Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan


hidup negara dan bangsa. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan wahana untuk
meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Departemen
Pendidikan Nasional sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
pendidikan dan telah melakukan pembaharuan sistem pendidikan. Usaha tersebut antara
lain adalah penyempurnaan kurikulum, perbaikan sarana dan prasarana, serta peningkatan
kualitas tenaga pengajar. Dalam pengajaran atau proses belajar mengajar guru memegang
peran sebagai sutradara sekaligus aktor. Guru sebagai tenaga profesional harus memiliki
sejumlah kemampuan mengaplikasikan berbagai teori belajar dalam bidang pengajaran,
kemampuan memilih dan menerapkan metode pengajaran yang efektif dan efisien,
kemampuan melibatkan siswa berpartisipasi aktif, dan kemampuan membuat suasana
belajar yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat mengakibatkan


perubahan di segala bidang kehidupan. Kemajuan ini tentu memberi dampak pada
lembaga pendidikan salah satunya, dimana lembaga pendidikan dituntut untuk dapat
menyelenggarakan proses pendidikan secara optimal dan aktif sebagai upaya untuk
1 itu sendiri. Peningkatan kualitas dan mutu
meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan
pendidikan yang baik diharapkan mampu melahirkan lulusan-lulusan yang mempunyai
daya saing tinggi untuk menghadapi ketatnya tantangan dan persaingan di dunia kerja.
Oleh sebab itu, perbaikan-perbaikan yang membangun di bidang pendidikan harus terus
dilaksanakan guna mencapai kualitas dan mutu pendidikan yang sesuai dengan harapan.

Kualitas sumber daya manusia yang baik sangat ditentukan oleh kualitas
pendidikan. Sedangkan kualitas pendidikan sangat dipengaruhi oleh kualitas
pembelajaran karena proses pembelajaran merupakan bagian yang paling pokok dalam
2

kegiatan pendidikan di sekolah. Pembelajaran adalah suatu proses mengatur dan


mengorganisasikan lingkungan sekitar sehingga siswa memperoleh perubahan tingkah
laku secara keseluruhan. Dalam proses pembelajaran diperlukan adanya hubungan timbal
balik antara guru dan siswa sehingga terjalin komunikasi dua arah yang menjadikan
pembelajaran terarah pada pencapaian kompetensi. Guru harus mampu memahami
beberapa hal dari peserta didik seperti kemampuan, potensi, minat, hobi, sikap,
kepribadian, kebiasaan, catatan kesehatan, latar belakang keluarga, dan kegiatannya di
sekolah.

Sejak ditetapkannya Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tetang Standar Isi dan
berikutnya Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
(SKL), maka di sekolah-sekolah dari jenjang pendidikan dasar dan menengah diterapkan
kurikulum baru yang dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
disingkat KTSP, sebagai penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Tahun 2004. Semangat yang mendasari pemberlakuan KTSP ini adalah semangat
perubahan, perubahan dari suasana keterpasungan menjadi suasana yang penuh dengan
kebebasan dan kreativitas. Dari segi proses pembelajaran, KTSP menghembuskan
perubahan dari model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) menjadi
model pembelajaran yang berpusat pada subyek didik (students centered), perubahan dari
kegiatan mengajar menjadi kegiatan membelajarkan, dan seterusnya, dan seterusnya.

Upaya melakukan perbaikan di bidang pendidikan menjadi tanggung jawab


semua pihak, salah satunya yaitu guru. Sebagaimana dijelaskan oleh Oemar Hamalik
(1991: 44) yang mengatakan bahwa "Guru bertanggung jawab melaksanakan kegiatan
pendidikan di sekolah dalam arti memberikan bimbingan dan pengajaran kepada para
siswa". Guru harus dapat melakukan suatu inovasi yang menyangkut tugasnya sebagai
pendidik yang berkaitan dengan tugas mengajar siswa. Inovasi-inovasi yang dilakukan
guru dalam tugasnya sebagai pendidik diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar
siswa. Mengingat bahwa guru juga memberi pengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Sebagaimana dikemukakan oleh Hamzah B. Uno (2008:17) bahwa "Seorang guru sangat
berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dapat ditunjukkan oleh peserta didiknya".
3

Oleh karena itu perubahan-perubahan berkaitan dengan tugas mengajar guru harus selalu
ditingkatkan.

Untuk mecapai tujuan pendidikan nasional, guru sebagai ujung tombak pelaksana
pendidikan di lapangan sangat menentukan keberhasilannya. Dalam hal ini guru dapat
dikatakan sebagai pemegang peranan utama dalam proses pendidikan yang tercermin
dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Dalam proses belajar-mengajar melibatkan
banyak faktor. Dapat dijelaskan bahwa masukan (raw input) yang merupakan bahan
dasar diberikan pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar-mengajar, dengan
harapan dapat berubah menjadi keluaran (expected input) yang berupa hasil belajar yang
diharapkan. Dalam proses belajar-mengajar diharapkan pula sejumlah faktor sarana dan
faktor lingkungan guna menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki.

Pendidikan Agama Hindu merupakan mata pelajaran yang diwajibkan untuk


kurikulum di jenjang pendidikan dasar, menengah, dan mata kuliah wajib untuk
kurikulum pendidikan tinggi, Pendidikan Agama Hindu tidak bisa dianggap remeh
karena merupakan mata pelajaran yang diwajibkan. Seperti yang tertera pada Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1)
menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:1) kelompok mata pelajaran agama
dan akhlak mulia; 2) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
3) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; 4) kelompok mata
pelajaran estetika; 5) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
sehingga upaya-upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran Pendidikan agama Hindu
di sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi harus terus ditingkatkan. Cakupan kelompok
mata pelajaran Agama Hindu yaitu dimaksudkan untuk peningkatan Sradha dan Bhakti
kehadapan Tuhan, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia yang mempunyai
ahlak mulia.

Pendidikan Agama Hindu merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat abstrak dan
verbal yang berbeda dengan ilmu-ilmu terapan yang bersifat pasti. Hal ini akan
menjadikan siswa terkadang merasa kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran.
4

Akibatnya, sering terdapat siswa yang menampakkan sikap acuh dan malas dalam proses
belajar mengajar sehingga hasil belajar kurang memuaskan karena siswa banyak
melakukan kekeliruan dan kesalahan. Kekeliruan dan kesalahan yang dilakukan siswa ini
tidak mutlak disebabkan oleh kurangnya kemampuan siswa dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Hindu tetapi juga karena faktor lain seperti gaya atau metode
mengajar guru, lingkungan, sarana dan prasarana belajar, motivasi siswa dan lain-lain.
Guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik dengan
memperhatikan prinsip-prinsip bahwa peserta didik akan bekerja keras kalau ia punya
minat dan perhatian terhadap pekerjaannya, memberikan tugas yang jelas dan dapat
dimengerti, memberikan penghargaan terhadap hasil kerja dan prestasi peserta didik,
menggunakan hadiah dan hukuman secara efektif dan tepat guna. Lingkungan serta
sarana dan prasarana belajar juga perlu diperhatikan untuk mendukung berlangsungnya
proses belajar mengajar di kelas yang nyaman.

Setiap lembaga pendidikan pasti mempunyai tujuan yang sama dalam usaha
mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satunya yaitu dengan senantiasa meningkatkan
mutu dan kualitas pendidikan masing-masing lembaga pendidikan tersebut. Begitu pula
yang dilakukan oleh SMK Negeri 2 Singaraja yang terus berusaha menerobos dalam
peningkatan mutu dan kualitas sekolah. Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi
kendala-kendala yang timbul dalam kaitannya dengan mutu pendidikan. Termasuk
bersikap terbuka dan bekerjasama dengan peneliti untuk menemukan inovasi-inovasi
baru di dalam pembelajaran. Inovasi-inovasi baru ini diharapkan bisa diterapkan dengan
baik sehingga bisa mengatasi kendala-kendala yang selama ini timbul dan perlu segera
ditangani.

Kenyataan di lapangan pelajaran Pendidikan Agama Hindu masih dianggap


sebagai pelajaran nomor dua atau dianggap sepele oleh sebagian besar siswa. Kenyataan
ini semakin diperburuk dengan metode mengajar yang dipakai oleh sebagian besar guru
Agama Hindu masih memakai metode konvensional atau tradisional. Metode
konvensional merupakan metode dimana guru memegang peranan utama dalam
menentukan isi dan langkah-langkah dalam menyampaikan materi kepada siswa.
Sehingga keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar dan mengajar berkurang dan
5

hanya bergantung pada guru. Metode ini berkisar pada pemberian ceramah, tanya jawab,
diskusi, dan penugasan. Akibatnya dalam mempelajari materi Agama Hindu siswa
cenderung kurang semangat dan dianggap sebagai pelajaran yang membosankan. Hal
tersebut terjadi pula di SMK Negeri 2 Singaraja

Dalam hal ini permasalahan dan kendala yang sering dihadapi guru dan siswa
dalam proses pembelajaran dikelas, khususnya di SMK Negeri 2 Singaraja sangatlah
kompleks.yang mana mencakup masalah strategi dan teknik belajar mengajar, khususnya
dalam bidang pembelajaran Pendidikan Agama Hindu. Proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru pendidikan Agama Hindu cenderung pada pencapaian target materi
kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal
ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh
guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana
siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit
peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi
tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.

Pada saat proses belajar–mengajar berlangsung di kelas, akan terjadi hubungan


timbal balik antara guru dan siswa yang beraneka ragam, dan itu akan mengakibatkan
terbatasnya waktu guru untuk mengontrol bagaimana pengaruh tingkah lakunya terhadap
motivasi belajar siswa. Selama pelajaran berlangsung guru sulit menentukan tingkah laku
mana yang berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa, misalnya gaya mengajar
mana yang memberi kesan positif pada diri siswa selama ini, strategi mana yang dapat
membantu kejelasan konsep selama ini, media dan metode mana yang tepat untuk dipakai
dalam menyajikan suatu bahan sehingga dapat membantu mengaktifkan siswa dalam
belajar.

Gejala-gejala ini diasumsikan sangat berpengaruh terhadap aktivitas dan prestasi


belajar siswa.Sehingga prestasi belajar yang akan dicapainya belum sesuai dengan
harapan atau tujuan pendidikan.
6

Bertolak dari permasalahan tersebut kemudian dilakukan refleksi dan konsultasi


dengan guru sejawat untuk mendiagnosis faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab
timbulnya masalah. Dari situ diperoleh beberapa faktor kemungkinan penyebab, di
antaranya adalah:1.      faktor rendahnya minat dan motivasi belajar siswa; 2. faktor
penyampaian materi dari guru; 3. faktor pengelolaan kelas; dan 4. faktor kesulitan
adaptasi dan kerjasama di antara siswa.Dari berbagai faktor kemungkinan penyebab
tersebut Guru lebih condong pada faktor ke-4, yaitu faktor kesulitan adaptasi dan
kerjasama di antara siswa, dan diduga kuat sebagai faktor utama penyebab rendahnya
aktivitas dan prestasi belajar siswa

Dari beberapa temuan berbagai masalah diatas adalah rendahnya aktivitas dan
prestasi belajar siswa,khususnya pada pembelajaran Pendidikan Agama Hindu.dengan
pengunaan metode Konvensional ( ceramah) sehingga nilai rata-rata siswa masih sangat
rendah yaitu 6,5, maka dari itu perlu diterapkan metode yang dapat menumbuhkan
aktivitas siswa sehingga prestasi belajarpun akan ikut meningkat.

Melihat data aktivitas dan prestasi belajar siswa yang demikian rendah tersebut
jelas hal itu mengindikasikan adanya permasalahan serius dalam kegiatan pembelajaran
yang harus segera dicarikan pemecahannya.Sebagai langkah dan upaya pemecahan
terhadap masalah yang timbul dalam pembelajaran Pendidikan Agama Hindu SMK
Negeri 2 Singaraja tersebut maka dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
disebut pula dengan istilah Classroom Action Research. Adapun salah satu alternatif atau
upaya meningkatkan kualitas pembelajaran untuk mengatasi permasalahan tersebut
adalah dengan menerapkan inovasi pembelajaran yaitu : Penerapan model Pembelajaran
Cooperative Learning tipe Discovery-Inquiry untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi
belajar Pendidikan Agama Hindu.

Dari berbagai alternative pemecahan masalah peneliti cenderung menggunakan


alternative sebagai berikut”Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe
Discovery-inquiry untuk meningkatkan aktivitas dan presatasi belajar Pendidikan Agama
Hindu.Dengan diterapkan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Discovery
Inquiry diharapkan keaktifan dan prestasi belajar siswa dapat meningkat karena suasana
7

kelas dapat dibangun sedemikian rupa sehingga siswa dapat memperoleh kesempatan
untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi
belajar yang optimal.

Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada
siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih
hidup.Aplikasi Model Cooperative Learning tipe Discovery-Inquiry dianggap cocok
diterapkan dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia
yang menjunjung tinggi nilai gotong royong.

Banyak ahli berpendapat bahwa metode pembelajaran kooperatif (cooperative


learning) memiliki keunggulan dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.
Cooperative Learning juga dinilai bisa menumbuhkan sikap multikultural dan sikap
penerimaan terhadap perbedaan antar-individu, baik itu menyangkut perbedaan
kecerdasan, status sosial ekonomi, agama, ras, gender, budaya, dan lain sebagainya.
Selain itu yang lebih penting lagi, pembelajaran kooperatif mengajarkan keterampilan
bekerja sama dalam kelompok atau teamwork. Pembelajaran kooperatif sangat
menekankan tumbuhnya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi
dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran demi tercapainya prestasi belajar
yang optimal.

Berdasarkan latar belakang pemikiran yang telah terurai maka penelitian tindakan
kelas ini diformulasikan dengan judul sebagai berikut:: “Penerapan Model
Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Discovery-Inquiry untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Hindu Siswa Kelas X SMK
Negeri 2 Singaraja, semester ganjil th pelajaran 2016 /2017”.
8

Pada akhirnya diharapkan, melalui penerapan metode Cooperative learning yang


diaplikasikan dengan teknik discovery Inquiry itu nantinya bisa memicu dan memacu
tumbuhnya semangat kebersamaan, saling membantu dan saling memotivasi di antara
siswa, yang pada gilirannya juga bisa meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar
mereka pada bidang studi Pendidikan Agama Hindu.

B. Masalah dan Pemecahannya

1. Masalah

Dalam kegiatan belajar mengajar pasti banyak sekali hambatan yang akan
ditemukan seperti menurunnya aktivitas belajar siswa dan rendahnya prestasi belajar
siswa. Ini merupakan suatu permasalahan yang sangat komplek dalam bidang pendidikan,
seperti yang ditemui di SMK Negeri 2 Singaraja adalah mengenai rendahnya Aktivitas
dan prestasi belajar siswa hal ini dapat dilihat dari ciri-ciri aktivitas dan prestasi belajar
yang ditemui dilapangan salah satu contohnya adalah nilai akademik siswa yang masih
sangat standar yaitu hanya 65, nilai ini masih jauh dari yang diharapkan melihat kriteria
ketuntasan minimal (KKM) siswa yaitu 80 dan dilihat juga aktivitas siswa dikelas sangat
pasif karena cenderung siswa dalam pembelajaran hanya duduk sambil mendengarkan,
mencatat pelajaran yang disampaikan oleh guru.melihat dan mengkaji situasi
pembelajaran yang demikian sudah tentu pelajaran hanya berpusat pada guru saja dan
tidak memberikan kesempatan pada anak didik untuk berkembang, dalam artian anak
didik dapat ikut berdialog dan menyampaikan pendapat terhadap materi yang sedang
disampaikan oleh guru karena metode yang digunakan oleh guru cenderung masih
memilih metode konvensional ( ceramah). prestasi belajar mencangkup tiga ranah yaitu
Afektif, kognitif, dan psikomotor tentu disini yang dituntut bukan hanya nilai akademik
saja tetapi juga tingkah laku siswa.

Jadi, berdasarkan uraian di atas, maka masalah dapat di identifikasikan yaitu :


1). Guru masih memakai metode konvensional dalam melaksanakan pembelajaran,
padahal ada beberapa kompetensi dasar di mana metode tersebut kurang tepat untuk
diterapkan.2). Siswa kurang aktif mengikuti proses belajar dan hanya mengorganisir
9

sendiri apa yang diperolehnya tanpa mengkomunikasikan dengan siswa lain. 3). Prestasi
belajar rata-rata kelas yang rendah.

2. Pemecahan Masalah

Dalam proses pembelajaran memilih metode yang tepat sangatlah penting karena
dapat mempengaruhi aktivitas dan prestasi belajar siswa.Untuk meningkatkan aktivitas
dan prestasi belajar pendidikan Agama Hindu, maka peneliti menggunakan Penerapan
Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Discovery-Inquiry. Hal ini sejalan
dengan pandangan Surjosubroto (1997:93), Nasution (1992:118), dan Suna (1975:92)
yang pada prinsipnya dijelaskan,teknik Discovery Inquiry merupakan metode
pembelajaran inovatif, dan dinamis yang esensinya menggunakan pendekatan student
centered dimana siswa aktif dalam proses pembelajaran.

Model Cooperative Learning memandang belajar adalah suatu proses


pembentukan kerjasama didilam pencapaian tujuan pembelajaran,harapkan dengan
penerapan model pembelajaran tersebut akan dapat menarik perhatian siswa dan dapat
pula merangsang siswa untuk berfikir kritis sehingga aktivitas dan prestasi belajar siswa
dapat meningkat. Aplikasi model Cooperative Learning tipe Discovery-Inquiry dapat
melatih siswa untuk bekerjasama dalam kelompok,serta siswa dapat membuka pikirannya
untuk belajar menggali sendiri dan menemukan masalah tentang materi pembelajaran
yang sedang didiskusikan dengan kelompoknya dengan demikian hal ini juga akan
melatih pola pikir siswa untuk lebih kritis,dan tidak hanya mendengarkan penjelasan guru
saja, sehingga dalam proses pembelajaran terjadi komunikasi yang multi-arah yaitu
antara guru dengan siswa,dan antara siswa dengan siswa yang lainnya. Sehingga pada
akhirnya setiap siswa mampu memahami setiap konsep yang seharusnya harus dipahami

C. Rumusan Masalah Penelitian

Untuk memberikan arahan bagi pelaksanaan penelitian, maka perlu


dirumuskan masalah-masalah pokok yang ingin dicarikan jawaban pemecahannya
melalui penelitian tindakan ini, adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
10

1. Apakah penerapan model pembelejaran Cooperative learning tipe


Discovery-Inquiry dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas X SMK
Negeri 2 Singaraja Tahun Pelajaran 2016/2017 pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Hindu?

2.  Apakah penerapan model pembelajaran Cooperative learning tipe Discovery-


Inquiry dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas X SMK Negeri 2
Singaraja Tahun Pelajaran 2016/2017 pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Hindu?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah diungkapkan , adapun tujuan


yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah ada peningkatan aktivitas belajar melalui penerapan


model pembelajaran Cooperative learning tipe Discovery-Inquiry pada siswa
Kelas X SMK Negeri 2 Singaraja Tahun Pelajaran 2016/2017 dalam mata
pelajaran Pendidikan Agama Hindu.
2. Untuk mengetahui apakah ada peningkatan prestasi belajar melalui penerapan
model pembelajaran Cooperative learning tipe Discovery-Inquiry pada siswa
Kelas X SMK Negeri 2 Singaraja Tahun Pelajaran 2016/2017 dalam mata
pelajaran Pendidikan Agama Hindu.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada


sekolah khususnya pada guru Agama Hindu dalam rangka meningkatkan kualitas
pembelajaran yaitu tercapainya aktivitas dan prestasi belajar yang baik dan
terbentuknya prilaku social yang positif. Adapun manfaat dari hasil penelitian adalah
sebagai berikut:
11

1. Manfaat bagi siswa


Mereka diharapkan bisa mengambil pelajaran yang berharga tentang betapa
pentingnya kerjasama, saling membantu dan saling memotivasi demi tercapainya
tujuan bersama yang diinginkan, termasuk salah satu di antaranya adalah demi
tercapainya tujuan pembelajaran dan prestasi belajar yang telah ditetapkan bagi
suatu lembaga, kelas atau kelompok. Lebih dari itu, siswa dapat belajar lebih
menyenangkan serta terjadi proses belajar yang komunikatif,yang kondusif antara
siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru.

2. Manfaat bagi guru


Hasil penelitian ini diharapkan bisa semakin meningkatkan kompetensi dan
profesionalisme guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran
yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan demi tercapainya tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Sehingga dengan begitu aktivitas belajar dan
prestasi belajar siswa bisa ditingkatkan secara optimal.

3. Manfaat bagi sekolah


Sebagai masukan sekolah untuk mengadakan variasi model pembelajaran guna
meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar.disamping itu juga dapat
sebagai bahan pertimbangan untuk pembuatan kebijakan-kebijakan baru dalam
dunia pendidikan.hasil penelitian ini setidaknya bisa menambah referensi dan
khazanah bagi kepustakaan sekolah, yang suatu saat mungkin berguna sebagai
bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan di sekolah setempat.Serta dapat meningkatkan mutu sumber daya
manusia yang diawali dengan peningkatan aktivitas dan prestasi belajar.

4. Manfaat bagi peneliti


Menambah wawasan dan memperoleh pengalaman langsung tentang penerapan
model pembelajaran cooperative learning tipe Discovery Inquiry pada pelajaran
Pendidikan Agama Hindu serta memberikan masukan bagi guru dalam memilih
12

dan menggunakan model cooperative learning tipe discovery inquiry untuk


dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar pendidikan Agama Hindu.

Anda mungkin juga menyukai