Anda di halaman 1dari 59

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. Kehamilan

Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan

terdiri dar: ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan

pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan

plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba,

2010; h, 75) sedangkan menurut teori (Sarwono, 2009; h. 213)

menjelaskan bahwa kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Jadi dapat disimplukan dari penegtrian diatas yaitu bahwa kehamilan

merupakan hasil dari pertemuan spermatozoa dan ovum yang akan

bertumbuh kembang menjadi janin sampai dengan umur kehamilan

aterm.

a. Ovulasi

Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh

sistem hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang

berlangsung 20 sampai 35 tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat

mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi proses

pertumbuhan ovum (oogenesis) asalnya epitel germinal -> oogonium-

> folikel primer-> proses pematangan pertama (Manuaba, 2010; h.

75-76). Sedangkan menurut (Sarwono, 2009; h. 134) menjelaskan

bahwa ovulasi merupakan pembesaran folikel secara cepat yang

01

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


11

diakui dengan protrusi dari permukaan korteks ovarium dan pecahnya

folikel dengan ekstrusinya oosit yang ditempeli oleh cumulus ooforus.

b. Spermatozoa.

Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang

kompleks. Spermatogonium berasal dari sel primitive tubulus, menjadi

spermatosit pertama, menjadi spermatosit kedua, menjadi

spermatisod, akhirnya spermatozoa. Pertumbuhan spermatozoa

dipengaruhi matarantai hormonal yang kompleks dari pancaindera

hipotalamus, hipofisis, dan sel interstitial leydig sehingga

spermatogonium dapat mengalami proses mitosis. Pada setipa

hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung

40 sampai 60 juta spermatozoa setiap cc. bentuk spermatozoa

seperti kecebong yang terdiri dari kepala, leher dan ekor (Manuaba,

2010; h. 76).

c. Konsepsi.

Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut dengan

konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot. Proses konsepsi dapat

berlangsung seperti uraian dibawah ini. Keseluruhan proses tersebut

merupakan matarantau fertilisasi atau konsepsi (Manuaba, 2010;

h. 76).

1) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovuasi, diliouti oleh korona

radiate, yang mengandung persediaan nutrisi.

2) Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metaphase ditengah

sitoplasma yang disebut vitelus.

3) Dalam perjalnaan, korona radiate makin berkurang pada zona

pelusida. Nutrisi dialirkan kedalam vitelus, melalui saluran pada

zona pelusida.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


12

4) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempoat yang paling

luas yang dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel yang

mempunyai silia. Ovum mempunyai waktu hidup terlama didalam

ampula tuba.

5) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam

d. Proses Nidasi atau implantasi

Dengan mausknya inti spermatozoa kedalamsitoplma, “vitelus”

membangkitkan kemabli pembelahan dalam inti ovum yang dalam

keadaan”metaphase”.Proses pemecahan dan pematanganmengikuti

bentuk anaphase dan “telofase” sehingga pronukleusnya manjadi

“haploid” (Manuaba, 2010; h. 79).

Pada proses nidasi pada hari ke empat hasil konsespsi

mencapai stadium blastula yang disebut dengan blastokista, suatu

bentuk yang di bagian luarnya adalah trofoblas dan dibagian

dalamnya adalah disebut dengan massa iner cell. Trofoblas

mempunyai kemampuan untuk menghancurkan dan mencairkan

jaringan menemukan endometrium dan masa sekresi, dengan sel-sel

desidua. Invasi trofoblas diatur oleh pengaturan kadar HCG.

Sinsisiotrofoblas menghasilkan HCG yang akan mengubah

sitotrofblas menyekresikan hormone yang noninvasive (Sarwono,

2009; h. 143).

e. Pembentukan plasenta

Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri di

dinding depan atau belakang. Pada blastula, penyebaran sel trofoblas

yang tumbuh tidak rata, sehingga bagian blastula dengan inner cell

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


13

mas akan tertanam kedalam endometrium. Sel trfoblas

menghancurkan endometrium sampai terjadi pembentukan pasenta

yang berasal dari primer vili korealis (Manuaba, 2010; h.82).

Menurut (Sarwono, 2009; h. 145) menjelaskan bahwa

plasentasi berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi.

Dalam 2 minggu pertama perkembangan hasil konsepsi, trofoblas

invasive telah melakukan penetrasi ke pembuluh darah endometrim. 3

minggu pascafertilisasi sirkulasi darah janin dini dapat diidentifikasi

dan dimulai pembentukan vili korialis. Plasenta juga memounyai

fungsi yaitu pertukaran gas yan terpenting ialah transfer oksigen dan

karbondioksida. Saturasi oksigen pada ruang intervili plasenta ialah

90 %, sedangkan tekanan parsial ialah 90 mmHg. Sekalipun tekanan

pO2 janin hanya 25 mmHg.

f. Perubahan fisiologis pada kehamilan.

1. Uterus.

Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau

beratnya 30 gram akan mengakamu hipertofidsn hyperplasia,

sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot

rahim mengalami hyperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar,

lunak, dan dapat mengikuti pembesara rahim karena

pertumbuhan janin (Manuaba, 2010; h. 85).

Perubahan pada stimulus uteri (rahim) meneybabkan

isthmus menjadi lebih panjang dan lunak sehingga pada

pemeriksaan dalam seolah-olah kedua jari dapat saling sentuh.

Perlunakan isthmus disebut tanda hegar.hubungan antara

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


14

besarnya rahimdan usia kehamilan penting untuk diketahui karena

kemungkinan penyimoangan kehamilan seperti kehamilan

kembar, hamil molahidatidosa, hamil dengan hidramnion yang

akan teraba lebih besar (Manuaba, 2010; h. 87). Menurut

(Sarwono. 2009; h. 134) menjelaskan bahwa dengan

diproduksinya hormone steroid oleh ovarium secara klinik akan

menginduksi perubahan penting pada uterus, yang melibatkan

endometrium dan mukosa servix.

2. Vagina

Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah

karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna

merah dan kebiruan (Manuaba, 2010; h. 92).

3. Ovarium

Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang

mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan

fungsinya samoai terbentuknya plasenta yang sempurna pada

usia kehamilan 16 minggu (Manuaba, 2010; h. 92).

4. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan

senagai persiapan pemberan asi pada saat laktasi.

Perkembangan payudara tidak dapat di lepaskan dari pengaruh

hormone saat kehamilan, yaitu estrogen, progesterone dan

somatomamotrofin (Manuaba, 2010; h. 92).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


15

5. Sirkulasi darah

Peredaran darah ibu dipengaruhi ebberapa factor, antara

lain:

1) Meningkatkan kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat

memenuhi kebutuhanm perkembangan dan pertumbuhan

janin dalam rahim.

2) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada

sirkulais retroplasenter.

3) Pengaruh hormone estrogen dan progesterone makin

meningkat.

6. Plasenta

Plasenta merupakan akar jamim untuk menghisap nutrisi

dari ibu dalam bentuk O₂, asam amino, vitamin, minersl, dsn zat

lainnya dan progesterone dan korpus sisa metabolism janin CO₂

(Manuaba, 2010; h. 96).

Arus darah uteor-plasenta yaitu dihubungkan dengan tali

pusat yang berisi dengan 2 arteri dan satu vena, vena berisi darah

penuh oksigen, sedangkan arteri yang kembali dari janin berisi

darah kotor. Tali pusat berisi mukopolisakarida yang disebut

dengan jeli Wharton dan bagian luar adalah epitel amnion,

panjang tai pusat bervariasi, yaitu 30-90 cm. pada kehamilan

aterm arus darah pada tali pusat berkisar 350 ml/ menit. Pada

bagian ibu dimana arteri spiral menyemburkan darah, tekanan

relative rendah yaitu 10 mmHg, arus darah uteroplasenta pada

kehamilan aterm diperkirakan 500-750 ml/menit.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


16

Beberapa hormone yang dihasilkan oleh plasenta.

1. Korionik gonadotropin

Menurut teori (Sarwono, 2009; h. 166) menjelaskan

bahwa plasenta merupakan tempat utama sintesis dan

sekresi hCG. hCG ini merupakan suatu glikoprotein

yang mempunyai berat molekul 39.000 dalton, terdiri

dari 2 subunit alpha dan beta yang masing-masing

tidak mempunyai aktivitas biologic kecuali bila

dikombinasikan.

Menurut (Manuaba, 2010; h. 96) menjelaskan

adapun fungsi-fungsi dari plasenta:

1) Merangsang korpus luteum menjadi korpus luteum

gravidarum sehingga dapat tetap mengeluarkan

estrogen dan progesterone, dan korpus luteum

berfungsi sampai plasenta sempurna.

2) Bersifat khas kehamilan sehingga dapat dipakai

sebagai hormontes kehamilan.

3) Puncaknya tercapai pada hari ke-60

4) Setelah persalinan, dalam urine tidak dijumpai.

2. Korionik somatomamotrofin (Manuaba, 2010; h. 96)

1) Hormone untuk metabolisme protein

2) Bersifat laktogenik dan luteotropik

3) Menimbulkan pertumbuhan janin

4) Mengatur metabolism karbohidrat dan lemak

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


17

3. Estrogen plasenta, estrogen plasenta dalam bentuk

estradiol, estriol, dan estron. Estrogen plasenta

mempunyai fungsi:

1) Pertumbuhan dan perkembangan otot rahim

2) Retensi air dan garam

3) Perkembangan tubulus payudara sebagai persipan

ASI

4) Melaksanakan sintesis protein

4. Progesterone, menurut teori (Sarwono, 2009; h. 170)

menjelaskan bahwa hormone progesteorn

memproduksi steroid selama kehamilan merupakan

hasil dari kerja sama antara maternal, plasenta dan

janin.

Menurut (Manuaba, 2010; h. 96) menjelaskan

bahwa awal kehamilan diproduksi oleh korpus luteum

dan plasenta progesterone berfungsi untuk:

1) Penenang otot rahim selama kehamilan

2) Bersama estrogen

3) Menghambant proses pematngan folikel de graaf

4) Menghambat pengeluaran LH

g. Pertumbuhan dan perkembangan janin.

Menurut teori (Varney. 2007; h. 504) menjelaskan bahwa

pertumbuhan dan perkembangan janin dimulainya pertemuan

spermatozoa dan ovum yang akan terjadi fertilisasi (pembuahan),

yang akan berubah menjadi zigot dan transport selama minggu

pertama kehidupan, implantasi, embriologi (yang secara kasar

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


18

mencakup periode kehidupan mulai minggu ke dua hingga minggu

kietujuh pascafertisiasi).

h. Diagnosis kehamilan (Manuaba, 2010; h. 106-109)

1. Tanda dugaan kehamilan

a. Amenore, konsepsi dan nidasi akan menyebabkan tidak terjadi

pembentukan folikel de graaf dan ovulasi

b. Mual dan muntah, ini ada pengarungnya dari hormone

estrogen menyebabkan pengeluaran asam lambung yang

berlebihan.

c. Ngidam, wanita hamil sering mengingikan makanan tertentu

d. Pingsan, terjaidnya gangguan sirkulasi kedaerah kepala

menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan

pingsan

e. Payudara tegang, pengruh dari estrogen dan progesterone

dan somatomamotrofin menimbulkan deposit lunak, air, dan

garam pada payudara.

2. Tanda tidak pasti kehamilan.

a) Rahim membesar

b) Pada pemeriksaan dalam, dijumoai tanda hegar, tanda

Chadwick

c) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positiif

3. Tnda pasti kehamilan.

a) Gerakan janin dalam rahim

b) Terlihat/teraba gerakan janin

c) Adanya DJJ

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


19

Sedangkan menurut teori (Sarwono. 2009; h. 213)

menjelaskan bahwa untuk menegakkan diagnose kehamilan kita

perlu melakukan uji hormonal kehamilan, dan memahami adanya

perubahan anatomic dan fisiologis pada kehamilan,

i. Jadwal pemeriksaan antenatal care (Manuaba, 2010; h. 114)

1. Trimester I dan II

a) Setiap bulan sekali

b) Diambil data tentang leboratorium

c) Pemeriksaan USG

d) Nasihat tentang diet empat sehat lima sempurna tambahan

protein 0,5 g/kg

e) Observasi adanya penyakit yang dapat mempengaruhi

kehamilan, komplikasi kehmilan

f) Rencana untuk pengobatan penyakitnya menghindari

terjadinya komplikasi kehamilan dan imunisasi tetanus

2. Trimester III

a) Setiap dua minggu sekali sampai ada tanda kelahiran

b) Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan

c) Diet empat sehat lima sempurna

d) Pemeriksaan USG

e) Imunisasi tetanus II

f) Observasi adanya penyakit yang dapat mempengaruhi

kehamilan, komplikasi kehmilan TM 3

g) Rencana pengobatan

h) Penkes tentang tanda-tanda persalinan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


20

Menurut (Sarwono, 2009; h. 98) menjelaskan untuk jadual

kunjungan ulang:

1. Kunjungan I (16 minggu dilakukan untuk):

a. Penapisan dan pengobatan anemia.

b. Perencanaan persalinan.

c. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan

pengobatannya.

2. Kunjungan II ( 24-28 minggu ) dan kunjungan III (32

minggu) , dilakukan untuk:

a. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan

pengobatannya.

b. Penapisan preeklamsia, gamely, infeksi alat reproduksi

dan saluran perkemihan, MAP.

c. Mengulang perencanaan persalinan.

3. Kunjungan IV (36 minggu sampai lahir).

a. Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III

b. Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi

c. Memantapkan rencana persalinan

d. Mengenali tanda-tanda persalinan.

j. Deteksi dini terhadap komplikasi

1. Perdarahan pervaginam masa hamil muda.

a. Abortus

1. Pengertian

1.1 Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh

akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


21

tersebut berusia 22 minggu atau biuh kehamilan belum

mampu hidup diluar kandungan (Manuaba. 2010; h.

120). Sedangkan menurut (Varney. 2007; h. 604)

menjelaskan bahwa abrtus merupakan proses

pengeluaran hasil konsepsi secara paksa sebelum

janin mampu.

2.1 Abortus spontan adalah abortus terjadi secara alamiah

tanpa intervensi luar (buatan) untuk mengahiri

kehamilan tersebut (Manuaba. 2010; h. 121).

Sedangkan (Varney. 2007; h. 604) menjelaskan bahwa

abrtus spontan adalah pengeluaran hasil konsespsi

secara paksa dalam umur kehamilan hingga 20 minggu

ata berat janin 500 gram.

3.1 Abortus buatan abortus yang terjadi akibat intervensi

tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses

kehamilan.

2. Jenis Abortus

a) Abortus Iminen

Abortus yang mengancam, perdarahan bisa

berlanjut beberapa hari atau dapat berulang.dalam

kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut

atau diertahankan. beberapa kepustakaan

menyebutkan beberapa resiko untuk terjadinya

prematuritas atau gangguan pertumbuhan janin

didalam Rahim (Manuaba. 2010; h. 122) sedangkan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


22

menurut (Varney. 2007; h. 605) menjelaskan bahwa

abortus iminen dapat disertai nyeri akibat kram pada

abdomen bawah atau nyeri pada punggung bawah,

tetapi bisa juga tidak.

b) Abortus Insipiens

Abortus didiagnosa apabila pada wanita hamil

ditemukan perdarahan banyak, kadang-kadang keluar

gumpalan darah disertai nyeri karena kontraksi Rahim

kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks

sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban

dapat diraba.kadang-kadang perdarahan dapat

menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan yang

tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga

evakuasi harus segera dilakukan (Manuaba. 2010; h.

122) menjelaskan bahwa abortus insipient terjadi

ketika ada pembukaan serviks dan/atau pecah ketuban

disertai perdarahan dan nyeri pada abdomen bagian

bawah atau pada punggung.

c) Abortus Inkomplit

Didiagnosis apabila sebagian dari hasil

konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi

sebagian tertinggal (biasanya jaringan

plasenta).perdarahan biasanya terus berlangsung,

banyak dan membahayakan ibu. serviks terbuka

karena masih ada benda didalam Rahim yang

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


23

dianggap sebagai benda asing. oleh Karen itu uterus

akan berusaha mengeluarkan dengan mengadakan

kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri namun tidak

sehebat insipiens (Manuaba. 2010; h. 122). Sedangkan

teori (Varney. 2007; h. 605) menjelaskan bahwa

abortus inkomplit terjadi ketika plasenta tidak keluarkan

bersama janin pada saat terjadi.

d) Abortus komplitus

Hasil konsepsi lahir dengan lengkap.pada

keadaan kuretase tidak diperlukan. perdarahan segera

berkurang setelah isi Rahim dikeluarkan dan selambat-

lambatnya dalam 10 hari perdarahan akan berhenti

sama sekali, karena dalam masa ini luka rahim telah

sembuh dan epitelisasi telah selesai. serviks akan

segera menutup kembali. jika 10 hari setelah abortus

masih ada perdarahan, abortus inkomplit pasca

abortus harus dipikirkan (Manuaba. 2010;h. 122).

Sedangkan menurut (Sarwono. 2009; h. 469)

menjelaskan bahwa abortus komplitus merupakan

pengeluaran seluruhan hasil konsepsi yang telah

keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20

minggu dan berat badanya kurang dari 500 gr. Pada

tes urin biasanya masih positif sampai 7-10 hari

setelah abortus.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


24

e) Apabila buah kehamilan yang tertahan dalam Rahim

selama 8 minggu atau lebih. Sekitar kematian janian

kadang-kadang ada oerdarahan pervaginam sedikit

sehingga menimbuljan gambaran abortus iminens.

f) Missed abortus

Merupakan janin yang sudah meninggal, tetapi

hasil konsepsi masih ada didalam rahim selama

beberapa jangka waktu yang lebih panjang (dua

minggu atau lebih (Varney. 2007;h. 605).

g) Abortus febrilis

Abortus yang disertai rasa nyeri atau febris

h) Kehamilan ektopik

Kehamilan ektopik adalah kehmailan yang

terjadi diluar Rahim.misalnya dalam tuba, ovarium,

rongga perut, serviks, partsinterstisialis, atau dalam

tanduk rudiameter Rahim (Manuaba. 2010; h. 123).

Sedangkan menurut (Varney. 2007; h. 606)

menjelaskan bahwa kehamilan ektopik terjadi setiap

saat ketika penanaman blastosit berlangsung

dimanapun, kecuali di endometrium yang melapisi

rongga uterus.

i) Molahidatidosa

Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana

setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang

menjadi embrio tetapi terjadi poliferasi dari vili korialis

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


25

disertai dengan degenerasi hidrofik (Manuaba. 2010; h.

123) sedangkan menurut teori (Varney. 2010; h. 607)

menjelaskan bahwa molahidatidosa merupakan

kehamilan yang secara genetic tidak normal, yang

muncul dalam bentuk keluhan perkembangan plasenta.

b. Hiperemesis gravidarum

Hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah

berlebihan selama masa hamil. Muntah ini umum dialami oleh

wanita hamil. Hipermesis gravidarum dapat terjadi disetiap

trimester, biasanya diawali pada trimester pertama dan

menetap selama kehamilan dengan tingkat keparahan

bervariasi (Varney. 2007; h. 608)

c. Nyeri perut pada kehamilan.

Nyeri perut kehamilan 22 minggu atau kurang.hal ini

mungkin gejala utama pada kehamilan ektopik atau abortus.

k. Tanda-tanda bahaya pada kehamilan lanjut

1. Perdarahan pervaginam.

1.1 Batasan

Perdarahan antepartum/ perdarahan pada kehamilan

lanjut adalah perdarahan pada trimester terakhir dalam

kehamilan sampai bayi dilahirkan. pada kehamilan lanjut,

perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak dan

kadang-kadang tapi tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


26

2.1 Jenis-jenis perdarahan antepartum

a. Plasenta previa.

1. Pengertian

Adalah plasenta yang berimplantasi rendah

sehingga menutupi sebagian/seluruh uteri unternum.

(implantasiplasenta yang normal adalah pada dinding

depan, dinding belakang Rahim atau didaerah fundus

uteri). Sedangkan menurut (Manuaba. 2010;h. 248)

menjelaskan bahwa plasenta previa merupakan

plasenta dengan implantasi disekitar segmen bawah

rahim, sehingga dapat menutupi sebagian ata seluruh

ostium uteri internum.

b. Solution plasenta

Menurut (Manuaba, 2010; h. 254) menjelaskan

bahwa solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta

sebelum watunya dengan implantasi normal pada

kehamilan trimester ketiga. Sedangkan menurut

(Sarwono. 2009; h. 264) menjelaskan bahwa solusio

plasenta merupakan peristiwa terlepasnya plasenta

yang letaknya normal dari dinding uterus sebelum

waktunya.

c. Sakit kepala yang berat

Masalah: wanita hamil mengeluh nyeri kepala yang

hebat, sakit kepala seringkali merupakan

ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. sakit

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


27

kepala yang menunjukan suatu masalah serius adalah

sakit kepala yang menetap dan tidak hilang dengan

beristirahat (Manuaba. 2010; h. 123)

2. Masa persalinan.

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan

janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelhiran normal adalah

proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-

42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa

kolikasi baik ibu maupun janin (Wahyu, Icemi Sukarni. 2013; h. 187).

Sedangkan menurut (Manuaba. 2010;h. 164) menjelaskan bahwa

persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan

melalui jalan lahir atau jalan lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa

persalinan merupakan pengeluaran hasil konsepsi dengan umur

kehamilan aterm dengan ditandai dengan adanya penipisan serviks.

a. Tanda –tanda persalinan

Menurut (Manuaba. 2010; 169) menjelaskan adanya tanda-tanda

perslinan:

1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak

kontraksi yang semakin pendek.

2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir,

lendir bercampur darah)

3. Dapat disertai ketuban pecah.

4. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks

(perlunakan serviks, perdarahan serviks, terjadi pembukaan

serviks).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


28

b. Faktor yang mempengaruhi persalinan adalah

Menurut (Wahyu, Icemi Sukarni. 2013; h. 186) menjelaskan

tentang factor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu:

1. Power (tenaga yang mendorong)

a. His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan

1) His persalinan yang menyebabkan pebdataran dan

pembukaan serviks

2) His pendahuluan tidak berpengaruh terhadap serviks

a. Tenaga mengejan:

a) Kontraksi otot-otot dinidng perut

b) Kepala di dasar panggul merangsang mengejan

c) Paling efektif saat kontraksi/his.

2. Passage/panggul

a. Bagian-bagian tulang panggul

1. Dua os coxae:

a) Os ischium

b) Os pubis

c) Os sacrum

d) Os iliium

2. Os cossygis

Pelvis mayor disebelah atas pelvis minor, suoerior dari

linea terminalis. Fungsi obstetrinya menyangga uterus

yang membesar waktu kehamilan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


29

Bagian-bagian pelvis minor

Dibagi menjadi 3 bagian:

1. PAP

1) Anterior: crista dan spina pubica

2) Lateral: linea illiopectinea pada oscoxae

3) Posterior: tepi anterior os sacri dan promontorium

2. Cavum pelvis

1) Dinding depan lurus dan dangkal os pubis panjangnya

5 cm

2) Dinding belakang cekung dan dalam. Panjang os sacrum 10-

15 cm

3) Os ischium dan sebagian corpus ossis illi terdapat disebelah

lateral

3. PBP

1) Anterior: lig arcuatum pubis dan arcus pubis

2) Lateral: tuber ischiadika dan ligamentum sacrotuberosum

3) Posterior: ujung sacrum

1. Persalinan kala I

a. Pengertian

Persalinan kala I dimulai dari saat persalinan mulai sampai

pembukaan lengkap (10 cm). proses ini terbagi dalam 2 fase, fase

laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam)

serviks membuka dari 3 sampai 10 cm. kontraksi akan lebih kuat

dan sering selama fase aktif (Sarwono. 2009;h. 102) sedangkan

menurut (Varney. 2007; h. 672) menjelaskaan bahwa persalinan

kala I merupakan sebagai permulaan kontraksi persalinan sejati,

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


30

yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif dan diakhiri

dengan pembukaan lengkap (10 cm).

b. Keadaan psikologis ibu bersalin kala I

Menurut (Wahyu, Icemi Sukarni. 2013; h. 187).

Menjelaskan bahwa pada kala I tidak jarang ibu akan mengalami

perubahan psikologi:

1) Rasa takut

2) Stress

3) Ketidaknyamanan

4) Cemas

5) Marah-marah dll.

a. Kebutuhan dasar ibu bersalin kala I (Wahyu, icemi sukarni.

2013; h. 187).

1) Kebutuhan akan rasa aman dan nyaman

2) Nutrisi

3) Kebutuhan privasi

4) Kebutuhan dukungan emosional, social danspiritual

b. Penyulit kala I (Wahyu, Icemi Sukarni. 2013; h. 187).

1) Partus lama

2) Gawat janin

3) Rupture uteri

c. Tanda bahaya persalinan kala I (Wahyu, Icemi Sukarni.

2013; h. 187).

1. Tekanan darah >140/90 mmHg, rujuk ibu dengan

membaringkan ibu miring kiri sambil diinfus dengan

larutan D %.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


31

2. Temperatur >38oC, beri minum banyak, beri antibiotik,

rujuk

3. DJJ <100 atau >160 x/menit, posisi ibu miring kekiri,

beri oksigen, rehidrasi, bila membaik diteruskan

dnegan pantauan partograf, bila tidak membaik rujuk.

4. Kontraksi <2kali dalam 10 menit berlangsung <40detik,

atur ambulasi, perubahan posisi tidur, kosongkan

kandung kencing, stimulasi puting susu, memberi

nutrisi, jika partograf melebihi garis waspada rujuk.

5. Servik, melewati garis waspada beri hidrasi, rujuk.

6. Cairan anmionitic bercampur mekonium/darah/berbau

beri hidrasi, antibiotika, posisi tidur miring kekiri dan

rujuk.

7. Urine, volume sedikit dan kental, beri minum banyak.

d. Kemajuan persalinan.

Menurut (Varney. 2007;h. 678) menjelaskan bahwa

persalinan kala I di bagi menjadi 2 fase yaitu fase laten dan

fase aktif. Fase laten merupakan periode waktu dari awal

persalinan hingga ke titik pembukaan mulai berjalan secara

progresif, yang umumnya dimulai sejak adanya kontraksi

muncul hingga pembukaan 3. Kontraksi menjadi lebih stabil

selama fase laten sering dengan peningkatan frekuensi, durasi

dan intensitas dari mulai terjadi setiap 10-20 menit

berlangsung 15-20 detik. Sedangkan untuk fase aktif

merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif

pembukaan hingga pembukaan menjadi komplet dan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


32

mencakup fase transisi. Pada fase aktif ini kontraksi biasanya

muncul setiap dua sampai 3 menit, berlangsung sekitar 60

detik dan mencapai instensitas yang kuat.

2. Persalinan kala II

Menurut (Varney. 2007; h. 751) menjelaskan bahwa

persalinan kala II yaitu persalinan dimulai dengan dilatasi lengkap

servikx dan diakhiri dengan kelahiran bayi. Sedangkan menurut

(Wahyu, Icemi Sukarni. 2013; h. 217) menjelaskan bahwa persalinan

kala II yaitu dimulainya dari pembukaan lengkap sampai bayi baru

lahir, dari penegertian diatas dapat disimpulkan bahwa persalinan

kala II yaitu persalinan dimulainya pembukaan lengkap sampai

dengan bayi baru lahir.

1. Perubahan fisiologi/respon fisiologis persalinan kala II (Wahyu,

Icemi Sukarni. 2013; h. 187).

a. Respon fisiologis persalinan kala II

1) Sistem cardiovaskuler

a) Kontraksi menurunkan aliran darah mnenuju uterus

sehingga jumlah darah dalam sirkulasi ibu meningkat

b) Resistensi perifer meningkat sehingga tekanan darah

meningkat

c) Saat mengejan -> cardiac output meningkat 40-50%

d) TD sistolik meningkat rata-rata 15 mmHg saat

berkontraksi

2) Respirasi

a) Respon terhadap perubahan sistem kardiovaskuler

b) Percepatan pematangan surfaktan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


33

3) Pengaturan suhu

a) Aktifitas otot yang meningkat menyebabkan sedikit

kenaikan suhu

b) Keseimbangan cairan

4) Urinaria

a) Perubahan

1. Ginjal memekatkan urine

2. Berat jenis meningkat

3. Ekskresi protein trace

b) Oenekanan kepala janin menyebabkan tonus vesica

kandung kencing menurun

2. Tanda dan gejala persalinan kala II (Wahyu, Icemi Sukarni. 2013;

h. 187).

a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi

b. Ibu merasaka ada peningkatan tekanan pada rektu/vagina

c. Perineum menonjol

d. Vulva vagina, spinter ani membuka

e. Meningkatnya pengeluaran lendir darah

Sedangkan menurut (Manuaba. 2010; h. 173) menjelaskan

bahwa tanda dari persalinan adalah terjadinya his persalinan,

pengeluaran lendir dan darah, pengeluaran cairan.

3. Tahap persalinan.

Sedangkan menurut (Manuaba. 2010; h. 173) menjelaskan

bahwa :

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


34

a. His semakin kuat, dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50

sampai 100 detik.

b. Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai dengan

pengeluaran secara mendadak.

c. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti

keinginan mengejan, karena tertkannya pleksus

frankenhauser.

d. Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala

bayi sehingga terjadi kepala membuka pintu, suboksiput

bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun

besar, dahi, hidung, dan muka dan kepala seluruhnya.

e. Kepala lahir seluruhnya dan didikuti putaran paksi luar.

f. Setelah terjadi putaran paksi luar langsung melakukan

biparietal.

4. Diagnose persalinan kala II.

Menurut (Wahyu, Icemi Sukarni. 2013; h. 220). Diagnosis

kala II dapat ditegakan atas dasar hasil pemeriksaan dalam

menunjukan pembukaan serviks telah lengkap dan terlihat bagian

kepala bayi pada interoitus vagina atau kepala janin sudah

tampak di vulva dengan diameter 5-6cm

5. Asuhan persalinan normal kala II

1. Memastikan partus set telah disiapkan dengan lengkap.

2. Memakai APD

3. Memasukan oxitocin ke dalam spuit.

4. Melakukan vulva hygiene

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


35

5. Melakukan VT untuk memastikan pembukaan lengkap.

6. Memberitahu ibu bahwa pembukaan lengkap

7. Meminta keluarga membantu ibu menyiapkan posisi mengejan

8. Melaksanakan bimbingan meneran saat ada kontraksi.

9. Meletakan handuk / kain bersih diatas perut ibu saat kepala

terlihat 5-6 cm didepan vulva.

10. Meletakan underpad dibawah bokong ibu.

11. Membuka partus set dan periksa kelengkapannya.

12. Memakai sarung tangan panjang

13. Setelah nampak didepan vulva 5-6cm, tangan kanan

melindungi perineum dan tangan kiri berada diatas vulva untuk

menahan kepala bayi agar tidak terjadi defleksi maksimal

menganjurkan ibu mengejan perlahan sambil bernafas

pendek- pendek.

14. Mengecek lilitan tali pusat.

15. Menunggu kepala bayi putar paksi luar

16. Memegang biparietal menggerakan kepala bayi ke bawah

sehingga bahu depan keluar dan menggerakan ke atas untuk

melahirkan bahu belakang.

17. Menggeser tangan kanan ke bawah ke arah perineum untuk

menyangga kepala lengan dan siku sebelah bawah

menggunakan tangan kiri menelusuri dan memegang lengan

siku sebelah atas.

18. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir penelusuran tangan

berlanjut ke punggung, bokong, tungkai serta kaki dan kedua

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


36

tangan memegang kedua mata kaki.

19. Melakukan penilalian sekilas pada bayi

20. Mengeringkan dan memposisikan tubuh bayi diatas perut ibu.

21. Menjepit tali pusat ± 3cm dari umbilicus bayi, lakukan

penjepitan kedua 2 cm dari klem pertama.

22. Memotong dan mengikat tali pusat.

23. Melakukan IMD 1 jam.

24. Menyelimuti bayi dan ibu dengan kain hangat dan memasang

topi dikepala bayi.

4. Persalinan kala III

a. Pengertian

Menurut (Sarwono. 2009; h. 100) menjelaskan bahwa

perslinan kala III dimulai dari segera setelah bayi lahir sampai

lahirnya pasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

1. His pelepasan uri

2. Tanda pelepasan plasenta

3. Perdarahan dianggap patologis bila melebihi 500CC

b. Asuhan pada ibu bersalin kala III

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahir plasenta,

yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir

uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat.

Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk

melepaskan plasenta dan dindingnya. Sedangkan menurut

(Sarwono. 2009; h. 116) menjelaskan bahwa untuk asuhan yang

diberikan pada persalinan kala III yaitu

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


37

a. Jepit dan gunting tali pusat.

b. Menyuntikan oksitoxyn

c. Melakukan PTT

d. Masase fundus.

4 point diatas merupakan hal yang penting dalam melakukan

persalinan kala III.

c. Asuhan pada ibu bersalin kala IV

Dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama

postpartum. Observasi yang biasa dilakukan adalah tingkat

kesadaran penderita, pemeriksaan TTV, kontaksi uterus,

terjadinya perdarahan.

3. Masa nifas

a. Pengertian masa nifas

Masa nifas adalah masa dimulainya bebrapa jam sesuda

lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas

dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung

kira-kira 6 minggu (Marmi, 201; h. 11) sedangkan menurut (Vivian.

2011; h. 1) menjelaskan bahwa masa nifas dimulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kebamli seperti

semula.

b. Tujuan asuhan masa nifas (Marmi, 2011; h. 11)

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis

perkembangan ini antara lain:

a. Merubah pola tidur bersama dengan anak-anak pada bebrapa

minggu sebelum kelahiran.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


38

b. Mempersiapkan keluarga dan kawan-kawan anak balitanya

dengan menanyakan perasaanya terhadap kehadiran anggota

yang baru.

c. Mengajarkan pada orang tua untuk menerima perasaan yang

ditunjukan oleh anaknya

d. Memperkuat kasih sayang terhadap anaknya.

Sedangkan menurut (Vivian. 2011; h. 2) menjelaskan

bahwa tujuan masa nifas adalah :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya.

b. Melaksanakan skrining secara komprehensif.

c. Memberikan pendidikan kesehatan diri.

d. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai laktasi dan

perawatan payudara.

e. Konseling mengenal KB.

c. Perubahan fisiologis masa nifas

a. Perubahan sistem reproduksi

1. Sistem reproduksi pada masa kehamilan

a. Uterus

Tumbuh membesar primer, maupun sekunder akibat

pertumbuhan isi konsepsi intrauterin, estrogen

menyebabkan hiperplasi jaringan, progesteron berperan

untuk elastisitas atau kelenturan uterus. Taksiran kasar

uterus pada perabaan TFU (Marmi, 2011; h.83).

b. Vagina atau vulva

Terjadi hipervaskularisasi akibat pengaruh estrogen

dan progesteron, warna merah kebiruan (Marmi, 201; h.83)

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


39

c. Ovarium

Sejak kehamilan 16 minggu, funduk diambil alih oleh

plasenta, terutama fungsi produksi progesteron dan

estrogen.

2. Sistem reproduksi pada masa nifas

a. Involusi uterus.

1. Iskemia miometrium

Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus

menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta

membuat uterus relative anemia dan menyebabkan

serat otot atrofi.

2. Atrofi jaringan

Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian

hormon estrogen saat pelepasan plasenta.

3. Autolysis

Ini merupakan proses penghancuran diri sendiri

yang terjadi didalam otot uterine.

4. Efek oksitosin

Ini menyebabkan terjadinya kontraksi dan retaksi

otot uterine sehingga akan menekan pembuluh darah

yang mengakibatkan berkurannya suplai darah yang

mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus

(Marmi, 2011; h. 85)

b. Involusi tempat plasenta

Setelah persalinan tempat plasenta merupakan

tempat dengan permukaan kasara, tidak rata dan kira-kira

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


40

sebesar telapak tangan.Dengan cepat luka ini mengecil,

pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada

akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta

khas sekali.Pada permulaan nifas bekas plasenta

menggandung banyak pembuluh darah besar yang

tersumbat oleh thrombus.Biasanya luka yang demikian

sembuh dengan menjadi parut, tetapi luka bekas plasenta

tidak meninggalkan parut (Marmi, 2011; h. 85).

c. Perubahan ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia

yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah

janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sedia

kala.Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor

yang mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi.

d. Perubahan pada Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus.

Perubahan –perubahan yang terdapat pada serviks

postpartum adalah bentuk serviks yang akan menganga

seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri

yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks

tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan

antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin.

e. Lochia

Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar

dari decidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi

nekrotik. Decidua yang mati akan keluar bersama dengan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


41

sisa cairan. Campuran antara darah dan decidua tersebut

dinamakan Lochia, yang biasanya berwarna merah muda

atau putih pucat.

Lochia adalah eksresi cairan rahim selama masa

nifas dan mempunyai reaksi basah atau alkalis yang dapat

membuat organisme berkembang lebih cepat daripada

kondisi asam yang ada pada vagina normal (Marmi, 2011;

h. 89).

Jenis-jenis lochea:

Tabel 2.1 Tabel Jenis-Jenis Loche

Lokia Waktu Warna Ciri-ciri


Rubra 1-3 hari Merah Teriri dari sel decidua,
kehitaman verniks, caseosa,
rambut lanugo, sisa
mekonium dan sisa
darah
Sanguilentra 3-7 hari Putih Sisa darah bercampur
bercampur lendir
merah
Serosa 7-9 hari Kuning atau Lebih sedikit darah dan
kecoklatan lebih banyak serum,
juga terdiri dari leukosit
dan robekan laserasi
plasenta
Alba >10 hari Putih Mengandung leukosit,
selaput lendir, serviks
dan serabut jaringan
yang mati
Sumber : Marmi, 2011; h. 89.

f. Perubahan pada vulva, vagina dan perineum

Vulva dan vagina mengalami oenekanan serta

peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan

bayi dalam beberapa hari pertama sesudah proses

tersebut, kedua organ ini akan tetap berada dalam

keadaan kendur (Marmi, 2011; h.90).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


42

g. Tanda dan gejala depresi post partum

1. Perasaan sedih dan kecewa

2. Sering menangis

3. Merasa gelisah dan cemas

4. Kehilangan ketertarikan terhadap hal-hal yang

menyenangkan

5. Nafsu makanb menurunkan

6. Kehilangan energi dan motivasi untuk melakukan

sesuatu

7. Tidak bisa tidur.

d. Identifikasi diagnosis

Setiap ibu dan keluarga mengantisipasi perawatan

postpartum dirumah, karenanya mereka akan memiliki

respons yang unik. Setelah menganalisis data dengan cermat,

bidan dapat menegakkan diagnosis berdasarkan data, yang

akan menjadi pedoman bidan dalam menerapkan tindakan.

Diagnosis yang relevan untuk ibu postpartum yang dirawat

dirumah adalah sebagai berikut.

1. Kurangnya pengetahuan tentang tanda-tanda komplikasi

2. Pengetahuan yang tidak adekuat mengenai menyususi

yang efektif

3. Keletihan yang berhubungan dengan kurangnya istirahat.

4. Kurangnya pengetahuan/ketrampilan dan harapan yang

tidka realitas dalam menjadi orang tua.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


43

e. Tahapan masa nifas

Menurut (Vivian. 2011; h. 4) menjelaskan bahwa

beberapa tahapan masa nifas yaitu:

1. Puerpuerium dini : kepulihan dimana ibu diperbolehkan

berdiri dan berjalan, serta menjalankan aktivitas layaknya

wanita normal lainnya.

2. Puerpuerium intermediate : suatu kepulihan menyeluruh

alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

3. Puerpuerium remote : waktu yang diperlukan untuk pulih

dan sehat sempurna terutama apabila selama hamil atau

persalinan mempunyai komplikasi.

f. Program nasional masa nifas.

Kunjungan masa nifas dijelaskan oleh dua teori yaitu

menurut teori (Vivian. 2011; h. 4-5 (Sarwono. 2009; h. 123)

yaitu:

Tabel 2.2 Program Nasional Masa Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan


1. 6-8 jam 1. Mencegah perdarahan masa nifas karena
setelah atonia uteri.
persalinan 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan : rujuk bila perdarahan berlanjut.
3. Mendeteksi konseling pada ibu atau salah
satu anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4. Pemberian ASI awal.
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir.
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi.
Catatan : petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi
baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran,
atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
2. 6 hari setelah 1. Memastikan involusi uterus berjalan normal,
persalinan. uterus berkontraksi, fundus di bawah
umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal,
tidak ada bau.
2. Menilain adanya tanda-tanda demam, infeksi
dan perdarahan abnormal

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


44

Kunjungan Waktu Tujuan


3. Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan dan istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperhatikam tanda-tanda penyulit.
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi dan tali pusat serta menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3. 2 minggu 1. Memastikan rahim sudah kemabli normal
setelah dengan mengukur dan meraba bagian rahim.
persalinan
4. 6 minggu 1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
setelah penyulit yang ia atay bayi alami.
persalinan. 2. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
Sumber: Sarwono. 2009; h. 123

1. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian

Menurut teori (Jeny J.S sondakh. 2009; h. 150) menjelaskan

bahwa ada beberapa pengertian tentang bayi baru lahir yaitu:

a. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan

37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram.

b. Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38-42

minggu dengan berat badan sekitar 2500-3000 gr dan panjang

badan sekitar 50-55 cm.

b. Penanganan bayi baru lahir.

Menurut teori (Sarwono. 2009; h. 133) menjelaskan bahwa

adapun tujuan-tujuan utama perawatan bayi baru lahir segera

sesudah lahir, ialah:

1. Membersihkan jalan nafas.

2. Memotong dan merawat tali pusat.

3. Mempertahankan suhu tunuh bayi.

4. Identifikasi.

5. Pencegahan infeksi.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


45

Pembersihan jalan nafas, perawatan tali pusat, perawatan

mata, dan identifikasi adalah rutin segera dilakukan, kecuali bayi

dalam keadaan krisis dan dokter memberi instruksi khusus.

c. Bayi baru lahir

1. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gr

2. Panjang badan bayi 48-50 cm.

3. Lingkar dada 32-34 cm

4. Lingkar kepala bayi 33-35 cm

5. Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 x/menit, kemudian turun

sampai 140-120 x/menit pada saat bayi berumur 30 menit.

6. Pernafasan cepat pada menit-menit pertama. Kira-kira 80 x/menit.

Disertai pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan

interkostal, serta rintihan hanya berlangsung 10-15 menit.

7. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup

terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa.

8. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik.

9. Kuku telah agak panjang dan lemas.

10. Genetalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia

mayora menutupi labia moniora (pada bayi perembpuan.

11. Refelks isap, menelan, dan moro telah terbentuk

12. Eliminasi, urin dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam

pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan

lengket.

d. Bayi akan kehilangan panas melalui empat mekanisme:

Menurut (Sarwono. 2009; h. 135) menjelaskan bahwa bayi akan

kehilangan panas melalui 4 mekanisme yaitu:

1. Konveksi

2. Konduksi

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


46

3. Radiasi

4. Evaporasi

e. Faktor-faktor yang mempercepat kehilangan panas pada bayi baru

lahir:

1. Daerah permukaan tubuh bayi yang luas

2. Tingkat insulasi lemak subkutan berbeda-beda

3. Derajat fleksi otot

f. Penilaian nilai APGAR

Menurut (Jeny J.S Sondakh. 2009; h. 158) menjelaskan bahwa

untuk penilaian nilai APGAR adalah sebagai berikut.

Tabel 2.3 Penilaian Nilai APGAR

0 1 2
Appearance (warna kulit) Pucat Badan merah, Seluruh tubuh
ekstermitas biru kemerah-merahan
Pulse rate (frekuensi nadi) Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
Grimace (reaksi rangsang) Tidak ada Sedikit gerakan Batuk/bersin
Activity (tonus otot) Tidak ada Ekstermitas dalam Gerakan aktif.
sedikit fleksi
Respiration (pernafasan) Tidak ada Lemah/ tidak teratur Baik/menangis
Sumber : (Jeny J.S Sondakh. 2009; h. 158)

g. Member vitamin K

Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi

baru lahir dilaporkan cukup tinggi. Untuk mencegah terjaidnya

perdarahan tersebut semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan

perlu diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 mg IM

h. Salep mata

Menurut (Jeny J.S sondakh. 2009; h. 160) menjelaskan bahwa

obat mata eritromisin 0,5 % atau tetrasklin 1% dianjurkan untuk

pencegahan penyakit mata akibat klamidia (penyakit menular

seksual). Obat perlu diberikan pada jam pertama setelah persalinan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


47

6. Masa antara KB

Setelah ibu melahirkan akan mengalami masa antara yaitu akan

beralih menjadi masa reproduksi, sehingga pada masa ini organ

reprouksi wanita akan bekerja seperti semula kembali. Oleh karena itu

diperlukannya alat kontrasepsi, alat kontrasespsi ini bertujuan untuk

mengatur jarak kehamilan dengan kehamilan sebelumnya.

1. Alat kontrasepsi

Keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan

menerima norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS) yang

berorientasi pada “cara warga” atau zero population growth

(pertumbuhan seimbang) (Manuaba. 2010; h. 591).

a. Metode keluarga berencana

Dalam melakukan pemilihan metode kontrasepsi perlu

diperhatikan ketetapan bahwa makin rendah pendidikan

masyarakat, masyarakat semakin efektif metode kb yang

dianjurkan yaitu kontap, suntik kb, susuk kb atau AKBK (alat

susuk bawah kulit), AKDR/AKBK (Manuaba. 2010; h. 592).

b. Rencana kelengkapan keluarga

Bagi pasangan yang berencana membatasi kehamilan

dapat menggunakan metode KB yang metode sederhana

(kondom, spermisid, koitus interuptus (senggama terputus),

pantangan berkala) dan metode efektif dengan hormonal (pil KB:

progesterone only pill,pil KB kombinasi, pil KB sekuensial, after

morning pill; suntikan KB; depoprovera setiap 3 bulan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


48

c. KB metode sederhana

1. Metode alamiah.

a. Metode kalender.

1. Definisi

Metode kalender adalah metode yang

digunakan berdasarkan masa subur, dimana harus

menghindari hubungan seksual tanpa perlindungan

kontrasepsi pada hari ke 8-19 siklus menstruasinya (

Sri Handayani. 2010; h. 61).

2. Keuntungan

a. Keuntungan kontraseptip

1. Dapat digunakan untuk mencegah terjadinya

kehamilan.

2. Tanpa resiko kesehatan yang berkaitan dengan

metodenya.

3. Tanpa efek samping.

4. Murah.

b. Keuntungan non-kontraseptip

1. Pengetahuan meningkat tentang system

reproduksi

2. Hindari persetubuhan selama fase kesuburan

dari siklus haid dimana kemungkinan hamil

sangat besar.

3. Kemungkinan hubungan yang lebih dekat

diantara pasangan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


49

4. Keterlibatan pihak laki-laki meningkat dalam

perencanaan keluarga.

c. Efektifitas

Efektifitasnya bergantung pada keihklasan

mengikuti petunjuk, angka kegagalan 1-25

kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama

penggunaan.

d. Instruksi

a. Mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek,

untuk menentukan awal dari masa suburnya.

b. Mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjangn

untuk menentukan akhir dari masa suburnya.

b. Metode suhu basal badan (thermal)

1. Definisi

Menurut (Manuaba. 2010;h. 596) menjelaskan

bahwa penurunan suhu basal sebanyak 0,5 sampai 1

derajat celcius pada hari ke-12 sampai ke-13

menstruasi, ketika ovulasi terjadi pada hari ke-14.

Setelah menstruasi suhu akan naik lebih dari suhu

basal sehigga siklus menstruasi yang disertai “ovulasi”

terdapat temperature “bifasik”. Sedangkan menurut (Sri

handayani. 2010; h. 61) menjelaskan bahwa metode

kontrasepsi yang dilakukan dengan mengukur suhu

tubuh untuk mengetahui suhu tubuh basal, untuk

menentkan masa ovulasi.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


50

2. Efektifitas metode suhu basal.

Menurut (Sri Handayani. 2010; h. 61)

menjelaskan bahwa efektifitas metode suhu basal

badan cukup baik dengan angka kegagalan 0.3-6.6

kehamilan pada 100 wanita pertahun. Dan menurut

(Manuaba. 2010; h. 596) menjelaskan bahwa metode

ini memerlukan system menstruasi yang teratur

sehingga dapat memperhitungkan masa subur untuk

menghindari kehamilan dengan tidak melakukan

hubungan seks.

3. Keuntungan (Sri Handayani. 2010; h. 61)

a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran

pasangan terhadap masa subur.

b. Membantu wanita yang mengalami siklus tidak

teratur dengan cara mendeteksi ovulasi.

c. Dapat membantu menunjukan perubahan tubuh

lain selain lender serviks.

d. Berada dalam kendali wanita.

e. Dapat digunakan untuk mencegah atau

meningkatkan kehamilan.

4. Kekurangan (Sri Handayani. 2010; h. 62)

a. Membutuhkan motivasi

b. Perlu diajarkan oleh spesialis keluarga.

c. Suhu basal tubuh dioengaruhi oleh penyakit,

kurang tidur, stress/tekanan emosional.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


51

d. Apabila suhu tubuh tidak diukur pada sekitar waktu

yang sama setiap hari ini akan menyebabkan

ketidakakuratan suhu tubuh basal.

c. Metode lendir serviks.

1. Definisi

Metode ini menghubungkan pengawasan

terhadap perubahan lendir serviks wanita yang dapat

dideteksi (Sri Handayani. 2010; h. 63).

2. Efektifitas

Angka kegagalan metode kontrasepsi sederhana

MOB ini adalah 0,4 – 39, 7 per 100 wanita per tahun.

3. Keuntungan (Sri Handayani. 2010; h. 63)

a. Dalam kendali wanita

b. Memberikan kesempatan pada pasangan

menyentuh tubuhnya.

c. Meningkatkan kesadaran terhadap perubahan pada

tubuh.

d. Memperkirakan lendiryang subur sehingga

memungkinkan kehamilan.

4. Kerugian (Sri Handayani. 2010; h. 63).

a. Membutuhkan komitmen.

b. Perlu diajarkan oleh spesialis KB alami.

c. Dapat membutuhkan 2-3 siklus untuk mempelajari

metode.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


52

2. Metode Amenorhea laktasi.

a. Definisi.

Menurut teori (Sri Handayani. 2010; h. 68)

menjelaskan bahwa kontrasepsi yang mengandalkan

pemberian ASI secara ekslusif. Sedangkan menurut

(Varney. 2007; h. 430) menjelaskan bahwa kontrasepsi

metode ini merupakan kontraspesi yang digunakan selama

6 bulan pertama setelah melahirkan.

b. Efektifitas.

Menurut (Sri Handayani. 2010; h. 68) menjelaskan

bahwa efektifitas metode amenohoea laktasi tinggi

(keberhasilan 98 % pada 6 bulan 1 pasca persalinan).

c. Keuntungan

1. Segera efektifan

2. Tidak mengganggu senggama

3. Tidak ada efek samping secara sistemik

4. Tidak perlu pengawasan medis

5. Tidak perlu obat atau alat.

6. Tanpa bahaya.

d. Kerugian

1. Perlu persiapan sejak perawatan.

2. Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi social.

3. tidak melindungi terhadap penyakit IMS

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


53

3. coitus interuptus.

a. Definisi

Metode kontrasepsi dimana senggama diakhiri

sebelum terjadi ejakulasi intra vagina. Ejakulasi terjadi jauh

dari genetalia eksterna (Sri Handayani. 2010; h. 70).

Sedangkan menurut teori (Manuaba. 2010; h. 596)

menjelaskan bahwa mengeluarkan kemaluan menjelang

terjadinya ejakulasi.

b. Efektifitas

Efektif bila dilakukan dnegan benar, efektifitas

bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan

senggama terputus setiap melaksanakannya (angka

kegagalan 4-18 kehamilan per 100 perempuan per tahun) (

Sri Handayani. 2010; h. 70)

c. Keuntungan (Sri Handayani. 2010; h. 70)

1. Tidak mengganggu ASI

2. Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB

lainnya.

3. Tidak ada efek samping

4. Dapat digunakan setiap waktu

d. Kerugian

Menurut (Manuaba. 2010; h. 596) menjelaskan

bahwa kontrasepsi ini mengganggu kepuasan kedua belah

pihak, kegaalan hamil sekitar 30 % -35% karena semen

keluar sebelum mencapai puncak kenikmatan, terlambat

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


54

mengeluarkan kemaluan, semen yang tertumoah diluar

sebagian dapat masuk ke genetalia dan dapat

menimbulkan ketegangan jiwa kedua belah pihak. Dan

menurut (Sri Handayani. 2010; h. 70) menjelaskan bahwa

kerugian dari metode ini adalah menggangu kenikmatan

atau kepuasana berhubungan seksual.

d. KB metode efektif

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi hormonal

telah mempelajari bahwa estrogen dan progesterone memberikan

umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus

sehingga terjadi hambatan terhadap perkembangan folikel dan

proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis, estrogen dapat

menghambat pengeluaran follicle stimulating hormone FSH

sehingga perkembangan dan kematangan folike de graf tidak

terjadi. Disamping itu progesterone dapat menghambat

pengeluaran hormone tueteinizing (LH). Estrogen mempercepat

peristaltic tuba sehingga hasil konsepsi mencapai uterus –

endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi (

Manuaba. 2010; h. 597).

1. Kontrasepsi hormonal pil.

Kontrasepsi hormonal pil, kontrasepsi hormonal pil

telah melakukan mengalami penelitian panjang, sehingga

sebagian besar wanita dapat menerima tanpa kesulitan,

dengan patrun menstruasi normal serta durasi antara 4-6 hari.

Di samping durasi 4-6 hari, masih terdapat patrun menstruasi

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


55

wanita.Wanita tergolong durasi menstruais kurang dari 4 hari,

memerlukan pil KB dengan efek samping estrogen tinggi.

Wanita dengan durasi menstruasi lebih dari 6 hari

memerlukan pil KB dengan efek estrogen yang rendah

(Manuaba. 2010; h. 598).

1. Pengertian

Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang berisi

hormone sintesis estrogen dan progesterone (Sri

Handayani. 2010; h. 99).

2. Cara kerja

a. Menekan ovulasi

b. Mencegah implantasi

c. Mengentalkan lendir serviks

d. Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi

ovum akan terganggu (Sri Handayani. 2010; h. 99).

3. Efektifitas

Efektifitas tinggi, 1 kehamilan/ 1000 perempuan dalam

tahun dalam penggunaan.

Pedoman untuk mulai memberikan pil KB

1. Pada postpartum dapat diberikan expluton yang

mengandung komponen progesterone.

a) Tidak mengganggu pengeluaran asi

b) Efektif sampai laktasi dihentikan

c) Kesulitan dapat timbul: perdarahan sputing spoting

(bercak), tidak mens berkepanjangan.

2. Post-abortus atau hari kelima menstruasi. Dapat

digunakan pil KB sistem sekuensial atau sistem kombinasi.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


56

3. Ganti cara pemkaian pil KB.

a) Segera dapat mulai minum pil KB

b) Dapat digunakan kombinasi atau sekuensial

c) Dapat terjadi perluhan patrun menstruasi.

2. Kontrasepsi hormonal suntikan.

Kontrasepsi hormonal suntikan. Metode suntikan

KB telah menjadi bagian gerakan berencana nasional

serta pemintanya makin bertambah.Tingginya minat

pemakai suntikan KB oleh karena aman, sederhana,

efektif, tidak menimbulkan gangguan dan dapat dipakai

pada pasca persalinan (Manuaba. 2010; h. 598).

a. Mekanisme kerja komponen progesterone atau

derivate testosterone adalah:

1. Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga

tidak terjadi pelepasan ovum.

2. Mengentalkan lendir serviks, sehingga sulit

ditembus spermatozoa.

3. Mengganggu peristaltic tuba falopi, sehingga

konsepsi dihambat.

4. Mengubah suasana endometrium, sehingga tidak

sempurna untuk implantasi hasil konsepsi.

b. Keuntungan dan kerugian KB suntikan (Manuaba.

2010; h. 601).

1. Keuntungan

a) Pemberiannya sederhana setiap 8-12 minggu

b) Tingkat efektifitasnya tinggi

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


57

c) Hubungan seks dengan suntikan KB bebas.

d) Pegawasan medis yang ringan

e) Dapat diberikan pascapersalinan, pasca

keguguran atau pascamenstruasi

f) Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan

tumbuh kembang bayi.

g) Suntikan KB cyclofem diberikan sejak 6 bulan

dan peserta KB akan mendapatkan menstruasi.

2. Kerugian

a) Perdarahan yang tidak menentu

b) Terjadi amenore

c) Masih terjadi kemungkinan hamil

d) Kerugian atau penyulit inilah yang

menyebabkan peserta KB menhentian suntikan

KB.

c. Penapisan klien KB suntik (Abdul Bari Saefudin. Dkk.

2006; h. MK-39).

Tabel 2.4 Penapisan klien KB suntik.


Observasi petugas
Instruksi petugas pelayanan.
pelayanan
Perhatikan keadaan YA TID Jika jawaban pada kolom YA, ikuti
dibawah ini AK instruksi dibawah ini
1. Apakah 1. Perhatikan dengan lebih seksama.
tekanan darah Metode kontrasepsi nonhormonal
lebih dari mungkin merupakan pilihan yang
140/90 mmHg, lebih baik. Meskipun tidak ada
atau apakah kecenderungan yang berarti pada
diastoliknya > pemakaian kontrasepsi suntik,
110 mmHg. beberapa pemakai kontrasepsi pil
dilaporkan cenderung mengalami
kenaikan tekanan darah.
2. Apakah nadi 2. Pertanyaan 2-4
lebih dari 100/ Jika salah satu jawaban dari
menit atau jauh pertanyaan adalah YA, calon
diatas normal? peserta KB kemungkinan
mempunyai penyakit jantung yang
serius. Rujuk ke dokter spesialis.
Bantu calon peserta untuk memilih
metode kontrasepsi nonhormonal.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


58

Observasi petugas
Instruksi petugas pelayanan.
pelayanan
3. Apakah pucat
atau sianosis?
4. Apakah sesak
napas?
5. Apakah bagian 6. Pertanyaan 5-6
putih mata Jika salah satu jawaban dari
berwarna pertanyaan ini YA, mungkin indikasi
kuning? adanya penyakit hati. Rujuk ke
spesialis. Bantu calon peserta
memilih metode kontrasepsi
nonhormonal.
7. Apakah ada
pembengkakan
hati?

8. Apakah 9. Mungkin ada indikasi risiko tinggi


terdapat penggumpalan darah. Rujuk ke
varices, rasa spesialis. Bantu calon peserta
sakit, dan kaki memilih metode kontrasepsi
bengkak? nonhormonal.
10. Apakah 11. Mungkin ada indikasi penyakit hati.
kakinya sangat Bantu calon peserta memilih metode
bengkak dan kontrasepsi nonhormonal.
mengandung
cairan?
Sumber : (Abdul Bari Saefudin. Dkk. 2006; h. MK-39).

a. Kontrasepsi hormonal susuk

Kontrasepsi hormonl susuk, pemasangan norplant

(susuk KB) sederhana dan dapat diajarkan, tetapi masalah

mencabut susuk KB memerlukan perhatian karena sulit

dicari metode yang mudah, murah dan aman, setiap kasul

mengandung 36 mg levonorgestrel yang akan dikeluaran

setiap harinya sebanyak 80 mcg. Konsep mekanisme

kerjanya sebagai progesterone yang dapat menghalangi

pengeluaran LH sehingga tidak terjadi ovulasi,

mengentalkan lendir servix dan menghakangi migrasi

spermatozoa, dan menyebabkan situasi endometrium tidak

siap menjadi tempat nidasi.Keinginan peserta KB untuk

mencabut susuk KB dengan alas an ingin punya anak lagi

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


59

dan terjadi perdarahan/gangguan menstruasi (Manuaba.

2010; h. 602).

Menurut teori (Sri Handayani. 2010; h. 116)

menjelaskan bahwa kontrasepsi susuk merupakan alat

kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat dari sejenis

karet silastik yang berisi hormone, dipasangkan pada

lengan atas.

a) Keuntungan dan kerugian AKDR

1. Keuntungan

a. Dipasang selama 3 tahun

b. Control medis ringan

c. Dapat dilayani didaerah pedesaan

d. Penyulit medis tidak terlalu tinggi

e. Biaya murah

2. Kerugian.

a. Menimbulkan gangguan menstruasi.

b. Berat badan bertambah

c. Menimbulkan akne, ketegangan payudara.

d. Liang senggama terasa kering.

e. Metode KB darurat

Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang dapat diberikan

pada hubungan seks yang tidak terlindungi dalam waktu 72 tidakjam -

7 hari, sehingga dapat menghindari kehamilan. Beberapa factor yang

menyebabkan rendahnya permintaan gugur kandung dikalangan

remaja belanda alah pendidikan seks yang bersifat formal dan

nonformal.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


60

f. Metode hormonal

Dengan pemberian derivate estrogen pemberian antiprogestin

mifepristone.

Cara kerja kontrsepsi darurat hormonal.

a. Komponen estrogen dosis tinggi atau derivatnya menghindari

kontrasepsi dnegan cara:

1. Estrogen dosis tinggi mengubah lapisan dalam rahim

(endometrium) tetap dalam keadaan fase proliferasi, sehingga

tidak memungkinkan nidasi dari hasil konsepsi.

2. Dengan peristaltic tuba yang meningkat, spermatozoa tidak

mungkin dapat mencapai ovum untuk melakukan konsepsi

b. Komponen progesterone atau derivatnya dalam dosis tinggi

menghindari terjadinya konsepsi dan nidasi dengan cara:

1. Mengentalkan lendir serviks, endometrium dan tuba fallopi,

sehingga mengurangi kemampuan bergerak spermatozoa

untuk mencapai ovum, sehingga tidak mungkin terjadi

konsepsi.

2. Pada endometrium terjadi perubahan sehingga kurang

memberika peluang untuk terjadinya nidasi.

g. Kontrasepsi mantap wanita

Kontrasepsi mantap wanita (steril) merupakan metode KB

yang paling efektif, murah, aman dan mempunyai nili demografi yang

tinggi. Kontap sampai saat ini belum masuk program gerakan

keluarga berencana nasional Indonesia (Manuaba. 2010; h. 620).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


61

h. Kontrasespi mantap pria

Operasi pria yang dikenal dengan nama vasektomi merupkan

operasi ringan, murah ama dan mempunyai arti demografis yang

tinggi, artinya dengan operasi ini banyak kelahiran dapat dihindari.

Perkembangan metodeopersi pria ini berkembang dan dapat diterima

secara masal dengan hitungan 1 metode operasi pria berbanding 2-8

operai wanita (Manuaba. 2010; h. 631)

i. KB program postpartum

Ini merupakan melakukan tindakan KB ketika wanita baru

melahirkan dan gugur kandung dirumah sakit, atau member

pengarahan agar memilih KB efektif (melekukan sterilisasi wanita atau

pria, menggunakan AKDR, menerima KB hormonal dalam bentuk

suntik/susuk).

g. Penapisan calon akseptor KB

1. Penapisan metode kontrasepsi hormonal (pil, suntik, implant).

Tabel 2.5 Penapisan metode kontrasepsi hormonal.

Pertanyaan Ya Tidak
1. Hari pertama haid terakhir 7 hari atau lebih.
2. Menyusui dan tidak kurang dari 6 minggu pasca
salin.
3. Perdarahan/perdarahan bercak antara haid setelah
senggama
4. Ikterus pada kulit atau sclera mata
5. Nyeri kepala hebat atau gangguan visual
6. Nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau
tungkai bengkak (oedema)
7. Tekanan darah diatas 160 mmHg (sistolik) atau 90
mmHg (diastolic)
8. Massa atau benjolan pada payudara
9. Sedang minum obat-obatan epilepsy
Sumber : Sri Handayani. 2010;h. 37

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


62

2. Penapisan metode kontrasepsi AKDR

Tabel 2.6 Penapisan metode kontrasepsi AKDR


No Pertanyaan Ya Tidak
1. Hari pertama haid terakhir 7 hari atau lebih.
2. Klien mempunyai pasangan seks lain.
3. Infeksi menular seksual (IMS)
4. Penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik
5. haid banyak (>1-2 pembalut tiap jam)
6. Haid lama (>8 hari)
7. Dismenorchea berat yang membutuhkan analgetika
dan istirahat baring
8. Perdarahan / perdarahan bercak antara haid atau
setelah senggama.
9. Gejala penyakit janyung valvular atau congenital.
Sumber: Sri Handayani. 2010;h. 37

3. Penapisan metode kontrasepsi mantap.

a. Tubektomi

Tabel 2.7 Penapisan metode kontrasepsi mantap


No Keadaan klien Fasilitas rawat Fasilitas Rujukan
jalan
1. Keadaan umum KU baik, tidak DM tidak terkontrol,
(anamnesa dan ada tanda riwayat gangguan
pemeriksaan fisik) penyakit pembekuan darah, ada
jantung, paru, tanda penyakit jantung,
ginjal. paru atau ginjal
2. Keadaan emosi Tenang Cemas, takut
3. Tekanan darah <160 / 100 ≥160/100 mmHg
mmHg
4. Berat badan 35-85 kg > 85 kg; <35 kg
5. Riwayat operasi Bekas SC OP abdomen laninnya,
abdomen / panggul (tanpa perlekatan atau terdapat
perlekatan) kelainan pada px
panggul
6. Riwayat radang Pemeriksaan Pemeriksaan dalam ada
panggul, kehamilan dalam normal kelainan.
ektopik,
7. Anemia Hb ≥ 8 gr% Hb < 8 gr%
Sumber: Sri Handayani. 2010;h. 38

b. Vasektomi.

Tabel 2. 8 Penapisan metode kontrasepsi Vasektomi


No Keadaan klien Fasilitas Rawat Fasilitas Rujukan
Jalan
1. Keadaan umum KU baik, tidak ada DM tidak terkontrol,
(anamnesa dan tanda penyakit riwayat gangguan
pemeriksaan fisik) jantung, paru, pembekuan darah,
ginjal. ada tanda penyakit
jantung, paru atau
ginjal
2. Keadaan emosi Tenang Cemas, takut

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


63

No Keadaan klien Fasilitas Rawat Fasilitas Rujukan


Jalan
3.Tekanan darah <160 / 100 mmHg ≥160/100 mmHg
4.Infeksi atau Normal Tanda-tanda infeksi
kelainan atau ada kelainan
scrotum/inguinal
5. Anemia Hb ≥ 8 gr% Hb < 8 gr%
Sumber: Sri Handayani. 2010;h. 37

B. TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN

1. Manajemen asuhan kebidanan menurut varney

Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang

berurutan, dan setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses

dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.

Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat

di aplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi, setiap langkah bisa

diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan ini bisa

berubah sesuai dengan kebutuhan klien. Langkah-langkah tersebut

adalah sebagai berikut:

Langkah 1. Pengumpulan data

Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan

semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara

lengkap yaitu:

a. Riwayat kesehatan

b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan

c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

d. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya denganhasil

studi

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari

segala yang berhubungan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan

data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengajukan komplikasi yang

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


64

perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam menejemen kolaborasi bidan

akan melakukan konsultasi.

Langkah 2. Interpretasi data

Pada langkah ini, dilakukan identifikasi yang benar terhadap

didiagnosis atau masalah, dan kebutuhan klien berdasakan interpretasi

data yang benar atas dasar data-data yang telah diinterpretasikan

sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik (Shinta

Siswoyo, 2010; h. 162).

Langkah 3. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial

Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah

diidentifikasi. Langkah ini memebutuhkan antisipasi, bila memungkinkan

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisispasi, bila memungkinkan

dilakukan pencegahan (Shinta Siswoyo, 2010; h. 163).

Langkah 4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang

memerlukan penenangan segera

Badan mengidentifikasi atas perlunya tindakan segera oleh bidan

atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan

anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien (Shinta

Siswoyo, 2010; h. 164).

Langkah 5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,

ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan dari manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah

diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak

hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien, atau dari

setiap masalah yang akan berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman

antisipasi terhadap perempuan tersebut, seperti apa yang diperkirakan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


65

akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan konseling dan

apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang terkait

dengan sosial ekonomi, kultural, atau masalah psikologis (Shinta

Siswoyo, 2010; h. 164).

Langkah 6. Melaksanakan perencanaan

Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dalam

langkah kelima harus di;laksanakan secara efisien dan aman.

Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan, atau sebagian

dilakukan oleh bidan dilakukan seluruhnya oleh bidan, atau sebagian

dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien atau anggota tim

kesehatan lainnya diantisipasi (Shinta Siswoyo, 2010; h. 165).

Langkah 7. Evaluasi

Pada langkah ini, dilakukan evaluasi efektifitas dari asuhan yang

sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan kebutuhan akan

bantuan, apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis (Shinta

Siswoyo, 2010; h. 166).

Metode pendokumentasian secara SOAP meliputi:

Kepanjangan dari SOAP adalah:

S (Subjektif) : yaitu apa yang dikatakan oleh klien

O (objektif) : yaitu apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan sewaktu

melakukan pemeriksaan

A ( assesment) : yaitu kesimpulan apa yang dibuat dari data-data

subjektif/objektif tersebut

P (planning) : yaitu apa yang akan dilakukan berdasarkan hasil

pengevaluasian tersebut.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


66

Pendokuntasian dengan menggunakan SOAP

S (data subjektif)

Data subjektif (S) merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut helen varney langkah pertama adalah pengkajian data,

teutama data yang diperoleh meluli anamnesis (Shinta Siswoyo, 2010; h.

158).

O (obyektif)

merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut

helen varney pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh

melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan

laboratorium atau pemeriksaan diagnosis lain (Shinta Siswoyo, 2010; h. 159).

A (assesment)

A (Analysis/assesment), merupakan pendokumentasian hasil analisis

dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif (Shinta Siswoyo,

2010; h. 159).

P (palnning)

Planning/perencanaan adalah membuat rencana assuhan saat ini dan

yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan

interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan

tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan

kesejahteraannya (Shinta Siswoyo, 2010; h. 159-160).

Tujuan pendokumentasian SOAP adalah;

a. Merupakan kemajuan informasi yang sistematis, yang mengorganisir

penemuan dan kesimpulan anda menjadi suatu rencana asuhan.

b. Merupakan penyaringan intisari dari proses penatalaksanaan kebidanan

untuk tujuan penyediaan dan pendokumentasian asuhan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


67

C. LANDASAN HUKUM

Dalam asuhan kebidanan seorang bidan mempunyai landasan hukum

dalam pelayanan maupun praktiknya diantaranya terdapat pada peraturan

Permenkes 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan

praktik bidan pasal 9 yaitu, bidan dalam menjalankan praktik, berwenang

untuk memberikan pelayanan yang meliputi pelanyanan kesehatan ibu,

pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan

dan KB. Kemudian terdapat pada pasal 10, yaitu bidan memberikan

pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a

dimana diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa

nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan. Bidan juga harus

memberikan pelayanan kesehatan ibu bagaimana dimaksud pada ayat (1)

yaitu, pelayanan konseling pada masa pra hamil, pelanyanan ANC pada

kehamilan normal, pelayanan ibu nifas normal, pelayanan ibu menyusui dan

pelayanan konseling pada masa nifas antara dua kehamilan. Bidan dalam

memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang

untuk: episiotomi, penjahitan luka jahit lahir tingkat I dan II, penanganan

kegawatdaruratan dilanjutkan dengan perujukan, pemberian tablet fe pada

ibu hamil, pemberian vit A dosis tinggi pada ibu nifas, pemberian uterotonikan

pada menenjemen aktif kala 3, penyuluhan dan konseling, bimbingan pada

kelompok ibu hamil, pemberian surat keterangan kematian, pemberian surat

keterangan cuti bersalin. Pada pemberian asuhan kebidanan juga terdapat

dalam pasal 11 yaitu bidan memberikan pelayanan kesehatan anak

sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf b di berikan pada bayi baru lahir,

bayi, anak balita, dan anak pra sekolah.Bidan dalam memberikan pelayanan

kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang

untuk:Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014


68

pencegahan hipotermi, inisiasi menyusui dini, injeksi vitamin K 1, perawatan

bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali

pusat.Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk.

Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan rujukan, Pemberian

imunisasi rutin sesuai program pemerintah, Pemantauan tumbuh kembang

bayi, anak balita dan anak pra sekolah, Pemberian konseling dan

penyuluhan, Pemberian surat keterangan kelahiran danPemberian surat

keterangan kematian. Didalam pasal 12, bidan dalam memberikan pelayanan

kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga sebagaimana dimaksud

dalam pasal 9 huruf c, berwenang untuk: bidan memberikan penyuluhan dan

konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, dan

Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom. Kewajiban bidan terdapat

pada pasal 18 yaitu dalam melaksanakan praktik/kerja, bidan berkewajiban

untuk:Menghormati hak pasien, memberikan informasi tentang masalah

kesehatan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan, merujuk kasus yang

bukan kewenangan atau tidak dapat ditangani dengan tepat waktu, meminta

persetujuan tindakan yang akan dilakukan, menyimpan rahasia pasien sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, melakukan pencatatan

asuhan kebidanan dan pelayanan lainnya secara sistematis, mematuhi

standar, melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan praktik

kebidanan termasuk pelaporan kelahiran dan kematian. Kemudian bidan

dalam menjalankan praktik/kerja senantiasa meningkatkan mutu pelayanan

profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Khomsatun Nadzifah, Kebidanan DIII UMP, 2014

Anda mungkin juga menyukai