Anda di halaman 1dari 11

KONSELING AT-TAWAZUN

TERAPI TA’LIMAH DAN MUHASABAH DALAM


MENINGKATKAN SELF ESTEEM PADA PENYINTAS DEPRESI

Feby Amalia Syafitri, Mohamat Hadori


Feby@gmail.com, hadorimohamat@gmail.ugm.ac.id
Fakultas Dakwah Universitas Ibrahimy Sukorejo Situbondo

Abstrak

Faktor psikologis merupakan salah satu faktor pendukung keberlanjutan eksistensi ma-
nusia di muka bumi ini.Faktor psikologis meliputi diantaranya self esteem. Self esteem ren-
dah dapat menghambat pertumbuhan psikologis individu. Hasil temuan di lapangan menun-
jukkan bahwa self esteem rendah dapat terjadi akibat pola pengasuhan yang kurang tepat. Z,
anak keempat dari lima bersaudara yang semuanya adalah laki-laki. Perlakuan yang berbeda
yang didapat Z dari kedua orang tuanya menyebabkan Z memiliki self esteem rendah. Self
esteem rendah yang dialami Z mengakibatkan Z mengalami kecemasan, memandang dirinya
tidak berharga, menganggap dirinya berbeda dibanding saudara-saudaranya. Z juga mengala-
mi gejala depresi seperti menarik diri dari lingkungan sosialnya dan memandang dirinya ha-
nyalah menjadi beban yang menyebabkan Z memiliki pemikiran berulang tentang bunuh di-
ri, bahkan Z juga sudah pernah melakukan upaya bunuh diri. Tujuan dari penelitian ini ada-
lah meningkatkan self esteem yang dimiliki Z melalui terapi ta’limah dan muhasabah. Dalam
terapi ta’limah, klien diberikan materi dan juga diberikan motivasi. Sebagai lanjutan dari te-
rapi ta’limah ini, maka diberikan pula terapi muhasabah. Dalam terapi muhasabah, klien di-
berikan tugas rumah dalam rangka agar klien dapat menggunakan pikirannya secara positif
agar klien dapat mencari makna dalam hidupnya. Segala sesuatu yang terjadi pada dirinya
tidak ada yang sia-sia dan dirinya adalah seseorang yang berharga. Penelitian ini menggu-
nakan jenis penelitian action research atau penelitian tindakan dengan menggunakan model
penelitian tidakan kritis (critical action research) karena penelitian ini menekankan adanya
niat yang tinggi untuk bertindak memecahkan masalah. Penelitian ini terdiri dari dua siklus
yang tiap siklusnya memiliki empat kali pertemuan. Hasil akhir penelitian ini dapat dikatakan
berhasil, ditunjukkan dengan perubahan pemikiran dan perilaku Z dalam hubungannya den-
gan lingkungan sosialnya, khususnya kepada kedua orang tuanya. Z sudah mulai memiliki
pemikiran yang positif tentang dirinya, tidak lagi mengurung diri dikamarnya, mulai sering
berinteraksi dengan keluarganya, bahkan pemikiran tentang bunuh diri Z juga tidak muncul
pada saat dilaksanakannya siklus kedua.

Kata Kunci: ta’limah, muhasabah, self esteem, depresi

Psychological factors are one of the supporting factors for the sustainability of human
existence on this earth. Psychological factors include self-esteem. Low self-esteem can in-
hibit individual psychological growth. The findings in the field indicate that low self-este-
em can occur due to inappropriate parenting patterns. Z, the fourth of five children who are
all boys. The different treatment that Z gets from his parents causes Z to have low self-es-
teem. Z’s low self-esteem causes Z to experience anxiety, sees himself as worthless, consi-
ders himself different from his siblings. Z also experienced symptoms of depression such as

JURNAL KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM / Volume 1, No. 1, Januari 2022 9
KONSELING AT-TAWAZUN

withdrawing from his social environment and seeing himself as just a burden which caused
Z to have repeated thoughts about suicide, even Z had even attempted suicide. The purpose
of this study is to increase Z’s self-esteem through ta’limah and muhasabah therapy. In ta’li-
mah therapy, clients are given material and also given motivation. As a continuation of this
ta’limah therapy, muhasabah therapy is also given. In muhasabah therapy, clients are given
homework assignments in order for clients to use their minds positively so that clients can
find meaning in their lives. Everything that happens to him is not in vain and he is someone
of value. This study uses the type of action research or action research using a critical action
research model because this research emphasizes a high intention to act to solve problems.
This study consisted of two cycles, each cycle having four meetings. The final result of this
research can be said to be successful, indicated by the change in Z’s thoughts and behavior
in relation to his social environment, especially to his parents. Z has started to have positive
thoughts about himself, no longer locks himself in his room, begins to interact with his fa-
mily often, even thoughts about suicide Z also do not appear at the time of the implementa-
tion of the second cycle

Key Words: ta’limah, muhasabah, self esteem, depression

10 JURNAL KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM / Volume 1, No. 1, Januari 2022
KONSELING AT-TAWAZUN

Pendahuluan dah diri mereka sendiri.4Selfesteemrendah


dapat menghambat pertumbuhan psikolo-
Faktor psikologis merupakan salah satu gis individu, karenaselfesteemtinggi memi-
faktor pendukung keberlanjutan eksistensi liki peran untuk menjalankan pengaruh dari
manusia di muka bumi ini. Faktor psikolo- sistem kekebalan kesadaran(immune system
gis berasal dari bermacam-macam hal yang of concsciousness) yang dapat memberikan
dapat menunjang kesehatan mental, antara perlawanan, kekuatan, dan kapasitas untuk
lain self esteematauharga diri.1 Self esteem bereregenerasi. Saat individu mengalami
telah menjadi isu yang sangat penting dan harga diri rendah, maka ketahanan dirinya
menarikuntuk dikembangkan karena self es- dalam menghadapi kesengsaraan hidup akan
teem merupakan salah satu dari beberapa ke- berkurang, menjadi hancur sebelum mena-
butuhan dasar manusia.2Kids Healths yang klukkan perasaan berharga dirinya, dan in-
merupakan organisasi WHO yang berger- dividu cenderung untuk menghindari rasa
ak di bidang kesehatan mentalmemaparkan sakit karena harga diri rendah lebih men-
tentang dua jenis self esteem yaitu healthy guasai dirinya.5
self esteem danunhealthy selfesteem. Anak- Rosenberg dan Owen menyebutkan bah-
anak yang memiliki healthy selfesteem wa anak yang memiliki selfesteem rendah
atau selfesteemtinggi dapat melakukan pe- cenderung lebih sensitif dalam menanggapi
nilaian yang objektif dan seimbang menge- evaluasi yang diberikan oleh lingkungannya,
nai dirinya sehingga anak-anak yang me- sering salah dalam mempersepsikan stim-
miliki healthy self esteem dapat mengenali ulus dari lingkungannya dan menganggap
kelebihan-kelebihan yang ia miliki sekaligus orang lain selalu memberikan kritik terha-
dapat pula mengakui kekurangan-kekuran- dap dirinya. Anak yang memiliki selfesteem
gan yang terdapat pada dirinya. Secara ke- rendah cenderung sering mengalami kece-
seluruhan, anak-anak ini memiliki pandan- masan ketika berada dalam sebuah situasi
gan yang positif terhadap diri mereka dan sosial dan terlihat kurang percaya diri untuk
menghargai kelebihan yang mereka miliki.3 membangun sebuah hubungan interpersonal.
Unhealthy selfe steem atau selfesteem Selfesteem rendah terbentuk kerena beber-
rendah dapat terbentuk ketika seorang anak apa faktor, diantaranya adalah pola penga-
menyadari bahwa diri mereka sebenarnya suhan orang tua.
tidak dapat memenuhi tuntutan yang tidak Pola pengasuhan orang tua merupakan
pernah terpuaskan tentang diri ideal mereka, faktor yang paling berpengaruh dalam pem-
anak-anak yang memiliki unhealthy self es- bentukan selfesteemindividu. Dalam tinjau-
teem akan mulai membenci dan menilai ren- an psikologi perkembangan, pandangan ten-
tang relasi orang tua-anak pada umumnya
merujuk pada teori kelekatan (attachment
theory) yang dicetuskan oleh John Bowl-
by pada tahun 1969. Bowlby mengidenti-
1 Arief Pratama Herdiyanto, “Hubungan antara Dukungan
Sosial dan Self Esteem pada Remaja Penyalahguna Zat yang fikasikan bahwa pengaruh perilaku peng-
Sedang dalam Masa Rehabilitasi”, Jurnal Psikologi Klinis asuhan merupakan faktor kunci dalam re-
dan Kesehatan Mental, Vol. 2, No. 1 (April 2014), 2.
2 Gilberta Permata Mahanani dan Fivi Nurwianti,
“Intervensi Kognitif Perilaku dalam Kelompok untuk
Meningkatkatkan SelfEsteem pada Mahasiswi yang 4 Jess Feist, Gregory J. Feist, dkk,Psikologi Kepribadian,
Tinggal di Asrama Universitas”, Seurune, Jurnal Buku 1 (Edisi Terjemah)., Edisi 8, (Jakarta: Salemba
Psikologi Unsiyah, Vol. 1, No. 2 (Juli, 2018), 2. Humanika, 2017), 192.
3 Nur Islamiah, Dini P. Daengsari, dkk, “Cognitive 5 Nirmala Fajar Pertiwi dan Ice Yulia Wardani, “Harga
Behavior Therapy untuk Meningkatkan SelfEsteempada Diri Remaja dan Pola Asuh Orang Tua sebagai Faktor
Anak Usia Sekolah”, Jur. Ilm. Kel & Kons, Vol. 8, No. 3 Protektif Ide Bunuh Diri”, Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal
(September, 2015), 143. Ilmiah STIKES Kendal, Vol. 9, No. 3 (Juli, 2019), 302.

JURNAL KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM / Volume 1, No. 1, Januari 2022 11
KONSELING AT-TAWAZUN

lasi orang tua-anak yang dibangun sejak dan nilai yang disampaikan kepada anaknya
anak usia dini. Pada masa awal kehidu- melalui berbagai peraturan. Terdapat empat
pan, anak akan mengembangkan hubungan tipe gaya pengasuhan orang tua. Gaya terse-
emosi yang mendalam dengan orang dewa- but dikaitkan dengan perbedaan yang tam-
sa yang merawatnya. Kelekatan merupakan pak pada hasil perkembangan pada anak.
istilah yang digunakan untuk menggambar- Keempat tipe tersebut adalah 1. Otoritatif
kan hubungan antara bayi dan pengasuhnya. (authorative) 2. Otoriter (authoritarian) 3.
Pengertian lain yang menggambarkan ten- Permisif/memanjakan (permissive/idulgent)
tang kelekatan diungkapkan oleh Mercer pa- dan 4. Mengabaikan/tidak terlibat (neglect-
da tahun 2006, yakni kelekatan sebagai ika- ful/univolved).9
tan emosi yang terjadi diantara manusia yang Menurut penelitian, gaya pengasuhan
memandu perasaan dan perilaku.6 otoritatif, anak cenderung menunjukkan si-
Hubungan orang tua-anak juga dapat kap ramah dan menunjukkan perkemban-
dijelaskan dengan teori penerimaan dan pe- gan kompetensi dalam menghadapi anak-
nolakan orang tua (parental acceptance-re- anak lain dan lingkungan mereka. Pa-
jection theory) yang dikembangkan oleh da gaya pengasuhan otoriter, anak cend-
Rohner. Penerimaan dan penolakan orang erung menunjukkan konflik, suasana hati
tua akan membentuk warmth dimension berubah-ubah(moody), dan mudah marah.
yang disebut dengan dimensi kehangatan Saat menginjak masa remaja, anak-anak
dalam pengasuhan. Dimensi kehangatanad- ini memiliki lebih banyak hasil negatif dan
alah suatu ikatan afeksi antara orang tua den- anak laki-laki sangat buruk dalam keahlian
gan anak. Dimensi kehangatan merupakan sosial dan kognitif. Pada gaya pengasuhan
suatu rentang yang kontinum, yang di sa- permisif atau memanjakan, anak cenderung
tu sisi ditandai oleh penerimaan yang men- menujukkan sikap yang agresifdan impul-
cakup berbagai perasaan dan perilaku yang sif. Anak yang terlalu dimanjakan memiliki
menunjukkan kehangatan, dukungan, per- karakteristik manja, egois, menuntut, tidak
awatan, kenyamanan, afeksi, kepedulian, sabar, dantidak pengertian. Pada gaya penga-
perhatian, dan cinta. Adapun sisi yang lain suhan mengabaikan atau tidak terlibat, anak
yang ditandai oleh penolakan yang mencak- cenderung menunjukkan sikap moody dan
up ketiadaan atau penarikan berbagai per- memiliki selfesteem atau harga diri rendah
asaan atau perilaku tersebut dan adanya ber- dan akan menyebabkan masalah pada ma-
bagai perilaku atauperasaan yang dapat me- sa remaja nanti. Mereka juga memiliki ma-
nyakitkan secara fisik maupun psikologis.7 salah dengan hubungan teman sebaya dan
Gaya pengasuhan adalah serangkaian kinerja akademik.10
sikap yang ditunjukkan oleh orang tua ke- Selfesteem atau harga diri dapat juga
pada anaknyadengan tujuan untuk mencip- dipengaruhi oleh urutan kelahiran (birth
takan iklim emosi yang melingkupi inter- order). Menurut Alfred Adler, walaupun
aksi antara orang tua-anak. Gaya pengas- saudara kandung memiliki orang tua yang
uhan bukanlah perilaku pengasuhan yang sama serta hidup dalam rumah yang sama,
dicirikan dengan tindakan spesifik dan tu- mereka tidak memiliki lingkungan sosial
juan tertentu dari sosialisasi.8Gaya pengas- yang sama. Adler juga mengklasifikasikan
uhan orang tua dapat mencerminkan sikap ke dalamempat urutan, yaitu: anak yang la-

6 Sri Lestari, Psikologi Keluarga, Cet.6, (Jakarta: 9 Jill M. Hooley, James N. Butcher, dkk, Psikologi
Prenadamedia Grup, 2016), 16-17. Abnormal, (Edisi Terjemah), Edisi 17, (Jakarta: Salemba
7 Ibid, 17. Humanika, 2018), 92.
8 Ibid, 49-50. 10 Ibid, 93.

12 JURNAL KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM / Volume 1, No. 1, Januari 2022
KONSELING AT-TAWAZUN

hir pertama, anak tengah, anak bungsu, dan mereka yang lebih tua.13
anak tunggal.11Anak sulung yang diberi per- Stres merupakan situasi yang dapat
hatian yang banyak sampai anak selanjut- muncul dalam berbagai aspek kehidupan, ti-
nya lahir memiliki kemungkinan menjadi dak terkecuali dalam pengasuhan. Para ahli
dilemahkan oleh kejatuhan dari kekuasaan mengatakan bahwa hidup yang tanpa stres
sehingga dia bisa mengembangkan keben- bukanlah kehidupan yang baik, karenastres
cian kepada orang lain dan merasa dirinya memiliki manfaat bagi perkembangan in-
tidak aman. Anak tengah memiliki kemung- dividu agar menjadi pribadi yang matang.
kinan berjalan dibawah baying-bayang ka- Saat situasi stres muncul, yang perlu dilaku-
kaknya yang ingin digantikan olehnya. Anak kan olehindividu tersebut adalah menghada-
bungsu cenderung menjadi takut bersaing pi dan mengelolanya agar dapat membuah-
dan manja dengan kakak-kakaknya. Sedan- kan hasil yang positif.14Dan jikaindividu ti-
gkan anak tunggal cenderung dimanjakan dak dapat mengelola stres yang dialaminya
oleh kedua orang tuanya dan memiliki ke- dengan baik, maka stres tersebut akan ber-
mungkinan menghabiskan sisa hidupnya lanjut ke tahap depresi.
dengan usaha mempertahankan kedudukan Depresi (depression) merupakan salah
yang menyenangkan.12 satu gangguan suasana hati. Depresi meru-
Tahun 1996, Frank Sulloway mener- pakan perasaan sedih luar biasa dan tidak
bitkan sebuah jurnal yang berjudul Born disengaja. 15Abu Zaid mengelompokkan
to Rebel: Birth Order, Family Dynam- depresi menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Depresi
ics and Creatives Lives. Dalam publikasi normal atau rasa sedih. 2. Depresi endogen
tersebut,Sulloway mengutarakan argumen yang berasal dari dalam tubuh. 3. Depresi
terbarubagi dampak urutan lahir terhadap klinis yang berasal dari luar tubuh.16 Sedan-
kepribadian individu. Sulloway juga me- gkan gangguan depresi menurut Diagnosic
nyatakan bahwa saudara sekandung sering and Stastistical Manual (DSM) of men-
kali bersaing demi kasih sayang dan perha- tal disorder edisi ke-5 dibagi menjadi dua,
tian orang tua yang merupakan sumber pent- yaitu: 1. Depresi Mayor dan 2. Depresi per-
ing dan sulit untuk didapatkan. Keberhasilan sisten. Kedua depresi ini dibagi berdasarkan
anak dalam kompetisi ini dapat mencermink- tingkat keparahan ciri-ciri yang ditimbul-
an strategi yang berdampak pada kepribadi- kan dari depresi. Depresi mayor dan depre-
an mereka, dan posisi urutan lahir mempre- si persisten jika dibiarkan begitu saja akan
diksikan ciri-ciri kepribadian dalam strategi berdampak negatif pada individu. Bahkan,
ini. Dalam rangka mendukung teori Adler, dalam beberapa kasus bunuh diri disebab-
Sulloway mengungkapkan bahwa anak yang kan oleh depresi minor yang tidak diberi
lahir pertama cenderung berorientasi pada penanganan.
pencapaian dan memiliki kecemasan, sedan- Albert Bandura mengatakan bahwa
gkan anak yang lahir setelahnya cenderung orang-orang yang depresi sering menurunk-
lebih berani untuk mencoba dan mengam-
bil resiko, menolak status quo, dan inovatif.
Bagaimanapun juga, mereka harus mencari 13 Jess Feist, Gregory J. Feist, dkk, Psikologi Kepribadian,
Buku 1 (Edisi Terjemah)., Edisi 8, (Jakarta: Salemba
strategi untuk meraih cinta orang tua mer- Humanika, 2017), 99.
eka yang berbeda dari saudara sekandung 14 Sri Lestari, Psikologi Keluarga, Cet.6, (Jakarta:
Prenadamedia Grup, 2016), 45.
15 Jill M. Hooley, James N. Butcher, dkk, Psikologi
11 Syamsu Yusuf LN, Konseling Individual, (Bandung: Abnormal, (Edisi Terjemah), Edisi 17, (Jakarta: Salemba
PT Refika Aditama, 2016), 135. Humanika, 2018), 223.
12 Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling & 16 Eka Nova Irawan, Buku Pintar Pemikiran Tokoh-
Psikoterapi, (Edisi Terjemah), (Bandung: PT Refika tokoh Psikologi dari Klasik sampai Modern, (Yogyakarta:
Aditama, 2013), 30. IRCiSoD, 2015), 26.

JURNAL KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM / Volume 1, No. 1, Januari 2022 13
KONSELING AT-TAWAZUN

an nilai pencapaian mereka yang akan meng- ami sakit dan yang merawat mereka adalah
hasilkan perasaan tidak berharga, kesedi- Z. Z bahkan rela berhenti kuliah demi mem-
han kronis, perasaan tidak memiliki tujuan, bantu perekonomian keluarganya. Walau
dan depresi. Orang-orang yang mengalami tinggal serumah dengan kedua orang tuan-
depresi cenderung untuk mengecilkan pen- ya, bisa dikatakan Z jarang melakukan in-
capaian mereka, membesar-besarkan kesala- teraksi dengan kedua orang tuanya. Kurang-
han mereka di masa lalu, dansuatu kecend- nya pengawasan dan perhatian membuat Z
erungan yang akan meningkatkan depresi merasa kesepian. Faktor di atas membuat
mereka.17Depresi dapat mempengaruhi dis- Z merasa sedih. Z melihat hidupnya seb-
fungsi sosial, kesulitan dalam penyesuaian agai beban, keputusasaan dan kemarahan-
diri, menimbulkan kesulitan berkonsentrasi, nya adalah konsekuensi dari itu semua. Z
bahkan bisa mengarah pada perilaku bunuh pernah melakukan upaya bunuh diri. Upaya
diri bagi individu yang mengalami depre- bunuh diri ini bahkan tidak diketahui oleh
si berat.18 kedua orang tua Z sampai saat ini. Dan ti-
Di provinsi Bali tepatnya di Kota Den- dak terhitung ide untuk bunuh diri muncul
pasar, kasus mengenai selfesteem rendah di- dalam pemikiran Z.20
alami oleh seorang anak yang bernama Z. Z Ta’lim atau Ta’limah secara bahasa be-
adalah anak ke-empat dari lima bersaudara rarti pengajaran yang merupakan bentuk
yang semuanya adalah laki-laki. Z memiliki mashdar dari َ‫ت َ ْع ِليْما‬-َ‫يُعََِلّ ُم‬-‫ َعلَّ ََم‬Secara istilah,
selfesteem yang rendah dibandingkan den- talim memiliki arti pengajaran yang bersi-
gan saudara-saudaranya yang lain. Z merasa fat pemberian atau penyampaian penger-
bahwa orang tuanya memperlakukan dirin- tian, keterampilan, danpengetahuan. Menu-
ya berbeda dengan saudara-saudaranya yang rut Abdul Fattah Jalal, ta’lim adalah proses
lain. Sedari kecil, Z sering mendengar orang pemberian pengertian, pengetahuan, pema-
tuanya lebih mengunggulkan saudara-sauda- haman, dan tanggung jawab sehingga indi-
ranya yang lain dibanding dengan dirinya. vidu menjadi bersih dari segala kotoran se-
Z juga sering dimarahi oleh orang tuanya hingga siap menerima hikmah dan mampu
atas kesalahan yang dilakukan oleh sauda- mempelajari keterampilan yang dapat ber-
ra-saudaranya. Perlakuan berbeda yang manfaat bagi dirinya. Mengacu pada definisi
diterima oleh Z dari orang tuanya membuat ini, ta’lim adalah usaha terus menerus ma-
Z merasa sangat tertekan. Ketika Z duduk nusia sejak lahir hingga mati dari posisi “ti-
dibangku Sekolah Menengah Atas (SMA), dak tahu” menuju posisi “tahu”.21
Z mulai mengonsumsi minuman beralko- Landasan konsep ta’limah ialah se­
hol dan terkadang melukai dirinya sendiri. bagaimana dalam al-Qur’an:
Z sangat sukar percaya terhadap orang lain,
sehingga Z hanya memiliki seorang saha- ْ‫لاْ ِم ْهْأ َ ْوفُ ِس ِه ْم‬
ْ ‫س ْى‬
ُ ‫ْز‬
َ ‫ثْفِ ْي ِه ْم‬ ْْ َ‫ْ�ُْ َعه‬
َ َ‫ىْان ُمؤْ ِمىِيْهَْْإِذْْبَع‬ َّ ‫نَقَدْْْ َم َّه‬
ْ‫ْو‬َ َ‫ْان ِح ْك َمة‬ ْ ‫ْو‬ َ ‫ْو ْي ُ َع ِهّ ُم ُه ُْم ْان ِكت‬
َ ‫َاب‬ َ ‫َيتْهُ ْىاْ َعهَ ْي ِه ْم ْآ َيا ِت ِْه ْ َو ْيُزَ ِ ّك ِه ْم‬
bat sebagai tempat Z menceritakan kehidu-
pan pribadinya.19 )٤٦١:َْ‫ْه(آ ِلْ ِع ْم َسان‬ ٍْ ‫ض ََل ٍلْ ُم ِبي‬ َ ْ‫اْم ْهْقَ ْبمُْنَ ِفي‬ ِ ‫ِإ ْنْكَاوُ ْى‬
Kedua orang tua Z juga sering mengal- Artinya: “Sungguh Allah telah mem-
beri karunia kepada orang-orang yang beri-
man
ْْۖ‫ ِنغَ ٍد‬ketika
ْ ‫اْقَدَّ َم‬Allah
ْ‫ت‬ ٌ ‫س ْوَ ْف‬mengutus
‫س ْ َم‬ ُ ‫ْو ْنت َ ْى‬
ْ‫ظ‬ َ َّ
َ �ْ‫ىا‬ ُ‫ق‬diantara
َّ ‫رِيهَ ْآ َمىُىاْات‬mereka
َّ‫يَاْأَيُّ َهاْان‬
17 Jess Feist, Gregory J. Feist, dkk, Psikologi Kepribadian, seorang)٤١ rasul dari ْ golongan
ُ
ْ:ْ‫يسْبِ َماْت َ ْع َمهىنَْ(ان َح ْشس‬ mereka
ٌ ِ‫ْ�ْ َخب‬ َ َّ sendi-
َ َّ ‫ىاْ�ْْۚإِ َّن‬ ُ‫َواتَّق‬
Buku 2 (Edisi Terjemah)., Edisi 8, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2017), 171.
18 Rr. Nia Paramita Yusuf, “Hubungan Harga Diri dan 20 Z, Wawancara, Denpasar, 13-17 November 2019.
Kesepian dengan Depresi pada Remaja”, Seminar ASEAN 21 Mellya Baskarani, “Konsep Tilawah, At-Ta’lim,
2nd Psychology & Humanity, (19-20 Februari 2016), 1. dan Tazkiyah”, dalam http://mellyabaskarani.
19 Bagus Vanendya, Wawancara, Denpasar 11 November blogspot.com/2013/06/konsep-tilawah-at-talim-
2019. dan-at-tazkiyah.html (30 Oktober 2019).

14 JURNAL KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM / Volume 1, No. 1, Januari 2022
KONSELING AT-TAWAZUN

ri, yang membacakan kepada mereka ayat- tuk selalu mengintropeksi dirinya dan men-
ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, cari makna dalam kehidupannya serta tidak
dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab menilai sesuatu yang ada dan terjadi pada
dan al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebe- dirinya secara negatif. Karena setiap peris-
lum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah tiwa pada hakikatnya adalah netral, tidak
benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. membawa makna kecuali setelah seseorang
(QS. Ali Imran: 164).22 melekatkan makna padanya. Respons sese-
Konsep terapi ta’limah ini diaplikasikan orang terhadap peristiwa tergantung mak-
melalui pemberian materi dan motivasi. Se- na yang mereka pilih sendiri. Manusia se-
lanjutnya, dilakukan teknik muhasabah seb- dih, marah, kecewa atau gembira karena
agai tindak lanjut dari terapi ta’limah. Mu- makna.25Peneliti akan mengajak klien un-
hasabah berasal dari kata tuk lebih menghargai dirinya dengan cara
“memperbaiki” pola pikirnya.
َ‫ ُم َحا َسبَة‬-‫ب‬
َُ ‫يُ َحا ِس‬-‫ب‬
ََ ‫َحا َس‬ Kedua terapi ini memiliki kesamaan
yang artinya menghisab atau menghitung. dengan teori cognitive behavioral therapy.
Dalam penggunaan katanya, muhasabah Persamaannya terletak pada penggunaan
identik dengan mengevaluasi ataumenilai kognisi dalam terapinya. Dan manusia ada-
diri sendiri atau introspeksi diri.Ibnu Qa- lah mahluk special yang Allah ciptakan, ka-
yyim al-Jauziyah berpendapat bahwa mu- rena manusia diberi bekal akal pikiran.Pe-
hasabah merupakan suatu sikap yang selalu mikiran (Kognitif) seseorang terhadap se-
menghitung sesuatu yang tidak bertentangan suatu berpengaruh terhadap perilaku (beha-
dengan kehendak Allah, sehingga terhindar vior) orang tersebut. Karena perilaku men-
dari cemas,perasaan bersalah yang berlebi- cerminkan apa yang ada di dalam pikiran
han, dan lain sebagainya. Dengan bermuha- seseorang.
ْ‫ْأ َ ْوفُ ِس ِه ْم‬seseorang
sabah, ‫س ْىلاْْ ِم ْه‬
ُ ‫ْز‬
َ ‫ ْي ِه ْم‬akan
ِ‫ثْف‬ َ ‫ْ َب َع‬mengetahui ْْ َ‫ َعه‬kekuran-
ْ‫ىْان ُمؤْ ِمىِيْهَْْ ِإذ‬ ُْ�َّْ ‫نَقَدْْْ َم َّه‬ Kedua terapi ini digunakan pada anak
gannya
ْ‫ْو‬ ْ
َ َ‫ْان ِح ْك َمة‬dan ‫ْو‬ ْ
َ kelebihan
َ ‫َاب‬ ّ
‫ْو ْيُعَ ِه ُم ُه ُْمان ِكت‬ ‫ْ َو ْيُزَ ِ ّك ِه ْم‬serta
َ dirinya ِ ‫يَتْهُ ْىاْ َعهَ ْي‬
‫ه ْم ْآيَاتِ ِْه‬menge- yang mengalami depresi di Kota Denpasar.
tahui )hak-hak ٤٦١:َْ‫ ْم َسان‬Allah ‫ْه(آ ِلْ ِع‬ ٍْ ‫ي‬atas
ِ‫ ََل ٍلْ ُمب‬dirinya.
‫ض‬ َ ْ‫اْم ْهْقَ ْبمُْنَ ِفي‬
23
ِ ‫إِ ْنْكَاوُ ْى‬ Penggunaan kedua terapi ini dikarenakan
Landasan konsep muhasabah ialah seb- kedua terapi ini memiliki landasan dari al-
agaimana dalam al-Qur’an: Qur’an dan al-Hadits. Karena agama men-
jadi sumber motivasi dan sugesti yang kuat
ْ ‫س ْ َما ْقَدَّ َم‬
ْْۖ‫ت ْ ِنغَ ٍد‬ ُ ‫ْو ْنت َ ْى‬
ٌ ‫ظ ْس ْوَ ْف‬ َ َّ ‫يَا ْأَيُّ َهاْانَّرِيهَ ْآ َمىُىاْاتَّقُىا‬
َ �ْ dari dalam diri klien untuk hidup secara po-
ْ
)٤١ْ:ْ‫يسْ ِب َماْت َ ْع َمهُىنَْ(ان َح ْشس‬ َ َّ ُ‫َواتَّق‬
َ َّ ‫ىاْ�ْْۚ ِإ َّن‬
ٌ ِ‫ْ�ْ َخب‬ sitif. Dalam konteks Islam, al-Qur’an dan al-
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, Hadits adalah sumber inspirasi dalam men-
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah gembangkan ilmu kesehatan mental (men-
setiap diri memperhatikan apa yang telah tal health).
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan Zakiah Darajat mengemukakan pen-
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya dapat bahwa terapi terhadap penyakit jiwa
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu ker- yang disertai dengan kepercayaan berhasil
jakan”. (QS.Al-Hasyr:18). 24 disembuhkanlebih baik dan lebih cepat di-
Dalam mengaplikasikan teknik muha- bandingkan penyakit jiwa yang diterapkan
sabah, peneliti akan “mengajak” klien un- hanya dengan metode modern saja.26WHO

22 Departemen Agama RI, Mushaf al-Qur’an Terjemah, 25 Okina Fitriani, Juliana D. Kartikasari, dkk, The Secret
Edisi Tahun 2002,(Jakarta: Al-Huda, 2005), 72. of Enlightening Parenting, (Jakarta: Serambi, 2017), 65.
23 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Tazkiyah An-Nafs, Cet. VII, 26 Zakiah Darajat, Mu’jizat al-Quran dan As-sunnah
(Jakarta: Pustaka Arafah, 2012), 77. tentang Kesehatan Mental dalam Mu’jizat al-Qur’an dan
24 Departemen Agama RI, Mushaf al-Qur’an Terjemah, As-sunnah tentang IPTEK, (Jakarta: Gema Insani Press,
Edisi Tahun 2002,(Jakarta: Al-Huda, 2005), 549. 1997), 215.

JURNAL KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM / Volume 1, No. 1, Januari 2022 15
KONSELING AT-TAWAZUN

pada tahun 1984 juga sudah mengakui kesejahteraan (well-being) individu.29 Abra-
bahwasanya ada empat dimensi kesehatan, ham Maslow juga berpendapat bahwa selfes-
yaitu: psikologis, fisiologis, sosial, dan spi- teem merupakan suatu kebutuhan manusia
ritual yang disebut dengan bio-pshyco-so- yang memerlukan pemenuhan atau pemua-
sial.27 san untuk dilanjutkan ke tingkat kebutuhan
Rendahnya selfesteem merupakan sua- yang lebih tinggi. Kebutuhan terhadap sel-
tu permasalahan yang membutuhkan terapi festeem oleh Maslow dibagi menjadi dua,
agar dampak dari depresi tidak berkelanju- yaitu: penghargaan diri dan penghargaan
tan. Peneliti akan menerapkan teknik ta’li- dari orang lain.30
mah dan muhasabah dalam menanggulangi Individu yang memiliki self esteem ren-
persoalan di atas agar klien memiliki selfes- dah biasanya memiliki pemikiran yang ira-
teem yang tinggi (sehat), lebih menghargai sional, mudah cemas, pesimis, mudah ber-
hidupnya, serta mampu mengembangkan kecil hati, memiliki perasaan tidak berguna
potensi yang ada pada dirinya. dan membatasi diri dalam berhubungan den-
gan orang lain.31 Individu yang memiliki self
Metode Penelitian esteem rendah juga rentan terkena gejala de-
presi.32 Depresi adalah suatu keadaan dima-
Jenis penelitian yang digunakan pada na seorang individu merasa sedih, kecewa,
penelitian ini adalah action research atau merasa kehilangan, merasa gagal dan men-
penelitian tindakan. Menurut kesimpulan jadi gejala patologis jika individu tersebut
dari Mertler yang mengutip pendapat dari tidak mampu beradaptasi.33
Schmuch dan Mc Milan, penelitian tindakan Penelitian yang dilakukan oleh peneliti
adalah suatu kegiatan yang dilakukan un- adalah penelitian tindakan yang dilakukan
tuk mempelajari suatu masalah, kemudian dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas
mencari solusi, serta melakukan perbaikan. empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,
Penelitian tindakan merupakan salah satu observasi dan refleksi.34 Setiap siklus dari
strategi yang memanfaatkan tindakan nya- penelitian ini terdiri dari empat kali perte-
ta dalam proses pengembangan kemampuan muan yang jika dijumlahkan sebanyak de-
dalam mendeteksi dan memecahkan masa- lapan kali pertemuan. Kondisi self esteem Z
lah. Dalam prakteknya, penelitian tindakan sebelum medapatkan penanganan adalah Z
menggabungkan serangkaian tindakan den- pendiam, cemas, tidak mudah percaya pada
gan menggunakan prosedur penelitian. Ini- orang lain, memandang dirinya tidak ber-
lah sebabnya penelitian tindakan dikatakan harga dan hanya menjadi beban, bahkan Z
sebagai upaya memecahkan masalah sekali-
gus mencari dukungan secara ilmiah.28
29 Nur Islamiah, Dini P. Daengsari, dkk, “Cognitive
Behavior Therapy untuk Meningkatkan SelfEsteem pada
Pembahasan Anak Usia Sekolah”, Jur. Ilm. Kel & Kons, Vol. 8, No. 3
(September, 2015), 143.
Self esteem merupakan aspek yang san- 30 Maslow (dalam Alwisol, 2002).
gat penting yang ada dalam diri individu, Ka- 31 Wikan Putri Larasati, “Enhancing SelfEsteem trough
rena self esteem dapat mempengaruhi moti- Self-Intruction Method”, (Tesis Universitas Indonesia,
2012), 19.
vasi, perilaku, serta sangat berkaitan dengan
32 Muhammad Suhron, Asuhan Keperawatan Jiwa
Konsep Self Esteem, (Jakarta: Mitra Wacana Media,
2017), 35.
27 Momon Sudarma, Sosiologi untuk Kesehatan, (Jakarta: 33 Lilin, Indriono, dkk, Memahami Gangguan Depresi
Salemba Medika, 2008), 149. Mayor, (Jurusan Keperawatan Poltekkes Kendari, 2018), 1.
28 Dede Rahmat Hidayat dan Aip Badrujaman, Penelitian 34Dede Rahmat Hidayat dan Aip Badrujaman, Penelitian
Tindakan dalam Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT Tindakan dalam Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT
Indeks, 2012), 12. Indeks, 2012), 18.

16 JURNAL KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM / Volume 1, No. 1, Januari 2022
KONSELING AT-TAWAZUN

mengalami gejala depresi seperti cenderung kan waktu untuk merenung dan memikirkan
menarik diri dari lingkungan sosialnya dan apa yang seharusnya ia lakukan. Selain itu,
memiliki pemikiran tentang bunuh diri. Hal peneliti juga memberikan materi yang da-
ini dibuktikan dengan hasil observasi awal pat membantu Z pada siklus II ini. Dalam
yang dilakukan oleh peneliti sebelum pe- siklus II ini, terdapat perubahan yang signi-
neliti memberikan penanganan terhadap Z. fikan terkait self esteem yang dimiliki oleh
Pada siklus pertama, terdapat sedikit pe- Z, seperti Z mulai menerima dirinya. Hal
rubahan yang terjadi pada Z berupa Z mulai ini dapat dilihat dari bagaimana ia berusaha
mau berinteraksi dengan keluarganya walau- menerima kelebihan dan kekurangan yang
pun masih terbilang kaku dan berusaha men- dimilikinya. Z juga mulai menghargai diri-
gakhiri secepat mungkin interaksi dengan nya, hal ini dapat dilihat dari usahanya un-
anggota keluarganya. Walau Z masih mera- tuk terus-menerus mencari makna tentang
sa asing berada di tengah-tengah anggota ke- dirinya. Pemikiran tentang bunuh diri Z ju-
luarganya, tapi Z mulai menerima keadaan ga tidak muncul pada pelaksanaan siklus II
dirinya dan Z juga selalu mengerjakan tugas ini. Dan Z mulai belajar memandang posi-
rumah yang diberikan oleh peneliti. Namun tif tentang dirinya. Z juga sudah mulai me-
juga dalam siklus pertama terdapat hamba- miliki pemikiran bahwa dirinya mampu dan
tan yakni Z masih didominasi oleh pemiki- diterima dilingkungannya, hal ini dapat dili-
ran irasional seperti meyakini bahwa diri- hat dari bagaimana ia mulai terbiasa berin-
nya hanya menjadi beban bagi orang tuanya teraksi dengan keluarganya. Hal yang sebe-
dan pemikiran tentang bunuh diri masih ter- lumnya selalu ia hindari.
kadang muncul. Pada siklus kedua, peneli- Hasil analisis terhadap kondisi self es-
ti merencanakan perbaikan-perbaikan dari teem rendah yang dimiliki Z menunjukkan
siklus I. perencanaan tersebut meliputi ke- bahwa pada siklus I sampai siklus II menga-
matangan dan kualitas materi yang akan di- lami perubahan. Walaupun pada skala sete-
berikan kepada Z serta pemberian tugas ru- lah penanganan siklus I tidak menunjukkan
mah yang lebih efektif guna memaksimal- hasil yang signifikan, namun tetap mengala-
kan proses muhasabah pada diri Z. mi peningkatan. Hal ini ditunjukkan bahwa
Pada pelaksanaan siklus II, peneliti sebelum penanganan, Z mendapat skor 9
membuat beberapa rencana meliputi ren- dan setelah penanganan pada siklus I men-
cana PDCA yang dicetuskan oleh Saefud- dapat skor 14 yang masih dibawah rentang
din Bachrun. PDCA adalah plan, do, check, normal. Namun pada siklus II terdapat ke-
dan action.35 Hal ini dilakukan agar ada tu- naikan skor yang sigifikan, yaitu Z menda-
juan yang lebih spesifik dari terapi ini yai- pat 23 yang berada diatas rentang normal.
tu peningkatan self esteem yang dimiliki Z. Sedangkan rentang normal adalah skor 15.
PDCA dimulai dengan menentukan tujuan,
penentuan tindakan, mengecek apakah tin-
dakan tersebut apakah efektif dan jika ma-
sih belum efektif, maka merencanakan tin-
dakan yang sekiranya efektif. Dalam hal ini,
peneliti menyerahkan sepenuhnya kepada
Z, namun peneliti juga terus menerus mela-
kukan pendampingan terhadap Z. Z diberi-

35 Siti Shahilatul Arasy, “Urgensi Muhasabah (Introspeksi


Diri) di Era Kontemporer (Studi Ma’anil Hadis)” (Skripsi
UIN Sunan Kalijaga, 2014), 97.

JURNAL KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM / Volume 1, No. 1, Januari 2022 17
terdapat kenaikan skor yang sigifikan, yaitu Z mendapat 23 yang berada diatas
KONSELING AT-TAWAZUN
rentang normal. Sedangkan rentang normal adalah skor 15.

Tabel 4.4 Hasil Studi Aksi Peningkatan Self Esteem Penyintas Depresi
Sebelum Adanya Sesudah Adanya
Pendampingan/Tindakan Subjek Dampingan/Tindakan Subjek
Z cenderung pendiam, cemas, tidak
mudah percaya pada orang lain, Z mulai menerima dirinya. Hal ini
memandang dirinya tidak berharga dapat dilihat dari bagaimana ia
dan hanya menjadi beban, bahkan berusaha menerima kelebihan dan
Z mengalami gejala depresi seperti kekurangan yang dimilikinya. Z juga
cenderung menarik diri dari mulai menghargai dirinya, hal ini
lingkungan sosialnya dan memiliki dapat dilihat dari usahanya untuk
pemikiran tentang bunuh diri. terus-menerus mencari makna tentang
dirinya. Pemikiran tentang bunuh diri
Z juga tidak muncul. Dan Z mulai
belajar memandang positif tentang
dirinya. Z juga sudah mulai memiliki
pemikiran bahwa dirinya mampu dan
diterima dilingkungannya, hal ini
dapat dilihat dari bagaimana ia mulai
terbiasa berinteraksi dengan
keluarganya. Hal yang sebelumnya
selalu ia hindari.

Simpulan kali dengan rincian sekali sebelum diberi-


kan terapi, sekali setelah siklus I dan sekali
Dari hasil penelitian yang telah dila- setelah siklus II.
kukan mengenai proses terapi ta’limah dan Kondisi self esteem Z sebelum diberikan
muhasabah dalam meningkatkan self esteem penanganan adalah cenderung pendiam, ce-
pada penyintas depresi, maka dapat disim- mas, tidak mudah percaya pada orang lain,
pulkan sebagai berikut: memandang dirinya tidak berharga dan ha-
Proses pemberian terapi ta’limah dan nya menjadi beban, bahkan Z mengalami ge-
muhasabah dalam meningkatkan self esteem jala depresi seperti cenderung menarik diri
penyintas depresi diberikan dalam dua siklus dari lingkungan sosialnya dan memiliki pe-
yang setiap siklusnya memiliki frekuensi 4 mikiran tentang bunuh diri. Setelah diberi
kali pertemuan. Setiap pertemuan, peneliti penanganan, kondisi self esteem Z adalah Z
memberikan materi sebagai aplikasi dari te- mulai menerima dirinya. Hal ini dapat dilihat
rapi ta’limah. Materi yang diberikan berda- dari bagaimana ia berusaha menerima kele-
sarkan pada aspek penerimaan diri, penana- bihan dan kekurangan yang dimilikinya. Z
man perasaan berharga dalam diri, dan pe- juga mulai menghargai dirinya, hal ini da-
rasaan diri mampu yang berlandaskan pada pat dilihat dari usahanya untuk terus-mene-
al-Qur’an. Terapi muhasabah diaplikasikan rus mencari makna tentang dirinya. Pemiki-
dengan cara memberikantugas rumah untuk ran tentang bunuh diri Z juga tidak muncul.
mengajak Z untuk berfikir rasional dan juga Dan Z mulai belajar memandang positif ten-
sebagai ajang introspeksi diri. Self esteem Z tang dirinya. Z juga sudah mulai memiliki
diukur dengan menggunakan Rosenberg Self pemikiran bahwa dirinya mampu dan dite-
Esteem Scale yang diberikan sebanyak tiga rima dilingkungannya, hal ini dapat dilihat

18 JURNAL KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM / Volume 1, No. 1, Januari 2022
KONSELING AT-TAWAZUN

dari bagaimana ia mulai terbiasa berinteraksi Mellya Baskarani, “Konsep Tilawah,


dengan keluarganya. Hal yang sebelumnya At-Ta’lim, dan Tazkiyah”, dalam http://me-
selalu ia hindari llyabaskarani.blogspot.com/2013/06/kon-
sep-tilawah-at-talim-dan-at-tazkiyah.html
Daftar Pustaka (30 Oktober 2019)
Momon Sudarma, Sosiologi untuk Ke-
Agus Subandi, “Design Action Re- sehatan, (Jakarta: Salemba Medika, 2008)
search”, dalam http://muhammadagussuban- Muhammad Suhron, Asuhan Keperawa-
di.blogspot.com/2011/04/design-action-re- tan Jiwa Konsep Self Esteem, (Jakarta: Mi-
search.html(19 Maret 2020) tra Wacana Media, 2017)
Arief Pratama Herdiyanto, “Hubungan Nirmala Fajar Pertiwi dan Ice Yulia War-
antara Dukungan Sosial dan Self Esteem pa- dani, “Harga Diri Remaja dan Pola Asuh
da Remaja Penyalahguna Zat yang Sedang Orang Tua sebagai Faktor Protektif Ide Bu-
dalam Masa Rehabilitasi”, Jurnal Psikolo- nuh Diri”, Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Il-
gi Klinis dan Kesehatan Mental, Vol. 2, No. miah STIKES Kendal, Vol. 9, No. 3 (Juli, 2019)
1 (April 2014) Nur Islamiah, Dini P. Daengsari, dkk,
Dede Rahmat Hidayat dan Aip Badru- “Cognitive Behavior Therapy untuk Me-
jaman, Penelitian Tindakan dalam Bimbin- ningkatkan SelfEsteempada Anak Usia Seko-
gan Konseling, (Jakarta: PT Indeks, 2012) lah”, Jur. Ilm. Kel & Kons, Vol. 8, No. 3
Departemen Agama RI, Mushaf al- (September, 2015)
Qur’an Terjemah, Edisi Tahun 2002,(Jakar- Nur Islamiah, Dini P. Daengsari, dkk,
ta: Al-Huda, 2005) “Cognitive Behavior Therapy untuk Me-
Eka Nova Irawan, Buku Pintar Pemiki- ningkatkan SelfEsteem pada Anak Usia
ran Tokoh-tokoh Psikologi dari Klasik sam- Sekolah”, Jur. Ilm. Kel & Kons, Vol. 8, No.
pai Modern, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2015) 3 (September, 2015)
Gerald Corey, Teori dan Praktek Konse- Okina Fitriani, Juliana D. Kartikasari,
ling & Psikoterapi, (Edisi Terjemah), (Ban- dkk, The Secret of Enlightening Parenting,
dung: PT Refika Aditama, 2013) (Jakarta: Serambi, 2017)
Gilberta Permata Mahanani dan Fivi Rr. Nia Paramita Yusuf, “Hubungan
Nurwianti, “Intervensi Kognitif Perilaku da- Harga Diri dan Kesepian dengan Depresi pa-
lam Kelompok untuk Meningkatkatkan Sel- da Remaja”, Seminar ASEAN 2nd Psychology
fEsteem pada Mahasiswi yang Tinggal di As- & Humanity, (19-20 Februari 2016)
rama Universitas”, Seurune, Jurnal Psikolo- Siti Shahilatul Arasy, “Urgensi Muhasa-
gi Unsiyah, Vol. 1, No. 2 (Juli, 2018) bah (Introspeksi Diri) di Era Kontemporer
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Tazkiyah (Studi Ma’anil Hadis)” (Skripsi UIN Sunan
An-Nafs, Cet. VII, (Jakarta: Pustaka Ara- Kalijaga, 2014)
fah, 2012) Sri Lestari, Psikologi Keluarga, Cet.6,
Jess Feist, Gregory J. Feist, dkk, Psiko- (Jakarta: Prenadamedia Grup, 2016)
logi Kepribadian, Buku 1 (Edisi Terjemah)., Syamsu Yusuf LN, Konseling Indivi-
Edisi 8, (Jakarta: Salemba Humanika, 2017) dual, (Bandung: PT Refika Aditama, 2016)
Jill M. Hooley, James N. Butcher, dkk, Wikan Putri Larasati, “Enhancing Sel-
Psikologi Abnormal, (Edisi Terjemah), Edi- fEsteem trough Self-Intruction Method”,
si 17, (Jakarta: Salemba Humanika, 2018) (Tesis Universitas Indonesia, 2012)
Lilin, Indriono, dkk, Memahami Zakiah Darajat, Mu’jizat al-Quran dan
Gangguan Depresi Mayor, (Jurusan Kepe- As-sunnah tentang Kesehatan Mental dalam
rawatan Poltekkes Kendari, 2018) Mu’jizat al-Qur’an dan As-sunnah tentang
Maslow (dalam Alwisol, 2002). IPTEK, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997)

JURNAL KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM / Volume 1, No. 1, Januari 2022 19

Anda mungkin juga menyukai