Anda di halaman 1dari 1

“Sekolah kita umumnya sangat tradisional, konservatif, biokratif, dan resistan terhadap perubahan.

Satu cara yang harus dilakukan untuk menyelamatkan generasi muda adalah melalui kemerdekaan
belajar.” Kutipan kata pengantar dalam buku “Freedom to Learn” oleh Carl Rogers tahun 1969.

Setiap anak dilahirkan dengan kemampuan dan keistimewaan yang berbeda. Namun tetap dengan
kemerdekaan belajar yang sama. Proses belajar mengajar membutuhkan suasana yang bahagia.
Bahagia bagi sang guru, bahagia bagi peserta didik, dan bahagia bagi seluruh pihak yang terkait di
dalamnya. Namun realitanya, pihak sekolah dan siswa sering kali bertentangan dalam menentukan
tingkat keberhasilan suatu pembelajaran yang mengakibatkan kebahagiaan itu tak tercipta. Pihak
sekolah selalu memberi patokan kepada siswa untuk mendapat nilai yang bagus dalam setiap mata
pelajaran, sedangkan pihak siswa itu sendiri menginginkan hal lain yang dirasa akan lebih leluasa
dalam mengembangkan potensi dan pengetahuan diri.

Di lantai 4 tepat di depan ruang praktikum tampak sosok pria duduk sembari bercengkrama dengan
temannya. Memakai kemeja putih, celana hitam, dan jas lab dengan sejumlah buku tebal
digenggamnya. Pembahasan tentang anatomi manusia sayup-sayup terdengar, dapat dipastikan
bahwa mereka sedang mengikuti ujian. Sosok pria itu merupakan mahasiswa kedokteran bernama
Fauzan.

Untuk berada di posisi saat ini, banyak cobaan dan rintangan yang berhasil dilaluinya. Semasa SMA,
Fauzan dikenal sebagai siswa tersantai dan mengerjakan tugas seadanya. Banyak pihak yang prihatin
dan ikut merasa khawatir dengan masa depan Fauzan yang tak terarah. Namun Fauzan tak
menggubris dan tetap menjalankan kegiatan sekolah dengan kesantaiannya itu. Ia tidak tertarik
dengan pelajaran sekolah karena dianggap monoton dan melebihi kapasitas otaknya. Namun di sisi
lain, Fauzan gemar pelajaran biologi dan jika dilihat dari nilai tentu lebih baik dari matematika. Kalau
nilai matematika 40, biologinya mungkin 70. Tak terlalu bagus, namun di situlah letak proses ketika
Fauzan mulai menemukan minat pada dirinya.

Anda mungkin juga menyukai