan komponen umum dan
khusus yang jelas dari seluruh kegiatan pendidikan'
b. Pendidikan yang berkesinambungan, terdiri dari pendidikan
dokter spesialis KFR (seconl professional degreel sebagai
lanjutan pendidikan dokter yang dapat dilanjutlan ke
pendidikan doktor dan pendidikan dokter sub
spesialis/konsultan kedokteran fisik dan rehabilitasi.
c. Pendidikan yang merupakan perpaduan pendidikan akademik
dan keprofesian, yang bertujuan untuk mencapai kemampuan
dan keterampilan keprofesian yang didukung oleh dasar
akademik yang kuat.
d. Pencapaian kompetensi setiap individu Peserta didik melalui
kegiatan yang dialami sendiri secara terus menerus di bawah
pengawasan supervisor.
e. Strategi proses pembelajaran, supervisi dan evaluasi disusun
secara sekuensial dan berjenjang melalui berbagai tahapan.
Setiap tahapan merupakan prasyarat yang harus dicapai lebih
dahulu untuk dapat mengikuti tahapan berikutnya.
f. Proses kegiatan pelatihan keprofesian yang dilaksanakan secara
komprehensif (integrated teachingl dengan cara pengelompokan
berbagai subdisiplin ke dalam setiap modul' Setiap kemampuan
akademik dan keprofesian serta setiap tugas dalam proses
-56-

pembelajaran diatur dalam sistem matriks sehingga jenis,


distribusi dan variasi kegiatan untuk setiap peserta sama.
10. Kegiatan pendidikan atau pembelajaran dibagi dalam tiga tahap,
yaitu:
a. Sistem rekrutmen peserta didik baru mencakup kebijakan
rekrutmen calon peserta didik baru, kriteria seleksi peserta
didik baru, sistem pengambilan keputusan, dan prosedur
penerimaan peserta didik baru, sesuai kebijakan institusi
masing - masing.
b. Proses pembelajaran, monitoring, dan evaluasi berpedoman
pada standar pendidikan dan standar kompetensi. lama
pendidikan minimd 8 (delapan) semester dan maksimal 12 (dua
belas) semester. Cara monitoring dan evaluasi diserahkan
kepada masing - masing institusi.
c, Kriteria lulusan yang dipersyaratkan harus memenuhi standar
kurikulum dengan telah menempuh minimal 8 (delapan)
semester, memenuhi minimal 118 (seratus delapan belas) SKS,
dan mengikuti ujian institusi dengan IPK minimal 2,75 (dua
koma tujuh lima). Peserta didik yang telah lulus ujian institusi
wajib mengikuti uji kompetensi yang diadakan oleh Kolegium,
dan lulus dengan IPK minimal 2,75 (dua koma tujuh lima).
11. Metode Pembelajaran
Metode yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar adalah
sebagai berikut:
a. Kegiatan magang di Rumah Sakit Pendidikan (rawat jalan dan
rawat inap)
b. Aktivitas pendidikan terstruktur seperti:
1) Referat;
2l Telaahjurnal;
3) Pembahasan kasus;
4l l,aporan kasus (laporan kasus emergensi, assessment
kasus elektif); dan
5) Visite besar.
c. Presentasi itrniah di luar institusi pendidikan (dalarn dan luar
negeri)
d, Mengikuti pertemuan-pertemuan ilmiah Kedokteran Fisik dan
Rehablitasi nasional maupun internasional
-57-

e. Kegiatan belajar-mengajar (bimbingan mahasiswa, perawat, dan


lainJain).
12. Bimbingan dan Konseling
Pembinaan terhadap mahasiswa yang bermasalah, baik akademik
maupun non-akademik dilakukan oleh dosen konselor yang
tergabung dalam Tim Bimbingan dan Konseling Program Pendidikan
Doliter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Dosen konselor
ditetapkan oleh rapat Program Studi yang dipimpin oleh Ketua
Program Studi.

T\rgas dari Tim Bimbingan dan Konseling adalah:


a. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi mahasiswa prodi
kedokteran fisik dan rehablitasi baik masalah akademik
ataupun non akademik serta mencari solusinya.
b. Memonitor sikap perilaku mahasiswa prodi kedokteran fisik dan
rehablitasi selama pendidikan, terutama mahasiswa yang
bermasalah.
c. Memberi masukan kepada Ketua Program Studi atas hasil
evaluasi sefiap mahasiswa prodi kedokteran fisik dan rehablitasi
yang bermasalah.
d. Membuat catatan tentang sikap, tipe kepribadian, tingkat
kecerdasan dan kemampuan dan disiplin setiap mahasiswa
prodi kedokteran lisik dan rehablitasi.
e. MemperLimbangkan pemeriksaan psikologis untuk mengetahui
kemampuan akademik atau mengidentifikasi masalah non
akademik dari mahasiswa yang bersangkutan.
f. Mempertimbangkan untuk rujukan kepada tenaga profesional
(dokter, psikolog, psikiater, ulama, dsb).

13. Kondisi Kerja Mahasiswa


a. Mahasiswa prodi kedokteran fisik dan rehablitasi memperoleh
pendidikan di Rumah Sakit Pendidikan serta Rumah Sakit
Jejaring Pendidikan yang mempunyai pelayanan komprehensif
dan memberi peluang untuk terlaksananya pelatihan
keprofesian dan sekaligus pendidikan akademik dalam kurun
waktu yang sesuai dengan ketetapan sebagaimana tercantum
dalam kurikulum.
-58-

b Beban tugas mahasiswa prodi kedokteran fisik dan rehablitasi


tercantum secara terstruktur dengan jelas dalam kurikulum
dan buku panduan pendidikan yang dibuat oleh Institusi
Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi.
Dalam buku panduan tersebut tercakup pula penjabaran secara
rinci tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab mahasiswa
prodi kedokteran lisik dan rehablitasi.
C Upaya pelayanan kesehatan komprehensif di Rumah Sakit
Pendidikan untuk mahasiswa prodi Kedokteran fisik dan
rehablitasi harus disesuaikan dengan kurikulum dan panduan
pendidikan dokter spesialis kedokteran frsik dan rehabilitasi.

14. Perwakilan Mahasiswa


a. Mahasiswa prodi kedokterak fisik dan rehabilitasi membentuk
organisasi untuk membantu kelancaran proses pendidikan.
b. Perwakilan organisasi mahasiswa memberikan umpan balik
secara layak kepada Ketua Program Studi dalam hal
perancangan, pengelolaan dan evaluasi kurikulum atau hal lain
yang relevan dengan kepentingan pendidikan.
c. Mahasiswa berkewajiban membantu dan memfasilitasi aktifitas
dari organisasi mahasiswa.

15. Pengembangan Dosen


a. Rektor dan dekan fakultas kedokteran menetapkan kebijakan
dalam sistem penempatan dan promosi dosen berdasarkarl
kemampuan menjadi fasilitator, meneliti dan prestasi akademik
serta membantu menjalankan tugas pelayanan.
b. Dalam pemberian tugas pendidikan dipertimbangkan pula
keseimbangan antara dosen dan mahasiswa sehingga proses
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.
c. Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi mempunyai program pengembangan dan
penghargaan terhadap staf akademik maupun staf lain.
d. Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi menentukan hak dan tanggung jawab dosen yang
bekerja di Rumah Sakit Pendidikan Utama atau di sarana
jejaring pendidikan dan pelayanan kesehatan lainnya yang
-59-

dipergunakan untuk pelaksanaan pendidikan dokter spesialis


kedokteran fisik dan rehabilitasi.

16. Pertukaran Mahasiswa


a. Rektor dan dekan fakultas kedokteran menetapkan kebijakan
dalam sistem penempatan dan promosi Dosen berdasarkan
kemampuan menjadi fasilitator, meneliti dan prestasi akademik
serta membantu menjalankan tugas pelayanan.
b. Dalam pemberian tugas pendidikan dipertimbangkan pula
keseimbangan antara dosen dan mahasiswa sehingga proses
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.
c. Institusi Pendidikan
Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi mempunyai program pengembangan dan
penghargaan terhadap staf akademik maupun staf lain.
b. Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi menentukan hak dan tanggung jawab dosen yang
bekerja Rumah Sakit Pendidikan Utama atau di sarana
di
jejaring pendidikan dan pelayanan kesehatan lainnya yang
dipergunakan untuk pelaksanaan pendidikan dokter spesialis
kedokteran frsik dan rehabilitasi.

17. Pertukaran Mahasiswa


a. Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi mempunyai kebijalan dalam kerja sama dengan
institusi pendidikan lain dalam rangka memenuhi kelengkapan
proses pendidikan termasuk pertukaran staf dan mahasiswa.
b. Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi harus pula menciptakan peluang pertukaran
mahasiswa prodi kedokteran fisik dan rehablitasi secara
nasional, regional atau internasional dalam upaya tercapainya
visi, misi dan tujuan pendidikan.

18. Penggunaan Fasilitas Pendidikan


a. Rumah Sakit Pendidikan yang dipergunakan untuk pelatihan
keprofesian harus sudah terakreditasi Rumah Sakit Kelas A dan
B sesuai dengan standar Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Rumah Sakit Jejaring Pendidikan yang telah
-60-

terakreditasi dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan


pelatihan keprofesian spesialis kedokteran fisik dan rehablitasi.
b Fasilitas frsik Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi harus memenuhi syarat akreditasi yang
ditentukan Kolegium Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehablitasi
Indonesia dan dilakukan oleh Badan/Tim Akreditasi sesuai
ketentuan yang berlaku.
Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi harus selalu mengevaluasi diri secara berkala dan
selalu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan
pengembangan pendidikan kedokteran Iisik dan rehabilitasi.

D. STANDAR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN

1 Rumah sakit pendidikan merupakan rumah sakit yang mempunyai


fungsi sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan pelayanan
kesehatan secara terpadu dalam bidang Pendidikan Kedokteran,
pendidikan berkelanjutan, dan pendidikan kesehatan lainnya
secara multiprofesi. Rumah sakit harus memenuhi persyaratan dan
standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
untuk mendapatkan penetapan sebagai rumah sakit pendidikan
oleh Menteri Kesehatan.
a Jenis dan kriteria Rumah Sakit Pendidikan adalah :

a. Rumah Sakit Pendidikan Utama


Rumah Sakit Pendidikan Utama untuk penyelenggaraan
pendidikan profesi dokter spesialis kedokteran ftsik dan
rehabilitasi adalah Rumah Sakit Umum untuk memenuhi
seluruh atau sebagian besar kurikulum dalam mencapai
kompetensi dengan kriteria:
1) Klasifikasi A
2l Terakreditasi tingkat tertinggi nasional dan internasional
3) Memiliki dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi
konsultan paling sedikit f (satu) dari 5 (lima) divisi (dari 8
peminatan subdisiplin) :
a) Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Anak;
b) Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Muskuloskeletal;
-61 -

c) Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Neuromuskular;


d) Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Kardiorespirasi;
e) Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Geriatri;
f) Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Sprnal Cord Injury;
C) Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Nyeri (Pain); dan
h) Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Cedera Olahraga.

b Rumah Sakit Pendidikan Aliliasi


Rumah Sakit Pendidikan Afiliasi untuk penyelenggaraan
pendidikan profesi dokter spesialis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi adalah Rumah Sakit Khusus atau Rumah Sakit
Umum dengan unggulan untuk memenuhi kurikulum dalam
mencapai kompetensi
l) KlasifikasiA
2l terakreditasi tingkat tertinggi nasional dan internasional
3) memiliki dokter spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
paling sedikit 2 (dua) orang

c Rumah Sakit Pendidikan Satelit


Rumah Sakit Pendidikan Satelit untuk penyelenggaraan
pendidikan profesi dokter spesialis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi adalah Rumah Sakit Umum untuk memenuhi
sebagian kurikulum dalam mencapai kompetensi.
1) Minimal klasffikasi B
2l terakreditasi tingkat tertinggi nasional dan internasional
3) memiliki dokter spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
paling sedikit 1 (satu) orang

3 Fakultas kedokteran dapat bekerja sama dengan paling banyak 2


(dua) rumah sakit sebagai Rumah Sakit Pendidikan Utama.
4 Dalam rangka melaksanakan pelayanan kesehatan untuk
pencapaian kompetensi, Rumah Sakit Pendidikan Utama dapat
membentuk jejaring Rumah Sakit Pendidikan terdiri atas Rumah
Sakit Pendidikan Afiliasi, Rumah Sakit Pendidikan Satelit, dan/atau
fasilitas pelayanan kesehatan lain (wahana pendidikan kedokteran).
Rumah Sakit Pendidikan Utama harus melakukan koordinasi, kerja
-62-

sama, dan pembinaan terhadap jejaring Rumah Sakit Pendidikan


sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
5 Rumah Sakit Pendidikan yang dimaksud telah memiliki:
a. Visi, misi, dan komitmen/motto rumah sakit yang
mengutamakan pelayanan, pendidikan, dan penelitian;
b. Keterpaduan manajemen dan administrasi untuk pelayanan dan
pendidikan;
c. Sumber daya manusia yang mampu mengelola pelayanan bagi
pasien Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi sekaligus dapat
memberikan pelatihan dan pengalaman klinis bagi PPDS;
d. Sarana penunjang pendidikan yang mencukupi untuk
memberikan pengetahuan akademik sesuai dengan kurikulum
pendidikan; dan
e. Perancangan yang memenuhi persyaratan untuk pelaksalaan
pendidikanklinik yang berkualitas dalam upaya memberikan
kompetensi bagi PPDS.
6 Rumah Sakit Pendidikan Utama tempat pendidikan dan pelatihan
PPDS Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi harus melakukan koordinasi
yang baik serta pembinaan terhadap wahana pendidikan yang ada di
dalam rumah sakit tersebut sehingga dapat menunjang
berlangsungnya pendidikan sebagaimana mestinya.
7 Rumah Sakit Pendidikan Utama Program Studi Ilmu Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi memiliki kerja sama dengan Rumah Sakit
Jejaring Pendidikan yang dituangkan dalam Nota Kesepahaman yang
ditandatangani oleh pimpinan Rumah Sakit Pendidikan Utama,
Dekan Fakultas Kedokteran, dan pimpinan Rumah Sakit jejaring
pendidikan.
8 Pusat Pendidikan Dokter Spesialis IKFRI tersebut telah diakreditasi
oleh Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI) berdasarkan
usulan Kolegium IKFRI dan ditetapkan oleh Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

E. STANDARWAHANAPENDIDIKANKEDOKTERAN

Wahana pendidikan kedokteran merupakan fasilitas pelayanan


kesehatan selain rumah sakit pendidikan yang digunakan sebagai
-63

tempat penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran. Wahana pendidikan


kedokteran dapat berupa pusat kesehatan masyarakat, laboratorium,
klinik, dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang memenuhi
persyaratan proses pendidikan dan standar serta ditetapkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan. Standar wahana
pendidikan dapat dipenuhi apabila terdapat kebutuhan pada program
pendidikan profesi dokter spesialis kedokteran frsik dan rehabilitasi

F. STANDAR DOSEN

1. Standar dosen merupakan kriteria minimal tentang kualifikasi dan


kompetensi dosen untuk menyelenggarakan Pendidikan dalam
rangka pemenuhan capaian pembelajaran lulusan. Dosen wajib
memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan menyelenggarakan
pendidikan.
2. Dosen Frogram Pendidikan Kedolrteran Fisik dan Rehabilitasi
mempunyai tugas utama mentransformasi, mengembangkan, dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan/ atau
keterampilan klinis kedokteran fisik dan rehabilitasi melalui
pendidikan, penelitian,pelayanan dan pengabdian kepada
masyarakat.
3. Dosen program pendidikan profesi dokter spesialis Kedokteran Fisik
dan Rehabilitasi dapat berasal dari perguruan tinggi, rumah sakit
pendidikan, dan/ atau wahana pendidikan kedokteran. Dosen harus
memenuhi kriteria minimal sesuai dengan Standar Nasional
Pendidikan Tinggr.
4. Dosen di rumah sakit pendidikan harus memenuhi kriteria selain
kriteria minimal pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi, yaitu
a. berkualifikasi akademik lulusan dokter subspesialis, doktor
yang relevan dengan progr:am studi, atau lulusan dokter
spesialis dengan pengalaman kerja paling sedikit 5 (lima) tahun
dan berkualifrkasi setara dengan jenjang 9 (sembilan) KKNI
serta wajib dibuktikan dengan tjazah, ser[ifikat pendidik
dan/ atau sertilikat profesi;
-64

b. telah teregistrasi sebagai dosen sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan ;

c. memiliki rekomendasi dari pemimpin rumah sakit pendidikan;


dan
d. memiliki rekomendasi dari dekan fakultas kedokteran.
5. Dosen di wahana pendidikan harus memenuhi kriteria selain kriteria
minimal pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi, yaitu:
a. dokter subspesialis, atau dosen dari bidang ilmu lain yang
memenuhi jenjang KKNI 9 (sembilan);
b. memiliki rekomendasi dari pemimpin wahana pendidikan
kedokteran; dan
c. memiliki rekomendasi dari dekan fakultas kedokteran.
6. Dosen di wahana pendidikan dapat berasal dari perguruan tinggi dan
rumah sakit pendidikan utama sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang - undangan.
Fakultas kedokteran melatih dosen yang berasal dari rumah sakit
pendidikan dan/atau wahana pendidikan kedokteran untuk
menjamin tercapainya kompetensi sesuai dengan standar
kompetensi dokter
7. Dosen warga negara asing pada pendidikan profesi dokter spesialis
kedokteran frsik dan rehabilitasi yang berasal dari perguruan tinggi,
rumah sakit pendidikan, dan/atau wahana pendidikan kedokteran
dari negara tain harus mengikuti ketentuan peraturan Penrndang-
undangan.
8. Jumlah tenaga pengajar minimal menggunakan rumus 1:3 (satu
banding tiga) yaitu 1 (satu) tenaga pengajar dokter spesialis: untuk 3
(tiga) peserta didik.
9. Kegiatan Dosen meliputi :

a. Unsur utama: pelaksanaan pendidikan, pelayanan spesialistik,


dan penelitian di bidang kedokteran frsik dan rehabilitasi serta
pengabdian masyarakat.
b. Unsur penunjang: peserta, pengajar atau pelatih dalam
seminar/lokakarya di bidang pelayanan kesehatan;
10. Penggolongan Dosen
a. Pembimbing adalah staf pengajar yang melaksanakan
pengawasan dan bimbingan terutama dalam keterampilan tetapi
tidak diberikan tanggung jawab untuk peningkatan bidang
-65-

ilmiah (kognitif). Pembimbing adalah dokter spesialis kedokteran


fisik dan rehabilitasi dengan pengalaman kerja kurang dari 3
(tiga) tahun di Rumah Sakit Pendidikan Utama dan kurang dari
5 (lima) tahun di Rumah Sakit Jejadng.
b Pendidik adalah staf pengajar yang berkemampuan dalam
tugasnya sebagai Pembimbing yang selain mempunyai tugas
sebagai pembimbing, bertanggung jawab atas peningkatan
bidang ilmiah (kognitif). Pendidik adalah dokler spesialis
kedokteran fisik dan rehabilitasi yang telah bekerja sebagai
pembimbing minimal 3 (tiga) tahun baik di Rumah Sakit
Pendidikan Utama maupun Rumah Sakit Jejaring.
c Penilai adalah staf pengajar yang selain mempunyai tugas
sebagai pendidik juga diberi wewenang untuk menilai
mahasiswa, Penilai adalah dokter spesialis kedokteran lisik dan
rehablitasi yang telah bekerja sebagai pendidik minimal 3 (tiga)
tahun baik di Rumah Sakit Pendidikan Utama maupun Rumah
Sakit Jejaring.
d Pembimbing Penelitian adalah Dokter Spesialis KFR di Rumah
Sakit Pendidikan Utama dan jejaring yang kompeten di
bidangrrya dan diberi wewenang oleh Ketua Program Studi
untuk membimbing penelitian.
Kualihkasi:
1) Dokter Spesialis KFR konsultan atau Doktor dari Rumah
Sakit Pendidikan Utama dan Jejaring yang kompeten dan
berpengalaman di bidangnya dan memiliki sertifikat Good
Clinical Practie (GCPI.
2l Dokter Spesialis lain atau tenaga ahli di bidangnya yang
mempunyai keahlian dan kepakaran dalam suatu cabang
ilrnu tertentu yang terkait, dan dinilai tepat oleh Ketua
Program Studi yang berwenang serta memiliki sertifikat
GCP.
e Status Pembimbing, Pendidik dan Penilai ditetapkan dalam
rapat dosen yang dipimpin oleh Ketua Program Studi sesuai
dengan ketentuan institusi.
f. Kebijakan Penerimaan Dosen :

Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan


Rehabilitasi mempunyai sistim dan kebijakan jelas dan
-66-

transparan dalam melakukan penerimaan Dosen dengan


mempertimbangkan kualifrkasi, tanggung jawab, dan
kebutuhan serta rasio Dosen terhadap mahasiswa
11. Penilaian calon staf pendidik meliputi :
a. Kemampuan akademik;
b. Kemampuan umrun (umur, bahasa Inggris, komputer dan lain-
lain);
c. Keterampilan
d. Sikap, perilaku, dan kerja sama;
e. Pengembangan diri/pendidikan tambahan; dan
f. Tes Psikologi.
12. Tata laksana penerimaan
Setiap Prodi IKFRI memiliki sistim dan kebijakan yang jelas dan
transparan dalam melakukan penerimaan staf. Penerimaan staf
mempertimbangkan rasio staf pengajar dan peserta didik, kualifikasi,
dan tanggung jawab. Tata cara penerimaan diserahkan pada
kebijakan masing-masing Institusi.
13. Kebijakan Pengembangan Dosen
Setiap Universitas dan Prodi IKFRI menetapkan kebijakan dalam
sistim penempatan dan promosi staf berdasarkan kemampuan
mengajar, meneliti, dan menjalankan tugas pelayanan serta prestasi
akademik. Dalam pemberian tugas pendidikan dipertimbangkan pula
rasio antara staf pendidik dan peserta didik sehingga proses belajar
mengajar dapat berlangsung efektif.

G. STANDARTENAGAKEPENDIDIKAN

1 Prodi memiliki sejumlah tenaga kependidikan, terdiri dari tenaga


administrasi dan pustakawan.
2 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi memiliki pedoman tertulis tentang sistem
pengembangan (perencanaan, seleksi, penerimaan, penempatan,
pengembangan karir, penghargaan dan renumerasi, sanki dan
mekanisme pemberhentian) staf kependidikan pada unit pengelola
program studi yang dilaksanakan secara konsisten dengan
melibatkan PPDS Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi disertai
-67 -

pendokumentasian yang baik. Institusi Pendidikan Dokter Spesialis


Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi harus memiliki sistem penilaian
kinerja staf kependidikan dan manajemen secara berkala, minimal
sekali dalam setahun dengan melibatkan PPDS Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi.
J Hasil penilaian kine{a digunakan sebagai umpErn balik dalam
peningkatan kualitas staf kependidikan dan manajemen.
4 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik Dan
Rehabilitasi memiliki kebijakan tentang pelatihan/kursus staf
kependidikan sesuai dengan bidang masing-masing yang
direncanakan dengan baik dan dilaksanakan secara konsisten.

H. STANDAR PENERIMAAN CALON MAHASISWA

1 Walfil Penerimaan
Penerimaan PPDS baru dilakukan dua kali per tahun.
2 Bentuk ujian seleksi mahasiswa baru :

a. Ujian tulis;
b. Psikomotor (OSCE);
c. Psikotest dan MMPI'
d. Wawancara;
e. TPA; dan
f. TOEFL.
Persyaratan peserta program
a. Persyaratanakademik
Syarat wajib (keharusan)
1) Memiliki ijazah dokter dan STR dokter;
2l Mampu berbahasa Inggris: TOEFL > 500 (lima ratusl Qtaper
basedtcsfl;
3) Lulus seleksi masuk (qiian tulis dan/atau ujian lisan,
wawancara, psikotes);
4l Usia < 35 (tiga puluh lima) tahun, perluasan < 4O (empat
puluh) tahun;
5) IPK> 2,75 (dua koma tujuh lima);
6) Memiliki Rekomendasi dari IDI;
-68-

7l Memiliki pengalaman kerja klinis sebagai Dokter Umum di


Rumah Sakit/Puskesmas/klinik > 1 (satu) tahun (diluar
intemshipl yang dibuktikan dengan SIP Dolrter Umum yang
diterbitkan minimal I (satu) tahun sebelumnya;
8) Memiliki STR yang masih aktif; dan
9) Peserta hanya boleh melamar 2 (dua) kali pada prodi yang
sama.
b. Persyaratankesehatan
Lulus pemeriksaan kesehatan dari institusi yang ditunjuk
c. Persyaratanadministrative
1) Memenuhi persyaratan administratif yang ditentukan
oleh Fakultas Kedokteran terkait; dan
2l Membayar biaya Pendidikan.
d. Persyaratanpendaftaran
1) Mengisi formulir pendaftaran program pendidikan dokter
spesialis; dan
2l Melengkapi formulir pendaftaran sesuai persyaratan
institusi masing-masing.
4 Alur dan proses seleksi
a. Calon PPDS dari Pegawai Negeri Departemen Kesehatan dan
TNI/ POLRI pendaftaran melalui Sekretaris Jenderal Departemen
Kesehatan.
b. Calon PPDS dari swasta, perorangan dan departemen lain dapat
mendaftar langsung.
c. Di tingkat Fakultas Kedokteran (melalui Tim Koordinasi
Penyelenggara Program Pendidikan Dokter Spesialis)
d. Di Tingkat Pusat Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik
dan Rehabilitasi (melalui Panitia Penerimaan Calon PPDS-KFR).
5 Di tingkat Fakultas Kedokteran ( Ketua TKP PPDS I FK )

a. Diselenggarakan oleh Fakultas secara terpusat mengenai:


1) Keabsahan persyaratan akademik dan administrative;
2l Penyelenggaraan tes kesehatan;
3) Penyelenggaraan tes psikologri dan
4l Penyelenggaraan tes bahasa Inggris dan lain-lain di tingkat
PPDS KFR;
b. Diselenggarakan oleh Panitia Seleksi masuk calon PPDS KFR,
mengenai:
-69-

1) tulis (MCQ dan esei). Untuk menilai


Penyelenggaraan ujian
pengetahuan kedokteran umum dan wawasan mengenai
KFR (bukurujukan antara ldn White Book KFR).
2l PenyelenggaraErn wawancara dengan bahasa Indonesia.
3) Untuk mengetahui dan menilai:
a) Kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan
benar;
b) Kemampuan/ kompetensi kedokteran umum dan
ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi;
c) Penampilan/perilakuprofesional;
d) Motivasi, pandangan dan sikap terhadap bidang ilmu
kedokteran frsik dan rehabilitasi;
e) Pengalamanpendidikan;
f) Pengalaman ke{a;
d Pengalamanpenelitian;
h) Pengalaman dan upaya mengembangkan ilmunya;
i) Keadaan/ kesiapan keluarga selama proses
pendidikan; dan
j) Keadaan / kesiapan ekonomi selama proses
pendidikan.
4l Penyelenggaraan wawancara dengan bahasa Inggris, untuk
menilai secara langsung kemampuan berbahasa Inggris
Ujian OSCE untuk menilai kemampuan psikomotor
6 Keputusan penerimaan peserta
a. Keputusan penerimaan peserta;
b. Keputusan penerimaan di tingkat PPDS KFR FK oleh Panitia
Seleksi Masuk Calon PPDS; dan
c. Hasil seleksi akhir dilaporkan kepada Fakultas untuk
diteruskan kepada calon peserta progrErm.
7 Pendaftaran Ulang
Bagi peserta yang diterima diharuskan:
a. Mendaftar ulang sesuai prosedur dan jadwal yang telah
ditentukan;
b. Menyelesaikan persyaratan administrative; dan
c. Membayar biaya pendidikan.
-70-

8 Kuota Penerimaan Mahasiswa Baru


Kuota memperhatikan rasio peserta didik yang ideal yaitu 3:1 (tiga
banding satu).

I. STANDAR SARANA DAN PRASARANA

1 Standar sarana dan prasarana pembelajaran Program Pendidikan


Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi merupakan
kriteria minimal tentang sarana dan prasarana sesuai dengan
kebutuhan isi dan proses pembelajaran dalam rangka pemenuhan
capaian pembelajaran lulusan pendidikan spesialis kedokteran fisik
dan rehabilitasi.
2 Rumah Sakit Pendidikan yang dipergunakan untuk pelatihan
keprofesian kedokteran lisik dan rehabilitasi adalah rumah sakit
terakreditasi A dan Rumah Sakit Jejaring Pendidikan adalah rumah
sakit minimal terakreditasi B menurut standar Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
3 Fasilitas frsik Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik
dan Rehabilitasi di Rumah Sakit Pendidikan harus memenuhi syarat
akreditasi yang ditentukan Kolegium Ilmu Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi Indonesia dan Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan
Tinggi Kesehatan (LAMPT-Kes).
4 Prasarana pembelajaran Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi terdiri dari ruang pembelajaran
(ruang konferensi), ruang diskusi, ruang perpustakaan, ruang skill-
lab, dan ruang PPDS.
5 Sarana pembelajaran Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi terdiri atas sistim informasi
Rumah Sakit, teknologi informasi, sistem dokumentasi, audiovisual,
buku teks, buku elektronik, repositori, peralatan pendidikan,
peralatan laboratorium keterampilan, media pendidikan dan kasus
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi sesuai dengan materi
pembelajaran.
6 Fasilitas Pendidikan
Rumah sakit yang dipergunakan untuk pendidikan dokter spesialis
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi harus sudah terakreditasi oleh
-7t-

Kolegium Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia bersama-sama


dengan KPS Institusi Pendidikan yang berkoordinasi dengan Majelis
Kolegium Kedokteran Indonesia.

Adapun fasilitas minimal yang harus disediakan oleh rumah sakit


pendidikan, yaitu:
a. Sarana Pelayanan KFR Rawat Jalan
Umum (peralatan dasar) :

1) Ruang periksa minimal sebanyak 3 (tiga) buah, dengan


ukuran minimal 3,5 x4 m dengan pintu yang minimal
dapat dilalui oleh kursi roda dan bed pasien.
a) Ruang periksa minimal sebanyak 3 (tiga) buah, dengan
ukuran minimal 3,5 x 4 m dengan pintu yang minimal
dapat dilalui oleh kursi roda dan bed pasien.
b) Meja periksa minimal 3 (tiga) buah beserta kursi
c) Stetoskop, tensimeter, goniometer, palu refleks, lampu
senter, meteran, timbangan dan pengukur tinggi
badan, timbangan bayi, spatula lidah, garpu tala,
jarum, kapas, peta dermatom, peta miotom, light cose
yang dapat memuat 4 (empat) foto rontgen besar,
plumb line, uater pas, masing-masing sebanyak 3
(tiga) buah.
2) Khusus Diagnostik :

a) Alat elektrodiagnostik (EMG);


b) Pedoskop;
c) Spirometer;
d) Treadmill;
e) Skoliometer;
0 Gait analyznr;
C) Tes fungsi luhur;
h) Hand dynamometer;
i) Pulse oximetry;
j) USG Muskuloskeletal; dan
k) Ergocycle.
3) ECG monitor
a) UltrasoundDiathermy;
b) ShortwaveDiathermy;
-72-

c) MicrowaveDiathermy;
d) Infrared;
e) Paraflin Bath;
f) Hot pack dan Cold pack;
d Cryotherapy;
h) l,aser Therapy;
i) UltravioletTherapy;
j) TranscutaneusElectricalNerve Stimulation;
k) Interferential;
l) Neuro Muscular Electrical Stimulation;
m) Hydrotherapy;
n) Alat-alat terapi latihan;
o) Alat Traksi;
p) Nebulizer jet;
q) Nebulizerultrasound;
r) Biofeedback;
s) Vacuum Compression;
t) Pneumomassage;
u) Peak flow meter;
v) Incentivespirometer;
w) NKTable;
x) Traksi; dan
y) EswT/RSwT.
4l Alat Peraga / Skill lab
a) Alat-alat Ortotik Prostetik;
b) Peraga anatomi tubuh;
c) Alat bantu mobilitas dan aktifrtas; dan
d) Dummg l:utttt bahu dan siku.
b Sarana Pelayanan KFR Rawat Inap
1) Minimal 6 (enam) tempat tidur; dan
2l G5rmnasium dengan peralatan yang sesuai.
c Prasarana Pendidikan Pelengkap

Prasarana pernbelajaran pendidikan profesi kedokteran paling sedikit


terdiri atas:
1. Lahan
Lahan harus berada dalam lingkungan yang nyaman dan
-73-

sehat, serta membangun suasana akademik untuk menunjang


proses pembelajaran sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2 Bangunan
Bangunan memiliki kriteria:
a. standar kualitas kelas A atau setara dan memenuhi
persyaratan berdasarkan peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang peke{aan
umum;
b. memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan,
dan keamanan;
c. instalasi listrik dan air yang memadai;
d. pengelolaan limbah domestik dan limbah khusus sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bangunan paling sedikit terdiri atas:


a. ruang kuliah;
b. ruang tutorial atau ruang diskusi kelompok kecil;
c. ruang jaga mahasiswa;
d. ruang praktikum atau laboratorium;
e. rrang keterampilan klinis;
f. ruang komputer;
g. ruang dosen;
h. ruang pengelola pendidikan;
i. perpustakaan;
j. penunjangkegiatankemahasiswaan.

Prasarana pendidikan lengkap sesuai dengan yang disyaratkan


dalam akreditasi Pusat Pendidikan KFR:
a. Ruang pertemuan ber AC dengan kapasitas untuk minimal 40
(empat puluh) orang dan perlengkapan audiovisual minimal
LCD proyektor, OHP, komputer, laser pointer, white board,
kamera video, kamera digital, televisi, video plager.
b. Ruang residen ber-AC dengan perlengkapan kornputer dan
printer, sarErna internet, kursi, meja, Iocker.
c. Ruang perpustakaan ber-AC lengkap dengan almari, kursi dan
meja, dengan buku ajar dan majalah ilmiah wajib.
-74-

d. Ruang KPS dan ruang stafber-AC.


e. Ruang Administrasi.
f. Alat komunikasi: telepon, faksimili, internet.
g. Jumlah pasien dan jenis penyakit rawat jalan dan rawat inap
yang harus ditangani untuk pencapaian kompetensi.
7 Fasilitas penelitian
a. Komputer dengan perangkat lunak statistic
b. Ruang penelitian
c. Untuk memenuhi kebutuhan pelatihan keprofesian peserta
didik dapat menggunakan rumah sakit pendidikan jejaring yang
telah terakreditasi.

J. STANDAR PENGELOLAAN

1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan


Rehabilitasi merupakan struktur di bawah Universitas dan Fakultas
Kedokteran.
2 Program Studi Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi diselenggarakan
oleh Pakultas Kedokteran dan dikelola oleh Ketua Program Studi
dibantu Sekretaris Program Studi dan Dosen. Ketua Program Studi
bertanggung jawab terhadap terlaksananya program Pendidikan yang
dievaluasi secara berkesinambungan oleh Dekan Fakultas
Kedokteran dan Tim Penjamin Mutu Program Pendidikan Dokter
Spesialis.
.) Penyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi dilaksanakan menurut panduan yang
ditetapkan oleh Kolegium Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
Indonesia tentang struktur dan isi kurikulum, proses pembelajaran,
evaluasi pendidikan, dan kompetensi PPDS.
4 Sertifrkasi untuk lulusan Program Pendidikan Dokter Spesialis
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi diberikan berupa ijazah oleh
Dekan Fakultas Kedokteran dan sertihkat kompetensi oleh Kolegium
Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia.
5 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi dinilai secara berkala dan berkesinambungan oleh Unit
Penjaminan Mutu Fakultas Kedokteran dan Kolegium llmu
-75-

Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia. Akreditasi Program


Studi dilakukan secara berkala oleh Lembaga Akreditasi Mandiri
Perguruan Tinggi Kesehatan (LAMPT-Kes) untuk menilai kelayakan
Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi dalam melaksanakan pendidikan.
6 Kebijakan pendidikan pada Program Pendidikan Dokter Spesialis
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi mencakup aspek pengembangan
dan implementasi kurikulum, regulasi penilaiaa PPDS, evaluasi
internal tingkat Program Studi, pengembangan kompetensi pendidik
dan inovasi pendidikan.
7 Kebijakan penelitian mencakup aspek prioritas berdasarkan visi,
misi program studi, penyediaan dana penelitian, review program
penelitian, etika, publikasi, dan disseminasi hasil penelitian.
8 Kebijakan pengabdian masyarakat mencakup aspek prioritas
program pengabdian masyarakat berdasarkan visi misi program
studi, tersedianya dana pengabdian masyarakat, kerjasama dengan
intitusi mitra, etika dan publikasi hasil pengabdian masyarakat.

K. STANDAR PEMBIAYAAN

1 Program Studi penyelenggara pendidikan mempunyai sistem


pembiayaan pendidikan. (sesuai ketentuan dari Fakultas
Kedokteran/ Kedokteran Gigi.
2 Fakultas Kedokteran wajib berkontribusi mendanai kegiatan
pendidikan dokter spesialis di Rumah Sakit Pendidikan.
Fakultas Kedokteran bertanggung jawab untuk mengalokasikan
dana untuk pengembangan inovasi pendidikan dalam rangka
peningkatan mutu berkelanjutan dan selanjutnya menentukan dan
menyampaikan satuan biaya yang dikeluarkan untuk biaya investasi
satuan pendidikan, biaya pegawai, biaya operasional, dan biaya
maintenante secara transparan.
4 Dana pendidikan Program Studi Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
didapat dari Fakultas Kedokteran sebagai bagian pembiayaan untuk
pengembangan pendidikan kedokteran.
5 Program Studi Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi setiap tahun
melakukan penJrusunan anggaran kegiatan Institusi Pendidikan
-76-

Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi dalam bentuk


Rencana Kerja Anggaran Tahunan (RKAT) dan Rencana Anggaran
Biaya (RAB). Program Studi Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi juga
mengajukan biaya rutin kegiatan pembelajaran dan pengembangan
Prodi, kemudian diajukan kepada Dekan Fakultas Kedokteran untuk
mendapatkan realisasi dana tersebut. Selanjutnya dana yang
diperoleh tersebut dikelola berdasarkan rencana anggaran yang
sudah ditetapkan dan dipergunakan untuk pengembangan Prodi,
pembelian barang untuk keperluan pembelajaran, penelitian,
investasi sarana, prasarana, dan sumber daya manusia (SDM).

L. STANDAR PENILAIAN

I Penilaian keberhasilan peserta didik dilaksanakan pada setiap akhir


semester, dalam bentuk ujian lisan dan/ atau ujian tulis yang
meliputi penilaian pada aspek-aspek kognitif, psikomotor, dan
afektif. Peserta didik dapat mengikuti ujian lokal setelah memenuhi
persyaratan di semua semester. Setelah dinyatakan lulus ujian
institusi, peserta didik harus mengikuti ujian nasional (Board
Examinationl atau ujian kompetensi yang dilaksanakan oleh
Kolegium KFRI, untuk mendapatkan sertilikat kompetensi Dokter
Spesialis KFR.
,)
Materi Ujian Akhir Semester dievaluasi secara berkala oleh masing-
masing Pusat Pendidikan KFR yang dikoordinasi oleh KPS-nya
dengan mengacu kepada Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis
KFR yang berlaku. Sedangkan materi Ujian Nasional dievaluasi
secara berkala oleh Komisi Ujian Nasional Kolegium IKFRI.
3 Catatan kegiatan peserta didik(Log Bookl
Materi kegiatan peserta didik selama pendidikan akan dicantumkan
secara terperinci dalam lag Boolc Materi kegiatan disusun oleh
Kolegium KFRI dengan mengacu kepada Kurikulum Pendidikan
Dokter Spesialis KFR yang berlaku. Semua kegiatan peserta didik
harus tercatat dalam Log Book dan disahkan oleh supervisor unit
kerja terkait.
4 Evaluasi keberhasilan peserta didik dilakukan secara terstruktur
pada setiap semester. Pelaksanaan ujian akhir semester mengacu
-77 -

kepada buku panduan pendidikan dari masing-masing pusat


pendidikan dengan materi yang mengacu kepada Kurikulum
Pendidikan Dokter Spesialis KFR yang berlaku yang dibuat oleh
Kolegium KFRI.
Ujian Nasional Kompetensi KFR (UNAS; Indonesian PMR Natbnal
Board Examinationl Ujian Nasional (UNAS) Kompetensi KFR,
diselenggaralan oleh Kolegium KFRI minimal dua kali setahun,
dengan administrasi penyelenggaraan dibebankan kepada peserta
UNAS. Iftiteria dan jumlah penguji dalam Ujian Nasional ditentukan
oleh Kolegium KFRI. Materi Ujian disiapkan oleh Komisi Ujian
Nasional Kolegium KFRI. UNAS terdiri dari Ujian Nasional Tulis dan
Ujian Nasional Lisan.
a. Kriteria penguji UNAS, sebagai berikut:
1) Berstatus sebagai Konsultan;
2l Aktifsebagai stafpengajar di rumah sakit Pendidikan; dan
3) Telah menjadi penguji ujian institusi minimal 6 (enam) kali.
b. Peserta Ujian Nasional
Peserta UNAS adalah peserta program Pendidikan Dokter
Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi yang telah
memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Kolegium IKFRI, dan
siap secara mental maupun fisik untuk mengikuti ujian
nasional.
1) Kriteria peserta ujian tulis nasional
Peserta didik semester 8 (delapan) dan peserta didik
semester 7 (tujuh) yang telah lulus ujian hasil penelitian.
2l Kriteria peserta ujian lisan nasional
a) Telah lulus ujian tulis nasional
b) Telah lulus ujian institusi
c. Penyelenggaraan Ujian Nasional
1) Ujian Nasional (UNAS) diselenggarakan secara bergantian
di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis KFR yang ditunjuk
oleh Kolegium IKFRI menggunakan Surat Keputusan
Kolegium;
2l Penunjukan dilakukan 6 (enam) bulan sebelum ujian
berikutnya; dan
-78-

3) Kolegium, dalam hal ini adalah Komisi Ujian nasional,


berkoordinasi dengan panitia lokal dalam penyelenggaraan
ujian nasional di institusi tersebut.
d. Ujian Tulis Nasional
l) Ujian tulis nasional 2
(dua) kali per
diselenggarakan
semester, yaitu setiap bulan Maret dan Mei untuk periode
semester genap, dan bulan September dan November untuk
periode semester ganjil.
2l PenyelenggaraUjian Tulis Nasional adalah pusat
Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi yang ditunjuk oleh Kolegium.
3) Materi uji disiapkan oleh Komisi Ujian Nasional
4l Ujian tulis Nasional menggunakan metode MCQs, yaitu
soal pilihan ganda beq'umlah l5O (seratus lima puluh) yang
harus diselesaikan dalam waktu 3 (tiga) jam.
e) Ujian Lisan Nasional
Penyelenggaraan ujian nasional adalah 2 (dua) kali per tahun,
yaitu bulan Januari dan Juni
1) Ujian kasus dengan materi uji :
a) Keterampilanpemeriksaan
b) Keterampilan pembuatan catatan medik
c) Manqiemen kasus
2l Pengetahuan Umum lGeneral btouledgel dalam IKFRI
3) Ujian Psikomotor dengan metode OSCE
f. Ujian Kasus
Ujian kasus adalah ujian yang menggunakan metode cose based
disanssion, yaitu penguji menilai telaah komprehensif peserta
ujian terhadap kasus yang disediakan.
1) Kompetensi yang harus dikuasai:
a) Mampu melakukan pemeriksaan Phgsiatrist
(psikomotor);
b) Mampu menegakkan diagnosa medis;
c) Mampumembuatdiagnosafungsional;
d) Mampu menJrusun daftar masalah
e) Mampu menentukan prognosis
f) Mampu menJrusun target jangka pendek dan jangka
panjang
-79 -

$ Mampu menJrusun preskripsi program rehabilitasi


yang komprehensif (termasukedukasi), berdasarkan
diagnosa medis, diagnosa fungsi, daftar masalah,
prognosis, dan target jangka pendek/panjang
h) Mampu membuat status medis dengan benar
2l Kriteria Jenis kasus :

a) Kasus yang digunakan dalam ujian adalah 5 (lima)


besar kasus terbanyak (ranap dan rajal) dari masing-
masing divisi;
b) Kasus yang diajukan harus jelas diagnosisnya atau
diagnose bandingnya; dan
c) Subakut dan kronis stabil.
c Ujian Pengetahuan Umum
Ujian Pengetahuan Umum adalah metode penilaian
menggunakan tanya jawab mengenai materi-materi dalam
portofolio selama masa Pendidikan.
l) Kompetensi yang harus dikuasai :

Menguasai dan mampu menjelaskan pengetahuan umum


meliputi tatalaksana rehabilitasi komprehensif dan
pengetahuan yang mendasari untuk kasus
muskuloskeletal, neuromuskular, pediatri, kardiorespirasi,
geriatri dan cedera olah raga dengan panduan daftar yang
pernah dipresentasikan atau diluar daftar yang pemah
dipresentasikan.
h Ujian Psikomotor Dengan Osce
Ujian OSCE adalah singkatan dari Objediue Strudure Clinical
Examination; adalah metode ujian untuk menilai kemampuan
klinik secara obyektif dan terstruktur, terdiri dari serangkaian
station untuk menguji berbagai kemampuan klinik peserta
sesuai standar kompetensi.
1) Kompetensi yang harus dikuasai:
a) Mampu membuat preskripsi modalitas fisik/Ortotik
Prostetik/Terapi Wicara I Terapi;
b) Okupasi dengan cara memilih/ menyebut
berdasarkan analisis kasus yang ada
c) Mampu mendemonstrasikan pemakaian alat dan
check out aJat
-80-

d) Mampu memberikan edukasi


l. Ujian Komisi
U Ujian Komisi adalah ujian yang diselenggarakan terpisah
dari rangkaian UNAS, dengan melibatkan penguji yang
terdiri dari: Ketua Kolegium, Ketua Komisi Unas, KPS
seluruh Prodi IKFRI;
2l Ujian diselen bersamaan dengan UNAS;
3) Biaya penyelenggaraan Ujian Komisi ditanggung oleh
peserta ujian.
J Kelulusan Ujian Nasional
1) Kelulusan ujian nasional diputuskan berdasarkan hasil
rekapitulasi nilai-nilai ujian tulis dan lisan nasional, dalam
rapat yudisium yang dipimpin oleh Ketua Kolegium,
dihadiri oleh semua penguji UNAS pada periode tersebut;
2l Nilai batas lulus ujian tulis dan ujian lisan adalah 70
(tujuh puluh);
3) Kelulusan ujian tulis nasional merupakan prasyarat untuk
dapat mengikuti ujian lisan nasional Kolegium IKFRI.
Apabila peserta tidak memenuhi batas lulus ujian tulis,
maka harus mengikuti ujian remedial pada kesempatan
ujian tulis nasional berikutnya yang diadakan oleh
Kolegium IKFRI;
4l Kelulusan ujian kasus, pengetahuan umum, dan
psikomotor (OSCE) berdiri sendiri, jika tidak lulus pada
salah satu ujian, hanya mengulang ujian tersebut;
5) Peserta yang tidak memenuhi kriteria kelulusan dalam
ujian lisan harus menjalani ujian remedial pada UNAS 6
(enam) bulan kemudian;
6) Jika seorang peserta ujian tidak lulus dalam 3 (tiga) kali
Ujian Nasional kasus dan pengetahuan umum, maka harus
menjalani magang di Prodi IKFRI FKUI atau Prodi IKFRI
UNAIR selama 3 (tiga) bulan, kemudian mengikuti Ujian
Komisi;
7l Jika tidak lulus dalam ujian komisi, maka peserta ujian
harus magang 3 (tiga) bulan lagi sebelum ikut ujian komisi
kembali;
-81-

8) Jika tidak lulus ujian OSCE 3 (tiga) kali, maka peserta


ujian tetap harus mengikuti ujian OSCE pada ujian
nasional periode berikutnya (tidak ada ujian komisi untuk
oscE).

M. STANDAR PENELITIAN

Uraian standar penelitian pada program studi dengan merujuk pada


SNPK Pasal 58:
1. Universitas dan Fakultas Kedokteran penyelenggara Program Studi
IKFRI memiliki kebijakan tentang pengembangan penelitian dan
mendukung keterkaitan antara penelitian, pendidikan, dan
pengabdian masyarakat. Kebijakan tersebut dicapai dengan cara
menyediakan atmosfir yang mendukung pelaksanaan riset yang
unggul termasuk sarana, prasarana, dana, sistem, maupun sumber
daya manusia,peningkatan kerja sama penelitian dengan lembaga
penelitian; pengembangan penelitian inovatif, inventif, aplikatif,
kolaboratif, dan multidisiplin; serta penataan kelembagaan penelitian
dan pengabdian masyarakat yang mengarah kepada peningkatan
profesionalisme, efisiensi, dan kebutuhan.
2. Program Studi IKFRI di masing-masing Fakultas Kedokteran
berkewajiban untuk melaksanakan penelitian serta publikasi yang
dilakukan baik oleh Dosen maupun mahasiswa.
3. Rumah Sakit Pendidikan maupun Fakultas Kedokteran
penyelenggara Program Pendidikan KFR telah memiliki Komite Etik
untuk melakukan pengkajian etik dari penelitian yang dilaksanakan
agar sesuai dengan etika penelitian.
4. Fakultas Kedokteran mengalokasikan anggaran untuk
menjaminaktivitas penelitian dalam bentuk hibah penelitian (hibah
bersaing, hibah fundamental, hibah pascasaq'ana, dan hibah doktor).
5. Dalam pelaksanaanya, penelitian yang dilakukan harus mengikuti
Standar Penelitian yang ditetapkan oleh Fakultas Kedokteran, yang
terdiri atas:
a. Standar Hasil Penelitian
Standar hasil penelitian merupakan kriteria minimal tentang
mutu hasil penelitian. Hasil penelitian di Institusi Pendidikan
-82-

Dokter Spesialis KFR diarahkan untuk mengembangkan ilmu


pengetahuan, teknologi, meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan daya saing bangsa serta mengarah pada
terpenuhinya capaian pembelajaran lulusan. Hasil penelitian
yang tidak bersifat rahasia atau mengganggu kepentingan
umurn wajib disebarluaskan melalui seminar, publikasi, paten,
atau cara lain.
b Standar Isi Penelitian
Standar Isi
Penelitian merupakan kriteria minimal tentang
kedalaman dan keluasan materi penelitian yang memuat prinsip
kemanfaatan, kemutahiran, dan mengantisipasi kebutuhan
masa mendatang.
c Standar Proses Penelitian
Standar Proses Penelitian merupakan kriteria minimal tentang
kegiatan penelitian yang terdiri atas perencanaan, pelaksanaan,
dan pelaporan. Kegiatan penelitian harus memenuhi kaidah dan
metode ilmiah secara sistematis sesuai dengan otonomi
keilmuan dan budaya akademik dan mempertimbangkan
standar mutu, keselamatan kerja, kesehatan, kenyamanan,
serta kemandirian peneliti, masyarakat, dan lingkungan.
d Standar Penilaian Penelitian
Standar Penilaian Penelitian merupakan kriteria minimal
penilaian terhadap proses dan hasil penelitian. Penilaian
ditakukan secara terintegrasi dengan prinsip edukatif objektif,
akuntabel, dan transparan, serta memperlihatkan kesesuaian
dengan standar hasil, isi, dan proses.
e Standar Peneliti
Standar Peneliti merupakan kriteria minimal kemampuan
peneliti untuk melaksanakan penelitian. Peneliti wajib
menguasai metodologi penelitian sesuai bidang dan tingkat
kerumitan serta kedalaman penelitian. Standar peneliti
ditentukan berdasarkan kualifrkasi alademik dan hasil
penelitian yang menentukan kewenangan melaksanakan
penelitian.
f. Standar Sarana dan Prasarana Penelitian
Standar Sarana dan Prasarana Penelitian merupakan kriteria
minimal sarana dan prasarana yang diperlukan untuk
-83-

menunjang kebutuhan isi dan proses penelitian dalam rangka


memenuhi hasil penelitian. Sarana dan prasarana tersebut
harus memenuhi standar mutu, keselamatan kerja, kesehatan,
kenyamanan, dan keamanan peneliti, masyarakat dan
lingkungan.
Standar Pengelolaan Penelitian
Standar Pengelolaan Penelitian merupakan kriteria minimal
tentang perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan
dan evaluasi, serta pelaporan kegiatan penelitian. Pengelolaan
penelitian dilaksanakan oleh unit kerja dalam bentuk
kelembagaan yang bertugas menyusun dan mengembangkan
rencana program penelitian, meo5rusun peraturan, panduan,
dan sistem penjaminan mutu internal penelitian, memfasilitasi
pelaksanaan penelitian, melaksanakan pemantauan dan
evaluasi penelitian, melakukan diseminasi hasil penelitian,
memfasilitasi penulisan artikel ilmiah dan perolehan hak
kekayaan intelektual (HKI), memberikan peghargaan kepada
peneliti yang berprestasi, dan melaporkan kegiatan penelitian
yang dikelolanya. Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi wajib memiliki rencana
startegis penelitian, menJrusun kriteria dan prosedur penilaian
penettian, menjaga dan meningkatkan mutu pengelolaan
lembaga atau fungsi penelitian secara berkelanjutan,
melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap lembaga atau
fungsi penelitian, memiliki panduan kriteria peneliti,
mendayagunakan sarana dan prasarana penelitian pada
lembaga lain melalui program kerja sama, melakukan analisis
kebutuhan sarana dan prasarana penelitian, dan
menyampaikan laporan kinerja penelitian.
h Standar Pendanaan dan Pembiayaan Penelitian
Standar Pendanaan dan Pembiayaan Penelitian merupakan
kriteria minimal sumber dan mekanisme pendanaan dan
penelitian. Dana penelitian dapat berasal dari hibah Institusi,
Lembaga riset, mandiri, atau pendanaan lainnya. Pendanaan
penelitian digunakan untuk mendanai perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, pemantauan dan evaluasi,
pelaporan, dan diseminasi penelitian, serta digunakan untuk
-84-

manajemen penelitian, peningkatan kapasitas peneliti, dan


insentif publikasi ilmiah atau insentif HKI. Mekanisme
pembiayaan penelitian diatur berdasarkan ketentuan di Institusi
Pendidikan Dokter Spesialis KFR.

N. STANDAR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Uraian Standar pengabdian kepada masyarakat dengan merujuk pada


SNPK Pasal 59
1. Kegiatan pengabdian masyarakat merupakan aspek yang penting
dan tidak dapat dipisahkan dalam proses pengembangan ilmu dan
pendidikan tenaga kesehatan. Proses penelitian diperlukan untuk
senantiasa meningkatlan kualitas dan akses pelayanan kesehatan
dengan ilmu dan strategi inovatif. Pengabdian pada masyarakat akan
mendekatkan akademisi pada kebutuhan sebenarnya yang ada di
masyarakat. Oleh karena itu pelaksanaan dan pemanfaatan kedua
kegiatan ini sangat diperlukan. Dengan pendekatan yang integratif,
kegiatan ini akan dapat bermanfaat secara optimal dan efektif.
2. Pengabdian masyarakat di Program Studi KFR dilakukan di bawah
koordinasi institusi Pendidikan.
3. Kegiatan pengabdian masyarakat diselenggarakan dengan ke{a
sama instansi terkait, mengutamakan keselamatan pasien dan
masyarakat serta mendapatkan izin dari instansi berwenang.
Kegiatan ini dikelola oleh Program Studi KFR dengan membentuk
panitia yang terdiri dari Dosen, Staf Kependidikan, dan PPDS untuk
mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
kegiatan tersebut.
4. Standar pengabdian masyarakat terdiri atas:
a. Standar Hasil Pengabdian Masyarakat
Standar Hasil Pengabdian Masyarakat merupakan kriteria
minimal hasil pengabdian kepada masyarakat dalam
menerapkan, mengamalkan, membudayakan ilmu pengetahuan
dan teknologi, guna memajukan kesejahterahan umum, dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Hasil pengabdian masyarakat
adalah berupa penyelesaian masalah yang dihadapi masyarakat,
pemanfaatan teknologi tepat guna, bahan pengembangan ilmu
-85-

pengetahuan dan teknologi atau bahan ajar sebagai sumber


belajar.
b. Standar Isi Pengabdian Masyarakat
Standar Isi Pengabdian Masyarakat merupakan kriteria minimal
tentang kedalaman dan keluasan materi pengabdian
masyarakat. Hal tersebut mengacu pada standar hasil
pengabdian masyarakat dan bersumber dari hasil penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan teknologi sesuai kebutuhan
masyarakat.
c. Standar Proses Pengabdian Masyarakat
Standar Proses Pengabdian Masyarakat merupakan kriteria
minimal tentang kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang
terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan kegiatan.
Kegiatan dapat berupa pelayanan kepada masyarakat,
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan
kapasitas atau pemberdayaan masyarakat.
d. Standar Penilaian Pengabdian Masyarakat
Standar Penilaian Pengabdian Masyarakat merupakan kriteria
minimaf tentang penilaian terhadap proses dan hasil terhadap
pengabdian masyarakat. Penilaian proses dan hasil pengabdian
masyarakat dilakukan secara terintergasi dengan prinsip
penilaianedukatif, objektif, akuntabel, dan transparan serta
dapat mewakili ukuran ketercapaian kinerja proses dan
pencapaian kine{a hasil pengabdian masyarakat.
e. Standar Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat
Standar Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat merupakan
kriteria minimal kemampuan pelaksana untuk melaksanakan
pengabdian masyarakat. Pelaksana pengabdian masyarakat
wajib menguasaimetodologi penerapan keilmuan sesuai bidang
keahlian jenis kegiatan serta kerumitan sasaran kegiatan.
Kemampuan pelaksanaan pengabdian masyarakat ditentukan
berdasarkan kualifrkasi akademik dan hasil pengabdian
masyarakat.
f. Standar Sarana dan Prasarana Pengabdian Masyarakat Standar
Sarana dan Prasarana Pengabdian Masyarakat merupakan
kriteria minimal tentang sarana dan prasarana yang diperlukan
untuk menunjang proses pengabdian masyarakat. Standar ini
-86-

merupakan fasilitas perguruan tinggi yang digunakan untuk


memfasilitasi pengabdian masyarakat terkait penerapan bidang
ilmu dari program studi yang dikelola perguruan tinggi.
5 Standar Pengelolaan Pengabdian Masyarakat
Standar Pengelolaan Pengabdian Masyarakat merupakan
kriteria minimal tentang perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian, pemantauan, dan evaluasi, serta pelaporan
kegiatan pengabdian masyarakat. Pengelola pengabdian
masyarakat dilaksanakan olehunit kerja dalam kelembagaan
yang bertugas mengelola pengabdian masyarakat.
h Standar Pendanaan dan Pembiayaan Pengabdian Masyarakat
Standar Pendanaan dan Pembiayaan Pengabdian Masyarakat
merupakan kriteria minimal sumber dan mekanisme pendanaan
dan pembiayaan pengabdian masyarakat. Perguruan tinggi
wajib menyediakan dana internal untuk pengabdian masyarakat
di samping dana yang bersumber dari pemerintah kerja sama
dengan lembaga lain, baik di dalam maupun di luar negeri atau
dana dari masyarakat.

o STANDAR KONTRAK KERJA SAMA RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DAN/


ATAU WAHANA PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN PERGURUAN
TINGGI PEI{YELENGGARA PENDIDIKAN KEDOKTERAN

1 Kerja sama penyelenggaraan pendidikan profesi dokter spesialis


Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah Sakit Pendidikan
Utama wajib memiliki kontrak Kerja Sama secara tertulis dengan
fakultas kedokteran atas nama perguruan tinggi.
Kontrak kel'a sama Rumah Sakit Pendidikan Utama paling sedikit
memuat:
a. Tujuan;
b. Ruang lingkup;
c. Tanggungjawabbersama;
d. Hak dan kewajiban;
e. Pendanaan;
f. Penelitian;
g. Rekruitrnen dosen dan tenaga kependidikan;
-87-

h. Kerja sama dengan pihak ketiga;


i. Pembentukan komite koordinasi pendidikan;
j. Tanggung jawab hukum;
k. Keadaan memaksa;
l. Ketentuan pelaksanaan ke{a sama;
m. jangka waktu kerja sama; dan
m. Penyelesaian perselisihan.
,)
Jejaring Rumah Sakit Pendidikan baik Rumah Sakit Pendidikan
Afiliasi, Rumah Sakit Pendidikan Satelit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lain sebagai wahana pendidikan kedokteran wajib
memiliki Kontrak Kerja Sama secara tertulis dengan Rumah Sakit
Pendidikan Utama dan Fakultas Kedokteran atas nama Perguruan
tinggr.
.) Program pendidikan profesi dokter spesialis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi juga dapat bekerjasama dengan rumah sakit pendidikan
luar negeri yang ditetapkan oleh kolegium serta harus memiliki
kontrak kerjasama dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing antara
rumah sakit pendidikan luar negeri dan Fakultas Kedokteran
penyelenggara pendidikan profesi dokter spesialis Kedokteran Pisik
dan Rehabilitasi.

P STANDAR PEMANTAUAN DAN PEI,APORAN PENCAPAIAN PROGRAM


PENDIDIKAN PROFESI DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN FISIK DAN
REHABILITASI

1 Program studi penyelenggara pendidikan dokter Spesialis Kedokteran


Fisik dan Rehabilitasi membuat sistem pemantauan dan pelaporan
tiap semester dan disampaikan melalui Pangkalan Data Pendidikan
Tinggt.
) Sistem Penjaminan Mutu Internal diselenggarakan oleh Fakultas
Kedokteran yang diterapkan secara efektif terhadap Program Studi
Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi untuk
menjamin mutu akademik sesuai yang ditetapkan.
J Fakultas Kedokteran berkewajiban melakukan evaluasi Kurikulum
Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
secara berkala. Hasil evaluasi digunakan sebagai dasar perbaikan
Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis KFR sesuai kebutuhan
-88-

masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di


bidang kesehatan dan kedokteran.
4 Pencapaian Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi dilaporkan oleh Fakultas Kedokteran kepada
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi melalui Pangkalan Data
Pendidikan Tinggr.
5 Program Studi Dokter Spesialis llmu Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi diakreditasi oleh Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan
Tinggi Ilmu Kesehatan (L,AM-PTKes) dengan mengevaluasi hasil
pendidikan dan program pendidikan, untuk menjamin mutu proses
pendidikan dan lulusan; serta menentukan kelayakan program studi
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Evaluasi hasil
pendidikan dilakukan melalui Uji Kompetensi Peserta Program
Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
secara berkala dan berkesinambungan, terukur, dan valid.
6 'I\rjuan utama akreditasi oleh LAM-PTKes ini adalah untuk
memberikan status dan peringkat akreditasi Program Studi Dokter
Spesialis KFR yang meliputi:
a. Visi, misi, tujuan dan sasaran serta strategi pencapaian;
b. Tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan
penjaminan mutu;
c. Mahasiswa dan lulusan;
d. Sumber daya manusia;
e. Kurikutum, pembelajaran dan suasana akademik; dan
f. Pembiayaan sarana dan prasarana serta sistem informasi.

o STANDAR POLA PEMBERIAN INSENTIF UNTUK MAHASISWA PROGRAM


PENDIDIKAN PROFESI DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN FISIK DAN
REHABILITASI

1 Program studi penyelenggara pendidikan dokter Spesialis Kedokteran


Fisik dan Rehabiitasi membuat pola pemberian insentif dan besaran
insentif untuk mahasiswa program pendidikan dokter gigi spesialis
sesuai perundang-undangan.
-89-

2 Negara menjamin hak setiap warga negara untuk memperoleh


pendidikan sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
J Pendidikan Kedokteran adalah usaha sadar dan terencana dalam
pendidikan formal yang terdiri atas pendidikan akademik dan
pendidikan profesi pada jenjang pendidikan tinggi yang program
studinya terakreditasi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki
kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi.
4 Pendidikan Profesi adalah Pendidikan Kedokteran yang dilaksanakan
melalui proses belajar mengajar dalam bentuk pembelajaran klinik
dan pembelajaran komunitas yang menggunakan berbagai bentuk
dan tingkat pelayanan kesehatan nyata yang memenuhi persyaratan
sebagai tempat praktik kedokteran.
5 Dalam Pasal 31 UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2013
tentang Pendidikan Kedokteran disebutkan bahwa setiap mahasiswa
berhak memperoleh perlindungan hukum dalam mengikuti proses
belajar mengajar, baik diFakultas Kedokteran atau Fakultas
Kedolrteran Gigi maupun di Rumah Sakit Pendidikan dan Wahana
Pendidikan Kedokteran.
6 Insentif untuk mahasiswa merupakan imbalan dalam bentuk materi
yang diberikan oleh Rumah Sakit Pendidikan dan Wahana
Pendidikan Kedolrteran atas jasa pelayanan medis yang dilakukan
oleh mahasiswa sesuai kompetensinya.
7 Setiap mahasiswa berhak memperoleh insentif di Rumah Sakit
Pendidikan dan Wahana Pendidikan Kedokteran bagi mahasiswa
program dokter layanan primer, dokter spesialis-subspesialis, dan
dokter gigi spesialis-subspesialis; dan memperoleh waktu istirahat
sesuai dengan waktu yang ditentukan.
8 Pemberian insentif pada mahasiswa Program Pendidikan Dokter KFR
didasarkan pada beban kerja yang diperhitungkan berdasarkan
kelayakan beban studi sesuai dengan pencapaian kompetensi.
9 Standar pola pemberian insentif untuk mahasiswa Program
Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
ditetapkan oleh Rumah Sakit Pendidikan ternpat diselenggarakalnya
Program Pendidikan tersebut.
-90-

BAB III
PENUTUP

Peningkatan derajat kesehatan unhrk setiap anggota masyarakat


merupakan tujuan utama dari pendidikan kedokteran. Guna menjamin
tercapainya tujuan tersebut setiap lembaga yang terlibat dalam pendidikan
kedokteran hendaknya memiliki dan menerapkan standar yang telah
ditetapkan sehingga seluruh proses pendidikan dapat menghasilkan lulusan
yang diharapkan.
Standar pendidikan dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi
merupakan suatu instrumen yang dapat dipergunakan oleh setiap Prodi
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi dan stakelwlders dalam rangka menjaga
mutu dengan menilai perbaikan kualitas proses pendidikan dokter spesialis
kedokteran lisik dan rehabilitasi, untuk menjamin tercapainya tujuan
pendidikan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Standar dapat pula
dipergunakan untuk kepentingan evaluasi diri dalam rangka perenczrnaan
program perbaikan kualitas proses pendidikan secara berkelanjutan.
Diberlakukannya standar pendidikan dokter spesialis kedokteran fisik
dan rehabititasi ini diharapkan agar pemantauan dan evaluasi dapat
dilakukan secara berkesinambungan, sehingga dapat menjamin tercapainya
tujuan pendidikan serta tercapainya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat.

KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

ttd

BAMBANG SUPRIYATNO

Anda mungkin juga menyukai