Anda di halaman 1dari 2

Kerajaan Pajajaran Menganut Tiga Agama

Tahun 1030 Masehi berdirilah kerajaan Pajajaran. Kerajaan Pajajaran dikenal sebagai
kerajaan Sunda. Berdirinya kerajaan Pajajaran dimulai ketika Sri Maharaja linggawarman
menyerahkan kekuasaan Tarumanegara ke menantunya yang bernama Tarusbawa.
Wretikandayun tidak terima atas hal tersebut dan mendirikan kerajaan Galuh secara mandiri.
Tarusbawa memindahkan kekuasaannya ke Sunda. Setelah itu dilakukan penobatan
Tarusbawa menjadi raja Pajajaran. Agama Hindu dan Buddha masuk melalui pedagang yang
berdagang diwilayah kerajaan Pajajaran. Meskipun raja Pajajaran beragama hindu tetapi tidak
sedikit warganya yang meganut agama budha. Kedua agama ini hidup secara beriringan dan
tidak menimbulkan perselisihan.

Masa kejayaan kerajaan Pajajaran yaitu saat dipimpin oleh Sri Baduga Maharaja atau
dapat disebut sebagai Prabu Siliwangi. Prabu Siliwangi memberikan perhatian lebih kepada
pemuka agama. Hal tersebut dilakukan agar kerajaan dan rakyatnya sejahtera. Prabu
Siliwangi memperkuat sistem dan kekuatan armada peranga agr tidak mudah diserang
kerajaan lain. Prabu Siliwangi membangun karya yang dinamakan Maharena Wijaya dan
membuat jalan yang dapat digunakan untuk menujuibukota Pakuan dan Wanagiri.

Pemuka agama dan para pengikutnya diberi desa perdikan. Tujuan dari Prabu
Siliwangi yaitu untuk menyemangati kegiatan beragama dan dapat menjadi pemimpin
kehidupan para rakyat yang baik. Beberapa prasasti yang ditinggalkan oleh kerajaan
Pajajaran yaitu prasasti Kebantendan dan Batutulis.

Agama baru mulai masuk ke Pajajaran. Prabu Siliwangi tidak mempermasalahkan hal
tersebut. Agama baru tersebut adalah agama islam. Masyarakat Sunda sedikit demi sedikit
mulai mengenal agama baru melalui jalur perdagangan, pernikahan, dan politik. Kedatangan
agama baru pad awalnya menimbulkan friksi di masyarakat. Orang yang meinggalkan agama
Hindu-Buddha, kemudian masuk Islam akan mendapatkan resiko yang ditanggung sendiri.

Orang Islam pertama di Wilayah Sunda adalah Haji Purwa atau dapat disebut sebagai
Bratalegawa. Haji Purwa merupakan putra kedua Prabu Guru Pangandiparamarta
Jayadewabrata atau dapat disebut Sang Bunisora, penguasa Kerajaan Galuh pada saat itu.
Haji purwa memilih menjadi pedagang yang berdagang dengan melintasi Negara. Saat
berdagang Haji Purwa bertemu dengan seorang Muslimah dari Gujarat kemudian ia menjadi
seorang muslim. Haji Purwa menikah dengan muslimah tersebut. Saat Haji Purwa kembali ke
Galuh yang telah menjadi bagian dari kerajaan Pajajaran, ia mengajak adiknya yang bernama
Ratu Banawati untuk masuk Islam, Ratu Banawati menolak ajakan tersebut. Haji Purwa tidak
menyerah begitu saja, ia mengunjungi kakeknya dan mengajak kakeknya untuk masuk Islam
tetapi sang kakek juga menolak ajakan tersebut. Meskipun mendapat berbagai penolakan
hubungan keluarga Bratalegawa tidak retak dan dapat berkomunikasi dengan sewajarnya.

Hubungan harmonis antara Islam dan agama Hindu-Buddha terus diwariskan. Saat,
Prabu Siliwangi mengetahui Cirebon sudah menjadi kerajaan Islam ia tidak marah.
Kemarahan Prabu Siliwangi dipicu karena Cirebon menjalin hubugan yang cukup dekat
dengan Demak. Utusan Pajajaran Tumenggung Jagabaya dan 60 pasukannya diserang oleh
koalisi pasukan Demak-Cirebon. Akibat yang ditimbulkan dari perang ini yaitu banyak
prajurit Pajajaran yang meninggal dunia.

Tahun 1579 Kerajaan Pajajaran runtuh. Hal tersebut dikarenakan penyerangan yang
dilakukan oleh kesultanan Banten. Keruntuhan kerajaan Pajajaran ditandai dengan pindahnya
singgasana raja dari pangkuran Pajajaran ke Keraton Surosowan yang ada di Banten.

Anda mungkin juga menyukai