Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATA KULIAH

PENGANTAR ILMU HUKUM

“Kasus Nyata Terkait Dengan Asas Hukum”

DISUSUN OLEH :

HARIMURTI WIBOWO A1012181227

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
URAIAN KASUS :

Seorang pemuda asal Sumber, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah, dibekuk polisi

lantaran diduga kerap memeras di rumah keluarga artis dan pelawak Nunung “Srimulat”.

Pemuda bernama Andi Rismanto alias Ambon yang dikenal sebagai preman kampung

meminta jatah Rp 150 ribu per minggu dengan alasan iuran keamanan.

Saat dimintai keterangan, ia hanya bisa tertunduk lesu. Pemuda bertato ini

ditangkap aparat Kepolisian Sektor Banjarsari, menyusul laporan salah seorang kerabat

Nunung. Dari keterangan saksi, tersangka sering memeras di rumah keluarga tersebut. Jika

tidak dituruti, maka pelaku tidak segan melakukan kekerasan.

Perilaku tersangka pun dianggap meresahkan. Tidak hanya keluarga Nunung

“Srimulat” yang menjadi korban, tapi juga warga lain di kawasan tersebut. Dari pengakuan

tersangka, uang yang diperoleh digunakan untuk membeli rokok dan minuman keras.

Selain menangkap tersangka, polisi menyita barang bukti uang sebesar Rp 20 ribu dan kartu

tanda penduduk milik tersangka. Atas perbuatannya, tersangka dijerat pasal pemerasan

dengan ancaman hukuman maksimal sembilan tahun penjara.

ANALISA KASUS :

Hukum pidana adalah hukum yang mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran

dan kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum serta bagi pelanggarnya diancam

dengan hukum yang berupa suatu penderitaan atau siksaan.


Dari definisi tersebut diatas dapat kita menggolongkan kasus tersebut sebagai kasus pidana

karena perbuatan yang dilakukan Andi Rismanto alias Ambon itu telah mengganggu

kepentingan umum.

Dilihat dari sisi sumber tindakan pada hukum pidana ada 3 macam:

1.      Laporan ialah pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak dan kewajiban

berdasarkan Undang-Undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau

diduga akan terjadi peristiwa pidana.

2.      Pengaduan ialah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada

pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hukum seorang telah melakukan tindak

pidana aduan yang merugikannya.

3.     Tertangkap tangan ialah tertangkapnya seseorang pada waktu sedang melakukan tindak

pidana atau dengan segera setelah beberapa saat atau diserukan oleh khalayak ramai atau

ditemukan benda yang diduga keras dipergunakan untuk melakukan tindak pidana.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam kasus tersebut dilihat dari sumber

tindakan polisi merupakan pengaduan, karena polisi melakukan tindakan setelah adanya

laporaan dari salah seorang keluarga Nunung “Srimulat”.

Pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana(KUHP) pelaku Andi Rismanto telah melakukan

tindak pidana pemerasan kepada keluarga Nunung dengan cara meminta secara paksa uang

Rp 150.000,- setiap minggu. Karena yang melakukan tindak pidana adalah warga Negara

Indonesia dan terjadi di wilayah Indonesia, maka berlaku hukum pidana Indonesia , yang

berarti KUHP (asas teritorialitas).


Pelaku dijerat oleh pasal mengenai pemerasan yang diatur dalam pasal 368

KUHPidana. Dalam ketentuan Pasal 368 KUHP tindak pidana pemerasan diramuskan dengan

rumusan sebagai berikut :

1. Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara

melawan hukum, memaksa orang lain dengan kekerasan atau ancaman kekerasan,

untuk memberikan sesuatu barang, yang seluruhnya atau sebagian adalah milik orang

lain, atau supaya memberikan hutang maupun menghapus piutang, diancam, karena

pemerasan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

2. Ketentuan Pasal 365 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) berlaku dalam tindak pidana ini.

Dalam pasal diatas terdapat unsur-unsur sebagai berikut:

  Unsur obyektif yaitu unsur yang terdapat di luar diri si pelaku tindak pidana, yang meliputi

unsur-unsur:

1.      Memaksa .

2.      Orang lain.

3.      Dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.

4.      Untuk memberikan atau menyerahkan sesuatu barang (yang seleruhnya atau sebagian

kepunyaan orang lain).

5.      Supaya memberi hutang.

6.      Untuk menghapus piutang.


  Unsur subyektif, yaitu unsur yang terdapat di dalam diri si pelaku tindak pidana yang meliputi

unsur – unsur :

1.      Dengan maksud.

2.      Untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain.

Kaitannya dengan kasus diatas pelaku memenuhi semua unsur-unsur di atas, baik yang

subjektif maupun yang obyektif. Pelaku memeras korban setiap minggu dengan cara

memaksa untuk memberikan uang Rp 150.000,-, korban pun terpaksa memenuhi permintaan

pelaku. Barang yang diserahkan adalah uang, yang akhirnya digunakan oleh pelaku untuk

membeli rokok dan minuman keras untuk dirinya sendiri. Artinya, pelaku telah memeras

korban untuk menguntungkan dirinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai