Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhammad Rifky Akbar

Kelas : XII MIPA 4

Disintegrasi DI/TII Jateng

Apa itu disintegrasi?


Disintegrasi adalah keadaan tidak bersatu padu yang menghilangnya keutuhan, atau
persatuan serta menyebabkan perpecahan. Kebalikan dari disintegrasi, Integrasi berarti
penyatuan supaya menjadi suatu kebulatan atau menjadi utuh. 
Disintegrasi berbentuk aksi demonstrasi, pergolakan daerah bagi mereka yang merasakan
adanya diskriminasi, aksi kriminalitas yang tak terkendali, perilaku remaja yang menyimpang,
serta konflik yang melibatkan isu suku, agama, ras dan antar golongan (SARA). Permasalahan
tersebut dapat menimbulkan disintegrasi bangsa yang ditandai dengan hilangnya nasionalisme
pada jiwa masyarakat sehingga menyebabkan kerusuhan dan disharmonisasi.

Terjadinya Disintegrasi DI/TII di Jawa Tengah

1. Latar Belakang
Munculnya gerakan DI/TII di Jawa Tengah diawali dengan adanya perubahan situasi politik
di daerah Tegal-Brebes akibat penandatanganan Perjanjian Renville.  Dalam perjanjian
tersebut disebutkan satu pasal yang berisi bahwa semua kekuatan pasukan RI yang berada di
daerah pendudukan Belanda harus ditarik dan ditempatkan di daerah RI.  Wilayah
karesidenan Pekalongan termasuk daerah pendudukan Belanda, sehingga pasukan RI harus
meninggalkan dan mengosongkan daerah tersebut.  Dapatkan informasi, inspirasi dan insight
di email kamu. Daftarkan email Namun, meskipun demikian, rupanya tidak semua pasukan
meninggalkan daerah mereka, seperti di Brebes dan Tegal.  Para pejuang di dua wilayah
tersebut masih tetap bertahan dan menyusun strategi untuk melakukan perlawanan.  Mereka
melakukan operasi militer dengan membentuk Gerakan Antareja Republik Indonesia (GARI)
dan Gerilya Republik Indonesia (GRI).  Terbentuknya dua gerakan ini memicu timbulnya
gerakan-gerakan lain yang menghasilkan pemberontakan di Jawa Tengah

2. Penggagas Budi Utomo Amir Fatah


Memimpin sebelum adanya pemberontakan DI/TII di bawah kepemimpinan Amir Fatah, di
Jawa Tengah sudah lebih dulu pernah muncul gerakan yang serupa dipimpin oleh Abas
Abdullah.  Pasukan yang dipimpin Abas ini bernama Pasukan Hizbullah, di mana saat itu
mereka memutuskan untuk pergi ke wilayah sengketa Indonesia-Belanda, yaitu Brebes. 
Sampai di sana, pasukan ini membentuk pasukan baru bernama Mujahidin yang disebut
sebagai Majelis Islam (MI).  Bukan hanya pasukan Hizbullah, Amir Fatah juga saat itu
tengah mendatangi Brebes, minatnya untuk kemudian turut bergabung dalam pemberontakan
ini adalah karena ia merasa memiliki cara pandang dan ideologi yang sama, khususnya dalam
membentuk Negara Islam Indonesia. Akhirnya pada 23 Agustus 1949, Amir bersama teman-
temannya memutuskan bergabung dengan NII yang dipelopori oleh Kartosoewirjo.  Sejak
saat itu, Amir Fatah beserta kelompoknya melakukan penyerangan terhadap TNI dan
beberapa desa, seperti Desa Rokeh Djati dan Pagerbarang

3. Akhir Pemberontakan
Demi melemahkan kekuatan para tentara Amir Fatah serta penyerangan mereka, TNI
membentuk Gerakan Banteng Nasional (GBN). GBN adalah komando penumpasan
pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah. Para pemimpin dari GBN sendiri adalah Letnan
Kolonel Sarbini, Letnan Kolonel Bachrum, dan Letnan Kolonel Ahmad Yani.  Unsur penting
yang ada di dalem GBN adalah Banteng Raiders, sebuah pasukan elit di bawah
kepemimpinan Ahmad Yani untuk memburu gerilyawan DI/TII.  Selama proses
pembekukan, pasukan Mujahidin serta Hizbullah sempat berhasil meloloskan diri dari
tangkapan TNI.  Sampai akhirnya pada 22 Desember 1950, pasukan-pasukan ini berhasil
ditangkap saat berada di Desa Cisayong, Tasikmalaya.  Amir Fatah yang juga ikut tertangkap
dipenjara selama dua tahun. 

1. Apa pendapatmu tentang peristiwa sejarah tersebut?


2. Pelajaran dan hikmah apa yang bisa diambil untuk bangsa ini?

Jawab :
1. Menurut pendapat saya disentigrasi harus dihindari dengan memperkuat tali persaudaran
agar tidak terjadi perpecahan antar kelompok yang dapat merugikan semuanya.
2. Hikmah yang dapat diambil yaitu seharusnya kita dapat menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa kita. Kita harus saling menghargai dan menghormati yang lain baik dalam hal ide,
pendapat, maupun budaya dan semuanya sehingga tidak adanya perpecahan dan
disintegrasi bangsa.

Anda mungkin juga menyukai